You are on page 1of 46

Pengantar Umum

PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN


IUPHHK-RE
Berdasarkan P.32/Menhut-II/2014

Taufik Hidayat, SE, MM, CA


Universitas Indonesia
Agenda
 Pendahuluan
 Prinsip Perlakuan Akuntansi
 Aktivitas dalam IUPHHK-RE
 Perlakuan Akuntansi – Fase 1
 Perlakuan Akuntansi – Fase 2
 Tanya Jawab & Diskusi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
 PP No. 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta
Pemanfaatan Hutan, sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun
2008:
“Setiap pemegang izin usaha pemanfaatan hutan
wajib menatausahakan keuangan kegiatan usahanya
sesuai standar akuntansi kehutanan yang berlaku
bagi pemegang izin usaha pemanfaatan hutan.”
Latar Belakang
 Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.69/Menhut-II/2009 tentang Pedoman Pelaporan
Keuangan Pemanfaatan Hutan Produksi dan
Pengelolaan Hutan (DOLAPKEU-PHP2H).
 Lingkup:
◦ Hutan Alam (HA)
◦ Hutan Tanaman Industri (HTI).
Latar Belakang
Tiga aspek keberhasilan pembangunan kehutanan:

Ekonomi

Ekologi Sosial
Latar Belakang
 Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.
56/Menhut-II/2009 tentang Rencana Kerja Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam dan
Restorasi Ekosistem, sebagaimana telah diubah
dengan P. 24/Menhut-II/2011:
Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Restorasi
Ekosistem Dalam Hutan Alam yang selanjutnya
disebut IUPHHK-RE.
 Perizinan : P.50/Menhut-II/2010  P.26/Menhut-
II/2012.
Latar Belakang
 P.69/Menhut-II/2009 tentang Pedoman Pelaporan
Keuangan Pemanfaatan Hutan Produksi dan
Pengelolaan Hutan:
“Dalam pembangunan di bidang kehutanan, Pemerintah
memiliki tugas mewujudkan hutan yang lestari melalui
pendayagunaan sumber daya hutan secara rasional,
optimal, bertanggung jawab dan sesuai dengan daya
dukungnya serta tetap mengutamakan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat dan memperhatikan
keseimbangan lingkungan hidup bagi pelaksanaan
pembangunan berkelanjutan.”
 P.69/Menhut-II/2009 belum mencakup RE.
P.32/Menhut-II/2014
 Menambahkan ketentuan terkait IUPHHK RE.
 Belum mengadopsi PSAK terkini.
 Struktur:
1. Pedoman Pelaporan Keuangan Pemanfaatan Hutan Produksi
(DOLAPKEU-PHP)
2. Tabel Kegiatan dan Perlakuan Akuntansi
◦ Tabel 1.A : Kegiatan dan Perlakuan Akuntansi IUPHHK HA;
◦ Tabel 1.B : Kegiatan dan Perlakuan Akuntansi IUPHHK-HT (HT
Dalam Pengembangan);
◦ Tabel 1.C : Kegiatan dan Perlakuan Akuntansi IUPHHK-HT
(HT Siap Panen);
◦ Tabel 1.D : Kegiatan dan Perlakuan Akuntansi IUPHHK-RE
(Sebelum Keseimbangan Ekosistem / Fase 1);
◦ Tabel 1.E : Kegiatan dan Perlakuan Akuntansi IUPHHK-RE
(Sesudah Keseimbangan Ekosistem / Fase 2).
3. Contoh Format Laporan Keuangan Pemanfaatan Hutan Produksi.
IUPHHK-RE
IUPHHK-RE adalah izin usaha yang diberikan untuk
membangun kawasan dalam hutan alam pada hutan
produksi yang memiliki ekosistem penting sehingga
dapat dipertahankan fungsi dan keterwakilannya
melalui kegiatan pemeliharaan, perlindungan dan
pemulihan ekosistem hutan termasuk penanaman,
pengayaan, penjarangan, penangkaran satwa,
pelepasliaran flora dan fauna untuk mengembalikan
unsur hayati (flora dan fauna) serta unsur non hayati
(tanah, iklim dan topografi) pada suatu kawasan
kepada jenis yang asli, sehingga tercapai
keseimbangan hayati dan ekosistemnya.
PRINSIP AKUNTANSI
Prinsip Akuntansi
 Prinsip akuntansi mengacu kepada:
◦ Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan (KDP2LK) – SAK
◦ Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
yang relevan.
◦ DOLAPKEU-PHP2H (P.69-2009).
 Permasalahan utama: Indentifikasi apakah
