You are on page 1of 6

Penyusutan aktiva tetap (depresiasi), adalah pengalokasian harga perolehan aktiva tetap sebagai

beban periode akuntansi dalam masa manfaat aktiva tetap tersebut. Nilai aktiva tetap turun
setiap saat, sehingga setelah habis masa penggunaannya dianggap sudah tidak memberikan
manfaat ekonomi bagi perusahaan. Kerugian akibat turunnya nilai aktiva tetap dicatat pada tiap
akhir periode akuntansi dengan jurnal

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Biaya Penyusutan


1. Harga Perolehan (Acquisition Cost)

Harga Perolehan adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap biaya penyusutan. Mengenai
"Harga Perolehan" telah kita bahas secara rinci pada artikel sebelumnya, yang belum membaca,
silahkan [-baca-]

2. Nilai Residu (Salvage Value)

Merupakan taksiran nilai atau potensi arus kas masuk apabila aktiva tersebut dijual pada saat
penarikan/penghentian (retirement) aktiva. Nilai residu tidak selalu ada, ada kalanya suatu aktiva
tidak memiliki nilai residu karena aktiva tersebut tidak dijual pada masa penarikannya alias di jadikan
besi tua, hingga habis terkorosi. Tentu saja ini tidak dianjurkan, alangkah bagusnya jika di daur ulang.

3. Umur Ekonomis Aktiva (Economical Life Time)

Sebagian besar, aktiva tetap memiliki 2 jenis umur, yaitu :

Umur fisik : Umur yang dikaitkan dengan kondisi fisik suatu aktiva. Suatu aktiva dikatakan masih
memiliki umur fisik apabila secara fisik aktiva tersebut masih dalam kondisi baik (walaupun mungkin
sudah menurun fungsinya).

Umur Fungsional : Umur yang dikaitkan dengan kontribusi aktiva tersebut


dalam penggunaanya. Suatu aktiva dikatakan masih memiliki umur fungsional apabila aktiva
tersebut masih memberikan kontribusi bagi perusahaan. Walaupun secara fisik suatu aktiva masih
dalam kondisi sangat baik, akan tetapi belum tentu masih memiliki umur fungsional. Bisa saja aktiva
tersebut tidak difungsikan lagi akibat perubahan model atas produk yang dihasilkan, kondisi ini
biasanya terjadi pada aktiva mesin atau peralatan yang dipergunakan untuk membuat suatu produk.
Atau aktiva tersebut sudah tidak sesuai dengan jaman (not fashionable), kondisi ini biasanya terjadi
pada jenis aktiva yang bersifat dekoratif (misalnya : furniture/mebeler, hiasan dinding, dsb).

Dalam penentuan beban penyusutan, yang dijadikan bahan perhitungan adalah umur fungsional
yang biasa dikenal dengan umur ekonomis.

4. Pola Penggunaan Aktiva

Pola penggunaan aktiva berpengaruh terhadap tingkat ke-aus-an aktiva, yang mana untuk
mengakomodasi situasi ini biasanya dipergunakan metode penyusutan yang paling sesuai.

Metode-metode Penyusutan (Depreciation Method)


Ada berbagai metode penyusutan, hanya beberapa metode saja yang biasa dipergunakan.

Berikut adalah 2 metode penyusutan yang paling banyak dipergunakan, karena paling mudah dan
paling relevan dengan perlakuan akuntansi.

Metode Garis Lurus (Straight Line Method)

Konsep dasarnya :

Metode ini menganggap aktiva tetap akan memberikan kontribusi yang merata (tanpa fluktuasi)
disepanjang masa penggunaannya, sehingga aktiva tetap akan mengalami tingkat penurunan fungsi
yang sama dari periode ke periode hingga aktiva diarik dari penggunaannya.

Metode ini termasuk yang paling luas dipakai. Untuk penerapan “Matching Cost Principle”, metode
garis lurus dipergunakan untuk menyusutkan aktiva-aktiva yang fungsionalnya tidak terpengaruh
oleh besar kecilnya volume produk/jasa yang dihasilkan. Misalnya : bangunan, peralatan kantor.

Formula :

Atau dengan menggunakan rate prosentase, dengan formula :


Contoh Kasus :

Sebuah mesin diperoleh pada tanggal 1 Januari 2007 dengan harga Rp 8,000,000 ditaksir memiliki
umur ekonomis 8 tahun, dan apabila nanti ditarik diperkirakan besi tuanya dapat dijual seharga Rp
150,000. Tambahan informasi : Perusahaan menggunakan metode garis lurus.

