You are on page 1of 15

8.

Bagaimana cara anda berpartisipasi dalam hal pengaturan kesehatan dan keselamatan
kerja bagi pihak manajemen perusahaan
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah pengawasan terhadap orang, mesin, material dan
metode yang mencakup lingkungan kerja agar pekerja idak mengalami cidera. Hal ini sesuai dengan
Undang-undang No. 14 Tahun 1969 Pasal 9 (Sedarmayati, 2010) yang menjelaskan bahwa, tiap tenaga
kerja berhak mendapatkan perlindungan atau keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moral
kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama.

Menurut Sedarmayanti (2010:208), beberapa prinsip dasar keselamatan dan kesehatan kerja
diantaranya :

Setiap karyawan berhak memperoleh jaminan atas keselamatan kerja agar terhindar dari kecelakaan

Setiap karyawan yang berada di tempat kerja harus di jamin keselamatannya

Tempat pekerjaan di jamin selalu dalam keadaan aman

Tanggung jawab utama keselamatan dan keshatan dalam organisasi biasanya menjadi tanggung jawab
pengawas dan pimpinan. Seorang pimpinan sumber daya manusia atau spesialis keselamatan dapat
membantu mengkoordinasikan program kesehatan dan eselamatan, menginvestigasi kecelakaan,
membuat materi program eselamatan, serta mengadakan pelatihan keselamatan formal. Akan tetapi,
pengawas dan pimpinan departemen memainkan peran utama dalam memperthankan kondisi kinerja
yang aman dan angkatan kerja yang sehat.

Posisi yang menjadi lebih umum di banyak perusahaan adalah petugas keselamatan/lingkungan.
Kombinasi ini mungkin masuk akal dalm situasi di mana terapat bahaya bahan kimia atau sumber polusi
lain yang mungkin berbahaya, baik untuk karyawan maupun untuk masyarakat/lingkungan. Berkenaan
dengan keamanan, pimpinan dan spesialis sumber daya manusia dapat mengkoordinasian usaha dengan
mereka yang berada di area operasional lain untuk mengembangkan batasan akses dan prosedur
identifikasi karyawan, mengontrak/mengatur layanan keamanan organisasional seperti penjaga, serta
melatih semua pimpinan dan pengawas untuk menangani situasi yang kemungkinan besar dapat
memburuk. Pmpinan dan pengawas dapat mengamati alasan kerja untuk menyebutkan masalah
keamanan yang potensial dan berkomunikasi dengan karyawan yang memperlihatkan tanda stres yang
dapat menimbulkan kekerasan di tempat kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja perlu terus dibina agar dapat meningkatkan kualitas
keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Berikut cara-cara yang dianjurkan agar pembinaan dapat
berjalan dengan baik, menurut Lester (Chaniago), diantaranya

Tanamkan dalam diri karyawan keyakinan bahwa mereka adalah pihak yang paling menentukan dalam
pencegahan kecelakaan
Tunjukkan pada karyawan bagaimana mengembangkan perilaku kerja yang aman

Berikan teknik pencegahan kecelakaan secara spesifik

Buatlah contoh yang baik

Tegakkan standar keselamatan kerja secara tegas

Pedoman Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Manajemen keselamatan yang efektif membutuhkan komitmen organisasional pada kondisi


bekerja yang aman. Tetapi yang lebih penting program keselamatan yang di rancang dan dikelola dengan
baik dapat memberi keuntungan, yaitu mengurangi kecelakaan dan biaya terkait, seperti kompensasi
karyawan dan denda.

Organisasi atau perusahaan wajib melaksanakan ketentuan, menurut Sedarmayanti (2010:208),


dalam penerapan sistem manajemen K3 sebagai berikut.

Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan menjamin omitmen terhadap penerapan
sistem manajemen K3

Merencanakan pemenuhan kebijakan tujuan dan sasaran penerapan keselamatan dan kesehatan kerja

Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif dengan mengembangkan
kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan mencapai kebijakan, tujuan, sasaran,
keselamatan dan keseatan kerja

Mengukur, memantau, dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan kerja serta melakukan
tindakan perbaikan dan pencegahan

Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan sistem manajemen K3 secara


berkesinambungan daengan tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja

Manfaat Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Tujuan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, menurut Sedarmayanti (2010:211),
adalah “Memberi perlindungan kepada karyawan”. Dengan menerapkan sistem manajemen K3,
setidaknya sebuah perusahaan telah menunjukkan itikad baiknya dalam mematuhi peraturan dan
perundang-undangan sehingga merea dapat beriperasi normal tanpa menghadapi kendala dari segi
ketenagakerjaan. Sistem manajemen K3 juga melakukan pencegahan terhadap ketidaksesuaian.

