You are on page 1of 4

Buletin As-Sunnah, Dzulhijjah 1439 H/2018 M

Fiqh Praktis Mandi Wajib


Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata :

‫لص ََلةِ ُثَُّ ُُيَلِ ُل‬


َّ ِ‫ضوءَ ُه ل‬ َّ ‫اْلَنَابَِة َغ َس َل يَ َديْهِ ُثَُّ تَ َو‬
ُ ‫ضأَ ُو‬ ْ ‫اَّللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم إ َذا ا ْغتَ َس َل ِم ْن‬
َّ ‫صلَّى‬ ‫َكا َن النِ ي‬
َ ‫َّب‬
ِ‫ث مَّرات ُثَُّ َغسل سائِر جس ِده‬ ِ ِ
ََ َ َ ََ َ َ ‫اض َعلَْيه الْ َماءَ ثَََل‬ َ َ‫ َح ََّّت إ َذا ظَ َّن أَنَّهُ قَ ْد أ َْرَوى بَ َشَرتَهُ أَف‬،‫بِيَ َديْه َش ْعَرُه‬
" Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam jika Beliau mandi dari janabah, Beliau mencuci kedua
tangannya kemudian Beliau ber-wudhu' sebagaimana wudhu' untuk shalat, kemudian
Beliau menyela-nyela rambutnya dengan tangannya, hingga bila Beliau telah yakin bahwa
telah membasahi dasar kulit kepalanya, lalu Beliau mengguyurkan air ke atasnya tiga kali,
kemudian Beliau membasuh seluruh badannya" (HR. Al Bukhary & Muslim)

Pertama : Makna Global Hadits.


'Aisyah radhiyallahu 'anha mensifatkan bagaimana tata cara mandi wajib dengan cara
yang sempurna dari mencuci tangan, lalu berwudhu, menyela-nyela kulit kepala sampai ke
kulit kepala, kemudian menyiramkan air di atasnya 3x, lalu mencuci seluruh badan. Dalam
riwayat lain dengan kaifiyat yang sedikit berbeda, Bahwa Rasulullah shalallahu ‘alahi wa
sallam ketika mandi dari janabah, Beliau memulai mencuci kedua tangannya, kemudian
beliau menuangkan air dengan tangan kanannya ke tangan kirinya, lalu beliau mencuci
kemaluannya, kemudian beliau berwudhu, lalu mengambil air, memasukkan jari jemari
beliau pada kulit kepala, kemudian beliau menuangkan di atas kepalanya tiga tuangan,
kemudian beliau mengguyurkan (air) pada seluruh badannya, kemudian beliau mencuci
kedua kakinya “ (HR. Muttafaq alaihi) dengan lafadz imam Muslim.

Kedua : Definisi Mandi Wajib


Mandi wajib adalah penggunaan air yang suci pada seluruh badan di atas sifat yang
khusus. Dalil wajibnya diterangkan di dalam Al Qur’an & Hadits, di antaranya Allah Ta’ala
berfirman, “ Jika kalian junub, maka bersucilah “ [Al Maidah : 6]. Dan juga Allah Ta’ala
berfirman, “… dan tidak pula orang yang junub kecuali orang yang sekedar berlalu saja,
sampai kalian mandi “ [An Nisa : 43]. Dan di dalam hadits Abu Sa’id Al Khudry
radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam bersabda : “ Air itu dari air “
(HR. Muslim).

Ketiga : Sebab-Sebab yang Mewajibkan Mandi.


