You are on page 1of 13

AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN 2 Akhlak Terhadap Lingkungan

PENDAHULUAN

Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi
manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya
dan manusia terhadap alam lingkungan. Kekhalifahan mengandung arti pengayom, pemeliharaan, dan
pembimbingan agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptanya.
Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, dan bimbingan agar setiap makhluk
mencapai tujuan penciptaannya. Makhluk-makhluk itu adalah umat seperti manusia juga. Alquran
menggambarkan, “Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang
dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu...” (QS. Al-An’am: 38).
Akhlak yang baik terhadap lingkungan adalah ditunjukkan kepada penciptaan suasana yang baik,
serta pemeliharaan lingkungan agar tetap membawa kesegaran, kenyamanan hidup, tanpa membuat
kerusakan dan polusi sehingga pada akhirnya akan berpengaruh terhadap manusia itu sendiri yang
menciptanya.
Agama islam adalah agama sempurna yang mengatur seluruh dimensi hubungan manusia dengan
alam lingkungan. Islam mengajarkan dan menetapkan prinsip-prinsip atau konsep dasar akhlak bagi
manusia tentang bagaimana bersikap terhadap alam lingkungannya. Ini merupakan wujud
kesempunaan Islam dan salah satu bentuk nikmat dan kasih sayang Allah yang tidak terbatas. Allah
berfirman: “pada hari ini Aku sempurnakan untukmu agamamu,aku limpahkan atas kamu nikmat-Ku,dan
aku ridlai Islam sebagai agamamu” (Q.S Al-Maidah:3).

1
AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN 2 Akhlak Terhadap Lingkungan

PEMBAHASAN

I. Akhlak
Akhlaq berasal dari bahasa arab, yaitu jama’ dari kata “khuluq” ( ‫ ) خلوق‬secara bahasa kata ini
memiliki arti perangai atau yang mencakup diantaranya: sikap, prilaku, sopan, tabi’at, etika, karakter,
kepribadian, moral dll. timbang”. Sedangkan menurut Mukhtar Ash Shihah akhlak adalah berarti watak.
Sedangkan menurut Al Firuzabadi akhlak adalah watak, tabi’at, keberanian, dan agama.
Prof.Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan kehendak. Ini berarti bahwa
kehendak itu bila dibiasakan akan sesuatu maka kebiasaannya itu di sebut akhlak. Contohnya bila
kehendak itu dibiasakan memberi, maka kebiasaan itu ialah akhlak dermawan. Sedangkan menurut
syekh Muhammad Nawawi Al Jawiyydalam kitabnya “Murooqiyul ‘Ubudiyah” Akhlak adalah “akhlak
adalah kedaan didalam jiwa yang mendorong prilaku yang tidak terpikir dan tidak ditimbang”. Dalam
buku lain dijeaskan bahwasanya akhlak menurut terminologi akhlak adalah sebagaimana yang
diungkapkan oleh para ulama:” Gambaran batin seseorang “. Karena pada dasarnya manusia itu
mempunyai dua gambaran :
1. Gambaran zhahir (luar): Yaitu bentuk penciptaan yang telah Allah jadikan padanya sebuah
tubuh. Dan gambaran zhahir tersebut di antaranya ada yang indah dan bagus, ada yang jelek
dan buruk, dan ada pula yang berada pada pertengahan di antara keduanya atau biasa-biasa
saja.
2. Gambaran batin (dalam): Yaitu suatu keadaan yang melekat kokoh dalam jiwa, yang keluar
darinya perbuatan- perbuatan, baik yang terpuji maupun yang buruk (yang dapat dilakukan)
tanpa berfikir atau kerja otak.
Menurrut Imam Maskawaih akhlak adalah suatu keadaan bagi jiwa yang mendorong seseorang
melakukan tindakan-tindakan dari keadaan itu tanpa melalui pikiran dan pertimbangan. Keadaan ini
terbagi menjadi dua: ada yang berasal dari tabi’at aslinya, dan ada pula yang diperoleh dari kebiasaan
yang berulang-ulang. Boleh jadi pada mulanya tindakan- tindakan itu melalui pikiran dan pertimbangan,
kemidian dilakukan terus menerus maka jadilah suatu bakat dan akhlak.
Kemudian Al-Ghozali mendifinisikan akhlak sebagai suatu ungkapan tentang keadaan pada jiwa
bagian dalam yang melahirkan macam-macam tindakan dengan mudah, tanpa memerlukan pikiran dan
pertimbangan terlebih dahulu. Dari dua devinisi diatas, kita dapat memahami beberapa hal,
diantaranya:
 Akhlak itu suatu keadaan bagi diri, maksudnya ia merupakan suatu sifat yang dimiliki aspek
jiwa manusia, sebagaimana tindakan merupakan suatu sifat bagi aspek tubuh manusia
 Sifat kejiwaan mesti menjadi bagian terdalam, maksudnya keberadaan sifat itu tida terlihat. Ia
diwujudkan pad orangnya sebagai kebiasaan yang terus – meenerus selama ada kesempatan.
Oleh karena itu, orang kikir yang hanya bersedekah sekali selama hidupnya belum disebut
pemurah.
 Sifat kewajiban yang merupakan bagian terdalam itu melahirkan tindakan – tindakan dengan
mudah. Maksudnya, tindakan itu tidak sulit dilakukan. Oleh karena itu, orang jahat yang
bersikap malu, tidak disebut pemalu.
 Munculnya tindakan – tindakan dari keadaan jiwa atau bakat kejiwaan itu tanpa dipikir atau
dipertimbangkan lebih dahulu. Maksudnya, tanpa ragu – ragu dan tanpa memilih waktu yang
cocok. Akhlak itu sudah menjadi adat dan kebiasaan maka tindakan itu lakukan tanpa berpikir,
meskipun pemikirannya aktif dalam mempertimbangkan dari berbagai segi. Orang dermawan
misalnya, ia tidak ragu – ragu untuk memberi dan berkorban, tetapi ia hanya
mempertimbangkan dari segi kebaikan, jenis kebaikan itu atau sifat pribadi yang suka memberi.
Jadi pemikirannya itu hanya diarahkan pada segi kebaikan dan aspek – aspeknya saja.
 Dari akhlak itu ada yang bersifat dan tabi’at dan alami. Maksudnya, bersifat fitroh sebagai
pembawaan sejak lahir, misalnya sabar, inta, dan malu

