Professional Documents
Culture Documents
TUGAS AKHIR
Oleh:
Diajukan sebagai persyaratan untuk memenuhi derajat Ahli Madya (Amd) pada
Program Studi Petro dan Oleo Kimia
Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda
Oleh:
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
Laporan Tuga Akhir ini dengan baik, sehingga Laporan Tugas Akhir yang
variasi waktu Aktivasi pada pembutan arang aktif dari biji alpukat” ini dapat
terselesaikan.
jenjang pendidikan program Diploma III pada jurusan Teknik Kimia Poiteknik
Negeri Samarinda. Laporan ini disusun berdasarkan data yang penulis peroleh
selama melakukan penelitian mulai dari proses persiapan bahan baku sampai
proses analisa.
namun berkat bantuan dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan. Dalam
2. Bapak Dedy Irawan, ST., MT. selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia.
3. Bapak Muh. Syahrir, ST., MT. selaku Dosen Pembimbing I yang telah
5. Bapak dan ibu Dosen, Staf Teknisi/Analis serta Administrasi Jurusan Teknik
Kimia.
vi
6. Teman-teman Teknik kimia angkatan 2015 yang senantiasa saling membantu
dan memberikan semangat selama proses penyusunan laporan tugas akhir ini.
yang membangun sehingga dalam penulisan laporan tugas akhir ini dapat menjadi
lebih baik. Besar harapan penulis laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang menggunakanya.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
ABTRAK...................................................................................................................xii
ABSTRACT ...............................................................................................................xiii
viii
3.3 Alat dan Bahan ...........................................................................................20
4.2.1 Pengaruh Waktu Aktivasi Terhadap Kadar Air Arang Aktif ...........29
4.2.2 Pengaruh Waktu Aktivasi Terhadap Kadar Abu Arang Aktif ..........30
Aktif .................................................................................................31
4.2.5 Pengaruh Waktu Aktivasi Terhadap Daya Jerap Iod Arang Aktif ...32
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Struktur arang aktif sebelum dan sesudah aktivasi ...............................14
Gambar 4.2 Grafik hubungan waktu aktivasi dan kadar abu ....................................30
Gambar 4.3 Grafik hubungan waktu aktivasi dan kadar zat terbang ........................31
Gambar 4.4 Grafik hubungan waktu aktivasi dan karbon terikat .............................32
Gambar 4.5 Grafik hubungan waktu aktivasi dan daya jerap iod .............................33
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.3 Standar kualitas arang aktif menurut SNI (1995) .....................................18
Tabel 4.1 Data waktu aktivasi, kadar air, kadar abu, kadar zat terbang, karbon
xi
ABSTRAK
Jumlah biji alpukat yang terdapat di Kalimantan Timur sebesar 117 ton/tahun atau
320 kg/hari. Biji alpukat mengandung 48,3% karbon dan biji alpukat ini
berpotensi menghasilkan arang aktif yang berkualitas dengan metode karbonisasi
dan metode aktivasi. Tujuan dari penelitian ini agar kualitas produk arang aktif
sesuai dengan SNI yang di tetapkan yaitu SNI.06-3703-1995. Arang aktif dari biji
alpukat dibuat dengan suhu karbonisasi 450 0C selama 2 jam, ukuran partikel -100
mesh, konsentrasi HCl 7,5 %, dan variasi waktu aktivasi 15, 18, 21, 24, dan 27
jam. Hasil terbaik penelitian ditunjukkan pada waktu aktivasi 27 jam dengan
karakterisasi kadar air 6,75 %, kadar abu 1,19 %, kadar zat terbang 24,12 %,
kadar karbon terikat 74,69 % dan daya jerap iod 837,24 mg/g. Arang aktif pada
penelitian ini yang memenuhi standar SNI.06-3730-1995 yaitu pada variasi waktu
aktivasi 21;24 dan 27 jam.
Kata kunci: arang aktif, biji alpukat, karekteristik arang aktif, waktu aktivasi
xii
ABSTRACT
The number of avocado seeds in East Kalimantan is 117 ton/year or 320 kg/days.