pengeluaran termasuk kategori:
◦ Aset
◦ Beban
Aset
 Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana
manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan
diperoleh entitas. (KDP2LK:49)
 Dalam menilai apakah suatu pengeluaran memenuhi
definisi aset, entitas perlu memperhatikan substansi yang
mendasari serta realita ekonomi dan bukan hanya dari
bentuk hukumnya. (KDP2LK:51)
 Banyak aset yang memiliki bentuk fisik dan/atau
dihubungkan dengan hak menurut hukum, termasuk hak
milik. Namun demikian, bentuk fisik maupun hak milik
tidak esensial dalam menentukan eksistensi aset.
(KDP2LK:56)
Aset
 Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan
bahwa aset memiliki karakteristik sebagai berikut:
◦ Memiliki manfaat ekonomi bagi entitas, yaitu berdasarkan
substansi ekonomi dan bukan dari aspek hukum dan fisiknya
semata.
◦ Terjadi akibat peristiwa masa lalu.
◦ Dikendalikan oleh entitas.
 Aset juga dapat diakui meskipun secara hukum
entitas tidak memiliki aset tersebut, sepanjang
memberikan manfaat ekonomi bagi entitas. Aset
seperti ini biasanya dikenal sebagai aset hak kelola.
Aset hak kelola dihentikan pengakuannya ketika
diserahkan pada akhir masa konsesi.
Aset Lancar
 Aset lancar adalah aset yang memiliki
karakteristik sebagai berikut :
◦ Entitas memperkirakan akan merealisasikan aset, atau
bermaksud untuk menjual atau menggunakannya, dalam
siklus operasi normal;
◦ Entitas memiliki aset untuk tujuan diperdagangkan;
◦ Entitas memperkirakan akan merealisasi aset dalam
jangka waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan;
atau
◦ Kas atau setara kas, kecuali aset tersebut dibatasi
pertukaran atau penggunaannya untuk menyelesaikan
liabilitas sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah
periode pelaporan.
Aset Tetap
 Aset Tetap adalah aset berwujud yang memiliki
karakteristik sebagai berikut: :
◦ Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau
penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada
pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan
◦ Diperkirakan untuk digunakan lebih dari satu periode.
 Aset Tetap dapat dibedakan menjadi 3 kelompok
utama, yaitu Aset Tetap berupa
◦ Pemilikan Langsung,
◦ Hak Kelola,
◦ Sewa, dan
◦ Aset Dalam Penyelesaian
Aset Takberwujud
 Aset Takberwujud adalah aset nonmoneter
teridentifikasi tanpa wujud fisik. Suatu aset yang
teridentifikasi harus memenuhi kriteria sebagai
berikut:
◦ Dapat dipisahkan, yaitu dapat dipisahkan atau dibedakan
dari entitas dan dijual, dialihkan, dilisensikan, disewakan
atau ditukarkan, baik secara individual atau bersama
dengan kontrak terkait, aset teridentifikasi, atau liabilitas
teridentifikasi, terlepas apakah entitas bermaksud untuk
melakukan hal tersebut; atau
◦ Timbul dari hak kontraktual atau hak hukum lain,
terlepas apakah hak tersebut dapat dialihkan atau
dipisahkan dari entitas atau dari hak dan kewajiban lain.
Aset Tanaman
 Aset Tanaman merupakan aset yang menjadi
keunikan dalam usaha kehutanan, yang merupakan
aset biolojik.
 Aset ini terdiri dari tanaman yang dapat
memberikan manfaat dalam bentuk kayu ataupun
bukan kayu. Manfaat atas aset ini akan berakhir
ketika hasil kayu telah diperoleh atau tidak dapat
diperoleh lagi secara ekonomis.
 Aset ini dapat dimiliki entitas ataupun dengan hak
kelola.
Aset Lain-lain
 Seluruh aset yang tidak memenuhi kriteria aset
yang ada diklasifikasikan sebagai Aset Lain-lain.
 Termasuk dalam klasifikasi aset ini adalah Beban
Tangguhan dan aset yang dimiliki namun tidak
digunakan dalam kegiatan operasi.
Beban
 Beban diakui dalam laporan laba rugi kalau