Karyawan yang terjamin keselamatan dan kesehatan kerjanya akan bekerja lebih optimal, dan ini akan
berdampak pada produk yang dihasilkan. Ini akan meningkatkan kualitas prosuk dan jasa yang dihasilkan
ketimbang sebelum dilakukan penerapan, citra organisasi terhadap kinerjana akan semakin meningkat,
dan akan meningkatkan kepercayaan pelanggan.
Pengurus harus menunjukkan kepemimpinan dan komitmen terhadap keselamatan dan keehatan
kerja dengan menyediakn sumber daya yang memadai. Pengusaha dan pengurus perusahaan harus
menunjukkan komitmen terhadap keselamatan dan kesehatan kerja, menurut Permenaker
05/MEN/1996 (Sedarmayanti, 2010), yang diwujudkan dalam:

Menempatkan organisasi keselamatan dan kesehatan kerja pada posisi yang dapat menentukan
keputusan perusahaan

Menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas dan sarana-sarana lain yang diperlukan di bidang
keselamatan dan kesehatan kerja

Menetapkan personel yang mempunyai tanggung jawan, wewenang dan kewajiban yang jelas dalam
penanganan keselamatan dan kesehatan kerja

Perencanaan keselamatan dan kesehatan kerja yang terkoordinasi

Melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja

Inti dari manajemen keselamatan adalah komitmen organisasional pada usaha keselamatan yang
komprehensif. Usaha ini harus dikoordinasi dari manajemen tingkat atas untuk memasukan anggota
organisasi dan juga harus tercermin dalam tindakan manajerial.

Ada tiga pendekatan berbeda yang digunakan oleh para pemberi kerja dalam mengatur keselamatn.
Program yang berhasil mungkin menggunakan ketiga pendekatan ini dalam menangani masalah
keselamatan.

Problema Dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Tentunya manajer kantor yang baik dapat mengetahui problema apa saja yang sering terjadi pada
keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan pada umumnya dan perkantoran pada khususnya.
Adapun problem tersebut dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu berupa gangguan pada lingkungan
kerja, gangguan mental, dan gangguan kecelakaan. (Widodo, 2015).

Gangguan pada lingkungan kerja misalnya panas, tekanan, getaran, radiasi, suara kontaminasi,
dan gangguan pada kulit.

Gangguan mental adalah kebiasaan minum minuman keras dan stres. Stres juga merupakan
masalah yang sering dijumpai pada karyawn, keadaaan ini dapat enimbulkan gangguan dan kerugian
kepada organisasi dan juga kepada kesehatan karyawan. Wdiodo (2015) berpendapat, “Stres adalah
kondisi ketegangan yang dialami oleh seorang karyawan secara terus menerus”. Tanda-tanda bahwa
seseorang mengidap stres antara lain adalah tekanan darah naik, tegang, dan gelisah, kekhawatiran yang
kronik, tidak dapat rileks, merokok, meminum obat penenang, dan minum alkohol yang berlebihan,
sudah tidur, sikap tidak bersahabat, merasa tidak berdaya, emosi yang tidak stabil, dan perut sering
mulas.
Gangguan kecelakaan yang ditimbulkan karena teknis, akibat manusia, akibat lingkungan, atau akibat
kombinasi dar teknis, manusia dan lingkungannya.

Kecelakaan Kerja

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 03/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan
Pemeriksaan Kecelakaan, “Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diehendaki dan tidak di duga
semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda”.

Sehingga Nagara (Widodo, 2015) menyimpulkan, “Kecelakaan kerja adalah suatu kecelakaan yang terjadi
pada saat seseorang melakukan pekerjaan. Juga peristiwa yang tidak direncanakan yang disebabkan oleh
suatu tindakan yang tidak berhati-hati atau suatu keadaan yang tidak aman atau kedua-duanya”.

Salah satu teori tentang penyebab kecelakaan kerja diuraikan oleh Thompkin (Widodo, 2015) yang
disebut dengan teori Domino (Domino Sequence Theory).

Sedangkan menurut Sedarmayanti (2010:210), faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja, baik
dari aspek penyakit akibat kerja maupun kecelakaan kerja, dipengaruhi beberapa faktor sebagai berikut.

Faktor fisik, meliputi penerangan, suhu udara, kelembapan, cepat rambat udara, suara, vibrasi mekanis,
radiasi, tekanan udara, dan lain-lain

Faktor kimia, berupa gas, , uap, debu, kabut, asap, awan, cairan dan benda padat

Faktor biologi, dari golongan hewan dan tumbuh-tumbuhan

Faktor bilogis, seperti kontruksi mesin, sikap, dan cara kerja

Faktor mental psikologis, susunan kerja, hubungan di antara karyawan atau dengan pengusaha,
pemeliharaan kerja, dan sebagainya

Identifikasi dan Pengendalian Risiko Kecelakaan

Perusahaan harus membuat perencanaan yang efektif guna mencapai keberhasilan penerpan
sistem manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat di ukur. Perencanaan harus memuat tujuan,
sasaran dan indikator kinerja yang diterapkan dengan mempertimbangkan identifikasi sumber bahaya,
penilaian dan pengendalian risikok sesuai dengan persyaratn perundangan yang berlaku serta hasil
pelaksanaan tinjauan awal terrhadap keselamatan dan kesehatan kerja.

