You are on page 1of 12

Nama Peserta: Dendi Nugraha Islianto

Nama Wahana: PKM Pulo Gadung

Topik: Luka Bakar grade II

Tanggal (kasus): 15 Agustus 2017


Nama Pasien: Tn. EHR No. RM : P317209013116806

Tanggal Presentasi: 15 Agustus 2017 Nama Pendamping: dr. Lida Nurhisan

Tempat Presentasi: PKM Pulo Gadung

Obyektif Presentasi:

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Lansia Bumil


Dewasa
Deskripsi: Pasien laki-laki usia 34 tahun, keluhan terdapat luka bakar di paha sejak 2 hari yang lalu.

Tujuan: Melakukan diagnosis, menatalaksana, serta mencegah terjadinya komplikasi

Bahan bahasan: Tinjauan Riset Kasus Audit


Pustaka
Cara membahas: Diskusi Presentasi dan Email Pos

Data utama untuk bahan diskusi: diskusi

1. Diagnosis:

Luka Bakar grade II

Diagnosis Banding

Dermatitis kontak iritan

Erisepelas

2. Riwayat Pengobatan:

Pasien belum berobat ke puskesmas untuk mengurangi keluhan.

3. Riwayat Kesehatan/Penyakit:

Pasien datang ke Poli umum PKM Pulo Gadung dengan keluhan terdapat luka di bagian paha kanan sejak 2 hari yang lalu.Awal

terjadinya keluhan os sedang ingin minum air teh kemudian saat ingin mengambil air panas pasien terkena tumpahan air panas dan mengenai

paha. Luka di paha terasa panas, berwarna merah dan nyeri. Untuk mengurangi keluhan os sudah memberikan salep bioplacenton namun

keluhan tidak berkurang. Keluhan lain yang dirasakan pasien terasa perih jika disentuh dan terdapat warna kuning di atas warna luka.
4. Riwayat Penyakit Dahulu:

Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Riwayat penyakit kencing manis tidak pernah dimiliki oleh

pasien. Riwayat alergi makanan maupun obat-obatan dan asma disangkal.

5. Riwayat Keluarga dan Lingkungan:

Riwayat keluhan yang sama dikeluarga disangkal. Riwayat alergi makanan maupun obat-obatan dan asma disangkal.

6. Riwayat Sosial/Kebiasaan:

Pasien tidak pernah merokok. Pasien tidak pernah melakukan olahraga tetapi sejak 2 minggu terakhir pasien melakukan

olahraga dengan berjalan disekitar rumah setiap 2 hari, tetapi pasien kurang mengatur pola makan sehingga pasien tidak menghindari

makanan yang berisiko terhadap penyakitnya. Pasien masih sering mengkonsumsi kopi dan makanan berlemak.

7. Lain-lain: -
Daftar Pustaka:

1. Ahmadsyah I, Prasetyono TOH. Luka. Dalam: Sjamsuhidajat R, de Jong W, editor. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2005. h. 73-5.
2. Lally KP, Cox CS, Andrassy RJ, In : Sabiston Textbook of Surgery. 17th edition. Ed : Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL,
Philadelphia: Elsevier Saunders. 2004.
3. Jaffe BM, Berger DH. In : Schwartz’s Principles of Surgery Volume 2. 8th edition. Ed: Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL,
Hunter JG, Pollock RE. New York: McGraw Hill Companies Inc.2007.
4. Moenadjat Y. Luka bakar. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003.
5. Naradzay JFX, Alson R. Thermal burns. Dalam: Slapper D, Talavera F, Hirshon JM, Halamka J, Adler J, editors. Diunduh dari:
http://www.emedicinehealth.com.
6. Gerard M Doherty. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi 12. McGraw-Hill Companies. New York. p 245-259
7. Split & Full Thickness Skin Grafting. Diunduh dari http://www.burnsurvivorsttw.org/burns/grafts.html. 20 December 2012.
8. Mayo clinic staff. Burns First Aids. http: // www.nlm.nih.gov/medlineplus. Januari 2008
9. Benjamin C. Wedro. First Aid for Burns. http://www.medicinenet.com.
10. David, S. 2008. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka. Dalam : Surabaya Plastic Surgery. http://surabayaplasticsurgery.blogspot.com
Hasil Pembelajaran:

a. Diagnosis Luka Bakar berdasarkan gejala dan pemeriksaan.

b. Etiologi dan penyebab Luka Bakar

c. Patofisiologi Luka Bakar

d. Penatalaksanaan Luka Bakar

e. Edukasi pada pasien mengenai Luka Bakar


1. Subyektif

Pasien datang ke Poli umum PKM Pulo Gadung dengan keluhan terdapat luka di bagian paha kanan sejak 2 hari yang lalu.Awal

terjadinya keluhan os sedang ingin minum air teh kemudian saat ingin mengambil air panas pasien terkena tumpahan air panas dan mengenai

paha. Luka di paha terasa panas, berwarna merah dan nyeri. Untuk mengurangi keluhan os sudah memberikan salep bioplacenton namun

keluhan tidak berkurang. Keluhan lain yang dirasakan pasien terasa perih jika disentuh dan terdapat warna kuning di atas warna luka.