penurunan manfaat ekonomi masa depan yang
berkaitan dengan penurunan aset atau kenaikan
liabilitas telah terjadi dan dapat diukur dengan
andal. (KDP2LK: 94)
 Beban segera diakui dalam laporan laba rugi kalau
pengeluaran tidak menghasilkan manfaat ekonomi
masa depan atau kalau sepanjang manfaat ekonomi
masa depan tidak memenuhi syarat, atau tidak lagi
memenuhi syarat, untuk diakui dalam neraca
sebagai aset. (KDP2LK: 97)
Beban
 Jika manfaat ekonomi diharapkan timbul selama
beberapa periode akuntansi dan hubungannya
dengan penghasilan hanya dapat ditentukan secara
luas atau tidak langsung, beban diakui dalam
laporan laba rugi atas dasar prosedur alokasi yang
rasional dan sistematis.
 Dalam kasus semacam itu, beban ini disebut
penyusutan atau amortisasi.
 Prosedur alokasi ini dimaksudkan untuk mengakui
beban dalam periode akuntansi yang menikmati
manfaat ekonomi aset yang bersangkutan.
(KDP2LK: 96)
Beban
 Harga Pokok Penjualan (HPP), adalah beban yang
memiliki karakteristik sebagai berikut:
◦ Beban yang dikeluarkan atas persediaan yang telah terjual,
atau jasa yang diberikan.
◦ Diakui pada periode yang sama ketika entitas tersebut
mengakui penjualan atas persediaan atau jasa yang
diberikan.
 Beban Operasi
◦ Beban operasi didefinisikan sebagai beban yang terkait
dengan aktivitas utama entitas. Beban ini mencakup beban
administrasi dan beban penjualan.
 Beban Lainnya
◦ Seluruh beban yang tidak memenuhi kriteria HPP dan
Beban Operasi akan diklasifikasikan sebagai Beban Lainnya.
AKTIVITAS DALAM IUPHHK-RE
Aktivitas dalam IUPHHK-RE
1. Perencanaan
2. Restorasi (Flora, fauna dan habitat)
3. Pembangunan sarana prasarana
4. Pelepasliaran flora atau fauna
5. Pengendalian kebakaran dan pengamanan hutan
6. Monitoring dan evaluasi hasil restorasi
7. Pemenuhan kewajiban kepada negara
8. Pemenuhan kewajiban kepada lingkungan dan sosial
9. Penelitian dan pengembangan
10. Biaya umum dan administrasi
11. Pembinaan hutan
12. Pemanenan hasil hutan
Perencanaan
 Kegiatan Perencanaan adalah suatu proses yang
dilakukan secara teratur, sistematis, berdasarkan
pengetahuan, metode ataupun teknik tertentu yang
menghasilkan rencana kebijaksanaan, rencana program dan
rencana proyek serta pemantauan dan penilaian atas
perkembangan hasil pelaksanaan, diantaranya:
◦ Perizinan
◦ Tata Batas Areal & Pemetaan
◦ Citra Satelit
◦ IHMB / Risalah
◦ Rencana Kerja
◦ Penataan Areal Kerja
◦ Pembukaan Wilayah Hutan, dll.
Restorasi Habitat
 Restorasi Habitat merupakan proses pengkondisian
ekosistem (tanah, vegetasi, dan kehidupan liar) untuk
mencapai pola dan profil yang serupa dengan kondisi pada
saat sebelum terganggu, baik secara komposisi, struktur,
maupun fungsi. Restorasi dilakukan sebagai upaya untuk
memaksimalkan konservasi karagaman hayati dan fungsi
ekosistem.
◦ Inventarisasi (Flora, Fauna, & Tegakan)
◦ Penjarangan Tegakan Tinggal
◦ Persemaian/pembibitan
◦ Penanaman
◦ Pemeliharaan
◦ Restorasi habitat flora fauna pilihan, dll
Pembangunan Sarana dan Prasarana
 Pembangunan sarana dan prasarana adalah kegiatan
pembangunan fasilitas yang mendukung operasional
pemegang IUPHHK. Kegiatan ini meliputi tapi tidak
terbatas pada, pembangunan jembatan dan jalan induk,
pembangunan jembatan dan jalan cabang, pembangunan
jembatan dan jalan ranting, pengadaan rel, pembangunan
base camp dan pembangunan TPn/TPK/log pond/log
yard/dermaga.
◦ Jembatan dan Jalan
◦ Kantor
◦ Basecamp.
◦ Bangunan Persemaian, Rehabilitasi, Penelitian.
◦ Dll
Pelepasliaran Flora dan/atau Fauna
 Kegiatan pelepasliaran flora dan/atau fauna 
kegiatan mengembalikan unsur hayati (flora dan fauna)
