You are on page 1of 27

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas limpahan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya telah memberikan petunjuk, kesehatan, kesempatan, dan
kekuatan kepada penulis sehingga dapat menyajikan makalah yang berjudul “Revenue
Recognition Principle (Pengakuan Pendapatan)”. Didalam tulisan ini, disajikan pokok-pokok
bahasan yang disusun sebagai bahan penuntun atau pegangan mahasiswa dengan materi yang
telah disesuaikan khususnya mata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah II. Harapan penulis
bahwa makalah ini dapat membantu para mahasiswa dalam kegiatan perkuliahan.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Kurniasih Dwi Astuti,SE.Ak.,M.Ak
tselaku dosen mata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah II atas bimbingan dan
pengarahannya selama penyusunan makalah ini serta pihak-pihak yang telah membantu dan
tidak dapat disebutkan satu persatu. Disadari bahwa kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki
penyusun, walaupun telah dikerahkan segala kemampuan untuk lebih teliti, tetapi masih
banyak dirasakan kekurang tepatan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Serang, 10 Maret 2014

Penyusun

i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................................................ 1

1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................................................... 2

1.3 Tujuan Pembahasan ................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3

2.1 PENGAKUAN PENDAPATAN (KONTRAK JANGKA PANJANG) ........................................ 3

2.2 PENGAKUAN PENDAPATAN (LAINNNYA)........................................................................ 17

KONTRAK JASA .......................................................................................................................... 17

PENDAPATAN BUNGA, ROYALTI, dan DEVIDEN ........................................................... 20

BAB III PENUTUP ............................................................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 24

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Berdasarkan studi, pengakuan pendapatan telah menjadi sumber tunggal terbesar dari
pernyataan ulang perusahaan selama dekade belakangan. Studi tersebut menyimpulkan:

1. Pernyataan ulang dari pengakuan pendapatan yang tidak benar akan mengakibatkan
penurunan yang lebih besar dalam kapitalisasi pasar ketimbang setiap jenis pernyataaan
ulang lainnya.
2. Masalah pendapatan menyebabkan delapan dari sepuluh besar kerugian nilai pasar pada
tahun belakangan ini.
3. Dari sepuluh perusahaan, tiga yang pertama mengalami kerugian $20 milyar nilai pasar
selama hanya tiga hari setelah pengungkapan masalah pengakuan pendapatan.

Sebagai akibat dari masalah pengakuan pendapatan SEC semakin meningkatkan


pengawasannya dalam hal ini (seperti terbukti dalam cerita pembuka). Dalam beberapa kasus,
penyesuaian yang signifikan harus dilakukan atas laporan keuangan yang telah diterbitkan
sebelumnya. Seperti dikemukakan oleh Lynn Turner, akuntan kepala SEC,” Apabila akuntan
melanggar batas-batas pelaporan yang sah, maka komisi akan yang diperlukan investor dan
menjadi pedomannya setiap hari.” Pengakuan pendapatan yang tidak tepat dapat terjadi dalam
semua industri. Produk yang terjual kepada distributor utuk dijual kembali dapat menimbulkan
risiko yang berbeda dibandingkan produk atau jasa yang dijual langsung kepada pelanggan.
Penjualan dalam industri berteknologi tinggi dimana keusangan produk yang cepat merupakan
masalah yang penting, dapat menimbulkan risiko yang berbeda dibandingkan penjualan
persediaan dengan umur yang lebih panjang, seperti peralatan pertanian atau konstruksi, mobil,
truk, dan perabotan.

1
1.2 Identifikasi Masalah
Prinsip pengakuan pendapatan adakalanya sulit untuk diterapkan dan sering berbeda di
antara industry. Belum lama ini SEC telah berusaha memberikan lebih banyak pedoman di
bidang ini karena keprihatinan bahwa prinsip pengakuan pendapatan terkadang diterapkan
secara tidak benar. Dalam beberapa kasus bahkan ada salah saji yang disengaja atas pendapatan
untuk mendapatkan hasil keuangan yang lebih baik. Agar pasar modal kita efisien, investor
harus mempunyai keyakinan bahwa informasi keuangan yang diberikan adalah relevan dan
dapat diandalkan. Akibatnya, sangat penting untuk mengeliminasi praktik pengakuan
pendapatan yang agresif.

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Menerapkan prinsip pengakuan pendapatan

2. Menguraikan masalah akuntansi yang melibatkan pengakuan pendapatan pada


saat penujalan

3. Mmwnguraikan kontrak jangka panjang


4. Menguraikan pendapatan Lainnya

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGAKUAN PENDAPATAN (KONTRAK JANGKA PANJANG)


Kontak jangka panjang sering kali menetapkan bahwa penjual dapat menagih pembeli
pada selang waktu tertentu, ketika berbagai tahap dari proyek itu telah dicapai. Apabila
proyek tersebut terdiri dari unit-unit yang terpisah maka perpindahan hak milik dan pengajuan
tagihan dapat dilakukan pada tahap penyelesaian yang sudah ditetapkan. Ketentuan kontrak
seperti ini menetapkan penyerahan secara cicilan, dan catatan akuntansi harus melaporkan hal
ini dengan mencatat penjualan ketika cicilan “diserahkan”. Ada dua metode akuntansi yang
sangat berbeda. Untuk kontrak konstruksi jangka panjang yang diakui oleh profesi akuntansi:

 Percentage-of-completion method (Metode Persentase Penyelesaian). Pendapatan dan laba


kotor diakui setiap periode berdasarkan kemajuan proses konstruksi, yaitu, persentase
penyelesaian. Biaya konstruksi ditambah laba kotor yang dihasilkan sampai hari ini
diakumulasi dalam sebuah akun persediaan (Konstruksi dalam Proses), dan termin
diakumulasi dalam akun kontra persediaan (Tagihan atas Konstruksi dalam Proses).
 Cost-recovery (zero-profit) method (Metode pemulihan biaya). Pendapatan dan laba
kotor hanya diakui pada saat kontrak diselesaikan. Biaya konstruksi diakumulasi dalam
suatu akun persediaan (Konstruksi dalam Proses), dan termin diakumulasi dalam akun
kontra persediaan (Tagihan atas Konstruksi dalam Proses).

Dasar pemikiran digunakannya akuntansi persentase penyelesaian adalah bahwa dalam


kebanyakan kontrak ini pembeli dan penjual mendapat hak yang dapat
dipaksakan pemberlakuannya (enforceable rights). Metode persentase penyelesaian harus
digunakan perusahaan apabila estimasi kemajuan kearah penyelesaian, pendapatan, serta biaya
secara layak dapat dipercaya, dan semua syarat berikut ini terpenuhi:

1. Kontrak itu secara jelas menetapkan hak-hak yang dapat dipaksakan


pemberlakuannya mengenai barang atau jasa yang akan diberikan dan
diterima oleh pihak yang terliba dalam kontrak, imbalan yang akan
dipertukarkan, serta cara dan syarat penyelesaian.
2. Pembeli dapat diharapkan untuk memenuhi semua kewajiban dalam
kontrak.

3
3. Kontraktor dapat diharapkan untuk melaksanakan kewajiban kontraktual
tersebut.
Metode pemulihan biaya harus digunakan perusahaan hanya jika:
a. Jika syarat-syarat untuk menggunakan metode persentase penyelesaian
tidak dapat dipenuhi, atau
b. Jika terdapat bahaya yang melekat dalam kontrak itu di luar resiko bisnis
yang normal dan berulang.
Asumsinya adalah bahwa metode presentase penyelesaian merupakan metode yang lebih baik
dan metode pemulihan biaya hanya akan digunakan jika metode persentase penyelesaian
dianggap tidak tepat.
1. Percentage-of-completion method (Metode Persentase Penyelesaian)
Mengakui pendapatan biaya, dan laba kotor sesuai dengan tercapainya kemajuan kearah
penyelesaian kontrak jangka panjang. Menunda pos-pos ini sampai seluruh kontrak
diselesaikan berarti salah menyajikan upaya (biaya) dan pencapaian (pendapatan)
dalam periode akuntansi interim. Untuk menerapkan metode persentase penyelesaian,
perusahaan harus mempunyai beberapa dasar atau standar untuk mengukur kemajuan
kearah penyelesaian pada tanggal interim tertentu.

Mengukur Kemajuan ke arah Penyelesaian

Berbagai metode telah digunakan dalam praktik untuk menentukan tingkat kemajuan ke
arah penyelesaian. Yang paling umum adalah metode biaya terhadap biaya (cost to cost
method ), dan metode unit yang dikirimkan (units delivery method ). Tujuan metode
tersebut adalah mengukur tingkat kemajuan dalam istilah biaya, unit, atau nilai tambah.
Berbagai ukuran ini diidentifikasi dan diklasifikasikan sebagai ukuran masukan (input)
dan keluaran (output).Ukuran masukan atau input measures dibuat sesuai dengan upaya
yang dicurahkan dalam suatu kontrak.Ukuran keluaran atau output measures dibuat
menurut hasilnya. Kedua ukuran itu tidak dapat diterapkan secara universal pada semua
proyek jangka panjang. Penerapannya membutuhkan penyesuaian yang hati-hati
sesuai dengan kondisi. Ukuran masukan didasarkan atas hubungan yang sudah
ditetapkan antara suatu unit masukan dan produktivitas. Jika inefisiensi menyebabkan
hubungan produktivitas ini berubah, makahasilnya adalah pengukuran yang tidak
akurat. Ukuran keluaran (output) dapat menghasilkan ukuran yang tidak akurat jika
unit-unit yang digunakan tidak dapat dibandingkan dari segi waktu, upaya, atau biaya

4
untuk menyelesaikannya.Salah satu ukuran masukan popular yang digunakan untuk
menentukan kemajuan ke arah penyelesaiannya adalah dasar biaya terhadap biaya (cost-to-
cost basis). Menurut dasar ini,sebuah perusahaan mengukur persentase, penyelesaian
dengan membandingkan biaya yang sudah terjadi sampai tanggal ini dengan estimasi
total biaya paling akhir untuk menyelesaikan kontrak itu. Rumus dasar biaya terhadap
biaya:

Rasio persentase biaya yang terjadi terhadap estimasi total biaya diterapkan pada
total pendapatan atau estimasi total laba kotor atas kontrak tersebut untuk mendapatkan
jumlah pendapatan atau laba kotor yang akan diakui sampai tanggal ini ditunjukkan dalam
rumus berikut :

Untuk mengetahui jumlah pendapatan dan laba kotor yang diakui setiap periode, UEH
harus mengurangkan total pendapatan atau laba kotor yang diakui dalam periode-periode
sebelumnya, seperti yang diperlihatkan dalam rumus berikut :

Karena digunakan secara luas (tanpa menyingkirkan dasar lain untuk mengukur
kemajuan kea rah penyelesaian), maka kita akan menggunakan metode itu dalam contoh.