Sumber bahaya yang teridentifikasi harus dinilai untuk menentukan tingkat risiko yang merupakan
tolak ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Lalu dilakukan pengendalian untuk identidikasi sumber bahaya dengan mempertimbangkan:

Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya


Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi

Aspek Manajemen Keselamatan

Sudah merupakan keharusan untuk perusahaan memiliki Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang terintegrasi. Namun dewasa ini organisasi diharapkan memiliki budaya sehat dan
selamat (safety and health culture) di mana setiap anggotanya menampilkan perilaku aman dan sehat.

Menurut Fathoni (Widodo, 2015) seluruh tenaga kerja harus mendapat pendidikan dan pelatihan
serta bimbingan dalam keselamatan dan kesehatan kerja dengan ketentuan yang di buat sebagai berikut.

Mengeluarkan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja para
pegawai.

Menerpakan program kesehatan kerja bagi para pegawai.

Menerapkan sistem pencegahan kecelakaan kerja pegawai.

Membuat prosedur kerja.

Membuat petujuk tenis tentang pelaksanaan kerja termasuk penggunaan sarana dan prasarananya.

Selain itu ada cara pencegahan terjadinya kecelakaan, menurut Su’mamur (Widodo, 2015), ada berbagai
macam cara yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut.

Membuat daftar risiko kecelakaan yang mungkin terjadi di setiap item pekerjaan dan melakukan upaya
pencegahan seperti memasang rambu-rambu hati-hati.

Melakukan penyuluhan kepada pekerja dengan cara membuat jadwal sebelumnya.

Membuat rambu-rambu kecelakaan kerja, memasang pagar pengaman pada void yang memungkinkan
adanya risiko jatuh, memasang tabung pemadam kebakaran pada area rawan ebakaran.

Menjaga ebersihan proyek dapat membuat lingkungan kerja nyaman sehingga emosi negatif yang
mungkin timbul saat bekerja dapat dikurangi karena hal tersebut dapat menyebabkan kecelakaan proyek
akibat pikiran sedang tidak fokus terhadap pekerjaan.

Menjalin kerja sama dengan pelayan kesehatan atau rumah sakit terdekat dari lokasi proyek sehingga
sewaktu-waktu terjadi ecelakaan dapat ditangani secara cepat untuk mencegah hal-hal selanjutnya yang
tidak diinginkan.

Penyediaan perangkat pengaman kecelekaan kerja dari mulai personel sampai peralatan mungkin
terlihat mahal namun biaya tersebut akan lebih murah jika tidak mengadakannya sehingga terjadi
kecelakaan shingga dapat menghentikan jalannya pekerjaan atau pengalihan aktivitas pekerjaan pada
upaya menyelematkan korban kecelakaan.

Usaha dalam Meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Terdapat beberapa upaya untuk menjamin keselamatan dan kesehatan pada tempat kerja. Dalam
rangka meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja, menurut Widodo (2015), perlu di buat suatu
program sebagai berikut.

Libatkan manajemen dan aryawan dalam menyusun program keselamatan dan kesehatan

Tentukan siapa yang bertanggung jawab dalam melaksanakan program tersebut

Tentukan kebutuhan keselamatan dan kesehatan yang dibutuhkan

Ketahui bagian mana dari fasilitas perusahaan yang membahayakan

Perbaiki bagian-bagian yang berbahaya

Latih karyawan dalam teknik keselamatan dan kesehatan

Ciptakan suatu mind-set para karyawan bahwa perusahaan harus bebas dari potensi bahaya

Secara terus menerus perbaiki dan sempurnakan program keselamatan dan kesehatan yang ada

Fungsi Badan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Peranan dan fungsi Badan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Amerika “OSHA (Occupational
Safety and Helath Administrastion), menurut Bernardin (Widodo, 2015), sebagai berikut.

Mendorong pengusaha dan karyawn untuk mengurangi bahaya di tempat kerja dan
mengimplementasikan program keselamatan dan kesehatan kerja yang baru yang lebih baik

Mendukung riset dalam masalah keselamatan dan kesehatan kerja untuk mengembangkan cara yang
inovatif dalam menangani masalah itu

Memelihara laporan dan sistem pencatatan untuk memonitor masalah yang berkaitan dengan
kecelakaan dan gangguan kesehatan di lingkungankerja

Membuat program pelatihan untuk meningkatkan jumlah dan kompetensi personel yang bekerja dalam
bidang keselamatan dan kesehatan kerja

Membuat peraturan baku yang wajib diperhatikan dan dilaksanakan dalambidang keselamatan dan
kesehatankerja

Mendukung kegiatan analisis, ealuasi, pengembangan, dan pengesahan program keselamatan dan
kesehatan kerja

KETERKAITAN ANTARA K3 DAN PRODUKTIVITAS


Karyawan yang memiliki kesejahteraan buruk akan mempengaruhi produktivitasnya. Mereka tidak
akan mempunyai motivasi dan minat, apatis dalam bekerja, serta loyalitas terhadap pekerjaan akan
berkurang.