Avocado seed contains 48.3% carbon and it has the potential to be turned into
high quality activated carbon by using carbonization and activation methods. The
purpose of this research is to produce activated carbon product which meets the
quality standard in accordance with SNI.06-3703-1995. The activated carbon
from avocado seeds is made with 450 0C carbonization temperature for 2 hours,
the particle size of -100 mesh, HCl concentration of 7.5 %, and variation of
activation time of 15, 18, 21, 24 and 27 hours. The best result of all variables was
at 27 hours activation time with 6.75 % moisture content, 1.19 % ash content,
24.12 % volatile matter, 74.69 % fixed carbon, and 837.24 mg/g iod absorption
content. Activated carbon in this study that meets SNI.06-3730-1995 is on the
variation of 21, 24, and 27 hours of activation time.
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
menghasilkan 585 ton pertahun ( BPS Kaltim,2016). Massa biji alpukat dalam
satu buah alpukat adalah 20% dari buah nya (Risyad dkk.,2016), sehingga jika
dikalikan dengan hasil buahnya yaitu sebesar 585 ton per tahun maka penghasilan
biji alpukat pertahunnya sebesar 117 ton, atau perharinya sebesar 320 Kg.
(Fadhillah,2015).
sebesar 48,3% (Sari,2016). Biji Alpukat ini berpotensi menghasilkan arang aktif
Arang aktif dalam bentuk ( bubuk dan granula ) memiliki manfaat yaitu
anorganik, dan senyawa rasa dan bau, menyediakan area permukaan yang luas
bahan baku biji alpukat dengan variabel jenis aktivator dan waktu aktivasi steam.
Hasil terbaik pada variabel aktivasi kimia dengan aktivator KOH 30% dan waktu
90 menit, nilai daya jerap iodin sebesar 500,90 mg/g. Penelitian yang dilakukan
oleh Putra dkk. (2016), menggunakan bahan baku yang serupa dengan variabel
7,5%, nilai daya jerap iodin sebesar 512,02 mg/g. Penelitian yang dilakukan
Ramdja dkk. (2008), menggunkan bahan baku pelepah kelapa dengan variasi
waktu aktivasi. Hasil terbaik pada varibel waktu aktivasi 24 jam, dengan
konsentrasi HCl 0,3 M, nilai daya jerap iodin sebesar 830 mg/g.
menggunakan bahan biji alpukat nilai daya jerap iodin masih di bawah SNI yang
ditetapkan yaitu sebesar 750 mg/g. pada penelitian pertama hasil terbaik yang
didapatkan sebesar 500,90 mg/g dan pada penelitian kedua hasil terbaik yang
Agar nilai daya jerap iodin yang didapatkan sesuai dengan SNI yang
waktu aktivasi. Pada penelitian yang dilakukan sebelumnya dengan bahan baku
semakin lama waktu aktivasi semakin besar nilai daya jerap iodin yang diberikan,
salah satu faktor yang mempengaruhi proses aktivasi adalah perendaman arang
pada aktivator, karena activated agent akan bereaksi dengan karbon dan merusak
bagian dalam karbon sehingga mebentuk pori-pori yang semakin banyak sehingga
semakin lama waktu perendaman arang pada aktivator maka semakin banyak
pori-pori yang terbentuk sehingga nilai daya serap suatu senyawa terhadap arang
Tujuan dari penelitian ini agar kualitas produk arang aktif sesuai dengan
SNI yang ditetapkan yaitu SNI. 06-3730-1995. Dengan adanya penelitian ini biji
alpukat akan dapat dimanfaatkan dengan baik sehingga biji alpukat akan lebih
bernilai ekonomis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alpukat
alpuket (Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur/Jawa Tengah), boah pokat, jamboo
pokat (Batak), advokat, jamboo mentega, jamboo pooan, pookat (Lampung) dan
biji alpukat tersebut agar memiliki nilai yang lebih efektif. Suatu cara yang
Namun, hal tersebut dirasa masih kurang. Salah satu usaha yang dapat dilakukan
Sumber:elghifa
kandungan mineral 0,54 % lebih tinggi dari biji buah lainnya (Alsuhendra, 2007).