5
Contoh Metode Persentase Penyelesaian-Dasar Biaya Terhadap Biaya

Untuk mengilustrasikan metode persentase penyelesaian, asumsikan bahwa Perusahaan


Konstruksi Hardhat memiliki kontrak untuk membangun jembatan $ 4.500.000 dengan
perkiraan biaya $ 4.000.000. Kontrak akan dimulai pada Juli 2010, dan jembatan akan selesai
pada Oktober 2012. Data berikut ini berkaitan dengan periode konstruksi. (Perhatikan bahwa
pada akhir 2011 Hardhat telah merevisi estimasi total biaya dari $ 4.000.000 menjadi $
4.050.000.)

Hardhat akan menghitung persentase yang lengkap seperti yang ditunjukkan pada Gambar

6
Atas dasar data di atas, Hardhat akan membuat ayat jurnal yang ditunjukan sebagai berikut
untuk mencatat (1) biaya konstruksi, (2) perkembangan tagihan, dan (3) tagihan. Ayat jurnal
ini muncul sebagai ringkasan dari banyak transaksi yang akan dimasukkan secara terpisah
sebagaimana terjadi selama tahun tersebut.

Dalam contoh ini, biaya yang dikeluarkan sampai saat ini adalah ukuran tingkat kemajuan
menuju penyelesaian. Untuk menentukan ini, Hardhat mengevaluasi biaya yang dikeluarkan
hingga saat ini sebagai bagian dari estimasi total biaya yang harus dikeluarkan untuk proyek
tersebut. Taksiran pendapatan dan laba kotor yang akan diakui oleh Hardhat untuk setiap
tahun dihitung seperti yang ditunjukkan dalam Ilustrasi.

7
Menunjukkan entri Hardhat untuk mengakui pendapatan dan laba kotor setiap tahun dan
untuk mencatat penyelesaian dan persetujuan akhir kontrak.

Isi dalam akun kontruksi dalam proses

Penyajian Laporan Keuangan-Persentase Penyelesaian


Biasanya bila piutang dari suatu penjualan dicatat, maka akun persediaan dikurangi.
Menurut metode Persentase Penyelesaian baik piutang maupun persediaan terus
tercatat. Pengurangan saldo akun Penagihan dari Konstruksi dalam Proses akan
mencegah persediaan dihitung dua kali (perhitungan ganda). Selama umur kontrak,
selisih antara akun Konstruksi dalam Proses dan Penagihan atas Konstruksi dalam
Proses dilaporkan dineraca sebagai aktiva lancar bila jumlahnya debet,dan sebagai
kewajiban lancar jika jumlahnya kredit.

8
Perhitungan Nilai Kontrak yang Belum ditagihkan pada tanggal 31 Desember 2010

Penyajian Laporan Keuangan

Catatan 1. Ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan.


Kontrak Konstruksi Jangka Panjang. Perusahaan mengakui pendapatan dan melaporkan
keuntungan dari kontrak konstruksi jangka panjang, bisnis utamanya, dengan metode kontrak
lengkap. Kontrak ini biasanya berlaku untuk periode lebih dari satu tahun. Biaya dan tagihan
kontrak diakumulasikan selama periode konstruksi, tetapi tidak ada pendapatan atau
keuntungan yang diakui sampai penyelesaian kontrak. Biaya yang termasuk dalam konstruksi
dalam proses termasuk bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead terkait proyek.
Beban umum dan administrasi Perusahaan dibebankan pada periode yang terjadi.

2. Cost-recovery (zero-profit) method


(Metode pemulihan biaya)
Menurut metode pemulihan biaya (completed-contract method ), pendapatan dan laba
kotor hanya diakui pada saat penjualan yaitu, pada saat kontrak diselesaikan. Menurut metode
ini, perusahaan mengakumulasi biaya kontrak jangka panjang dalam proses, tetapi tidak
9
ada pembebanan atau pengkreditan interim ke akun laporan laba rugi seperti pendapatan, biaya,
dan laba kotor. Keunggulan utama metode pemulihan biaya adalah bahwa pendapatan yang
dilaporkan didasarkan atas hasil akhir bukan atas estimasi pekerjaan yang belum dilaksanakan.