Menurut Rachmawati (2008:176), beberapa faktor yang dapat meningkatkan produktivitas kerja sebagai
berikut.

Pengaturan jam kerja

Kemudahan menghemat waktu dan efisiensi kerja

Jam kerja normal adalah 40 jam seminggu, namun tidak semua pekerjaan memiliki jam kerja yang sama.
Perusahaan paling rida harus memikirkan pengaturan jam kerja yang tepat dan meminimalkan risiko,
terutama untuk pekerjaan yang berbahaya dan menanggung risiko, maka tenaga kerja akan merasa lebih
puas dan nyaman.

Organisasi sebaiknya mengatur sistem shift dalam kesepakatan kerja bersama berdasar peraturan
organisasi sehingga mutu dan kemampuan fisik pekerja dapat terjamin. Biasanya pengaturan jam kerja
yang efisien diikuti dengan tingkat upah yang berbeda menurut jenis pekerjaannya.

Kenyaman kerja perlu diupayakan di semua sektor mengingat jenis pekerjaan di setiap sektor masing-
masing memiliki kerawanan yang berbeda.

Keamanan dalam melakukan suatu pekerjaan ditandai adanya kesempurnaan dalam lingkungan kerja,
alat kerja, dan bahan kerja yang dikendalikan oleh sebuah sistem manajemen yang baik. Rasa keamanan
dalam bekerja menjadi hal yang sangat vital bagi peerjaan untuk memperbarui motivasi dalam
menjalankan pekerjaan.

Pola K3 pada masa lalu masih bersifat konvensional dan pasif terhadap teknologi. Jadi teknologi industri
diciptakan terlebih dahulu, baru disusul denn teknologi keselamatan dan kesehatan kerja. Dukungan K3
pada peralatan yang ada bersifat suplemen sehingga aktivitas K3 cenderung lamban dalam mengikuti
suatu teknologi baru.

Dalam keselamatan dan kesehata kerja gaya baru setiap teknologi herus merupakan paket utuh (built-in)
dengan teknologi yang dipakai dalam semua sektor.

Biaya dalam paket yang utuh antara teknologi canggih dan tenolgi K3 merupakan perpaduan dalam biaya
produksi yang menjamin peningkatan mutu barnag sebesar 0,5% untuk teknologi yang sederhana dan
1% untuk teknologi yang mahal.
Menurut Rachmawati (2008:179), syarat keselamatan dan kesehatan kerja gaya baru ditandai oleh
teknologi K3 yang teruji seperti:

Penggunaan bahan label menurut waktu

Daya kerja uatu instrumen yang terkendali

Penempatan instrumen pada tempat yang aman

Keterampilan kerja telah teruji

Menetapakan standar kerja baru

Asuransi bagi pekerja

Kebijaksanaan Terhadap Perlindungan Tenaga Kerja

Menurut Rachmawati (2008:179), kebijaksanaan terhadap perlindungan tenaga kerja sebagai berikut.

Budayakan K3 melalui pendidikan formal dengan rancangan kurikulum dengan menampilkan simulasi
program K3 yang lebih menarik dan menimbulkan etos kerja dan partisipasi

Mempersiapkan tenaga ahli K3 di semua sektor pekerjaan

Memperkenalkan konsep K3 lewat sistem built-in

Perlu ada pendelegasian wewenang tentang teknologi perlindungan K3 dan dikoordinasi departemen
tenaga kerja

Teknologi perlindungan K3 dapat menciptakan lapangan kerja baru

Membuat standariasi baru dengan tambahan omponen K3

Meningkatkan pengaawsan mutu melalui uji coba teknologi

Perlu ada tinjauan untuk selalu memperbarui konsep K3 dalam periode tertentu

Untuk mencegah gangguan kesehatan dan daya kerja, menurut Rachmawati (2010:180), ada beberapa
usaha yang dapat dilakukan agar karyawan tetap produktif dan mendapatkan jaminan perlindungan
keselamatan kerja sebagai berikut.

Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja. Periksa kesehatan calon karyawan untuk mengetahui apakah
calon pekerja tersebut serasi dengan pekerjaan yang akan diberikan,baik fisik, maupun mentalnya.

Pemeriksaan kesehatan berkala untuk evaluasi. Apakah faktor-faktor penyebab itu telah menimbulkan
gangguan-gangguan atau kelainan-kelainan kepada tubuh karyawan atau tidak.

Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kepada karyawn secara kontinu. Itu penting agar mereka
tetap waspada dalam menjalankan pekerjaannya.
Penerangan dan penjelasan sebelum bekerja, agar para karyawan mengetahui dan menaati peraturan-
peraturan dan lebih berhati-hati.

Pakaian pelindung, misalnya masker, kacamata, sarung tangan, sepatu, topi pakaian kerja, dan
sebagainya.

Isolasi, yaitu mengisolasi operasi atau proses produksi dalam memperoleh yang membahayakan
karyawan, misalnya mengisolasi mesin yang sangat berisik agar tida menjadi mengganggu kinerja pekerja
lain.

Venasi setempat, ialah alat untuk menghisap udara di suatu tempat kerja tertentu, agar bahan-bahan
dari suatu tempat di hisap dan di alirkan keluar.

Substitusi, yaitu mengganti bahan yang lebih bahaya dengan bahan yang kurang bahaya atau tidak
berbahaya sama sekali.

Ventilasi umum, yaitu mengalirkan udara sebanyak menurut perhitungan ke dalam ruang kerja.hal
tersebut bertujuan agar kadar dari bahan-bahan yang berbahaya oleh pemasukan udara ini bisa lebih
rendah hingga mencapai nilai ambang batas.

9. bagaimana menerapkan praktek kesehatan dan keselamatan kerja dalam kehidupan sehari-
hari

cara menerapkan K3 dalam kehidupan kita sehari-hari

1. Good House Keeping

Kita bisa menata peralatan-peralatan tulis kita, barang-barang kita secara lebih efektif. Well-located.
Terencana. Meletakkan barang-barang yang sangat cepat diperlukan di dekat kita (seperti gunting,
pulpen, modem, charger, HP, dll) sehingga bisa diraih dengan mudah. selanjutnya baru meletakkan
peralatan-peralatan yang kurang diperlukan agak jauh tidak apa-apa (misalnya penggaris, topi, setrika).
Jangan sampai ada kabel-kabel yang berseliweran di lantai, terkesan berantakan bahkan sewaktu-waku
bisa membuat orang tersandung. jatuh. dari situ kita bisa mengatur tata letak barang-barang kita
dengan efektif, kelihatanya sepele tapi jika sudah diterapkan kita akan merasakan sekali manfaatnya.
Setelah barang-barang kita pakai, harap segerea dikembalikan ke tempat semula.

2. Resik, Ringkas, Rapi (3R)

Hendaknya kamar, rumah, halaman rumah, ruangan kelas selalu dibersihkan secara berkala. Akan enak
dipandang kalau ruangan kita resik terlebih dahulu (disapu, dipel), ringkas dan tidak berantakan
(simpanlah barang-barang yang tidak diperlukan di gudang), apalagi ditambah dengan kerapi. 3R for life,
for comfortable life.

3. Pengaturan Jadwal dan agenda.


Aturlah kegiatanmu dengan baik, apalagi yang sibuk berorganisasi atau yang lainya, harus pandai-pandai
membagi waktu tuh. Konsep ini sama dengan Hazard Identification & Risk Assessment (HIRA) di
perusahaan. Hendaknya kegiatan itu dilist terlebih dahulu, membuat to-do-list pada secarik kertas. Nilai-
lah level penting dan mendesaknya. Kegiatan yang akan kita lakukan pertama kali harusnya kegiatan yang
penting dan mendesak, kemudian baru kegiatan yang penting tapi tidak mendesak, kemudian kegiatan
yang tidak penting tapi mendesak, yang terakhir kegiatan yang tidak penting dan tidak mendesak.
Sebagai contoh Misalnya kegiatan penting dan mendesak itu Ujian & Sholat Jum’at,sedangkan kegiatan
penting tapi tidak mendesak itu seperti kuliah, tidak penting tapi mendesak itu contohnya kegiatan
kemah atau makrab, dan yang terakhir tidak penting tidak mendesak sebagai contoh adalah bermain
facebook, twitter, main game online, dll.

4. Memasang Kotak P3K di rumah

Sangatlah penting merencanakan dan memasang kotak P3K yang berisi perlengkapan obat-obatan di
rumah kita, selain bermanfaat apabila ada kegiatan emergency, kita juga akan terlihat peduli dengan
kesehatan keluarga kita.

Dalam aktivitas sehari-hari, banyak hal yang tidak pernah diduga terjadi dengan tiba-tiba terkait dengan
kesehatan tubuh kita. Kita memang tidak pernah berharap kejadian-kejadian tidak menyenangkan,
namun ada baiknya jika selalu siap dan waspada terhadap hal tersebut dengan mempersiapkan alat dan
bahan pertolongan pertama yang umumnya kita sebut Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK atau
P3K).