Komposisi kimia dan sifat-sifat dari pati biji alpukat dapat dilihat pada Tabel 2.1
Amilosa+ Amilopektin=Pati
karbon yang dimiliki tinggi. Hasil analisis ultimat dan analisis proksimat dari biji
Karbon 48,3
Hidrogen 7,5
Nitrogen <0,5
Oksigen 43,4
Arang aktif atau disebut juga sebagai arang aktif, adalah suatu jenis
karbon yang memiliki luas permukaan yang sangat besar. Hal ini bisa dicapai
dengan proses karbonisasi dan aktivasi. Pada proses tersebut terjadi penghilangan
hidrogen, gas-gas dan air dari permukaan karbon sehingga terjadi perubahan fisik
pada permukaannya. Aktivasi ini terjadi karena terbentuknya gugus aktif akibat
adanya interaksi radikal bebas pada permukaan karbon dengan atom-atom seperti
Arang aktif disusun oleh atom-atom karbon yang terikat secara kovalen
ditentukan oleh struktur kimianya yaitu atom C, H, dan O yang terikat secara
oksigen, sulfur dan nitrogen serta senyawa-senyawa lain yang terbentuk dari
proses pembuatan. Volume pori-pori arang aktif biasanya lebih besar dari 0,2
cm3/gram. Sedangkan luas permukaan internal arang aktif yang telah diteliti
umumnya lebih besar dari 400 m2/gr dan bahkan bisa mencapai di atas 1000
m2/gr. Luas permukaan arang aktif yang dikarakterisasi dengan metode BET
untuk ekspor saat ini cukup tinggi. Pada tahun 2011 Indonesia mengekspor arang
aktif sebesar 21.652 ton dan volume tersebut terus menerus meningkat menjadi
30.036 ton pada tahun 2014. Di Indonesia terdapat sekitar 42 perusahaan industri
pengguna arang aktif. Arang aktif banyak digunakan oleh industri masker, rokok,
minuman dan makanan, air konsumsi, minyak, kimia, farmasi, alat pendingin,
otomotif, cat, dan perekat. Beberapa industri besar diantaranya memperoleh arang
aktif melalaui impor. Impor arang aktif terus meningkat, dimana pada tahun 2007
impor arang aktif di Indonesia mencapai kurang lebih 20.000 ton. Impor arang
aktif ini dilakukan selain karena jumlah produksi di dalam negeri tidak memenuhi
memerlukan arang aktif dengan spesifikasi tertentu yang tidak dapat dipenuhi oleh
molekul. Adsorpsi dapat terjadi karena adanya gaya kapiler yang besar dan
struktur pori yang dimilikinya. Arang aktif bersifat sangat aktif dan akan
menyerap apa saja yang dikontak dengan karbon. Dalam waktu 60 jam arang aktif
tersebut akan jenuh dan tidak aktif lagi. Oleh karena itu arang aktif dikemas
jenis yaitu:
Jenis ini berbentuk butiran atau pelet. Biasanya digunakan untuk proses
pada fluida fase gas yang berfungsi untuk memperoleh kembali pelarut,
pemisahan dan pemurnian gas. Arang aktif granul diperoleh dari bahan baku yang
memiliki struktur keras seperti tempurung kelapa, tulang dan batubara. Ukuran
partikel dari granul arang aktif berbeda-beda tergantung pada aplikasinya. Untuk
aplikasi adsorpsi fase gas ukuran granul yang sering digunakan adalah 4x8 mesh
9
sampai 10x20 mesh dan untuk bentuk pelet memiliki ukuran partikel 4 mm – 6
mm.
