You are on page 1of 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang1,2,3


Upaya kesehatan di Indonesia sesuai dengan Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan 2015 - 2019 mempunyai sepuluh fokus prioritas yang
diantaranya adalah meningkatkan status kesehatan ibu dan anak. Beberapa
indikator penting yang terkait dengan status kesehatan ibu dan anak antara lain AKI
(angka kematian ibu) dan AKB (angka kematian bayi). Hal tersebut sejalan dengan
tujuan perkmbangan berkelanjutan SDG (Sustainable Developmental Goals) 2030
untuk menurunkan AKI dari 346 (2010) menjadi 306/100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2019 dan AKB dari 32 (2012) menjadi 24/1000 kelahiran hidup pada tahun
2019.
Anemia pada ibu hamil dihubungkan dengan meningkatnya kelahiran
prematur, kematian ibu dan anak dan penyakit infeksi. Anemia defisiensi besi pada
ibu dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin/bayi saat
kehamilan maupun setelahnya. Diperkirakan 41,8% ibu hamil di seluruh dunia
mengalami anemia. Paling tidak setengahnya disebabkan kekurangan zat besi. Ibu
hamil dinyatakan anemia jika hemoglobin kurang dari 11mg/L. Riskesdas 2013
mendapatkan anemia terjadi pada 37,1% ibu hamil di Indonesia, 36,4% ibu hamil
di perkotaan dan 37,8% ibu hamil di perdesaan. Berdasarkan data tentang
kesehatan ibu, menunjukkan bahwa kejadian anemia merupakan tantangan bagi
seluruh pihak dalam upaya peningkatan kesehatan ibu. Upaya yang telah dilakukan
oleh pemerintah untuk mengatasi masalah anemia pada ibu hamil yaitu
mengusahakan agar ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali
selama kehamilan. Secara nasional, indikator kinerja cakupan pelayanan kesehatan
ibu hamil pada tahun 2013 belum mencapai target dari rencana strategi kementerian
kesehatan.
Penyebab kematian ibu yang terbesar disebabkan oleh perdarahan sebesar
32 persen, diikuti dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan 25 persen, infeksi 5
persen, partus lama 5 persen, abortus 1 persen dan 32 persen lainnya adalah
penyebab penyakit non obstetrik. Perdarahan, hipertensi dan infeksi merupakan
penyebab langsung sedangkan penyebab tidak langsung yaitu 3 terlambat

1
(terlambat mengambil keputusan, terlambat membawa dan terlambat mendapatkan
pelayanan) dan 4 terlalu (terlalu tua, terlalu muda, terlalu banyak dan terlalu
sering/rapat) .
Data profil kesehatan Indonesia tahun 2014 menunjukkan bahwa angka
cakupan pelayanan antenatal pada kunjungan pertama (K1) secara nasional adalah
sebesar 97,86 persen dibandingkan dengan di provinsi Papua Barat sebesar 75,67
persen. Sedangkan cakupan pelayanan antenatal pada kunjungan ke empat (K4)
secara nasional adalah sebesar 89,33 persen hampir tiga kali lipat lebih besar
dibandingkan dengan provinsi Papua Barat 39,74 persen.
Upaya pemerintah lainnya yaitu memberikan tablet besi bagi seluruh ibu
hamil yang memeriksakan kehamilan di Puskesmas. Dimana petugas kesehatan
dalam peranannya pada pelayanan antenatal harus memberikan pelayanan yang
berkualitas sesuai dengan standar. Berdasarkan pedoman pelayanan antenatal yang
dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan (2010), salah satu standar minimal dalam
pelayanan antenatal adalah pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama
kehamilan untuk mencegah terjadinya anemia. Selain, pemberian tablet diperlukan
juga informasi tentang tablet besi untuk memberikan pengetahuan kepada ibu
sehingga ibu hamil patuh mengonsumsi tablet besi. Untuk mencegah anemia, ibu
hamil dianjurkan mengonsumsi paling sedikit 90 tablet tambah darah selama
kehamilannya. Cakupan/proporsi ibu hamil yang mendapatkan 90 tablet tambah
darah menurut provinsi adalah sebagai berikut, Secara nasional cakupan ibu hamil
mendapat tablet Fe3 tahun 2015 sebesar 85,17%, tidak berbeda jauh dibanding
tahun 2014 yang sebesar 85,1%. Provinsi dengan cakupan Fe3 tertinggi yaitu DKI
Jakarta (97,12%) dan yang terendah Provinsi Papua (24,36%) .

2
Cakupan pemberian 90 tablet tambah darah (zat besi) pada ibu hamil
menurut provinsi tahun 2015

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana karakteristik Ibu hamil dengan anemia di Puskesmas Hamadi?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui karakteristik ibu Hamil dengan anemia di Puskesmas Hamadi


periode 1 Januari – 30 Juni 2017

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengetahui karakteristik ibu hamil dengan anemia di Puskesmas


Hamadi berdasarkan usia.

3
1.3.2.2 Mengetahui karakteristik ibu hamil dengan anemia di Puskesmas
Hamadi berdasarkan tingkat pekerjaan.
1.3.2.3 Mengetahui karakteristik ibu hamil dengan anemia di Puskesmas
Hamadi berdasarkan jumlah paritas.
1.3.2.4 Mengetahui karakteristik ibu hamil dengan Anemia di Puskesmas
Hamadi berdasarkan kunjungan antenatal care (ANC)

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Puskesmas Hamadi
Meningkatkan kinerja dan mutu pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak seperti
Antenatal care pada Puskesmas Hamadi..
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan bahan literatur atau bahan bacaan khususnya tentang karakteristik
anemia pada ibu hamil di perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas
Cenderawasih.
1.4.3 Bagi Peneliti
Memberikan pengalaman dalam melakukan penelitian terutama di bidang
kesehatan masyarakat.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anemia
2.1.1 Definisi6,10,13
Anemia merupakan penurunan konsentrasi eritrosit atau hemoglobin dalam
darah dibawah normal, terjadi ketika keseimbangan antara kehilangan darah
(melalui perdarahan atau perusakan) dan produksi darah terganggu.

Tabel 2.1. Sistem penilaian sesuai tingkat keparahan anemia13

2.1.2 Definisi Anemia Dalam Kehamilan5,7,9


Anemia pada kehamilan didefinisikan sebagai kadar hemoglobin darah kurang
dari 11 g/dL pada trimester pertama dan ketiga, dan pada trimester kedua kadar
hemoglobin darah kurang dari 10,5 g/dL.
Tabel 2.2. Derajat anemia pada ibu hamil.7

2.1.3 Klasifikasi Anemia dalam Kehamilan10,13


1. Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik biasanya berbentuk makrositik atau pernisiosa.
Penyebabnya adalah karena kekurangan asam folat, jarang sekali karena
akibat kekurangan vitamin B12. Biasanya karena malnutrisi dan infeksi
yang kronik.

5
2. Anemia Hipoplastik
Anemia Hipoplasti disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang,
membentuk sel-sel darah merah baru. Untuk mendiagnosis diperlukan
pemeriksaan :
- Darah lengkap
- Pemeriksaan pungsi sternal
- Pemeriksaan retikulosit, dan lain-lain
Gambaran darah tepi, normositik dan normokromik. Sum-sum tulang
memberi gambar normoblastik dan hypoplasia eritropoesis.
Penyebabnya belum diketahui, kecuali yang disebabkan oleh infeksi
berat (sepsis), keracunan, dan sinar rontgen atau sinar radiasi.
3. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah
merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Ini dapat disebabkan oleh :
- Faktor intrakorpuskuler : dijumpai pada anemia hemolitik heriditer ;
talasemia anemia sel sickle (sabit); hemoglobinopati C, D, G, H, I;
dan paraksimal nokturnal hemoglobinuria.
- Faktor ekstrakorpuskuler: disebabkan oleh infeksi akut maupun
kronis (anemia, tuberculosis, dan infeksi parasit, sepsis, dll),
keracunan zat logam, dan dapat beserta obat-obatan; leukemia,
penyakit Hodgkin, dan lain-lain.
4. Anemia Defisiensi Besi
Anemia jenis ini biasanya berbentuk mikrositik dan hipokromik serta
paling banyak dijumpai penyebabnya akan dibicarakan sebagai penyebab
anemia pada umumya. Anemia sering terjadi akibat defisiensi zat besi
karena pada ibu hamil terjadi karena adanya peningkatan kebutuhan zat
besi dua kali lipat akibat peningkatan volume darah untuk memenuhi
kebutuhan ibu (mencegah kehilangan darah pada saat melahirkan) dan
pertumbuhan janin. Ironisnya, diestimasi dibawah 50% ibu tidak
mempunyai cadangan zat besi yang cukup selama kehamilannya,
sehingga risiko defisiensi zat besi atau anemia meningkat bersama
dengan kehamilan.