serta unsur non hayati (tanah, iklim dan topografi) pada
suatu kawasan kepada jenis yang asli, sehingga tercapai
keseimbangan hayati dan ekosistemnya.
◦ Pemeliharaan Flora dan/atau Fauna
◦ Survei kebutuhan ekologi dan pakan
◦ Pelepasliaran
◦ Monitoring
Pengendalian Kebakaran dan Pengamanan
Hutan
 Kegiatan pengendalian kebakaran dan
pengamanan hutan adalah kegiatan pengendalian dan
penjagaan sumber daya hutan dari bahaya kebakaran dan
bahaya lainnya yang meliputi:
◦ pembangunan menara api,
◦ pengadaan sarana dan prasana kebakaran,
◦ pembuatan ilaran api,
◦ pembangunan pos jaga,
◦ pengerahaan tenaga terlatih,
◦ patroli dan penyuluhan,
◦ penggunaan bahan dan perlengkapan pengamanan,
◦ biaya asuransi.
Monitoring dan Evaluasi
 Kegiatan monitoring dan evaluasi internal adalah
proses dalam kegiatan manajerial untuk memantau kinerja
dan pencapaian pemegang izin.
 Dari kegiatan ini diperoleh umpan balik atas kondisi
pengelolaan lingkungan hutan restorasi.
 Umpan balik dari kegiatan monitoring dan evaluasi
internal ini secara signifikan menjadi arahan baru bagi
manajemen untuk menyesuaiakan rencana dan strategi
baru agar tujuan restorasi menciptkan ekosistem yang
seimbang tercapai secara efektif dan efisien.
Pemanfaatan Hasil Hutan
 Kegiatan Pemanfaatan Hasil Hutan merupakan
kegiatan dalam rangka pemanenan hasil hutan baik berupa
kayu (HK) dan bukan kayu (HBK).
 Pemanfaatan hasil hutan kayu (HK) baru dapat dilakukan
setelah keseimbangan ekosistem tercapai.
◦ Penjarangan, Penebangan dan Pemanfaatan HHBK
◦ Kupas Kulit, Paku S, Penandaan
◦ Penyaradan
◦ Pemuatan/Perakitan
◦ Pengangkutan
◦ Pembongkaran
Pemenuhan Kewajiban
 Pemenuhan kewajiban kepada negara dibayarkan
secara reguler (PBB/PPh) dan non regular (PSDH). Sifat
pembayaran ini adalah wajib dilakukan ketika entitas
memenuhi kriteria yang ditetapkan pemerintah.
 Pemenuhan kewajiban kepada lingkungan dan
sosial merupakan kewajiban terkait pengelolaan,
pemantauan, dan evaluasi lingkungan, serta tanggung jawab
sosial perusahaan, yang meliputi:
◦ Pelaksanaan kelola Lingkungan
◦ Pelaksanaan pemantauan lingkungan
◦ Pelaksanaan kelola sosial/CSR/PMDH
◦ Penyajian evaluasi lingkungan
◦ Sertifikasi (PHPL, dll).
Penelitian dan Pengembangan
 Penelitian dan Pengembangan adalah kegiatan yang
berkaitan dengan riset ilmiah murni dan pengembangan
aplikatif di bidang teknologi.
◦ Pengembangan kelembagaan
◦ Identifikasi flora dan founa pilihan
◦ Pengamatan Petak Ukur Permanen (PUP)
◦ Tehnik Restorasi
Biaya Umum dan Administrasi
 Biaya Umum dan Administrasi adalah biaya non
produksi utama yang diakui dalam Laporan laba rugi.
PERLAKUAN AKUNTANSI
Keseimbangan Ekosistem
 Keseimbangan hayati dan ekosistem adalah
interaksi antara unsur biotik dan habiotik yang
menghasilkan stabilitas dan produktivitas biotik yang
optimal serta berfungsinya unsur biotik untuk menunjang
kehidupan.
 Manfaat atas hasil hutan RE baru dapat diperoleh ketika
tercapainya keseimbangan ekosistem.
 Oleh karena itu, keseimbangan ekosistem menjadi tolak
ukur manfaat yang akan diperoleh pemegang izin,
sehingga perlakuan akuntansi dipisah antara
periode sebelum keseimbangan ekosistem
tercapai (fase 1) atau setelah keseimbangan
ekosistem tercapai (fase 2).
Pemisahan Perlakuan Akuntansi
Berdasarkan Fase
Fase 1 (Sebelum Keseimbangan Ekosistem)
• Terdapat pengeluaran yang manfaatnya jangka panjang atau jangka
pendek
• Manfaat jangka pendek diakui sebagai beban, sedangkan jangka panjang
diakui sebagai aset jika:
• Menghasilkan manfaat (potensi arus kas) masa depan baik secara
langsung atau tidak langsung.
• Manfaat tersebut dapat diukur secara andal.

