Professional Documents
Culture Documents
INFORMASI ABSTRACT
Korespondensi: Background : wound cleansing is part of wound management which performed to
Paridahida78@gmail.com, remove foreign bodies or pathogens that can cause infections in wounds to improve
081347288005 the wound healing process. Although it has been agreed that wound cleansing aims
to reduce the incidence of infection but the reality is still debated among practitioners
about the advantages and disadvantages of this implementation, so the selection of
wound cleansers must be done wisely. This review literature aims to evaluate the use
of available wound cleansers for wound healing.
Methods: Literatures was sourced from database Google scholar, PubMed, Proquest,
ScienDirect, published from January 2011 to July 2018, there 14 articles were iden-
tified and after 9 filters were left.
Results: from 9 articles that met the criteria, the results that showed the effect of
wound cleansing use; Electrolyzed strong acid water, superoxidised, hydrogen per-
oxide, propylbetaine-polihesanide, povidine-iodine, chlorin dioxide, tap water with
Keywords: normal saline as a comparison group of the effectiveness in inhibiting infection, tissue
wound Cleansing, wound toxicity, comfortably, timing and improvement of wound healing process. Based on
healing, literature review the review results, it is generally stated that there is no significant difference between.
14
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (1) 2019
biofilm, memodifikasi/mengubah struktur matrix bio- luka bakar yang terinfeksi dengan hydrogen peroksida
film dan melepaskan bakteri dari matrix dan dari semua 2% pada pencangkokan/graft luka bakar kronis men-
percobaan yang diobservasi AOS tidak menimbulkan yatakan bahwa pemberian hydrogen peroksida aman
toksisitas terhadap jaringan yang ditreatmen dengan dan secara signifikan meningkatkan keberhasilan pen-
produk yang dianjurkan, memiliki kesesuai dengan cangkokan/graft luka bakar kronis (p < 0.05) sehingga
jaringan kulit. RP1 (Betaine dan Polyhexanide) mem- dapat direkomendasikan dalam manajemen luka bakar
pengaruhi biofilm, memberikan efek yang menganggu. kronis.
RP2 (Hypochlorite dan hypochlorous acid) sedikit leb-
ih rendah dalam memodifikasi struktur biofilm diband- Propylbetaine-Polihexanide (PP)
ingkan AOS. Dari peneitian yang dilakukan oleh Ricci Meskipun telah disepakati bahwa penggunaan PP se-
& Clinic, (2016), dengan tujuan untuk mempertah- bagai bahan pencucian luka dibatasi, namun dari hasil
ankan kondisi kondusif terhadap perkembangan review menyatakan bahwa akhir-akhir ini bukti klinik
penyembuhan menyatakan bahwa perbaikan lesi secara menyatakan PP tidak toksis dan efektif dalam mening-
keseluruhan dicapai pada 23% (p=0.005), ukuran luka katkan penyembuhan luka (Wilkins k& Unverdorben,
mengalami pengurangan rata-rata 11% dibandingkan 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Bellingeri et
baseline; p=0.039, bioburden luka p=0.005, nyeri al., (2016), yang membandingkan antara penggunaan
ulkus p<0.001 dibanding baseline. Berdasarkan skor Propylbetaine-Polihexanide (PP) dan NS menyatakan
persiapan luka menunjukkan bahwa lingkungan mikro bahwa didasarkan pada skor BWAT terdapat perbedaan
luka dengan pencucian acidoxidising solution lebih yang signifikan antara penilaian hari 0 (T0) dan hari ke
baik ditandai dengan kehadiran jaringan granulasi. Ti- 4 (T4) (p= 0.0248), skor inflamasi BWAT (p= 0.03),
dak memberikan efek yang merugikan baik pada luka pengurangan ukuran luka (p=0.049) dan perbaikan jar-
maupun pada sekitar luka yang sehat. ingan granulasi (p=0.043) sehingga dapat disimpulkan
bahwa penggunaan antara PP dan NS signifikan efek-
Superoxidised (Oxum) tifitasnya lebih tinggi PP dibandingkan NS dalam men-
Pecucian luka dengan larutan superoxidised (Oxum) gurangi kejadian tanda inflamasi, kecepatan penyembu-
juga sering digunakan sebagai pencuci luka, dari pene- han ulkus kaki vascular dan luka tekan.
litian yang dilakukan oleh Kapur & Marwaha, (2011)
menunjukkan bahwa penggunaan Oxum dalam per- Povidine-Iodine (PVI)
awatan luka dapat mengurangi inflamasi dan memper- Ghafouri, Zare, Bazrafshan, & Ramim, (2016) dalam
cepat penyembuhan luka lebih dini dibanding betadine, penelitiannya yang meneliti penggunaan Povidine-io-
oxum dapat diaplikasikan pada semua jenis luka sebagai dine pada luka trauma dibagian emergensi yang bertu-
pencucian luka karena bersifat aman tidak menimbul- juan untuk memperoleh analisis lebih rinci dari derajat
kan gejala nyeri dan alergi. Demikian pula penelitian kejadian infeksi dengan ada atau tidaknya penggunaan
yang dilakukan oleh Satishkumar, Narayanaswamy, Povidine-Iodine (PVI) sebagai agen desinfeksi kulit
Madhushankar, & Nikshita, (2013), larutan superoksi- pada luka trauma dengan mengidentifikasi faktor-fak-
dasi aman digunakan dan efektif terhadap ulkus tung- tor risiko potensial menyatakan bahwa secara statistik
kai dan efesien dalam memperbaiki jaringan ditandai tidak ada perbedaan yang signifikan dalam tingkat ke-
dengan munculnya jaringan granulasi dan berkuran- jadian infeksi antara kelompok eksperimen (PVI) dan
gnya hari rawat dirumah sakit yang ditandai dengan kontrol (NS) (p=0.236). Pada penelitian yang dilaku-
berkurangnya ukuran luka 32% di hari ke 12 dan ham- kan Walker & Smith, (2013) dari 68 kaki dari 49 pasien
pir 65% di hari ke 21 (rata-rata pengurangannya 11% yang menjadi responden. 37 luka pada selangkangan
dibanding baseline; p=0.039) granulasi dan epitelisasi yang diambil secara acak ke saline dan 32 ke Betadine.