Beban penyusutan untuk tahun 2007, dihitungan dengan cara :

Depreciation Cost = 12/12 x [(Rp 8,000,000–150,000) : 8] = Rp 981,250,-

Jika aktiva tetap tersebut diperoleh pada tanggal 05 Pebruari 2007, maka dihitung dengan cara =
11/12 x [(Rp 8,000,000 – 150,000) : 8]

Jika diperoleh pada tanggal 20 Pebruari 2007, maka dihitung 10/12 x [(Rp 8,000,000 – 150,000) : 8]

…….dan seterusnya

Jika tanpa nilai residu, maka variable nilai residu tidak diperhitungkan (lihat formula di atas).

Atas pembebanan penyusutan ini dicatat sebagai berikut :

[-Debit-]. Depreciation = Rp 981,250,-


[-Credit-]. Accumulated Depreciation = Rp 981,250,-

Jika aktiva tersebut diperoleh di awal tahun (01~14 Januari), maka tabel “Jadwal Penyusutan Aktiva ”
selama umur ekonomisnya, akan menjadi sebagai berikut :
Bandingkan kedua tabel di atas : Bagian mana yang berbeda ?.

Pada tabel pertama (dengan memperkirakan adanya salvage value), di akhir tahun ke-8,
terlihat masih ada NILAI BUKU (Book Value) aktiva sebesar Rp 150,000, INILAH YANG
DISEBUT NILAI RESIDU (Salvage Value) dimana jika aktiva tersebut dijual pada akhir
penggunaannya nanti diperkirakan akan laku seharga Rp 150,000,-. Di sisi lainnya, biaya
penyusutan yang dibebankan tidak sepenuhnya Rp 1,000,000 per tahunnya.

Pada tabel kedua (dengan tidak memperkirakan adanya salvage value), pada akhir tahun ke-8, NILAI
BUKU (Book Value) benar-benar Nihil (nol), artinya : perusahaan memperkirakan aktiva tersebut
tidak akan menghasilkan arus kas (tidak bisa dijual) pada akhir masa penggunaannya nanti. Di sisi
lain, penyusutan dibebankan sepenuhnya Rp 1,000,000 setiap tahunnya.

Metode Saldo Menurun (Declining Balance Method)

Konsep Dasarnya :

Aktiva tetap dianggap akan memberikan kontribusi terbesar pada periode diawal-awal masa
penggunaanya, dan akan mengalami tingkat penurunan fungsi yang semakin besar di periode
berikutnya seiring dengan semakin berkurangnya umur ekonomis atas aktiva tersebut.

Metode ini sesuai jika dipergunakan untuk jenis aktiva tetap yang tingkat kehausannya tergantung
dari volume produk yang dihasilkan, yaitu jenis aktiva mesin produksi.
Formula :

Contoh Kasus :

Mempergunakan contoh kasus sebelumnya.....

Cari "rate penyusutan (d%)" terlebih dahulu, perhatikan perhitungan dibawah :

Dengan menggunakan rate di atas, yaitu sebesar 39%, “Jadwal Penyusutan” menggunakan
Declining Balance Method dapat dibuat, seperti dibawah :
Memperhatikan table di atas, dapat dilihat bahwa dengan menggunakan Metode Saldo
menurun (Declining Balance Method), salvage value di akhir tahun ke delapanpun hasilnya
kurang lebih sama dengan jika menggunakan Metode Garis Lurus (Straight Line Method)
yaitu Rp 150,000. Hanya saja, jika kita perhatikan pada kolom “Depreciation (penyusutan)
nampak bahwa dengan menggunakan metode Saldo Menurun, harga perolehan yang
dialokasikan ke dalam penyusutan (dibebankan pada Harga Pokok Penjualan) dialokasikan
sebagian besar pada awal-awal penggunaan aktiva tersebut. Hal ini didasari oleh konsep
yang dianut oleh metode ini, dimana suatu aktiva (khusunya mesin produksi) dianggap
memberikan best performance diawal-awal penggunaannya.

Jurnal pembebanan penyusutan pada methode ini sama saja dengan metode garis lurus.

Catatan Penting :

Dimungkinkan untuk menggunakan metode yang manapun untuk jenis aktiva yang
manapun, yang terpenting :

You might also like