6
2.1.4 Etiologi Anemia dalam Kehamilan5,7,12,15
Pada ibu hamil anemia terjadi dikarenakan adanya beberapa faktor.
Kekurangan zat besi menyebabkan anemia defisiensi besi.
1. Faktor kebutuhan yang meningkat (High Demand). Pada kehamilan,
kehilangan zat besi terjadi akibat pengalihan besi maternal ke janin
untuk eritropoiesis, kehilangan darah pada saat persalinan, dan laktasi
yang jumlah keseluruhannya dapat mencapai 900 mg atau setara dengan
2 liter darah. Oleh karena sebagian besar perempuan mengawali
kehamilan dengan cadangan besi yang rendah, maka kebutuhan
tambahan ini berakibat pada anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi
besi dalam kehamilan merupakan konsekuensi utama ekspansi volume
plasma relative terhadap massa hemoglobin.10
2. Faktor Diet yang buruk (Low Intake). Defisiensi zat besi dalam makanan
merupakan suatu faktor yang menghambat terjadinya eritropoiesis.
Pembentukan eritrosit bergantung pada pasokan adekuat bahan bahan
dasar esensial, yang sebagian di antaranya tidak disintesis di tubuh
tetapi harus disediakan melalui makanan. anemia defsiensi besi terjadi
jika tidak cukup banyak besi tersedia untuk membentuk hemoglobin.11
3. Faktor malabsorbsi (Low Absorbtion). Malabsobrsi yakni pada penyakit
usus halus bagian atas atau karena ada bagian makanan yang mengikat
Fe, contoh zat-zat yang dapat menghambat penyerapan zat besi, seperti
(teh, kopi, minuman yang mengandung kalsium tinggi, dll), malabsorbsi
juga sering disebabkan oleh aklorhidria (gastritis atrofi, setelah
gastrektomi) yang menyebabkan pengurangan sekresi H+ di lambung
akan menurunkan pelepasan besi dari makanan dan absorbsi Fe(II).
Kehilangan sumber besi yang pada akhirnya menyebabkan anemia
defisiensi besi
4. Faktor Infeksi. Penyebab utama anemianya adalah karena malnutrisi dan
penyakit cacing. Dalam kondisi seperti ini penyakit anemia akan
menambah berat keadaan anemianya. Penyakit anemia sendiri biasanya
memberikan gejala dengan manifestasi anemia sehingga semua kasus
anemia harus diperiksa kemungkinan ke arah penyakit anemia.10

7
Peningkatan ekspresi feritin berkaitan dengan berbagai keadaan reaksi
fase akut termasuk kondisi inflamasi. Penyakit anemia dapat
menyebabkan anemia dan juga dapat memperburuk keadaan anemia
yang sudah ada. Hal ini disebabkan oleh terjadinya hemolisis eritrosit
yang diserang oleh parasit. Juga peningkatan kebutuhan Fe selama hamil.
5. Faktor Penyakit Kronis. Daur ulang Fe berkurang terjadi pada infeksi
kronis. Pada keadaan ini, Fe yang diambil kembali oleh makrofag tidak
lagi dilepaskan secara adekuat sehingga tidak dapat dipergunakan
kembali contohnya pada kasus infeksi kronis (tuberculosis dll)14. Besi
juga dapat digunakan oleh bakteri penginvasi. Perkembangbiakan
bakteri sangat bergantung pada ketersediaan konsentrasi besi yang
tinggi, yang mana semua ini akan ditandai oleh rendahnya kadar feritin
merupakan indikator yang sensitif untuk keadaan kurang zat besi.
6. Kehilangan Darah. Disebabkan oleh keluarnya banyak darah.
Kehilangan darah dapat bersifat akut, misalnya karena perdarahan luka,
atau kronik sehingga menyebabkan kehilangan zat besi yang cukup
signifikan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi anemia pada kehamilan5,7,15


Karakteristik contoh meliputi : umur, pendidikan, pengetahuan gizi, pekerjaan, dan
pendapatan.
1. Umur
Umur ibu pada saat hamil akan mempengaruhi timbulnya anemia. Bila umur
ibu pada saat hamil relatif muda (<20 tahun) akan beresiko anemia. Hal itu
dikarenakan pada umur tersebut masih terjadi pertumbuhan yang
membutuhakn zat gizi lebih banyak dibandingkan dengan umur di atasnya. Bila
zat gizi yang dibutuhkan tidak terpenuhi, akan terjadi kompetisi zat gizi antara
ibu dengan bayinya. Menurut [Kemenkes] (2001), kadar Hb 7.0 - 10.0 g/dl
banyak ditemukan pada kelompok umur <20 tahun (46%) dan kelompok umur
35 tahun atau lebih (48%).

8
2. Pekerjaan
Berat ringannya pekerjaan ibu juga akan mempengaruhi kondisi tubuh
dan pada akhirnya akan berpengaruh pada status kesehatannya. Ibu yang
bekerja mempunyai kecenderungan kurang istirahat, konsumsi makan yang
tidak seimbang sehingga mempunyai resiko lebih besar untuk menderita
anemia dibandingkan ibu yang tidak bekerja. Lebih lanjut status pekerjaan
biasanya erat hubungannya dengan pendapatan seseorang atau keluarga. Ibu
hamil yang tidak bekerja kemungkinan akan menderita anemia lebih besar
dibandingkan pada ibu yang bekerja. Hal ini disebabkan pada ibu yang bekerja
akan menyediakan makanan, terutama yang mengandung sumber zat besi
dalam jumlah yang cukup dibandingkan ibu yang tidak bekerja.
3. Paritas
Paritas atau jumlah persalinan juga berhubungan dengan anemia. Prevalensi
anemia pada kelompok paritas 0 lebih rendah daripada paritas 5 ke atas.
Semakin sering seorang wanita melahirkan maka semakin besar resiko
kehilangan darah dan berdampak pada penurunan kadar Hb. Setiap kali wanita
melahirkan, jumlah zat besi yang hilang diperkirakan sebesar 250 mg. Hal
tersebut akan lebih berat lagi apabila jarak melahirkan relatif pendek.
4. ANC (Ante Natal Care)
Departemen Kesehatan menganjurkan agar setiap ibu hamil yang
diperiksa kehamilan (ANC) oleh petugas kesehatan, minimal harus menerima
5T. Maksud dari 5T adalah ibu hamil yang yang melakukan ANC pernah
ditimbang badan, diukur tensi/ tekanan darah, menerima tablet Fe, menerima
imunisasi TT dan diperiksa tinggi fundus uteri. Frekuensi Antenatal Care
(ANC) Pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil oleh petugas kesehatan
dalam memelihara kehamilannya. Hal ini bertujuan untuk dapat
mengidentifikasi dan mengatahui masalah yang timbul selama masa kehamilan
sehingga kesehatan ibu dan bayi yang dikandung akan sehat sampai persalinan.
Pelayanan Antenatal Care (ANC) dapat dipantau dengan kunjungan ibu hamil
dalam memeriksakan kehamilannya. Standar pelayanan kunjungan ibu hamil
paling sedikit 4 kali dengan distribusi 1 kali pada triwulan pertama (K1), 1 kali
pada triwulan kedua dan 2 kali pada triwulan ketiga (K4). Kegiatan yang ada

9
di pelayanan Antenatal Care (ANC) untuk ibu hamil yaitu petugas kesehatan
memberikan penyuluhan tentang informasi kehamilan seperti informasi gizi
selama hamil dan ibu diberi tablet tambah darah secara gratis serta diberikan
informasi tablet tambah darah tersebut yang dapat memperkecil terjadinya
anemia selama hamil.
5. Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe
Ibu hamil diajurkan untuk mengkonsumsi paling sedikit 90 tablet besi selama
masa kehamilan. Zat besi yang berasal dari makanan belum bisa mencukupi
kebutuhan selama hamil, karena zat besi tidak hanya dibutuhkan oleh ibu saja
tetapi juga untuk janin yang ada di dalam kandungannya. Apabila ibu hamil
selama masa kehamilan patuh mengkonsumsi tablet Fe maka resiko terkena
anemia semakin kecil. Kepatuhan. ibu sangat berperan dalam meningkatkan
kadar Hb. Kepatuhan tersebut meliputi ketepatan jumlah tablet yang
dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi dan keteraturan frekuensi
mengonsumsi tablet Fe.

