Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
- Adilah Salma
- Anis Rosita
- Fitri Nuraini
Kelas : X IPS 3
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapakan siswa telah mengerti dan memahami masalah
sosial, sehingga dapat menerapkan nya dalam kehidupan masyarakat dan mengurangi tingkat
permasalahan sosial yang terjadi dalam masyarakat itu sendiri.
Makalah Masalah-Masalah Sosial
Disusun oleh :
- Indra Lesmana
- Kania Oktaviani
- Krisna Artha Santosa
Kelas : X IPS 3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sosiologi terutama menelaah gejala-gejala yang wajar dalam masyarakat seperti norma-norma,
kelompok sosial, lapisan masyarakat, lembaga-lembaga kemasyrakatan, proses sosial, perubahan
sosial dan kebudayaan, serta perwujudannya. Tidak semua gejala tersebut berlangsung secara norml
sebagaiman dikehendaki masyarakat bersangkutan. Gejala-gejala yang tidak dikehendaki merupakan
gejala abnormal atau gejala-gejala patologis. Hal ini disebabkan karena unsur-unsur masyarakat
tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga menyebabkan kekecewaan-kekecewaan dan
penderitaan. Gejala-gejala abnormal tersebut dinamkan maslah-masalah sosial.
Masalah sosial merupakan suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat,
yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Atau, menghambat terpenuhinya keinginan-
keinginan pokok warga kelompok sosial tersebut sehingga menyebabkan kepincangan ikatan sosial.
Dalam keadaan normal terdapat integrasi serta keadaan yang sesuai pada hubungan-hubungan
antar unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat. Apabila antar unsur-unsur tersebut terjadi
bentrokan, maka hubungan-hubungan sosial akan terganggu sehingga mungkin terjadi kegoyahan
dalam kehidupan kelompok.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah siswa mengerti dan memahami pengertian masalah
sosial, kemiskinan, kriminalitas, kesenjangan sosial, kriminalitas, ketidakadilan sebagai masalah
sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah masalah sosial mengandung dua kata, yakni masalah dan sosial. Kata “sosial” membedakan
masalah ini dengan masalah ekonomi, politik, fisika, kimia, dan masalah lainnya. Meskipun bidang-
bidang ini masih terkait dengan masalah sosial. Kata “sosial” antara lain mengacu pada masyarakat,
hubungan sosial, struktur sosial, dan organisasi sosial. Sementara itu kata “masalah” mengacu pada
kondisi, situasi, perilaku yang tidak diinginkan, bertentangan, aneh, tidak benar, dan sulit.
Adanya berbagai pandangan para tokoh sosiologi tentang masalah sosial. Pandangan itu antara lain,
sebagai berikut :
1. Arnold Rose mengatakan bahwa dapat didefinisikan sebagai suatu situasi yang telah
memengaruhi sebagian besar masyarakat sehingga meraka percaya bahwa situasi itu adalah sebab
dari kesulitan mereka situasi itu dapat diubah.
2. Raab dan Selznick berpandangan bahwa masalah sosial adalah masalah hubungan sosial yang
menentang masyarakat itu sendiri atau menciptakan hambatan atas kepuasan banyak orang.
3. Richard dan Richard berpendapat bahwa masalah sosial adalah pola perilaku dan kondisi yang
tidak di inginkan dan tidak dapat diterima oleh sebagian besar anggota masyarakat.
Ada 2 elemen penting terkait dengan definisi masalah sosial. Elemen yang pertama adalah elemen
objektif. Elemen objektif menyangkut keberadaan suatu kondisi sosial. Kondisi sosial disadari melalui
pengalaman hidup kita, media dan pendidikan, kita bertemu dengan peminta-peminta yang
terkadang datang dari rumah ke rumah. Kita menonton berita tentang peperangan, kemiskinan, dan
human trafficking atau perdagangan manusia. Kita membaca diberbagai media, surat kabar,
bagaimana orang kehilangan pekerjaannya.
Sementara itu elemen subjektif adalah masalah sosial menyangkut pada keyakinan bahwa kondisi
sosial tentu berbahaya bagi masyarakat dan harus diatasi. Kondisi sosial seperti itu antara lain adalah
kejahatan, penyalahgunaan obat, dan polusi. Dan kondisi ini tidak dianggap oleh masyarakat tentu
sebagai masalah sosial tetapi bagi masyarakat yang lain, kondisi itu dianggap sebagai kondisi yang
mengurangi kualitas hidup manusia.
Kemiskinan adalah suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri
sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental
maupun fisiknya dalam kelompok tersebut. Tingkat kemiskinan di masyarakat dapat diukur melalui
berbagai pendekatan, yaitu:
a. Secara absolut, artinya kemiskinan tersebut dapat diukur dengan standar tertentu. Seseorang
yang memiliki taraf hidup di bawah standar, maka dapat disebut miskin. Namun, jika seseorang yang
berada di atas standar dapat dikatakan tidak miskin.
b. Secara relatif, digunakan dalam masyarakat yang sudah mengalami perkembangan dan
terbuka. Melalui konsep ini, kemiskinan dilihat dari seberapa jauh peningkatan taraf hidup lapisan
terbawah yang dibandingkan dengan lapisan masyarakat lainnya.
Selain itu, kemiskinan juga dapat dilatarbelakangi oleh beberapa faktor. Adapun faktor yang
melatarbelakangi adanya sumber masalah kemiskinan, yaitu.
Kondisi individu yang memiliki kelemahan biologis, psikologis, dan kultural dapat dilihat dari
munculnya sifat pemalas, kemampuan intelektual dan pengetahuan yang rendah, kelemahan fisik,
kurangnya keterampilan, dan rendahnya kemampuan untuk menanggapi persoalan di sekitarnya.
b. Faktor Struktural
Kemiskinan struktural biasanya terjadi dalam masyarakat yang terdapat perbedaan antara orang
yang hidup di bawah garis kehidupan dengan orang yang hidup dalam kemewahan. Ciri-ciri
masyarakat yang mengalami kemiskinan struktural, yaitu:
2. Munculnya ketergantungan yang kuat dari pihak orang miskin terhadap kelas sosial-ekonomi di
atasnya.
Kriminalitas berasal dari kata crime yang artinya kejahatan. Kriminalitas adalah semua perilaku
warga masyarakat yang bertentangan dengan norma-norma hukum pidana. Kriminalitas yang terjadi
di lingkungan masyarakat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari dalam maupun luar
individu. Tindakan kriminalitas yang ada di masyarakat sangat beragam bentuknya, seperti
pencurian, perampokan, pembunuhan, dan lain sebagainya. Tindakan kriminalitas yang terjadi di
masyarakat harus menjadi perhatian aparat polisi dan masyarakat sekitar. Ada beberapa tindakan
yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya masalah kriminalitas di lingkungan masyarakat,
antara lain:
b. Adanya koordinasi antara aparatur penegak hukum dengan aparatur pemerintah lainnya yang
saling berhubungan.
