Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
yang ditandai dengan takipnea, retraksi dinding dada, napas cuping hidung,
merintih atau grunting, sianosis, apnu tau henti napas. Respiratory distress dapat
mekonium.
adalah sindrom atau sekumpulan gejala klinis dan radiologis akibat janin atau
pada bayi cukup atau lebih bulan. Insiden air ketuban keruh terjadi pada 8-16%
dari seluruh persalinan, terjadi baik secara fisiologis ataupun patologis yang
menjadi SAM dengan berbagai derajat. Keadaan AKK menempati posisi penting
sebagai faktor risiko SAM yang merupakan penyebab signifikan morbiditas dan
mortalitas janin.2
1
Penulisan case report ini dibatasi mengenai aspirasi mekonium mencakup
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
yang ditandai dengan takipnea, retraksi dinding dada, napas cuping hidung,
merintih atau grunting, sianosis, apnu tau henti napas. Respiratory distress dapat
mekonium.1
klinis dan radiologis akibat janin atau neonatus menghirup atau mengaspirasi
merupakan akibat dari keadaan hipoksia intrauterin dan atau gawat janin. 1
2.2 Epidemiologi
kelahiran hidup dipersulit dengan AKK dan 35% berkembang menjadi SAM.
Penurunan insiden SAM dari 5,8% sampai 1,5% terjadi selama periode
1990 sampai 1997 yang yang mendukung penurunan insiden kematian 33% pada
3
2.3 Anatomi dan Fisiologi
adalah salah satunya sistem pernafasan. Selama dalam uterus, janin mendapatkan
oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah lahir, pertukaran gas harus
melalui paru-paru.9
kearah kaudal ke mesenkim sekitar dan pembuluh darah, otot halus, tulang rawan
dan komponen fibroblas berasal dari jaringan ini. Secara endodermal epitelium
mulai membentuk alveoli dan saluran pernapasan. Diluar periode embrionik ini,
ada 4 stadium perkembangan paru yang telah dikenal. Pada seluruh stadium ini,
4
2.3.2 Awal Adanya Nafas
Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan dua rahim
secara mekanis.
alveolar tipe II dan mielin tubuler. Pembentukan mielin tubuler tergantung pada
ion kalisum dan protein surfaktan SP-A dan SP-B. Surfaktan lapisan tunggal
bersal dari mielin tubuler dan sebagian besar terdiri dari DPPC.7
kali. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan dan jumlahnya akan
5
Tanpa surfaktan alveoli akan kolaps setiap saat setelah akhir setiap pernafasan
bayi melalui jalan ahir selama persalinan, sekitar 1/3 cairan ini akan diperas
keluar paru-paru. Dengan beberapa kali tarikan nafas pertama, udara memenuhi
ruangan trakea dan bronkus bayi baru lahir. Dengan sisa cairan di dalam paru-
paru dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.9
vasokontriksi. Pengerutan pembuluh darah ini berarti tidak ada pembuluh darah
yang terbuka, guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga
6
2.4 Etiologi dan Faktor Risiko
disebabkan imaturitas paru dan defisiensi surfaktan , terutama pada neonatus usia
Disebut juga sebagai wet lung yang terutama terjadi pada bayi cukup bulan,
3. Pneumonia neonatal
4. Aspirasi mekonium
pada bayi cukup atau lebih bulan. Mekonium yang masuk ke dalam saluran napas
1. Bayi kurang bulan (BKB). Pada bayi kurang bulan, paru bayi secara
rongga alveoli.
7
2. Kegawatan neonatal seperti kehilangan darah dalam periode perinatal,
3. Bayi dari ibu diabetes melitus. Pada bayi dari ibu dengan diabetes terjadi
4. Bayi lahir dengan operasi sesar. Bayi yang lahir dengan operasi sesar,
5. Bayi yang lahir dari ibu yang menderita demam, ketuban pecah dini dapat
aspirasi mekonium.