Arang aktif powder umumnya diproduksi dari bahan kayu dalam bentuk
serbuk gergaji, ampas pembuatan kertas atau dari bahan baku yang mempunyai
densitas kecil dan struktur yang lemah. Jenis ini memiliki ukuran rata-rata 15–25
μm. Industri besar menggunakan arang aktif powder untuk penghilangan warna
pada proses pembuatan makanan. Belakangan arang aktif powder digunakan pada
water treatment untuk air minum dan air limbah. Biasanya arang aktif powder
nitrogen dan oksigen dalam udara. Arang aktif molecular sieve merupakan suatu
material yang menarik sebagai model arang aktif sejak memiliki ukuran mikropori
Arang aktif fiber memiliki ukuran yang lebih kecil dari arang aktif
powder. Sebagian besar arang aktif fiber memiliki diameter antara 7–15 μm.
Aplikasi arang aktif fiber dapat ditemukan dalam bidang perlakuan udara seperti
penangkapan larutan.
10
Bahan baku pembuatan arang aktif ini berasal dari hewan, tumbuh-
antara lain tulang, kayu lunak, sekam, tongkol jagung, tempurung kelapa, sabut
kelapa, ampas penggilingan tebu, ampas pembuatan kertas, serbuk gergaji, kayu
keras, batu bara, kulit pisang, kulit durian, biji alpukat, pelepah kelapa sawit, dan
1. Proses Dehidrasi
didalam bahan baku. Caranya yaitu dengan menjemur di bawah sinar matahari
atau pemanasan didalam oven sampai diperoleh bobot konstan. Dari proses
dehidrasi ini, diperoleh bahan baku yang kering. Hal ini disebabkan oleh
2. Proses Karbonisasi
pada suhu berkisar 275 0C. Proses karbonisasi terdiri dari empat tahap yaitu :
1. Pada suhu 100 – 120 0C terjadi penguapan air dan sampai suhu 270 0C mulai
tar.Asam merupakan asam organik dengan titik didih rendah seperti asam cuka
3. Pada suhu 310-500 0C terjadi peruraian lignin, dihasilkan lebih banyak tar
4. Pada suhu 500-1000 0C merupakan tahap dari pemurnian arang atau kadar
beraneka ragam bahan padat maupun cair, antara lain cangkang kelapa sawit,
digunakanpun bermacam-macam, mulai dari tanah, kiln bata, kiln portable, kiln
arang limbah hasil pertanian, retort sampai tanur (R. Sudrajat dan Salim S, 1994).
a. Waktu karbonisasi
sempurna sehingga hasil arang semakin turun tetapi cairan dan gas makin
meningkat.
b. Suhu karbonisasi
tinggi suhu, arang yang diperoleh makin berkurang tapi hasil cairan dan gas
semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh makin banyaknya zat zat terurai dan
yang teruapkan.
12
3. Proses Aktivasi
dan senyawa sisa-sisa pengarangan (Shreve, 1984). Daya serap arang aktif
ditambahkan. Hal ini memberikan pengaruh yang kuat untuk mengikat senyawa-
senyawa tar keluar melewati mikro pori-pori dari arang aktif sehingga permukaan
dari arang aktif tersebut semakin lebar atau luas yang mengakibatkan semakin
1. Aktivasi kimia
kimia sebagai activating agent. Aktivasi arang ini dilakukan dengan merendam
arang ke dalam larutan kimia, misalnya ZnCl2, HNO3, KCl, hidroksida logam
alkali, garam-garam karbonat, klorida, sulfat, fosfat dari logam alkali tanah dan
asam-asam anorganik seperti H2SO4 dan H3PO4. Aktivasi kimia ini berfungsi
antara plat heksagon dari kristalit dan membuka permukaan yang mula-mula
berada dalam pori menjadi lebih mudah terlepas. Hal ini menyebabkan luas
permukaan yang aktif bertambah besar dan meningkatkan daya serap arang aktif.
yang relatif pendek, karbon yang dihasilkan lebih banyak dan daya adsorpsi
terhadap suatu adsorbat akan lebih baik, sedangkan kerugian penggunaan bahan-
bahan mineral sebagai pengaktif terletak pada proses pencucian karena sulit
dihilangkan.
pada permukan karbon. Tujuan utama dari proses aktivasi adalah menambah atau
terbentuk pada proses karbonisasi serta untuk membuat beberapa pori baru pada
arang aktif. Zat aktivator bersifat mengikat air yang menyebabkan air yang terikat
kuat pada pori-pori karbon yang tidak hilang pada saat karbonisasi menjadi lepas.