Kesenjangan sosial adalah suatu keadaan ketidakseimbangan sosial yang ada di masyarakat yang
menjadikan suatu perbedaan yang sangat mencolok. Dalam hal kesenjangan sosial sangatlah
mencolok dari berbagai aspek misalnya dalam aspek keadilanpun bisa terjadi. Antara orang kaya dan
miskin sangatlah dibedakan dalam aspek apapun, orang desa yang merantau dikotapun ikut terkena
dampak dari hal ini, memang benar kalau dikatakan bahwa “ Yang kaya makin kaya, yang miskin
makin miskin”. Adanya ketidak pedulian terhadap sesama ini dikarenakan adanya kesenjangan yang
terlalu mencolok antara yang “kaya” dan yang “miskin”. Banyak orang kaya yang memandang
rendah kepada golongan bawah, apalagi jika ia miskin dan juga kotor, jangankan menolong, sekedar
melihatpun mereka enggan.
Disaat banyak anak-anak jalanan yang tak punya tempat tinggal dan tidur dijalanan, namun masih
banyak orang yang berleha-leha tidur di hotel berbintang , banyak orang diluar sana yang kelaparan
dan tidak bisa memberi makan untuk anak-anaknya tapi lebih banyak pula orang kaya sedang asyik
menyantap berbagai makanan enak yang harganya selangit. Disaat banyak orang-orang miskin
kedinginan karena pakaian yang tidak layak mereka pakai, namun banyak orang kaya yang
berlebihan membeli pakaian bahkan tak jarang yang memesan baju dari para designer seharga
250.000 juta, dengan harga sebanyak itu seharusnya sudah dapat memberi makan orang-orang
miskin yang kelaparan.
a. Kemiskinan
Menurut Lewis (1983), budaya kemiskinan dapat terwujud dalam berbagai konteks sejarah, namun
lebih cendrung untuk tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat yang memiliki seperangkat
kondisi:
1. Sistem ekonomi uang, buruh upah dan sistem produksi untuk keuntungan tetap tingginya
tingkat pengangguran dan setengah pengangguran bagi tenaga tak terampil
5. Kuatnya seperangkat nilai-nilai pada kelas yang berkuasa yang menekankan penumpukan harta
kekayaan dan adanya kemungkinan mobilitas vertical, dan sikap hemat, serta adanya anggapan
bahwa rendahnya status ekonomi sebagai hasil ketidaksanggupan pribadi atau memang pada
dasarnya sudah rendah kedudukannya.
Menurut Parker Seymour dan Robert J. Kleiner (1983) formulasi kebudayaan kemiskinan mencakup
pengertian bahwa semua orang yang terlibat dalam situasi tersebut memiliki aspirasi-aspirasi yang
rendah sebagai salah satu bentuk adaptasi yang realistis.
1. Fatalisme,
2. Rendahnya tingkat aspirasi,
Berkaitan dengan budaya sebagai fungsi adaptasi, maka suatu usaha yang sungguh-sungguh untuk
mengubah nilai-nilai yang tidak diinginkan ini menuju ke arah yang sesuai dengan nilai-nilai golongan
kelas menengah, dengan menggunakan metode-metode psikiater kesejahteraan sosial-pendidikan
tanpa lebih dahulu (ataupun secara bersamaan) berusaha untuk secara berarti mengubah kenyataan
kenyataan struktur sosial (pendapatan, pekerjaan, perumahan, dan pola-pola kebudayaan
membatasi lingkup partisipasi sosial dan peyaluran kekuatan sosial) akan cendrung gagal. Budaya
kemiskinan bukannya berasal dari kebodohan, melainkan justru berfungsi bagi penyesuaian diri.
Kemiskinan struktural menurut Selo Sumarjan (1980) adalah kemiskinan yang diderita oleh suatu
golongan masyarakat karena struktur sosial masyarakat itu tidak dapat ikut menggunakan sumber
pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Kemiskinan strukturl adalah suasana kemiskinan
yang dialami oleh suatu masyarakat yang penyebab utamanya bersumber pada struktur sosial, dan
oleh karena itu dapat dicari pada struktur sosial yang berlaku dalam masyarakat itu sendiri.
b. Lapangan Pekerjaan
Lapangan pekerjaan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam perekonomian masyarakat,
sedangan perekonomian menjadi fartor terjadinya kesenjangan sosial. Sempitnya lapangan
pekerjaan di Indonesia menjadikan pengangguran yang sangat besar di Indonesia dan merupakan
pekerjaan bagi pemerintah saat ini.
Menurut kamus umum bahasa Indonesia susunan W.J.S Poerwadarminta, kata adil berarti tidak
berat sebelah atau memihak manapun dan tidak sewenang-wenang. Sedangkan menurut istilah
keadilan adalah penagkuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban. Keadilan
menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia, ada tiga macam keadilan menurut
Aristoteles, yaitu :
a. Keadilan distributif, yaitu memberikan sama yang sama dan memberikan tidak sama yang tidak
sama
b. Keadilan kommutatif, yaitu penerapan asas proporsional, biasanya digunakan dalam hal hukum
bisnis
c. Keadilan remedial, yaitu memulihkan sesuatu ke keadaan semula, biasanya digunakan dalam
perkara gugatan ganti kerugian.
Keadilan juga dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu:
a. Keadilan restitutif, yaitu keadilan yang berlaku dalam proses litigasi di pengadilan dimana
fokusnya adalah pelaku
b. Keadilan restoratif, yaitu keadlian yang berlaku dalam proses penyelesaian sengketa non-litigasi
dimana fokusnya bukan pada pelaku, tetapi pada kepentingan “victims” (korban).
Supremasi hukum di Indonesia masih harus direformasi untuk menciptakan kepercayaan masyarakat
dan dunia internasional terhadap sistem hukum Indonesia. Masih banyak kasus-kasus ketidakadilan
hukum yang terjadi di negara kita. Keadilan harus diposisikan secara netral, artinya setiap orang
memiliki kedudukan dan perlakuan hukum yang sama tanpa kecuali.
Keadaan yang sebaliknya terjadi di Indonesia. Bagi masyarakat kalangan bawah perlakuan
ketidakadilan sudah biasa terjadi. Namun bagi masyarakat kalangan atas atau pejabat yang punya
kekuasaan sulit rasanya menjerat mereka dengan tuntutan hukum. Ini jelas merupakan sebuah
ketidakadilan.
Inilah dinamika hukum di Indonesia, yang menang adalah yang mempunyai kekuasaan, yang
mempunyai uang banyak, dan yang mempunyai kekuatan. Mereka pasti aman dari gangguan hukum
walaupun aturan negara dilanggar. Orang biasa seperti Nenek Minah dan teman-temannya itu, yang
hanya melakukan tindakan pencurian kecil langsung ditangkap dan dijebloskan ke penjara.
Sedangkan seorang pejabat negara yang melakukan korupsi uang negara milyaran rupiah dapat
berkeliaran dengan bebasnya
Sebagai salah satu contoh lagi ketidakadilan di negara ini adalah budaya hakim sendiri. Budaya
tersebut dilakukan bila terjadi tindakan kejahatan dan menangkap basah pelaku kejahatan tersebut.
Pelaku kejahatan biasanya akan babak-belur atau bahkan meninggal jika polisi tidak langsung
menanganinya langsung. Budaya tersebut sebaiknya tidak dilakukan oleh masyarakat, seharusnya
masyarakat menyerahkan pelaku kejahatan kepada aparat hukum dan membiarkan aparat hukum
yang menindak langsung terhadap tindak kejahatan. Tetapi apakah fenomena budaya hakim sendiri
terjadi karena ketidakpercayaan masyarakat terhadap aparat hukum dan hukum yang berlaku di
Indonesia? Mungkin saja fenomena hakim sendiri lahir karena aparat hukum yang tidak menegakkan
hukum. Banyak juga kita lihat di televisi aparat-aparat hukum yang berlaku tidak adil, sebagai contoh
kita ambil kasus korupsi simulator SIM petinggi POLRI. Seharusnya aparat hukum yang menegakkan
hukum, tetapi pada kenyataannya adalah aparat hukum tersebut yang melanggar hukum. Atau
bahkan seorang hakim yang seharusnya jadi pengadil di negeri ini malah disuap. Harus kemanakah
mencari keadilan di negeri ini?