2.5 Patofisiologi
defisiensi ini paru bayi akan gagal mempertahankan kestabilan alveolus pada
akhir ekspirasi, sehingga pada saat inspirasi berikutnya dibutuhkan tekanan yang
lebih besar untuk mengembangkan alveolus yang mengalami kolaps dan pada
setiap ekspirasi terjadinya atelektasis menjadi bertambah. Kolaps paru ini akan
8
akan terjadi metabolisme anaerobik dengan penimbunan asam laktat dan asam
Selanjutnya akan terjadi kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolaris
fibrin dan selanjutnya fibrin bersama-sama dengan jaringan epitel yang nekrotik
terjadinya difusi dan pada akhirnya akan memperparah gangguan napas pada
neonatus.10,12
menyerap kembali secara aktif Na+ hanya selama akhir kehamilan. Saat lahir,
paru-paru matur mengaktifkan sekresi Cl- (cairan) menjadi penyerapan aktif Na+
ekspresi gen untuk epitel Na+ channel (ENaC). Paru-paru janin imatur tidak
mampu untuk beralih dari sekresi cairan menjadi penyerapan cairan, yang diatur
kemungkinan besar melalui saluran EnaC pada akhir usia kehamilan janin. 10,12
9
Bayi matur yang memiliki transisi normal dari janin ke kehidupan
postnatal memiliki surfaktan dan sistem epitel yang matur. TTN terjadi pada bayi
baru lahir matur dengan jalur surfaktan matur dan kurang berkembangnya epitel
pada bayi dengan kedua jalur surfaktan dini dan Na+ transportasi immatur. 10,12
Bayi lahir dengan kelahiran sesar berisiko memiliki cairan paru yang
berlebihan sebagai akibat tidak mengalami semua tahapan persalinan normal dan
rendah dari pengaturan hormon pada saat persalinan. Hal ini membuat cairan
Pada bayi baru lahir sering disebabkan oleh ketuban pecah dini. Pada saat
ketuban pecah, paparan kuman yang berasal dari vagina berperan dalam infeksi
janin. Pada keadaan ini kuman dari vagina naik ke kavum uteri, melekat pada
khoriovaskulitis (infeksi pada pembuluh darah fetal) serta amnionitis. Bila cairan
amnion yang septik teraspirasi oleh janin maka akan menyebabkan pneumonia
sehingga ada kemungkinan tidak dapat dipenuhi oleh aliran darah dari plasenta.
Hal ini menimbulkan aliran nutrisi dan O2 tidak cukup sehingg amenyebabkan
laktat dan piruvat. Keadaan ini akan menimbulkan kegawatan janin (fetal distress)
10
intrauterin yang akan berlanjut menjadi asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir.
Cairan amnion berfungsi sebagai sawar proteksi terhadap infeksi asenden vagina,
11
sehingga terjadi gangguan napas pada bayi.12,13 Alur patofisiologi dapat di lihat
1. Sesak napas pada bayi prematur segera setelah lahir, yang ditandai
12
4. Merintih atau grunting terdengar merintih atau menangis saat inspirasi.
7. Dalam jam pertama sesudah lahir, empat gejala distres respirasi (takipnea,
retraksi, napas cuping hidung dan grunting) kadang juga dijumpai pada
BBL normal tetapi tidak berlangsung lama. Gejala ini disebabkan karena
perubahan fisiologis akibat reabsorbsi cairan dalam paru bayi dan masa
8. Bila takipnea, retraksi, napas cuping hidung dang grunting menetap pada
beberapa jam setelah lahir, ini merupakan indikasi adanya gangguan napas
Downes. Skor Downes merupakan sistem skoring yang lebih komprehensif dan
Pemeriksaan Skor
0 1 2
O2
13
udara masuk masuk
Keterangan:
2.7 Diagnosis
2.7.1 Anamnesis
kongesti nasal, depresi susunan saraf pusat, perdarahan susunan saraf pusat,
neonatal, tali pusat menumbung, bayi lebih bulan, demam atau suhu yang
miastenia.
14
obstruksi,meningkatnya diameter anterior posterior paru, hipoplasia
paru,trakeoesofageal fistula).
yang berlebihan.
Sianosis
Retraksi
Tanda obstruksi saluran napas mulai dari hidung : atresia koana, ditandai
tali pusat
bronchogram.
15
- Laboratorium darah : Hb, Ht, dan gambaran darah tepi tidak
Laboratorium :
Foto toraks :
c. Pneumonia neonatal
- Foto toraks : tampak densitas homogen dan difus ataupun infiltrat luas
16
d. Aspirasi mekonium
2.8 Penatalaksanaan
tindakan penunjang pada penderita berat. Tindakan umum yang perlu dikerjakan
ialah 12,13 :
ml/KgBB/hari.
