You are on page 1of 12

MAKALAH

PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI

KORUPSI DILINGKUNGAN MASYARAKAT

Disusun Oleh

1. Nadila Okti Fariza (1614301024)


2. Indana Zulfa (1614301025)
3. Nesia Dwi Agustina (1614301026)
4. Adhaini Widiyawati (1614301027)
5. Ningsih (1614301028)
6. Addinatul Muqtadiroh (1614301029)
7. Dandy Putra Surya (1614301030)
8. Feby Dwi Jayanti (1614301031)
9. Fictor Yusman Agung (1614301032)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNGKARANG


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIV KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWTatas segala karunia yang Allah berikan sehingga kami
dapatmenyelesaikan tugas makalah ini. Makalah ini disusun dalam rangka pembelajaran mata
kuliah pendidikan budaya anti korupsi.

Dalam penyusunan makalah ini kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk
mengumpulkan kajian pustaka yang diperlukan dalam penyusunan makalah ini. Penyusun juga
menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan serta kelemahan dalam menyusun
makalah ini karena ilmu pengetahuan yang kami miliki belum maksimal.

Semoga dengan makalah yang kami buat ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman
kita, sebagai penyusun mengharapkan kritik dan saran yang dapat membantu kami.

Bandar Lampung, April 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ............................................................................ 4


B. Rumusan masalah ...................................................................... 6
C. Tujuan penulisan ........................................................................ 7
BAB II PEMBAHASAN

1. Faktor penyebab korupsi di masyarakat……………………………….


2. Bentuk-bentuk korupsi yang ada di masyarakat…………………..
3. Dampak korupsi dikalangan masyarakat……………………………..
4. Cara mengatasi korupsi yang ada di masyarakat………………….

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN…………………………………………………………………..
B. SARAN…………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Korupsi merupakan virus yang menyebar dimana-mana bahkan di belahan penjuru dunia, korupsi
selalu mendapatkan perhatian yang serius dibandingkan masalah lainnya. Fenomena ini dapat
dimaklumi karena pada dasarnya korupsi memiliki dampak negatif yang sangat signifikan dalam
negara maupun dalam masyarakat, karena korupsi dapat menghilangkan/menghanguskan uang
negara mulai jutaan rupiah hingga triliunan. Hal ini merupakan masalah yang sangat ditakuti
khususnya di Indonesia yang sekarang ini menjadi sorotan dunia karena peringkatnya adalah
nomor tiga negara terkorupsi didunia. Pelaku korupsi itu sendiri menyebar dikalangan pemerintah
sehingga sekarang banyak aparatur-aparatur pemerintahan yang terjerat dalam pidana korupsi
yang kebanyakan itu berasal dari partai-partai politik sehingga telah banyak aparatur
pemerintahan baik itu dari partai-partai politik yang lepas dari jabatannya bahkan dicebloskan
kedalam penjara karena terkena dari imbas perilakunya sendiri yaitu korupsi, akan tetapi perilaku
korupsi itu bukan hanya menyebar dikalangan pemerintahan atau didalam partai-partai politik
saja akan tetapi perilaku korupsi menyebar keseluruh level/lapisan-lapisan masyarakat.

B. Rumusan Masalah
 Apa faktor yang menyebabkan korupsi itu terjadi hingga kelapisan masyarakat
 Seperti apa saja bentuk-bentuk korupsi yang ada di masyarakat?
 Apakah dampak adanya korupsi dikalangan masyarakat itu sendiri?
 Bagaimana cara mengatasi korupsi yang ada didalam masyarakat?