Selanjutnya zat aktivator tersebut akan memasuki pori dan membuka permukaan
karbon yang tertutup. Dengan demikian pada saat dilakukan aktivasi, senyawa
pengotor yang berada dalam pori menjadi lebih mudah terserap sehingga luas
a. Asam Klorida
Asam klorida atau HCl merupakan salah satu aktivator pada pembuatan
arang aktif. HCl yang merupakan activating agent akan mengoksidasi karbon dan
14
merusak permukaan bagian dalam karbon sehingga akan terbentuk pori dan
tar, dan mengurangi pembentukan asam asetat, metanol, dan lain-lain. Arang aktif
semakin banyak mempunyai mikro pori-pori setelah dilakukan aktivasi, hal ini
karena aktivator telah menikat senyawa-senyawa tar sisa karbonisasi keluar dari
HCl sebagai activating agent akan merusak bagian dalam karbon sehingga
1. Waktu perendaman
membentuk senyawa tar. Waktu perendaman untuk bermacam zat tidak sama.
2. Konsentrasi aktivator.
15
pengaruh larutan tersebut mengikat senyawa untuk keluar melewati mikro pori
karbon semakin porous yang mengakibatkan semakin besar daya adsorpsi arang
aktivasi, hal ini terjadi karena activator telah mengikat senyawa senyawa tar sisa
3. Ukuran bahan
sehingga pirolisis berjalan sempurna. Pada pirolisis tempurung kelapa 2-3 mm.
4. Suhu aktivasi
membantu pembentukan pori mikro dalam arang secara kontinyu yang diikuti
2. Aktivasi Fisika
Aktivasi fisika disebut juga aktivasi termal. Aktivasi termal adalah proses
aktivasi yang melibatkan adanya gas pengoksidasi seperti udara pada temperatur
Menurut Kirk and Othmer (1978), proses aktivasi fisika melibatkan gas
pengoksidasi seperti pembakaran menggunakan suhu yang rendah dan uap CO2
atau pengaliran gas pada suhu tinggi. Tetapi pada suhu aktivasi yang terlalu tinggi
beresiko terjadinya oksidasi lebih lanjut pada karbon sehingga merusak ikatan C-
permukaan internal.
16
pada suhu 500-900 0C dan sebagai bahan pengaktifan dilakukan dengan steam
(uap) atau gas CO2 pada suhu 800-900 0C. Dalam proses yang menggunakan
karbondioksida. Hasil dari proses aktivasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain laju kenaikan temperatur, laju aliran inert gas, temperatur proses, activating
agent, lama proses aktivasi dan alat yang digunakan pada penelitian tersebut
meliputi.
arang aktif tersebut hanya air yang merupakan senyawa mudah menguap. Pada
dasarnya penentuan kadar air adalah dengan menguapkan air dari arang aktif
kadar air bertujuan untuk mengetahui sifat higroskopis arang aktif, dimana arang
17
aktif mempunyai sifat afinitas yang besar terhadap air. Berdasarkan Standar
Nasional Indonesia arang aktif yang baik mempunyai kadar air maksimal 15%
(SNI 06-3730-1995).
Prinsip dalam penentuan kadar zat terbang adalah sample dari air
menguap pada suhu diatas 100 0C sehingga tercapai berat konstan selama ±4 jam
(kadar air) diambil sebanyak 1 gram lalu dipanaskan dalam furnace pada suhu 900
0
C selama 7 menit. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia arang aktif yang baik
Arang aktif yang dibuat dari bahan alam tidak hanya mengandung
senyawa karbon saja, tetapi juga mengandung beberapa mineral. Sebagian mineral
ini hilang selama proses karbonisasi dan aktivasi, sebagian lagi tertinggal dalam
arang aktif. Kadar abu arang aktif adalah sisa yang tertinggal pada saat karbon
Standar Nasional Indonesia arang aktif yang baik mempunyai kadar abu maksimal
Karbon dalam karbon adalah zat yang terdapat pada fraksi padat hasil
pirolisis selain abu (zat anorganik) dan zat-zat yang masih terdapat pada pori-pori
karbon. Prosedur pengujian dan perhitungan kadar karbon mengacu pada (SNI 06-
3730-1995).
