You are on page 1of 1

Indriyanti Widya / Fak.

Kesehatan-Farmasi

Saya pernah mendengar dari seorang ahli farmasi bahwasanya mereka (baca : para
farmasis) pernah berkata “Obat adalah racun“. Bukan hanya menjadi pernyataan, tetapi
mereka telah memegang pernyataan itu sebagai prinsip kerja mereka. Mereka tidak akan
pernah melepaskan hal tersebut dari konsep pekerjaan mereka yang notabene berkaitan erat
dengan pembuatan obat-obatan. Mereka telah berani mengambil resiko dengan mengeluarkan
pernyataan tersebut, tentang minimnya penghasilan mereka akibat sedikitnya orang yang mau
mengkonsumsi obat. Namun dibalik itu semua pasti tersembunyi suatu konspirasi yang
mempunyai dampak sangat besar terhadap konsumsi obat-obatan di dunia. Apakah hal itu ?
Disini kita akan membahas secara lebih terperinci tentang obat-obatan dan dampak lain
darinya.
Menurut data dari WHO terbukti bahwa ±70% orang sakit di dunia mengkonsumsi
obat sebagai sarana penyembuhan. Banyak dari mereka memiliki kesembuhan atas penyakit
yang dideritanya, tetapi tidak sedikit pula orang yang bukannya mendapat kesembuhan
melainkan mendapat masalah yang baru atas konsumsi obatnya. Hal ini tidak lain dan tidak
bukan karena kondisi tubuh yang kurang baik dalam merespon zat kimia yang terkandung
dalam obat itu sendiri. Bagaimana bisa ? Tentu saja itu semua terjadi dengan sebuah sebab,
yaitu ketika kita mengetahui secara gamblang kandungan-kandungan apa saja yang terdapat
dalam obat tersebut, apa indikasinya dan apa efek samping dibalik penggunaanya. Hal
tersebut tidak bisa diketahui secara detail oleh setiap masyarakat awam dengan hanya
membaca kertas indikasi yang tercantum didalam keemasan obat tersebut. Ini dikarenakan
minimnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya obat kimia.
Padahal apabila terus menerus mengonsumsi obat kimia akan berdampak pada tubuh
kita. Tanpa kita sadari obat tersebut bukan lagi menjadi obat yang menyembuhkan tetapi
menjadi racun yang menimbulkan dampak negative bagi tubuh. Semakin rutin kita memakai
obat-obatan kimia, maka resisten tubuh dan penyakit akan lebih kebal untuk melawan
pengobatan yang diberikan. Berdasarkan fungsinya, obat-obatan kimia tidak benar-benaar
menyembuhkan penyakit namun hanya merawat saja, dalam arti hanya menekan gejala yang
timbul tanpa menjangkau penyebab dari penyakit itu.
Seperti yang telah dikatakan oleh Daniel .H. Kress, M.D (salah satu ahli kesehatan)
dalam komentarnya, “Obat-obatan tidak pernah menyembuhkan penyakit. Mereka hanya
menekan tanda bahaya alami tubuh ketika muncul masalah kesehatan. Racun kimia apapun
yang dimasukkan dalam tubuh manusia harus segera dibereskan walaupun ia mengurangi
gejala. Rasa sakit mungkin hilang, tapi tanpa disadari pasien malah makin parah
kondisinya.”
Juga dalam penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa pihak Universitas
menunjukkan bahwa kira-kira 4,5 juta orang per tahun masuk rumah sakit diakibatkan karena
efek samping obat. Dan lebih jauh lagi bahwasanya rata-rata pasien rumah sakit memiliki
sebanyak 30% kemungkinan akan kembali lagi ke rumah sakit karena efek samping obat.
Sangat mengerikan bukan ? Memiliki penyakit yang akhirnya tiada kesudahannya. Berharap
datangnya sehat dengan sesuatu yang sebenarnya malah menjauhkannya. Maka disini yang
bisa dilakukan oleh manusia hanyalah berusaha untuk menjaga kesehatannya sedemikian
mungkin. Seperti mengikuti kebiasaan hidup Rasulullah yang tidak pernah sekalipun jatuh
sakit dengan jadwal kegiatan yang sangat padat. Subhanallah wa bihamdihi.

You might also like