Professional Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN
“Apabila salah seorang kalian makan suatu makanan, maka hendaklah dia
mengucapkan “Bismillah” (Dengan nama Allah), dan bila dia lupa diawalnya
1 Aliah B. Purwakania Hasan, pengantar psikologi kesehatan islami, (jakarta: Rajawali Pers, 2008), hlm. 178
2 Teungku Muhammad Hasbi Ash-shiddieqy,mutiara hadist 6, (semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2003), cet. 1, hlm. 204
1
hendaklah dia mengucapkan “Bismillah fii awwalihi wa akhirihi” (Dengan nama
Allah di awal dan diakhirnya).”
Artinya:
“ Di riwayatkan dari Abu Umamah r.a. setiap selesai makan Nabi SAW. Berdo’a
“segala puji dan syukur bagi Allah: pujian yang banyak, baik dan penuh berkah.
Wahai Tuhan kami! Kami tidak dapat membalas kemurahan-Mu, tidak pula
meninggalkannya, tidak pula membuangnya.”4
طانَ يَأ ْ ُك ُل ِب ِش َما ِل ِه َ إِذَا أ َ َك َل أ َ َحد ُ ُك ْم فَ ْليَأ ْ ُك ْل ِبيَ ِم ْينِ ِه َوإِذَا ش َِر
َّ ب فَ ْليَ ْش َربْ ِب َي ِم ْينِ ِه فَإ ِ َّن ال
َ ش ْي
ُ َويَ ْش َر
ب بِ ِش َما ِله
3 Muhammad Abduh Rouf Al-Manawi, Faidul Qadir (Bairut: Darul Qutub Al-Ilmiah), jilid I, hlm. 380-381
4 Imam Az-zabidi, Ringkasan shahih Al-Bukhari, (Bandung: Mizan, 2001), cet. 5, hlm. 814
2
Artinya:
“Apabila salah seorang dari kalian makan, maka hendaklah makan dengan
tangan kanan dan apabila dia minum, minumlah dengan tangan kanan. Karena
setan apabila dia makan, makan dengan tangan kiri dan apabila minum, minum
dengan tangan kiri.”5
Makan dan minum dengan tangan kanan adalah wajib, dan bila seseorang makan
dan minum dengan tangan kiri maka berdosa karena dia telah menyelisihi perintah
Allah SWT dan Rasul-Nya serta merupakan bentuk perbuatan tasyabbuh (meniru)
perilaku setan dan orang-orang kafir.
Nabi menyuruh Umar supaya makan menggunakan tangan kanannya. Hal ini
adalah karena setan menurut riwayat, makan dengan tangan kiri. Dan karena
tangan kanan, biasanya lebih mulia dan lebih kuat dari pada tangan kiri, begitu
juga diwaktu minum.6
Islam memberikan keringanan bagi orang yang mempunyai kekurangan seperti
halnya orang kidal. Apabila orang tersebut masih kuat menggunakan tangan
kanan, maka tetap dianjurkan menggunakan tangan kanan karena termasuk
sunnah Rosul. Walaupun sudah terbiasa bagi mereka menggunakan tangan kiri,
tetapi mereka harus berusaha dan membiasakan menggunakan tangan kanannya.
Seperti yang terkandung dalam surat Al-Insyirah ayat 6 yang
artinya:“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
3. Makan Dan Minum Secukupnya Saja, Tidak Berlebih-Lebihan.
Rasulullah saw. Bersabda yang artinya :
“Makanlah, minumlah, bersedekahlah, dan berpakaianlah kalian semua dengan
tidak berrlebih-lebihan dan menimbulkan kesombongan”7
Di dalam Al-Qur’an menyatakan larangan makan dan minum secara berlebih-
lebihan. Manusia cukup mengonsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan
gizi yang dibutuhkannya.
Kita dianjurkan untuk tidak makan secara berlebih-lebihan, tetapi makanlah sesuai
anjuran Rasulullah saw yakni 1/3 untuk makanan, 1/3 untuk minuman dan 1/3
3
untuk udara. Dan hendaklah makan sebelum lapar dan berhentilah sebelum
kenyang.
Firman Allah pada surat al- A’raf ayat: 31 yang artinya : “Hai anak Adam,
pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan
minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan”8
4. Memulai Makan Dari Pinggir Piring bukan yang berada di tengahnya.
Riwayat dari Ibnu Abbas ra. Bahwa Nabi SAW bersabda Berkah itu turun di
tengah-tengah makanan, oleh karena itu makanlah dari pinggir jangan memulai
makan dari tengahnya. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Selain itu makan dari pinggir juga memudahkan kita, karena makanan yang
berada di pinggir lebih cepat dingin dari pada makanan yang berada ditengah, jadi
kita tidak perlu meniupnya.
Dalam ilmu kesehatan kita tidak boleh meniup makanan, karena udara yang
keluar dari mulut kita banyak mengandung kuman.