BAB III
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
1. Masalah sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan moral. Masalah tersebut merupakan persoalan
karena menyangkut tata kelakuan yang inmoral, berlawanan dengan hukum dan bersifat merusak.
2. Tingkat kemiskinan di masyarakat dapat diukur melalui berbagai pendekatan, yaitu: secara
absolut dan secara relati
4. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya masalah kriminalitas di
lingkungan masyarakat, antara lain: Peningkatan dan pemantapan aparatur penegak hukum, Adanya
koordinasi antara aparatur penegak hukum dengan aparatur pemerintah lainnya yang saling
berhubungan, Adanya partisipasi masyarakat untuk membantu kelancaran pelaksanaan
penanggulangan kriminalitas, Membuat undang-undang, yang dapat mengatur dan membendung
adanya tindakan kejahatan.
5. Kesenjangan sosial yang terjadi diakibatkan beberapa hal yaitu : Kemiskinan dan Lapangan
pekerjaan.
6. Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia, ada tiga macam
keadilan menurut Aristoteles, yaitu : Keadilan distributif, Keadilan kommutatif, dan Keadilan
remedial.
B. SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapakan siswa telah mengerti dan memahami masalah sosial,
sehingga dapat menerapkan nya dalam kehidupan masyarakat dan mengurangi tingkat
permasalahan sosial yang terjadi dalam masyarakat itu sendiri.
Daftar Pustaka
Pidarta, Prof. Dr. Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Soetomo, 2008, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Sudagung, Hendro Suroyo, Mengurai Pertikaian Etnis: Migrasi Swakarsa Etnis Madura ke
Soedijar, Z.A, 1990, penelitian Profil Anak Jalanan di DKI Jakarta, badan Penelitian dan
Pengembangan Sosial, Departeman Sosial.
Suwarsono dan Alvin Y. So., Perubahan Sosial dan Pembangunan (Jakarta: LP3ES, 1994).
http://berry-sastrawan.blogspot.co.id/2014/02/makalah-sosiologi-masalah-
MAKALAH SOSIOLOGI
Disusun oleh :
Kelas : X IPS 2
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah
Sosiologi ini yang berjudul “ KEMISKINAN “
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan Makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada ALLAH SWT. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha yang sudah kami lakukan. Amin.
Penyusun
Daftar isi
» Judul Makalah
» Kata Pengantar..........................................................................................2
» Daftar Isi....................................................................................................3
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................4
C. Maksud dan Tujuan ...................................................................................4
BAB II : PEMBAHASAN
A. Definisi Kemiskinan .................................................................................5
B. Klasifikasi Kemiskinan..............................................................................5
C. Indikator-Indikator Kemiskinan................................................................6
D. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Indonesia..................................... 6
E. Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan........................................................7
F. Dampak yang Ditimbulkan Akibat Kemiskinan ........................................8
G. Cara Mengatasi Kemiskinan......................................................................9
H. Contoh Gambar Kemiskinan....................................................................10
» Daftar Pustaka..........................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keadaan Perekonomian sekarang ini sangat memprihatinkan. Khususnya di
Indonesia kini terdapat berbagai permasalahan yang menyangkut mengenai
kehidupan bermasyarakat, antara lain masalah kemiskinan, masalah
pengangguran, masalah lingkungan hidup, dll. Permasalahan tersebut timbul
akibat semakin meningkatnya keadaan ekonomi yang tidak disesuaikan
dengan kondisi masyarakat. Khususnya masyarakat menengah kebawah.
Hingga kini kemiskinan masih menjadi bagian dari persoalan terberat dan
paling krusial di dunia ini.
Pada kesempatan ini kami mencoba memaparkan secara global
kemiskinan negara-negara di dunia, yaitu negara-negara berkembang yang
nota-benenya ada di belahan benua Asia. Kemudian juga pemaparan secara
spesifik mengenai kemiskinan di Negara Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari kemiskinan?
2. Apa indikator terjadinya kemiskinan?
3. Faktor apa saja yang menjadi penyebab kemiskinan?
4. Bagaimanakah tingkat perkembangan kemiskinan di Indonesia?
C. Maksud danTujuan
Adapun maksud dan tujuan dibuatnya makalah ini, yaitu sebagai berikut :
1. Menumbuhkan kesadaran masyarakat Indonesia yang mampu dalam hal
materi agar
ikut berperan serta untuk mengentaskan kemiskinan di Indonesia.
2. Memberikan informasi kepada masyarakat Indonesia untuk menghadapi
kemiskinan
yang merupakan tantangan global dunia ketiga.
3. Penulisan makalah ini disusun sebagai salah satu pemenuhan tugas
terstruktur dari
mata pelajaran Sosiologi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kemiskinan
Soekanto (1995:406) berpendapat bahwa kemiskinan diartikan sebagai suatu
keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai
dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga
mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut.
Kemiskinan berasal dari kata “miskin” yang berarti tidak berharta benda
dan serba kekurangan. Kemiskinan juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan
dimana terjadi ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar
seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.
B. Klasifkasi Kemiskinan
a) Menurut Jenisnya
1) Kemiskinan absolut, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang tidak
dapat memenuhi kebutuhan minimum hidunya.
2) Kemiskinan relatif, yaitu seseorang atau sekelompok orang dapat
memenuhi kebetuhan minimum hidupnya, namun dirinya masih merasa
miskin bila dibandingkan dengan orang lain atau kelompok lain.
b) Menurut Penyebabnya
1) Kemiskinan Struktural, yaitu kemiskinan yang disebabkan oleh struktur
sosial ekonomi dan ketidakmerataannya sumber daya
2) Kemiskinan Individu, yaitu kemiskinan yang terjadi karena adanya
kekurangan yang dipandang oleh seseorang mengenai syarat-syarat
yang diperlukan untuk mengatasi dirinya dari lembah kemiskinan
3) Kemiskinan Situsional, yaitu kemiskinan yang terjadi karena seseorang
tinggal di daerah yang kurang menguntungkan dan karenanya orang
tersebut menjadi miskin
4) Kemiskinan Kultural, yaitu kemiskinan yang terjadi karena kultur atau
budaya masyarakatnya yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat
kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain.
C. Indikator-Indikator Kemiskinan
Untuk menuju solusi kemiskinan penting bagi kita untuk menelusuri secara
detail indikator-indikator kemiskinan tersebut. Adapun indikator-indikator
kemiskinan, antara lain adalah :
1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan
dan papan).
2. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan,
pendidikan,
sanitasi, air bersih, dan transportasi).
3. Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk
pendidikan dan
keluarga).
4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massa.
5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber daya
alam.
6. Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.
7. Tidak adanya akses dalam lapangan
8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.
9. Ketidakmampuan dan ketidaktergantungan sosial (anak-anak terlantar,
wanita korban
kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal dan terpencil).