C. Tujuan penulisan
 Mahasiswa dapat mengetahui apa faktor yang menyebabkan korupsi itu terjadi hingga
kelapisan masyarakat
 Mahasiswa dapat mengetahui seperti apa saja bentuk-bentuk korupsi yang ada di
masyarakat
 Mahasiswa dapat mengetahui apakah dampak adanya korupsi dikalangan masyarakat itu
sendiri
 Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara mengatasi korupsi yang ada didalam
masyarakat
BAB II

PEMBAHASAN

1. Faktor penyebab lahirnya perilaku korupsi dikalangan masyarakat.

Sebelum saya membahas tentang mengapa perilaku korupsi itu bisa masuk hingga kelevel/lapisan-
lapisan masyarakat terlebih dahulu saya akan menjelaskan apa yang dimaksud dengan korupsi itu
sendiri. Bahwasanya korupsi itu adalah merupakan perilaku merampas hak yang sepantasnya
menjadi milik kepentingan masyarakat/seseorang hingga dijadikan untuk kepentingan pribadinya
atau hanya untuk kepuasan hawa nafsunya. Dan EHI (Dalam buku karangan Munawar Fuad Noeh)
menyatakan bahwa “korupsi berasal dari bahasa latin corruptio yang berarti menyuap dan juga
corrumpere atau merusak.” (1997:41). Selain EHI tadi, bahwasanya masih ada pendapat lain
mengenai definisi tentang korupsi, yang datangnya dari ketua KPK (Komisi Pemberantasan
Korupsi) yang berbunyi:
Korupsi adalah sebuah kejahatan yang menhancurkan lembaga demokrasi, menggrokoti tatanan
hukum, merusak kepercayaan dalam masyarakat terhadap negara, memperlamban pertumbuhan
ekonomi, menghambat upaya-upaya pengentasan kemiskinan, mengganggu alokasi sumber daya
serta menurunkan daya saing negara dan melumpuhkan investasi. Dan juga korupsi sebuah
kejahatan yang sudah menjadi sebuah kejahatan internasional dan kejahatan ini selalu dibarengi
dengan perkembangan teknologi yang turut andil dalam perkembangan biasa. Korupsi sudah
disepakati dunia sebagai kejahatan luar biasa, dengan demikian penanganan korupsi sebagai sebuah
sebuah kejahatan yang membutuhkan kewenangan, pengetahuan dan kemampuan memanfaatkan
teknologi. Korupsi pun sudah menjadi perilaku yang begitu sistematik dan mengakar. Oleh karena
itu penanganan korupsi sebagai perilaku menjadi sangat rumit. ( Taufiequrrahman Ruki et al.
2006:xi ).

Jadi, korupsi merupakan penyelewengan atau penggelapan uang negara atau perusahaan bahakan
juga uang pribadi seseorang yang digunakan untuk keuntungan pribadinya atau pun orang lain.
Mengenai mewabahnya korupsi hingga kelapisan masyarakat terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan korupsi itu berada dikalangan masyarakat. Diantara faktor tersebut yaitu bisa berasal
dari dalam maupun dari luar si pelaku. Secara dari dalam atau sering kita kenal dengan (internal)
dorongan untuk melakukan korupsi itu muncul karena dorongan kebutuhan. Yang mana faktor ini
menjadi utama dan paling utama sebab munculnya tindak korupsi di kalangan masyarakat,
seseorang terpaksa melakukan korupsi karena gaji yang jauh dari mencukupi dibanding dengan
kebutuhannya yang sangat amat besar karena memikul tanggung jawab yang sangat berat pula.
Seperti halnya sering kita lihat seorang bapak-bapak berani nekat korupsi karena ingin menafkahi
keluarganya serta ingin menyekolahkan anaknya hingga ke jenjang yang tinggi.

Dorongan keserakahan. Orang yang korupsi karena serakah bukan karena dorongan kebutuhan
yang sudah mencukupi, akan tetapi agar hidupnya lebih megah dengan memiliki barang-barang
yang mewah sehingga tidak ada masyarakat di sekililingnya yang memilikinya, dan juga agar
dirinya bisa menjadi terhormat dan tidak bisa dipandang sebelah mata oleh masyarakat lainnya.
Sebaliknya faktor eksternalnya/dari luar yang menyebabkan mewabahnya korupsi di lapisan
masyarakat terdiri dari yaitu:

Lingkungan. Tak dapat di pungkiri bahwa semua manusia ingin merasakan kehidupan yang damai
dan tentram serta sejahtera dengan cara apapun yang bisa menggapai keinginannya meski tak
terkecuali dengan yang namanya korupsi. Contoh konkritnya saja seperti aparatur desa yang ketika
bertugas di kantor lurah dan diperlihatkan uang yang banyak oleh temannya, dan di beri tahu bahwa
uang itu adalah hasil dari korupsi kemudian sipelaku mengajak targetnya untuk melakukan hal
seperti itu, yang bermaksud untuk mengubah sedikit demi sedikit kehidupan seseorang tersebut.
Pasti orang itu tidak akan menolaknya, karena kalau orang itu menolak maka dia akan dikucilkan
atau bahkan di benci oleh teman-temannya yang sudah aktif dalam hal bidang korupsi.

Peluang. Setebal-tebalnya iman seseorang, sulit baginya untuk tidak melakukan tindak pidana
korupsi apabila sudah dihadapkan dengan uang yang sudah jelas-jelas ada didepan mata pasti dia
akan melakukannya karena dengan alasan-alasan bahwa tindakannya itu tidak akan diketahui oleh
orang lain.
Dan kebanyakan maraknya korupsi yang menyebar luas dimasyarakat itu disebabkan karena
kurangnya gaji yang mencukupi untuk keperluan hidupnya. Bahwa “kurangnya gaji dan pendapatan
pegawai negeri atau masyarakat sipil lainnya memang mejadi faktor yang paling menonjol dalam
arti merarta serta meluasnya korupsi di indonesia. Seperti halnya gaji sebulan hanya mencukupi
selama dua minggu saja, sehingga pegawai dan juga masyarakat-masyarakat yang bekerja di
pabrik-pabrik dengan meminta uang ekstra untuk pelayanan yang diberikannya.’’ (Guy J Parker
1979).
2. Bentuk-bentuk korupsi yang ada didalam masyarakat.

Masyarakat sekarang ini tidak menyadari akan perbuatannya akan korupsi bahkan sudah terlanjur
akrabdengan bebagai istilah yang termasuk kedalam kategori korupsi itu sendiri. Karena kalau kita lihat
didalam masyarakat telah banyak yang namanya sogok-menyogok, uang pelancar dan lain sebagainya
yang berkaitan dengan hal seperti itu. Hal tersebut sudah lazim kita jumapai disuatu masyarakat dan hal
seprti itu sudah membudaya di kalangan masyarakat sehingga tak dapat dipungkiri orang yang
melakukan hal seperti itu sudah menganggap biasa akan yang dikejakannya itu, sehingga pula orang
tersebut tidak lagi tahu menahu akan apa dampak yang akan terjadi pada dirinya dan juga masyarak yang
ada disekelilingnya sehingga mereka itu merasa benar sendiri akan pekerjaan yang dilakukannya.
Diantara beberapa bentuk korupsi yang telah disebutkan pada pembahasan diatas masih terdapat bentuk
lain diantaranya seperti perkataan Abu Fida’ Abdur Rafi’ yang mengatakan bahwa “korupsi berbentuk
suap menyuap dibebagai sektor, antara lain berupa mafia peradilan, suap-menyuap dalam proses
rekrutmen pegawai negeri sipil (PNS), tender dan lain-lain. Dan juga pungutan-pungutan liar (pungli)
disegala sektor publik, serta mark up ( penggelembungan) dana pada berbagai proyek, kredit macet dan
pembobolan pada lembaga perbankan dan juga penggelapan uang negara.” (2004:1).
Dan juga selain itu masih ada lagi pendapat tentang bentuk-bentuk korupsi diantaranya:
 Korupsi transaksional, yaitu korupsi yang melibatkan dua belah pihak. Keduanya sama-sama
mendapatkan keuntungan dan oleh karenanya sama-sama mengupayakan secara aktifterjadinya
korupsi.
 Korupsi bersifat memeras, yaitu apabila pihak pertama harus melakukan penyuapan terhadap
pihak kedua guna menghindari hambatan usaha dari pihak kedua itu.
 Korupsi bersifat ontogenik, yaitu hanya melibatkan orang yang bersangkutan. Misalnya, seorang
anggota parelemen mendukung golnya sebuah rancangan undang-undang, semata karena
undang-undang tersebut akan membawa keuntungan baginya.
 Korupsi defensif, yaitu ketika seseorang menawarkan uang suap untuk membela dirinya.
 Korupsi yang bersifat investasi. Misalnya, memeberikan pelayanan barang atau jasa denag
sebaik-baiknyaagar nanti mendapat ’uang terima kasih’ atas pelayanan yang baik tersebut.
 Korupsi bersifat Nepotisme, yaitu penunjukkan ’orang-orang saya’ untuk jabatan-jabatan umum
kemasyarakatan, atau bahwa ’keluarga’ sendiri medapat perlakuan khusus dalam banyak hal.
 Korupsi suportif, yaitu korupsi yang tidak secara langsung melibatkan uang, jasa, atau
pemberian apapun. Misalnya, membiarkan berjalannya sebuah tindakan korupsi dan bersikapa
masa bodoh terhadap lingkungan dan situasi yang korup. (Munawar Fuad Noeh et.al 1997:44-
45).
Dan juga Demartoto mengatakan bahwa bentuk-bentuk korupsi itu diantaranya: “pertama, korupsi itu
dilakukan secara berjemaah. Kedua, korupsi bersifat rahasia dalam bertindak. Ketiga, korupsi melibatkan
kewajiban dan timbal balik, dimana kewajiban atau keuntunagan itu tidak melulu berupa uang.” (2007:2).
Jadi korupsi tidak selalu dilakukan oleh perorangan akan tetapi korupsi itu bisa dilakukan dengan secara
berkelompok dan korupsi tidak serta merta dilakukan secara blak-blakan akan tetapi korupsi dilakukan
secara sembunyi-sembunyi dan juga tak selamanya korupsi itu berupa uang.