5. Mengatur iklim ruangan.

Aturlah pencahayaan ruangan yang berasal dari lampu sesuai dengan kapasitas mata kita. Perhatikan
apakah ruanganmu harus dikasih lampu dengan daya 18 watt atau berapakah, sesuaikan dengan
kenyamanan kita. Penerangan ruangan yang terlalu redup akan menyebabkan mata kita cepat lelah
bukan?. Tidak nyaman. Kemudian membahas tentang suhu ruangan, jika ruanganmu terlalu panas, bisa
ditambahkan dengan kipas angin ataupun air conditioner (AC) jika budgetnya memungkinkan. Sehingga
terciptalah ruangan yang nyaman, kita tidak cepat lelah.

6. Alat Pelindung Diri (APD)

Memakai helm saat hendak keluar mengunakan kendaraan akan menjaga kita dari dampak buruk jika
terjadi kecelakaan. Tidak peduli walau jauh ataupun dekat, tetaplah selalu menggunakan helm. Ada
banyak manfaat jika kita menggunakanya, antara lain terhindar dari polisi yang berkeliaran menyetop
untuk menilang (bukti pelanggaran), melindungi kita dari panas terik matahari, melindung kepala dari
benturan, jika helmnya bagus malah bisa buat gaya juga lho. Misalnya helmnya bermotif modern atau
kita bisa menempelinya dengan stiker-stiker yang keren sesuai dengan keinginan kita sehingga helm yang
kita punya terlihat lebih menarik.

APD itu bukan cuma helm aja ya teman-teman, contohnya masker, kita bisa menggunakan masker saat
bersih-bersih rumah (supaya terhindar dari bahaya debu dan virus dari sampah yang dapat masuk ke
pernafasan kita). Saya dulu pernah bersih-bersih rumah dan gudang (rumah ku pas kotor sekali, ampun
deh kotornya). Waktu itu hari-hari sebelum lebaran.setelah bersih-bersih aku mengalami batuk-batuk
non-stop selama 3 minggu (periksa ke dokter 2 x). Makanya pake masker karo pas bersih2 rumah.

7. Keseimbangan Gizi

Pastinya nggak pengin kan tubuh tepar & sakit karena banyak aktivitas tetapi kalori dan gizi yang kalian
konsumsi dinilai kurang. Maka dari itu aturlah pola makan kita sehari-hari. Yang dimaksud dengan
keseimbangan kalori disini adalah adanya kesesuaian antara jenis aktivitas kita sehari-hari dengan
standar kalori yang harus ada dalam tubuh (antara lain Karbohidrat, Protein, zat besi, vitamin-vitamin,
dan mineral). Sebenarnya ada rumus untuk menghitung jumlah kalori ideal per individu, yang dihitung
berdasarkan tinggi badan, berat badan, jenis aktivitas, dan umur.

8. Olahraga, Musik, dan Rekreasi

Jangan sampai ya ente terlalu stress akibat dari pekerjaan atau tugas-tugas yang banyak dari sekolah.
Ayo bergerak, Olahraga! Sekedar jogging/lari-lari kecil di sore hari setelah beraktivitas akan
meningkatkan kesegaran dan semangat kita (bukanya malah menambah lelah loh, tetapi malah
menambah kesegaran!). Jogging membuat kita sehat dan segar, sehingga bisa menghadapi hari esok
dengan lebih fresh.

Selain Olahraga setelah beraktivitas, ada juga cara lain yang tak kalah mengasyikan. “Music Everywhere”.
Ya. Musik itu mengasyikan. dengan mendengarkan musik kita bisa merasa lebih rileks (terutama musik-
musik yang kita sukai). Karena berdasarkan penelitian, mendengarkan musik yang berirama sedang dan
musik-musik instrumen akan meningkatkan aktivitas gelombang alpha otak, menyeimbangkan
gelombang otak, mengatur pernafasan, dan membuat suasana hati lebih tenang.

Rekreasi juga bagus untuk mengisi hari-hari libur kita. Pilihan bagus jika kita pergi piknik, memilih objek
yang kita sukai, bersama teman-teman tercinta. Merasakan indahnya panorama alam, merasakan
kesejukanya. Kaya’ lagunya shaggy dog yang berbunyi, “Jalan-jalan di akhir pekan, lihat ke kiri dan ke
kanan. Pohon-pohon dan burung-burung semua menyambut riang. Pergi jauh ke luar kota, lewati desa-
desa, pikiran segar hati jadi riang, duhai asyiknya".
10. Bagaimana prosedur pertolongan pertama secara darurat ketika terjadi kecelakaan di
tempat kerja

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) adalah pertolongan dan perawatan sementara yang
dilakukan kepada korban kecelakaan di tempat kerja menggunakan peralatan sederhana sebelum korban
mendapatkan pertolongan yang sempurna. Meski hanya menggunakan peralatan sederhana, P3K bisa
menjadi salah satu solusi untuk memberi pertolongan secara cepat dan tepat.