3. Masyarakat juga harus etos kerja dan memiliki kemauan untuk lebih
maju
Untuk masyarakat sendiri diharapkan untuk bersungguh-sungguh dalam
berusaha lebih maju dan meningkatkan etos kerja. Sehingga tujuan utama
dari program pengentasan kemiskinan yang sudah lama melanda sebagian
masyarakat dapat teratasi. Dan masalah kemiskinan akan dapat berkurang
bahkan hilang sama sekali.
4. Menigkatkan infrastruktur daerah dan akses masyarakat miskin
Dapat dilakukan Dengan cara Mengurangi kesenjangan antar daerah,
penyediaan sarana-sarana irigasi, air bersih dan sanitasi dasar terutama
daerah-daerah langka sumber air bersih, pembangunan jalan, jembatan, dan
dermaga daerah-daerah tertinggal.
5. Menyediakan lebih banyak dana untuk daerah-daerah miskin
Dengan cara meretistribusikan sumber dana kepada daerah-daerah yang
memiliki pendapatan rendah dengan instrumen Dana Alokasi Khusus
(DAK) .
Saran
Adapun saran yang dapat kami sampaikan adalah:
1. Pemerintah sebaiknya menjalankan program terpadu secara serius dan
bertanggung
jawab agar dapat segera mengatasi masalah kemiskinan di Indonesia
2. Sebagai warga negara Indonesia yang baik, mari kita dukung semua
program
pemerintah dengan sungguh-sungguh demi masa depan bangsa dan negara
Indonesia
terbebas dari kemiskinan.
3. Marilah kita tingkatkan kepedulian dan kepekaan sosial untuk membantu
saudara kita
yang masih mengalami kemiskinan.
Daftar pustaka
1. http://lianitadian-story.blogspot.co.id/2015/02/makalah-
kemiskinan_19.html
2. http://litamardiana.blogspot.com/2012/11/masalah-
kemiskinan-di-indonesia.html
3. http://yulliasurriaunnes.blogspot.com/2012/07/permasalahan-
sosial-makalah-kemiskinan.html
4. http://lasonearth.wordpress.com/makalah/makalah-
kewarganegaraan-kemiskinan/
5. http://appifrend.wordpress.com/2011/12/25/makalah-masalah-
kemiskinan-dan-penanggulangannya/
6. http://dimaskursiana.blogspot.co.id/2015/06/makalah-
permasalahan-sosial-kemiskinan.html
Makalah Sosiologi
Tentang Masalah Sosial
"Pengangguran"
DISUSUN OLEH
Kelas : X IPS 2
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam indikator ekonomi makro ada tiga hal terutama yang menjadi pokok permasalahan ekonomi
makro. Pertama adalah masalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat dikategorikan
baik jika angka pertumbuhan positif dan bukannya negatif. Kedua adalah masalah inflasi. Inflasi
adalah indikator pergerakan harga-harga barang dan jasa secara umum, yang secara bersamaan juga
berkaitan dengan kemampuan daya beli. Inflasi mencerminkan stabilitas harga, semakin rendah nilai
suatu inflasi berarti semakin besar adanya kecenderungan ke arah stabilitas harga. Namun masalah
inflasi tidak hanya berkaitan dengan melonjaknya harga suatu barang dan jasa. Inflasi juga sangat
berkaitan dengan purchasing power atau daya beli dari masyaraka. Sedangkan daya beli masyarakat
sangat bergantung kepada upah riil. Inflasi sebenarnya tidak terlalu bermasalah jika kenaikan harga
dibarengi dengan kenaikan upah riil. Masalah ketiga adalah pengangguran. Memang masalah
pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan khususnya di negara-negara
berkembang seperti di Indonesia
Dewasa ini, sudah tidak asing lagi ketika kita membicarakan masalah pengangguran yang ada di
Indonesia. Menyikapi hal tersebut, saya tertarik untuk lebih menjelaskan tentang masalah
pengangguran yang semakin bertambah kapasitasnya. Karena pengangguran merupakan masalah
negara saat ini yang sejak turun temurun belum teratasi. Pengangguran dan setengah pengangguran
yang tinggi berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan, kriminalitas dan
masalah-masalah sosial politik yang juga semakin meningkat.
Penulisan makalah ini selain bertujuan untuk memenuhi nilai UTS mata kuliah sosiologi, juga untuk
memberikan penjelasan yang lebih dalam mngenai faktor, dampak, dan solusi pengangguran yang
menjadi masalah sosial bangsa ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan dosen
pembimbing.
1. Apa yang dimaksud dengan pengangguran dan faktor-faktor apa saja yang menimbulkan
terjadinya atau meningkatnya kapasitas pengangguran di Indonesia ?
3. Dampak apa saja yang di timbulkan oleh adanya pengangguran dan jelaskan ?
1.3 Hipotesa
1. Pengangguran adalah seseorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin mendapat pekerjaan
tetapi belum dapat memperolehnya dan faktor utama yang menyebabkan timbulnya pengangguran
salah satunya adalah besarnya angkatan kerja tidak seimbang dengan kesempatan kerja.
2. pengangguran memiliki jenis-jenis tersendiri yaitu pengangguran terselubung, setengah
menganggur, dan pengangguran terbuka. Adapun macam-macam pengangguran adalah
Pengangguran konjungtural, Pengangguran struktural , Pengangguran friksional , Pengangguran
musiman , Pengangguran teknologi dan Pengangguran siklus.
3. pengangguran merupakan masalah sosial bangsa ini yang merugikan, dan tentu saja menimbulkan
berbagai dampak negatifnya yaitu munculnya kemiskinan dan kriminalisme dklangan masyarakat.
4. sampai sekarang masalah pengangguran belum teratasi penuh, bahkan tingkat pengangguran
setiap tahunnya selalu bertambah. Banyak solusi dan kebijakan-kebijakan dalam mengatasi
pengangguran misalnya meningkatkan wawasan penganggur dan memberi peatihan tenaga kerja
untuk mengisi lowongan-lowongan pekerjaan.
BAB 2
PEMBAHASAN
a. Pengertian Pengangguran
Pengangguran adalah seseorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin mendapat pekerjaan tetapi
belum dapat memperolehnya. Masalah pengangguran yang menyebabkan tingkat pendapatan
nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi maksimal yaitu masalah
pokok makro ekonomi yang paling utama.
Adapun faktor – faktor yang mendorong timbulnya pengangguran adalah sebagai berikut :
- jumlah pencari kerja lebih besar dari jumlah peluang kerja yang tersedia (kesenjangan antara
supply and demand).
- kesenjangan antara kompetensi pencari kerja dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar
kerja.
- masih adanya anak putus sekolah dan lulus tidak melanjutkan yang tidak terserap dunia
kerja/berusaha mandiri karena tidak memiliki keterampilan yang memadai.
- terbatasnya sumber daya alam di kota yang tidak memungkinkan lagi warga masyarakat untuk
mengolah sumber daya alam menjadi mata pencaharian.
Pengangguran sering diartikan sebagai angkatan kerja yang belum bekerja atau tidak bekerja secara
optimal. Berdasarkan pengertian diatas, maka pengangguran dapat dibedakan menjadi tiga macam
yaitu :
1. Pengangguran Terselubung (Disguissed Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja
secara optimal karena suatu alasan tertentu.
2. Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara
optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini
merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
3. Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak
mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat
pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.
