You are on page 1of 78

PENGARUH PENGGUNAAN KOMBINASI JENIS MINYAK TERHADAP

MUTU SABUN TRANSPARAN

SKRIPSI

ARMI YUSPITA KARO KARO


F34070013

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
ARMI YUSPITA KARO KARO. F34070013. The Effect of Oil Source Combination to the Quality of
Transparent Soap. Under the guidance of S. Ketaren and Ani Suryani. 2011.

ABSTRACT

The oil selection as the fatty acid source will determine the transparent soap characteristic
because each fatty acid type will gift the different soap characteristic. The use of oil combinations in one
formula on the transparent soap made because the characteristic of the oil is not owned by itself but
substitute by other oils. Moreover, the probability of the undesirable characteristics on the soap can be
reduce until the minimum level to increase the quality of transparent soap. This research is to determine
the effect of using the oil combinations on the certain composition, through the transparent soap quality
product, to determine the panelist respond through the transparent soap product, to reach the best formula
in transparent soap making by using more than one oil combination in one soap formula. The oil that used
is coconut oil, RBDPO (refined bleached deodorized palm oil) and castor oil.
The diverse analysis shows the different result significantly. The organoleptic test that has been
done is to determine the panelist respond through the transparent soap product. Based on the chemical-
physic characteristic and organoleptic test, the best formulas are the transparent soap made from coconut
oil and RDBPO with the comparison of 15:5. The sopa characteristic that being made are: water content
and evaporate substance (12.13%), fatty acid content (33.41%), unsaponifiable fraction content (1.66%),
insolulable in alcohol content alcohol (0.75%), free alkali content as NaOH (0.21%), pH (10.57), hardness
(2.10 mm/second), emulsion stability (82.64%), foam stability (33.64%), and cleaning power (285.50 ftu
turbidity).

Keywords: oil combination, transparent soap


ARMI YUSPITA KARO KARO. F34070013. Kajian Pengaruh Penggunaan Kombinasi Jenis Minyak
Terhadap Mutu Sabun Transparan. Di bawah bimbingan S. Ketaren dan Ani Suryani. 2011.

RINGKASAN

Sabun merupakan pembersih yang dibuat dengan reaksi antara basa natrium atau kalium dengan
asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani (SNI, 1994). Produk yang diteliti adalah sabun
transparan yang merupakan hasil penyabunan antara asam lemak dan basa kuat. Pembuatan sabun
transparan umumnya menggunakan satu jenis minyak sebagai sumber asam lemak. Minyak yang biasa
digunakan dalam pembuatan sabun transparan adalah minyak kelapa. Namun, perkembangan industri
sabun transparan berbasis minyak kelapa bersaing dengan industri bahan pangan dalam mendapatkan
bahan baku, sehingga diperlukan alternatif penggunaan bahan baku lain dalam formula sabun transparan.
Alternatif penggunaan bahan baku lain dalam pembuatan sabun transparan adalah dengan mencampurkan
beberapa jenis minyak dalam formula sabun transparan.
Pemilihan jenis asam lemak dalam pembuatan sabun transparan akan menentukan karakteristik
sabun yang dihasilkan karena setiap jenis asam lemak akan memberikan sifat yang berbeda pada sabun.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pengkajian mengenai pengaruh penggunaan kombinasi jenis minyak
dalam satu formula sabun transparan agar karakter yang tidak dimiliki oleh minyak yang satu diharapkan
dapat disubstitusi oleh minyak yang lain serta dapat mengurangi penggunaan minyak kelapa dalam
industri sabun transparan. Selain itu, kemungkinan munculnya sifat-sifat yang tidak diinginkan, dapat
ditekan serendah mungkin untuk meningkatkan mutu sabun yang dihasilkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan kombinasi jenis minyak pada
komposisi tertentu, terhadap mutu sabun transparan yang dihasilkan, mengetahui respon panelis terhadap
sabun transparan yang dihasilkan serta mendapatkan formula terbaik dalam pembuatan sabun transparan
dengan menggunakan lebih dari satu jenis minyak dalam formula sabun. Minyak yang digunakan yaitu
minyak kelapa (coconut oil), RBDPO (refined bleached deodorized palm oil) dan minyak jarak (castor
oil).
Penelitian ini diawali dengan melakukan karakterisasi minyak meliputi kadar asam lemak bebas,
bilangan peroksida, bilangan penyabunan dan bilangan iod. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
diperoleh data kadar asam lemak bebas minyak kelapa sebesar 0.10%, RBDPO sebesar 0.15% dan minyak
jarak sebesar 0.22%. Bilangan peroksida minyak kelapa sebesar 0.68, RBDPO sebesar 1.78 dan minyak
jarak sebesar 3.13. Bilangan penyabunan minyak kelapa sebesar 258.30, RBDPO sebesar 196.27 dan
minyak jarak sebesar 178.86. Bilangan iod minyak kelapa sebesar 8.38, RBDPO sebesar 55.23 dan
minyak jarak sebesar 82.34.
Penelitian utama meliputi pembuatan sabun transparan, analisis sifat fisik dan kimia sabun
transparan yang dihasilkan serta uji organoleptik. Analisis sifat fisik dan kimia sabun transparan meliputi
kadar air dan zat menguap, kadar asam lemak, kadar fraksi tak tersabunkan, kadar bagian tak larut dalam
alcohol, kadar alkali bebas, pH, kekerasan, stabilitas emulsi, stabilitas busa dan daya bersih. Uji
organoleptik pada produk sabun transparan dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen
terhadap transparansi, tekstur, daya busa dan kesan kesat pada kulit setelah pemakaian sabun transparan.
Analisa keragaman (α = 0.05) yang dilakukan terhadap sampel menunjukkan bahwa perbedaan
komposisi minyak nabati yang digunakan dalam pembuatan sabun transparan memiliki pengaruh yang
nyata terhadap parameter kadar air dan zat menguap, kadar asam lemak, stabilitas emulsi dan daya bersih
sabun transparan. Hasil uji organoleptik dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap
sabun transparan yang dibuat. Uji hedonik ini dilakukan terhadap 30 panelis dengan skala 1 – 5 dimana,
skala 1 berarti tidak suka dan skala 5 berarti suka. Berdasarkan analisis sifat fisikokimia dan hedonik,
diperoleh sabun dengan formulasi terbaik yaitu sabun transparan yang terbuat dari pencampuran minyak
kelapa dengan RBDPO dengan perbandingan 15 : 5.
PENGARUH PENGGUNAAN KOMBINASI JENIS MINYAK TERHADAP
MUTU SABUN TRANSPARAN

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Departemen Teknologi Industri Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor

Oleh
ARMI YUSPITA KARO KARO
F34070013

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Judul Skripsi : Pengaruh Penggunaan Kombinasi Jenis Minyak terhadap Mutu Sabun
Transparan
Nama : Armi Yuspita Karo Karo
NIM : F34070013

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

(Ir. S. Ketaren, MS) (Prof. Dr. Ir. Ani Suryani, DEA)


NIP. 196310261990021001 NIP. 195810261983032003

Mengetahui :
Ketua Departemen

(Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti)


NIP. 196210091989032001

Tanggal lulus : 27 Juli 2011


PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul


Pengaruh Penggunaan Kombinasi Jenis Minyak terhadap Mutu Sabun
Transparan adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing
Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2011


Yang membuat pernyataan

Armi Yuspita Karo Karo


F34070013

i
BIODATA PENULIS

Armi Yuspita Karo Karo. Lahir di Galang, 16 Juli 1989 dari ayah Drs. L.
Karo Karo dan ibu Kostarika Sipayung S.Pd, sebagai putri kedua dari tiga
bersaudara. Penulis menamatkan SMA pada tahun 2007 dari SMA Negeri 1
Lubuk Pakam, Sumatera Utara dan pada tahun yang sama diterima di IPB
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih program studi
Teknologi Industri Pertanian, Departemen Teknologi Industri Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian. Pada tahun 2009 – 2010 penulis menjadi asisten
praktikum Bioproses dan pada tahun 2010 – 2011 penulis menjadi asisten
praktikum Peralatan Industri Pertanian serta Teknik Penyimpanan dan Penggudangan. Penulis
melaksanakan Praktek Lapangan pada tahun 2010 di PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha
ADOLINA.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa, karena berkat dan penyertaan-Nya skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik. Penelitian dengan judul Pengaruh Penggunaan Kombinasi Jenis Minyak
terhadap Mutu Sabun Transparan dilaksanakan di Laboratorium TIN Fateta IPB sejak bulan Februari
sampai Mei 2011.
Dengan telah selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan
penghargaan dan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada :
1. Ir. S. Ketaren, MS sebagai dosen pembimbing utama.
2. Prof. Dr. Ir. Ani Suryani, DEA atas saran dan bantuan yang diberikan selaku dosen pembimbing
pendamping.
3. Dr. Ir. Sapta Raharja DEA sebagai dosen penguji.
4. Para pegawai dan staf laboratorium TIN yang membantu dan menyediakan semua fasilitas selama
penelitian
5. Orang tua yang telah memberi dukungan moril, spritual dan finansial selama penelitian.
6. Teman – teman TIN 44 yang selalu memberikan dukungan dan semangat selama penelitian.
Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan kontribusi yang nyata
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang industri pertanian.

Bogor, Agustus 2011

Armi Yuspita Karo Karo

iii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................................................. vii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................................ 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................................................. 1
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sabun Transparan ............................................................................................................................ 2
2.2 Asam Lemak ................................................................................................................................... 4
2.3 Minyak Nabati................................................................................................................................. 5
2.4 Komponen Lain Pembentuk Sabun Transparan ........................................................................... 9
III. METODOLOGI
3.1 Bahan dan Alat .............................................................................................................................. 12
3.2 Metode Penelitian ......................................................................................................................... 12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakterisasi Minyak .................................................................................................................... 17
4.2 Analisis Mutu Sabun Transparan ............................................................................................. .... 19
4.3 Uji Organoleptik ...................................................................................................................... .... 28
4.4 Penentuan Formula Terbaik ...................................................................................................... ... 32
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .............................................................................................................................. .... 34
5.2 Saran ........................................................................................................................................ ... 34
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... ... 35
LAMPIRAN .......................................................................................................................................... ... 37

iv
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Pengaruh Jenis Asam Lemak terhadap Karakteristik Sabun ...................................................... 5
Tabel 2. Pengaruh Jenis Minyak terhadap Karakteristik Sabun ............................................................... 5
Tabel 3. Sifat Fisikokimia Minyak Kelapa............................................................................................... 6
Tabel 4. Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Kelapa ........................................................................ 6
Tabel 5. Sifat Fisikokimia RBDPO .......................................................................................................... 7
Tabel 6. Komposisi Kimia Asam Lemak dalam Olein Sawit ................................................................... 8
Tabel 7.Sifat Fisikokimia Minyak Jarak Kepyar ...................................................................................... 8
Tabel 8. Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Jarak ........................................................................... 9
Tabel 9.Formulasi Sabun Transparan yang Digunakan dalam Penelitian ............................................... 13
Tabel 10. Hasil Analisis Asam Lemak Bebas dan Bilangan Asam .......................................................... 17
Tabel 11. Hasil Analisis Bilangan Penyabunan ...................................................................................... 18
Tabel 12. Hasil Analisis Bilangan Iod ..................................................................................................... 18
Tabel 13. Hsasil Analisis Bilangan Peroksida ......................................................................................... 19
Tabel 14. Syarat Mutu Sabun Mandi Menurut SNI 06-3532-1994 ......................................................... 32

v
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Molekul Sabun ..................................................................................................................... 3
Gambar 2. Mekanisme Kerja Sabun sebagai Pembersih ........................................................................ 3
Gambar 3. Diagram Proses Pembuatan Sabun Transparan ................................................................... 14
Gambar 4. Tampilan Sabun Transparan yang Dihasilkan dari Penelitian ............................................. 20
Gambar 5. Hubungan antara Perlakuan Komposisi Minyak Nabati terhadap
Kadar Air dan Zat Menguap Sabun Transparan .................................................................. 21
Gambar 6. Hubungan antara Perlakuan Komposisi Minyak Nabati terhadap
Jumlah Asam Lemak Sabun Transparan ............................................................................. 22
Gambar 7. Hubungan antara Perlakuan Komposisi Minyak Nabati terhadap
Stabilitas Emulsi Sabun Transparan .................................................................................... 25
Gambar 8. Struktur Misel pada Sabun .................................................................................................. 27
Gambar 9. Proses Pelepasan Kotoran dari Bahan yang Dicuci ............................................................. 27
Gambar 10. Hubungan antara Perlakuan Komposisi Minyak Nabati terhadap
Daya Bersih Sabun Transparan ........................................................................................... 28
Gambar 11. Grafik Persentase Jumlah Panelis Berdasarkan Skala Penilaian
terhadap Transparansi Sabun Transparan ............................................................................ 29
Gambar 12. Grafik Persentase Jumlah Panelis Berdasarkan Skala Penilaian
terhadap Tekstur Sabun Transparan .................................................................................... 30
Gambar 13. Grafik Persentase Jumlah Panelis Berdasarkan Skala Penilaian
terhadap Wangi Sabun Transparan ...................................................................................... 31

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Minyak ........................................................................................ 38
Lampiran 2. Prosedur Analisis Sifat Fisikokimia Sabun Transparan ................................................... 40
Lampiran 3. Contoh Lembar Uji Organoleptik .................................................................................... 41
Lampiran 4. Hasil Analisis Karakterisasi Minyak................................................................................ 45
Lampiran 5. Analisis Kadar Air dan Zat Menguap .............................................................................. 46
Lampiran 6. Analisis Kadar Asam Lemak ........................................................................................... 48
Lampiran7. Analisis Kadar Fraksi Tak Tersabunkan .......................................................................... 50
Lampiran 8. Analisis Kadar Bagian Tak Larut dalam Alkohol ............................................................ 51
Lampiran 9. Analisis Kadar Alkali Bebas Dihitung sebagai NaOH..................................................... 52
Lampiran 10. Analisis Nilai pH ............................................................................................................. 53
Lampiran 11. Analisis Kekerasan .......................................................................................................... 54
Lampiran 12. Analisis Stabilitas Emulsi ................................................................................................ 55
Lampiran 13. Analisis Stabilitas Busa ................................................................................................... 57
Lampiran 14. Analisis Daya Bersih ....................................................................................................... 58
Lampiran 15. Analisis Transparansi ....................................................................................................... 60
Lampiran 16. Analisis Tekstur ............................................................................................................... 61
Lampiran 17. Analisis Wangi................................................................................................................. 62
Lampiran 18. Analisis Banyak Busa ...................................................................................................... 63
Lampiran 19. Analisis Kesan Kesat ....................................................................................................... 64
Lampiran 20. Penentuan Perlakuan Terbaik Berdasarkan Hasil
Analisis Mutu Sabun dan Organoleptik .......................................................................... 65

vii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sabun merupakan pembersih yang dibuat dengan reaksi antara basa natrium atau
kalium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani (SNI, 1994). Sabun transparan
atau disebut juga sabun gliserin merupakan hasil penyabunan antara asam lemak dan basa kuat
seperti sabun mandi biasa. Perbedaannya diantara keduanya hanya terletak pada penampilan
yang transparan dan tidak transparan. Sabun transparan memiliki penampilan yang transparan
dan menarik, serta mampu menghasilkan busa yang lembut di kulit karena mengandung bahan-
bahan yang berfungsi sebagai humektan (moisturizer).
Shrivastava, (1982) menyatakan bahwa pemilihan jenis minyak yang akan digunakan
sebagai bahan baku dalam pembuatan sabun merupakan hal yang penting, karena sebagian besar
komponen pembentuk sabun adalah minyak. Pemilihan jenis minyak sebagai sumber asam
lemak akan menentukan karakteristik sabun yang dihasilkan karena setiap jenis asam lemak
akan memberikan sifat yang berbeda pada sabun. Asam lemak merupakan komponen utama
penyusun lemak atau minyak. Asam lemak dari berbagai jenis minyak yang digunakan untuk
membuat sabun transparan mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-masing. Cavitch
(2001) melaporkan adanya perbedaan kekerasan dan karakteristik busa pada sabun-sabun yang
dibuat dari asam-asam lemak yang berbeda.
Pembuatan sabun transparan umumnya menggunakan satu jenis minyak sebagai sumber
asam lemak. Jenis minyak yang biasa digunakan sebagai sumber asam lemak dalam pembuatan
sabun transparan adalah minyak kelapa. Namun, perkembangan industri sabun transparan
berbasis minyak kelapa bersaing dengan industri bahan pangan dalam mendapatkan bahan baku,
sehingga diperlukan alternatif penggunaan bahan baku lain dalam formula sabun transparan.
Alternatif penggunaan bahan baku lain dalam pembuatan sabun transparan adalah dengan
mencampurkan beberapa jenis minyak dalam formula sabun transparan.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pengkajian penggunaan kombinasi jenis minyak dalam
satu formula sabun transparan agar karakter yang tidak dimiliki oleh minyak yang satu
diharapkan dapat disubstitusi oleh minyak yang lain serta dapat mengurangi penggunaan minyak
kelapa dalam industri sabun transparan. Selain itu, kemungkinan munculnya sifat-sifat yang
tidak diinginkan, dapat ditekan serendah mungkin untuk meningkatkan mutu sabun yang
dihasilkan.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan kombinasi jenis


minyak pada komposisi tertentu, terhadap mutu sabun transparan yang dihasilkan, mengetahui
respon panelis terhadap sabun transparan yang dihasilkan serta mendapatkan formula terbaik
dalam pembuatan sabun transparan dengan menggunakan lebih dari satu jenis minyak dalam
formula sabun. Minyak yang digunakan yaitu minyak kelapa (coconut oil), RBDPO (refined
bleached deodorized palm oil) dan minyak jarak (castor oil).

1
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sabun Transparan

SNI (1994) menjelaskan bahwa sabun merupakan pembersih yang dibuat dengan
mereaksikan secara kimia antara basa natrium atau basa kalium dan asam lemak yang berasal
dari minyak nabati atau lemak hewani yang umumnya ditambahkan zat pewangi atau
antiseptik yang digunakan untuk membersihkan tubuh manusia dan tidak membahayakan
kesehatan. Sabun yang dibuat dari NaOH dikenal dengan sebutan sabun keras (hard soap),
sedangkan sabun yang dibuat dari KOH dikenal dengan sebutan sabun lunak (soft soap).
Sabun yang berkualitas baik harus memiliki daya detergensi yang tinggi, dapat diaplikasikan
pada berbagai jenis bahan dan tetap efektif walaupun digunakan pada suhu dan tingkat
kesadahan air yang berbeda-beda (Shrivastava, 1982).
Hill (2005) menyatakan bahwa sabun batangan yang ideal harus memiliki kekerasan
yang cukup untuk memaksimalkan pemakaian (user cycles) dan ketahanan yang cukup
terhadap penyerapan air (water reabsorption) ketika tidak sedang digunakan, sementara pada
saat yang sama juga mampu menghasilkan busa dalam jumlah yang cukup untuk mendukung
daya bersihnya.
Sabun dapat dibuat melalui dua proses, yaitu saponifikasi dan netralisasi. Proses
saponifikasi terjadi karena reaksi antara trigliserida dengan alkali, sedangkan proses netralisasi
terjadi karena reaksi asam lemak bebas dengan alkali. Pada proses saponifikasi akan diperoleh
produk samping yaitu gliserol, sedangkan proses netralisasi tidak menghasilkan gliserol
(Spitz, 1996). Proses saponifikasi terjadi pada suhu 80-100oC. Reaksi kimia pada proses
saponifikasi adalah sebagai berikut.