18
adsorpsi arang aktif. Penetapan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan arang
aktif untuk menyerap larutan berwarna. Angka iodin didefinisikan sebagai jumlah
milligram iodine yang diadsorpsi oleh satu gram arang aktif (SNI 06-3730-1995).
Prasyarat kualitas
Uraian
Butiran Serbuk
Jarak mesh,% 90 -
Kekerasan,% 80 -
BAB III
METODOLOGI
Jangka waktu pada penelitian ini adalah dari bulan Februari sampai dengan
Politeknik Negeri Samarinda. Sampel biji alpukat didapatkan dari pedagang jus
A. Variabel Berubah
Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah waktu aktivasi dengan
B. Variabel Tetap
C. Variabel Respon
Variabel respon yang digunakan adalah penetapan kadar air (SNI 1995),
penetapan kadar abu (SNI 1995), penetapan kadar zat terbang (SNI 1995),
penetpan kadar zat terikat (SNI 1995), penetapan daya jerap iodin (SNI 06-4253-
1996).
A. Alat
1. Furnace
3. Oven
4. Neraca Analitik
5. Desikator
6. Erlenmeyer
7. Cawan Porselen
8. Gegep
9. Pipet Tetes
11. Buret
14. Spatula
19. Bulp
20. Hotplate
B. Bahan
1. Biji Alpukat
3. Aquadest
5. Larutan Kanji 1%
6. Larutan I2 0,1 N
22
Pengaktivasian menggunakan
HCl 7,5% dengan volume 100
ml
1. Mencuci biji alpukat dengan air dan memisahkan dari kulit arinya sampai
bersih.
1. Memasukkan biji alpukat yang telah dipotong ke dalam furnace dengan suhu
3. Memisahkan Arang dari abu atau sisa biji alpukat yang belum terbakar.
4. Menggerus arang biji alpukat dengan mortar dan alu dan mengayak arang biji
5. Menimbang arang biji alpukat menggunakan neraca analitik dengan spatula dan
6. Mengaktivasi arang biji alpukat yang telah ditimabng dengan larutan HCl
jam, 27 jam.
7. Menyaring arang aktif biji alpukat dengan kertas saring dan membilasnya
dengan aquadest.
8. Memasukan arang aktif biji alpukat yang telah disaring ke dalam oven dengan
C. Prosedur Analisa
5. Memanaskan arang aktif yang di dalam cawan poeselen ke dalam oven dengan
15 menit.
4. Menimbang arang aktif sebanyak 1 gram (a) ke dalam neraca analitik dengan
1. Menimbang arang aktif sebanyak 1 gram (a) ke dalam cawan porselen yang ada
larutan sampel sebagai indikator hingga larutan sampel berwarna biru tua.
menjadi bening.
Keterangan :
fp = faktor pengencer
27
BAB IV
dalam pembuatan arang aktif yang sesuai dengan standar SNI No.06-3730-1995.
furnace setelah itu diaktivasi menggunakan asam klorida dengan konsentrasi 7,5
% dengan waktu aktivasi 15,18,21,24 dan 27 jam. Dan dianalisa nilai kadar air,
kadar abu, dan daya jerap iodinnya. Data waktu aktivasi, kadar air arang aktif,
kadar abu arang aktif, kadar zat terbang arang aktif, kadar karbon terikat arang
Tabel 4.1 Data waktu aktivasi, kadar air, kadar abu, kadar zat terbang,
4.2 Pembahasan
kadar air. Penetapan kadar air pada arang aktif bertujuan untuk mengetahui sifat
higroskopis dari arang aktif tersebut. Arang aktif bersifat higroskopis sehingga
sangat mudah untuk mengikat uap air di udara. Dari sifat yang sangat higroskopis
Melati,2009).