Macam-macam pengangguran berdasarkan penyebab terjadinya dikelompokkan menjadi beberapa
jenis, yaitu :
d. Pengangguran musiman adalah pengangguran yang muncul akibat pergantian musim misalnya
pergantian musim tanam ke musim panen.
e. Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau penggantian
tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin
Penganggur itu berpotensi menimbulkan kerawanan berbagai kriminal dan gejolak sosial, politik dan
kemiskinan. Selain itu, pengangguran juga merupakan pemborosan yang luar biasa. Setiap orang
harus mengkonsumsi beras, gula, minyak, pakaian, energi listrik, sepatu, jasa dan sebagainya setiap
hari, tapi mereka tidak mempunyai penghasilan. Bisa kita bayangkan berapa ton beras dan
kebutuhan lainnya harus disubsidi setiap harinya
Tujuan akhir pembangunan ekonomi suatu negara pada dasarnya adalah meningkatkan
kemakmuran masyarakat dan pertumbuhan ekonomi agar stabil dan dalam keadaan naik terus.
Jika tingkat pengangguran di suatu negara relatif tinggi, hal tersebut akan menghambat pencapaian
tujuan pembangunan ekonomi yang telah dicita-citakan.
Hal ini terjadi karena pengganguran berdampak negatif terhadap kegiatan perekonomian, seperti
yang dijelaskan di bawah ini:
Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimalkan tingkat kemakmuran
yang dicapainya. Hal ini terjadi karena pengangguran bisa menyebabkan pendapatan nasional riil
(nyata) yang dicapai masyarakat akan lebih rendah daripada pendapatan potensial (pendapatan
yang seharusnya). Oleh karena itu, kemakmuran yang dicapai oleh masyarakat pun akan lebih
rendah.
Pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional yang berasal dari sector pajak berkurang.
Hal ini terjadi karena pengangguran yang tinggi akan menyebabkan kegiatan perekonomian me-
nurun sehingga pendapatan masyarakat pun akan menurun. Dengan demikian, pajak yang harus
dibayar dari masyarakat pun akan menurun. Jika penerimaan pajak menurun, dana untuk kegiatan
ekonomi pemerintah juga akan berkurang sehingga kegiatan pembangunan pun akan terus
menurun.
Berikut ini merupakan dampak negatif pengangguran terhadap individu yang mengalaminya dan
terhadap masyarakat pada umumnya:
Ketika membahas mengenai pengangguran, semuanya ini tidak sesuai dengan perundang undangan
di Indonesia, artinya masalah pengangguran yang merupakan masalah sosial bangsa indonesia masih
jauh melenceng dari Undang-Undang Dasar 1945 seperti tercantum dalam pasal 27 ayat 2 yang
berbunyi ”Tiap – tiap warga negara berhak atas penkerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan”. Untuk itu , ada berbagai solusi atau kebijakan untuk mengatasi masalah
pengangguran, yaitu :
1. Pengembangan mindset dan wawasan penganggur, berangkat dari kesadaran bahwa setiap
manusia sesungguhnya memilki potensi dalam dirinya namun sering tidak menyadari dan
mengembangkan secara optimal. Dengan demikian, diharapkan setiap pribadi sanggup
mengaktualisasikan potensi terbaiknya dan dapat menciptakan kehidupan yang lebih baik, bernilai
dan berkualitas bagi dirinya sendiri maupun masyarakat luas.
2. Segera melakukan pengembangan kawasan-kawasan, khususnya yang tertinggal dan terpencil
sebagai prioritas dengan membangun fasilitas transportasi dan komunikasi. Ini akan membuka
lapangan kerja bagi para penganggur di berbagai jenis maupun tingkatan. Harapan akan
berkembangnya potensi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) baik potensi sumber
daya alam, sumber daya manusia maupun keuangan (finansial).
3. Segera membangun lembaga sosial yang dapat menjamin kehidupan penganggur. Hal itu dapat
dilakukan serentak dengan pendirian Badan Jaminan Sosial Nasional dengan embrio mengubah PT
Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PT Jamsostek) menjadi Badan Jaminan Sosial Nasional yang terdiri dari
berbagai devisi menurut sasarannya. Dengan membangun lembaga itu, setiap penganggur di
Indonesia akan tercatat dengan baik dan mendapat perhatian khusus.
4. Segera menyederhanakan perizinan karena dewasa ini terlalu banyak jenis perizinan yang
menghambat investasi baik Penanamaan Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) dan investasi masyarakat secara perorangan maupun berkelompok.
5. Mengaitkan secara erat (sinergi) masalah pengangguran dengan masalah di wilayah perkotaan
lainnya, seperti sampah, pengendalian banjir, dan lingkungan yang tidak sehat. Sampah, misalnya,
terdiri dari bahan organik yang dapat dijadikan kompos dan bahan non-organik yang dapat didaur
ulang.
6. Mengembangkan suatu lembaga antarkerja secara profesional. Lembaga itu dapat disebutkan
sebagai job center dan dibangun dan dikembangkan secara profesional sehingga dapat membimbing
dan menyalurkan para pencari kerja. Pengembangan lembaga itu mencakup, antara lain sumber
daya manusianya (brainware), perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), manajemen
dan keuangan. Lembaga itu dapat di bawah lembaga jaminan sosial penganggur atau bekerja sama
tergantung kondisinya.
7. Menyeleksi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang akan dikirim ke luar negeri. Perlu seleksi lebih ketat
terhadap pengiriman TKI ke luar negeri. Sebaiknya diupayakan tenaga-tenaga terampil (skilled). Hal
itu dapat dilakukan dan diprakarsai oleh Pemerintah Pusat dan Daerah.
8. Segera harus disempurnakan kurikulum dan sistem pendidikan nasional (Sisdiknas). Sistem
pendidikan dan kurikulum sangat menentukan kualitas pendidikan.
9. Upayakan untuk mencegah perselisihan hubungan industrial (PHI) dan pemutusan hubungan kerja
(PHK).
10. Segera mengembangkan potensi kelautan kita. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
mempunyai letak geografis yang strategis yang sebagian besar berupa lautan dan pulau-pulau yang
sangat potensial sebagai negara maritim. Potensi kelautan Indonesia perlu dikelola lebih baik supaya
dapat menciptakan lapangan kerja yang produktif dan remuneratif.
BAB 3
PENUTUP
Harusnya pemimpin yang akan datang harus terus mengupayakan program pendidikan keterampilan
yang menunjang industri keratif, guna menekan angka pengangguran akibat kurangnya lapangan
kerja. Untuk itu para sarjana harus berfikir dari sekarang bagaimana menciptakan lapangan
pekerjaan seperti berwira usaha (entrepreneur).
Diharapkan ke depan kebijakan ketenagakerjaan dapat diubah kembali agar dapat berfungsi secara
optimal untuk memerangi pengangguran.
3.2 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat di simpulkan bahwa pengangguran merupakan masalah sosial bangsa
indonesia saat ini yang belum bisa teratasi, bahkan tingkat pengangguran setiap tahunnya semakin
bertambah. Faktor utama yang menimbulkan adanya pengangguran adalah kurangnya penggalian
potensi setiap individu dan kurangnya skill diluar sarjana bagi para sarjana. Pengangguran jelas
merugikan bangsa, oleh sebab itu banyak dampak negatif yang di hasilkan yaitu menimbulkan
kerawanan berbagai kriminal dan gejolak sosial, politik dan kemiskinan.