Dari mayoritas orang yang melakukannya, maka suap menyuaplah termasuk kasus korupsi yang
mempunyai intensitas paling tinggi bahkan sering terjadi di kalangan masyarakat maupun pemerintah.
Contoh konkritnya yaitu ketika memasuki pemilu, baik itu pilpres, pilbub, dan juga pemilukada pasti ada
pihak yang melakukan suap menyuap tak memilih dimanapun itu tempatnya dikota ataupun didesa karena
suap menyuap dinilai adalah jurus yang amat ampuh menurut mereka untuk memenangkan kandidat/calon
yang di dukungnya tersebut. Dan hal ini sangatlah lazim didapatkan didalam suatu masyarakat ketika
masa kampanye/sebelum pemilu dilaksanakan tak terkecuali ketika masa pemilihan pun ada pihak yang
melakukan hal tersebut.

Dan didalam syari’at islam istilah suap menyuap disebut dengan Risywah, yang mana makna risywah itu
adalah suatu yang dapat menghantarkan tujuan dengan segala cara agar tujuan tersebut bisa tercapai atau
terpenuhi, seperti yang dijelaskan sebelumnya baik itu berupa korupsi transaksional maupaun dengan
yang lainnya.

3. Dampak akibat dari adanya korupsi dikalangan masyarakat.

Korupsi memberikan dampak negatif yang sangat luar biasa dalam tatanan pemerintahan dan juga
terhadap kalangan masyarakat. Korupsi hanya memberikan distorsi (kekacauan) dalam masyarakat,
yang asal mulanya keadaan di masyarakat itu tidak kacau balau akan tetapi akhirnya keadaan menjadi
rumit dan tak terkendalikan dengan adanya pihak yang terlibat didalam korupsi, dan juga korupsi
menghambat perekonomian maupun pembangunan yang ada di tengah-tengah masyarakat. Seperti
halnya ketika ada bantuan dari pemerintah untuk pembangunan sebuah masjid yang sudah setengah jadi
akhirnya apa yang terjadi ketika salah satu pihak/kalangan masyarakat tertentu bermain manipolitik
(korupsi) didalamnya akhirnya bantuan yang seharusnya disalurkan kemasyarakat untuk pembangunan
masjid akhirnya masuk kekantong sikoruptor sehingga uang tidak sampai dan pembangunan stagnan
(mandek) tidak jalan lagi dan tidak ada tindak lanjutnya.
Korupsi selain memberikan kekacauan dikalangan masyarakat korupsi juga menodai moralitas individu
yang bersangkutan. Seperti perkataan Munawar Fuad Noeh bawa “secara moral, korupsi adalah puncak
gunuung es dari seluruh kebobbrokan mental.korupsi merupakan akumulasi dari pengkhianatan, dusta,
pencurian, pemerasan, kezaliman, dan tipisnya kesadaran ketuhanan.” (1997:56-57). Ini bisa berarti
bahwa anatar moralitas dan korupsi memiliki hubungan timbal balik; tingkat korupsi adalah cermin
kualitas moral, sebaliknya, kualitas moral dapat menentukan tingkat korupsi itu sendiri.

Bukan moralitas individu saja yang dapat tenoda oleh korupsi, akan tetapi dampak korupsi bisa
merambah ke etos sosial yang mana korupsi akan meracuni terhadap etos sosial. Misalnya saja dalam
sebuah lingkungan yang korup, orang bisa putus asa untuk berbuat baik, karena berbuat baikdirasakan