15
14
13
12
11
Kadar Air ( % )
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Waktu Aktivasi ( jam )
Gambar 4.1 Grafik hubungan waktu aktivasi dan kadar air pada
7,5%
Hasil kadar air ditunjukan pada gambar 4.1 dari gambar tersebut kadar
air cenderung meningkat setiap waktu aktivasi bertambah hal ini disebabkan
karena activated agent akan bereaksi dengan karbon dan merusak bagian dalam
karbon sehingga mebentuk pori-pori yang semakin banyak. Semakin lama waktu
perendaman arang pada aktivator maka semakin banyak pori-pori yang terbentuk.
Pada saat pencucian, air akan masuk kedalam pori-pori arang aktif sehingga kadar
30
air akan meningkat seiring bertambahnya waktu aktivasi. Pada perlakuan variasi
waktu aktivasi dengan menggunkan activator asam klorida diperoleh grafik yang
fluktuatif. Dari Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa nilai kadar air dari semua sampel
arang aktif yang dihasilkan telah memenuhi standar kualitas arang aktif menurut
dalamnya yang tidak terbakar pada proses karbonisasi dan tidak terpisah pada
proses aktivasi. Kandungan abu sangat berpengaruh pada kualitas arang aktif.
pori-pori arang aktif sehingga luas permukaan arang aktif menjadi berkurang.
10
8
Kadar Abu ( % )
0
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Waktu Aktivasi ( jam )
Gambar 4.2 Grafik hubungan waktu aktivasi dan kadar abu pada
7,5%
Hasil kadar abu ditunjukkan pada gambar 4.2 pada gambar tersebut
menunjukkan nilai kadar abu yang cenderung stabil, hal ini dikarenakan pada
31
aktivator yang digunakan adalah asam klorida sehingga kandungan alkali pada
aktivator tidak ada, dan ini membuat kadar abu tidak terpengaruh pada variasi
waktu aktivasi.. Dari Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa nilai kadar abu dari semua
sampel arang aktif yang dihasilkan telah memenuhi standar kualitas arang aktif
4.2.3 Pengaruh Waktu Aktivasi Terhadap Kadar Zat Terbang Arang Aktif
Penentuan kadar zat terbang ini merupakan suatu cara untuk mengetahui
seberapa besar permukaan arang aktif mengandung zat lain selain karbon
menguapnya akan meningkatkan kemampuan daya serap dari arang aktif (Pari
dkk., 2006).
25
Kadar Zat Terbang ( % )
24.5
24
23.5
23
22.5
22
21.5
21
20.5
20
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Waktu Aktivasi ( jam )
Kadar zat terbang ada penelitian ini di tunjukkan pada gambar 4.3 pada
gambar tersebut menunjukkan nilai kadar zat terbang cenderung meningkat hal ini
32
disebabkan karena semakin lama waktu aktivasi maka zat yang terkandung dalam
activator asam klorida yaitu Cl- akan semakin banyak yang terserap dan menutupi
pori-pori yang ada dalam arang aktif. Cl- ini lah yang akan menguap jika di
panaskan pada suhu tinggi. Dari Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa nilai kadar zat
terbang dari semua sampel arang aktif yang dihasilkan telah memenuhi standar
kualitas arang aktif menurut SNI 06-3703-1995, yaitu maksimal sebesar 25%.
4.2.4 Pengaruh Waktu Aktivasi Terhadap Nilai Karbon Terikat Arang Aktif
79
Karbon Terikat ( % )
77
75
73
71
69
67
65
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Waktu Aktivasi ( jam )
Kadar karbon terikat pada penelitian ini di tunjukkan pada gambar 4.4
pada gambar tersebut menunjukkan nilai kadar karbon terikat cenderung menurun.