Kelemahan utamanya adalah bahwa metode ini tidak mencerminkan kinerja masa
berjalan apabila periode kontrak mencakup lebih dari satu periode akuntansi. Ayat jurnal tahunan
(annual entries) untuk mencatat biaya konstruksi, termin, dan hasil penagihan dari pelanggan
akan sama dengan yang telah diilustrasikan dalam metode persentase penyelesaian. Perbedaan
yang signifikan adalah bahwa perusahaan tidak akan membuat jurnal untuk mengakui pendapatan dan
laba kotor.

Untuk menggambarkan metode pemulihan biaya untuk proyek jembatan yang diilustrasikan
pada halaman sebelumnya, Hardhat Konstruksi akan melaporkan pendapatan dan biaya
berikut untuk 2010-2012, seperti yang ditunjukkan dalam ilustrasi.

10
Ayat jurnal yang Ditunjukkan Hardhat untuk mengakui pendapatan dan laba kotor setiap
tahun dan untuk mencatat penyelesaian dan penilaian akhir kontrak

Seperti yang ditunjukkan, tidak ada laba kotor yang diakui pada 2010 dan 2011. Pada 2012,
Hardhat kemudian menghitung laba kotor dan menutup akun Penagihan and kontruksi dalam.
Ilustrasi membandingkan jumlah laba kotor yang akan diakui oleh Hardhat Construction
Company untuk proyek jembatan berdasarkan dua metode pengakuan pendapatan.

11
Dalam metode pemulihan biaya, Hardhat Konstruksi akan melaporkan kegiatan konstruksi
jangka panjangnya sebagai berikut.

Catatan 1. Ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan.


Kontrak Konstruksi Jangka Panjang. Perusahaan mengakui pendapatan dan melaporkan
keuntungan dari kontrak konstruksi jangka panjang, bisnis utamanya, dengan metode kontrak
lengkap. Kontrak-kontrak ini umumnya berlaku untuk periode lebih dari satu tahun. Biaya
kontrak dan penagihan diakumulasikan selama periode konstruksi, tetapi tidak ada
pendapatan atau keuntungan yang diakui sampai penyelesaian kontrak. Biaya yang termasuk
dalam konstruksi dalam proses termasuk bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan
overhead terkait proyek. Beban umum dan administrasi Perusahaan dibebankan pada
periode yang terjadi.

3. Long-Term Contract Losses (Kerugian Kontrak Jangka Panjang)


Dua jenis kerugian dapat timbul pada kontrak jangka panjang:
1. Loss in the current period on a profitable contract (Kerugian Periode Berjalan atas
Kontrak yang Menguntungkan). Kondisi ini timbul apabila, selama konstruksi, terdapat
kenaikan yang signifikan dalam estimasi total biaya kontrak tetapi kenaikan tersebut
tidak menghilangkan semua laba kontrak.

12
Untuk mengilustrasikan kerugian pada periode saat ini pada kontrak yang diharapkan
akan menguntungkan setelah selesai, kami akan melanjutkan proyek jembatan
Hardhat Construction Company. Asumsikan bahwa pada tanggal 31 Desember 2011,
Hardhat memperkirakan biaya untuk menyelesaikan kontrak jembatan di $ 1.468.962
bukannya $ 1.134.000. Dengan asumsi semua data lain sama dengan sebelumnya,
Hardhat akan menghitung persentase yang lengkap dan mengenali kehilangan seperti
yang ditunjukkan pada Ilustrasi. Bandingkan perhitungan ini dengan yang untuk 2011
di Ilustrasi. "Presentase penyelesai" telah turun, dari 72 persen menjadi 66 1⁄2 persen,
karena peningkatan estimasi biaya masa depan untuk menyelesaikan kontrak.

Cost to date (12/31/11) $2,916,000


Estimated costs to complete (revised) 1,468,962

Estimated total costs $4,384,962

Percent complete ($2,916,000 / $4,384,962) 66 1⁄2%


Revenue recognized in 2011
($4,500,000 x 66 1⁄2%) - $1,125,000 $1,867,500
Costs incurred in 2011 1,916,000

Loss recognized in 2011 $ 48,500

Kerugian 2011 sebesar $ 48.500 adalah penyesuaian kumulatif dari laba kotor "berlebihan"
diakui pada kontrak pada tahun 2010. Alih-alih menyatakan kembali periode sebelumnya,
perusahaan menyerap salah saji periode sebelumnya seluruhnya dalam periode berjalan.
Dalam ilustrasi ini,
penyesuaiannya cukup besar untuk menghasilkan pengakuan kerugian.

Hardhat Construction akan mencatat kerugian pada 2011 sebagai berikut


.
Construction Expenses 1,916,000
Construction in Process (loss) 48,500
Revenue from Long-Term Contracts 1,867,500

13
Hardhat akan melaporkan kerugian $ 48.500 pada laporan laba rugi 2011 sebagai perbedaan
antara pendapatan yang dilaporkan $ 1.867.500 dan biaya $ 1.916.000. Dengan metode
pemulihan biaya, perusahaan tidak mengakui kerugian pada tahun 2011. Mengapa tidak?
Karena perusahaan masih mengharapkan kontrak untuk menghasilkan laba, akan diakui pada
tahun penyelesaian.