Fase 2 (Setelah Keseimbangan Ekosistem)


• Aset yang dikapitalisasi di fase 1 dibebankan pada fase 2  HPP atau
Beban Operasi (Depresiasi atau Amortisasi)
• Pengeluaran di fase 2 yang terkait dengan aset yang telah diakui di fase 1:
• Diakui sebagai aset jika memenuhi prinsip pengakuan aset.
• Dibebankan
IUPHHK RE Sebelum Setelah
Keseimbangan Keseimbangan
Ekosistem Ekosistem

Hutan
Sesuai porsi
Existing ditebang

Pendapatan Kayu
Boleh Aset Pembebanan
Ditebang (HRE dalam ke HPP HPP
pengembangan)
Laba Kotor
Penanaman
Reklas
(restorasi) Pendapatan Non Kayu:
•Jasa Lingkungan
•Pemanfaatan Kawasan
Aset Hak •Hasil Bukan Kayu
Tidak Boleh
Ditebang
Kelola Amortisasi
(HRE dalam ke HPP HPP
pengembangan)
Laba Kotor

Aset Tetap, Aset


Tak berwujud, terkait produksi Beban Operasi
Beban Tangguhan tidak terkait produksi
Klasifikasi Pengeluaran dan
Penerimaan pada IUPHHK-RE
Pendapatan
Utama
Penerimaan
Pendapatan
Lain‐lain
Pemilikan
Aset Lancar
Langsung
KEGIATAN  Aset Tetap Hak kelola
PENGELOLAAN 
HUTAN RE Aset Tak
Aset Sewa
Berwujud
Aset Lain‐lain 
(Beban
Tangguhan) Hutan RE
Pengeluaran Aset Tanaman Hak Kelola

Hutan RE
HPP

Beban Beban Operasi

Beban Lainnya
Aktivitas dalam IUPHHK-RE
No Aktivitas Fase 1 Fase 2
1 Perencanaan √ √
2 Restorasi (Flora, Fauna & Habitat) √ √
3 Pembangunan Sarana Prasarana √ √
4 Pelepasliaran flora dan/atau fauna √ √
5 Pengendalian Kebakaran & √ √
Pengamanan Hutan
6 Monitoring dan Evaluasi √ √
7 Pemanfaatan Hasil hutan √ √
8 Pemenuhan kewajiban pada Negara √ √
9 Pemenuhan Kewajiban pada √ √
Lingkungan & Sosial
10 Penelitian dan Pengembangan √ √
11 Biaya umum dan Administrasi √ √
Perlakuan Akuntansi – Fase 1
Lihat Matriks Terlampir
Perlakuan Akuntansi – Fase 2
Lihat Matriks Terlampir
Diskusi dan Tanya Jawab

You might also like