17
2.8.2 Tindakan Khusus
a. Pemberian O2
PaO2 antara 80-100 mgHg. Bila fasilitas untuk pemeriksaan tekanan gas arterial
tidak ada,O2 dapat diberikan sampai gejala sianosis hilang. Untuk mencapai
sungkup dan tidak mungkin dicapai dengan cara pemberian O2 melalui kateter
memperlihatkan PaO2 kurang dari 40 mmHg, PCO2 > 70 mmHg, PH darah < 7,2
atau masih adanya serangan apneu berulang. Dasar ventilasi mekanis adalah
airway pressure = CPAP). Cara ini dapat dicapai dengan memberikan tekanan
positif terhadap udara yang masuk atau mengadakan tekanan negatif yang
18
Pemberian O2 dengan ventilasi tekanan positif yang intermiten (Intermittent
b. Pemberian Antibiotika
diberikan selama bayi mendapat cairan intravena sampai gejala gangguan nafas
tidak ditemukan lagi. Sebaiknya antibiotik yang dipilih adalah yang mempunyai
19
2.9. Prognosis
Prognosis baik bila gangguan napas akut dan tidak berhubungan dengan keadaan
hipoksemia lama.7
20
BAB 3
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
MR : 520767
Anak ke :2
Alamat :
Keluarga
Ibu Ayah
Umur 27 th 31 th
Perkawinan ke 1 1
21
Anamnesis
Keluhan Utama
Bayi tampak biru dan tidak aktif sejak sekitar 3 jam sebelum masuk rumah sakit.
- Bayi teraba dingin sekitar sejak 10 jam sebelum masuk rumah sakit (tadi
37C.
- Pasien menyusu (susu formula) sekitar 6 jam sebelum masuk rumah sakit,
lalu terdengar seperti tersedak. Namun tidak disertai sesak nafas maupun
- Sekitar 4 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien diberi susu formula
perdot, dan setelah itu ibu mulai menyadari pasien tampak kebiruan di
- Pasien apnea dengan SaO2 66%, kemudian diberi bantuan nafas dengan
PEEP 5 mmH2O.
- Demam sekitar 3 hari yang lalu, tidak tinggi, tidak menggigil, tidak
disertai kejang.
- Sekitar 3 hari yang lalu, pasien control ke poli anak RSAM, dengan
22
preterm 28-29 minggu, lahir SC a.i KPD lebih dari 12 jam + letak
sungsang.
HPHT :-
Taksiran Persalinan :-
Kualitas dan kuantitas makan cukup, tidak ada minum alkohol, merokok dan
narkoba.
Riwayat Persalinan
Ditolong oleh dokter di RSAM, Sectio Caesaria a.i KPD lebih dari 12 jam + letak
sungsang, kondisi ketuban jernih, jumlah lebih kurang 300 ml. Saat lahir anak
Pemeriksaan Fisik:
23
A. Sebelum Resusitasi:
Kesadaran : apatis
Suhu : 34,90 C
Saturasi : 66%
usaha nafas
B. Setelah Resusitasi:
Kesan Umum
Panjang badan : 47 cm
Saturasi : 96%
24
Sianosis : tidak ada
Suhu : 360 C
cm, ubun-ubun kecil 0,5 x 0,5 cm, jejas persalinan tidak ada
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, mata tidak cekung.
Mulut : sianosis sirkum oral tidak ada, tonsil dan faring sulit dinilai
Paru
Jantung
25
Abdomen
Palpasi : supel, hepar teraba 1/4 -1/4 permukaan licin dan rata, pinggir tajam,
Perkusi : timpani
Diagnosis Kerja
Diagnosis Banding
Bronkopneumonia
Tatalaksana
Rencana
Rontgen thorax
Hasil Pemeriksaan
GDR : 87 mg/dL
Hb : 10,5 gr/dL
Trombosit :269.000/mm3
Ht : 31,5%
Follow-up
Hari/Tanggal Follow-Up
18/6/19 S/
Sianosis tidak ada
Rawatan ke-1 Akral hangat
Pasien menangis kuat
O/
KU Kesadaran Nadi Nafas Suhu SaO2
S.Sdg CM 140x/menit 51x/menit 360 C 96%
Thoraks: pengembangan dinding dada simetris, retraksi
intercostal tidak ada.