2
AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN 2 Akhlak Terhadap Lingkungan

 Dari akhlak juga ada hasil yang diupayakan, yakni lahir dari kebiasaan, latihan dan lingkungan,
misalnya takut dan berani.
 Kata akhlak dipakai untuk perbuatan terpuji dan perbuatan tercela. Oleh karena itu, akhlak
memerlukan batasan, agar dikatan akhlak terpuji dan akhlak tercela
 Akhlak yang didahului tindakan – tindakan kejiwaan, ia menjadi langkah terakhir dari tindakan –
tindakan itu.
Pembentukan sifat dan adat, kebiasaan manusia dipengaruhi oleh dua Faktor,

1. Genetika (Keluarga)
2. External ( lingkungan ), Keluarga, Pendidikan, Masyarakat, Profesi, Budaya,Sosial.

َ ‫ص َرانِ ِه ا َو يُ َم َج‬
‫سانِ ِه‬ َّ ‫طرةِ فَاَبَ َّوهُ يُ َه َّودَان ِه ا َ ْو يُ ْن‬ َ ‫ُك ُّل َم ْولُ ٍد يُولَد ُ َع‬
َ ‫لى ال ِف‬

Setiap bayi Manusia yang lahir dalam kondisi fitrah, Orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi,
Nasrani, Majusi ( HR. Tabrani)

II. Lingkungan
Pengertian lingkungan hidup adalah semua benda, daya dan kondisi yang terdapat dalam suatu
tempat atau ruang tempat manusia atau makhluk hidup berada dan dapat mempengaruhi hidupnya.
Istilah lingkungan hidup, dalam bahasa Inggris disebut dengan environment, dalam bahasa Belanda
disebut dengan millieu atau dalam bahasa Perancis disebut dengan l’environment.
Dalam kamus lingkungan hidup yang disusun Michael Allaby, lingkungan hidup itu diartikan sebagai:
the physical, chemical and biotic condition surrounding and organism. S.J. McNaughton dan Larry L.
Wolf mengartikannya dengan semua faktor eksternal yang bersifat biologis dan fisika yang langsung
mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi organism Prof. Dr. Ir. Otto
Soemarwoto, seorang ahli ilmu lingkungan (ekologi) terkemuka mendefinisikannya sebagai berikut:
Lingkungan adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang
mempengaruhi kehidupan kita.
Prof. Dr St. Munadjat Danusaputro, SH, ahli hukum lingkungan terkemuka dan Guru Besar Hukum
Lingkungan Universitas Padjadjaran mengartikan lingkungan hidup sebagai semua benda dan kondisi,
termasuk di dalamnya manusia dan tingkah perhuatannya, yang terdapat dalam ruang tempat manusia
berada dan mempengaruhi hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya.
Pengertian lingkungan (bi’ah) secara garis besar adalah sebagaimana yang diungkapkan
oleh Sartain (ahli psikologi Amerika), yang dimaksud lingkungan meliputi kondisi dan alam dunia ini
yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life
processes. begitu juga dalam pendidikan islam, karena tidak ada dikotomik antar pendidikan, maka
definisi lingkungan pendidikan adalah sama seperti yang telah diungkapkan diatas.
Dari pengertian diatas ada sebuah benang merah yang dapat diambil yakni “pengaruh” artinya
lingkungan akan berpengaruh baik positif maupun negatif. Sehingga tidak aneh banyak orang yang
mengatakan bahwa manusia merupakan ahlu bi’ah yang tidak lepas dari lingkungan karena faktanya
pun, secara kasat mata manusia hidup di lingkungan tertentu. Muhammad Irfan Helmy mengatakan
bahwa lingkungan berbanding lurus dengan kualitas hidup manusia, jika lingkungannya baik, maka
akan baik pula lah perangai orang yang menempatinya. demikian pula sebaliknya jika lingkungannya
jelek maka akan jelek pula lah perangainya.
pernyataan-pernyataan diatas sebagian besar telah dibenarkan oleh teori-teori yang ada di dunia
psikologi, misalnya teori empirisme yang mengatakan bahwa manusia pada masa bayinya diibaratkan
dengan secarik kertas putih yang akan diwarnai oleh lingkungannya. demikian pula dalam dunia filsafat
dikenal adanya aliran environmentalisme yang pada dasarnya adalah sam yakni manuisa dipengaruhi
oleh lingkungan.

3
AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN 2 Akhlak Terhadap Lingkungan

Dalam kajian keislaman pun hal itu sudah ada haditsnya yakni hadits Rasulullah yang mengatakan
bahwa al-jaar Qabla daar (tetangga sebelum membangun rumah). hadits ini memberikan pengertian
agar sebelum membangun rumah, perhatikan terlebih dahulu siapa lingkungan terdekat yakni tetangga
yang akan hidup berdekatan nanti, hal ini perlu diperhatikan agar nanti terkena dampak pengaruh yang
baik setelahnya ada proses peninjauan dalam mendirikan rumah. kemudian dalam haditsnya yang lain,
Rasulullah SAW bersabda bahwa setiap bayi yang terlahir itu membawa potensi, setelah itu maka
kedua orang tuanya lah yang akan menjadikan ia seorang yahudi atau pun majusi.