sudah tidak berarti lagi. Semua proses sosial telah berlangsung dalam skenario para sang koruptor,
sehingga orang asalnya jujur, akhirnya bisa jadi prustasi, malas, dan lambat laun bisa ikut-ikutan korup,
yang pada mualanya hanya satu orang saja sehingga berdampak pada masyarakat yang lainnya.

4. Solusi untuk mengatasi korupsi dikalangan masyarakat.

Solusi untuk mengatasi mewabahnya korupsi dikalangan masyarakat yaitu dengan melaporkannya
kepada pihak-pihak yang berwenang.
Upaya untuk penanggulangan (hukum pidana) korupsi yanag ada didalam masyarakat yaitu lewat
perundang-undangan yang pada hakikatnya merupakan bagian dari suatu langkah kebajikan(policy).
Istilah kebijakan diambil dari istilah policy (inggris) atau politiek (Belnda), maka istilah kebijakan
hukum pidana disebut dengan istilah politik hukum pidana. Dimana istilah politik hukum pidana sering
dikenal dengan penal policy, criminal law policy atau stfrechtspolitiek. Pengertian kebijakan atau
politik hukum pidana dapat dilihat dari politik hukum maupaun dari politik kriminal. Jadi usaha
penanggulangan itu dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan cara melaporkan atau menyerahkan
kasus tindak pidana korupsi kepada pihak penegak hukum (polisi, jaksa, KPK) untuk dapat diproses
sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. (Tomita Juniarta Sitompul et.al. 2008:113-114).

Dan juga selain solusi yang telah dipaparkan oleh Tomita Juniarta Sitompul bahwasanya masih ada
solusi yang paling ampuh untuk mengatasi korupsi dikalangan masyarakat yaitu dengan penanaman
karakter, yang mana penanaman karakter tersebut dilakukan dengan pendidikan karena pendidikan bisa
memberikan arahan dan tujuan yang baik untuk tidak melakukan korupsi. Seperti perkataan Uhar
Suharsapura yang menyatakan bahwa: “ pendidikan merupakan instrumen penting dalam pembangunan
bangsa baik sebagai pengembang dan peningkat produktivitas nasional maupun sebagai pembentuk
karakter bangsa.” (2005:35). Jadi kebanyakan orang yang melakukan korupsi karena karakternya masih
lemah dan imannya masih rendah dan juga orang orang yang konformis (ikut-ikutan) dalam berkorupsi
sama saja karakternya masih minim, sehingaa mereka tidak tahu apakah yang dilakukannya itu
termasuk pekerjaan yang baik atau buruk.
Pendidikan merupakan upaya normative yang mengacu pada nilai-nilai mulia yang menjadi bagian dari
kehidupan bangsa, yang dengannya nilai tersebut dapat dilanjutkan melalui peran transfer pendidikan
baik dari aspek kognitif, sikap maupun keterampilan. Pendidikan juga membing-bing manusia
manusiawi yang semakin dewasa secara intelektual, moral dan sosial, dalam konteks ini pendidikan
merupakan pemelihara budaya. Dengan demikian bahwa pendidikan merupakan upaya yang paling
markatable (simpel) untuk menanggulangi/mengatasi korupsi dikalangan masyarakat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hukum kausalitas (sebab-musabab) mewabahnya korupsi dikalangan masyarakat