Abdomen: datar, retraksi epigastrium minimal
Ext: akral hangat, CRT< 2 detik
GDR: 87 mg/dL
A/ Distres nafas ec pneumonia aspirasi
DD/ Bronkopneumonia
P/
Pasien dirawat di incubator
Rencana pasang CPAP FiO2 25% PEEP 5mmHg -> jika
masih belum bisa dilepas, rencana transfusi PRC 25 ml
IVFD Aminofuschin 40 cc/24 jam
Injeksi Ampicilin 2 x 110 (i.v)
Injeksi Gentamicin 1 x 11 mg (i.v)
Pantau tanda-tanda vital (terutama suhu, saturasi oksigen)
19/6/19 S/
Bayi dirawat dalam incubator
Rawatan ke-2 Sesak tidak ada
Sianosis tidak ada
Akral hangat
Muntah tidak ada
Demam tidak ada
28
Post transfusi PRC 25ml
O/
KU Kesadaran Nadi Nafas Suhu SaO2
S.Sdg CM 137x/menit 47x/menit 370 C 90%
Thoraks: pengembangan dinding dada simetris, retraksi
intercostal tidak ada.
Abdomen: datar, retraksi epigastrium minimal
Ext: akral hangat, CRT< 2 detik
29
BAB 4
PEMBAHASAN
Dari anamnesis didapatkan bahwa bayi tampak biru dan tidak aktif sejak
sekitar 3 jam sebelum masuk rumah sakit. Berdasarkan riwayat penyakit sekarang,
pasien pernah dirawat di ruang NICU RSAM selama 2 minggu, sekitar 1 bulan
yang lalu dengan diagnosis NKB-BBLR 1600gram PB 46 cm gravid preterm 28-
29 minggu, lahir SC a.i KPD lebih dari 12 jam + letak sungsang. Bayi teraba
dingin sekitar sejak 10 jam sebelum masuk rumah sakit. Pasien menyusu (susu
formula) sekitar 6 jam sebelum masuk rumah sakit, lalu terdengar seperti
tersedak. Namun tidak disertai sesak nafas maupun muntah. Kemudian sekitar 4
jam sebelum masuk rumah sakit, pasien diberi susu formula perdot, dan setelah
itu ibu mulai menyadari pasien tampak kebiruan di telapak kaki dan bibir, dan
mulai tidak aktif. Pada pasien, dicurigai terjadi aspirasi yang menyebabkan
terjadinya distres nafas.
Saat pasien dibawa ke rumah sakit, pasien tambak sianosis dan tidak terlihat
adanya usaha nafas. Pasien diberikan rangsangan taktil, lalu pasien muntah dan
keluar cairan berwarna putih susu, sekitar 3 sdm.
- Pasien apnea dengan SaO2 66%, kemudian diberi bantuan nafas dengan
PEEP 5 mmH2O.
- Batuk disertai pilek sejak 3 hari yang lalu, sekret bening.
- Demam sekitar 3 hari yang lalu, tidak tinggi, tidak menggigil, tidak
disertai kejang.
30
- Sekitar 3 hari yang lalu, pasien control ke poli anak RSAM, dengan
demam dan batuk pilek.
tidak aktif, apatis, frekuensi jantung 145 kali per menit, tidak tampak usaha
nafas, suhu 34,90 C, saturasi 66%. Dimana pada distress nafas ec suspect
usaha nafas
mengatasi respiratory distress karena pada pasein ditemukan retrasi dinding dada.
31
menjaga bayi agar tidak mengalami dehidrasi, mempertahahankan pengeluaran
cairan ginjal serta menjaga kesembangan asam basa tubuh. Menurut teori, dalam
48 jam pertama diberikan cairan dekstrose 10% dalam jumlah 100 ml/kgBB/hari.
Pada pasien ini diberikan IVFD Dextrose 10% dalam jumlah 80 ml/kgBB/hari dan
juga diberikan IVFD NaCl 3% ml/ kgBB/ hari, Ca glukonas dan KCl. Pasien
intravena sampai gejala gangguan nafas tidak ditemukan lagi. Antibiotik yang
diberikan adalah antibiotik yang mempunyai spektrum luas. Pada pasien ini
cefotaxim 2 x 160 mg IV, injeksi sibitol 2 x 7,5 mg untuk mengatasi kejang pada
pasien .
32
DAFTAR PUSTAKA
33