III. Akhlak Terhadap Lingkungan


Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia, seperti binatang, tumbuh-
tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa. Akhlak yang dianjurkan Alquran terhadap lingkungan
bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara
manusia dan sesamanya serta antara manusia dan alam.
Akhlak kepada lingkungan adalah perilaku atau perbuatan kita terhadap lingkungan, Akhlaq
terhadap lingkungan yaitu manusia tidak dibolehkan memanfaatkan sumber daya alam dengan jalan
mengeksploitasi secara besar-besaran,sehingga timbul ketidakseimbangan alam dan kerusakan bumi.
lingkungan harus diperlakukan dengan baik dengan selalu menjaga, merawat dan melestarikannya
karena secara etika hal ini merupakan hak dan kewajiban suatu masyarakat serta merupakan nilai yang
mutlak adanya. Dengan kata lain bahwa berakhlak yang baik terhadap lingkungan merupakan salah
satu manifestasi dari etika itu sendiri.
Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi
manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya
dan manusia terhadap alam lingkungan. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan,
dan pembimbingan agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptanya.
Dalam pandangan akhlak islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang atau
memetik bunga sebelum mekar. Karena hal ini berati tidak memberi kesempatan kepada makhluk untuk
mencapai tujuan penciptaannya. Ini berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati proses-proses
yang sedang berjalan, dan terhadap semua proses yang sedang terjadi, sehingga ia tidak melakukan
pengrusakan atau bahkan dengan kata lain, setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai
perusakan pada diri manusia sendiri.
Akhlak yang baik terhadap lingkungan adalah ditunjukkan kepada penciptaan suasana yang baik,
serta pemeliharaan lingkungan agar tetap membawa kesegaran, kenyamanan hidup, tanpa membuat
kerusakan dan polusi sehingga pada akhirnya akan berpengaruh terhadap manusia itu sendiri yang
menciptanya.
Dari Syaddad bin Aus berkata, “Ada dua hal yang aku hapal dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, beliau berkata, ‘Sesungguhnya Allah mewajibkan berlaku ihsan kepada segala sesuatu.
Binatang, tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa semuanya diciptakan oleh Allah SWT dan
menjadi milik-Nya, serta semua memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan
sang Muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah "umat" Tuhan yang harus diperlakukan secara
wajar dan baik.
Karena itu dalam Al-Quran surat Al-An'am (6): 38 ditegaskan bahwa binatang melata dan burung-
burung pun adalah umat seperti manusia juga, sehingga semuanya --seperti ditulis Al-Qurthubi (W. 671
H) di dalam tafsirnya-- "Tidak boleh diperlakukan secara aniaya."
Tuhan ini mengundang seluruh manusia untuk tidak hanya memikirkan kepentingan diri sendiri,
kelompok, atau bangsa, dan jenisnya saja, melainkan juga harus berpikir dan bersikap demi
kemaslahatan semua pihak. Ia tidak boleh bersikap sebagai penakluk alam atau berlaku sewenang-
wenang terhadapnya. Memang, istilah penaklukan alam tidak dikenal dalam ajaran Islam. Istilah itu
muncul dari pandangan mitos Yunani. Yang menundukkan alam menurut Al-Quran adalah Allah.
4
AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN 2 Akhlak Terhadap Lingkungan

Manusia tidak sedikit pun mempunyai kemampuan kecuali berkat kemampuan yang dianugerahkan
Tuhan kepadanya.
Mahasuci Allah yang menjadikan (binatang) ini mudah bagi kami, sedangkan kami sendiri tidak
mempunyai kemampuan untuk itu (QS Az-Zukhruf [43]: 13) Jika demikian, manusia tidak mencari
kemenangan, tetapi keselarasan dengan alam. Keduanya tunduk kepada Allah, sehingga mereka harus
dapat bersahabat.
Al-Quran menekankan agar umat Islam meneladani Nabi Muhammad saw yang membawa rahmat
untuk seluruh alam (segala sesuatu). Untuk menyebarkan rahmat itu, Nabi Muhammad saw bahkan
memberi nama semua yang menjadi milik pribadinya, sekalipun benda-benda itu tak bernyawa. "Nama"
memberikan kesan adanya kepribadian, sedangkan kesan itu mengantarkan kepada kesadaran untuk
bersahabat dengan pemilik nama. Nabi Muhammad saw telah mengajarkan : "Bertakwalah kepada
Allah dalam perlakuanmu terhadap binatang, kendarailah, dan beri makanlah dengan baik."
Alam sebagai rahmat dan karunia Allah dijelaskan dalam Qs. Al-Jatsiyah (45) : 13, yang berbunyi:

ََّ ِ‫ه إ‬
‫ن في‬ َّ
َُ ‫السماواتَِ وما فِي اْلرضَِ جميعاَ ِمن‬ ‫خرَ ل ُكمَ ما فِي‬ َّ ‫ذلِكَ َلياتَ لِقومَ يتف‬
َّ ‫ك ُرونَ وَ س‬

“Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya,
(sebagai rahmat) dari-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir”.
Ini berarti bahwa alam raya telah ditundukkan Allah untuk manusia. Manusia dapat
memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Namun pada saat yang sama, manusia tidak boleh tunduk
dan merendahkan diri kepada segala sesuatu yang telah direndahkan Allah untuknya, berapa pun
harga benda-benda itu. Ia tidak boleh diperbudak oleh benda-benda itu. Manusia dalam hal ini dituntut
untuk selalu mengingat-ingat, bahwa ia boleh meraih apa pun asalkan yang diraihnya serta cara
meraihnya diridhoi Allah SWT, sesuai dengan kaidah kebenaran dan keadilan. Akhirnya kita dapat
mengakhiri uraian ini dengan menyatakan bahwa keberagamaan seseorang diukur dari akhlaknya. Nabi
bersabda : "Agama adalah hubungan interaksi yang baik."Beliau juga bersabda: "Tidak ada sesuatu
yang lebih berat dalam timbangan (amal) seorang mukmin pada hari kiamat, melebihi akhlak yang
luhur. (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi).
Berdasarkan kandungan Surah Al-Ahqaf ayat 3 dan Surah Luqman ayat 20 di atas, Dr Quraish
Shihab mengatakan, dalam memanfaatkan alam manusia tidak hanya dituntut untuk tidak bersikap
angkuh terhadap sumber daya yang dimilikinya, tetapi juga dituntut untuk memerhatikan apa yang
sebenarnya dikehendaki oleh Allah SWT, Pemilik Alam ini.
Manusia dituntut untuk tidak hanya memikirkan kepentingan diri sendiri atau kelompoknya saja,
tetapi juga kemaslahatan semua pihak. Dengan demikian, manusia diperintahkan bukan untuk mencari
kemenangan, tetapi keselarasan dengan alam.
Ada beberapa hal yang harus kita pahami sebagai bentuk akhlak yang baik kepada lingkungan
hidup agar kita bisa melaksanakannya.

1. Keharusan Menjaga Lingkungan Hidup.


Menjaga kelestarian lingkungan hidup dan tidak melakukan kerusakan di dalamnya merupakan
suatu keharusan bagi setiap manusia. Karena itu, siapapun orangnya, melakukan kerusakan hidup
dianggap sebagai sesuatu yang tidak baik sehingga orang munafik sekalipun tidak mau dituduh
telah melakukan kerusakan di muka bumi ini meskipun ia sebenarnya telah melakukan kerusakan,
Allah Swt berfirman yang artinya:
Dan apabila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,
mereka menjawab: Sesungguhnya kami orang yang mengadakan perbaikan. Ingatlah,

5
AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN 2 Akhlak Terhadap Lingkungan

sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari
(QS 2: 11-12).