2.1.5 Patofisiologi Anemia dalam Kehamilan11,13


Hematologi Kehamilan
Pada kehamilan, volume darah bertambah, baik plasma maupun eritrosit. Akan
tetapi, penambahan volume plasma yang disebabkan oleh hidremia atau
hipervolemia (peningkatan volume darah pada masa kehamilan) lebih
menonjol sehingga biasanya kadar hemoglobin menurun. Pada masing-masing
wanita penambahan ini cukup bervariasi. Pada sebagian hanya terjadi
peningkatan ringan, sementara pada yang lain volume darah hampir menjadi
dua kali lipat. Janin tidak esensial bagi hal ini karena pada wanita dengan mola
hidatidoformis telah terjadi peningkatan volume darah.
Hipervolumemia pada kehamilan ini memiliki fungsi penting yaitu :
1. Memenuhi kebutuhan metabolik uterus yang membesar dengan sistem
vascular yang mengalami hipertrofi hebat
2. Menyediakan nutrient dan elemen secara berlimpah untuk menunjang
pertumbuhan pesat plasenta dan janin.

10
3. Melindungi ibu dan pada gilirannya, janin terhadap efek buruk gangguan
aliran balik vena pada posisi terlentang dan berdiri.
4. Melindungi ibu terhadap efek buruk kehilangan darah selama proses
persalinan

Volume darah ditiap Trimester Kehamilan5

Volume darah ibu meningkat selama trimester pertama. Pada minggu ke


dua belas volume plasma bertambah sebesar 15 persen dibandingkan
dengan keadaan sebelumnya. Seperti dipelihatkan pada gambar volume
darah ibu bertambah sangat cepat pada trimester kedua. Kemudian
peningkatan ini jauh melambat selama trimester ketiga lalu mendatar
selama beberapa minggu terakhir kehamilan. Ekspansi volume darah
terjadi karena peningkatan plasma dan eritrosit. Meskipun jumlah plasma
yang ditambahkan kedalam sirkulasi ibu biasanya lebih banyak dari pada
jumlah eritrosit namun peningkatan jumlah eritrosit cukup mencolok,
rerata sekitar 450 mL. disumsum tulang terjadi hyperplasia eritroid
sedang, dan hitung retikulosit sedikit meningkat selama kehamilan
normal. Perubahan-perubahan ini hampir pasti berkaitan dengan
meningkatnya kadar ertropoitin plasma, yang memuncak selama
trimester ketiga dan berakibat produksi maksimal eritrosit. Karena
plasma bertambah cukup besar maka konsentrasi hematokrit dan
hemoglobin agak berkurang selama kehamilan akibatnya kekentalan
darah secara keseluruhan berkurang. Konsentrasi hemoglobin pada aterm

11
rerata adalah 12,5 g/dL, dan pada sekitar 5% wanita, konsentrasinya
kurang dari 11,0 g/dL. karena itu konsentrasi hemoglobin dibawah 11,0
g/dL, terutama pada akhir kehamilan, perlu dianggap abnormal dan
biasanya disebabkan oleh defisiensi besi dan bukan karena hypervolemia
kehamilan.

Kebutuhan Besi pada Kehamilan5,8,12

Dari sekitar 1000 mg besi yang dibutuhkan selama kehamilan normal,


sekitar 300 mg secara aktif dipindahkan ke janin dan plasenta, dan 200
mg lainnya keluar melalui berbagai rute ekskresi normal, terutama
saluran cerna, pengeluaran ini bersifat obligatorik dan berlangsung
meskipun ibu mengalami defisiensi besi. Peningkatan rerata volume total
eritrosit dalam darah sekitar 450 mL-memerlukan 500 mg lainnya karena
1 mL eritrosit mengandung 1,1 mg besi. Jumlah ini biasanya tidak
tersedia dari simpanan besi sebagian wanita, dan peningkatan optimal
volume eritrosit ibu tidak akan terjadi tanpa pemberian supplement besi.
Tanpa suplementasi, konsentrasi hemoglobin dan hematokrit turun
bermakna seiring dengan peningkatan volume darah. Menurut Wasnidar
(2007), kebutuhan zat besi pada masa kehamilan yang digolongkan
menurut trimester atau usia kehamilan yaitu Trimester I: kebutuhan zat
besi ±30 mg/hr, Trimester II: Kebutuhan zat besi ±50 mg/hr Trimester
III: Kebutuhan zat besi ±60 mg/hr. Dapat disimpulkan total kebutuhan
kan zat besi pada masa kehamilan berkisar antar 580-1340 mg, sebagian
dari zat besi yang di dalam tubuh ibu akan hilang pada saat melahirkan.

Pada saat yang sama, produksi sel darah merah janin tidak terganggu
karena plasenta tetap menyalurkan besi meskipun ibu menderita anemia
defisiensi besi yang parah. Pada kasus yang berat, pernah ditemukan
kadar hemoglobin 3 gr/dL dan hematokrit hanya 10%. Jumlah besi dalam
makanan, bersama dengan dimobilisasi dari simpanan ditubuh, akan
cukup untuk memenuhi kebutuhan rerata yang ditimbulkan oleh
kehamilan. Jika wanita hamil tak anemia tidak diberikan suplemen besi,
maka konsentrasi ferritin dan besi serum akan menurun setelah

12
pertengahan kehamilan. Peningkatan ferritin dan besi serum pada awal
kehamilan mungkin disebabkan oleh kebutuhan besi yang minimal pada
awal kehamilan dan keseimbangan besi positif yang ditimbulkan oleh
amenore.

Pada wanita yang mengalami jumlah input zat besi yang tidak
adekuat maka akan terjadi penurunan total besi selama kehamilan yang
diakibatkan kebutuhan yang meningkat dan kemudian akan terjadi
penurunan cadangan besi pada hepatosit dan makrofag hati, limpa dan
sumsum tulang belakang, Setelah cadangan besi habis kadar besi plasma
juga ikut menurun sehingga suplai besi pada sumsum tulang untuk
pembentukan Hemoglobin menurun mengakibatkan peningkatan jumlah
eritrosit protoporfirin dan produksi eritrosit mikrositik dan penurunan
nilai hemoglobin.

Pada kehamilan lanjut kadar hemoglobin di bawah 11 g/dl itu


merupakan suatu hal yang abnormal dan biasanya lebih berhubungan
dengan defisiensi zat besi daripada dengan hipervolemia. Jumlah zat
besi yang diabsorbsi dari makanan dan cadangan dalam tubuh biasanya
tidak mencukupi kebutuhan ibu selama kehamilan sehingga
penambahan asupan zat besi dan asam folat dapat membantu
mengembalikan kadar hemoglobin. Kebutuhan zat besi selama
kehamilan lebih kurang 1.000 mg atau rata-rata 6 - 7 mg/hari.