2. Loss on an unfrofitable contract (Kerugian atas Kontrak yang Tidak Menguntungkan).


Estimasi biaya pada akhir periode berjalan mungkin menunjukkan bahwa kerugian
akan terjadi ketika seluruh kontrak berakhir. Baik dalam metode persentase
penyelesaian maupun metode pemuihan biaya,keseluruhan perkiraan kerugian kontrak
harus diakui dalam periode berjalan.

Untuk mengilustrasikan akuntansi untuk kerugian keseluruhan pada kontrak jangka panjang,
asumsikan bahwa pada tanggal 31 Desember 2011, Hardhat Construction Company
memperkirakan biaya untuk menyelesaikan kontrak jembatan di $ 1.640.250 bukan $
1.134.000. Estimasi yang direvisi untuk kontrak jembatan adalah sebagai berikut.

2010 2011

Original Revised
Estimates Estimates

Contract price $4,500,000 $4,500,000


Estimated total cost 4,000,000 4,556,250*

Estimated gross profit $ 500,000

Estimated loss $ (56,250)

*($2,916,000 _ $1,640,250)

Berdasarkan metode persentase penyelesaian, Hardhat mengakui laba bruto $ 125.000 pada
tahun 2010. Jumlah ini harus diimbangi pada tahun 2011 karena tidak lagi diharapkan
terealisasi. Selain itu, karena kerugian harus diakui sesegera mungkin, perusahaan harus
mengakui total estimasi kerugian $ 56.250 pada tahun 2011. Oleh karena itu, Hardhat harus
mengakui kerugian total $ 181.250 ($ 125.000 + $ 56.250) pada tahun 2011

14
15
Revenue recognized in 2011:
Contract price $4,500,000
Percent complete x 64%*

Revenue recognizable to date 2,880,000


Less: Revenue recognized prior to 2011 1,125,000

Revenue recognized in 2011 $1,755,000

*Cost to date (12/31/11) $2,916,000


Estimated cost to complete 1,640,250

Estimated total costs $4,556,250

Percent complete: $2,916,000 _ $4,556,250 _ 64%

Untuk menghitung biaya konstruksi yang akan dibebankan pada tahun 2011,
Hardhat menambahkan total kerugian yang harus diakui pada tahun 2011 ($ 125.000 +$
56.250) ke pendapatan yang akan diakui pada tahun 2011. Ilustrasi 18-17 menunjukkan
perhitungan ini.

Revenue recognized in 2011 (computed above) $1,755,000


Total loss recognized in 2011:
Reversal of 2010 gross profit $ 125,000
Total estimated loss on the contract 56,250 181,250

Construction cost expensed in 2011 $1,936,250

Hardhat Construction akan mencatat pendapatan, pengeluaran, dan kerugian kontrak jangka
panjang pada tahun 2011 sebagai berikut.
Construction Expenses 1,936,250
Construction in Process (Loss) 181,250
Revenue from Long-Term Contracts 1,755,000

16
Pada akhir 2011, Konstruksi dalam Proses memiliki saldo $ 2.859.750 seperti yang
ditunjukkan di bawah ini.

Construction in Process

2010 Construction costs 1,000,000


2010 Recognized gross profit 125,000
2011 Construction costs 1,916,000 2011 Recognized loss 181,250

Balance 2,859,750

Berdasarkan metode pemulihan biaya, Hardhat juga akan mengakui kerugian kontrak
sebesar $ 56.250, melalui entri berikut pada 2011 (tahun di mana kerugian pertama kali
menjadi jelas).
Construction Expenses 1,916,000
Revenue from Long-Term Contract 1,916,000

Loss from Long-Term Contracts 56,250


Construction in Process (Loss) 56,250

2.2 PENGAKUAN PENDAPATAN (LAINNNYA)


KONTRAK JASA
Bagaimana pengakuan atas pengerjaan jasa? Bukannya pengerjaan jasa jenisnya abstrak dan
tidak bisa diukur secara kasat mata. Berbeda dengan penjualan barang yang bisa diukur dengan
jelas, jika dalam perusahaan dagang maka kita dapat tahu apakah barang sudah dibeli dan
dikirim ke penjual, apakah kita masih memiliki kewajiban terkait barang dengan konsumen,
atau bahkan barang belum dibeli dan belum juga dikirim ke konsumen.

Sementara pada jasa, bila pengerjaannya memakan waktu melebihi satu periode (bulan atau
tahun) bagaimana mengakui pendapatannya? Apakah harus diakui setelah satu pekerjaan
selesai atau harus diakui setelah pekerjaan selesai semua? PSAK 23 mensyaratkan pengakuan
pendapatan jasa dengan cara sebagai berikut:

Jika hasil transaksi yang terkait dengan penjualan jasa dapat diestimasi secara andal (dapat
dipertanggungjawabkan), maka pendapatan yang berhubungan dengan transaksi tersebut
diakui dengan mengacu pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada akhir periode pelaporan.