Oleh karena itu, orang-orang yang suka melakukan kerusakan di muka harus diwaspadai, Allah
Swt berfirman:

Dan apabila ia (munafik) berpaling (dari kamu), ia berjalan di muka bumi untuk mengadakan
kerusakan padanya, dan merusak tanaman-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai
kebinasaan (QS 2: 205)

2. Anjuran Menanam Pohon.


Agar lingkungan hidup yang kita diami tetap asri dan lestari, maka kaum muslimin sangat
dianjurkan untuk menanam pohon, dengan adanya pohon, apalagi pohon yang besar, manusia akan
memperoleh keuntungan seperti penghijauan, air hujan bisa menyerap lebih banyak ke dalam tanah
sebagai cadangan air, udara tidak terlalu panas, buah yang dihasilkan serta kayu yang bisa
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia. Anjuran menanam pohon ini terdapat dalam hadits
Nabi Saw:
Jika hari kiamat datang dan pada tangan seseorang diantara kamu terdapat sebuah bibit
tanaman, jika ia mampu menanamnya sebelum datangnya kiamat itu, maka hendaklah ia
menanamnya (HR. Ahmad dan Bukhari)
Manakala pohon yang ditanam itu menghasilkan buah yang banyak, maka pahala untuk orang
yang menanam pohon itu akan lebih besar lagi, Rasulullah Saw bersabda:
Tidak seorangpun menanam tanaman, kecuali ditulis baginya pahala sesuai dengan buah yang
dihasilkan oleh tanaman itu (HR. Ahmad).

3. Tidak Boleh Buang Air di Jalan, Tempat Bernaung dan dekat sumber air.
Lingkungan hidup yang bersih, indah dan nyaman merupakan dambaan bagi setiap orang,
karena itu harus dicegah adanya usaha untuk mengotori lingkungan, karena itu Rasulullah Saw
melarang siapapun untuk membuang air di jalan, tempat bernaung maupun dekat sumber air,
Rasulullah Saw bersabda:

Takutlah kepada dua hal yang dilaknati. Mereka (sahabat) bertanya: Apakah dua hal yang
dilaknati itu, ya Rasulullah?. Rasulullah Saw menjawab: Orang yang membuang hajat di jalan umum
atau di bawah pohon tempat orang berteduh (HR. Muslim).

4. Tidak Boleh Buang Air di Air Yang Tergenang.


Air merupakan kebutuhan yang sangat utama bagi masusia, dalam kehidupan sekarang,
manusia tidak hanya mengandalkan air dari dalam tanah, tapi justeru sekarang ini banyak orang
yang mengandalkan air sungai yang dibersihkan dan disucikan. Karena itu, manusia jangan sampai
mengotori atau mencemari air sungai. Disamping itu, kebersihan lingkungan juga harus dijaga dan
dipelihara dengan tidak “buang air “ pada air yang tergenang, karena hal itu akan mendatangkan
penyakit dan bau yang tak sedap, Rasulullah Saw bersabda:

Jabir ra berkata: Rasulullah Saw telah melarang kencing dalam air yang berhenti tidak mengalir
(HR. Muslim).

5. Memelihara Tanaman.
Ketika para sahabat telah menanam pohon kurma, mereka ingin agar pohon itu tumbuh dengan
baik dan menghasilkan buah yang banyak, tapi mereka agak bingung bagaimana harus

6
AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN 2 Akhlak Terhadap Lingkungan

mengurusnya, karenanya mereka bertanya kepada Nabi tentang hal itu, namun Nabi menjawab:
“Kamu lebih tahu tentang urusan duniamu”.
Kisah di atas menunjukkan bahwa pohon yang sudah ditanam harus dipelihara dengan sebaik-
baiknya, namun teknisnya diserahkan kepada masing-masing orang sesuai dengan
perkembangannya.
Dalam kaitan dengan memelihara tanaman, penebangan pohonpun sedapat mungkin dihindari,
kecuali bila hal itu memang sangat diperlukan, itupun bila tidak menganggu lingkungan, ini berarti
harus sesuai dengan izin Allah Swt meskipun dalam keadaan perang, Allah Swt berfirman:
Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang kafir) atau yang kamu biarkan
(tumbuh) berdiri di atas pokoknya, maka (semua itu) adalah dengan izin Allah; dan karena Dia
hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik (QS 59:5).

6. Boleh Memakan Buah.


Bagi seorang muslim, disadari bahwa Allah Swt telah menganugerahkan buah yang begitu
banyak macamnya, karenanya boleh saja kita memakannya, namun jangan sampai berlebih-lebihan,
setelah itu jangan sampai lupa memanjatkkan rasa syukur dengan menunaikan zakatnya pada saat
panen, Allah berfirman yang artinya:

Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon
kurma, tanaman-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk
dan warnanya), dan tidak sama rasanya. Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila
dia berbuah, dan tunaikanlah haknya dari memetik hasilnya (zakat); dan janganlah kamu berlebih-
lebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan (QS 6:141).

7. Tidak Menggunakan Air Secara Boros.


Hal yang juga amat penting untuk mendapat perhatian kita adalah menggunakan air secara
hemat, karenanya wudhu itu masing-masing dilakukan maksimal tiga kali, meskipun wudhu pada air
yang banyak, bahkan wudhu di sungai sekalipun, karenanya Rasulullah berwudhu hanya
menggunakan sedikit air, hal ini tergambar dalam hadits:

Adalah Rasulullah Saw berwudhu, dengan satu mud air (HR. Abu Daud dan Nasa’I).

Datang seorang Badui kepada Nabi Saw, kemudian bertanya kepada beliau tentang wudhu,
maka Nabi Saw memperlihatkan padanya tiga kali, tiga kali, lalu sabda: “Inilah wudhu, siapa yang
lebih berarti telah berbuat keburukan dan kezaliman (HR. Nasa’I, Ahmad dan Ibnu Majah).

8. Meminta Hujan Saat Kemarau.


Musim kemarau apalagi kemarau panjang bisa mengakibatkan kesengsaraan bagi manusia,
karena bisa mengakibatkan kekurangan persediaan air yang pada akhirnya kegagalan dalam
pertanian dan perkebunan. Bahkan musim kemarau bisa mengakibatkan bencana yang lebih besar
lagi seperti mudahnya terjadi kebakaran, termasuk kebakaran hutan. Disamping itu, kesengsaraan
juga dialami oleh binatang yang kesulitan bahan makanan karena daun dan rumput yang biasa
dimakan menjadi kering serta kesengsaraan bagi lingkungan hidup itu sendiri. Oleh karena itu,
sebagai upaya menumbuhkan alam lingkungan yang subur, indah dan nyaman, menjadi suatu
keharusan bagi kaum muslimin untuk berdo’a meminta hujan dengan melaksanakan shalat istisqa.

Dengan menerapkan pengelolaan lingkungan hidup akan terwujud kedinamisan dan keharmonisan
antara manusia dengan lingkungannya. Untuk mencegah dan menghindari tindakan manusia yang
semena-mena (eksploitasi) maka diterapkan kebijakan melalui undang-undang lingkungan hidup.