2.1.6 Tanda dan Gejala Anemia dalam Kehamilan5,7,13


Dapat terjadi beberapa gejala, terutama pada anemia ringan dan sedang. Pasien
mengalami perasaan lemah, kelelahan dan kelesuan, gangguan pencernaan dan
kehilangan nafsu makan. Palpitasi, dispnea, pusing, edema, dan bahkan gagal
jantung kongestif dapat terjadi pada kasus yang berat. Tanda khas adanya
anemia defisiensi besi juga dapat dideteksi pada anemia ringan. Dapat terjadi
pucat, glositis dan stomatitis. Pasien mungkin memiliki edema karena
hipoproteinemia. Lembut sistolik murmur dapat didengar di daerah mitral
karena sirkulasi hiperdinamis.

13
2.1.7 Diagnosis Anemia dalam Kehamilan7,13
Diagnosis dapat di tegakkan melalui anamnesis dan berdasarkan pemeriksaan
fisik dengan melihat gejala klinis yang ada serta pemeriksaan penunjang
laboratorium darah. Evaluasi awal seorang wanita hamil dengan anemia sedang
seyogyanya mencangkup pengukuran hemoglobin, hematokrit dan indeks-
indeks sel darah merah, dan pemeriksaan cermat apusan darah tepi serta kadar
kimia darah.

2.1.8 Dampak Anemia dalam Kehamilan5,6


Anemia dapat berakibat fatal bagi ibu hamil karena ibu hamil memerlukan
banyak tenaga untuk melahirkan. Setelah itu, pada saat melahirkan biasanya
darah keluar dalam jumlah banyak sehingga kondisi anemia akan
memperburuk keadaan ibu hamil. Kekurangan darah dan perdarahan akut
merupakan penyebab utama kematian ibu hamil saat melahirkan. Penyebab
utama kematian maternal antara lain perdarahan pascapartum (disamping
eklampsia dan penyakit infeksi) dan plasenta previa yang kesemuanya
bersumber pada anemia. Ibu hamil yang menderita anemia tidak akan mampu
memenuhi kebutuhan zat-zat gizi bagi dirinya dan janin dalam kandungan.
Oleh karena itu, keguguran, kematian bayi dalam kandungan, berat bayi lahir
rendah, atau kelahiran prematur rawan terjadi pada ibu hamil yang menderita
anemia gizi besi. Anemia pada ibu hamil bukan tanpa risiko. Menurut
penelitian, tingginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia.
Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel
tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia
meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko
kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan
angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum
dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering
berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan
darah.
Salah satu efek Anemia adalah kelahiran premature dimana hal ini
berasosiasi dengan masalah baru seperti berat badan lahir rendah, defisiensi

14
respon imun dan cenderung mendapat masalah psikologik dan pertumbuhan.
Apabila hal ini berlanjut maka hal ini berkorelasi dengan rendahnya IQ dan
kemampuan belajar. Semua hal tersebut mengakibatkan rendahnya kualitas
sumber daya manusia, produktivitas dan implikasi ekonomi.

2.1.9 Pengobatan dan Pencegahan Anemia7,13


Prinsip pengobatan anemia defisiensi besi yaitu:
1. Menentukan penyebab anemia defisiensi besi
2. Mengeleminasi penyebab yang mungkin seperti perdarahan pada
penyakit keganasan dan operasi.
3. Terapi replacement yang efektif
4. Evaluasi respon terapi

Secara umum pengobatan anemia defisiensi besi diantaranya :


1. Memberikan diet yang kaya kalori, protein, zat besi dan selain itu
meningkatkan konsumsi enhancer penyerapan besi yang banyak
mengandung vitamin C, juga menghindari makanan yang dapat
menghambat penyerapan besi seperti teh dan kopi.
2. Memberikan preparat besi dan tablet vitamin C
3. Mengatasi penyebabnya.
Koreksi anemia dan pengisian cadangan besi dapat dilakukan dengan
pemberian senyawa-senyawa besi sederhana diantaranya ferosulfat,
fumarat, atau glukonat yang dapat memberikan 200 mg besi elemental
per hari. Jika wanita yang bersangkutan tidak dapat atau tidak mau
minum preparat besi oral maka dapat diberikan terapi parenteral.
Meskipun keduanya diberikan secara intravena, ferosukrosa
diperlihatkan lebih aman dari pada besi dekstran.
Transfusi sel darah merah atau darah lengkap jarang diindikasikan,
kecuali terdapat hipovolemia akibat kehilangan darah atau satu
prosedur operasi darurat harus segera dilakukan pada wanita dengan
anemia berat. Untuk mengganti simpanan besi,terapi oral perlu
dilanjutkan selama 3 bulan setelah anemianya dikoreksi .

15
Zat besi garam ferrous merupakan terapi pilhan (garam ferri kurang
diabsorbsi). Dosis ferrous sulfat 200 mg 3 kali per hari (65 mg x 3 =
195 mg zat besi perhari). Obat alternative lain adalah ferrous glukonat
3x1 tab dan ferrous fumarat 4 x 1 tab, tetapi sering menimbulkan efek
samping: nausea, konstipasi dan diare. Efek samping dapat dikurangi
dengan cara minum obat setelah makan. Pemberian preparat besi ini
dilanjutkan 4-6 bulan setelah Hb normal.

Tabel 2.3. Sediaan tablet besi untuk ibu hamil 7

Adapun pencegahan anemia dalam kehamilan diantaranya13:


1. Mengikuti kunjungan ANC (Antenatal care) dengan rutin agar
mendapatkan tablet tambah darah secara gratis dan informasi mengenai
gizi ibu hamil
2. Penyuluhan intensif higienie dan sanitasi lingkungan
3. Program pendidikan gizi untuk masyarakat dan petugas kesehatan
4. Peningkatan sosial ekonomi masyarakat dan penyediaan bahan makanan
yang bernilai gizi tinggi
5. Menanamkan pengertian yang mendalam akan arti dan akibat dari anemia
gizi terhadap ibu hamil
6. Iron fortification (makanan kaya zat besi)

2.2 Kunjungan Antenatal Care 1,12,13


2.2.1 Pengertian Antenatal Care1,13
Perawatan kehamilan merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar
pelayanan antenatal yang ditetapkan. Antenatal care adalah pemeriksaan
kehamilan untuk melihat dan memeriksa keadaan ibu dan janin yang dilakukan
secara berkala diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang

16
ditemukan selama kehamilan. Perawatan kehamilan merupakan suatu program
berkesinambungan selama kehamilan, persalinan, kelahiran dan nifas yang
terdiri atas edukasi, screening, deteksi dini, pencegahan, pengobatan,
rehabilitasi yang bertujuan untuk memberikan rasa aman dan nyaman,
sehingga ibu mampu merawat bayi dengan baik.

2.2.2 Kebijakan Program Pelayanan Antenatal Care1,13


Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) pada dasarnya
mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Motherhood” yaitu
meliputi : Keluarga Berencana, Antenatal Care, Persalinan Bersih dan Aman,
dan Pelayanan Obstetri Essensial.

2.2.3 Tujuan Antenatal Care1,13


Tujuan perawatan kehamilan adalah memantau kemajuan kehamilan untuk
memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi; meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi; mengenali
secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi
selama hamil termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan; mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin;
mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
eksklusif; mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

2.2.4 Manfaat Antenal Care13


Manfaat antenatal care adalah tersedianya fasilitas rujukan yang baik bagi
kasus resiko tinggi ibu hamil sehingga dapat menurunkan angka kematian
maternal. Petugas kesehatan dapat mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang
berhubungan dengan usia, paritas, riwayat obstetrik buruk, dan perdarahan
selama kehamilan. Perawatan antenatal care berguna untuk mendeteksi
/mengoreksi/ menatalaksanakan/mengobati sedini mungkin kelainan yang

17
terdapat pada ibu dan janinnya. Dapat juga sebagai penyampaian komunikasi,
informasi, dan edukasi dalam menghadapi kehamilan, persalinan dan nifas
pada ibu hamil, agar dapat percaya diri dan bila ada kedaruratan dapat segera
dirujuk ke rumah sakit terdekat dengan fasilitas yang lebih lengkap.