17
Hasil transaksi dapat diestimasi secara andal (dapat dipertanggungjawabkan) jika seluruh
kondisi berikut terpenuhi:

 Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal (dapat dipertanggungjawabkan)


 Kemungkinan besar manfaat ekonomik sehubungan dengan transaksi tersebut akan
mengalir ke entitas
 Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada akhir periode pelaporan dapat
diukur secara andal
 Biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya untuk menyelesaikan transaksi tersebut
dapat diukur secara andal (dapat dipertanggungjawabkan)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa cara pengakuan penjualan jasa adalah menggunakan
penghitungan tingkat penyelesaian pekerjaan. Pada perusahaan konstruksi, hal ini lazim
dilakukan dan untuk kontrak konstruksi akan dibahas dalam PSAK sendiri yaitu PSAK 34
kontrak konstruksi. Pada kali ini, akan dibahas mengenai penjualan jasa secara umum saja.

Biasanya dalam kontrak sudah menyebutkan nilai kontraknya dan perusahaan sudah memiliki
estimasi mengenai berapa biaya yang akan keluar terkait pekerjaan tersebut. Sehingga ketika
perusahaan ikut tender, atau ketika perusahaan ditawarkan proyek tertentu perusahaan sudah
memiliki estimasi berapa besarnya profit yang akan didapat.

Bagaimana cara mengukur tingkat penyelesaian? Ada 3 indikator yang dapat dipakai untuk
mengukur tingkat penyelesesaian yaitu;

1. Survei langsung terhadap pekerjaan dan melihat secara fisik sudah sampai tahap mana
pekerjaan dilakukan
2. Jasa yang sudah dilakukan hingga tanggal tertentu
3. Proporsi biaya yang timbul hingga tanggal tertentu dibagi total biaya transaksi yang
bersangkutan

Jumlah penerimaan atas kontrak tidak bisa dijadikan patokan persentase penyelesaian karena
kurang menggambarkan keadaan sebenarnya. Disisi lain, karena penerimaan bisa saja sangat
tergantung dari klausul kontrak. Bisa 100% diawal dan lunas, bisa 100% diakhir masa kontrak,
bisa juga 50% awal dan 50% akhir, atau dibagi selama masa kontrak.

Dari ketiga indikator ini, bila indikator pertama bisa digunakan maka indikator survei langsung
berdasarkan fisik pekerjaan yang harus dipakai. Bila indikator pertama ini tidak dapat
dijalankan, maka baru bisa beralih ke indikator kedua (jasa yang sudah diberikan) dan ketiga
(biaya terkait pekerjaan). Mengapa demikian? Karena pada praktiknya ada beberapa pekerjaan
yang tidak signifikan, signifikan, atau menjadi inti dari pekerjaan tersebut dan dapat dilakukan
segera di awal kontrak.

18
Sebagai contoh, PT MSI menerima pekerjaan untuk mendesain sepatu militer dari pemerintah.
Pekerjaan tersebut mencakup:

1. Mencari bahan terbaik untuk sepatu tersebut


2. Mencari bentuk terbaik dari sepatu agar sesuai dengan kebutuhan militer
3. Mencari motif terbaik agar sepatu tidak mencolok

Nilai kontrak adalah sebesar Rp 1 Miliar dan dikerjakan selama 3 bulan, yaitu November 2015,
Desember 2015, dan Januari 2017 . Pemerintah membayar sebesar 30% dari nilai kontrak di
awal penugasan dan 70% bila pekerjaan sudah selesai. Maka, PT MSI menjurnal sebagai
berikut

Kas Rp 300.000.000

Utang Usaha Rp 300.000.000

Kondisi 1: pekerjaan selesai di bulan pertama masih dibawah 30% (tingkat penyelesaian masih
dibawah DP). Saat bulan november, pekerjaan ternyata baru selesai 25% saja. Maka
perusahaan menjurnal sebagai berikut:

Utang usaha Rp 250.000.000

Pendapatan usaha Rp 250.000.000

Dengan demikian, maka perusahaan masih memiliki saldo hutang usaha sebesar Rp 50.000.000
yang berasal dari selisih DP 30% sementara yang selesai baru 25% saja. Pendapatan hanya
diakui sesuai dengan tingkat penyelesaian.

Kondisi 2: pekerjaan selesai sudah diatas DP atau pembayaran yang sudah diterima. Saat bulan
Desember, perusahaan sudah menyelesaikan 50% dari pekerjaan maka perusahaan menjurnal
sebagai berikut

Utang usaha Rp 50.000.000

Piutang usaha Rp 200.000.000

Pendapatan usaha Rp 250.000.000

Dengan jurnal diatas, maka perusahaan sudah merubah posisi dari yang tadinya ‘berhutang’
(karena DP lebih tinggi dari pekerjaan yang sudah selesai) menjadi memiliki piutang (karena
pekerjaan sudah selesai melebihi DP).

Dengan demikian, maka pendapatan di November adalah Rp 250 juta dan Desember juga Rp
250 juta (angka yang ada disini kebetulan bernilai sama). Besaran ini sesuai dengan pekerjaan
yang selesai, yaitu 25% di November dan 25% di Desember.

19
Sepanjang tahun 2016, maka pendapatan jasa PT MSI adalah Rp 500 juta, sesuai dengan
pekerjaan yang selesai sampai Desember yaitu sebesar 50% dari nilai kontrak Rp 1 miliar. Pada
tahun ini perusahaan sudah tidak memiliki hutang usaha yang berasal dari saldo lagi, namun
memiliki piutang usaha ke pemerintah sebesar Rp 200 juta yang berasal dari pekerjaan yang
selesai 50% namun DP baru 30% saja. Piutang sebesar 20% dari nilai kontrak Rp 1 miliar
karena sebenarnya perusahaan sudah berhak menerima pembayaran tersebut.