7
AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN 2 Akhlak Terhadap Lingkungan

Di Indonesia hal ini dapat dikaji dalam pengelolaan lingkungan hidup dimana dikatakan bahwa
dengan diberlakukannya UU No. 4 Th. 1982 yang disempurnakan dan diganti dengan UU No. 23 Th.
1997, masalah lingkungan hidup telah menjadi faktor penentu dalam proses pengambilan keputusan
pemanfaatan dan pengolahan SDA. Pembangunan tidak lagi menempatkan SDA sebagai modal, tetapi
sebagai satu kesatuan ekosistem yang di dalamnya berisi manusia, lingkungan alam dan/atau
lingkungan buatan yang membentuk kesatuan fungsional, saling terkait, dan saling tergantung dalam
keteraturan yang bersifat spesifik, berbeda dari satu tipe ekosistem ke tipe ekosistem yang lain. Oleh
sebab itu, pengelolaan lingkungan hidup bersifat spesifik, terpadu, holistik dan berdimensi ruang.
Berdasarkan UU No. 23 Th. 1997 lingkungan hidup diartikan sebagai kesatuan ruang dengan
kesemua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Pengelolaan lingkungan hidup didefinisikan sebagai upaya terpadu untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan,
pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup. Pada Bab II pasal 4 UU No. 23 Th. 1997
dikemukakan bahwa sasaran pengelolaan lingkungan hidup adalah sebagai berikut.
1. Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup.
2. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang mempunyai sikap dan tindak
untuk melindungi serta membina lingkungan hidup.
3. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa mendatang.
4. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup.
5. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.
6. Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari dampak usaha dan/atau kegiatan
di luar wilayah negara yang menyebabkan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) pasal 3 menyebutkan bahwa usaha dan/atau
kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup
meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam.
2. Eksploitasi sumber daya alam baik yang terbaharui maupun yang tidak terbaharui.
3. Proses dan kajian yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan, pencemaran dan
kerusakan lingkungan hidup, serta kemerosotan sumber daya alam dalam pemanfaatannya
4. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan buatan, serta
lingkungan sumber daya.
5. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi sumber
daya alam dan/atau perlindungan cagar budaya.
6. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, jenis hewan dan jasad renik.
7. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non-hayati.
8. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk mempengaruhi lingkungan
hidup.
9. Kegiatan yang mempunyai resiko tinggi dan dapat mempengaruhi pertahanan Negara
Pengeksploitasian terhadap sumber daya alam harus dilakukan secara proporsional, tidak boleh
berlebihan. Jika mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan maka ekosistem lingkungan bisa
rusak sehingga masyarakat setempat dan juga industri tersebut akan mendapatkan dampak buruknya.
Jika misalnya harus menebang pohon, maka dibarengi dengan usaha penanaman kembali (reboisasi).
Setiap lingkungan hidup yang ada di sekitar kita semuanya bermanfaat bagi kehidupan manusia, mulai
dari udara, air, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Udara sangat berguna bagi kehidupan manusia yakni
untuk bernafas, karena sedetik saja kita tidak bisa menghirup udara untuk bernafas, maka hidup akan
berakhir. Air sangat berguna untu minum, tidak sedikit manusia yang mati karena kehausan, bahkan
8
AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN 2 Akhlak Terhadap Lingkungan

hewan dan tumbuh-tumbuhanpun akan mati bila tidak ada air. Hewan, terutama hewan ternak yang
halal, ada yang berguna untuk dimakan, ada yang bermanfaat untuk dipergunakan tenaganya, seperti
kerbau untuk membajak sawah, kuda dan unta untuk kendaraan. Sedangkan tumbuh-tumbuhan
berguna untuk dimakan, seperti buah-buahan dan sayuran. Dan ada juga yang digunakan sebagai
bahan bangunan dan kayu bakar dan lain sebagainya.
Manusia sebagai khalifah fil ardh telah diperintakan Allah Swt.untuk memelihara, melestarikan dan
mempergunakan lingkungan hidup untuk kepentingan manusia itu sendiri. Sebagaimana firman Allah
Swt.dalam al Qur’an :
alam ini diciptakan untuk kita dan kita diperintakan untuk melestarikan, memakmurkan dan
memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya untuk kepentingan diri kita sendiri. Namun harus diingat,
bahwa kita harus menjaga keseimbangan alam dan lingkungan hidup. Janganlah kita membuat
kerusakan di muka bumi ini, tidak boleh mengeksploitasi alam hanya untuk kepentingan nafsu serakah.
Misalnya menebang pohon seenak udelnya tanpa menanam kembali pohon sebagai pengantinya.
Karena itu akan mengakibatkan bencana bagi manusia itu sendiri.
Setiap kali muncul / terjadi suatu bencana, sering orang bertanya-tanya, ada apa dengan bencana?
Setiap orang beragam dalam menjawab pertanyaan seperti ini. Ada yang menjawab, terjadi karena
pergeseran lempengan-lempengan yang ada di dasar laut, sehingga berpotensi menimbulkan gempa
tektonik dan tsunami. Ada lagi yang menjawab, mungkin karena alam sudah tidak bersahabat dengan
kita. Bahkan ada yang lebih radikal lagi jawabannya, karena alam sudah terlalu sering disakiti, dirusak,
dizholimi (dieksploitasi) oleh manusia, maka alam itu marah yang membabi buta. Dan kalau alam itu
sudah marah dan murka maka dampaknya adalah kepada manusia itu sendiri.
Semua jawaban di atas apabila disimpulkan, karena umat manusia sudah tidak lagi memelihara dan
menjaga akhlak yang baik terhadap alam dan lingkungan hidup yang ada di sekitarnya. Sudah bosan
rasanya telinga kita mendengar berita-berita yang menggambarkan tentang prilaku manusia yang
berbuat tidak adil terhadap alam dan lingkungan.
Padahal dampak dari perbuatannya itu akan kembali lagi kepada manusia itu sendiri. Sebut saja
misalnya penebangan liar (penggundulan) hutan tanpa memperhatikan undang-undang yang berlaku,
mengakibatkan banjir bandang dan longsor. Membakar hutan secara ilegal, untuk kepentingan oknum
para pengusaha Kelapa Sawit, mengakibatkan asap tebal dimana-mana bahkan sampai ke negara
tetangga. Dan pengeboran minyak tanpa memperhatikan peraturan yang berlaku, berdampak luapan
lumpur yang tidak terkendali seperti di Sidoarjo dan lain-lain. Kenapa manusia tega berbuat demikian?
Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an:

ۖ ‫ث ۗ ٰذَلِكَ َمت َاعُ ْال َحيَاةِ الدُّ ْن َيا‬


ِ ‫س َّو َم ِة َو ْاْل َ ْنعَ ِام َو ْال َح ْر‬
َ ‫ض ِة َو ْال َخ ْي ِل ْال ُم‬
َّ ‫ب َو ْال ِف‬ َ ‫ير ْال ُمقَ ْن‬
ِ ‫ط َرةِ مِ نَ الذَّ َه‬ ِ ِ‫ساءِ َو ْال َبنِينَ َو ْالقَنَاط‬
َ ِِّ‫ت مِ نَ الن‬ ِ َّ‫ُزيِِّنَ لِلن‬
َّ ‫اس حُبُّ ال‬
ِ ‫ش َه َوا‬

”Telah dihiasi pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-
wanita, anak-anak, harta benda yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang
ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia ” ( Q.S. 3:14).