2.2.5 Standar Pelayanan Antenatal Care1,12,13


Dalam melaksanakan pelayanan Antenatal Care, ada sepuluh standar
pelayanan yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang dikenal
dengan 10 T. Pelayanan atau asuhan standar minimal 10 T adalah sebagai
berikut:
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2. Pemeriksaan tekanan darah
3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)
4. Pemeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri)
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) bila diperlukan
7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan
8. Test laboratorium (rutin dan khusus) .
9. Tatalaksana kasus
10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan
11. Komplikasi (P4K) serta KB paska persalinan

2.2.6 Lokasi Pelayanan Antenatal Care15


Menurut Tristiyanti (2006), tempat pemberian pelayanan antenatal care dapat
bersifat statis dan aktif meliputi :
1. Puskesmas/ puskesmas pembantu
2. Pondok bersalin desa
3. Posyandu
4. Rumah Penduduk (pada kunjungan rumah)

18
5. Rumah sakit pemerintah/ swasta
6. Rumah sakit bersalin
7. Tempat praktek swasta (bidan dan dokter)

2.2.7 Jadwal Pelaksanaan Antenatal Care13


Pelaksanaan antenatal care dilakukan minimal 4 kali, yaitu l kali pada
trimester I, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester III. Namun jika
terdapat kelainan dalam kehamilannya, maka frekuensi pemeriksaan di
sesuaikan menurut kebutuhan masing- masing. Ibu hamil yang melakukan
pemeriksaan kehamilan dikatakan teratur jika melakukan pemeriksaan
kehamilan≥ 4 kali kunjungan, kurang teratur jika pemeriksaan kehamilan 2-3
kali kunjungan dan tidak teratur jika ibu hamil hanya melakukan pemeriksaan
kehamilan < 2 kali kunjungan.

2.2.8 Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care pada ibu


hamil.1,12,13
Faktor - faktor yang mempengaruhi ibu dalam pelaksanaan perawatan antenatal
meliputi faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal:
a. Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki oleh seorang
wanita. Paritas atau jumlah kehamilan yang dialami ibu, dibedakan
menjadi primigravida adalah seorang wanita hamil untuk pertama kali,
secondigravida yaitu wanita hamil yang kedua kalinya, multigravida
yaitu wanita hamil lebih dari 2 kali, grandemultigravida adalah seorang
wanita yang hamil lebih dari lima kali. Ibu yang pernah melahirkan
mempunyai pengalaman tentang antenatal care, sehingga dari
pengalaman yang terdahulu kembali dilakukan untuk menjaga kesehatan
kehamilannya.
b. Usia
Usia adalah waktu hidup individu mulai saat berulang tahun. Semakin
cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan lebih di percaya

19
daripada orang yang belum cukup tinggi kedewasaanya, jika kematangan
usia seseorang cukup tinggi maka pola berfikir seseorang akan lebih
dewasa. Ibu yang mempunyai usia produktif akan lebih berpikir secara
rasional dan matang tentang pentingnya melakukan pemeriksaan
kehamilan. Ibu hamil dengan usia yang masih sangat muda memiiliki
kepribadian immature (kurang matang), introvert (tidak mau berbagi
dengan orang lain), perasaan dan emosi yang tidak stabil dalam
menghadapi kehamilan sehingga ibu hamil tidak berminat untuk
melaksanakan antenatal care.
Faktor eksternal:
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, perasaan, dan perabaan. Dan sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran.
Hanya sedikit yang diperoleh melalui penciuman, perasaan, dan
perabaan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam bentuk tindakan seseorang (overt behaviour).
Pengetahuan merupakan faktor yang dapat memudahkan seseorang atau
masyarakat terhadap apa yang akan dilakukan. Ibu yang akan
memeriksakan kehamilannya akan dipermudah apabila ibu mengetahui
apa manfaat memeriksakan kehamilan, siapa dan dimana memeriksakan
kehamilan dilakukan. Kurangnya pemahaman dan pengetahuan ibu dan
keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada
ibu hamil.
b. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat
langsung tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian
reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari

20
merupakan reaksi yang bersifat emosiona l terhadap st imulus sosial.
Sikap positif yang dimiliki oleh seorang ibu hamil akan mempermudah
dalam melaksanakan antenatal care. Sikap merupakan faktor penting dan
besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan. Respon ibu hamil tentang
pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi keteraturatan antenatal care. Adanya sikap yang baik
tentang pelaksanaan antenatal care, mencerminkan kepedulian ibu hamil
terhadap kesehatan diri dan janinnya. Sikap ibu hamil yang proaktif
untuk melaksanakan antenatal care sangat diharapkan untuk memelihara
kesehatan dan janinnya sehingga meningkatkan kesehatan ibu hamil dan
tidak ada komplikasi kehamilan. Seorang ibu hamil diharapkan bersikap
otonom dan mandiri serta dapat mengambil keputusan sendiri dalam
mengikuti pelaksanaan antenatal care sehingga terdeteksi komplikasi
kehamilan sejak dini dan tidak memeriksakan kehamilan setelah terjadi
komplikasi.
c. Ekonomi
Ekonomi adalah pengetahuan dan penelitian mengenai asas-asas
penghasilan, produksi, distribusi, pemasukan, pemakaian barang serta
kekayaan dan penghematan. Tingkat ekonomi akan berpengaruh
terhadap kesehatan, keluarga dengan tingkat ekonomi yang rendah tidak
mampu untuk menyediakan dana bagi pemeriksaan kehamilan, masalah
yang timbul pada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah, yaitu ibu
hamil akan kekurangan energi dan protein. Hal ini disebabkan tidak
mampu nya keluarga untuk menyediakan kebutuhan energi dan protein
yang dibutuhkan ibu selama kehamilan. Penghasilan masyarakat
Indonesia (75-100%) digunakan untuk membiayai keperluan hidup.
Persoalan ekonomi merupakan proritas utama, pendapatan keluarga
hanya berfokus kepada pemenuhan kebutuhan hidup, sehingga hampir
tidak ada penyisihan dana untuk kesehatan. Ibu hamil jarang
diperiksakan ke pelayanan kesehatan karena tidak adanya biaya.

21
d. Sosial budaya
Kebudayaan adalah segala sesuatu atau tata nilai yang berlaku dalam
suatu masyarakat, termasuk di dalamnya pernyataan intelektual dan nila-
nilai artistik yang menjadi ciri khas masyarakat. Di berbagai wilayah
Indonesia terutama dalam masyarakat yang masih memegang teguh
budaya tradisional (patrilineal), suami lebih dominan dalam mengambil
keputusan untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan pada istrinya
sehingga mempengaruhi ibu hamil dalam melaksanakan antenatal care.
Faktor budaya mempengaruhi berbagai perubahan yang relevan dengan
kehamilan dengan norma buda ya yang mayoritas dan tidak semua
berlaku bagi orang yang berasal dari buda ya lain. Orang yang berasal
dari budaya yang berbeda akan dibesarkan sesuai dengan kebudayaan,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai yang dianut. Ibu yang melakukan
perawatan kehamilan yang mempunyai keyakinan dan kepercayaan
dengan dukun akan lebih memilih keyakinan tersebut dibandingkan
dengan perawatan kehamilan ke tempat pelayanan kesehatan. Perilaku
keluarga yang tidak mengijinkan seorang wanita meninggalkan rumah
untuk memeriksakan kehamilannya merupakan budaya yang
menghambat keteraturan kunjungan ibu hamil memeriksakan
kehamilannya. Tatanan budaya yang turun temurun mempengaruhi
keputusan ibu dalam memeriksakan kehamilan. Misalnya ibu hamil akan
memeriksakan kehamilan ke dukun misalnya dengan khusuk, dan
meminta zimat atau pelindung selama kehamilan sesuai dengan
komplikasi yang dialami oleh ibu hamil.
e. Letak Geografis
Letak geografis adalah letak suatu tempat yang didasarkan pada letak
keadaan alam di sekitarnya. Letak geografis sangat menentukan terhadap
pelayanan kesehatan dalam pelaksanaan antenatal care. Ibu hamil yang
tinggal ditempat yang terpencil umumnya desa-desa yang masih
terisolisir dan transportasi yang sulit terjangkau, sehingga untuk
menempuh perjalanan ke tempat pelayanan kesehatan akan memerlukan
waktu yang lama, sementara ibu hamil harus memeriksakan