Lalu pada januari 2017, pekerjaan sudah selesai 100% PT MSI menjurnal sebagai berikut

Piutang usaha Rp 500.000.000

Pendapatan jasa Rp 500.000.000

Besaran ini sesuai dengan penyelesaian pekerjaan dari sebelumnya di akhir tahun (Desember)
yang baru selesai 50% dan sekarang sudah selesai 50% lagi. Sehingga perusahaan berhak atas
pembayaran 50% sisanya. Dengan jurnal ini, maka akan terlihat bahwa piutang usaha
perusahaan adalah Rp 700 juta (Rp 200 Juta berasal dari saldo tahun lalu, selisih DP dengan
pekerjaan selesai, dan Rp 500 juta berasal dari tahun ini). Jumlah ini sama dengan kontrak
dimana 30% dibayar di awal sebagai DP dan 70% dibayar setelah pekerjaan selesai. Saat
pemerintah membayar sisa kontrak sebesar Rp 700 juta, maka perusahaan menjurnal

Kas Rp 700.000.000

Piutang usaha Rp 700.000.000

Dengan pembayaran ini maka perusahaan sudah tidak memiliki piutang usaha terhadap
pemerintah lagi dan kontrak dinyatakan selesai.

PENDAPATAN BUNGA, ROYALTI, dan DEVIDEN


Pada dasarnya pengakuan atas bunga, dividen, dan royalti dilakukan dengan akrual yang akan
diterima oleh perusahaan. Sehingga menurut PSAK 23 ada 2 syarat yang harus dipenuhi
agar pendapatan dapat diakui:

 Kemungkinan besar manfaat ekonomi akan diterima oleh entitas


 Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal (dapat dipertanggungjawabkan)

Pada praktiknya untuk bunga relatif tidak ada masalah, namun biasanya harus diakrualkan
karena penghasilan bunga tidak selalu dibayarkan pada tanggal-tanggal pelaporan sesuai buku.

Royalti biasanya harus diakrualkan berdasarkan penjualan atas barang/jasa terkait dan
prinsipnya sama dengan bunga.

Namun kami ingin sedikit memberikan penjelasan pada dividen, dimana menurut PSAK 23
tentang pendapatan, besarnya pendapatan dividen harus diakui ketika pemegang saham
ditetapkan untuk menerima pembayaran.

20
Terdapat 2 praktek yang umum dilakukan oleh perusahaan dalam membagi dividen yaitu (1)
besaran dividen minimal dari laba bersih ditentukan dalam AD/ART perusahaan, misalkan
minimal 25% dari laba bersih akan dibagikan sebagai dividen tunai, atau (2) besaran dividen
seluruhnya ditentukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Walaupun ada klausul
persentase minimal deviden, namun besaran deviden tetap ditentukan oleh RUPS.

Skenario 1: dalam AD/ART ada ketentuan tentang besaran deviden.

PT MSI memiliki kepemilikan di PT Modern Fashion Universal (PT MFU, atau PT anak)
sebesar 75%. Tahun 2016 PT MFU mengumumkan laba bersih sebesar Rp 100.000.000.000
(100 miliar), sesuai AD/ART perusahaan, perusahaan harus membagi minimal 25% dari laba
bersih dalam bentuk dividen tunai. Maka PT MSI (perusahaan induk) mencatat pada 31
desember 2016 pendapatan dari PT MFU sebesar Rp 18,75 Miliar ( total dividen tunai adalah
Rp 25 Miliar dan PT MSI hanya berhak 75% atas besaran tersebut) dengan jurnal

Piutang deviden Rp 18.750.000.000

Pendapatan Investasi Anak Rp 18.750.000.000

Dengan demikian, maka pada tanggal 31 Desember 2016 dan selama tahun 2016 akan terlihat
bahwa PT MSI mendapat penghasilan dari PT MFU sebesar Rp 18,75 miliar dan menambah
penghasilan pada periode tersebut.

Skenario 2; ada klausul minimal dividen di AD/ART namun ternyata dividen dibayarkan
lebih besar karena RUPS.

Pada tahun 2016, PT MFU sudah mengumumkan minimal deviden dibayarkan sebesar Rp 25
miliar. Namun sesuai tata kelola korporasi, besaran deviden tetap ditentukan secara final
melalui RUPS. Pada RUPS, pemegang saham meminta PT MFU untuk membayar 40% dari
laba bersih, sehingga besaran dividen untuk seluruh pemegang saham dulunya adalah Rp 25
miliar (25% dari 100 miliar) kini menjadi Rp 40 Miliar (40% dari 100 miliar).