Meski pertolongan pertama bukanlah penanganan yang sempurna, tapi dengan adanya P3K di tempat
kerja akan memiliki banyak manfaat dalam mencegah keparahan cidera, mengurangi penderitaan dan
bahkan menyelamatkan nyawa korban. Jika tindakan P3K tidak dilakukan saat terjadi kecelakaan di
tempat kerja, akibatnya dapat memperburuk keadaan korban bahkan menimbulkan kematian.

Kecelakaan dalam pekerjaan memang bukan sesuatu yang diinginkan oleh siapapun, termasuk pekerja.
Meski demikian, perusahaan wajib menyediakan berbagai sarana prasarana untuk mengantisipasi
terjadinya kecelakaan di tempat kerja.

Bagi perusahaan yang peduli dengan keselamatan dan kesehatan pekerjanya, menyediakan fasilitas dan
petugas P3K merupakan kewajiban yang pasti ada. Dengan adanya fasilitas dan petugas P3K maka
perusahaan dapat mengurangi berbagai konsekuensi yang ditimbulkan akibat kecelakaan kerja. (Baca
juga : Keselamatan Kerja Itu Penting. Pengusaha Harus Tahu!)

Fasilitas Pertolongan Pertama Pada Kecelekaan di Tempat Kerja :

1. Ruang P3K

Ruang P3K merupakan ruangan yang disediakan dan dirancang khusus oleh perusahaan untuk
penanganan pertama tenaga kerja yang mengalami kecelakaan maupun tempat merawat pekerja yang
sedang sakit saat bekerja.

Perusahaan yang mempekerjakan 100 orang atau lebih dan perusahaan yang mempekerjakan kurang
dari 100 orang namun memiliki potensi bahaya tinggi WAJIB memiliki ruang P3K.

Lokasi yang ideal untuk ruang P3K adalah ruangan yang dekat dengan toilet/kamar mandi, dekat jalan
keluar, mudah dijangkau dari area kerja, dan dekat dengan tempat parkir kendaraan.

Syarat utama ruang P3K adalah bersih/steril dan memiliki luas yang cukup untuk menampung tempat
tidur, lemari/kotak obat P3K, timbangan badan, tempat menyimpan tandu dan kursi roda, tempat
sampah, air minum, penyejuk ruangan, meja dan kursi. Selain itu, ruang P3K yang baik juga terdapat
petugas kesehatan yang telah terlatih P3K.

2. Lemari atau Kotak P3K dan isinya


Lemari atau kotak P3K adalah tempat yang digunakan untuk menyimpan berbagai peralatan dan obat
pertolongan pertama pada kecelakaan. Selain dipasang di ruang P3K, kotak ini biasanya juga dipasang di
beberapa tempat yang mudah dilihat dan dijangkau oleh pekerja.

Kotak P3K yang baik harus kuat dan mudah diangkat/dipindah. Biasanya kotak ini terbuat dari bahan
kayu atau logam, berwarna putih, diberi lambang palang merah dan tulisan “P3K” atau “First Aid”
dibagian kaca pintu kotak K3 sebagai penanda.

Kotak P3K memiliki ukuran yang beragam, penggunaannyapun juga tergantung kebutuhan. Semakin
besar jumlah tenaga kerja yang ada di perusahaan maka akan semakin besar pula kotak obat yang
dibutuhkan. Bahkan bagi perusahaan dengan karyawan yang banyak, kotak P3K bisa dibuat lebih banyak
dan ditempatkan di berbagai tempat yang rawan terjadi kecelakaan.

Beberapa isi perlengkapan di kotak K3 terdiri dari : Kasa steril terbungkus, Perban, Plester, Kapas, Kain
mittela, Gunting, Peniti, Sarung tangan, Masker, Pinset, Lampu senter, Gelas untuk cuci mata, Kantong
plastik, Aquades, Povidon Iodin, Alkohol 70%, Buku panduan P3K, Buku catatan, Tensimeter, Stetoskop,
Daftar isi kotak, dan obat-obatan.

3. Alat Evakuasi dan Transportasi

Alat Evakuasi adalah peralatan yang digunakan untuk memindahkan korban kecelakaan kerja dari lokasi
kecelakaan ke tempat lain yang lebih aman dengan cara-cara yang sederhana.

Dalam melakukan evakuasi, penolong bisa menggunakan alat transportasi seadanya, dan saat korban
dievakuasi maka penolong juga wajib melakukan perawatan darurat selama perjalanan.

Beberap alat evakuasi dan transportasi yang bisa digunakan pertolongan pertama adalah tandu, alat
bantu pernafasan, kursi roda, dan jika memungkinkan bisa menggunakan mobil ambulan atau kendaraan
lain yang dapat digunakan untuk mengangkut korban.