22
kehamilannya. Jarak yang mudah terjangkau dan tersedianya fasilitas
yang memadai akan memberi kemudahan bagi ibu hamil untuk
memeriksakan kehamilannya dan bisa melaksanakan antenatal care
sehingga jika terdapat keadaan gawat darurat dapat segera ditangani.
f. Informasi
Informasi adalah pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran,
pengalaman, atau instruksi. Informasi merupakan fungsi penting untuk
membantu mengurangi rasa cemas seseorang. Informasi yang diperoleh
ibu hamil baik dari tenaga kesehatan, dan media lain dan berapa lama ibu
hamil menyerap apa yang mereka dengarkan. Rentang perhatian manusia
terhadap informasi rata-rata adalah sekitar 20 menit, kehamilan
memperpendek rentang skala tersebut karena kecemasan dan kelelahan
mengganggu kemampuan mendengar secara aktif .
g. Dukungan
Dukungan merupakan sokongan atau bantuan dari orang terdekat untuk
melakukan suatu tindakan. Orang yang paling penting bagi seorang
wanita hamil adalah suaminya. Dukungan sosial suami yang sangat
diharapkan oleh sang istri antara lain suami mendambakan bayi dalam
kandungan istri, suami menunjukkan kebahagiaan pada kelahiran bayi,
memperhatikan kesehatan istri, tidak menyakiti istri, berdo’a untuk
keselamatan istri dan suami menunggu ketika istri dalam proses
persalinan. Dukungan keluarga yang dapat diberikan agar kehamilan ibu
dapat berjalan lancar meliputi memberikan dukungan pada ibu untuk
menerima kehamilannya, memberikan dukungan pada ibu untuk
mepersiapkan peran sebagai ibu, memberi dukungan pada ibu untuk
menciptakan ikatan yang kuat antara ibu dan anak yang dikandungya
melalui perawatan kehamilan, menyiapkan keluarga lainnya untuk
menerima kehadiran anggota keluarga baru. Keadaan lingkungan
keluarga yang tidak mendukung akan mempengaruhi ibu dalam
memeriksakan kehamilannya. Sebaliknya, adanya dukungan dari
lingkungan keluarga akan membuat ibu hamil nyaman dalam melewati

23
kehamilannya. Psikologi ibu hamil sangat unik dan sensitif, oleh karena
itu dukungan yang diberikan harus harus serius dan maksimal.

24
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 JENIS PENELITIAN


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif.
Bersifat deskriptif karena penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk mendapatkan
gambaran atau informasi mengenai karakteristik anemia pada ibu hamil di wilayah
kerja Puskesmas Hamadi. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah
“retrospective study”, dimana data dikumpulkan pada waktu tertentu.

3.2 LOKASI PENELITIAN


Lokasi yang dipakai sebagai tempat penelitian adalah Puskesmas Hamadi Distrik
Jayapura.

3.3 WAKTU PENELITIAN


Penelitian dilaksakan sejak tanggal 08 Agustus – 12 Agustus 2017.

3.4 POPULASI PENELITIAN


3.4.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Hamadi yang datang guna melakukan ANC ( Antenatal Care )
selama periode bulan 01 Januari 2017 hingga 30 Juni 2017 dengan jumlah
populasi 312 orang.
3.4.2 Sampel
Sampel penelitian ini adalah total populasi

3.5 VARIABEL PENELITIAN


Variabel yang hendak diteliti adalah :
3.5.1 Usia
3.5.2 Pekerjaan
3.5.3 Paritas

25
3.5.4 Kunjungan ANC (antenatal care)

3.6 DEFINISI OPERASIONAL


3.6.1 Umur adalah waktu sejak pasien lahir sampai datang melakukan ANC di
Puskesmas Hamadi.
Kategori7:
1. Masa Reproduksi Muda
Usia 15 - 19 tahun : Fase menunda kehamilan.
2. Masa Reproduksi Sehat
Usia 20 – 35 tahun : Fase menjarangkan kehamilan.
3. Masa Reproduksi Tua
Usia 36 – 45 tahun : Fase tidak hamil lagi.
3.6.2 Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup
di luar rahim (28 minggu). Paritas adalah sudah berapa kali akseptor
melahirkan anaknya, baik yang lahir hidup maupun lahir mati, tetapi bukan
aborsi.
Kategori5:
1. Nulipara : wanita yang belum pernah melahirkan sama sekali.
2. Primipara : wanita yang sudah pernah melahirkan anak untuk pertama
kalinya (tunggal atau ganda), yang cukup besar untuk hidup di dunia
luar (matur atau prematur).
3. Multipara : wanita yang sudah pernah melahirkan anak 2 sampai 4
kali.
4. Grande multipara : wanita yang sudah pernah melahirkan 5 orang anak
atau lebih.
3.6.3 Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan
obstetrik untuk optimalisasi luaran marernal dan neonatal melalui serangkaian
kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan. Dalam bahasa program
kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal ini diberi kode angka K, vang
merupakan singkatan dari kunjungan. Pemeriksaan antenatal yang lengkap
adalah Kl, K2, K3. dan K4. Hal ini berarti, minimal dilakukan sekali kunjungan
antenatal hingga usia keharnilan 28 minggu, sekali kunjungan antenatal selama

26
kehamilan 28 - 36 minggu dan sebanyak dua kali kunjungan antenatal pada
usia kehamilan di atas 36 minggu1.
1. Kunjungan 1 : 28 minggu (trimester 1)
2. Kunjungan 2 : 28-36 minggu (trimester 2)
3. Kunjungan 3 dan 4: diatas 36 minggu (trimestes 3)
3.6.4. Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan ibu hamil sehari-hari, yang
dapat mempengaruhi kondisi fisik ibu.

3.7 SUMBER DATA


Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data secara
sekunder. Data sekunder adalah data yang didapatkan dari pihak Puskesmas
Hamadi periode 1 Januari – 30 Juni 2017 untuk melengkapi penelitian ini.

3.8 PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA


Pengolahan data berdasarkan grafik dan dianalisa berdasarkan hasil persentasi.

27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas
Hamadi Khususnya Karakteristik ibu hamil dengan anemia yang diambil dalam
penelitian ini adalah Umur, Pekerjaan, Paritas, dan Kunjungan ANC (antenatal
care). Dari penelitian ini didapatkan hasil sebagai berikut :
4.1.1 Jumlah kunjungan ibu hamil dengan Anemia berdasarkan umur

Grafik 4.1 Distribusi Frekuensi Ibu Hamil dengan Anemia


berdasarkan Umur 17 dari 20 orang
86% = 85 %

84%

82%

80% 63 dari 80
orang = 78 %
78%
9 dari 12 orang
76% = 75 %

74%

72%

70%
Masa reproduksi Muda Masa reproduksi Sehat Masa reproduksi Tua
15 - 19 tahun 20 - 35 tahun 36 - 45 tahun

Karakteristik Ibu hamil dengan anemia berdasarkan umur terbanyak ditemukan


pada kelompok umur atau Masa Reproduksi Tua 36-45 tahun yaitu sebanyak
17 dari 20 orang (85 %), sedangkan pada umur atau masa reproduksi sehat 20-
35 tahun sebanyak 63 dari 80 orang (78%) dan terendah pada kelompok umur
atau Masa Reproduksi muda 15-19 tahun yaitu sebanyak 9 dari 12 orang (75
%).