Ayat ini mengisyaratkan bahwa setiap manusia diberi potensi hawa nafsu untuk mendapatkan rasa
cinta kepada wanita cantik, ingin memiliki harta benda yang banyak seperti emas, perak, kuda pilihan
(kendaraan mewah), binatang ternak dan sawah ladang (Az-Zuhaily:1998) Mereka berlomba-lomba
untuk mendapatkan semuanya itu, walaupun dengan berbagai cara, tidak peduli apakah cara yang
digunakan itu merusak alam dan lingkungan atau tidak yang penting bagi dirinya bahwa tujuan itu
tercapai. Maka dari sinilah awal mula proses terjadinya kerusakan alam yang mengakibatkan bencana
yang sangat dasyat di negeri ini.

9
AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN 2 Akhlak Terhadap Lingkungan

Islam memandang bahwa segala musibah yang terjadi di alam ini akibat perbuatan manusia itu
sendiri. Seperti dalam firman Allah Swt.:

َ‫ض الَّذِي َع ِملُوا لَعَلَّ ُه ْم يَ ْر ِجعُون‬ ِ َّ‫ت أ َ ْيدِي الن‬


َ ‫اس ِليُذِيقَ ُه ْم بَ ْع‬ َ ‫ساد ُ فِي ْالبَ ِ ِّر َو ْالبَحْ ِر بِ َما َك‬
ْ َ‫سب‬ َ َ‫ظ َه َر ْالف‬
َ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia supaya
Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke
jalan yang benar)” (Q.S. 30: 41)

Dalam ayat ini menjelaskan bahwa musibah yang terjadi baik di daratan maupun di lautan akibat
ulah manusia yang mengumbar hawa nafsunya untuk kepentingan dirinya. Dan musibah sengaja Allah
Swt. timpahkan kepada manusia agar manusia kembali ke jalan Tuhannya yakni jalan yang benar.
Bila mempergunakan lingkungan hidup di jalan yang dimurkai Allah Swt., misalnya membiarkan
bumi (tanah) dan berbagai macam kemaksiatan tumbuh subur di negeri ini, para pemimpin negara
banyak yang korupsi, kaum muda-mudi tidak risih memamerkan auratnya di depan umum, tayangan TV
penuh dengan pornografi dan pornoaksi, maka jangan heran bila bencana silih berganti, sebagai
peringatan dari Allah Swt. na’udzu billah min dzalik.
Berakhlakulkarimah dengan lingkungan hidup adalah berani memelihara, melestarikan, dan
memanfaatkannya untuk kepentingan manusia dalam rangka menuju ridho Allah Swt. Dan apabila
dipergunakan untuk sebaliknya. Maka bersiap-siaplah menerima bencana yang maha dahsyat, seperti
dijanjikan dalam al Qur’an :

ِ ‫شدِيدُ ْال ِعقَا‬


‫ب‬ َّ ‫صةً ۖ َوا ْعلَ ُموا أ َ َّن‬
َ َ‫ّللا‬ َ َ‫صيبَ َّن الَّذِين‬
َّ ‫ظلَ ُموا ِم ْن ُك ْم خَا‬ ِ ُ ‫َواتَّقُوا فِتْنَةً ََل ت‬
“Dan hendaklah kalian takut akan fitnah (bencana) yang tidak khusus menimpa orang-orang yang
zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya” (Q.S.8: 25).

Manusia di muka bumi ini adalah khalififah, yang diberi kemampuan oleh Allah untuk mengelola,
merawat dan mendaya gunakan dengan sebaik-baiknya, apabila manusia sebagai khalifah tak mumpu
mengelolanya dengan baik maka akan munculah musibah-musibah dari hukum alam ini yang susah
sekali untuk mengelakkannya. , sekedar contoh apabila manusia membabat habis hutan maka yang
terjadi adalah banjir besar yang bisa meluluh lantakan orang yang tak bersalah sekalipun.
Namun disana terdapat juga musibah yang tidak disebabkan oleh ulah manusia dalam mengelola
bumi, Angin yang tadinya mendistribusi awan (QS al-Baqarah/2:164) dan menyebabkan penyerbukan
dalam dunia tumbuh-tumbuhan (Q.S. al-Kahfi/18:45), tiba-tiba tampil begitu ganas memorak-
porandakan segala sesuatu yang dilalewatinya (QS Fushshilat/41:16).
Gunung-gunung yang tadinya sebagai pasak bumi (QS al-Naba'/78:7), tiba-tiba memuntahkan debu,
lahar panas, dan gas beracun (QS al-Mursalat/77:10 atau yang baru saja menimpa saudara-saudara
kita di jawa tengah ketika lempengan-lempengan bumi bergeser maka terjadilah gempa yang tidak
terduga.
Bencana seperti ini adalah merupakan ujian bagi kita semua, karena musibah ini telah menimpa
tidak saja bagi orang yang berdosa tapi juga bagi orang yang beriman. Mereka menanggung
penderitaan yang sama, marilah kita menghindarkan anggapan bahwa ini merupakan azab atas dosa-
dosa yang diperbuat oleh para korban sendiri., disaat kita menganggap ini azab, maka bagi korban
yang menderita akan mendapatkan kesusahan dua kali, pertama musibah itu sediri dan yang kedua
adalah suudlon kita, tentunya ungkapan-ungkapan itu akan menyudutkan bagi yang terkena musibah.
Cara kerja azab Tuhan di dalam Alquran hanya menimpa kaum yang durhaka dan tidak menimpa atau
mencederai orang-orang yang shaleh dan taat pada Tuhan. Sedangkan cara kerja mushibah dan bala
tidak membedakan satu sama lainnya.
10
AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN 2 Akhlak Terhadap Lingkungan