Dari Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa nilai kadar karbon terikat dari semua sampel
33
arang aktif yang dihasilkan telah memenuhi standar kualitas arang aktif menurut
4.2.5 Pengaruh Waktu Aktivasi Terhadap Daya Jerap Iod Arang Aktif
kadar abu, kadar air, zat mudah menguap. Faktor utama yang sangat berpengaruh
terhadap daya adsorpsi tersebut adalah luas permukaan arang aktif karena
mengadsorpsi adsorbat atau zat terlarut. Salah satu metode yang digunakan dalam
analisis daya serap arang aktif terhadap larutan iod adalah dengan metode titrasi
konsentrasi larutan iod. Pengukuran konsentrasi iod sisa dapat dilakukan dengan
menitrasi larutan iod dengan natrium tiosulfat 0,1 N dan indikator yang
850
Gambar 4.5 Grafik hubungan waktu aktivasi dan daya jerap iod
HCl 7,5%
Daya jerap iod ditunjukkan pada gambar 4.5 pada gambar tersebut
menunjukkan semakin lama waktu aktivasi maka semakin besar nilai daya jerap
yang diberikan. Karena activated agent akan bereaksi dengan karbon dan merusak
bagian dalam karbon sehingga mebentuk pori-pori yang semakin banyak sehingga
semakin lama waktu perendaman arang pada aktivator maka semakin banyak
pori-pori yang terbentuk sehingga nilai daya jerap iod terhadap arang aktif
semakin kuat. Hasil tersebut telah memenuhi standar kualitas arang aktif menurut
BAB V
5.1 Kesimpulan
analisa kadar air, kadar abu, kadar zat terbang, kadar karbon terikat dan daya
5.2 Saran
1. Pada saat bahan baku arang yang telah dibuat, sebainya bahan baku arang
2. Pada saat melakukan analisa daya jerap, larutan yang digunakan seperti iod
tidak rusak pada saat dilakukan penelitian, karena bisa saja larutan itu rusak
DAFTAR RUJUKAN
Badan Pusat Statistik (2016). Kalimantan Timur Dalam Angka 2016. Oktober 2,
2016. http://kaltim.bps.go.id
Eaton, Andrew. Et.al. 2005. Standard Method for Eximination of Water and
Association
Fadhillah, Meylinda Putri Nur. 2015. Pemanfaatan Biji Alpukat untuk Pembuatan
Arang Aktif sebagai Adsorben Alternatif Zat Warna pada Limbah Cair
Ikawati, dan Melati. (2009). Pembuatan Karbon Aktif Dari Limbah Kulit
Diponegoro.
37
Halaman 1-2,9.
Jankwoska, H., Swiatkwoski, A., Choma, J. 1991. Active Carbon. New York
:Ellis Horwood
Jakarta.
Munawaroh, Sri. 2015. Potensi Arang Aktif Biji Alpukat (Persea Americana Mill)
sebagai Adsorben Ion Kadmium (II) dan Timbal (II) Dengan Aktivator
Pari, G., Hendra, D dan R. A. Pasaribu. (2006). Pengaruh lama waktu aktivasi
dan konsentrasi asam fosfat terhadap mutu arang aktif kulit kayu Acacia
Putra,D.K ,dkk. 2016. Potensi Arang Aktif Limbah Biji Alpukat (Persea
Risyad, A., Permadani, R.l., dan Siswarni, M.Z. (2016). Ekstraksi Minyka dari
Halaman 11
38
Shreve R.N (1984). The Chemical Process Industries. November 8, 2016. Purdue
/1/HS2109.pdf.
pp. 51-105
Sudradjat, R., Tresnawati, D., Setiawan, D. (2005). Pembuatan Arang Aktif dari
Tempurung Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Bogor: Pusat Litbang
Zunipar, A.F.R. (2015). Pembuatan Arang Aktif Melalui Proses Pirolisis Dengan
Massa Awal
Waktu Aktivasi ( Jam ) Massa Akhir (gram)
(gram)
15 1,0002 0,9117
18 1,0001 0,8859
21 1,0003 0,9761
24 1,0002 0,9568
27 1,0001 0,9326
( Jam ) I II I II
( Jam ) I II I II
1. Kadar Air
, ,
%Kadar air = × 100% × 100% , %
,
2. Kadar abu
,
%Kadar abu = × 100% × 100% 1,06%
,
, ,
%Kadar zat terbang = × 100% × 100% 20, 2%
,
2. Aktivasi
3. Penetralan
4. Analisa