Reaksi kimia proses netralisasi asam lemak adalah sebagai berikut.

Sabun adalah garam alkali karboksilat (RCOONa) dimana gugus R bersifat hidrofobik
karena bersifat nonpolar dan COONa bersifat hidrofilik karena bersifat polar. Molekul sabun
terdiri dari bagian kepala yang disebut gugus hidrofilik dan bagian ekor yang disebut gugus
hidrofobik. Gambar molekul sabun dapat dilihat pada Gambar 1.

2
Gambar 1. Molekul Sabun

Kotoran yang menempel pada kulit umumnya berupa minyak. Debu akan menempel
pada kulit karena adanya minyak tersebut. Kotoran tersebut dapat menghambat fungsi kulit.
Air saja tidak dapat membersihkan
membersihkan kotoran yang menempel di kulit sehingga diperlukan
adanya suatu bahan yang dapat mengangkat kotoran yang menempel tersebut. Sabun
merupakan surfaktan yang dapat menurunkan tegangan permukaan air dan berfungsi sebagai
pembersih. Molekul sabun tersusun
tersusun dari gugus alkil yang bersifat nonpolar dan ion karboksilat
yang bersifat polar. Bagian nonpolar akan larut dalam minyak, sedangkan bagian polar akan
larut dalam air. Prinsip tersebut menyebabkan sabun memiliki daya pembersih. Ketika mandi
dengan menggunakan sabun, gugus nonpolar dari sabun akan menempel pada kotoran dan
bagian polarnya akan menempel pada air. Hal ini akan mengakibatkan tegangan permukaan
air akan semakin berkurang, sehingga air akan mudah menarik kotoran dari kulit seperti
terlihat pada Gambar2.

Keterangan : A = hidrofilik (polar)


B = hidrofobik (nonpolar)
C = kotoran (lemak)
D = molekul air
Gambar 2. Mekanisme Kerja Sabun sebagai Pembersih

Kirk et al. (1954) menyatakan bahwa sabun adalah bahan yang digunakan untuk
mencuci dan mengemulsi, terdiri dari dua komponen utama, yaitu asam lemak dengan rantai
karbon C12-C18 dan sodium atau potasium. Sabun batangan terbagi menjadi tiga, yaitu cold
made, opaque, dan transparan. Sabun cold made dapat berbusa dengan baik dalam air yang
mengandung garam (air sadah). Sabun opaque adalah sabun mandi biasa yang berbentuk
batang dan penampakannya tidak transparan, sementara sabun transparan memiliki
penampakan yang transparan dan menarik serta mampu menghasilkan busa yang lembut di
kulit.
Menurut Cavitch (2001), sabun transparan merupakan sabun yang memiliki tingkat
transparansi paling tinggi. Sabun transparan mampu meneruskan cahaya yang disebarkan

3
dalam bentuk pertikel-partikel kecil, sehingga obyek yang berada di balik sabun dapat terlihat
dengan jelas hingga jarak 6 cm.
Sabun transparan adalah jenis sabun yang digunakan untuk wajah dan tubuh yang dapat
menghasilkan busa yang lebih lembut di kulit dan penampakannya lebih berkilau jika
dibandingkan dengan jenis sabun yang lain (Hambali et al., 2005).
Proses pembuatan sabun transparan telah dikenal sejak lama. Produk sabun transparan
yang cukup dikenal adalah pears transparent soap. Sama halnya dengan sabun mandi biasa,
sabun transparan juga merupakan reaksi hasil penyabunan antara asam lemak dan basa kuat,
yang membedakan hanya penampilan yang transparan (Mitsui, 1997).
Sabun transparan dapat dihasilkan dengan beberapa cara berbeda. Salah satu metode
tertua adalah dengan cara melarutkan sabun dalam alkohol dengan pemanasan lembut untuk
membuat larutan jernih yang kemudian diberi pewangi dan pewarna. Warna dari sabun
batangan akhir tergantung pada pilihan bahan awal dan bila tidak digunakan sabun yang
berkualitas baik, maka kemungkinan produk akhir akan berwarna sangat kuning (Williams
dan Schmitt, 2002).
Proses tradisional pembuatan sabun transparan mencakup penghilangan sebagian
alkohol melalui destilasi dan pencetakan sabun dari sabun cair menjadi blok. Blok tersebut
dibiarkan hingga tiga bulan sebelum dicetak dan dikemas ke dalam penampilan akhirnya.
Proses ini merupakan proses yang mahal. Kini telah dikembangkan metode yang lebih murah
dengan menggunakan minyak nabati dengan penambahan transparent agents seperti sukrosa
(gula). Metode ini memungkinkan untuk membuat sabun transparan langsung dari bahan baku
penyusunnya tanpa harus melakukan prapersiapan sabun sebagai tahap perantara dalam
proses.

2.2 Asam Lemak

Asam lemak merupakan asam karboksilat yang berantai panjang yang dapat bersifat
jenuh atau tidak jenuh, dengan panjang rantai berbeda-beda tetapi bukan siklik atau
bercabang. Asam-asam lemak dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu asam lemak jenuh
dan asam lemak tak jenuh. Penggolongan tersebut berdasarkan perbedaan bobot molekul dan
derajat ketidakjenuhannya (Winarno, 1997).
Menurut Cavitch (2001), setiap asam lemak memberikan sifat yang berbeda pada sabun
yang dihasilkan. Sabun yang dihasilkan dari asam lemak dengan bobot molekul kecil akan
lebih lunak daripada sabun yang dibuat dari asam lemak dengan bobot molekul besar. Asam
lemak yang digunakan dalam pembuatan sabun adalah yang memiliki rantai karbon berjumlah
12-18 (C12-C18). Asam lemak dengan rantai karbon kurang dari 12 tidak memiliki efek sabun
(soapy effect) dan asam dapat menimbulkan iritasi pada kulit, sementara asam lemak dengan
rantai karbon lebih dari 20 memiliki kelarutan yang sangat rendah. Asam lemak dengan rantai
karbon 12-14 memberikan fungsi yang baik untuk pembusaan sementara asam lemak dengan
rantai karbon 16-18 baik untuk kekerasan dan daya detergensi (Cavitch, 2001). Dalam Tabel 1
dapat dilihat jenis-jenis asam lemak dan pengaruhnya terhadap karakteristik sabun.

4
Tabel 1. Pengaruh Jenis Asam Lemak terhadap Karakteristik Sabun
Asam Lemak Karakteristik Sabun
Keras (konsistensi tinggi), daya detergensi (kemampuan
Asam laurat (C12H24O2) membersihkan) tinggi, kelarutan tinggi dan menghasilkan busa
yang lembut
Asam linoleat (C18H32O2) Melembabkan kulit
Keras, daya detergensi tinggi dan menghasilkan busa yang
Asam miristat (C14H28O2)
lembut
Asam oleat (C18H34O2) Melembabkan kulit
Asam palmitat (C16H32O2) Keras dan menghasilkan busa yang stabil
Asam risinoleat (C18H34O2) Melembabkan kulit, menghasilkan busa yang stabil dan lembut
Asam stearat (C18H36O2) Keras dan menghasilkan busa yang stabil

Sumber : Cavitch (2001)

Secara umum dapat dikatakan bahwa penggunaan asam lemak yang memiliki rantai
panjang, khususnya C16 dan C18, akan menghasilkan sabun dengan struktur yang lebih kompak
dan dapat mencegah atau memperlambat disintegrasi sabun saat terpapar oleh air. Asam-asam
lemak dengan rantai pendek, misalnya asam laurat dan asam-asam lemak lain yang memiliki
kelarutan tinggi, berperan dalam kemampuan sabun untuk menghasilkan busa.
Asam-asam lemak merupakan komponen utama penyusun lemak atau minyak.
Karakteristik suatu sabun sangat dipengaruhi oleh karakteristik minyak yang dipakai. Tiap-
tiap minyak memiliki jenis asam lemak yang dominan. Asam-asam lemak inilah yang
nantinya akan menentukan karakteristik dari sabun yang dihasilkan. Pada Tabel 2 disajikan
pengaruh beberapa jenis minyak nabati terhadap karakteristik sabun.

Tabel 2. Pengaruh Jenis Minyak terhadap Karakteristik Sabun


Karakteristik Sabun
Jenis Minyak
Konsistensi Sifat Pembusaan Daya Detergensi
Minyak Kelapa Keras dan rapuh Cepat berbusa Sangat bagus dalam air hangat dan dingin
RBDPO Keras dan rapuh Cepat berbusa Sangat bagus dalam air hangat dan dingin
Minyak jarak Lunak Sedikit berbusa Cukup

Sumber : Shrivastava (1982)

Sabun dengan sifat yang lengkap dan ideal dapat diperoleh dengan melakukan
pencampuran minyak sehingga asam lemak pada campuran tersebut menjadi lengkap dan
kombinasinya seimbang sehingga memberikan semua sifat yang diinginkan dalam sabun.

2.3 Minyak Nabati

Minyak nabati berfungsi sebagai sumber asam lemak. Setiap jenis minyak
menghasilkan karakteristik sabun yang berbeda-beda.

5
2.3.1 Minyak Kelapa

Menurut Woodroof (1979), minyak kelapa diperoleh sebagai hasil ekstraksi kopra atau
daging buah kelapa segar. Daging kelapa segar mengandung 35-50% minyak dan jika
dikeringkan (dijadikan kopra), kadar minyaknya akan naik menjadi 63-65%. Asam-asam
lemak dominan yang menyusun minyak kelapa adalah laurat dan miristat, yang merupakan
asam-asam lemak berbobot molekul rendah, sedangkan menurut Ketaren (1986), minyak
kelapa memiliki sekitar 90% kandungan asam lemak jenuh.
Shrivastava (1982) menyatakan bahwa minyak kelapa memiliki sifat mudah
tersaponifikasi (tersabunkan) dan cenderung mudah menjadi tengik (rancid). Shrivastava
(1982) juga menyatakan bahwa minyak kelapa sebagai salah satu jenis minyak dengan
kandungan asam lemak yang paling kompleks. Sifat fisikokimia minyak kelapa dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Sifat Fisikokimia Minyak Kelapa
Karakteristik Nilai
Specific gravity, 15oC 0.931
Bilangan Iod 7.5 – 10.5
Bilangan Penyabunan 250 – 280
Titik Leleh (oC) 20 – 25

Sumber : Woodroof (1979), Shrivastava (1982), Ketaren (1986)

Asam lemak yang paling dominan dalam minyak kelapa adalah asam laurat
(HC12H23O2). Asam laurat sangat diperlukan dalam pembuatan sabun karena asam laurat
mampu memberikan sifat pembusaan yang sangat baik untuk produk sabun.
Asam-asam lemak yang lain yang terdapat dalam minyak kelapa adalah asam kaproat
(HC16H11O), kaprilat (HC8H15O2) dan kaprat (HC10H19O2). Semua asam lemak tersebut dapat
larut dalam air dan bersifat mudah menguap jika didestilasi dengan menggunakan air atau uap
panas. Komposisi asam lemak minyak kelapa dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Kelapa


Asam Lemak Jumlah (%)
Asam Lemak Jenuh
Laurat (C12H24O2) 44 – 52
Miristat (C14H28O2) 13 – 19
Palmitat (C16H32O2) 7.5 – 10.5
Kaprilat (C8H16O2) 5.5 – 9.5
Kaprat (C10H20O2) 4.5 – 9.5
Stearat (C18H36O2) 1–3
Kaproat (C6H12O2) 0 – 0.8
Arachidat (C20H40O2) 0 – 0.04
Asam Lemak Tak Jenuh
Oleat (C18H34O2) 5–8
Linoleat (C18H32O2) 1.5 – 2.5
Palmitoleat (C16H30O2) 0 – 1.3

Sumber :Thieme (1968)

6
Asam laurat merupakan asam lemak jenuh yang memiliki sifat pembusaan yang baik
dan sering digunakan dalam formulasi sabun. Penggunaan asam laurat sebagai bahan baku
akan menghasilkan sabun dengan kelarutan yang tinggi dan karakteristik busa yang baik.
Minyak kelapa yang belum dimurnikan mengandung sejumlah kecil komponen bukan
minyak, misalnya fosfatida, gum sterol (0.06-0.08%), tokoferol (0.003%) dan asam lemak
bebas (kurang dari 5%). Sterol yang terdapat dalam minyak nabati disebut fitosterol. Sterol
bersifat tidak berwarna, tidak berbau, stabil dan berfungsi sebagai penstabil dalam minyak.
Persenyawaan tokoferol bersifat tidak dapat disabunkan dan berfungsi sebagai antioksidan
(Ketaren, 1986).

2.3.2 RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil)

Buah kelapa sawit terdiri atas 80% perikarp dan 20% daging buah yang dilapisi kulit
tipis. Kadar minyak dalam perikarp sekitar 34-40% (Ketaren, 1986). Patterson (1992)
menyatakan bahwa minyak kelapa sawit hasil pengepresan (crude palm oil) sebelum diolah
lebih lanjut harus mengalami proses pemurnian, yaitu degumming, netralisasi, pemucatan
(bleaching) dan penghilangan bau (deodorization). Minyak yang dihasilkan dari proses
pemurnian ini disebut refined bleached deodorized palm oil (RBDPO) yang belum dipisahkan
fraksi padat dan fraksi cairnya. Jenis minyak ini biasanya digunakan sebagai bahan baku
dalam industri minyak goreng, margarin, shortening, dan berbagai industri turunan lainnya.
Menurut Departemen Pertanian (2008), proses pemurnian RBDPO dapat menghasilkan
73% olein, 21% stearin, 5% palm fatty acid distillate (PFAD), dan 0.5% bahan lainnya. Sifat
fisikokimia RBDPO dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Sifat Fisikokimia RBDPO


Karakteristik Nilai

Bobot Jenis, 25oC 0.90

Indeks Bias, 40oC 1.16 – 1.46

Bilangan Iod 48 – 56

Bilangan Penyabunan 196 – 205

Sumber : Luthana (2008)

Menurut Cavitch (2001) sabun yang terbuat dari RBDPO merupakan sabun yang
memiliki tingkat kekerasan yang sangat tinggi. Kekerasan sabun sangat dipengaruhi oleh
adanya asam lemak jenuh dalam sabun. Semakin banyak jumlah asam lemak jenuh dalam
sabun, maka sabun akan menjadi semakin keras.
Stabilitas emulsi sabun yang terbuat dari RBDPO juga sangat tinggi (Yunita, 2009).
Menurut Suryani et al. (2002), jumlah asam lemak mempengaruhi tingkat kestabilan emulsi
serta berperan dalam menjaga konsistensi sabun. Komposisi asam lemak dalam olein kelapa
sawit dapat dilihat pada Tabel 6.

7
Tabel 6. Komposisi Kimia Asam Lemak dalam Olein Sawit
Asam Lemak Jumlah (%)
Asam Lemak Jenuh
Palmitat (C16H32O2) 37.9 – 41.7
Stearat (C18H36O2) 4.0 – 4.8
Miristat (C14H28O2) 0.9 – 1.5
Laurat (C12H24O2) 0.1 – 0.5
Asam Lemak Tak Jenuh
Oleat (C18H34O2) 40.7 – 43.9
Linoleat (C18H32O2) 10.4 – 13.4
Linolenat (C18H30O2) 0.1 – 0.5

Sumber : Departemen Pertanian (2008)

2.3.3 Minyak jarak (Castor Oil)

Menurut Shrivastava (1982), minyak jarak diperoleh dari biji tanaman jarak (Ricinus
communis L.) dan memiliki sifat mudah tersaponifikasi. Biji jarak mengandung 50-55%
minyak (Klemczynska et al., 2006). Minyak jarak mempunyai rasa asam dan dapat dibedakan
dengan trigliserida lainnya karena bobot jenis, kekentalan, bilangan asetil dan kelarutan dalam
alkohol yang nilainya relatif tinggi. Minyak jarak larut dalam etil alkohol 95% pada suhu
kamar, dalam pelarut organik yang polar dan sedikit larut dalam golongan hidrokarbon
alifatis. Nilai kelarutan minyak jarak dalam petroleum eter relatif rendah (Ketaren, 1986).
Sifat fisikokimia minyak jarak tersaji dalam Tabel 7.

Tabel 7. Sifat Fisikokimia Minyak Jarak


Karakteristik Nilai

Bobot jenis, 20oC 0.96 – 0.96

Specific gravity 0.96 – 0.97

Indeks bias, 40oC 1.48 – 1.48

Bilangan Iod 82 – 88

Bilangan Penyabunan 176 – 181

Bilangan Tak Tersabunkan 0.70

Bilangan Asam 0.40 – 4.00

Bilangan Asetil 145 – 154

Titik Api (oC) 322

Sumber : Bailey (1950), Shrivastava (1982)

Tidak seperti minyak lain, minyak jarak tidak mudah teroksidasi, kecuali jika terpapar
pada suhu tinggi (Klemczynska et al., 2006). Shrivastava (1982) menyebutkan bahwa minyak

8
jarak termasuk dalam golongan soft oil dan banyak mengandung asam oleat, linoleat dan
linolenat. Kandungan tokoferol dalam minyak jarak relatif kecil (0.05%) dan kandungan asam
lemak esensial minyak jarak sangat rendah. Ini menyebabkan minyak jarak sangat berbeda
dengan minyak nabati yang lain (Ketaren, 1986). Komposisi asam lemak minyak jarak
disajikan dalam Tabel 8.

Tabel 8. Komposisi Asam Lemak dalam Minyak jarak


Asam Lemak Jumlah (%)
Asam Lemak Jenuh
Stearat (C18H36O2) 0.5 – 2
Asam Lemak Tak Jenuh
Risinoleat (C18H34O2) 86
Oleat (C18H34O2) 85
Linoleat (C18H32O2) 3.5

Sumber : Bailey (1950)

Sabun yang dibuat dari minyak jarak memiliki kelarutan yang tinggi dan penampakan
yang sangat jernih. Menurut Shrivastava (1982), sabun yang dibuat dari minyak jarak
memiliki transparansi yang sangat bagus, tetapi terasa lengket (sticky) dan wanginya cepat
hilang. Jika dalam formula sabun ditambahkan pewangi maka wangi pewangi tersebut akan
hilang dalam selang waktu tertentu. Williams dan Schmitt (2002) menyatakan bahwa sabun
transparan yang terbuat dari minyak jarak akan berwarna kuning sehingga dapat menghambat
proses pewarnaan pada sabun.
Menurut Puspito (2008), minyak jarak termasuk kategori superfatting oil. Minyak yang
termasuk dalam golongan ini memiliki nilai lebih, yaitu dapat melembabkan dan melembutkan
kulit. Contoh yang lain adalah minyak almon, lemak coklat (cocoa butter) dan minyak
alpukat.
Puspito (2008) juga menyatakan bahwa sabun yang dibuat dengan penambahan minyak
jarak akan menghasilkan busa yang lembut (creamy). Minyak jarak dalam sabun juga
berfungsi sebagai emmolient (penghalus dan pelembut kulit). Klemczynska et al. (2006)
menyebutkan bahwa minyak jarak banyak digunakan dalam kosmetik dan produk-produk
sejenis karena sifatnya non-komedogenik (tidak memperburuk kondisi kulit dan tidak
merangsang timbulnya jerawat).