Makalah Tentang Masalah Sosial Dalam Masyarakat
Dea Amalia
Kelas : X IPS 1
Alhamdulillah kami panjatkan syukur kepada Tuhan Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
hiadayah karunia dan kasih sayang sehingga penulis dapat membuat menyelesaikan penulisan
makalah masalah sosial yang terjadi ditengah tengah masyarakat pada umumnya
Makalah masalah sosial ini disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata pelajaran
Sosiologi.Masalah sosial adalah ilmu yang mempelajari masyarakat dalam keseluruhannya. Sosiologi
memegang peranan penting dalam membantu memecahkan masalah-masalah sosial, seperti
kemiskinan, konflik antar ras, delinkuensi anak-anak, dan lain-lain. Dalam hal ini sosiologi memang
tidak terlalu menekankan pada pemecahan atau jalan keluar masalah-maslah tersbut, namun
berupaya menemukan sebab-sebab terjadinya maslah itu.
Usaha untuk mengatasi masalah sosial hanya mungkin berhasil apabila didasarkan pada kenyataan
latar belakangnya.
Disadari bahwa penyusun makalah ini belum lah sempurna, maka masukakn yang positif dari
pembaca sangat diharapkan demi perbaikan di masa datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaan
untuk kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................................iii
Bab Pendahuluan........................................................................................................1
Latar Belakang............................................................................................................1
Rumusan Masalah......................................................................................................2
Tujuan..........................................................................................................................2
Bab Isi..........................................................................................................................3
Pembahasan.................................................................................................................3
Kesimpulan .................................................................................................................8
Saran..........................................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sosiologi terutama menelaah gejala-gejala yang wajar dalam masyarakat seperti norma-
norma, kelompok sosial, lapisan masyarakat, lembaga-lembaga kemasyrakatan, proses sosial,
perubahan sosial dan kebudayaan, serta perwujudannya. Tidak semua gejala tersebut berlangsung
secara norml sebagaiman dikehendaki masyarakat bersangkutan. Gejala-gejala yang tidak
dikehendaki merupakan gejala abnormal atau gejala-gejala patologis. Hal ini disebabkan karena
unsur-unsur masyarakat tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga menyebabkan
kekecewaan-kekecewaan dan penderitaan. Gejala-gejala abnormal tersebut dinamkan maslah-
masalah sosial.
1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan masalah sosial, batasan dan pengertiannaya.
C. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah mahasiswa mengerti dan memahami pengertian masalah
sosial, batasan, klasifikasi masalah sosial dan sebab-sebabnya, dapat mengetahui ukuran-ukuran
sosiologi terhadap masalah-masalah sosial serta mampu memberikan contoh masalah sosial penting.
BAB II
A. PEMBAHASAN
Masalah sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan moral. Masalah tersebut merupakan persoalan
karena menyangkut tata kelakuan yang inmoral, berlawanan dengan hukum dan bersifat merusak.
Oleh sebab itu, maslah-masalah sosial tak akan mungkin ditelaah tanpa mempertimbangkan ukuran-
ukuran masyarakat mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Sosiologi
menyangkut teori yang hanya dalam batas tertentu menyangkut nilai-nilai sosial dan moral, yang
terpokok adalah aspek ilmiahnya.
Maslah sosial masyarakat menyangkut analisis tentang macam-macam gejala kehidupan masyarakat,
sedangkan problema sosial meneliti gejala-gejala abnormal masyarakat dengan maksud untuk
memperbaiki atau bahkan untuk menghilangkannya. Sosiologi menyelidiki persoalan-persoalan
umum dalam masyarakat dengan maksud untuk menemukan dan menafsirkan kenyataan-kenyataan
kehidupan masyrakat. Sementara itu, usaha-usaha perbaikannya merupakan bagian dari pekerjaan
sosial. Dengan kata lain sosiologi berusaha untuk memahami kekuatan-kekuatan dasar yang berda di
belakang tata kelakuan sosial. Pekerjaan sosial berusaha untuk menganggulangi gejala-gejala
abnormal dalam masyarakat, atau untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh
masyarakat.
Masalah sosial merupakan suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat,
yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Atau, menghambat terpenuhinya keinginan-
keinginan pokok warga kelompok sosial tersebut sehingga menyebabkan kepincangan ikatan sosial.
Dalam keadaan normal terdapat integrasi serta keadaan yang sesuai pada hubungan-hubungan
antar unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat. Apabila antar unsur-unsur tersebut terjadi
bentrokan, maka hubungan-hubungan sosial akan terganggu sehingga mungkin terjadi kegoyahan
dalam kehidupan kelompok.
Perumusan masalah sosial tidak begitu sukar, daripada usaha-usaha untuk membuat suatu indeks
yang memberi petunjuk akan adanya masalah sosial tersebut. Para sosiologi telah banyak
mengusahakan adanya indeks-indeks tersebut seperti misalnya indeks simple rates , yaitu angka laju
gejala-gejala abnormal dalam masyarakat, angka-angka bunuh diri, perceraian, kejahatan anak-anak,
dan seterusnya. Sering kali juga diusahakan sistem composite indices, yaitu gabungan indeks-indeks
dari bermacam-macam aspek yang mempunyai kaitan satu sama lainnya contohnya angka bunuh
diri di hungkan dengan tingkat kemiskinan yang menjadi faktor melakukan tindakan tersebut.
Namun demikian, ada beberapa ukuran umum yang dapat dipakai sebagai ukuran terjadinya suatu
disorganisasi dalam masyarakat umpamanya adanya keresahan sosial. Karena terjadinya
pertentangan antara golongan-golongan dalam masyarakat, frekuensi penemuan baru yang
fundamental dalam kebudayaan dan masyarakat tersebut juga menyebabkan perubahan-
perubahan.
2. Klasifikasi Masalah Sosial dan Sebab-Sebabnya
Masalah sosial timbul dari kekurangan-kekurangan dalam diri manusia atau kelompok sosial yang
bersumber pada faktor-faktor ekonomis, biologis, biofsikologis dan kebudayaan. Setiap masyarakat
mempunyai norma yang bersangkut-paut dengan kesejahteraan kebendaan, kesehatan fisik,
kesehatan mental, serta penyesuaian diri individu untuk kelompok sosial. Penyimpangan-
penyimpangan terhadap norma-norma tersebut merupakan gejala abnormal yang merupakan
maslah sosial. Sesuai dengan sumber-sumbernya maslah sosial dapat diklasifkasikan dalam keempat
kategori diatas.
Problema-problema yang berasal dari faktor ekonomis antara lain kemiskinan, pengangguran, dan
sebagainya. Penyakit, misalnya berasall dari faktor bilogis. Dari faktor fsikologis timbul seperti
penyakit saraf (neurosis), bunuh diri, disorganisasi jiwa, dan seterusnya. Sementara itu persoalan
yang menyangkut perceraian, kejahatan, kenakalan anak-anak, konflik, dan keagamaan bersumber
pada faktor kebudayaan.
Didalam menentukan apakah suatu masalah-masalah problema sosial atau tidak, sosiologi
menggunakan beberapa pokok persoalan sebagai ukuran, yaitu sebagai berikut :
a. Kriteria Utama
Suatu maslah sosial, yaitu tidak adanya persesuaian antara ukuran-ukuran dan nilai-nilai sosial
dengan kenyataan-kenyataan serta tindakan-tindakan sosial. Unsur-unsur yang pertama dan pokok
masalah sosial adalah adanya perbedaan yang mencolok antara nilai-nilai dengan kondisi-kondisi
nyata hidupnya. Artinya, adanya kepincangan-kepincangan antara anggapan-anggapan masyarakat
tentang apa yang seharusnya terjadi dengan apa yang terjadi dalam kenyataan pergaulan hidup.