1. Mengalami Janabah dengan mengeluarkan mani, sebagaimana disebut oleh Aisyah
radhiyallahu ‘anhu pada hadits di atas. Akan tetapi lafadz “ Janabah “ ini punya
1
beberapa kemungkinan, apakah mungkin karena mimpi basah, sebagaimana di dalam
hadits Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, bahwa Ummu Sulaim (istri Abu Thalhah)
radhiyallahu ‘anhuma datang kepada Nabi shalallahu ‘alahi wa sallam, bertanya : “ Ya
Rasulullah, sesungguhnya Allah tidaklah malu dari kebenaran, apakah perempuan juga
wajib mandi kalau dia mimpi? beliau bersabda : “ Iya, jika dia melihat air “ (HR. Al
Bukhary & Muslim).
2. Atau “ Janabah “ yang bermakna melakukan hubungan suami istri, berdasarkan hadits
Abu Said di atas, dan juga berdasarkan hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ,
Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam bersabda :“ Apabila dia duduk di antara
sudutnya yang empat, kemudian dia bersungguh-sungguh, maka mandi telah wajb “
(HR. Al Bukhary & Muslim). Dalam riwayat Muslim, “ … walaupun ia tidak keluar “
dan sepakat ulama, bahwa keluarnya mani dari sebab yang mewajibkan mandi,
sebagaimana dinukil oleh imam An Nawawy rahimahullah.
3. Keluarnya darah haidh atau nifas, Allah Ta’ala berfirman, “ Dan mereka bertanya
kepadamu tentang haidh, maka katakanlah dia (haidh) adalah gangguan, maka
jauhilah para wanita di masa haidh, dan jangan kalian mendekati mereka sampai
mereka suci, apabila mereka telah bersuci (mandi), maka datangilah mereka seperti
yang diperintah oleh Allah, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang
bertaubat dan mencintai orang-orang yang berthaharah “ [Al Baqarah : 222]. Dan
sepakat ulama berdasarkan ayat di atas, bahwa haidh & nifas dari sebab-sebab yang
mewajibkan mandi jika mereka telah suci, sebagaimana dinukil oleh Ibnul Mundzir,
Ibnu Jarir Ath Thobary & selainnya.
4. Mandi Jum’at, menurut pendapat sebagian ulama, berdasarkan hadits Abu Sa’id Al
Khudry radhiyallahu ‘anhu , Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam bersabda : “ Mandi
pada hari Jumat adalah wajib atas setiap orang yang telah baligh “ (HR. Imam Tujuh).
Mayoritas ulama berpendapat akan sunnahnya berdasarkan hadits Samurah
radhiyallahu anhu, Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam bersabda : “ Siapa yang
berwudhu pada hari jum'at, maka denganya merupakan kebaikan, dan siapa yang
mandi, maka mandi lebih utama " (HR. Imam Lima).
5. Mandi karena masuk Islam, menurut pendapat sebagian ulama, berdasarkan hadits
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, bahwa tatkala Tsumamah bin Utsal
radhiyallahu ‘anhu masuk islam. Nabi shalallahu ‘alahi wa sallam bersabda : “
Bawalah ia pergi ke tembok bani fulan, lalu perintahkan ia mandi “ (HR.
Abdurrazzaq). Akan tetapi mayoritas ulama berpendapat akan sunnahnya, tidak
wajib, karena telah berislam banyak manusia kepada Nabi, namun beliau tidak
memerintah mereka untuk mandi. Akan tetapi jika seseorang mandi, maka ini lebih
hati-hati, ini yang dikuatkan oleh Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah.

Tiga keadaan pertama di atas, adalah sebab-sebab yang mewajibkan mandi menurut
kesepakatan ulama, adapun mandi karena ingin berjumpa dengan banyak manusia, seperti
mandi shalat ied, shalat gerhana, shalat minta hujan & semisalnya, demikian pula mandi
tatkala berubah bau badan & semisalnya, maka ini adalah sunnah, tidak diwajibkan,
kecuali jika dikhawatirkan akan mengganngu kaum muslimin lainnya karena pengaruh bau
badan yang berubah, maka kadang mandi bisa menjadi wajib.
2
Keempat : Syarat-Syarat Disyariatkannya Mandi Wajib.
1. Adanya salah satu sebab dari sebab-sebab disyariatkannya mandi wajib.
2. Air yang suci lagi mensucikan, bukan air yang najis atau yang bercampur dengan zat
lain, di mana keduanya merubah sifat air tersebut, sehingga keluar dari sifat asalnya,
Allah berfirman, “ Dan Kami menurunkan air yang suci dari langit “ [Al Furqan : 48].
3. Niat, yaitu keinginan hati untuk melakukan mandi wajib yang tempatnya di dalam
hati, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “ Sesungguhnya amalan itu
tergantung dengan niat-niat(nya) “ (Muttafaq alaihi).
4. Keislaman, bukan orang kafir menurut pendapat mayoritas ulama. Sebagaimana hal
ini disyaratkan pada seluruh jenis ibadah. Allah Ta’ala berfirman, “ Dan tidak ada
yang menghalangi mereka agar diterima sedekah-sedekah mereka, kecuali karena
mereka kafir kepada Allah & Rasul-Nya… “ [At Taubah : 54].
5. Mukallaf, adalah balig & berakal, bukan orang yang gila atau anak kecil, karena di
antara syarat mandi wajib yang telah berlalu adalah niat, sementara orang yang gila
atau anak kecil tidak tergambar pada mereka bisa berniat dengan benar.
6. Menghilangkan apa saja yang menghalangi sampainya air ke seluruh badan, jika air
tidak sampai ke kulit, maka tidak syah mandi wajibnya.

Kelima : Kesimpulan Tata Cara Mandi Wajib.