2.4 Komponen Lain Pembentuk Sabun Transparan

Sabun tersusun atas komponen-komponen minyak dan bukan minyak. Menurut


Shrivastava (1982), sabun yang bagus harus mengandung lebih dari satu macam komponen
bukan minyak (non-oil substances). Hill (2005) menyatakan bahwa bahan aditif dapat
ditambahkan dalam jumlah normal, misalnya overgreasing agents (1-3%), penstabil
(antioksidan, complexing agents) (0.05-0.5%), pewangi (0.5-3%), pewarna (0.05-0.3%), dan
skin protection agents seperti sorbitol atau gliserin (1-5%).
Struktur transparan pada sabun dapat dibentuk dengan menambahkan transparent agent
seperti gliserin, sukrosa dan alkohol dalam formulasi pembuatan sabun transparan. Selain itu,

9
penambahan propilen glikol, sorbitol, polietilen glikol, surfaktan amfoterik dan surfaktan
anionik dapat juga ditambahkan sebagai transparent agent agar melengkapi fungsi yang sama
dengan gliserin (Mitsui, 1997).
Berikut adalah penjelasan mengenai komponen lain yang digunakan dalam formulasi
sabun transparan :

2.4.1 Asam Stearat (C18H36O2)

Asam stearat adalah jenis asam lemak dengan rantai hidrokarbon yang panjang,
mengandung gugus karboksil di salah satu ujungnya dan gugus metil di ujung yang lain. Asam
stearat memiliki 18 atom karbon dan merupakan asam lemak jenuh karena tidak memiliki
ikatan rangkap di antara atom karbonnya. Menurut (Mitsui, 1997), asam stearat sering
digunakan sebagai bahan dasar pembuatan krim dan sabun. Asam stearat berbentuk padatan
berwarna putih kekuningan dan berperan dalam memberikan konsistensi dan kekerasan pada
sabun.

2.4.2 Natrium Hidroksida (NaOH)

Natrium hidroksida adalah senyawa alkali berbentuk butiran padat berwarna putih dan
memiliki sifat higroskopis, serta reaksinya dengan asam lemak menghasilkan sabun dan
gliserol. NaOH sering digunakan dalam industri pembuatan hard soap. NaOH merupakan
salah satu jenis alkali (basa) kuat yang bersifat korosif serta mudah menghancurkan jaringan
organik yang halus. Menurut Departemen Perindustrian (1984), banyaknya alkali yang akan
digunakan dalam pembuatan sabun transparan dapat ditentukan dengan melihat besarnya
bilangan penyabunan.

2.4.3 Dietanolamida (C4H11NO2)

Dietanolamida (DEA) adalah surfaktan nonionik yang dihasilkan dari minyak atau
lemak. Dalam sediaan kosmetika, DEA berfungsi sebagai surfaktan dan zat penstabil busa.
Surfaktan adalah senyawa aktif penurun tegangan permukaan yang berfungsi untuk
menyatukan fasa minyak dengan fasa air. Suryani et al. (2002), menyatakan bahwa
dietanolamida dapat meningkatkan tekstur kasar busa serta dapat mencegah proses
penghilangan minyak secara berlebihan pada kulit dan rambut.
Menurut Williams dan Schmitt (2002), dietanolamida berbasis minyak kelapa
merupakan dietanolamida yang paling umum digunakan, walaupun efek pengentalannya
berkurang jika ditambahkan gliserol. Harga dietanolamida juga relatif murah dan lebih mudah
ditangani dibanding senyawa amida murni lain yang berbasis metil ester.

2.4.4 Gliserin (C3H8O3)

Gliserin merupakan produk samping pemecahan minyak atau lemak untuk


menghasilkan asam lemak. Gliserin diperoleh sebagai hasil samping pembuatan sabun dari
berbagai asam lemak, berbentuk cairan jernih, tidak berbau dan memiliki rasa agak manis.
Kegunaan gliserin berubah-ubah sesuai dengan produknya. Pada pembuatan sabun transparan,

10
gliserin berfungsi untuk menghasilkan penampakan yang transparan dan memberikan
kelembaban pada kulit (humektan).
Humektan (moisturizer) adalah skin conditioning agents yang dapat meningkatkan
kelembaban kulit. Menurut Mitsui (1997), gliserin telah digunakan sejak lama sebagai
humektan karena gliserin merupakan komponen higroskopis yang dapat mengikat air dan
mengurangi jumlah air yang meninggalkan kulit. Efektifitas gliserin tergantung pada
kelembaban lingkungan di sekitarnya. Humektan contohnya gliserin dan propilen glikol, dapat
melembabkan kulit pada kondisi kelembaban tinggi. Mitsui (1997) juga menyatakan bahwa
gliserin dengan konsentrasi 10% dapat meningkatkan kehalusan dan kelembutan kulit.

2.4.5 Natrium Klorida (NaCl)

Natrium klorida merupakan bahan berbentuk butiran kristal kubik berwarna putih dan
bersifat higroskopis rendah. NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun
transparan karena berfungsi sebagai elektrolit dan turut berperan dalam pembentukan busa.
Untuk menghasilkan sabun berkualitas tinggi, NaCl yang digunakan harus bebas dari unsur
besi, kalsium dan magnesium (Shrivastava, 1982).
Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu
tinggi di dalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan umumnya
berbentuk air garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl juga digunakan untuk memisahkan
produk sabun dan gliserol. Gliserol tidak mengalami pengendapan dalam brine karena
kelarutannya yang tinggi, sedangkan sabun akan mengendap.

2.4.6 Etanol (C2H5OH)

Etanol berfungsi sebagai pelarut dalam pembuatan sabun transparan karena sifatnya
yang mudah larut dalam air dan lemak sehingga akan menghasilkan sabun dengan kelarutan
yang tinggi (Puspito, 2008). Selain itu, etanol juga berfungsi untuk membentuk tekstur
transparan sabun (Shrivastava, 1982).

2.4.7 Sukrosa (C12H22O11)

Menurut Mitsui (1997) glukosa atau sukrosa berfungsi sebagai transparent agent dan
humektan. Glukosa merupakan monosakarida dengan enam atom C, sedangkan sukrosa
merupakan penggabungan molekul-molekul glukosa dan fruktosa.

2.4.8 Air

Air merupakan pelarut yang bersifat polar dan tidak dapat bercampur dengan fraksi
lemak. Menurut Winarno (1997), sebuah molekul air terdiri dari sebuah atom oksigen yang
berikatan kovalen dengan dua atom hidrogen.

11
III. METODOLOGI

3.1 Bahan dan Alat

3.1.1 Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan adalah minyak kelapa (minyak goreng merk “Barco”),
RBDPO (minyak goreng sawit merk “Superindo”) dan minyak jarak (dibeli dari PT.
Brataco Chemica, Bogor).

3.1.2 Bahan Kimia

Bahan kimia yang digunakan adalah asam stearat, NaOH, gliserin, etanol, sukrosa,
dietanolamida (DEA), NaCl, alkohol netral, asam asetat glasial, kloroform, KI jenuh,
natrium tiosulfat, pereaksi Hanus, KI 20%, HCl, H2SO4, KOH dalam etanol, etanol 96%,
BaCl2 20%, KOH, indikator PP dan indikator metil oranye.

3.1.3 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan sabun transparan adalah hot plate,
penangas air, buret, sudip, timbangan digital, pendingin tegak, termometer, gelas piala,
pengaduk kaca, erlenmeyer, gelas ukur, labu ukur, labu Cassia, labu pemisah, tabung
reaksi, corong, alat titrasi, vortex, oven, freezer, pipet tetes, pipet volumetrik, pH meter,
penetrometer, desikator, spektrofotometer, cawan aluminium, penggaris, strirrer,
penyaring vakum, kertas saring dan kaca arloji.

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Karakterisasi Minyak

Karakterisasi minyak dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat dari minyak yang


digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun transparan. Karakterisasi yang dilakukan
adalah analisis kadar asam lemak bebas dan bilangan asam, bilangan penyabunan, bilangan
iod, serta bilangan peroksida. Prosedur karakterisasi minyak dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.2.2 Pembuatan Sabun Transparan

Pemilihan formula untuk pembuatan sabun transparan dalam penelitian ini didasarkan
pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kusumah (2004). Formulasinya disajikan
dalam Tabel 9.
Kombinasi jenis minyak nabati yang digunakan adalah :
• Minyak kelapa : RBDPO (5:15)
• Minyak kelapa : RBDPO (10:10)

12
• Minyak kelapa : RBDPO (15:5)
• Minyak kelapa : minyak jarak (5:15)
• Minyak kelapa : minyak jarak (10:10)
• Minyak kelapa : minyak jarak (15:5)

Tabel 9. Formulasi Sabun Transparan yang Digunakan dalam Penelitian


Komponen % (w/w) Fungsi
Asam stearat 7
Minyak nabati 20 Pembuatan stok sabun
NaOH 30% 24.1
Gliserin 10 Pelarut, transparent agent, humektan
Etanol 15 Pelarut, transparent agent
Sukrosa 17 Transparent agent, humektan
DEA 3 Penstabil busa
NaCl 0.2 Elektrolit
Pewangi 1 Pewangi
Air 2.7 Pelarut

Sumber : Kusumah (2004)

Pembuatan sabun transparan diawali dengan mereaksikan fraksi lemak (asam stearat
dan minyak nabati) dengan fraksi alkali (NaOH) untuk membentuk sabun. Minyak nabati
yang digunakan adalah campuran dari minyak kelapa dengan minyak nabati lain yang
digunakan sebagai bahan baku dalam penelitian ini. Stok sabun harus merupakan reaksi yang
sempurna antara asam lemak dengan alkali, untuk menghindari adanya sisa asam lemak atau
alkali bebas yang tertinggal dalam sabun.
Setelah stok sabun terbentuk, ke dalam adonan ditambahkan bahan-bahan lain, yaitu
gliserin dan alkohol, kemudian NaCl, sukrosa, DEA dan air. Adonan kemudian diaduk
dengan kecepatan konstan pada suhu 70-80oC, sampai semua bahan tercampur dengan
sempurna dan adonan terlihat transparan. Tahap berikutnya adalah pencetakan.
Adonan sabun yang masih panas langsung dituangkan ke dalam cetakan. Tutup
dengan plastik agar adonan tidak terkena udara luar. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah
timbulnya kerak putih yang dapat mengurangi nilai estetika sabun (Puspito, 2008). Setelah
dingin, sabun akan mengeras dan dapat dikeluarkan dari cetakannya. Diagram alir pembuatan
sabun transparan yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 3 di bawah ini.

13
Asam Stearat
(Padat)

Pemanasan
T = 70-80oC

Asam Stearat
(Cair)

Minyak Nabati Penyabunan NaOH 30%

Stok Sabun

NaCl
Gliserin Pengadukan Sukrosa
Etanol T = 70-80oC DEA
Air

Pencetakan

Sabun
Transparan

Gambar 3. Diagram Proses Pembuatan Sabun Transparan

3.2.3 Analisa Mutu Produk

Analisa yang dilakukan pada produk adalah analisa yang didasarkan pada standar
mutu sabun mandi (SNI 06-3532-1994) tentang syarat mutu sabun mandi dan beberapa
parameter analisis yang didasarkan pada literatur berkenaan dengan sabun. Prosedur analisia
yang dilakukan dapat dilihat di Lampiran 2.

14
3.2.4 Uji Organoleptik

Uji organoleptik pada produk sabun transparan dilakukan untuk mengetahui tingkat
kesukaan konsumen terhadap transparansi, tekstur, daya busa dan kesan bersih pada kulit
setelah pemakaian sabun transparan. Uji ini menggunakan panelis sebanyak 30 orang dengan
skala 1-5. Skala penilaian yang diberikan, yaitu (1) tidak suka, (2) agak tidak suka, (3) biasa,
(4) agak suka, dan (5) suka. Analisis data untuk uji organoleptik dilakukan dengan metode
statistika non parametrik menggunakan uji Friedman. Contoh lembar uji organoleptik dapat
dilihat di Lampiran 3.

3.2.5 Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak
lengkap faktor tunggal yaitu perlakuan kombinasi minyak nabati. Sabun transparan dalam
penelitian ini dibuat dengan mencampurkan dua jenis minyak nabati. Minyak nabati yang
digunakan adalah minyak kelapa, minyak sawit dan minyak jarak. Penelitian ini memiliki
enam perlakuan (taraf) yaitu sebagai berikut :
Taraf 1 = sabun yang dibuat dari campuran minyak kelapa : minyak sawit (5:15)
Taraf 2 = sabun yang dibuat dari campuran minyak kelapa : minyak sawit (10:10)
Taraf 3 = sabun yang dibuat dari campuran minyak kelapa : minyak sawit (15:5)
Taraf 4 = sabun yang dibuat dari campuran minyak kelapa : minyak jarak (5:15)
Taraf 5 = sabun yang dibuat dari campuran minyak kelapa : minyak jarak (10:10)
Taraf 6 = sabun yang dibuat dari campuran minyak kelapa : minyak jarak (15:5)
Pada penelitian dilakukan dua kali ulangan sehingga memiliki dua belas satuan
percobaan. Model matematis untuk rancangan percobaan yang digunakan (Sudjana, 1994)
adalah sebagai berikut:

Yij = µ + τi + εij

Yij = Variabel yang dianalisis pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ = Rata-rata yang sebenarnya
τi = Pengaruh perbandingan persentase minyak nabati, pada perlakuan ke-i (1,2,3,4,5,6)
εij = Pengaruh galat percobaan
i = Jumlah perlakuan = 1, 2, 3, 4, 5, 6
j = Jumlah ulangan pada perlakuan ke-i = 1, 2

Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis sidik ragam (ANOVA) pada tingkat
kepercayaan 95%, apabila terdapat perbedaan nyata, maka dilanjutkan dengan uji Duncan
untuk mengetahui pengaruh perlakuan (taraf) terhadap hasil pengamatan.
Uji Duncan melibatkan perhitungan batas angka yang diperoleh dari hasil
pengamatan untuk menentukan perbedaan antara enam perlakuan (taraf) sebagai hasil yang
berbeda nyata atau tidak berbeda nyata. Perhitungan uji Duncan ini memerlukan sederetan
nilai yang saling berkaitan. Langkah-langkah perhitungan uji Duncan adalah sebagai berikut.
1. Seluruh rataan perlakuan diperingkatkan dengan urutan menurun (atau naik). Biasanya,
rataan perlakuan diperingkatkan dari perlakuan hasil tertinggi ke perlakuan hasil
terendah.
2. Dihitung nilai Sd dan nilai beda nyata terkecil.

15
√2sr
2 (rp) (Sd)
Sd = dan Rp =
√2
Keterangan :
Sd = galat baku perbedaan rataan yang dihitung
S2 = kuadrat tengah galat dalam sidik ragam
r = banyaknya ulangan (1,2)
Rp = nilai beda nyata terkecil
rp = nilai yang diperoleh dari tabel distribusi Duncan 5%

3. Lalu dilakukan pengelompokkan terhadap seluruh rataan perlakuan yang tidak berbeda
nyata. Hasil uji Duncan biasanya dinyatakan dalam bentuk huruf. Hasil yang berbeda
nyata ditunjukkan oleh huruf yang berbeda dan hasil yang tidak berbeda nyata
ditunjukkan oleh huruf yang sama.

16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 KARAKTERISASI MINYAK

Sabun merupakan hasil reaksi penyabunan antara asam lemak dan NaOH. Asam lemak yang
digunakan untuk membuat sabun transparan berasal dari tiga jenis minyak, yaitu minyak kelapa,
RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil) dan minyak jarak. Analisis yang dilakukan
terhadap minyak yang digunakan sebagai sumber asam lemak dalam pembuatan sabun transparan
adalah asam lemak bebas dan bilangan asam, bilangan penyabunan, bilangan iod, dan bilangan
peroksida.

4.1.1 Kadar Asam Lemak Bebas dan Bilangan Asam

Bilangan asam adalah jumlah alkali yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas
dalam sejumlah contoh minyak atau lemak. Kadar asam lemak bebas merupakan persentase bobot
(b/b) dari asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak atau lemak. Semakin tinggi kadar ALB
suatu minyak menunjukkan bahwa minyak semakin tidak baik karena minyak akan semakin tengik,
indeks bias minyak akan semakin meningkat, dan titik asap minyak akan semakin menurun. Asam
lemak bebas dalam minyak atau lemak berasal dari reaksi oksidasi, hidrolisis, pemanasan, dan lain-
lain. Hasil analisis bilangan asam dan kadar asam lemak bebas minyak kelapa, RBDPO dan minyak
jarak dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Hasil Analisis Asam Lemak Bebas dan Bilangan Asam

Bahan ALB (%) Bilangan Asam

Minyak Kelapa 0.10 0.275


RBDPO 0.15 0.315
Minyak jarak 0.22 0.44

Berdasarkan analisis yang dilakukan, didapat bahwa semua jenis minyak yang digunakan
memiliki kadar ALB dan bilangan asam rendah yang menandakan bahwa minyak yang digunakan
dalam penelitian ini adalah minyak yang berkualitas baik.

4.1.2 Bilangan Penyabunan

Bilangan penyabunan adalah jumlah alkali yang dibutuhkan untuk menyabunkan sejumlah
contoh minyak atau lemak. Bilangan penyabunan digunakan untuk menentukan bobot molekul
minyak secara kasar. Minyak yang tersusun oleh asam lemak rantai C pendek berarti mempunyai
bobot molekul yang relatif kecil yang akan mempunyai angka penyabunan yang besar. Hasil analisis
bilangan penyabunan dapat dilihat pada Tabel 11.

17
Tabel 11. Hasil Analisis Bilangan Penyabunan

Bahan Bilangan Penyabunan Literatur

Minyak Kelapa 258.30 250 – 280


RBDPO 196.27 196 – 205
Minyak jarak 178.86 176 – 181

Besarnya bilangan penyabunan tergantung dari bobot molekul minyak yang dianalisis.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa bilangan penyabunan tertinggi dimiliki oleh minyak
kelapa. Hal ini disebabkan karena asam lemak dominan dalam minyak kelapa yaitu asam laurat
memiliki bobot molekul paling kecil jika dibandingkan dengan asam lemak dominan dalam RBDPO
dan minyak jarak. Sama halnya dengan bilangan penyabunan RBDPO yang lebih tinggi dari bilangan
penyabunan minyak jarak karena bobot molekul asam oleat lebih kecil daripada bobot molekul asam
risinoleat. Dalam pembuatan sabun transparan bilangan penyabunan digunakan untuk menghitung
jumlah alkali yang dibutuhkan untuk menyabunkan seluruh minyak yang digunakan secara sempurna.