Pernyataan tersebut diatas sering kali diartikan secara sempit, yaitu masAlah sosial merupakan
persoalan-persoalan yang timbul secara langsung dari atau bersumber langsung pada kondisi-kondisi
maupun proses-proses sosial. Jadi, sebab-sebab terpenting maslah sosial haruslah bersifat sosial.
Ukurannya tidaklah semata-mata pada perwujudannya yang bersifat sosial, tetapi juga sumbernya.
Berdasarkan jalan pikiran yang demikian, kejadian-kejadian yang tidak bersumber pada perbuatan
manusia bukanlah mer upakan maslah sosial.
c. Pihak-Pihak yang Menetapkan Apakah suatu Kepincangan Merupakan Masalah Sosial atau
Tidak.
Dalam hal ini para sosiologi harus mempunyai hipotesis sendiri untuk kemudian diujikan pada
kenyataan-kenyataan yang ada. Sikap masyarakat itu sendirilah yang menentukan apakah suatu
gejala merupakan suatu maslah sosial atau tidak.
Suatu masalah yang merupakan manifest social problem adalah kepincangan-kepincangan yang
menurut keyakinan masyarakat dapat diperbaiki, dibatasi atau bahkan dihilangkan. Lain halnya
dengan latent social problem yang sulit diatasi karena walaupun masyarakat tidak menyukainya,
masyarkat tidak berdaya untuk mengatasinya. Di dalam mengatasi maslah tersebut, sosilogi
seharusnya berpegang pada perbedaan kedua macam masalah tersebut yang didasarkan pada
sistem nilai-nilai masyarakat; sosiologi seharusnya mendorong masyarakat untuk memperbaiki
kepincangan-kepincangan yang diterimanya sbagai gejala abnormal yang mungkin dihilangkan atau
diatasi.
Ada beberapa persoalan penting yang dihadapi oleh masyarakat-masyarakat , misalnya sebagai
berikut :
• Kemiskinan
• Kejahatan
• Disoganisasi Keluarga
• Peperangan
• Masalah Kependudukan
• Birokrasi
o Pelacuran
o Delinkuensi Anak-Anak
o Alkoholisme
o Homoseksualitas
Dalam memecahkan masalah sosial ada beberapa metode yang dapat digunakan yaitu, metode
preventif dan metode represif. Metode yang preventif jelas lebih sulit dilaksanakan karena harus
didasarkan pada penelitian yang mendalam terhadap sebab-sebab terjadinya masalah sosial.
Artinya, setelah suatu gejala dapat dipastikan sebagai masalah sosial, baru diambil tindakan-
tindakan untuk mengatasinya. Di dalam mengatasi sosial, tidaklah semata-mata melihat aspek
sosiologis, tetapi juga aspek-aspek lainnya. Dengan demikian, diperlukan suatu kerja sama antara
ilmu pengetahuan kemasyarakatan pada khususnya untuk memecahkan masalah sosial yang
dihadapi tadi.
BAB III
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
1. Masalah sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan moral. Masalah tersebut merupakan
persoalan karena menyangkut tata kelakuan yang inmoral, berlawanan dengan hukum dan bersifat
merusak.
3. Ukuran- Ukuran Sosiologi Terhadap Masalah Sosial meliputi, Kriteria Utama, Sumber-
Sumber Sosial dan Masalah Sosial, Pihak-pihak yang Menetapkan Apakah suatu Kepincangan
Merupakan Masalah Sosial atau Tidak, Perhatian Masyarkat dan Masalah Sosial
5. Dalam memecahkan masalah sosial ada beberapa metode yang dapat digunakan yaitu,
metode preventif dan metode represif.
B. SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapakan mahasiswa telah mengerti dan memahami masalah sosial,
sehingga dapat menerapkan nya dalam kehidupan masyarakat dan mengurangi tingkat
permasalahan sosial yang terjadi dlam masyarakat itu sendiri.
MAKALAH PENGANGGURAN
Disusun oleh :
Eva Maulidia
Fifih Fazriana
Hesti Yani
Kelas : X IPS 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perekonomian Indonesia sejak krisis ekonomi pada pertengahan 1997, membuat kondisi
ketenagakerjaan Indonesia ikut memburuk. Sejak itu, pertumbuhan ekonomi di Indonesia juga tidak
pernah mencapai 7-8 persen. Padahal masalah pengangguran erat kaitannya dengan pertumbuhan
ekonomi. Jika pertumbukan ekonomi ada, otomatis penyerapan tenaga kerja juga ada. Setiap
pertumbukan ekonomi satu persen, tenaga kerja yang terserap bisa mencapai 400 ribu orang. Jika
pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 3-4 persen, tentunya hanya akan menyerap 1,6 juta tenaga
kerja, sementara pencari kerja mencapai rata-rata 2,5 juta pertahun. Sehingga, setiap tahun pasti
ada sisa pencari kerja yang tidak memperoleh pekerjaan dan menimbulkan jumlah pengangguran di
Indonesia bertambah. Bayangkan, pada 1997, jumlah pengangguran terbuka mencapai 4,18 juta.
Selanjutnya, pada 1999 (6.03 juta), 2000 (5,81 juta), 2001 (8,005 juta), 2002 (9,13 juta), 2003 (11,35
juta). Sementara itu, data pekerja dan pengangguran menunjukkan, 2001 ; usia kerja (148,730 juta),
angkatan kerja (100,779 juta), penduduk yang kerja (91,647 juta), pengangguran terbuka (9,132
juta), setengah penganggur terpaksa (28,869 juta), setengah penganggur sukarela tidak di ketahui
jumlah pastinya. Hingga tahun 2002 saja telah banyak pengangguran, apalagi di tahun 2003 hingga
2007 pasti jumlah pengangguran semakin bertambah dan mengakibatkan kacaunya stabilitas
perkembangan ekonomi Indonesia. Hal itulah yang membuat saya merasa tertarik untuk
memngangkat sebuah tema mengenai masalah pengangguran terhadap ekonomi.
Setelah melihat pemaparan dari latar belakang di atas, saya merumuskan beberapa hal yang di
jadikan rumusan masalah dalam makalah ini antara lain :
1.3 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memperoleh informasi dan data yang cukup sehingga
permasalahan yang telah dikemukakan pada rumusan masalah dapat digambarkan dengan jelas
melalui informasi yang diperoleh. Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah :
PEMBAHASAN
Pengangguran adalah sebutan untuk suatu keadaan dimana masyarakat tidak bekerja
sama sekali, sedamg mencari pekerjaan, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu atau
seseorang yang sedang mencari pekerjaan yang layak.
Keadaan yang ideal, diharapkan besarnya kesempatan kerja yang tersedia sama dengan
besarnya angkatan kerja, sehingga semua angkatan kerja akan mendapatkan pekerjaan. Namun pda
kenyataannya keadaan tersebut sulit untuk dicapai. Umumnya kesempatan kerja lebih sedikit dari
pada angkatan kerja, sehingga tidak semua angkatan kerja mendapatkan pekerjaan maka timbullah
pengangguran.
v Definisi pengannguran menurut Sadono Sukirno, pengangguran adalah suatu keadaan dimana
seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan namun belum dapat
memperolehnya.
v Definisi pengangguran menurut Payman J. Simanjuntak, pengangguran adalah orang yang tidak
bekerja berusia angkatan kerja yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari
selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan.