4
Riwayat dari Wahsyi bin Harb ra. Bahwa para sahabat berkata: Wahai
Rosulullah kami sudah makan tapi tidak merasa kenyang?
Beliau menjawab: Boleh jadi kalian makan dengan sendiri-sendiri ?.
Mereka berkata: Benar.
Beliau bersabda: makanlah bersama-sama dan sebutlah nama ALLAH, niscaya
akan di berkahi kalian. (HR. Abu Dawud).
Riwayat dari Abu Hurairah ra. Ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Makanan
dua orang bisa mencukupi tiga orang, dan makanan untuk tiga orang bisa
mencukupi tiga orang. (HR. Bukhori dan Muslim).
Dari dua hadis diatas menunjukan bahwa makan bersama-sama lebih bermanfaat
dan lebih irit. Jadi kalau kita bisa, kita usahakan untuk makan secara
berjama’ah/bersama-sama. Kalau orang jawa bilang “mangan bathu luwih seger”.
5
Etika makan dan minum tidak lepas dari kajian para ulama yang semuanya
bersumber dari Rasulullah saw, yang diantara lain adalah larangan meniup
makanan dan minuman. Dari redaksi di atas, dipahami bahwa Nabi melarang
meniup makanan dan minuman. Konteks larangan meniup dimaksudkan pada saat
makanan dan minuman tersebut dalam keadaan panas.
Kemungkinan-kemungkinan dilarangnya meniup tersebut, adalah supaya kita
diajarkan untuk tidak terburu-buru dalam melaksanakan makan dan minum. Yang
sebaliknya untuk dianjurkan menunggu sampai makanan dan minuman tersebut
dingin, hangat dan nyaman untuk dikunyah. Sebuah hadits dari Ibnu Abbas,
“Sesungguhnya Nabi saw melarang untuk mengambil nafas dan meniup makanan
dan minuman”. (HR. Tirmidzi dan Abu Daud).9
َ سلَّ َم
ع ِن َ ُصلَّى هللاا
َ علَ ْي ِه َو َ ِس ْو ُل هللاا ُ نَ َهى َر: ع ْنهُ قَا َل
َ ُي هللااَ ض ِ ع ْن أ َ ِبى ُه َري َْرة َ َرَ
رواه,)ِشبَهُ فِى دَ ِاره َ
َ ارهُ أ ْن يَ ْغ ِرزَ َخ َ
َ اء َو أ ْن َي ْمنَ َع َج َ ْ
ِ َش ْرب فِى فَ ِمال ِق َرابَ ِة أ ِو ال ِسق ُّ ال
.البخاري
Artinya: “Dari Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah saw melarang minum dari
mulut bejana atau mulut qirbah (poci) dan mencegah tetangganya menyandarkan
kayu pada rumahnya.” (HR. Bukhori).10
Dari hadits di atas dapat dijelaskan bahwa, Dilarang minum langsung dari mulut
kantung air dan syariat menyebutkan beberapa sebab:
1. Khawatir akan merubah bau air dan tempatnya sehingga timbul rasa jijik yang
akhirnya air tersebut dibuang. Hal ini sebagaimana yang diisyaratkan dalam
hadits ‘Aisyah yang berbunyi: “Karena dapat membuatnya bau.”
2. Dikhawatirkan ada hewan yang masuk ke dalam tempat minum tersebut, seperti
ular sebagaimana yang ditunjukan dalam hadits Abu Hurairah dengan sanad
yang marfu’: “Dilarang minum langsung dari mulut kantung air.” Ayyub
berkata: “Diceritakan kepada kami bahwa seseorang minum langsung dari
kantung air lantas keluar seekor ular dari kantung tersebut.”
9 Imam Nawawi, Riyadhus Shalihin (Jakarta: Pustaka Amani, 1999), cet 4, hlm. 69
10 Ibid, hlm. 694
6
3. Orang yang minum dengan cara seperti ini menjadikan air yang keluar dari mulut
kantung air itu terlalu banyak sehingga tercurah melebihi kebutuhannya dan
membuatnya tersedak. Ibnu Hajar Berkata : “Aku tidak pernah melihat adanya
hadits-hadits yang bersanad marfu’ menunjukkan bolehnya (minum langsung dari
mulut kantung air) kecuali dari perbuatan Nabi sementara hadits yang melarang
semuanya berasal dari ucapan Beliau yang tentunya lebih kuat jika kita lihat dari
sebab dilarangnya perbuatan tersebut. Semua yang telah disebutkan oleh para
ulama tentang sebab, tentunya Rasulullah terpelihara dari hal itu, karena ia
seorang yang maksum, berakhlak mulia dan lebih berhati-hati ketika Beliau
menuangkan air dan sifat lain yang tidak dimiliki oleh orang lain.11
Artinya : “Dari Anas ra, dari Nabi saw. “Beliau melarang seseorang minum
dengan berdiri.” Qatadah bertanya kepada anas : “Bagaimana kalau makan?”
Anas menjawab : “itu lebih jelek dan lebih buruk, makan dengan berdiri.”