4.1.3 Bilangan Iod

Bilangan iod adalah jumlah iod yang dapat diikat oleh seratus gram minyak atau lemak.
Asam lemak tidak jenuh dalam minyak mampu menyerap sejumlah iod dan membentuk senyawa
jenuh. Dengan demikian, jumlah iod menunjukkan jumlah ikatan rangkap (ikatan tidak jenuh) dalam
minyak. Hasil analisis bilangan iod dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Hasil Analisis Bilangan Iod

Bahan Bilangan Iod Literatur

Minyak Kelapa 8.38 7.5 – 10.5


RBDPO 55.23 48 – 56
Minyak jarak 82.34 82 – 88

Hasil analisis menunjukkan bahwa bilangan iod tertinggi sampai terendah secara berturut
turut dimiliki oleh minyak jarak, RBDPO dan minyak kelapa. Ketidakjenuhan minyak digunakan
untuk menentukan beberapa karakteristik minyak, seperti titik cair dan bilangan peroksida. Jika
bilangan iod semakin tinggi, maka ikatan rangkap yang terkandung dalam minyak akan semakin
banyak. Semakin banyak jumlah ikatan rangkap pada minyak maka titik cair minyak semakin rendah
dan menyebabkan minyak semakin mudah teroksidasi sehingga bilangan peroksidanya semakin
tinggi. Dalam pembuatan sabun transparan, bilangan iod minyak yang akan digunakan perlu diketahui
untuk mengidentifikasi ketahanan sabun pada suhu tertentu. Asam lemak tak jenuh mempunyai titik
leleh yang lebih rendah daripada asam lemak jenuh, sehingga sabun yang dihasilkan juga akan lebih
lembek dan mudah mencair pada suhu tinggi.

4.1.4 Bilangan Peroksida

Bilangan peroksida adalah nilai terpenting untuk menentukan derajat kerusakan pada minyak
atau lemak. Asam lemak tidak jenuh dapat mengikat oksigen pada ikatan rangkapnya dan membentuk

18
senyawa peroksida. Bilangan peroksida berguna untuk mengukur tingkat kerusakan minyak dengan
mengukur tingkat oksidasinya. Asam-asam lemak yang berikatan dengan oksigen akan terurai
membentuk senyawa dengan rantai molekul yang lebih pendek. Jika jumlah molekul rantai pendek
dalam minyak semakin banyak, maka minyak akan semakin tengik (berbau tidak sedap). Hasil analisis
bilangan peroksida dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Hasil Analisis Bilangan Peroksida

Bahan Bilangan Peroksida

Minyak Kelapa 0.68


RBDPO 1.78
Minyak jarak 3.13

Hasil analisis menunjukkan bahwa bilangan peroksida tertinggi sampai terendah secara
berturut-turut dimiliki oleh minyak jarak, RBDPO, dan minyak kelapa. Bilangan peroksida suatu
minyak berbanding lurus dengan bilangan iodnya. Berdasarkan data yang diperoleh, minyak jarak
memiliki bilangan peroksida paling tinggi karena memiliki ikatan rangkap lebih banyak daripada
RBDPO dan minyak kelapa sehingga minyak jarak lebih banyak mengalami reaksi oksidasi dan
membentuk senyawa peroksida. Sama halnya dengan RBDPO dan minyak kelapa. Dalam pembuatan
sabun transparan bilangan peroksida minyak digunakan untuk menjaga kualitas sabun yang
dihasilkan. Jika bilangan peroksida tinggi maka sabun yang dihasilkan akan mudah teroksidasi saat
terkena udara dan mengurai menjadi senyawa aldehid dan keton yang berantai pendek dan mudah
menguap.

4.2 ANALISIS MUTU SABUN TRANSPARAN

Sabun transparan dibuat melalui reaksi penyabunan antara asam lemak dan NaOH.
Pembuatan sabun transparan dilakukan dengan mencampurkan dua jenis minyak nabati dengan
jumlah yang berbeda. Penampakan sabun transparan yang dibuat dari campuran dua jenis minyak
nabati dapat dilihat pada Gambar 4.

19
Keterangan :
A1 = minyak kelapa : RBDPO (5:15)
A2 = minyak kelapa : RBDPO (10:10)
A3 = minyak kelapa : RBDPO (15:5)
A4 = minyak kelapa : minyak jarak (5:15)
A5 = minyak kelapa : minyak jarak (10:10)
A6 = minyak kelapa : minyak jarak (15:5)
Gambar 4. Tampilan Sabun Transparan yang Dihasilkan dari Penelitian

Analisis yang dilakukan terhadap sabun transparan meliputi pengukuran terhadap kadar air
dan zat menguap, kadar asam lemak, kadar fraksi tak tersabunkan, kadar bagian tak larut dalam
alkohol, kadar alkali bebas dihitung sebagai NaOH, nilai pH, kekerasan, stabilitas emulsi, stabilitas
busa dan daya bersih.

4.2.1 Kadar Air dan Zat Menguap

Analisis kadar air dan zat menguap dilakukan untuk mengetahui jumlah air dan zat menguap
yang terkandung dalam sabun transparan yang dihasilkan. Banyaknya air dan zat menguap dalam
sabun akan mempengaruhi kelarutan sabun dalam air saat digunakan. Menurut Spitz (1996), semakin
tinggi kadar air dan zat menguap sabun maka sabun akan semakin mudah menyusut pada saat
digunakan.
Kadar air dan zat menguap dalam produk sabun transparan berasal dari air dan zat menguap
yang ditambahkan saat proses pembuatan sabun dan dari hasil samping proses penyabunan. Vilera dan
Suranyi (1998) menyatakan bahwa setiap asam lemak yang bereaksi dengan NaOH akan membentuk
sabun dan air. Selain itu, kandungan air dan zat menguap dalam sabun juga dapat berasal dari bahan-
bahan pembentuk sabun yang bersifat volatile (mudah menguap) seperti alkohol dan pewangi dan
berasal dari hasil lanjut reaksi oksidasi asam lemak yang terdapat dalam sabun yang menghasilkan
senyawa aldehid dan keton yang bersifat mudah menguap.
Sabun transparan yang dihasilkan memiliki kadar air dan zat menguap berkisar antara 12.13-
14.78%. Hasil analisis keragaman (α( = 0.05) menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi minyak nabati
transparan. Hasil analisis keragaman
berpengaruh nyata terhadap kadar air dan zat menguap sabun transparan.
terhadap kadar air dan zat menguap dapat dilihat pada Lampiran 5.

20
Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa kadar air dan zat menguap sabun A4 berbeda
nyata dengan sabun yang terbuat dari perlakuan kombinasi minyak lainnya sehingga dapat dituliskan
bahwa sabun A4≠A5, A6, A2, A1 dan A3. Kadar air dan zat menguap sabun A5, A6, A2 dan A1 tidak
berbeda nyata, sehingga dapat dituliskan bahwa sabun A5=A6=A2=A1. Kadar air dan zar menguap
sabun A3 tidak berbeda nyata dengan sabun A1 tetapi berbeda nyata dengan sabun A5, A6 dan A2,
sehingga dapat dituliskan bahwa sabun A3=A1 tetapi A3≠A5, A6 dan A2. Hasil analisis dapat dilihat
pada Gambar 5.

16.00
Kadar Air dan Zat Menguap

14.00 Keterangan :
12.00 A1 = minyak kelapa : RBDPO (5:15)
10.00 A2 = minyak kelapa : RBDPO (10:10)
8.00 A3 = minyak kelapa : RBDPO (15:5)
(%)

6.00 A4 = minyak kelapa : minyak jarak (5:15)


A5 = minyak kelapa : minyak jarak (10:10)
4.00
A6 = minyak kelapa : minyak jarak (15:5)
2.00
0.00
A1 A2 A3 A4 A5 A6

Perlakuan Kombinasi Minyak

Gambar 5. Hubungan Antara Perlakuan Kombinasi Minyak Nabati terhadap Kadar Air dan Zat
Menguap Sabun Transparan

Menurut SNI 1994, kadar air dan zat menguap sabun batang (hard soap) maksimal adalah
15%. Hal ini menunjukkan bahwa sabun transparan yang dihasilkan memiliki kadar air dan zat
menguap yang sesuai dengan SNI 1994. Shrivastava (1982) menyatakan bahwa kadar air dan zat
menguap sabun maksimal adalah 30%. Jika kadar airnya kurang dari 30% berarti sabun tersebut telah
mengalami proses pengeringan buatan atau menjadi lebih kering karena pengaruh lingkungan tempat
penyimpanan sabun. Dalam penelitian ini, kadar air sabun kurang dari 30% kemungkinan besar
dikarenakan sabun telah mengalami proses pengeringan secara alami selama penyimpan sebelum
sabun tersebut dianalisis.

4.2.2 Jumlah Asam Lemak

Asam lemak merupakan komponen utama penyusun minyak atau lemak. Pengukuran jumlah
asam lemak dilakukan untuk mengetahui jumlah asam lemak yang terdapat dalam sabun dengan
memutus ikatan antara asam lemak dengan Na pada sabun menggunakan asam kuat. Jenis asam lemak
yang digunakan menentukan karakteristik sabun yang dihasilkan.
Jumlah asam lemak pada sabun menunjukkan total jumlah asam lemak yang tersabunkan dan
asam lemak bebas yang terkandung pada sabun. Asam lemak yang terkandung dalam sabun transparan
berasal dari asam stearat dan minyak nabati yang digunakan sebagai bahan baku. Bahan lain yang
mungkin menjadi sumber asam lemak adalah DEA dan gliserin. Menurut Williams dan Schmitt
(2002), reaksi pembentukan DEA dan gliserin yang tidak sempurna mungkin masih menyisakan
asam-asam lemak dalam bentuk aslinya.
Sabun transparan yang dihasilkan memiliki jumlah asam lemak berkisar antara 29.23-
33.47%. Rekapitulasi data hasil analisis sampel untuk jumlah asam lemak dapat dilihat pada Lampiran

21
6. Hasil analisis keragaman (α= 0.05) menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi minyak nabati
berpengaruh nyata terhadap jumlah asam lemak sabun transparan. Uji lanjut Duncan menunjukkan
bahwa jumlah asam lemak sabun A2, A1, A3 dan A4 tidak berbeda nyata, sehingga dapat dituliskan
bahwa sabun A2=A1=A3=A4. Jumlah asam lemak sabun A4 berbeda nyata dengan sabun A6 dan A5,
sehingga dapat dituliskan bahwa sabun A4≠A6 dan A5. Jumlah asam lemak sabun A6 tidak berbeda
nyata dengan sabun A5, sehingga sabun A6=A5. Hasil analisis jumlah asam lemak dapat dilihat pada
Gambar 6.
34.00
Jumlah Asam Lemak (%)

Keterangan :
33.00
A1 = minyak kelapa : RBDPO (5:15)
32.00 A2 = minyak kelapa : RBDPO (10:10)
31.00 A3 = minyak kelapa : RBDPO (15:5)
30.00 A4 = minyak kelapa : minyak jarak (5:15)
A5 = minyak kelapa : minyak jarak (10:10)
29.00
A6 = minyak kelapa : minyak jarak (15:5)
28.00
27.00
A1 A2 A3 A4 A5 A6

Perlakuan Kombinasi Minyak

Gambar 6. Hubungan Antara Perlakuan Kombinasi Minyak Nabati terhadap Jumlah Asam Lemak
Sabun Transparan

Standar khusus jumlah asam lemak untuk sabun transparan belum ditemukan sehingga
sebagai standar pembanding digunakan SNI 06-3532-1994 untuk sabun mandi pada umumnya.
Menurut SNI 1994, jumlah asam lemak yang baik dalam sabun mandi adalah minimal 70%. Artinya
bahan-bahan yang ditambahkan sebagai bahan pengisi dalam sabun sebaiknya kurang dari 30%. Hal
ini dimaksudkan untuk mengefisienkan proses pembersihan kotoran berupa minyak atau lemak pada
saat sabun digunakan.
Hasil analisis jumlah asam lemak sampel tidak sesuai dengan SNI, karena sabun transparan
yang dihasilkan memiliki jumlah asam lemak yang jauh di bawah SNI yaitu berkisar antara 29.23-
33.47%. Hal ini terjadi karena adanya penambahan transparent agent dan berbagai bahan lain yang
membuat sabun transparan mengandung lebih sedikit asam lemak daripada sabun mandi biasa (Mitsui,
1997). Selain itu, rendahnya jumlah asam lemak pada sabun transparan dapat disebabkan karena
adanya pengaruh alkohol yang berfungsi sebagai pelarut. Sifat polar alkohol akan menyebabkan asam
lemak larut.
Asam lemak dalam sabun transparan berperan sebagai pengatur konsistensi sabun. Hal ini
dikarenakan sabun memiliki kemampuan terbatas untuk larut dalam air (Spitz, 1996), sehingga jika
jumlah asam lemak sabun rendah maka sabun akan cepat habis ketika digunakan.

4.2.3 Kadar Fraksi Tak Tersabunkan

Fraksi tak tersabunkan adalah senyawa-senyawa yang dapat larut dalam minyak tetapi tidak
dapat membentuk sabun dengan soda alkali. Kadar fraksi tak tersabunkan merupakan jumlah
komponen yang tidak tersabunkan dalam pembuatan sabun transparan. Keberadaan fraksi tak
tersabunkan dapat menurunkan kemampuan detergensi (membersihkan) sabun (Spitz, 1996). Menurut
Ketaren (1986), contoh senyawa yang dapat larut dalam minyak tetapi tidak dapat disabunkan dengan
soda alkali yaitu sterol, zat warna dan hidrokarbon.

22
Sabun transparan yang dihasilkan memiliki kadar fraksi tak tersabunkan yang berkisar antara
1.29- 2.42%. Rekapitulasi data hasil analisis kadar fraksi tak tersabunkan dapat dilihat pada Lampiran
7. Hasil analisis keragaman (α= 0.05) menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi minyak nabati tidak
berpengaruh nyata terhadap kadar fraksi tak tersabunkan sabun transparan.
Menurut SNI 1994, jumlah maksimal kadar fraksi tak tersabunkan dalam sabun adalah 2.5%.
Berdasarkan hal tersebut, maka hasil analisis yang diperoleh sudah sesuai dengan standar. Dalam
pembuatan sabun transparan, penggunaan NaOH mempengaruhi kadar fraksi tak tersabunkan.
Semakin banyak NaOH yang digunakan maka kadar fraksi tak tersabunkan akan semakin tinggi. Hal
ini dikarenakan ada sebagian NaOH yang tidak ikut tersabunkan pada proses pembuatan sabun,
sehingga penambahan NaOH harus dilakukan dalam jumlah yang tepat.

4.2.4 Bagian Tak Larut dalam Alkohol

Suatu zat dapat larut dalam pelarut jika mempunyai nilai polaritas yang sama. Dalam
pembuatan sabun transparan, yang berfungsi sebagai pelarut adalah etanol karena mempunyai sifat
mudah larut dalam minyak dan air (Puspito, 2008). Bagian yang tidak dapat larut dengan sempurna
dalam alkohol adalah garam alkali seperti karbonat, borat, silikat, fosfor, sulfat serta pati dan protein.
Sabun transparan yang dihasilkan memiliki bagian tak larut dalam alkohol berkisar antara
0.75- 2.19%. Rekapitulasi data hasil analisis bagian tak larut dalam alkohol dapat dilihat pada
Lampiran 8. Hasil analisis keragaman (α= 0.05) menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi minyak
nabati tidak berpengaruh nyata terhadap bagian tak larut dalam alkohol sabun transparan.
Menurut SNI 1994, bagian tak larut dalam alkohol maksimal adalah 2.5%. Dengan demikian,
hasil analisis yang diperoleh sudah sesuai dengan standar sabun mandi. Bagian tak larut dalam alkohol
digunakan untuk mengetahui seberapa besar bagian dari sabun yang tidak larut dalam alkohol.
Semakin banyak bagian yang tidak larut dalam alkohol maka semakin sedikit stok sabun yang terdapat
dalam sabun transparan. Selain itu, bagian tak larut dalam alkohol menimbulkan gumpalan-gumpalan
yang mengganggu penampilan sabun transparan.

4.2.5 Kadar Alkali Bebas Dihitung sebagai NaOH

Alkali bebas merupakan alkali yang tidak terikat sebagai senyawa pada saat pembuatan
sabun karena adanya penambahan alkali yang berlebihan pada proses penyabunan. Shrivastava (1982)
menyatakan bahwa sebagian besar alkali dalam sabun terikat dengan asam lemak, namun ada juga
yang bebas dari asam lemak. Alkali bebas yang ada dalam sabun yang dihasilkan dalam penelitian ini
adalah Na, karena alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun adalah NaOH. Adanya alkali bebas
menandakan kurangnya jumlah asam lemak dalam formula sabun.
Sabun yang dihasilkan dalam penelitian ini memiliki kadar alkali bebas yang berkisar antara
0.16-0.49%. Rekapitulasi data hasil analisis kadar alkali bebas dapat dilihat pada Lampiran 9. Hasil
analisis keragaman (α= 0.05) menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi minyak nabati tidak
berpengaruh nyata terhadap kadar alkali bebas sabun transparan.
Menurut SNI 1994, kadar alkali bebas dihitung sebagai NaOH maksimal dalam sabun mandi
adalah 0.1%. Dengan demikian, hasil analisis yang diperoleh tidak sesuai dengan standar, karena
kadar alkali bebas sabun yang dihasilkan seluruhnya lebih besar dari 0.1% yaitu berkisar antara 0.16-
0.49%. Ini terjadi karena penambahan NaOH saat pembuatan stok sabun sesuai dengan bilangan
penyabunan minyak kelapa. Sabun yang dibuat dalam penelitian ini menggunakan campuran dua jenis
minyak nabati, yaitu minyak kelapa dengan RBDPO dan minyak kelapa dengan minyak jarak kepyar.

23
Diantara ketiga jenis minyak, bilangan penyabunan tertinggi dimiliki oleh minyak kelapa, sehingga
pencampuran minyak kelapa dengan minyak lain akan menghasilkan kadar alkali bebas yang sedikit
lebih besar. Faktor lain yang mungkin menyebabkan kadar alkali bebas sabun tidak sesuai dengan SNI
adalah karena dalam pembuatan sabun tidak semua NaOH berikatan dengan asam lemak dan
membentuk sabun.
Penambahan alkali dalam pembuatan sabun transparan sebaiknya dilakukan dalam jumlah
yang tepat. Hal ini dikarenakan kelebihan alkali dalam sabun dapat menyebabkan iritasi. NaOH
memiliki sifat higroskopis dan dapat menyerap kelembaban kulit dengan cepat. NaOH termasuk
golongan alkali kuat yang bersifat korosif dan dapat dengan mudah menghancurkan jaringan organik
halus.

4.2.6 Nilai pH

Derajat keasaman (pH) merupakan parameter kimiawi untuk mengetahui sabun yang
dihasilkan bersifat asam atau basa. Nilai pH sabun mandi sebaiknya disesuaikan dengan pH kulit yaitu
sebesar 4.5-7. Sabun merupakan garam alkali yang bersifat basa. Nilai pH sabun yang terlalu terlalu
rendah dan terlalu tinggi dapat meningkatkan daya absorbansi kulit sehingga menyebabkan iritasi
pada kulit. Mencuci dengan sabun akan meningkatkan pH kulit untuk sementara karena pH kulit akan
pH kulit akan menjadi normal kembali setelah 5-10 menit pemakaian sabun.
Sabun yang dihasilkan dalam penelitian ini memiliki nilai pH yang berkisar antara 10.57-11.
Rekapitulasi data hasil analisis nilai pH dapat dilihat pada Lampiran 10. Hasil analisis keragaman
(α= 0.05) menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi minyak nabati tidak berpengaruh nyata terhadap
pH sabun transparan.
Menurut ASTM (2001), kriteria mutu nilai pH yang baik untuk sabun berkisar antara 9-11,
sehingga hasil analisis nilai pH untuk sabun yang dibuat dalam penelitian ini sudah sesuai dengan
literatur.