Ada beberapa macam pengangguran yang di golongkan menjadi dua yaitu berdasarkan lama waktu
dan penyebab terjadinya, antara lain :
a. Pengangguran terbuka ( open unemployment ), yakni tenaga kerja yang benar-benar tidak
memiliki pekerjaan (tidak bekerja sama sekali). Pengangguran ini terjadi karena tidak adanya
lapangan pekerjaan atau karena ketidaksesuaian lapangan kerja dengan latar belakang pendidikan
dan keahlian tenaga kerja.
b. Setengah menganggur ( under unemployment ), yakni tenaga kerja yang bekerja, tetapi bila di
ukur dari sudut jam kerja, pendapatan, produktivitas dan jenis pekerjaan tidak optimal. Biasanya
tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam
selama seminggu.
c. Pengangguran terselubung ( disguised unemployment ), yakni tenaga kerja yang bekerja tetapi
tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan atau keahliannya. Misalnya, seorang insinyur teknik,
bekerja sebagai pelayan restoran.
c. Pengangguran friksional, yakni pengangguran yang disebabkan oleh pergeseran (friksi) pekerja
yang ingin bergeser (berpindah) dari satu perusahaan ke perusahaan lain dalam rangka mencari
pekejaan yang lebih bagus dan cocok. Sementara mencari pekerjaan baru, tenaga kerja pun
menganggur untuk sementara waktu, sambil mencari pekerjaan yang yang di inginkan. Oleh karena
itu, pengangguran friksional disebut juga pengangguran sukarela, karena terjadi atas keinginan
sendiri.
d. Pengangguran musiman, yakni pengangguran yang disebabkan oleh perubahan musim atau
perubahan permintaan tenaga kerja secara berkala. Misalnya pada masa pembangunan gedung,
tukang bangunan bisa bekerja. Tetapi bila gedung telah selesai dibangun, tukang bangunan menjadi
pengangguran musiman sambil menunggu pembangunan berikutnya.
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah
angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya.
Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya
pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat
menimbulkan kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan
jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketaidaan pendapatan menyebabkan
penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya sehingga menyebabkan menurunnya
tingkat krmakmuran dan kesejahteraan. Akibat jangka panjang dari tingkat pengangguran yang
terlalu tinggi adalah menurunnya GNP dan pendapatan perkapita suatu negara
Pengangguran sangat berdampak pada kehidupan perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi yang menurun, dan bahkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang menurun
adalah salah satu dampak pengangguran. Berikut beberapa dampak pengangguran terhadap
perekonomian dan kehidupan sosial :
Pengangguran menyebabkan daya beli masyarakat. Daya beli masyarakat yang menurun
menyebabkan turunnya permintaan terhadap barang dan jasa. Hal ini menyebabkan para pengusaha
dan investor tidak bersemangat melakukan perluasan dan mendirikan industri baru sehingga
aktivitas perekonomian menjadi turun.
Orang yang tidak bekerja (memnganggur) tidak akan menghasilkan barang dan jasa. Itu berarti
semakin banyak orang yang mengaggur maka PDB (Produk Domestik Bruto) yang di hasilkan akan
menurun. PDB yang menurun akan menyebabkan turunnya pertumbuhan ekonomin sekaligus
turunnya pendapadan per-kapita. Jika pendapan per-kapita turun maka tingkat kesejahteraan
masyarakat juga ikut turun.
Orang yang menganggur tidak memiliki penghasilan (pendapatan). Itu artinya semakin banyak orang
yang menganggur, maka akan smakin turun pula penerimaan Negara yang di peroleh dari pajak
penghasilan.
Seseorang pasti dituntut untuk memenuhi kebutuhan pokok dalam hidupnya terutama makan agar
tetap bisa bertahan hidup. Seorang yang tidak memiliki pekerjaan yaitu pengangguran bisa saja
melakukan tindak kriminal seperti mencuri, mencopet, menjambret atau bahkan sampai membunuh
demi mendapatkan sesuap nasi.
Tak berbekal pendidikan dan keterampilan seorang pengangguran tidak jarang memilih untuk
mengandalkan belas kasihan orang lain dengan cara mengemis.
Pengangguran structural terjadi karena perubahan struktur ekonomi, misalnya dari agraris ke
industri. Untuk mengatasi pengangguran strukrural bisa dilakukan dengan cara-cara berikut ;
b) Membuka pendidikan dan pelatihan bagi para pengangguran agar dapat mengisi lowongan
pekerjaan yang sedang membutuhkan.
c) Mendirikan industry dan proyek padat karya untuk menampung para penganggur.
Pengangguran konjungtural terjadi karena naik turunnya kegiatan perekonomian yang suatu saat
mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat yang di ikuti oleh turunnya permintaan terhadap
barang dan jasa. Untuk mengatasi pengangguran konjungtural, bisa dilakukam cara-cara berikut ;
a) Mengarahkan masyarakat agar menggunakan pendapatannya untuk membeli barang dan jasa
sehingga permintaan terhadap barang dan jasa meningkat.
b) Menciptakan teknik-teknik pemasaran dan promosi yang menarik agar masyarakat tertarik
membeli barang dan jasa.
Pengangguran friksional terjadi karena adanya pekerjaan yang ingin pindah mencari pekerjaan yang
lebih baik dan cocok di perusahaan lain. Untuk mengatasi pengangguran ini bisa dilakukan dengan
cara menyediakan sarana informasi lowongan kerja yang cepat, mudah dan murah kepada pencari
kerja. Misalnya, dengan menempelkan iklan lowongan kerja di tempat-tempat umum.
Pengangguran musiman terjadi karena perubahan musim atau perubahan permintaan tenaga kerja
secara berkala. Cara yang dilakukan untuk mengatasi pengangguran musiman, antara lain ;
a) Memberikan latihan keterampilan yang lain seperti menjahit, mengelas, menyablon, dan
membordir. Dengan demikian, mereka dapat bekerja sambil menunggu datangnya musim tertentu.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengangguran adalah seorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin mendapatkan pekerjaan
tetapi belum dapat memperolehnya. Pengangguran menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan
tingkat kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi maksimal yaitu masalah makro ekonomi
yang paling utama.
Pengangguran disebabkan oleh besarnya angkatan kerja tidak seimbang, kebutuhan jumlah dan jenis
tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang, penyediaan dan pemanfaatan
tenaga kerja tidak seimbang.
3.2 Saran
Dari kesimpulan diatas maka saya dapat menyarankan hal-hal sebagai berikut :
Peningkatan pada mobilitas modal dan tenaga kerja dan segera memindahkan kelebihan tenaga
kerja dari tempat dan sektor yang kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sektor yang kelebihan ke
tempat dan sektor ekonomi yang kekurangan.
Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan kerja (lowongan) kerja yang
kosong dan mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami pengangguran.
DAFTAR PUSTAKA
Chotib, Dzazuli, Suharmo, Tri, Abubakar, Catio. 2007. Ekonomi. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia
http://mediaindo.co.id
http://www.esdm.go.id/beritagas.php?news_id=468
http://kompas.com/kompas-cetak/0412/28/ekonomi/1464300.htm
http://id.m.wikipedia.org/wiki/pengangguran
http://pelajaranilmu.blogspot.com/2012/06/pengertian-pengangguran.html?m=1