4. Petugas P3K

Petugas P3K yang mimiliki pengetahuan dan keterampilan penanganan korban kecelakaan kerja sangat
dibutuhkan di perusahaan. Petugas yang cekatan dan mampu mengatasi berbagai situasi kecelakaan
kerja, akan dapat mengurangi resiko akibat kecelakaan.

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor : Per.15/Men/VIII/2008 Tentang
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Kerja; Idealnya rasio jumlah petugas P3K untuk perusahaan yang
memiliki resiko rendah terhadap kecelakaan, setidaknya memiliki satu petugas P3K untuk menangani 150
tenaga kerja. Sedangkan untuk perusahaan yang memiliki resiko kecelakaan kerja yang tinggi, setidaknya
memiliki satu petugas untuk setiap 100 orang atau kurang.

Petugas P3K di tempat kerja mempunyai tugas :


Melaksanakan tindakan P3K di tempat kerja;

Merawat fasilitas P3K di tempat kerja

Mencatat setiap kegiatan P3K dalam buku kegiatan; dan

Melaporkan kegiatan P3K kepada pengurus.

5. Fasilitas Tambahan

Selain berbagai fasilitas P3K yang telah disebutkan diatas, perusahaan tertentu juga membutuhkan
berbagai fasilitas tambahan untuk menjamin kegiatan P3K dapat berjalan dengan baik. Fasilitas
tambahan tersebut bisa berupa alat pelindung diri atau peralatan khusus yang digunakan di tempat kerja
yang menangani potensi bahaya yang membutuhkan penanganan khusus. (Baca juga : Alat Pelindung Diri
dan Perlengkapan Kerja)

Alat pelindung diri ini khusus disediakan untuk perlindungan petugas K3 maupun korban kecelakaan. Hal
ini disesuaikan dengan potensi bahaya di tempat kerja, misalnya alat pencuci mata, seragam anti api, alat
pembasahan tubuh cepat, dan lain sebagainya.

Prinsip Dasar Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

Memberikan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

Saat terjadi kecelakaan kerja, petugas P3K wajib segera menolong korban. Demi kebaikan bersama,
petugas P3K harus perhatikan prinsip dasar dalam memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan,
yaitu :

1. Pastikan Anda bukan menjadi korban berikutnya. Saat terjadi kecelakaan kerja biasanya timbul situasi
panik. Sebagai petugas P3K usahakan tetap tenang dan lihatlah situasi dengan cermat sehingga Anda
tidak menjadi korban kecelakaan berikutnya. Pastikan diri Anda dalam posisi aman untuk bisa menolong
orang lain.

2. Pakailah metode pertolongan yang cepat, mudah dan efesien. Untuk menangani pertolongan pertama
pada kecelakaan, lakukan sesegera mungkin dengan berbagai peralatan dan sumber daya yang ada.

3. Catat semua usaha pertolongan yang telah dilakukan. Pencatatan ini berfungsi untuk memberikan
data secara falid kepada pihak lain (misalanya rumah sakit/rujukan) tentang identitas korban, kronologi
kejadian, dan gejala penyakit yang diderita.

Sistematika Pertolongan Pertama pada korban kecelakaan


Menolong orang yang sedang mengalami kecelakaan memang membutuhkan mental kuat dan
keterampilan P3K yang cukup. Beberpa tips untuk memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan
kerja :

1. Jangan Panik. Meski situasi dan kondisi saat terjadi kecelakaan crowded, usahakan tetap tenang dan
segera mengambil tindakan secara tepat dan cepat.

2. Jauhkan korban dari kecelakaan berikutnya. Menjauhkan korban kecelakaan dari tempat semula
berfungsi untuk menghindari kecelakaan susulan yang mungkin bisa saja terjadi. Selain itu, dengan
menghindar dari lokasi terjadinya kecelakaan, petugas P3K akan dapat lebih fokus mengurus korban.

3. Perhatikan pernafasan,denyut jantung, pendarahan dan tanda-tanda shock. Jika korban kecelakaan
mengalami kendala dalam pernafasan, pendarahan, dan terjadi tenda-tanda shock maka segera beri
pertolongan pertama sesuai dengan SOP.

4. Jangan memindahkan korban secara terburu-buru. Jangan pindahkan korban sebelum diketahui secara
pasti jenis dan keparahan cidera yang dialami, kecuali bila tempat tersebut tidak memungkinkan lagi
untuk melalukan perawatan. Apabila korban hendak diusung, hentikan pendarahan dan pastikan tulang
yang patah sudah dibidai.

5. Segera rujuk ke pusat pengobatan terdekat. Pertolongan pertama pada prinsipnya adalah pertolongan
sementara. Apabila korban mengalami luka parah, jangan segan untuk merujuk ke pusat pengobatan
terdekat, bisa ke puskesmas, dokter spesialis maupun rumah sakit.

You might also like