4.2.7 Kekerasan

Kekerasan didefinisikan sebagai kekuatan per gaya yang diperlukan untuk mencapai
perubahan bentuk. Kekerasan merupakan karakteristik yang dimiliki oleh benda padat dan
menggambarkan ketahanannya terhadap perubahan bentuk secara permanen. Benda yang lebih keras
memiliki ketahanan yang lebih tinggi terhadap kerusakan atau perubahan bentuk yang disebabkan
karena gangguan fisik yang berasal dari lingkungan.
Pengukuran tingkat kekerasan terhadap sabun transparan yang dihasilkan dilakukan dengan
menggunakan alat penetrometer. Kekerasan suatu bahan diukur dengan menusukkan jarum
penetrometer ke dalam sabun selama selang waktu tertentu. Hasil pengukuran kekerasan diperoleh
dengan membaca skala yang tertera pada alat. Semakin besar nilai penetrasi jarum berarti sampel
semakin lunak.
Sabun yang dihasilkan dalam penelitian ini memiliki nilai kekerasan yang berkisar antara
1.94-2.10 mm/detik. Rekapitulasi data hasil analisis nilai kekerasan dapat dilihat pada Lampiran 11.
Hasil analisis keragaman (α= 0.05) menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi minyak nabati tidak
berpengaruh nyata terhadap kekerasan sabun transparan.
Kekerasan sabun dipengaruhi oleh keberadaan asam lemak jenuh dalam sabun. Asam lemak
jenuh adalah asam lemak yang tidak mengandung ikatan rangkap dan memiliki titik cair yang lebih
tinggi daripada asam lemak yang mengandung banyak ikatan rangkap. Semakin banyak jumlah asam

24
lemak jenuh dalam sabun, maka sabun akan menjadi semakin keras. Kekerasan sabun juga
dipengaruhi kadar air yang terdapat dalam sabun. Semakin tinggi kadar air sabun, maka sabun akan
semakin lunak.

4.2.8 Stabilitas Emulsi

Salah satu parameter mutu produk emulsi adalah kestabilan emulsinya. Stabilitas emulsi
merupakan daya tahan sistem emulsi yang terdapat dalam suatu produk untuk mempertahankan
kestabilannya pada berbagai kondisi. Stabilitas emulsi berpengaruh terhadap daya detergensi (sifat
membersihkan) sabun transparan.
Emulsi yang baik adalah emulsi yang memiliki tingkat konsistensi yang tinggi, di dalamnya
tidak membentuk lapisan-lapisan dan tidak terjadi perubahan warna. Penentuan stabilitas emulsi pada
sabun bertujuan untuk mengetahui daya simpan sabun. Sabun yang memiliki stabilitas emulsi tinggi
akan memiliki umur simpan yang lebih lama. Prinsip kestabilan emulsi adalah keseimbangan antara
gaya tarik menarik dan tolak menolak antar partikel dalam sistem emulsi. Sistem emulsi yang stabil
akan diperoleh jika digunakan bahan penstabil (emulsifier) yang larut dalam fase dominan. Fase
dominan (pendispersi) pada sabun mandi adalah minyak. Dalam penelitian ini, emulsifier yang
digunakan adalah DEA.
Sabun yang dihasilkan memiliki stabilitas emulsi berkisar antara 82.64-85.44%. Rekapitulasi
data hasil analisis stabilitas emulsi dapat dilihat pada Lampiran 12. Hasil analisis keragaman (α= 0.05)
menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi minyak nabati berpengaruh nyata terhadap stabilitas emulsi
sabun transparan. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa stabilitas emulsi sabun A4 tidak berbeda
nyata dengan sabun A1 sehingga sabun A4=A1. Stabilitas emulsi sabun A4 dan A1 berbeda nyata
dengan stabilitas emulsi sabun A5, A2, A6, dan A3, sehingga dapat dituliskan bahwa sabun
A4=A1≠A5≠A2≠A6≠A3. Stabilitas emulsi sabun A5, A2, A6, dan A3 tidak berbeda nyata sehingga
sabun A5=A2=A6=A3. Hasil analisis stabilitas emulsi dapat dilihat pada Gambar 7.

86.00
Stabilitas Emulsi (%)

85.50 Keterangan :
85.00
A1 = minyak kelapa : RBDPO (5:15)
84.50
A2 = minyak kelapa : RBDPO (10:10)
84.00
83.50 A3 = minyak kelapa : RBDPO (15:5)
83.00 A4 = minyak kelapa : minyak jarak (5:15)
82.50 A5 = minyak kelapa : minyak jarak (10:10)
82.00 A6 = minyak kelapa : minyak jarak (15:5)
81.50
81.00
A1 A2 A3 A4 A5 A6

Perlakuan Kombinasi Minyak

Gambar 7. Hubungan Antara Perlakuan Kombinasi Minyak Nabati terhadap Stabilitas Emulsi Sabun
Transparan

Stabilitas emulsi tertinggi terdapat pada sabun yang dibuat dari campuran minyak kelapa
dengan minyak jarak (5:15) dan stabilitas emulsi terendah terdapat pada sabun yang dibuat dari
campuran minyak kelapa dengan RBDPO (15:5). Menurut Suryani et al. (2002), jumlah asam lemak
mempengaruhi tingkat kestabilan emulsi serta berperan dalam menjaga konsistensi sabun. Dengan
demikian, sabun yang stabilitas emulsinya paling tinggi adalah sabun yang terbuat dari minyak jarak

25
yang memiliki jumlah asam lemak paling tinggi daripada minyak kelapa dan RBDPO, dan sabun yang
memiliki stabilitas emulsi terendah adalah sabun yang terbuat dari minyak kelapa yang memiliki
jumlah asam lemak paling rendah dari pada RBDPO dan minyak jarak.
Kestabilan emulsi sabun transparan biasanya dipengaruhi oleh kadar air dan keberadaan
bahan yang bersifat higroskopis seperti gliserin dan glukosa. Selain itu, stabilitas emulsi dalam sabun
transparan juga dipengaruhi oleh jumlah asam lemak yang terkandung dalam sabun. Kestabilan emulsi
dapat diamati dari fenomena yang terjadi selama emulsi dibiarkan atau disimpan dalam jangka waktu
dan kondisi tertentu.

4.2.9 Stabilitas Busa

Busa merupakan suatu struktur yang relatif stabil dan terdiri atas kantong-kantong udara
yang terbungkus dalam lapisan tipis. Stabilitas busa merupakan hal yang penting dalam produk
pembersih tubuh. Busa yang banyak dan stabil biasanya lebih disukai daripada busa yang sedikit dan
tidak stabil. Busa dapat stabil dengan penambahan zat pembusa dalam pembuatan sabun. Zat pembusa
yang digunakan dalam penelitian ini adalah DEA yang berfungsi untuk menstabilkan busa dan
membuat sabun menjadi lembut.
Karakteristik busa yang dihasilkan oleh sabun dipengaruhi oleh jenis asam lemak yang
digunakan. Asam laurat dan miristat dapat menghasilkan busa yang lembut pada sabun, sementara
asam palmitat dan stearat memiliki sifat menstabilkan busa. Asam oleat dan risinoleat dapat
menghasilkan busa yang stabil dan lembut (Cavitch, 2001).
Stabilitas busa sabun yang dihasilkan dalam penelitian ini berkisar antara 8.16-42.31%.
Rekapitulasi data hasil analisis stabilitas busa dapat dilihat pada Lampiran 13. Hasil analisis
keragaman (α= 0.05) menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi minyak nabati tidak berpengaruh
nyata terhadap stabilitas busa sabun transparan.
Kecepatan pembentukan dan kestabilan busa dipengaruhi oleh konsentrasi ion logam dalam
air. Menurut Piyali et al. (1999), keberadaan ion-ion logam seperti Ca+ dan Mg2+ dalam air dapat
menurunkan stabilitas busa karena ion Ca+ dan Mg2+ dalam air mengakibatkan sabun akan mengendap
sebagai garam kalsium dan magnesium, sehingga membentuk endapan berminyak yang menyebabkan
busa sabun semakin berkurang. Keberadaan ion ini juga akan mengurangi daya bersih sabun karena
sabun tidak dapat membentuk emulsi secara efektif. Reaksi kimianya adalah sebagai berikut.

Selain itu, kecepatan pembentukan dan kestabilan busa juga dipengaruhi oleh bilangan iod
dan bilangan penyabunan minyak yang digunakan. Jika bilangan iod semakin kecil dan bilangan
penyabunan semakin besar, maka sabun yang dihasilkan memiliki daya pembentukan busa yang
sangat baik.

4.2.10 Daya Bersih

Daya bersih merupakan analisis untuk mengetahui kemampuan sabun transparan dalam
mengangkat kotoran, debu dan minyak yang terdapat pada permukaan kulit. Analisis dilakukan
dengan cara mencelupkan kain yang telah diolesi margarin sebagai kotoran berminyak ke dalam
larutan sabun. Kekeruhan yang diperoleh diasumsikan sebagai kotoran yang dapat diangkat oleh
sabun transparan dan dinyatakan dalam satuan ftu turbidity.

26
Sabun merupakan produk emulsi yang memiliki gugus polar dan nonpolar. Pada saat terjadi
mekanisme pembersihan sabun, ujung molekul yang bersifat polar akan berikatan dengan air
sementara ujung molekul yang bersifat nonpolar akan berikatan dengan kotoran berminyak. Bagian
nonpolar ini akan mengendurkan kotoran berminyak (margarin) dari kain dan mendispersikan kotoran
tersebut sehingga menyebabkan warna larutan sabun menjadi keruh.
Kotoran yang menempel pada kulit dan pakaian umumnya berupa minyak. Jika lapisan
minyak ini dapat dilepaskan, maka kotoran dapat dicuci. Jika sabun dilarutkan dalam air, maka akan
membentuk dispersi koloid yang disebut misel (micelle). Struktur misel sabun dapat dilihat pada
Gambar 8.

Gambar 8. Struktur Misel pada Sabun

Bagian hidrofobik sabun akan mengarah ke pusat misel dan bagian hidrofilik akan
membentuk permukaan misel dan berikatan dengan air. Dalam kerjanya untuk melepaskan kotoran,
molekul sabun akan mengelilingi dan mengemulsi butiran minyak. Gugus hidrofobik pada sabun akan
melarutkan minyak dan gugus hidrofilik pada sabun akan berikatan dengan air. Dengan demikian,
tegangan permukaan air akan berkurang dan minyak akan terikat ke dalam misel dan akan terlepas
jika dibilas dengan air. Proses pelepasan kotoran dari bahan yang dicuci dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Proses Pelepasan Kotoran dari Bahan yang Dicuci

Daya bersih sabun transparan yang dibuat dalam penelitian ini berkisar antara 33-285.5 ftu
turbidity. Rekapitulasi data hasil analisis daya bersih dapat dilihat pada Lampiran 14. Hasil analisis
keragaman (α= 0.05) menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi minyak nabati berpengaruh nyata
terhadap daya bersih sabun transparan. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa daya bersih sabun A1
tidak berbeda nyata dengan A3 namun berbeda nyata dengan A2, sehingga sabun A3=A1≠A2. Daya
bersih sabun A2, A6, A5 dan A4 saling berbeda nyata, sehinga dapat dituliskan bahwa sabun
A2≠A6≠A5≠A4. Daya berHasil analisis daya bersih sabun dapat dilihat pada Gambar 10.

27
300.00
Keterangan :
250.00
A1 = minyak kelapa : RBDPO (5:15)

(ftu turbidity)
Daya Bersih
200.00 A2 = minyak kelapa : RBDPO (10:10)
A3 = minyak kelapa : RBDPO (15:5)
150.00
A4 = minyak kelapa : minyak jarak (5:15)
100.00 A5 = minyak kelapa : minyak jarak (10:10)
A6 = minyak kelapa : minyak jarak (15:5)
50.00
0.00
A1 A2 A3 A4 A5 A6

Perlakuan Kombinasi Minyak

Gambar 10. Hubungan Antara Perlakuan Kombinasi Minyak Nabati terhadap Daya Bersih Sabun
Transparan

Sabun yang terbuat dari campuran minyak kelapa dengan RBDPO (15:5) mempunyai daya
bersih yang paling tinggi. Hal ini dikarenakan semakin pendek rantai molekul asam lemak maka
sabun semakin mudah mengikat kotoran. Rantai molekul asam lemak minyak kelapa lebih pendek
daripada rantai molekul asam lemak RBDPO dan minyak jarak sehingga daya bersih sabun yang
dibuat dari campuran minyak kelapa dengan RBDPO dengan persentase minyak kelapa yang lebih
banyak akan memiliki daya bersih yang tinggi. Selain itu, Cavitch (2001) menyatakan bahwa asam
laurat menghasilkan sabun dengan sifat keras, mempunyai daya detergensi (daya membersihkan)
tinggi dan menghasilkan busa yang lembut.

4.3 UJI ORGANOLEPTIK

Uji organoleptik yang dilakukan merupakan uji kesukaan atau uji hedonik. Uji hedonik
merupakan salah satu uji penerimaan yang menyangkut penilaian seseorang terhadap kesukaan atau
ketidaksukaan suatu produk. Uji hedonik sabun transparan meliputi transparansi, tekstur, wangi,
banyak busa dan kesan bersih. Skala uji hedonik adalah 1 – 5, semakin besar skala berarti panelis
semakin menyukai parameter sabun transparan yang dinilai panelis. Panelis yang digunakan dalam uji
ini merupakan panelis agak terlatih berjumlah 30 orang. Jumlah perlakuan dalam pembuatan sabun
transparan ada enam yaitu A1 (minyak kelapa:RBDPO (5:15)), A2 (minyak kelapa:RBDPO (10:10)),
A3 (minyak kelapa:RBDPO (15:5)), A4 (minyak kelapa:minyak jarak (5:15)), A5 (minyak
kelapa:minyak jarak (10:10)), dan A6 (minyak kelapa:minyak jarak (15:5))

4.3.1 Transparansi

Tranparansi merupakan salah satu faktor pertimbangan pada saat konsumen ingin membeli
sabun transparan. Transparansi sabun adalah kemampuan sabun memancarkan cahaya yang menyebar
dalam partikel-partikel kecil sehingga obyek yang berada diluar sabun akan terlihat jelas. Obyek dapat
terlihat hingga berjarak 6 cm. Pemilihan bahan baku khususnya asam lemak akan memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap warna produk akhir sabun transparan. Transparansi sabun
transparan biasanya dipengaruhi oleh penambahan transparent agent seperti sukrosa, etanol dan

28
gliserin. Penilaian kesukaan terhadap transparansi sabun dilakukan secara visual dengan
menggunakan indera penglihatan.
Hasil analisis transparansi sabun menunjukkan bahwa sabun yang memiliki transparansi yang
paling disukai panelis adalah sabun yang dibuat dari campuran minyak kelapa : minyak jarak (15:5).
Tingkat kesukaan panelis terhadap sabun ini sebesar 70%. Tingkat kesukaan terendah terhadap
transparansi sabun adalah sabun yang terbuat dari campuran minyak kelapa dengan RBDPO (5:15)
yaitu sebesar 26.67%. Rekapitulasi data hasil analisis transparansi sabun dapat dilihat pada Lampiran
15.
Hasil Uji Friedman menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi minyak nabati berpengaruh
nyata terhadap transparansi sabun transparan. Hal ini disebabkan karena setiap jenis minyak nabati
yang digunakan dalam pembuatan sabun memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga
menghasilkan transparansi sabun yang berbeda pula. Menurut Shrivastava (1982), sabun yang dibuat
dari minyak jarak memiliki transparansi yang sangat bagus, sehingga perpaduan minyak kelapa
dengan minyak jarak akan menghasilkan sabun dengan transparansi yang bagus. Hasil analisis
transparansi sabun dapat dilihat pada Gambar 11.
Persentase Jumlah Panelis (%)

120.00
Keterangan :
100.00
A1 = minyak kelapa : RBDPO (5:15)
Skala Penilaian 5 A2 = minyak kelapa : RBDPO (10:10)
80.00
Skala Penilaian 4 A3 = minyak kelapa : RBDPO (15:5)
60.00 A4 = minyak kelapa : minyak jarak
Skala Penilaian 3
(5:15)
40.00 Skala Penilaian 2 A5 = minyak kelapa : minyak jarak
Skala Penilaian 1 (10:10)
20.00
A6 = minyak kelapa : minyak jarak
0.00 (15:5)
A1 A2 A3 A4 A5 A6

Perlakuan Kombinasi Minyak

Gambar 11. Grafik Persentase Jumlah Panelis Berdasarkan Skala Penilaian terhadap Transparansi
Sabun Transparan

4.3.2 Tekstur

Penilaian tingkat kesukaan terhadap tekstur dilakukan dengan menyentuh dan merasakan
tekstur dari sabun transparan yang dihasilkan. Kelembutan dan kekerasan sabun dipengaruhi oleh
pemilihan asam lemak yang digunakan dalam pembuatan sabun. Asam lemak dengan rantai C16-C18
baik untuk memberikan fungsi kekerasan pada sabun.
Hasil analisis tekstur sabun menunjukkan bahwa sabun yang memiliki tekstur yang paling
disukai adalah sabun yang dibuat dari campuran minyak kelapa dengan RBDPO (15:5). Tingkat
kesukaan panelis terhadap sabun ini yaitu sebesar 70%. Tekstur sabun yang memiliki tingkat kesukaan
paling rendah adalah sabun yang dibuat dari campuran minyak kelapa dengan minyak jarak (10:10)
yaitu sebesar 26.67%. Hal ini disebabkan karena penggunaan minyak jarak dalam pembuatan sabun
menghasilkan sabun yang bertekstur lengket (Shrivastava, 1982). Rekapitulasi data hasil analisis
tekstur sabun transparan dapat dilihat pada Lampiran16. Hasil Uji Friedman menunjukkan bahwa
perlakuan kombinasi minyak nabati berpengaruh nyata terhadap tekstur sabun transparan. Hal ini
disebabkan karena penggunaan jenis minyak sebagai sumber asam lemak memberikan hasil yang

29
berbeda terhadap tekstur sabun. Semakin banyak jumlah asam lemah yang ditambahkan dalam
pembuatan sabun akan menghasilkan sabun yang bertekstur keras. Hasil analisis tekstur sabun
transparan dapat dilihat pada Gambar 12.