dikarenakan 2 (dua) faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Yang mana kedua
faktor tersebut menjadi penunjang terjadinya korupsi dikalangan masyarakat. Dari faktor
internalnya kurangnya gaji dalam kehidupannya menjadi pendorong utama orang
melakukan korupsi/korporasi, seperti sesesorang nekat untuk melakukan pekerjaan haram
itu karena dorongan untuk supaya menafkahi/menghidupi keluarganya, itu untuk kalangan
masyarakat. Akan tetapi pada kalangan pemerintahan melakukan korupsi itu bukan karena
kebutuhan akan tetapi karena keserakahannya untuk menumpuk harta dan barang-barang
yang sangat mahal sehingga orang-orang disekelilingnya tidaklah bisa memiliki seperti yang
dimilikinya. Dan juga tidak dapat dipungkiri bahwasanya dimasyarakat itu orang melakukan
korupsi itu bukan hanya kebutuhan hidupnya akan tetapi ada juga yang karena
keserakahannya.Dan dilihat dari faktor eksternalnya bahwa pengaruh lingkunganlah yang
menjadi mewabahnya korupsi, yang mana kalau disuatu masyarakat tertentu mayoritas
melakukan korupsi pasti yang lainnya melakukan korupsi. Dan juga karena peluang,
walaupun orang itu sangat alim kalau sudah dihadapkan dengan yang namanya uang pasti
tidak akan mengilah dan pasti akan mengambilnya. Dan korupsi merupakan masalah yang
sangat sulit dihilangkan didunia khususnya Indonesia, karena korupsi tergantung pada
karakter seseorang itu sendiri, dan karaktrer seseorang tidaklah sama dengan karakter orang
yang lainnya. Dan untuk mengatasinya pendidikanlah obat yang cocok untuk mengatasi
yang namanya korupsi, karena pendidikan bisa merubah karakter seseorang. Dan walaupun
hanya hukuman yang sering dipakai oleh pemerintah untuk membuat jera para koruptor,
akan tetapi para koruptor tidak akan jera untuk melakukan korupsi karena pasti menurut
mereka uang adalah segalanya, tak menampik orang kaya ataupun rakyat jelata pasti butuh
akan uang.

B. saran

Setelah mempelajari makalah ini diharapkan kritik dan sarannya bagi penulis.
DAFTAR PUSTAKA

Fuad Noeh, Munawar. 1997. Islam dan gerakan moral anti korupsi. Jakarta: CV Zikru’l-Hakim.

Harahap, Krisna, Prof. DR. SH.,MH. 2006. Pemberantasan korupsi jalan tiada ujung. Bandung:
Grafitri.

Abdur Rafi’, Abu Fida’. 2004. Terapi penyakit korupsi dengan Tazkiyatun Nafs (penyucian
jiwa).Jakarta:Republika.Artikel/Jurnal

Demartoto, Argiyo. 2007. “Perilaku Korupsi Di Era Otonomi Daerah: Fakta Empiris Dan
Strategi Pemberantasan Korupsi Di Indonesia.” Jurnal Spirit Publik

Suharsaputra, Uhar. 2009. “Budaya Korupsi Dan Korupsi Budaya: Tanatangan Bagi Budaya
Pendidikan.” Jurnal Dialog Kebijakan Publik

You might also like