RUPS untuk tahun 2016, biasanya dilakukan pada awal tahun 2017, maka kenaikan deviden
ini baru akan diketahui oleh PT MFI pada 2017. Tadinya PT MFI berhak sebesar Rp 18,75
Miliar (75% dari 25 miliar) sekarang menjadi sebesar Rp 30 Miliar yaitu 75% dari RP 40 miliar.
Ada selisih kenaikan dividen sebesar Rp 12,25 Miliar untuk PT MFI. Sehingga setelah RUPS
menyepakati kenaikan deviden PT MFI menjurnal lagi sebagai berikut

Piutang deviden Rp 12.250.000.000

Pendapatan Investasi Anak Rp 12.250.000.000

atau bila PT MFU langsung membayar semua dividennya segera setelah RUPS maka PT MSI
mencatat dengan jurnal

21
Kas Rp 30.000.000.000

Piutang Deviden Rp 18.750.000.000

Pendapatan investasi anak Rp 12.250.000.000

Dengan demikian maka pendapatan investasi anak naik sebesar Rp 12,25 miliar. Bagaimana
dengan pengakuan pada 2016, bukankah sudah terlapor di laporan keuangan PT MSI bahwa
pendapatan dari PT MFU adalah sebesar Rp 18,75 Miliar? Lalu mengapa pendapatan dividen
naik menjadi Rp 30 Miliar? Kenaikan Rp 12.25 miliar akan diungkapkan dalam laporan
keuangan tahun 2017 bila laporan keuangan PT MSI sudah terbit. Bila laporan keuangan
(audited) PT MSI belum terbit hingga RUPS berlangsung, maka kenaikan ini bisa dimasukkan
dalam subsequent event (kejadian setelah tanggal neraca) di laporan keuangan bersangkutan.

Bisakah nilai deviden lebih kecil dari Rp 18,75 Miliar? Bila ada klausul persentase minimal
deviden maka tidak mungkin nilai deviden lebih kecil dari angka tersebut, karena akan
menyalahi AD/ART perusahaan.

Skenario 3; bila tidak ada klausul mengenai persentase minimal dividen oleh Perusahaan
anak.

Biasanya manajemen Perusahaan anak akan mengumumkan besaran dividen sesuai kemauan
manajemen. Besaran ini bisa dicatat sebagai piutang dividen pada pendapatan dividen untuk
tahun berjalan.

Disisi lain dividen yang dibagikan ini tentu bisa berubah pada RUPS dimana pada saat RUPS
berlangsung bisa saja kemauan manajemen bertentangan dengan pemegang saham. Perlakuan
yang sama dapat dilakukan atas pendapatan dividen ini, bila laporan keuangan PT MSI belum
terbit hingga tanggal RUPS maka akan dijelaskan pada subsequent event dan dicatat pada nilai
aktual pada laporan keuangan 2016. Namun bila laporan keuangan tahun 2016 sudah terbit,
maka kejadian akan dicatat dan dijelaskan pada laporan keuangan 2017

22
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Prinsip pengakuan pendapatan (revenue recognition principle) menetapkan bahwa
pendapatan diakui pada saat direalisasi atau dapat direalisasi dan dihasilkan. Pengakuan adalah
proses untuk mencatat atau memasukkan secara formal suatu pos dalam akun dan laporan
entitas. Pengakuan meliputi penjelasan mengenai suatu pos baik dengan kata-kata maupun
angka, dan jumlah itu termasuk dalam angka total laporan keuangan. Untuk aktiva atau
kewajiban, pengakuan mnyangkut pencatatan bukan hanya perolehan atau terjadinya pos itu
tetapi juga perubahan sesudahnya, termasuk penghapusan dari laporan keuangan yang
sebelumnya diakui. Pengakuan tidak sama dengan realisasi, walaupun keduanya kadang-
kadang digunakan secara bergantian untuk menerangkan suatu hal dalam literature dan praktik
akuntansi. Realisasi adalah proses mengkonversi sumber daya dan hak nonkas menjadi uang
dan paling tepat digunakan dalam akuntansi serta pelaporan keuangan dengan mengacu pada
penjualan aktiva secara tunai atau klaim atas kas. Pendapatan adalah arus masuk aktiva
dan/atau penyelesaian kewajiban akibat penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa, atau
kegiatan menghasilkan laba lainnya yang membentuk operasi utama atau inti perusahaan yang
berkelanjutan selama suatu periode.

Pembahasan mengenai transaksi penjualan produk disusun di seputar topik-topik


berikut :

1. Pengakuan Pendapatan pada saat penjualan (penyerahan)


2. Pengakuan Pendapatan sebelum penyerahan
3. Pengakuan Pendapatan sesudah penyerahan
4. Pengakuan Pendapatan Lainnya

23
DAFTAR PUSTAKA
Kieso, Weygandt, and Warfields. 2011. Intermediate Accounting Volume 2 IFRS. United
States of America: Quad/Graphics

http://akuntansipedia.com/pengakuan-pendapatan-psak23/#

24
MAKALAH AKUNTANSI MENENGAH II
“PENDAPATAN”

Dosen Pembimbing : Drs. Achmad Maqsudi M.Si,AK.,CA

Disusun Oleh :

1. Muhammad Salafudhin Alayyubi R (1221700002)


2. Wahyu Nugroho (1221700055)
3. Steven Auryn Hendro (1221700055)
4. Bahrul Arif Hidayat (1221700137)

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA

TAHUN 2018

25

You might also like