Persentase Jumlah Panelis (%) 120.00


Keterangan :
100.00 A1 = minyak kelapa : RBDPO (5:15)
Skala Penilaian 5 A2 = minyak kelapa : RBDPO (10:10)
80.00
Skala Penilaian 4 A3 = minyak kelapa : RBDPO (15:5)
60.00 Skala Penilaian 3 A4 = minyak kelapa : minyak jarak
(5:15)
40.00 Skala Penilaian 2
A5 = minyak kelapa : minyak jarak
Skala Penilaian 1 (10:10)
20.00
A6 = minyak kelapa : minyak jarak
0.00 (15:5)

A1 A2 A3 A4 A5 A6

Perlakuan Kombinasi Minyak

Gambar 12. Grafik Persentase Jumlah Panelis Berdasarkan Skala Penilaian terhadap Tekstur Sabun
Transparan

4.3.3 Wangi Sabun

Wangi merupakan bau yang dihasilkan sabun. Wangi sabun dirasakan dengan menggunakan
indera penghiduan. Wangi sabun transparan dapat dibentuk dengan penambahan pewangi atau parfum
saat proses pembuatan sabun. Dalam penelitian ini, pewangi yang digunakan adalah minyak lemon.
Jumlah maksimal pewangi dalam formulasi sabun transparan adalah 5%.
Hasil analisis wangi menunjukkan bahwa sabun yang memiliki wangi yang paling disukai
panelis adalah sabun yang dibuat dari campuran minyak kelapa dengan RBDPO (5:15) yaitu sebesar
56.67%. Sabun yang memiliki wangi yang tingkat kesukaannya rendah adalah sabun yang terbuat dari
campuran minyak kelapa dengan minyak jarak (10:10), yaitu sebesar 26.67%. Menurut Shrivastava
(1982), minyak jarak tidak memiliki kemampuan mempertahankan wangi sabun, sehingga wangi
lemon yang diberikan cepat menghilang. Dengan demikian seharusnya tingkat kesukaan terhadap
wangi yang paling rendah dimiliki oleh sabun yang terbuat dari campuran minyak kelapa : minyak
jarak (5:15). Hal ini disebabkan karena penambahan minyak lemon dalam pembuatan sabun ini
dilakukan pada suhu tinggi sehingga minyak lemon akan menguap dan wangi sabun yang dihasilkan
akan berkurang. Minyak lemon adalah minyak volatile yang mudah menguap ketika dipanaskan.
Rekapitulasi data hasil analisis wangi dapat dilihat pada Lampiran 17. Hasil Uji Friedman
menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi minyak nabati berpengaruh nyata terhadap wangi sabun
transparan. Hasil analisis terhadap wangi sabun dapat dilihat pada Gambar 13.

30
120.00

Persentase Jumlah Panelis (%)


Keterangan :
100.00
A1 = minyak kelapa : RBDPO (5:15)
Skala Penilaian 5 A2 = minyak kelapa : RBDPO (10:10)
80.00
Skala Penilaian 4 A3 = minyak kelapa : RBDPO (15:5)
60.00 A4 = minyak kelapa : minyak jarak
Skala Penilaian 3
(5:15)
40.00 Skala Penilaian 2 A5 = minyak kelapa : minyak jarak
Skala Penilaian 1 (10:10)
20.00
A6 = minyak kelapa : minyak jarak
0.00 (15:5)
A1 A2 A3 A4 A5 A6

Perlakuan Komposisi Minyak

Gambar 13. Grafik Persentase Jumlah Panelis Berdasarkan Skala Penilaian terhadap Wangi Sabun
Transparan

4.3.4 Banyak Busa

Busa berperan dalam proses pembersihan dan melimpahkan wangi pada kulit ketika sabun
transparan digunakan. Secara umum, konsumen beranggapan bahwa sabun yang baik adalah sabun
yang menghasilkan banyak busa, padahal banyaknya busa tidak sebanding dengan kemampuan daya
bersih sabun. Karakteristik busa biasanya dipengaruhi oleh keberadaan bahan aktif sabun seperti
surfaktan, penstabil busa serta kombinasi asam lemak yang digunakan.
Penilaian kesukaan terhadap banyak busa dilakukan dengan meminta panelis membasuh
tangan dengan sabun transparan kemudian memberikan penilaian terhadap banyaknya busa yang
dihasilkan berdasarkan tingkat kesukaan.
Hasil analisis banyak busa menunjukkan bahwa tingkat kesukaan tertinggi terhadap banyak
busa sabun adalah sebesar 56.67% sementara tingkat kesukaan terendah terhadap banyak busa sabun
adalah sebesar 10.00%. Sabun yang paling disukai adalah sabun yang dibuat dari campuran minyak
kelapa dengan minyak jarak (5:15), sementara sabun yang tingkat kesukaannya rendah adalah sabun
yang dibuat dari campuran minyak kelapa dengan RBDPO (5:15), minyak kelapa dengan RBDPO
15;5 dan minyak kelapa dengan minyak jarak (10:10) yaitu sebesar 30%. Rekapitulasi data hasil
analisis banyak busa dapat dilihat pada Lampiran 18. Hasil Uji Friedman menunjukkan bahwa
perlakuan kombinasi minyak nabati tidak berpengaruh nyata terhadap banyak busa sabun transparan.

4.3.5 Kesan Bersih

Secara umum konsumen berasumsi bahwa kesan bersih setelah pemakaian sabun merupakan
suatu indikasi bahwa sabun tersebut mampu membersihkan kotoran pada kulit. Sabun merupakan
produk perawatan diri yang berfungsi untuk membersihkan kotoran sehingga kesan bersih setelah
pemakaian sabun menjadi faktor yang cukup penting dalam penilaian kesukaan terhadap sabun
transparan yagn dihasilkan.
Penilaian kesukaan kesan bersih ini dilakukan untuk mengetahui respon panelis setelah
menggunakan sabun transparan. Penilaian ini dilakukan dengan cara meminta panelis mencuci tangan
dengan sabun dan membilas tangannya dengan air. Setelah itu, panelis memberikan penilaian terhadap
kesukaan kesan bersih sabun transparan.

31
Hasil analisis kesan kesan menunjukkan bahwa tingkat kesukaan tertinggi terhadap kesan
bersih adalah sebesar 50.00% sedangkan tingkat kesukaan terendah adalah sebesar 26.67%. Sabun
yang paling disukai adalah sabun yang dibuat dari campuran minyak kelapa dengan minyak jarak
(15:5), sementara sabun dengan tingkat kesukaan terendah adalah sabun yang dibuat dari campuran
minyak kelapa dengan minyak jaraj (5:15), minyak kelapa dengan RBDPO (10:10) dan (15:5).
Rekapitulasi data hasil analisis dapat dilihat pada Lampiran 19. Hasil Uji Friedman menunjukkan
bahwa perlakuan kombinasi minyak nabati tidak berpengaruh nyata terhadap kesan bersih sabun
transparan. Hal ini disebabkan karena penggunaan NaOH sebagai basa kuat pembentuk sabun pada
setiap perlakuan adalah hampir sama.

4.4 PENENTUAN FORMULA TERBAIK

Analisis mutu sabun transparan meliputi stabilitas emulsi, stabilitas busa, pH, kekerasan,
kadar air dan zat menguap, daya bersih, kadar fraksi tak tersabunkan, kadar asam lemak, kadar alkali
bebas dan kadar bagian tak larut dalam alkohol. Analisis organoleptik meliputi transparansi, tekstur,
wangi, banyak busa dan kesan bersih. Berdasarkan seluruh parameter tersebut, dilakukan penentuan
perlakuan terbaik dengan melakukan pembobotan berdasarkan nilai kepentingan dari seluruh
parameter uji.
Pemberian peringkat didasarkan pada hasil analisis mutu sabun transparan dan analisis
organoleptik. Sabun terbaik pertama diberi peringkat satu, sabun terbaik kedua diberi peringkat dua,
sabun terbaik ketiga diberi peringkat tiga, sabun terbaik keempat diberi peringkat empat, sabun terbaik
kelima diberi peringkat lima dan sabun terbaik keenam diberi peringkat enam. Jika hasil analisis yang
diperoleh sama, maka peringkat yang diberikan juga sama. Misalnya jika hasil analisis kadar air dan
zat menguap sabun A1 sama dengan sabun A2, maka peringkat yang diberikan sama. Hasil terbaik
dari seluruh analisis diberi peringkat yang paling kecil yaitu satu, sehingga total peringkat terkecil
merupakan produk sabun dengan perlakuan terbaik, yaitu sabun yang dibuat dari campuran minyak
kelapa dengan RBDPO (15:5). Tabel penentuan formula terbaik berdasarkan hasil analisis mutu sabun
dan organoleptik dapat dilihat pada Lampiran 20. Syarat mutu sabun mandi menurut SNI 06-3532-
1994 dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Syarat Mutu Sabun Mandi Menurut SNI 06-3532-1994


No. Jenis Uji Satuan Syarat Mutu
1 Kadar air dan zat menguap pada 105oC (b/b) % Maksimal 15
2 Jumlah asam lemak (b/b) % Minimal 70
3 Kadar Fraksi tak tersabunkan (b/b) % Maksimal 2.5
4 Bagian tak larut dalam alkohol (b/b) % Maksimal 2.5
5 Kadar Alkali bebas dihitung sebagai NaOH (b/b) % Maksimal 0.1
6 Minyak mineral - Maksimal negatif

Secara umum, sabun transparan terbaik yaitu sabun yang terbuat dari campuran minyak
kelapa : RBDPO (15:5) sudah memenuhi standar sabun mandi, dengan kadar air dan zat menguap
maksimal adalah 15%, kadar fraksi tak tersabunkan maksimal adalah 2.5% dan kadar bagian tak larut
dalam alkohol maksimal adalah 2.5%. Namun sabun transparan tersebut tidak memenuhi standar SNI
untuk parameter kadar asam lemak minimal adalah 70% dan kadar alkali bebas dihitung sebagai
NaOH maksimal adalah 0.1%. Kadar asam lemak sabun tidak sesuai standar karena adanya

32
penambahan transparent agent dan berbagai bahan lain yang membuat sabun transparan mengandung
lebih sedikit asam lemak daripada sabun mandi biasa. Kadar alkali bebas sabun tidak sesuai standar
karena penambahan NaOH saat pembuatan stok sabun disesuaikan dengan bilangan penyabunan
minyak kelapa.

33
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penggunaan kombinasi jenis minyak dalam formula sabun transparan berpengaruh nyata
terhadap kadar air dan zat menguap, kadar asam lemak, stabilitas emulsi, daya bersih, transparansi,
tekstur dan wangi sabun transparan. Secara umum, panelis suka terhadap sabun transparan yang
dibuat dihasilkan dalam penelitian ini.
Sabun transparan terbaik adalah sabun transparan yang terbuat dari campuran minyak kelapa
dengan RBDPO (15:5). Sifat fisikokimia sabun transparan terbaik yaitu : kadar air dan zat menguap
(12.13%), kadar asam lemak (33.41%), kadar fraksi tak tersabunkan (1.66%), kadar bagian tak larut
dalam alkohol (0.75%), kadar alkali bebas dihitung sebagai NaOH (0.21%), pH (10.57), kekerasan
(2.10 mm/detik), stabilitas emulsi (82.64%), stabilitas busa (33.64%), dan daya bersih (285.50 ftu
turbidity).
Secara umum, sabun transparan terbaik sudah memenuhi standar sabun mandi menurut SNI
06-3532-1994 dengan kadar air dan zat menguap maksimal adalah 15%, kadar fraksi tak tersabunkan
maksimal adalah 2.5% dan kadar bagian tak larut dalam alkohol maksimal adalah 2.5%. Namun sabun
transparan tersebut tidak memenuhi standar SNI untuk parameter kadar asam lemak minimal adalah
70% dan kadar alkali bebas dihitung sebagai NaOH maksimal adalah 0.1%. Kadar asam lemak sabun
tidak sesuai standar karena adanya penambahan transparent agent dan berbagai bahan lain yang
membuat sabun transparan mengandung lebih sedikit asam lemak daripada sabun mandi biasa. Kadar
alkali bebas sabun tidak sesuai standar karena penambahan NaOH saat pembuatan stok sabun
disesuaikan dengan bilangan penyabunan minyak kelapa.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui jumlah minyak kelapa dan RBDPO
untuk menghasilkan sabun transparan dengan kualitas terbaik. Selain itu perlu dilakukan penelitian
lanjutan mengenai pembuatan sabun transparan dengan menggunakan campuran jenis minyak lain,
misalnya minyak jagung.

34
DAFTAR PUSTAKA

Annual Book of ASTM Standards. 2001. Volume 15.04. United States : West Conshocken, PA

Bailey, A. E. 1950. Industrial Oil and Fat Product. New York : Interscholastic Publishing Inc

Cavitch, S. M. 2001. Choosing Yours Oil, Oil Propeties of Fatty Acid.


http://users.siloverlink.net/~timer/soapdesign.html (4 Februari 2011)

[DEPTAN] Departemen Pertanian. 2008. Profil Investasi Biofuel dari Kelapa Sawit.
http://agribisnis.deptan.go.id.(4 Februari 2011)

George, E. D. dan J. A. Serdakowski. 1996. The Formulation of Bar Soaps. di dalam Spitz, L. (ed).
1996. Soap and Detergents, A Theoretical and Practical Review. Illinois : AOCS Press

Hambali, E., Tatit K. B., Ani S., Giri A. K. 2005. Aplikasi Dietanolamida dari Asam Laurat Minyak
Inti Sawit pada Pembuatan Sabun Transparan. Jurnal Teknologi Industri Pertanian. Vol
15(2), 46-53

Hill, J. C. 2005. High Unsaponifiables and Methods of Using The Same.


WO/2005/004831.http://www.wipo.int (1 Februari 2011)

Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta : UI Press

Kirk, R. E., D. F. Othmer, J. D. Scott dan A. Standen. 1954. Encyclopedia of Chemical Technology.
12:573-592. Newyork : Interscience Publishers

Klemczynaka, B., R. Kuster dan M. Schmitt. 2006. Castor Oil.


http//://www.wsu.edu/~gmhyde/433_web_pages/433oil-web-pages/castor/castos-oil2.html
(1 Februari 2011)

Luthana, Y. K. 2008. RBDPO. http://yongkikastanyaluthana.wordpress.com (2 Februari 2011)

Mitsui, T. 1997. New Cosmetics Science. Tokyo : Shiseido Co., Ltd.

Patterson, H. B. W. 1992. Bleaching and Purifying Fats and Oils. Illinois : AOCS Press

Piyali, G., R. G. Bhirud dan V. V. Kumar. 1999. Detergency and Foam Studies on Linear Alkil
Benzen Sulfonat and Secondary Alkil Sulfonat. Jurnal of Surfactant and Detergent.
2(4):489-493

Puspito, H . 2008. Bagaimana Caranya Membuat Sabun. http://javanaturalsoap.wordpress.com(2


Februari 2011)

35
Shrivastava, S. B. 1982. Soap, Detergent, and Parfume Industry. New Delhi : Small Industry
Research Institute

SNI 06-3532. 1994. Sabun Mandi. Jakarta : Badan Standarisasi Nasional

Spitz, L. 1996. Soap and Detergents, A Theoretical and Practical Review. Illinois : AOCS Press

Suryani, A. , I. Sailah dan E. Hambali. 2002. Teknologi Emulsi. Bogor : Jurusan Teknologi Industri
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB

Thieme, J. G. 1968. Di dalam Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta : UI Press

Williams, D. F.dan Schimtt. W. H. 1992. Chemistry and Technology of the Cosmetics and Toiletries
Industry. Second Edition. USA : Chesebrough Ponds, Inc

Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT Gramedia

Woodroof, J. G. 1979. Coconuts Production, Processing, Products. Second Edition. USA : The AVI
Publishing Company, Inc.

36
LAMPIRAN

37
Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Minyak

a. Kadar Asam Lemak Bebas dan Bilangan Asam (SNI 01 – 3555 – 1998)
Prinsip :
Kadar asam lemak bebas merupakan persentase jumlah asam lemak bebas yang terdapat di dalam
minyak, dihitung berdasarkan berat molekul asam lemak dominan yang terdapat di dalam minyak atau
lemak dengan menyabunkan asam lemak bebas tersebut dengan alkali yang ditambahkan. Bilangan asam
adalah banyaknya kalium hidroksida dalam miligram untuk menetralkan satu gram lemak yang
terkandung dalam suatu senyawa.
Reaksi :

+ NaOH + H2O

Prosedur :
Sampel ditimbang sebanyak 5 gram ke dalam erlenmeyer. Ditambahkan 50 ml alkohol netral.
Dipanaskan di penangas air selama 10 menit. Didinginkan kemudian ditambahkan 3-5 tetes indikator PP
dan dititrasi dengan larutan standar NaOH 0.1 N hingga warna merah muda tetap (tidak berubah selama
15 detik).

ml NaOH  N NaOH  282


Kadar asam lemak bebas  100%
10  gram sampel
ml NaOH  N NaOH  56.1
Bilangan Asam
gram sampel

Keterangan :
56.1 = bobot molekul NaOH
282 = bobot molekul asam lemak dominan (asam oleat 282)

b. Bilangan Penyabunan (SNI 01 – 3555 – 1998)


Prinsip :
Asam lemak terikat (dalam trigliserida) dan asam lemak bebas (FFA) bereaksi dengan basa
(NaOH/KOH) membentuk garam, gliserol dan air.

Prosedur :
Sampel minyak ditimbang sebanyak 2 gram dengan ketelitian 0.0001 gram dan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 250 ml. Ditambahkan 50 ml larutan KOH 0.5 N dalam etanol 96%. Erlenmeyer dihubungkan
dengan pendingin tegak dan dididihkan di atas penangas air atau pemanas listrik selama 30 menit. Larutan
ini kemudian ditambahkan 3-5 tetes indikator PP dan dititrasi dengan larutan standar HCl 0.5 N sehingga
warna indikator berubah menjadi tidak berwarna. Dengan cara yang sama dilakukan pula penetapan
blanko.
"V$ % V& '  N HCl  56.1
Bilangan Penyabunan
gram sampel

38
Keterangan :
V1 = volume HCl 0.5 N yang diperlukan pada titrasi blanko (dalam ml)
V& = volume HCl 0.5 N yang diperlukan pada titrasi sampel (dalam ml)

c. Bilangan Iod
Prinsip :
Banyaknya jumlah iodium (mg) yang diserap oleh 100 gram sampel. Bilangan iod ini menunjukkan
banyaknya asam-asam lemak tak jenuh baik dalam bentuk bebas maupun dalam bentuk ester-nya
disebabkan sifat asam lemak tak jenuh yang sangat mudah menyerap iodium.

Prosedur :
Sampel minyak sebanyak 0.25 gram ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer bertutup.
Kemudian sampel dilarutkan dengan 10 ml kloroform. Sebanyak 25 ml larutan hanus ditambahkan dan
disimpan selama 30 menit dalam tempat atau kamar gelap. Selanjutnya ditambahkan larutan KI 20%
sebanyak 10 ml sambil terus dikocok. Ditambahkan aquades yang telah dididihkan sebanyak 100 ml lalu
dititrasi dengan natrium tiosulfat (Na2S2O3) dan sebagai indikator digunakan larutan kanji. Dengan cara
yang sama dibuat blanko.
"V$ % V+ '  N  12.69
Bilangan Iod
gram sampel

Keterangan :
V$ = ml larutan baku Na2S2O3 untuk titrasi blanko
V+ = ml larutan baku Na2S2O3 untuk titrasi sampel
N = normalitas larutan baku Na2S2O3

d. Bilangan Peroksida
Prinsip :
Bilangan peroksida ditentukan berdasarkan pengukuran sejumlah iod yang dibebaskan dari KI melalui
reaksi oksidasi oleh peroksida pada suhu ruang di dalam medium asam asetat kloroform.