28
4.1.2 Jumlah kunjungan ibu hamil dengan Anemia berdasarkan pekerjaan

Grafik 4.2 Distribusi Frekuensi Ibu Hamil dengan Anemia


berdasarkan pekerjaan
76 dari 86
100% orang = 86
90% %

80% 4 dari 6 orang


= 66 %
70% 1 dari 2
4 dari 8
60% orang = 50% 4 dari 10
orang = 50%
50% orang = 40%

40%
30%
20%
10%
0%
PNS IRT Swasta Mahasiswa Lain-lain

Karakteristik ibu hamil dengan anemia berdasarkan pekerjaan terbanyak


ditemukan pada kelompok pekerjaan IRT yaitu sebanyak 76 dari 86 orang
(88%), sedangkan ibu hamil pada kelompok mahasiswa sebanyak 4 dari 6
orang (66%), pada kelompok pekerjaan lain-lain sebanyak 1 dari 2 orang
(50%), pada pekerjaan PNS sebanyak 4 dari 8 orang (50%), dan terendah pada
kelompok swasta yaitu 4 dari 10 (40%).

29
4.1.3 Jumlah kunjungan ibu hamil dengan Anemia berdasarkan paritas

Grafik 4.3. Distribusi Frekuensi Ibu Hamil dengan


Anemia berdasarkan Paritas.
32 dari 34
96% orang = 94 %
94%
92% 33 dari 37
orang = 89%
90%
88% 34 dari 41
86% orang = 83%
84%
82%
80%
78%
76%
Primiparitas Multiparitas Multigrandeparitas

Karakteristik ibu hamil dengan anemia berdasarkan gravida terbanyak


ditemukan pada kelompok Multigrandeparitas yaitu sebanyak 32 dari 34 orang
(94 %) sedangkan multiparitas sebanyak 33 dari 37 orang (89%) dan terendah
pada kelompok primiparitas yaitu sebanyak 34 dari 41orang (83 %).

30
4.1.4 Jumlah kunjungan ibu hamil dengan Anemia berdasarkan kunjungan
ANC

Grafik 4.4. Distribusi Frekuensi Ibu Hamil dengan Anemia


berdasarkan jumlah kunjungan ANC.
96%
43 dari 46
orang = 83%
94%

92%

90%

88% 30 dari 35
orang = 86%
26 dari 31
86%
orang = 84%

84%

82%

80%

78%
Kunjungan ke I (< 3 bulan) Kunjungan ke II (4 – 6 Kunjungan ke III dan IV
bulan ) antara usia kehamilan 7 –
9 bulan.

Karakteristik ibu hamil dengan anemia berdasarkan kunjungan ANC terbanyak


ditemukan pada kunjungan pertama sebanyak 43 dari 46 orang (93,4%) sedangkan
pada kunjungan kedua didapatkan 30 dari 35 orang (86%) dan terendah pada
kunjungan ketiga dan keempat sebanyak 26 dari 31 orang (84%).

31
4.2 PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian distribusi frekuensi penderita anemia di
wilayah kerja Puskesmas Hamadi periode 1 Januari hingga 30 Juni tahun
2017, maka berikut akan dibahas variabel-variabel yang diteliti, sebagai
berikut :

4.2.1 Jumlah kunjungan ibu hamil dengan Anemia berdasarkan umur


Dari hasil data di atas menunjukan bahwa Ibu hamil dengan anemia
berdasarkan umur terbanyak ditemukan pada kelompok umur masa
Reproduksi Tua 36-45 tahun yaitu sebanyak 17 dari 20 orang (85 %),
sedangkan pada umur atau masa reproduksi sehat 20-35 tahun sebanyak
63 dari 80 orang (78%) dan terendah pada kelompok umur atau Masa
Reproduksi muda 15-19 tahun yaitu sebanyak 9 dari 12 orang (75 %).
Menurut Kemenkes RI (2013), kadar Hb 7.0 - 10.0 g/dl banyak
ditemukan pada kelompok umur <20 tahun (46%) dan kelompok umur
35 tahun atau lebih (48%) . Ibu hamil dan melahirkan dibawah umur 20
tahun menurut ilmu kesehatan reproduksi masih terdapat bahaya-bahaya
tertentu bagi ibu dan anaknya. Angka kesakitan dan angka kematian ibu
dan anak masih tinggi bila wanita tersebut kurang dari 20 tahun
Kemenkes (2013). Hasil dari penelitian ini sejalan dengan literatur di
atas. Usia seorang perempuan dapat memengaruhi emosi selama
kehamilannya. Usia antara 20-35 tahun merupakan periode yang paling
aman untuk melahirkan. Pada usia tersebut fungsi alat reproduksi dalam
keadaan optimal, sedangkan pada usia kurang dari 20 tahun kondisi
masih dalam pertumbuhan, sehingga masukan makanan banyak dipakai
untuk pertumbuhan ibu yang dapat mengakibatkan gangguan
pertumbuhan janin.5
Mochtar (1998) menyatakan wanita yang berumur kurang dari 20
tahun atau lebih dari 35 tahun mempunyai resiko yang tinggi secara
biologis belum optimal emosinya cenderung labil, mentalnya belum
matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan
kurangnya perhatiaan terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama

32
kehamilannya, karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan
ibu hamil maupun janinnya, beresiko mengalami perdarahan dan dapat
menyebabkan ibu mengalami anemia.
4.2.2 Jumlah kunjungan ibu hamil dengan Anemia berdasarkan
pekerjaan
Dari hasil data di atas menunjukan bahwa ibu hamil dengan anemia
berdasarkan pekerjaan terbanyak ditemukan pada kelompok pekerjaan
IRT yaitu sebanyak 76 dari 86 orang (88%), sedangkan ibu hamil pada
kelompok mahasiswa sebanyak 4 dari 6 orang (66%), pada kelompok
pekerjaan lain-lain sebanyak 1 dari 2 orang (50%), pada pekerjaan PNS
sebanyak 4 dari 8 orang (50%), dan terendah pada kelompok swasta yaitu
4 dari 10 (40%).
Berat ringannya pekerjaan ibu akan mempengaruhi kondisi tubuh
dan pada akhirnya akan berpengaruh pada status kesehatannya. Ibu yang
bekerja dan melakukan aktifitas rumah tangga mempunyai
kecenderungan kurang istirahat, konsumsi makanan dan kurang
pengetahuan makanan yang seimbang sehingga mempunyai resiko lebih
besar menderita anemia5. Lebih lanjut status pekerjaan biasanya erat
hubungannya dengan pendapatan seseorang atau keluarga. Ibu hamil
yang tidak bekerja kemungkinan akan menderita anemia lebih besar
dibandingkan pada ibu yang bekerja. Hal ini disebabkan pada ibu yang
bekerja akan menyediakan makanan, terutama yang mengandung sumber
zat besi dalam jumlah yang cukup dibandingkan ibu yang tidak bekerja.13
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Tristiyanti (2006) dimana didapatkan bahwa proporsi ibu hamil anemia
yang tidak bekerja (IRT) jauh lebih banyak dari ibu yang bekerja yaitu
sejumlah 66 orang (27,8%) sedangkan pada ibu yang bekerja hanya 10
orang (21,3%)
4.2.3 Jumlah kunjungan ibu hamil dengan Anemia berdasarkan paritas
Dari hasil data di atas menunjukan bahwa ibu hamil dengan anemia
berdasarkan gravida terbanyak ditemukan pada kelompok
Multigrandeparitas yaitu sebanyak 32 dari 34 orang (94 %) sedangkan