Memang telah terdapat ayat-ayat yang menerangkan tentang azab umat—umat terdahulu Bentuk azab
itu antara lain:
1) banjir besar (mungkin ini gelombang tsunami pertama) seperti yang ditimpakan pada umat Nabi
Nuh;
2) bencana alam dahsyat berupa suara yang menggemuruh seperti yang ditimpakan kepada umat Nabi
Syu'aib;
3) tanah longsor dahsyat seperti yang ditimpakan kepada umat Nabi Luth;
Meski demikian Secara historis, Nabi Muhammad adalah seorang nabi yang tidak pernah sekalipun
mendoakan ummatnya agar celaka. Dia tidak pernah menghadapi kondisi psikologis yang sangat
mengecewakan dan menyerah dalam berda’wah pada umatnya, Maka, dia tidak pernah berdoa minta
azab kepada Allah bagi kaum-kaumnya yang tidak taat.
Musibah adalah suatu keniscayaan yang melanda semua manusia, baik secara perorangan maupun
kelompok. Perasaan takut, lapar, kekurangan harta, jiwa, sampai kekurangan buah-buahan yang
dibutuhkan, selalu menyertai mereka yang terkena musibah.

َ َ‫) الَّذِينَ إِذَا أ‬155‫صا ِب ِرينَ (البقرة‬


‫صا َبتْ ُه ْم‬ ِّ ‫ت َو َب‬
َّ ‫ش ِْر ال‬ ٍ ‫ف َو ْال ُجوعِ َونَ ْق‬
ِ ‫ص ِم ْن ْاْل َ ْم َوا ِل َو ْاْلَنفُ ِس َوالث َّ َم َرا‬ ِ ‫َيءٍ ِم ْن ْالخ َْو‬ ْ ‫َو َلنَ ْبلُ َونَّ ُك ْم ِبش‬
ْ ُ ٌ
)157‫صلَ َواتٌ ِم ْن َر ِبِّ ِه ْم َو َرحْ َمة َوأ ْولَئِكَ ُه ْم ال ُم ْهتَد ُونَ (البقرة‬ ُ
َ ‫) أ ْولَئِكَ َعلَ ْي ِه ْم‬156‫اجعُونَ (البقرة‬ ِ ‫صيبَةٌ قَالُوا ِإنَّا ِ َّّلِلِ َو ِإنَّا ِإلَ ْي ِه َر‬ ِ ‫ُم‬

''Dan sesungguhnya akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan, dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang
sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi
raji'un. Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan
mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.'' (QS Al-Baqarah (2): 155-157).

Cara Menyikapi Bencana Alam


Seperti sabda Rasulullah SAW, ''Siapa yang akan diberi limpahan kebaikan dari Allah, maka diberi
ujian terlebih dahulu.'' (HR Bukhari Muslim).
Semua ujian haruslah kita hadapi dengan kesabaran,karena kesabaran adalah sebuah tanda
lulusnya sebuah ujian, seperti pada sebuah hadis : ''Sungguh menakjubkan perkara orang yang
beriman seluruh perkaranya menjadi baik. Ketika ditimpa musibah dia bersabar, itu membawa kebaikan
baginya. Dan ketika mendapatkan nikmat dia bersyukur dan itu membawa kebaikan baginya.'' (Al-
Hadis).
Bahwa seberat apapun ujian yang berupa musibah alam raya ini, kita yakin Allah pasti sudah
proprosional dalam mengujinya dan tidak akan melebihi dari kesanggupan dalam menjalaninya bagi
orang yang tertimpa.

‫طأْنَا َربَّنَا َو ََل تَحْ ِم ْل‬


َ ‫اخ ْذنَا إِ ْن نَسِينَا أ َ ْو أ َ ْخ‬
ِ ‫ت َربَّنَا ََل ت ُ َؤ‬ َ َ‫ت َو َعلَ ْي َها َما ا ْكت‬
ْ ‫س َب‬ ْ َ‫سب‬ َ ‫سا إِ ََّل ُو ْسعَ َها لَ َها َما َك‬
ً ‫ّللاُ نَ ْف‬
َّ ‫ف‬ ُ ِّ‫ََل يُك َِل‬
َ‫ار َح ْمنَا أ َ ْنت‬
ْ ‫ْف َعنَّا َوا ْغ ِف ْر لَنَا َو‬ ُ ‫طاقَةَ لَنَا بِ ِه َواع‬ َ ‫ص ًرا َك َما َح َم ْلتَهُ َعلَى الَّذِينَ ِم ْن قَ ْب ِلنَا َربَّنَا َو ََل ت ُ َح ِِّم ْلنَا َما ََل‬ ْ ِ‫َعلَ ْينَا إ‬
ْ ْ
)286‫ص ْرنَا َعلَى القَ ْو ِم الكَافِ ِرينَ (البقرة‬ ُ ‫َم ْو ََلنَا فَان‬
''Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.'' (QS Al-Baqarah (2):
286.

Apapun bentuk musibah yang di derita oleh seorang muslim,baik itu berupa kesususahan,
penderitaan maupun penyakit, Allah akan menghapus sebagian kesalahan dan dosa, dengan demikian
derajat para korban bencana akan mulia, bagi yang meninggal dunia dia akan mati syahid dan bagi