lebih dini kemunculannya pada hari ke 5 dan 12, hasil terdapat penurunan insiden infeksi luka pangkal paha
kultur ditemukan S.aureus positif pada 68 pasien (41 pada mereka yang diacak ke Betadine (3 banding 1),
kasus) dengan desinfeksi luka mencapai 28% pasien di- tetapi secara statistik tidak signifikan (P = 0.4). Peneli-
hari ke 9, lama rawat rata-rata 16.4 hari. ti menyimpulkan bahwa meskipun mungkin ada ke-
cenderungan terhadap tingkat infeksi luka yang lebih
Hydrogen Peroksida 2% (HP) rendah ketika povidone-iodine digunakan dalam luka
Penelitian yang dilakukan oleh Akbar et al., (2013), bedah, namun ini tidak signifikan untuk operasi va-
yang mengevaluasi efek debridemen dan pencucian rises vena dan dari review yang dilakukan oleh Santos
16
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (1) 2019
Dari beberapa penelitian menyatakan bahwa penggu- gunaan ESAW ini kurang memberikan kenyamanan
naan PVI sebagai pencucian luka dalam menurunkan bila digunakan untuk irigasi nasal ( Jiang et al., 2016).
kejadian infeksi secara statistik tidak ditemukan perbe- D’Atanasio et al., (2015), menyatakan bahwa dari data
daan yang signifikan (Ghafouri et al., 2016; Queirós et yang ada menunjukkan bahwa penanganan dengan
al., 2014; Walker & Smith, 2013), namun Santos et al., AOS tidak hanya digunakan sebagai upaya pencegahan
(2016), menyimpulkan bahwa penggunaan PVI cend- tapi juga dapat digunakan untuk menguji model eradi-
erung mempercepat infeksi bila digunakan dalam luka kasi.
bedah, menurut Gabriel, (2017) penggunaan PVI dapat
menimbulkan kerugian berupa cytotoxicity, larutanya KESIMPULAN
kering dan menimbulkan warna kehitaman disekitar Tidak ada perbedaan signifikan antara penggunaan
kulit sehingga hal ini menimbulkan iritasi lokal sekitar normal salin dengan larutan pencucian luka yang men-
tepi luka kulit . gandung zat aktif dalam mengurangi kejadian infeksi,
Menurut Wolcott & Fletcher, (2014) pencucian luka kecuali penggunaan PP pada ulkus kaki vaskuler dan
dapat dilihat sebagai bagian integral dari persiapan luka luka tekan. Penggunaan oxum dalam pencucian luka
dalam menciptakan lingkungan luka yang optimal den- lebih dini mempercepat proses epitelisasi dan granulasi
gan cara melepaskan benda asing, mengurangi jumlah jaringan luka dan dapat digunakan untuk semua jenis
bakteri dan mencegah aktivitas biofilm pada permukaan luka sedangkan ESAW lebih bersifat bakterisidal na-
luka. Dari berbagai penelitian tentang ESAW menya- mun kurang memberikan kenyamanan jika digunakan
takan bahwa ESAW lebih bersifat bakterisidal diband- sebagai irigasi nasal tetapi dapat digunakan untuk men-
ingkan dengan NS dan 5.2% NaOCL, demikian pula guji model eradikasi. Agar perawatan luka dapat mem-
penelitian yang dilakukan oleh Supardi et al., (2017) berikan hasil yang maksimal maka disarankan untuk
menyatakan bahwa ESAW dengan pH 2.5 memiliki memperhatikan jenis luka sebelum menggunakan pen-
efek bakterisidal yang lebih baik dibandingkan dengan cucian luka.
jenis electrolyzed water lain.Penggunaan ESAW juga
dapat meminimalkan tindakan invasive terhadap jarin- DAFTAR PUSTAKA
gan karena efek cytotoxicitynya rendah Dengan kom- Akbar, A., Morteza, S., Jafari, S., Kiasat, M., Reza, M.,
ponen biologis yang dimiliki dilaporkan bahwa ESAW & Ahrari, I. (2013). Efficacy of debridement and
juga sangat ekologis karena hanya berisikan saline dan wound cleansing with 2 % hydrogen peroxide on
sedikit gas chloride disamping itu ESAW juga sangat graft take in the chronic-colonized burn wounds ;
ekonomis karena hanya membutuhkan Tap Water dan a randomized controlled clinical trial. Burns,
sedikit garam untuk memproduksinya (Kubota, Nose, 39(6), 1131–1136. http://doi.org/10.1016/j.
Yonekura, Kosumi, & Yamauchi, 2009) namun peng- burns.2013.01.019
18
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (1) 2019
20