33
multiparitas sebanyak 33 dari 37 orang (89%) dan terendah pada
kelompok primiparitas yaitu sebanyak 34 dari 41orang (83 %). Paritas
atau jumlah persalinan juga berhubungan dengan anemia. Prevalensi
anemia pada kelompok paritas 0 lebih rendah daripada paritas 5 ke atas.
Semakin sering seorang wanita melahirkan maka semakin besar resiko
kehilangan darah dan berdampak pada penurunan kadar Hb. Setiap kali
wanita melahirkan, jumlah zat besi yang hilang diperkirakan sebesar 250
mg. Hal tersebut akan lebih berat lagi apabila jarak melahirkan relatif
pendek. Semakin sering seorang wanita melahirkan maka semakin besar
risiko kehilangan darah dan berdampak pada penurunan kadar Hb.7
Beberapa hal yang mungkin terjadi pada ibu hamil dengan jarak
kehamilan yang sempit yaitu dapat menyebabkan penyulit dalam
kehamilan seperti anemia. Hal ini juga berkaitan dengan resiko
perdarahan akibat kelemahan kontraksi otot rahim pascapersalinan.5
Hasil penelitian ini sejalan dengan literatur di atas dan juga
penelitian yang dilakukan oleh (Tristiyanti, 2006). Ibu hamil dengan
paritas tinggi mempunyai resiko 1.454 kali lebih besar untuk mengalami
anemia dibandingkan dengan paritas rendah.
4.2.4 Jumlah kunjungan ibu hamil dengan Anemia berdasarkan
kunjungan ANC
Dari hasil data diatas menunjukan bahwa ibu hamil dengan anemia
berdasarkan kunjungan ANC terbanyak ditemukan pada kunjungan
pertama sebanyak 43 dari 46 orang (93,4%) sedangkan pada kunjungan
kedua didapatkan 30 dari 35 orang (86%) dan terendah pada kunjungan
ketiga dan keempat sebanyak 26 dari 31 orang (84%).
Volume darah ibu meningkat selama trimester pertama. Pada
minggu ke dua belas volume plasma bertambah sebesar 15 persen
dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Dan kemudian volume darah
ibu bertambah sangat cepat pada trimester kedua. Kemudian peningkatan
ini jauh melambat selama trimester ketiga lalu mendatar selama beberapa
minggu terakhir kehamilan. Karena plasma bertambah cukup besar maka
konsentrasi hematokrit dan hemoglobin agak berkurang selama

34
kehamilan akibatnya kekentalan darah secara keseluruhan berkurang.
Konsentrasi hemoglobin pada aterm rerata adalah 12,5 g/dL, dan pada
sekitar 5% wanita, konsentrasinya kurang dari 11,0 g/dL. karena itu
konsentrasi hemoglobin dibawah 11,0 g/dL, terutama pada akhir
kehamilan, perlu dianggap abnormal dan biasanya disebabkan oleh
defisiensi besi dan bukan karena hipervolemia kehamilan. Pada wanita
yang mengalami jumlah input zat besi yang tidak adekuat sebelumnya
maka akan terjadi penurunan total besi selama kehamilan, yang mana
sebagai factor pencetus utama anemia pada ibu hamil pada umumnya.5
Masa kehamilan merupakan masa yang rawan kesehatan, baik
kesehatan ibu yang mengandung ataupun janin sehingga dalam masa
kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur. Hal ini dilakukan
untuk menghindari gangguan sedini mungkin dari segala sesuatu yang
membahayakan kesehatan ibu dan janin.1 Kegiatan yang ada di
pelayanan Antenatal Care (ANC) diperlukan untuk ibu hamil yang mana
petugas kesehatan akan memberikan penyuluhan tentang informasi
kehamilan seperti informasi gizi selama hamil dan ibu diberi tablet
tambah darah secara gratis serta diberikan informasi tablet tambah darah
tersebut yang dapat memperkecil terjadinya anemia selama hamil.1
Kepatuhan ibu sangat berperan dalam meningkatkan kadar Hb.
Kepatuhan tersebut meliputi ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi,
ketepatan cara mengkonsumsi dan keteraturan frekuensi mengonsumsi
tablet Fe hal ini sesuai dengan pernyataan WHO.1 Ibu hamil diajurkan
untuk mengkonsumsi paling sedikit 90 tablet besi selama masa
kehamilan. Zat besi yang berasal dari makanan belum bisa mencukupi
kebutuhan selama hamil, karena zat besi tidak hanya dibutuhkan oleh ibu
saja tetapi juga untuk janin yang ada di dalam kandungannya. Apabila
ibu hamil selama masa kehamilan patuh mengkonsumsi tablet Fe maka
resiko terkena anemia semakin kecil. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Tristiyanti (2006) yang mana didapatkan
anemia pada ibu hamil lebih banyak pada kunjungan trimester pertama
yang mana dinyatakan bahwa pada ibu hamil terjadi peningkatan volume

35
darah dan kebutuhan nutrisi, pada kehamilan trimester pertama belum
mendapatkan tablet tambah darah dan informasi mengenai nutrisi pada
ibu hamil karena belum dilakukannya kunjungan ANC. Namun hal ini
masih perlu dilakukannya penelitian yang lebih lanjut.

36
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan hasil penelitian di wilayah kerja
Puskesmas Hamadi Distrik Abepura maka dapat diambil kesimpulan bahwa ibu
hamil dengan anemia sebagian besar terdapat pada kelompok umur atau Masa
Reproduksi Tua 36-45 tahun sebanyak 17 dari 20 orang (85 %), dengan kelompok
pekerjaan IRT yaitu sebanyak 76 dari 86 orang (88%), kelompok Multi
grandeparitas yaitu sebanyak 32 dari 34 orang (94 %), dan kelompok berdasarkan
kunjungan ANC yaitu pada kunjungan pertama sebanyak 43 dari 46 orang (93,4%).

5.2 Saran
1. Diharapkan bagi para tenaga kesehatan khususnya pada bagian pelayan
Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Hamadi distrik Jayapura selatan dapat
meningkatkan mutu pelayanan Antenatal care (ANC) terutama pada ibu hamil
dengan anemia untuk menekan angka penderita di tahun berikutnya.
2. Diharapkan kepada tenaga kesehatan khususnya bagian pelayan Kesehatan Ibu
dan Anak di Puskesmas Hamadi distrik Jayapura selatan dapat melakukan
promosi kesehatan dengan menggunakan pesan sederhana dan mudah
dipahami, tentang anemia pada ibu hamil khususnya pada ibu dengan usia
reproduktif tua, grande multipara, IRT serta kunjungan ANC yang kurang.

37
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan RI, POGI, WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu
di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan.
Kementrian Kesehatan 2013.
2. Kementrian Kesehatan RI. Situasi Gizi Di Indonesia. Infodatin, Pusat Data dan
Informasi Kementrian Kesehatan RI 2016.
3. Kementerian Kesehatan RI. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun
2015-2019. 2015. Jakarta.
4. Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2015. 2015. Jakarta
5. Cunningham FG, Gant N, et al. Williams Obstetrics edisi 24. McGraw-Hill,
Medical Publishing Division, 2012
6. Dorland Newman W.A. Kamus Kedokteran Dorland. Penerbit PT EGC. 2010.
Jakarta
7. Sharma. J. B, Shankar Meenakshi. Anemia in Pregnancy. JIMSA October - December
2010 Vol. 23 No. 4
8. Tanto Chris, Liwang frans, et al.Kapita Selekta Kedokteran Essentials of
Medicine Edisi 4. Penerbit Media Aesculapius. 2014. Jakarta
9. Mochtar Rustam. Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi, Edisi 2. EGC. 1998.
Jakarta
10. Sherwood Lauralee. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem edisi 6. Penerbit
EGC. 2011. Jakarta
11. Silbernagl Stefan, Lang Florian. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi.
Penerbit EGC. 2013. Jakarta
12. Rajasri , A. Anaemia: Diagnosis And Treatment Of Anaemia Throughout
Pregnancy, Labour And Post Partum Period – Clinical Guideline : Royal
Cornwall Hospital; NHS; 2011
13. Tjokroprawiro Askandar et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga Rumah Sakit Pendidikan Dr. Soetomo
Surabaya. Airlangga University Press (AUP). 2015. Surabaya
14. Kementrian Kesehatan RI. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Kementerian
Kesehatan dan JICA (Japan International Cooperation Agency), 1997, Cetakan
2016: Jakarta

38
15. Tristiyanti. 2006. Faktor-faktor yang mempengaruhi status anemia pada ibu
hamil di kecamatan ciampea, kabupaten bogor, jawa barat [skipsi]. Bogor:
Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.

39

You might also like