11
AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN 2 Akhlak Terhadap Lingkungan

yang masih hidup tentunya dengan kesabaran atas penderitaan itu Allah akan hapus sebagian
kesalahan dan dosa dosanya.
Kelima bagi kita yang tidak secara langsung mengalami musibah itu, hendaknya kita jadi peristiwa
itu sebagai momentum untuk menyaksikan kebesaran dan keagungan Allah, sehingga akan
menguatkan iman kita pada sang pencipta alam semesta.
Marilah kita bayangkan apabila musibah itu menimpa diri kita sendiri, keluarga kita, atau temen-
teman kita, tentunya kita akan menderita dan susah menjalani cobaan besar ini. Maka marilah kita
bantu para korban bencana semaksimal mungkin karena sekecil apapun bantuan itu akan sangat
berharga sekali bagi kehidupan para korban yang masih hidup. Kita berharap musibah ini akan
membawa kebaikan-kebaikan dalam ridlo Allah. Kita semua berduka atas musibah ini. Kita semua
harus mohon ampun atas semua dosa. Namun, kita tidak boleh mengeluh dan bersedih
berkepanjangan serta kehilangan harapan pada Tuhan Sembari bertobat dan mohon petunjuk Tuhan,
mari kita baca hikmah dan pembelajaran dari musibah ini.
Jalan terbaik menyikapi musibah adalah kita pasrahkan diri kita kepada Allah SWT dengan sikap
tawakkal dan tawaddhu’ serta bersabar. Mudah-mudahan banyak hikmah yang bisa kita petik dan ambil
pelajaran dalam mengarungi kehidupan ini.
Islam tidak memandang musibah itu adalah bentuk murkanya Allah, tapi adalah teguran kepada umat-
Nya, cobaan bagi orang-orang yang beriman dan pelajaran buat orang-orang yang masih bergelimang
dosa dan maksiat. Melalui musibah seyogianya dapat mempertebal keimanan kita karena begitu
mudahnya Allah SWT menunjukkan keperkasaan-Nya kepada kita.
Allah SWT berfirman: “Yang menjadikan kematian dan kehidupan, supaya Dia menguji kamu, siapakah
di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS Al-Mulk
2).
Ayat ini mengajarkan kita bahwa Allah SWT akan menguji kesabaran kita sebagai orang beriman,
sama halnya dengan orang-orang yang menempuh pendidikan, ada ujian yang dilalui agar dapat lulus
dengan hasil yang memuaskan.
Rasulullah SAW bersabda: “Jika Allah berkehendak positif kepada hamba-Nya, maka Dia akan
mendahulukan siksanya terhadap hamba-Nya, dan jika Allah berkehendak negatif terhadap hamba-
Nya, maka siksa akibat dosa-dosanya ditunda sampai ke akherat kelak.” (HR Tirmidzi).
Sikap yang diajarkan Rasulullah SAW hendaknya senantiasa mampu kita terapkan karena lima
belas abad yang lalu Nabi mengalami banyak serangkaian musibah dan cobaan ketika berupaya
meyakinkan orang-orang kafir tentang kebenaran Islam. Cobaan dan musibah datang silih berganti.
Beliau dicela, dicaci maki dan hendak dibunuh. Tapi beliau tidak pernah berputus asa dan menyurutkan
langkah serta menganggap itu adalah “bencana” sebagai bentuk ujian yang harus ia lalui. Nabi akhirnya
dapat memetik hasil sempurna dari perjuangannya: Islam dapat diterima.
Selain meneladani perilaku yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, kita harus menyikapi musibah
yang terjadi dan menimpa kita dengan tetap ber-husnuzzhan kepada Allah SWT, berbaik sangka
kepada-Nya dengan memandang serba positif terhadap keputusan yang Dia ambil. Baik terhadap diri
kita, orang lain dan alam seluruhnya.
Orang yang ber-husnuzzhan terhadap Allah SWT memiliki pandangan yang luas yang didasari oleh
keimanan yang tangguh. Ia meyakini bahwa segala keputusan atau takdir Allah baik berupa
kesenangan maupun yang menyusahkan tidak mungkin ditujukan-Nya untuk menyengsarakan umat
manusia. Keputusan Allah atas manusia tadi adalah bentuk dari pendidikan, cobaan atau ujian untuk
mengukur sejauhmana keimanan seseorang.
Bagi yang memiliki sifat husnuzzhan kepada Allah SWT, bila ia mendapat ujian kenikmatan tidak
sombong tetapi tetap tawaddhu’ dan bila mendapat musibah di kala sulit tidak berkeluh kesah, tetap
kukuh berprasangka baik kepada-Nya. Karena Allah tidak akan memberikan beban kepada umat-Nya di
12
AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN 2 Akhlak Terhadap Lingkungan

luar kemampuan. Hal ini Allah tegaskan dalam firman-Nya: “Allah menghendaki kemudahan bagimu,
bukan kesusahan.” (QS Al-Baqarah 185).
Islam memberikan pedoman bagaimana menyikapi musibah (unheil:s.) sebagaimana ditulis Ibrahim
Anis dalam bukunya Al-Mu’jam Al-Wasith:
Iman dan ridha terhadap ketentuan Allah SWT. Sebagai orang yang beriman kita harus mempunyai
keyakinan bahwa setiap bencana dan musibah adalah benar datangnya dari Allah, tidak mengaitkan
dengan hal-hal lain seperti murkanya makhluk halus yang menunggu tempat tersebut. Karena setiap
musibah dan bencana yang menimpa kita adalah bentuk pelajaran yang harus kita ambil hikmahnya.
Sabar menghadapi musibah. Sabar (ergeben) adalah orang yang mampu menahan diri terhadap
bentuk ujian yang menimpa kita dan menerimanya dengan lapang dada. Karena orang yang beriman itu
bila dia ditimpa musibah akan tetap sabar dan bila dia diberi nikmat akan tetap tawaddhu’ atau tidak
sombong (aufgeblasen).
Ada hikmah dibalik musibah. Setiap musibah dan bencana yang datang pasti mengandung hikmah
(weisheit: w.) yang tersembunyi. Bagi orang yang beriman menganggap itu merupakan pelajaran atau
mungkin Allah punya rencana dan maksud lain yang kita tahu rahasia dibalik musibah tersebut.
Tetap berikhtiar. Maksudnya tetap berusaha untuk memperbaiki keadaan atau menghindarkan diri
dari bencana yang menimpa tidak pasrah, menunggu dan diam saja. Kita harus punya inisiatif untuk
berbuat dan bertindak agar kita dapat keluar dari kesulitan yang menghimpit.
Bertobat. Tobat adalah kembali kepada Allah setelah kita melakukan maksiat atau kita
membersihkan semua kesalahan yang kita perbuat dengan jalan dekat kepada-Nya. Islam tidak
memandang manusia itu bagaikan malaikat tanpa berbuat dosa, tapi sebaik-baik manusia itu adalah
segera berhenti dari perbuatan dosa dan bertobat dari kesalahan yang diperbuat.
Memperbanyak doa dan dzikir. Selagi sedang ditimpa musibah kita dianjurkan memperbanyak zikir
karena dengan jalan tersebut dapat menentramkan hati dan menghilangkan kegelisahan sambil berdoa
supaya kita bisa keluar dari masalah tersebut. Nabi SAW mengajarkan dalam doanya: “Allahumma
jurnii khairon fii mushiibathii wa akhluf lii khairan minhaa.” Artinya: “Ya Allah, berilah pahala dalam
musibahku ini dan berilah ganti bagiku yang lebih baik daripadanya.” (HR Muslim).
Tetap Istiqamah. Seorang muslim yang tangguh dalam menjalani cobaan yang diberikan Allah, dia
tetap konsisten dan teguh pendirian dalam menjalankan dan mengamalkan ajaran Islam. Tidak lantas
dengan ujian tersebut membuat ia semakin jauh dari ajaran agama bahkan timbul penyakit stres atau
mengambil jalan pintas bunuh diri.

13

You might also like