A. Kaifiyat Sempurna (Rukun & Sunnah Mandi).
1. Mengambil air, lalu mencuci kedua tangan.
2. Berwudhu dengan wudhu sempurna dari mencuci tangan sampai mencuci kaki, seperti
wudhu untuk shalat.
3. Mengambil air untuk menyela-nyela rambut sampai basah semua kulit kepala.
4. Menuangkan air di atas kepala 3x, tuangan pertama di sebelah kanan kepala, tuangan
ke-2 di sebelah kirinya, dan tuangan ke-3 di atas seluruh kepalanya, sebagaimana
diterangkan dalam riwayat lain.
5. Mencuci seluruh jasad.

Dalam lafadz Imam Muslim yang telah diterangkan, ada tambahan kaifiyat.
1. Mengambil air, lalu mencuci kedua tangan.
2. Menuangkan air ke tangan kiri untuk mencuci kemaluan.
3. Berwudhu dengan wudhu sempurna seperti wudhu untuk shalat.
4. Mengambil air, memasukkan jari jemari beliau pada kulit kepala.
5. Menuangkan air di atas kepala 3x, tuangan pertama di sebelah kanan kepala, tuangan
ke-2 di sebelah kirinya, dan tuangan ke-3 di atas seluruh kepalanya, sebagaimana
diterangkan dalam riwayat lain.
6. Mencuci seluruh jasad.
7. Mencuci kedua kaki.

Dan juga ada riwayat lain dari hadits Maimunah radhiyallahu anha, ia berkata, “ Aku
meletakkan untuk Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam air mandi janabah, maka beliau
3
mengambil (air) dengan tangan kanannya di atas tangan kirinya 2x atau 3x, kemudian
beliau mencuci kemaluannya, kemudian beliau menggosokkan tangannya di bumi atau di
tembok 2x atau 3x, kemudian beliau berkumur-kumur, menghirup air, mencuci wajahnya
& kedua lengannya, kemudian beliau menuangkan air di atas kepalanya, kemudian beliau
mencuci seluruh badannya, kemudian beliau menjauh (dari tempat mandi), lalu beliau
mencuci kedua kakinya “ (HR. Al Bukhary & Muslim). Global dari tata cara mandi di atas :

1. Mencuci kedua tangannya 2x atau 3x.


2. Mencuci kemaluan.
3. Mencuci tangan dengan tanah atau semisalnya yang bisa membersihkan 2x ata 3x.
4. Berkumur-kumur dan menghirup air.
5. Mencuci wajah dan mencuci kedua lengan.
6. Menuangkan air di atas kepala.
7. Mencuci seluruh badan.
8. Menjauh (dari tempat mandi), lalu mencuci kedua kaki.

B. Kaifiyat Cukup (Rukun Mandi).


Berdasarkan hadits Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, ia bertanya : Wahai Rasulullah,
aku adalah perempuan yang rambutku terlalu lebat, apakah aku menguraikannya untuk
mandi janabah ? di dalam sebagian riwayat : Mandi haidh ?, Beliau menjawab : ” Tidak,
sesungguhnya cukup bagimu untuk menuangkan air di atas kepalamu 3 kali tuangan “
(HR. Muslim). Dari hadits ini, terdapat pelajaran bahwa rukun mandi wajib ada dua,
Berniat & menuangkan air di seluruh badan yang didahului dengan mencuci kepala.
Selain dari dua itu, hukumnya adalah Sunnah.

Kelima : Faidah Hadits.


1. Syariat mandi wajib dengan kaifiyat sempurna sebagai bentuk dari mencontoh Nabi
shalallahu ‘alahi wa sallam.
2. Wudhu yang disunnahkan pada mandi wajib sama dengan wudhu untuk shalat.
3. Penjelasan sunnah-sunnah mandi & rukun-rukunnya.
4. Baiknya akhlak Nabi Muhammad shalallahu ‘alahi wa sallam terhadap keluarganya.
5. Hadats akbar lebih besar lebih dari pada hadats ashghor, karena cara bersuci dari
hadats akbar mewajibkan mencuci seluruh badan dari kepala sampai kaki.
6. Bolehnya seorang istri melihat aurat suaminya.
7. Keutamaan para istri Nabi shalallahu ‘alahi wa sallam yang meriwayatkan bagaimana
tata cara mandi wajib.
8. Mendahulukan mencuci anggota-anggota wudhu pada permulaan mandi sebelum
mandi janabah.

------
Buletin As-Sunnah, diterbitkan oleh YPI An-Nashihah Buton. Alamat redaksi : As-sunnah
Herbal, jalan Cemara, wangkanapi, Baubau. Penyusun : Bashri Kamaluddin. Saran, kritik,
pertanyaan, (sms/wa) : 0852 9983 6150 (ikhwah), 0852 4161 5001 (akhwat).
4

You might also like