Prosedur :
Sampel minyak sebanyak 5 gram ditimbang dan dimasukkan ke labu erlenmeyer kemudian sebanyak
30 ml campuran pelarut yang terdiri dari 60% asam asetat dan 40% kloroform ditambahkan ke dalamnya.
Setelah minyak larut, ditambahkan 0.5 ml larutan kalium iodide jenuh sambil dikocok. Didiamkan selama
2 menit lalu ditambahkan 30 ml aquades. Kelebihan iod dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat
(Na2S2O3) 0.1 N sampai berwarna bening. Dengan cara yang sama dibuat blanko.

"V$ % V+ '  N  8  100


Bilangan Peroksida
gram sampel
Keterangan :
V$ = ml larutan baku Na2S2O3 untuk titrasi contoh
V+ = ml larutan baku Na2S2O3 untuk titrasi blanko
N = normalitas larutan baku Na2S2O3

39
Lampiran 2. Prosedur Analisis Sifat Fisikokimia Sabun Transparan

a. Kadar Air dan Zat Menguap Sabun (SNI 06 – 3532 – 1994)


Prinsip :
Penguapan air dan zat menguap menggunakan energi panas.

Prosedur :
Sampel sebanyak 5 gram ditempatkan di dalam wadah tahan panas, kemudian dipanaskan dalam oven
bersuhu 105oC selama 2 jam. Gelembung yang timbul dihancurkan dengan batang pengaduk. Sampel
ditimbang setelah didinginkan di dalam desikator, atau dipanaskan lagi bila perlu sampai bobotnya tetap.

Bobot Awal "g' % Bobot Akhir "g'


Kadar Air "%'  100%
Bobot Awal "g'

b. Kadar Asam Lemak (SNI 06 – 3532 – 1994)


Prinsip :
Pengukuran asam lemak yang terikat dalam bentuk garam pada sabun diukur dengan cara memutus
ikatan asam lemak dan Na dengan menggunakan asam kuat.

Prosedur :
Kurang lebih 2 gram sampel dimasukkan ke dalam gelas piala, ditambah 25 ml air panas dan
dipanaskan di atas penangas air sampai sampel larut seluruhnya, kemudian dimasukkan ke dalam labu
Cassia berskala minimal 0.1 ml. Sisa sampel dalam gelas piala dibilas dengan air destilata dan air
bilasannya dituang kedalam labu Cassia, kemudian ditambah beberapa tetes indikator oranye dan 10 – 15
ml HCl 10% (atau 7 – 10 ml H2SO4 25%). Asam lemak bebas akan mengapung dan larutan berubah warna
menjadi merah muda.
Labu Cassia berisi larutan sampel dipanaskan dalam penangas air dengan kondisi leher labu terendam
air sampai setengahnya. Setelah asam lemaknya terpisah dan mengapung, ke dalam labu ditambahkan air
panas sampai lemaknya berada di antara skala pembagian pada leher labu. Larutan dipanaskan terus
selama ± 30 menit dan dibaca pada suhu 100 oC (pada saat air dalam penangas mendidih).

Volume Asam Lemak "ml'  0.84


Kadar Asam Lemak  100%
Bobot Sampel

Keterangan :
0.84 = BD asam lemak pada 100 oC

c. Kadar Fraksi Tak Tersabunkan (SNI 06 – 3532 – 1994)


Prinsip :
Pengukuran senyawa-senyawa yang dapat larut dalam minyak tapi tidak dapat membentuk sabun
dengan soda alkali, seperti gum.

40
Prosedur :
Sebanyak 5 gram sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml, ditambah 10 ml
KOH 0.5 N dalam alkohol dan kemudian dipanaskan di atas penangas air dengan menggunakan pendingin
tegak selama kurang lebih 1 jam. Setelah itu, sampel didinginkan dan ditambah indikator phenoptalein
serta dititrasi dengan HCl 0.5 N. Pengerjaan blanko menggunakan 70 ml alkohol netral untuk
menggantikan sampel. Prosedur yang dilakukan sama seperti pengerjaan sampel.

"a % b'  N  0.0561


Kadar Fraksi Tak Tersabunkan "%'  100%
0.258  Bobot Sampel "g'

Keterangan :
a = volume HCl untuk sampel (ml)
b = volume HCl untuk blanko (ml)
N = Normalitas HCl (N)
56.1 = bobot molekul larutan KOH
258 = rata-rata bilangan penyabunan

d. Kadar Bagian Tak Larut dalam Alkohol (SNI 06 – 3532 – 1994)


Prinsip :
Pengukuran bagian yang tidak larut dalam alkohol berdasarkan sifat kepolarannya. Bahan-bahan yang
tidak larut alkohol dapat berasal dari minyak atau bahan baku lainnya.

Prosedur :
Sebanyak 5 gram sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer 200 ml, kemudian ditambah 10 ml etil
alkohol 95% dan diuapkan di atas penangas air sampai kering. Perlakuan tersebut dilakukan sebanyak 3
kali. Sampel kemudian dilarutkan dalam 100 ml alkohol netral, kemudian disaring dengan menggunakan
penghisap vakum melalui krus Gooch (atau krus kaca masir) yang telah dilapisi kertas saring. Kertas
saring yang digunakan telah diketahui bobotnya. Selama pengerjaan, krus harus ditutup dengan kaca
arloji. Residu yang tertahan oleh kertas saring dibilas dengan alkohol netral. Kertas saring kemudian
dikeringkan pada suhu 105oC sampai bobotnya konstan dan setelah itu ditimbang.

Bobot Residu "g'


Kadar Bagian Tak Larut dalam Alkohol "%'  100%
Bobot Sampel "g'

e. Kadar Alkali Bebas (Dihitung sebagai NaOH) (SNI 06 – 3532 – 1994)


Prinsip :
Pengukuran NaOH yang tidak bereaksi dengan asam lemak membentuk sabun. NaOH yang tersisa
direaksikan dengan BaCl lalu direaksikan dengan H2SO4.
Reaksi :
NaOH + BaCl BaOH + NaCl

2 BaOH + H2SO4 Ba2SO4 + 2H2O

41
Prosedur :
Sampel sebanyak 50 gram dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer, ditambah ± 150 ml etanol dan
sedikit batu didih, kemudian dipanaskan. Setelah sampel larut, ke dalam Erlenmeyer ditambahkan 10 ml
Barium klorida panas (BaCl2 20%) dan indikator phenoptalein. Labu diputar agar pencampuran terjadi
secara sempurna. Sampel kemudian dititrasi dengan H2SO4 1 N sampai warna merah jambu hilang.

3.1  Volume H+SO7 "ml'


Kadar Alkali Bebas "%'
Bobot Sampel "g'

f. pH (SNI 06 – 4075 – 1996)


Prinsip :
Pengukuran derajat keasaman sabun dengan pH meter.

Prosedur :
Timbang sampel sebanyak ± 1 gram, kemudian dimasukkan ke dalam tabung film. Pipetkan ± 9 ml
aquades ke dalamnya dan kocok secukupnya. Pengukuran pH menggunakan pH meter, sebelum dilakukan
pengukuran terlebih dahulu pH meter dikalibrasi dengan larutan buffer pH 4 dan 9. Selanjutnya elektroda
dibersihkan menggunakan air bebas CO2 dengan pH antara 6.5 sampai 7. Elektroda yang telah dibersihkan
kemudian dicelupkan ke dalam contoh pada suhu 25oC. Nilai pH dibaca pada pH meter setelah angka
stabil dan dicatat. Apabila dari dua kali pengukuran terbaca mempunyai selisih lebih dari 0.2 maka harus
dilakukan pengukuran termasuk kalibrasi.

g. Kekerasan (Wood, 1996)


Prinsip :
Kekerasan sabun diukur dengan kedalaman jarum penetrometer menembus sabun transparan pada
selang waktu tertentu.

Prosedur :
Pengukuran kekerasan dilakukan dengan menggunakan penetrometer. Sampel diletakkan di bawah
jarum penetrometer dengan kondisi ujung jarum tepat menyentuh permukaan sampel. Tombol kendali
ditekan dan jarum dibiarkan menembus bahan selama 10 detik. Pengukuran dilakukan pada tiga titik yang
berbeda. Hasil akhirnya adalah rata-rata dari ketiga pembacaan tersebut.

h. Stabilitas Emulsi (Piyali et al., 1999)


Prinsip :
Stabilitas emulsi diukur dengan mengukur katahanan emulsi dalam berbagai kondisi.

Prosedur :
Sebanyak 2 gram sampel ditempatkan dalam wadah dan dimasukkan ke dalam oven bersuhu 45oC
selama 1 jam, kemudian dimasukkan ke dalam pendingin bersuhu di bawah 0oC selama 1 jam dan
akhirnya dimasukkan kembali ke dalam oven bersuhu 45oC selama 1 jam. Sampel dibiarkan hingga dingin
di dalam desikator dan kemudian ditimbang bobotnya.

42
Bobot Akhir Sampel "g'
Stabilitas Emulsi "%'  100%
Bobot Awal Sampel "g'

i. Stabilitas Busa (Piyali et al., 1999)


Prinsip :
Stabilitas busa diukur dengan mengukur persentase busa yang bertahan pada selang waktu tertentu.

Prosedur :
Sebanyak 1 gram sampel dilarutkan ke dalam 9 ml air, dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
dikocok dengan menggunakan vortex selama 30 detik. Busa yang terbentuk diukur tingginya. Sampel
didiamkan selama 1 jam kemudian tinggi busa diukur kembali. Jika sampel yang diukur jumlahnya lebih
dari satu, harus menggunakan tabung reaksi yang dimensinya sama.

Tinggi Akhir Busa "mm'


Stabilitas Busa "%'  100%
Tinggi Awal Busa "mm'

j. Daya Bersih
Prinsip :
Daya bersih diukur dengan perbandingan tingkat kekeruhan air sabun sebelum dan sesudah pencucian
(ftu turbidity).

Prosedur :
Mentega sebanyak 1 gram dioleskan secara merata pada kain bersih dengan ukuran 10 x 10 cm.
Tempatkan sabun ke dalam air sebanyak 200 ml dalam gelas piala dan diukur kekeruhannya sebagai A ftu
turbidity. Kain yang telah diolesi mentega dimasukkan ke dalam air sabun dan didiamkan selama 10
menit. Air yang didiamkan tersebut diukur kekeruhannya sebagai B ftu turbidity.
Daya Bersih = B – A

43
Lampiran 3. Contoh Lembar Uji Organoleptik
Nama Panelis :
Tanggal :

Sampel : SABUN TRANSPARAN


Instruksi : Berikan penilaian/tingkat kesukaan Anda terhadap transparansi, tekstur, banyak busa,
kesan kulit Anda setelah pemakaian sabun dan wangi.

Tuliskan penilaian Anda dalam tabel sebagai berikut :


5 = Sangat suka
4 = Suka
3 = Biasa
2 = Tidak suka
1 = Sangat tidak suka

Kode
Parameter
279 796 513 408 610 256 972
Transparansi
Tekstur
Wangi
Banyak Busa
Kesan Bersih

Berdasarkan penilaian Anda secara umum, urutkan sabun transparan yang paling disukai menurut kode :

Rangking Kode
1
2
3
4
5
6
7

Atas partisipasi dan bantuan Anda, saya ucapkan terima kasih.

44
Lampiran 4. Hasil Analisis Karakterisasi Minyak

Kadar Asam Bilangan Bilangan


Bahan Bilangan Iod
Lemak Bebas Peroksida Penyabunan
Minyak Kelapa 0.10 0.68 258.30 8.38
RBDPO 0.15 1.78 196.27 55.23
Minyak Jarak 0.22 3.13 178.86 82.34

45
Lampiran 5. Analisis Kadar Air dan Zat Menguap

a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Kadar Air dan Zat Menguap


Kadar Air dan Zat Menguap (%)
Jenis Minyak Ulangan
Hasil Analisis Rata-rata Analisis Rata-rata Ulangan
12.64
1 12.77
12.90
Minyak kelapa : RBDPO (5:15) 12.50
12.64
2 12.23
11.82
12.72
1 12.71
12.69
Minyak kelapa : RBDPO (10:10) 12.81
13.10
2 12.92
12.74
12.17
1 12.03
11.90
Minyak kelapa : RBDPO (15:5) 12.13
12.50
2 12.22
11.94
14.63
1 14.59
14.54
Minyak kelapa : minyak jarak (5:15) 14.78
14.77
2 14.96
15.16
13.46
1 13.21
12.96
Minyak kelapa : minyak jarak (10:10) 13.38
13.50
2 13.55
13.59
13.32
1 13.06
12.80
Minyak kelapa : minyak jarak (15:5) 13.06
12.80
2 13.06
13.32

b. Hasil Analisis Keragaman (α = 0.05)


Sumber Variasi SS df MS F P-value F crit
Perlakuan 8.55 5 1.71 32.65 0.00 4.39
Galat 0.31 6 0.05

Total 8.87 11

Kesimpulan :
Hasil analisis keragaman (α = 0.05) menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi minyak nabati
berpengaruh nyata terhadap kadar air dan zat menguap sabun transparan

46
c. Hasil Uji Duncan

Perlakuan Duncan Group


Minyak kelapa : minyak jarak (5:15) A
Minyak kelapa : minyak jarak (10:10) B
Minyak kelapa : minyak jarak (15:5) B C
Minyak kelapa : RBDPO (10:10) B C
Minyak kelapa : RBDPO (5:15) D C
Minyak kelapa : RBDPO (15:5) D

47
Lampiran 6. Analisis Jumlah Asam Lemak

a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Jumlah Asam Lemak


Jumlah Asam Lemak (%)
Jenis Minyak Ulangan
Hasil Analisis Rata-rata Analisis Rata-rata Ulangan
33.38
1 33.45
33.52
Minyak kelapa : RBDPO (5:15) 33.46
33.41
2 33.47
33.53
33.32
1 33.45
33.58
Minyak kelapa : RBDPO (10:10) 33.47
33.48
2 33.49
33.49
33.52
1 33.35
33.19
Minyak kelapa : RBDPO (15:5) 33.41
33.38
2 33.47
33.56
33.27
1 33.22
33.17
Minyak kelapa : minyak jarak (5:15) 33.30
33.53
2 33.38
33.23
29.38
1 29.36
29.35
Minyak kelapa : minyak jarak (10:10) 29.23
29.20
2 29.09
28.98
29.35
1 29.34
29.34
Minyak kelapa : minyak jarak (15:5) 30.87
33.40
2 32.40
31.41

b. Hasil Analisis Keragaman (α = 0.05)


Sumber Variasi SS df MS F P-value F crit
Perlakuan 32.85 5 6.57 8.31 0.01 4.39
Galat 4.74 6 0.79

Total 37.60 11

Kesimpulan :
Hasil analisis keragaman (α = 0.05) menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi minyak nabati
berpengaruh nyata terhadap jumlah asam lemak sabun transparan

48
c. Hasil Uji Duncan

Perlakuan Duncan Group


Minyak kelapa : RBDPO (10:10) A
Minyak kelapa : RBDPO (5:15) A
Minyak kelapa : RBDPO (15:5) A
Minyak kelapa : minyak jarak (5:15) A
Minyak kelapa : minyak jarak (15:5) B
Minyak kelapa : minyak jarak (10:10) B

49
Lampiran 7. Analisis Kadar Fraksi Tak Tersabunkan

a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Kadar Fraksi Tak Tersabunkan


Kadar Fraksi Tak Tersabunkan (%)
Jenis Minyak Ulangan
Hasil Analisis Rata-rata Analisis Rata-rata Ulangan
2.43
1 2.43
2.42
Minyak kelapa : RBDPO (5:15) 2.42
2.40
2 2.42
2.43
2.42
1 2.36
2.30
Minyak kelapa : RBDPO (10:10) 2.18
1.99
2 1.99
1.99
1.99
1 1.99
1.99
Minyak kelapa : RBDPO (15:5) 1.66
1.32
2 1.32
1.32
2.42
1 2.37
2.31
Minyak kelapa : minyak jarak (5:15) 2.37
2.32
2 2.37
2.42
2.42
1 2.43
2.43
Minyak kelapa : minyak jarak (10:10) 2.10
1.76
2 1.76
1.76
0.44
1 0.44
0.44
Minyak kelapa : minyak jarak (15:5) 1.29
2.09
2 2.15
2.20

b. Hasil Analisis Keragaman (α = 0.05)


Sumber Variasi SS df MS F P-value F crit
Perlakuan 1.94 5 0.39 1.18 0.41 4.39
Galat 1.97 6 0.33

Total 3.91 11

Kesimpulan :
Hasil analisis keragaman (α = 0.05) menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi minyak nabati tidak
berpengaruh nyata terhadap kadar fraksi tak tersabunkan sabun transparan

50
Lampiran 8. Analisis Bagian Tak Larut dalam Alkohol

a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Bagian Tak Larut dalam Alkohol


Bagian Tak Larut dalam Alkohol (%)
Jenis Minyak Ulangan
Hasil Analisis Rata-rata Analisis Rata-rata Ulangan
1.20
1 1.17
1.14
Minyak kelapa : RBDPO (5:15) 1.11
1.07
2 1.06
1.04
0.63
1 0.65
0.66
Minyak kelapa : RBDPO (10:10) 0.84
1.01
2 1.04
1.07
0.69
1 0.67
0.66
Minyak kelapa : RBDPO (15:5) 0.75
0.81
2 0.82
0.83
1.92
1 1.91
1.89
Minyak kelapa : minyak jarak (5:15) 1.43
0.95
2 0.96
0.98
2.13
1 2.13
2.13
Minyak kelapa : minyak jarak (10:10) 2.19
2.21
2 2.25
2.30
2.74
1 2.67
2.60
Minyak kelapa : minyak jarak (15:5) 1.85
1.07
2 1.04
1.01

b. Hasil Analisis Keragaman (α = 0.05)


Sumber Variasi SS df MS F P-value F crit
Perlakuan 3.28 5 0.66 2.10 0.20 4.39
Galat 1.88 6 0.31

Total 5.16 11

Kesimpulan :
Hasil analisis keragaman (α = 0.05) menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi minyak nabati tidak
berpengaruh nyata terhadap bagian tak larut dalam alkohol sabun transparan

51
Lampiran 9. Analisis Kadar Alkali Bebas dihitung sebagai NaOH

a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Kadar Alkali Bebas


Kadar Alkali Bebas (%)
Jenis Minyak Ulangan
Hasil Analisis Rata-rata Analisis Rata-rata Ulangan
0.48
1 0.49
0.49
Minyak kelapa : RBDPO (5:15) 0.41
0.33
2 0.33
0.34
0.43
1 0.45
0.46
Minyak kelapa : RBDPO (10:10) 0.41
0.36
2 0.36
0.37
0.34
1 0.35
0.36
Minyak kelapa : RBDPO (15:5) 0.21
0.06
2 0.06
0.06
0.48
1 0.48
0.48
Minyak kelapa : minyak jarak (5:15) 0.49
0.50
2 0.50
0.51
0.29
1 0.29
0.29
Minyak kelapa : minyak jarak (10:10) 0.30
0.31
2 0.31
0.31
0.15
1 0.15
0.15
Minyak kelapa : minyak jarak (15:5) 0.16
0.17
2 0.17
0.17

b. Hasil Analisis Keragaman (α = 0.05)


Sumber Variasi SS df MS F P-value F crit
Perlakuan 0.17 5 0.03 3.48 0.08 4.39
Galat 0.06 6 0.01