Hadits diatas tentang larangan mengenai minum sambil berdiri. Anas bin Malik
ditanya tentang bagaimana kalau makan sambil berdiri, maka beliau mengatakan,
“itu lebih jelek dan lebih kotor.” Maksudnya jika Nabi melarang minum sambil
berdiri maka lebih-lebih lagi makan sambil berdiri.
Tetapi ada juga Ulama yang berpendapat bahwa minum sambil berdiri itu
diperbolehkan meskipun yang lebih baik adalah minum sambil duduk. Pendapat
Imam Nawawi, beliau mengatakan, yang lebih utama saat makan dan minum
adalah sambil duduk karena hal ini merupakan kebiasaan Nabi saw, beliau tidak
makan sambil berdiri demikian juga tidak minum sambil berdiri. 12
Di kota-kota besar undangan pesta sering kali dilakukan dengan fasilitas dan
hiburan yang serba mewah. Ketersediaan fasilitas tersebut menyebabkan
11 Departemen Agama R.I, Al-Quran Tajwid dan Terjemahannya, (Jakarta: Magfirah Pustaka, 2006), hlm. 123
12 Imam Nawai, op. Cit, hlm. 700-701
7
seseorang untuk meninggalkan etika makan dan minum dalam ajaran Islam.
Perbuatan tersebut tidak harus kita kerjakan, karena kita harus melakukan segala
sesuatu sesuai dengan syari’at Islam.
5. Dilarang makan dan Minum dengan bejana (wadah) dari emas dan Perak.
Dari Abu Hudzaifah ra. Ia berkata: Bersabda Nabi SAW: “Janganlah kalian
minum dengan wadah-wadah dari emas dan perak dan janganlah kalian makan
dengan ke dua wadah tersebut. Sesungguhnya wadah emas dan perak buat orang
kafir di dunia dan untuk orang muslim di akhirat” (Muttafaqun ‘alaih).
Larangan ini di tunjukan baik untuk laki-laki maupun perempuan. Hadis ini juga
menunjukan bahwa wadah-wadah perak itu haram bagi muslim maupun kafir tapi
kenapa di tuliskan “buat mereka orang kafir didunia” ini hanya menunjukan
bahwa orang-orang kafir terdahulu makan dan minum menggunakan wadah emas
dan perak.
Dalam hadis lain di sebutkan:
Dari Ummu Salamah ra. Bahwa Rosulullah SAW bersabda: “Orang yang makan
dan minum dari wadah emas dan perak samalah halnya dengan mengucurkan ke
dalam perutnya Api Neraka” (HR. Bukhori dan Muslim)
Na’uzubillah min syari dzalik……..semoga kita tidak ternasuk ke dalamnya.
Nabi melarang manusia makan dan minum dengan emas atau perak karena hal ini
akan menimbulkan sifat sombong.
8
6. Larangan makan buah kurma atau buah yang sejenis dua butir sekali makan.
Riwayat dari Jabalah bin Suhaim ia berkata: “Kami bersama Ibnu Zubair
mengalami susah pangan. Kemudian kami dikarunia rezeki sejumlah kurma. Tiba-
tiba Abdullah bin Umar ra. lewat di hadapan kami yang mana kami sedang
makan. Lalu ia berkata: “Janganlah kalian makan dua butir sekali makan”
Abdullah bin Umar ra. Melanjutkan: “kecuali orang itu telah meninta izin pada
saudaranya”. (HR. Bukhori dan Muslim).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa kita hidup di dunia ini semata-
mata hanya untuk beribadah kepada Allah swt. Dan segala sesuatu di muka bumi
ini diatur oleh Al-qur’an dan Al-hadits. Maka dari itu apa yang telah
diperintahkan kepada kita hendaklah kita melakukannya dan apa-apa saja yang
9
dilarang maka jauhilah. Hal-hal tersebut dengan tujuan agar kita terhindar dari
kesesatan. Penjelasan dari hadits-hadits di atas sangatlah jelas dan dengan
penjelasan tersebut kita dapat mengetahui apa yang bisa kita lakukan dan apa
yang bisa kita tinggalkan.
Diantara etika lain yang perlu kita contohi dari Rasulullah adalah : berdo’a
sebelum dan sesudah makan dan minum, menggunakan tangan kanan pada saat
makan dan minum, tidak boleh berlebih-lebihan dalam makan dan minum hanya
secukupnya saja. Dan etika yang harus ditinggalkan yaitu meniup makanan dan
minuman, makan dan minum dari mulut bejana, dan makan dan minum sambil
berdiri.
Demikianlah makalah yang dapat kami buat, sebagai manusia biasa kami
menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Daftar Pustaka
Al-nawawi Muhammad Abduh Rouf. Jilid I. Faidul Qadir, Bairut: Darul Qutub
Al-Ilmiah
10
Al-nawawi Muhammad Abduh Rouf. Jilid V. Faidul Qadir, Bairut: Darul Qutub
Al-Ilmiah
11