Total 0.22 11

Kesimpulan :
Hasil analisis keragaman (α = 0.05) menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi minyak nabati tidak
berpengaruh nyata terhadap kadar alkali bebas sabun transparan

52
Lampiran 10. Analisis Nilai pH

a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis pH


pH
Jenis Minyak Ulangan Hasil Rata-rata Rata-rata
Analisis Analisis Ulangan
10.61
1 10.69
10.76
Minyak kelapa : RBDPO (5:15) 10.74
10.82
2 10.79
10.76
10.63
1 10.63
10.62
Minyak kelapa : RBDPO (10:10) 10.73
10.84
2 10.84
10.84
10.56
1 10.66
10.76
Minyak kelapa : RBDPO (15:5) 10.57
10.45
2 10.48
10.51
10.8
1 10.88
10.96
Minyak kelapa : minyak jarak (5:15) 11.00
11.09
2 11.12
11.15
10.53
1 10.63
Minyak kelapa : minyak jarak 10.73
10.81
(10:10) 11.01
2 10.99
10.96
10.65
1 10.68
10.7
Minyak kelapa : minyak jarak (15:5) 10.73
10.83
2 10.79
10.75

b. Hasil Analisis Keragaman (α = 0.05)


Sumber Variasi SS df MS F P-value F crit
Perlakuam 0.20 5 0.04 1.64 0.28 4.39
Galat 0.14 6 0.02

Total 0.34 11

Kesimpulan :
Hasil analisis keragaman (α = 0.05) menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi minyak nabati tidak
berpengaruh nyata terhadap pH sabun transparan

53
Lampiran 11. Analisis Kekerasan

a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Uji Kekerasan


Kekerasan (mm/detik)
Jenis Minyak Ulangan
Hasil Analisis Rata-rata Analisis Rata-rata Ulangan
1.84
1 1.86
1.89
Minyak kelapa : RBDPO (5:15) 1.94
1.98
2 2.02
2.06
1.94
1 2.01
2.08
Minyak kelapa : RBDPO (10:10) 2.04
2.12
2 2.07
2.03
2.08
1 2.03
1.99
Minyak kelapa : RBDPO (15:5) 2.10
2.14
2 2.16
2.19
1.89
1 1.93
1.96
Minyak kelapa : minyak jarak (5:15) 2.01
2.05
2 2.10
2.15
1.97
1 2.03
2.08
Minyak kelapa : minyak jarak (10:10) 2.00
2.02
2 1.97
1.92
1.98
1 1.95
1.92
Minyak kelapa : minyak jarak (15:5) 2.04
2.07
2 2.12
2.18

b. Hasil Analisis Keragaman (α = 0.05)


Sumber Variasi SS df MS F P-value F crit
Perlakuan 0.03 5 0.01 0.60 0.70 4.39
Galat 0.05 6 0.01

Total 0.08 11

Kesimpulan :
Hasil analisis keragaman (α = 0.05) menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi minyak nabati tidak
berpengaruh nyata terhadap kekerasan sabun transparan

54
Lampiran 12. Analisis Stabilitas Emulsi

a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Stabilitas Emulsi


Stabilitas Emulsi (%)
Jenis Minyak Ulangan
Hasil Analisis Rata-rata Analisis Rata-rata Ulangan
85.28
1 85.00
84.71
Minyak kelapa : RBDPO (5:15) 85.19
83.31
2 85.39
87.47
81.09
1 82.66
84.23
Minyak kelapa : RBDPO (10:10) 82.90
82.00
2 83.13
84.27
81.18
1 83.24
85.30
Minyak kelapa : RBDPO (15:5) 82.64
80.28
2 82.05
83.81
83.69
1 85.64
87.59
Minyak kelapa : minyak jarak (5:15) 85.44
87.07
2 85.25
83.42
83.93
1 83.33
82.74
Minyak kelapa : minyak jarak (10:10) 82.99
83.70
2 82.64
81.58
81.04
1 83.23
85.41
Minyak kelapa : minyak jarak (15:5) 82.82
81.86
2 82.42
82.97

b. Hasil Analisis Keragaman (α = 0.05)


Sumber Variasi SS df MS F P-value F crit
Perlakuan 16.60 5 3.32 12.89 0.00 4.39
Galat 1.55 6 0.26

Total 18.15 11

Kesimpulan :
Hasil analisis keragaman (α = 0.05) menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi minyak nabati
berpengaruh nyata terhadap stabilitas emulsi sabun transparan

55
c. Hasil Uji Duncan

Perlakuan Duncan Group


Minyak kelapa : minyak jarak (5:15) A
Minyak kelapa : RBDPO (5:15) A
Minyak kelapa : minyak jarak (10:10) B
Minyak kelapa : RBDPO (10:10) B
Minyak kelapa : minyak jarak (15:5) B
Minyak kelapa : RBDPO (15:5) B

56
Lampiran 13. Analisis Stabilitas Busa

a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Stabilitas Busa


Stabilitas Busa (%)
Jenis Minyak Ulangan
Hasil Analisis Rata-rata Analisis Rata-rata Ulangan
38.46
1 38.46
38.46
Minyak kelapa : RBDPO (5:15) 34.74
31.25
2 31.01
30.77
71.43
1 70.33
69.23
Minyak kelapa : RBDPO (10:10) 42.31
14.29
2 14.29
14.29
46.15
1 44.51
42.86
Minyak kelapa : RBDPO (15:5) 33.64
23.33
2 22.78
22.22
8.00
1 7.85
7.69
Minyak kelapa : minyak jarak (5:15) 8.92
10.00
2 10.00
10.00
8.70
1 8.89
9.09
Minyak kelapa : minyak jarak (10:10) 8.16
7.14
2 7.42
7.69
33.33
1 33.33
33.33
Minyak kelapa : minyak jarak (15:5) 30.00
26.67
2 26.67
26.67

b. Hasil Analisis Keragaman (α = 0.05)


Sumber Variasi SS df MS F P-value F crit
Perlakuan 2052.35 5 410.47 1.32 0.37 4.39
Galat 1859.91 6 309.98

Total 3912.26 11

Kesimpulan :
Hasil analisis keragaman (α = 0.05) menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi minyak nabati tidak
berpengaruh nyata terhadap stabilitas busa sabun transparan

57
Lampiran 14. Analisis Daya Bersih

a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Uji Daya Bersih


Daya Bersih (ftu turbidity)
Ulanga
Jenis Minyak Hasil Rata-rata Rata-rata
n
Analisis Analisis Ulangan
252
1 247.00
242
Minyak kelapa : RBDPO (5:15) 259.25
265
2 271.50
278
217
1 220.50
224
Minyak kelapa : RBDPO (10:10) 229.75
244
2 239.00
234
293
1 295.50
298
Minyak kelapa : RBDPO (15:5) 285.50
272
2 275.50
279
35
1 34.50
34
Minyak kelapa : minyak jarak (5:15) 33.00
31
2 31.50
32
81
1 79.50
Minyak kelapa : minyak jarak 78
82.75
(10:10) 88
2 86.00
84
161
1 159.50
158
Minyak kelapa : minyak jarak (15:5) 167.25
171
2 175.00
179

b. Hasil Analisis Keragaman (α = 0.05)


Sumber Variasi SS df MS F P-value F crit
Perlakuan 102061.25 5 20412.25 149.91 0.00 4.39
Galat 817.00 6 136.17

Total 102878.25 11

Kesimpulan :
Hasil analisis keragaman (α = 0.05) menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi minyak nabati berpengaruh
nyata terhadap daya bersih sabun transparan

58
c. Hasil Uji Duncan

Perlakuan Duncan Group


Minyak kelapa : RBDPO (15:5) A
Minyak kelapa : RBDPO (5:15) A
Minyak kelapa : RBDPO (10:10) B
Minyak kelapa : minyak jarak (15:5) C
Minyak kelapa : minyak jarak (10:10) D
Minyak kelapa : minyak jarak (5:15) E

59
Lampiran 15. Analisis Transparansi

a. Rekapitulasi Jumlah Panelis Berdasarkan Skala Penilaian terhadap Transparansi Sabun Transparan
TRANSPARANSI
Skala Penilaian
Jenis Minyak Jumlah
1 2 3 4 5
A1 0 10 12 7 1 30
% 0 33.33 40.00 23.33 3.33 100
A2 3 6 11 7 3 30
% 10.00 20.00 36.67 23.33 10.00 100
A3 0 4 8 13 5 30
% 0 13.33 26.67 43.33 16.67 100
A4 3 6 6 8 7 30
% 10.00 20.00 20.00 26.67 23.33 100
A5 0 4 6 16 4 30
% 0 13.33 20.00 53.33 13.33 100
A6 0 2 7 13 8 30
% 0 6.67 23.33 43.33 26.67 100

Keterangan :
A1 = minyak kelapa : RBDPO (5:15)
A2 = minyak kelapa : RBDPO (10:10)
A3 = minyak kelapa : RBDPO (15:5)
A4 = minyak kelapa : minyak jarak (5:15)
A5 = minyak kelapa : minyak jarak (10:10)
A6 = minyak kelapa : minyak jarak (15:5)

b. Hasil Perhitungan Uji Friedman Respon Panelis terhadap Transparansi Sabun Transparan

Ranks

Mean Rank
Test Statisticsa
A1 2,63
A2 3,03 N 30
A3 3,92 Chi-Square 18,697
A4 3,33 df 5
A5 3,80 Asymp. Sig. ,002
A6 4,28 a. Friedman Test

Kesimpulan :
Hasil Uji Friedman menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi minyak nabati berpengaruh nyata terhadap
transparansi sabun transparan.

60
Lampiran 16. Analisis Tekstur

a. Rekapitulasi Jumlah Panelis Berdasarkan Skala Penilaian terhadap Tekstur Sabun Transparan
TEKSTUR
Skala Penilaian
Jenis Minyak Jumlah
1 2 3 4 5
A1 0 4 17 6 3 30
% 0 13.33 56.67 20.00 10.00 100
A2 0 1 12 14 3 30
% 0 3.33 40.00 46.67 10.00 100
A3 0 2 7 18 3 30
% 0 6.67 23.33 60.00 10.00 100
A4 1 6 12 4 7 30
% 3.33 20.00 40.00 13.33 23.33 100
A5 0 5 17 5 3 30
% 0 16.67 56.67 16.67 10.00 100
A6 0 3 16 8 3 30
% 0 10.00 53.33 26.67 10.00 100

Keterangan :
A1 = minyak kelapa : RBDPO (5:15)
A2 = minyak kelapa : RBDPO (10:10)
A3 = minyak kelapa : RBDPO (15:5)
A4 = minyak kelapa : minyak jarak (5:15)
A5 = minyak kelapa : minyak jarak (10:10)
A6 = minyak kelapa : minyak jarak (15:5)

b. Hasil Perhitungan Uji Friedman Respon Panelis terhadap Tekstur Sabun Transparan

Ranks

Mean Rank
Test Statisticsa
A1 3,15
A2 4,02 N 30
A3 4,32 Chi-Square 19,481
A4 3,15 df 5
A5 2,92 Asymp. Sig. ,002
A6 3,45 a. Friedman Test

Kesimpulan :
Hasil Uji Friedman menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi minyak nabati berpengaruh nyata terhadap
tekstur sabun transparan.

61
Lampiran 17. Analisis Wangi

a. Rekapitulasi Jumlah Panelis Berdasarkan Skala Penilaian terhadap Wangi Sabun Transparan
WANGI
Skala Penilaian
Perlakuan Jumlah
1 2 3 4 5
A1 0 3 10 11 6 30
% 0 10.00 33.33 36.67 20.00 100
A2 0 3 13 8 6 30
% 0 10.00 43.33 26.67 20.00 100
A3 0 8 12 7 3 30
% 0 26.67 40.00 23.33 10.00 100
A4 3 7 10 6 4 30
% 10.00 23.33 33.33 20.00 13.33 100
A5 2 8 12 4 4 30
% 6.67 26.67 40.00 13.33 13.33 100
A6 2 7 10 9 2 30
% 6.67 23.33 33.33 30.00 6.67 100

Keterangan :
A1 = minyak kelapa : RBDPO (5:15)
A2 = minyak kelapa : RBDPO (10:10)
A3 = minyak kelapa : RBDPO (15:5)
A4 = minyak kelapa : minyak jarak (5:15)
A5 = minyak kelapa : minyak jarak (10:10)
A6 = minyak kelapa : minyak jarak (15:5)

b. Hasil Perhitungan Uji Friedman Respon Panelis terhadap Wangi Sabun Transparan

Ranks

Mean Rank
Test Statisticsa
A1 4,17
A2 4,08 N 30
A3 3,30 Chi-Square 13,608
A4 3,15 df 5
A5 3,12 Asymp. Sig. ,018
A6 3,18 a. Friedman Test

Kesimpulan :
Hasil Uji Friedman menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi minyak nabati berpengaruh nyata terhadap
wangi sabun transparan.

62
Lampiran 18. Analisis Banyak Busa

a. Rekapitulasi Jumlah Panelis Berdasarkan Skala Penilaian terhadap Banyak Busa Sabun Transparan
BANYAK BUSA
Skala Penilaian
Perlakuan Jumlah
1 2 3 4 5
A1 1 4 16 8 1 30
% 3.33 13.33 53.33 26.67 3.33 100
A2 0 4 15 10 1 30
% 0 13.33 50.00 33.33 3.33 100
A3 0 4 17 5 4 30
% 0 13.33 56.67 16.67 13.33 100
A4 0 6 7 12 5 30
% 0 20.00 23.33 40.00 16.67 100
A5 0 5 16 6 3 30
% 0 16.67 53.33 20.00 10.00 100
A6 0 3 17 6 4 30
% 0 10.00 56.67 20.00 13.33 100

Keterangan :
A1 = minyak kelapa : RBDPO (5:15)
A2 = minyak kelapa : RBDPO (10:10)
A3 = minyak kelapa : RBDPO (15:5)
A4 = minyak kelapa : minyak jarak (5:15)
A5 = minyak kelapa : minyak jarak (10:10)
A6 = minyak kelapa : minyak jarak (15:5)

b. Hasil Perhitungan Uji Friedman Respon Panelis terhadap Banyak Busa Sabun Transparan

Ranks

Mean Rank
Test Statisticsa
A1 3,15
A2 3,47 N 30
A3 3,50 Chi-Square 5,071
A4 3,97 df 5
A5 3,30 Asymp. Sig. ,407
A6 3,62 a. Friedman Test

Kesimpulan :
Hasil Uji Friedman menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi minyak nabati tidak berpengaruh nyata
terhadap banyak busa sabun transparan.

63
Lampiran 19. Analisis Kesan Bersih

a. Rekapitulasi Jumlah Panelis Berdasarkan Skala Penilaian terhadap Kesan Bersih Sabun Transparan
KESAN BERSIH
Skala Penilaian
Perlakuan Jumlah
1 2 3 4 5
A1 0 7 12 9 2 30
% 0 23.33 40.00 30.00 6.67 100
A2 0 11 11 7 1 30
% 0 36.67 36.67 23.33 3.33 100
A3 0 6 16 5 3 30
% 0 20.00 53.33 16.67 10.00 100
A4 0 5 17 6 2 30
% 0 16.67 56.67 20.00 6.67 100
A5 0 6 13 10 1 30
% 0 20.00 43.33 33.33 3.33 100
A6 0 8 7 13 2 30
% 0 26.67 23.33 43.33 6.67 100

Keterangan :
A1 = minyak kelapa : RBDPO (5:15)
A2 = minyak kelapa : RBDPO (10:10)
A3 = minyak kelapa : RBDPO (15:5)
A4 = minyak kelapa : minyak jarak (5:15)
A5 = minyak kelapa : minyak jarak (10:10)
A6 = minyak kelapa : minyak jarak (15:5)

b. Hasil Perhitungan Uji Friedman Respon Panelis terhadap Kesan Bersih Sabun Transparan

Ranks

Mean Rank
Test Statisticsa
A1 3,62
A2 3,10 N 30
A3 3,43 Chi-Square 2,875
A4 3,50 df 5
A5 3,63 Asymp. Sig. ,719
A6 3,72 a. Friedman Test

Kesimpulan :
Hasil Uji Friedman menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi minyak nabati tidak berpengaruh nyata
terhadap kesan bersih sabun transparan.

64
Lampiran 20. Penentuan Perlakuan Terbaik berdasarkan Hasil Analisis Mutu Sabun dan Organoleptik

Nilai A1 A2 A3 A4 A5 A6
Parameter Bobot
Kepentingan N H N H N H N H N H N H

Kadar air dan zat menguap 5 0.0813 2 0.1626 3 0.2439 1 0.0813 6 0.4878 5 0.4065 4 0.3252

Jumlah asam lemak 5 0.0813 2 0.1626 1 0.0813 3 0.2439 4 0.3252 6 0.4878 5 0.4065

Kadar Fraksi Tak Tersabunkan 5 0.0813 6 0.4878 4 0.3252 2 0.1626 5 0.4065 3 0.2439 1 0.0813

Bagian Tak Larut dalam Alkohol 5 0.0813 3 0.2439 2 0.1626 1 0.0813 4 0.3252 6 0.4878 5 0.4065

Kadar Alkali Bebas 5 0.0813 4 0.3252 4 0.3252 2 0.1626 5 0.4065 3 0.2439 1 0.0813

pH 4 0.0613 3 0.1839 2 0.1226 1 0.0613 5 0.3065 4 0.2452 2 0.1226

Kekerasan 4 0.0613 1 0.0613 4 0.2452 5 0.3065 3 0.1839 2 0.1226 4 0.2452

Stabilitas Emulsi 4 0.0613 2 0.1226 4 0.2452 6 0.3678 1 0.0613 3 0.1839 5 0.3065

Stabilitas Busa 4 0.0613 2 0.1226 1 0.0613 3 0.1839 5 0.3065 6 0.3678 4 0.2452

Daya Bersih 5 0.0813 2 0.1626 3 0.2439 1 0.0813 6 0.4878 5 0.4065 4 0.3252

Transparansi 5 0.0813 5 0.4065 4 0.3252 2 0.1626 3 0.2439 1 0.0813 5 0.4065

Tekstur 4 0.0613 4 0.2452 2 0.1226 1 0.0613 6 0.3678 5 0.3065 3 0.1839

Wangi 3 0.0413 1 0.0413 2 0.0826 4 0.1652 4 0.1652 5 0.2065 3 0.1239

Banyak Busa 3 0.0413 4 0.1652 2 0.0826 4 0.1652 1 0.0413 5 0.2065 3 0.1239

Kesan Bersih 3 0.0413 1 0.0413 2 0.0826 2 0.0826 2 0.0826 1 0.0413 3 0.1239

Total 1 2.9346 2.752 2.3694 4.198 4.038 3.5076


Keterangan :
N = nilai peringkat, dimana 1 = untuk peringkat terbaik pertama 4 = untuk peringkat terbaik keempat Peringkat terbaik diberi nilai terkecil, sehingga
2 = untuk peringkat terbaik kedua 5 = untuk peringkat terbaik kelima
total terkecil adalah perlakuan terbaik, yaitu
3 = untuk peringkat terbaik ketiga 6 = untuk peringkat terbaik keenam
H = hasil perkalian nilai bobot dengan nilai peringkat Sabun A3 yang dibuat dari campuran minyak
kelapa dengan RBDPO 15:5

65

You might also like