2. Objektif

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaaan umum tampak sakit ringan, suhu 36,6o C, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi

80x/menit, RR 22 x/menit, berat badan 77 kg, tinggi badan 168 cm, status gizi Overweight (IMT :27,30). Pada status generalis kepala,

mata, telinga, hidung, mulut, leher, paru, jantung, abdomen semua dalam batas normal. Pada status lokalis, regio femuralis anterior

dekstra didapatkan tampak edema (+), warna agak kemerahan (+), teraba hangat (+), terdapat bula (+), dan nyeri tekan (+).

3. Assessment

Pada pasien ini dengan diagnosis kerja Luka bakar grade II . Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan
yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis
trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut.1 Luka
bakar dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi
pada kecelakaan rumah tangga.1 Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka
bakar. penegakan diagnosis Luka bakar, bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Usia dan kesehatan pasien sebelumnya akan sangat
mempengaruhi prognosis. Adanya trauma inhalasi juga akan mempengaruhi berat luka bakar.Jaringan lunak tubuh akan terbakar bila
terpapar pada suhu di atas 46oC.2,3 Luasnya kerusakan akan ditentukan oleh suhu permukaan dan lamanya kontak. Luka bakar menyebabkan
koagulasi jaringan lunak. Seiring dengan peningkatan suhu jaringan lunak, permeabilitas kapiler juga meningkat, terjadi kehilangan cairan,
dan viskositas plasma meningkat dengan resultan pembentukan mikrotrombus. Hilangnya cairan dapat menyebabkan hipovolemi dan syok,
tergantung banyaknya cairan yang hilang dan respon terhadap resusitasi. Luka bakar juga menyebabkan peningkatan laju metabolik dan
energi metabolisme.4,5
Semakin luas permukaan tubuh yang terlibat, morbiditas dan mortalitasnya meningkat, dan penanganannya juga akan semakin
kompleks. Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Ada beberapa metode cepat untuk menentukan luas luka
bakar, yaitu: Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan palmar pasien. Luas telapak tangan individu mewakili 1% luas
permukaan tubuh. Luas luka bakar hanya dihitung pada pasien dengan derajat luka II atau III. Rumus 9 atau rule of nine untuk orang
dewasa.Pada dewasa digunakan ‘rumus 9’, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan,
ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%. Sisanya 1% adalah
daerah genitalia. Rumus ini membantu menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang dewasa.4,10
4. Plan

Farmakologis

 Tindakan wound toilet pada daerah luka

 Salep gentamisin krim 0.1%

 Doksisiklin 100 mg 2x1 tab

 Vit b12 50 mcg 2x1 tab


KIE :

 Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit luka bakar

 Merubah pola makan pasien yang tidak teratur

 Untuk luka bakar dioleskan salep antibiotik sesudah mandi.

 Menganjurkan pasien untuk diet rendah purin karena pengetahuan yang kurang akan memperburuk gout.

 Membatasi konsumsi lemak berlebih.

 Disarankan untuk banyak minum air putih, minimal 2,5 liter/hari.

 Jangan digaruk pada bula daerah luka.

Pedoman pengobatan luka bakarsaat ini yang disarankan adalah Umumnya untuk menghilangkan rasa nyeri dari luka bakar
digunakan morfin dalam dosis kecil secara intravena (dosis dewasa awal : 0,1-0,2 mg/kg dan ‘maintenance’ 5-20 mg/70 kg setiap 4 jam,
sedangkan dosis anak-anak 0,05-0,2 mg/kg setiap 4 jam). Tetapi ada juga yang menyatakan pemberian methadone (5-10 mg dosis dewasa)
setiap 8 jam merupakan terapi penghilang nyeri kronik yang bagus untuk semua pasien luka bakar dewasa. Jika pasien masih merasakan
nyeri walau dengan pemberian morfin atau methadone, dapat juga diberikan benzodiazepine sebagai tambahan. Penatalaksanaan luka bakar
bersifat lebih agresif dan bertujuan mencegah perkembangan SIRS, MODS, dan sepsis.6,7 Pemberian Nutrisi Enteral Dini (NED) melalui
pipa nasogastrik dalam 8 jam pertama pasca cedera. Selain bertujuan mencegah terjadinya atrofi mukosa usus, pemberian NED ini bertitik
tolak mencegah dan mengatasi kondisi hipometabolik pada fase akut / syok dan mengendalikan status hiperkatabolisme yang terjadi pada
fase flow. Pemberian antasida dan antibiotika tidak dibenarkan karena akan merubah pola / habitat kuman yang mengganggu keseimbangan
flora usus. Jaringan nekrosis maupun jaringan non vital lainnya yang disebabkan cedera termis harus segera dilakukan nekrotomi dan
debridement, dan dilakukan sedini mungkin (eksisi dini, hari ketiga-keempat pasca cedera luka bakar sedang, hari ketujuh-kedelapan pada
luka bakar berat), bahkan bila memungkinkan dilakukan penutupan segera (immediate skin grafting) untuk mengatasi berbagai masalah
akibat kehilangan kulit sebagai penutup (mencegah evaporative heat loss yang menimbulkan gangguan metabolisme), barrier terhadap
kuman dan proses inflamasi berkepanjangan yang mempengaruhi proses penyembuhan, tidak menunggu jaringan granulasi yang dalam hal
ini mengulur waktu dan memperberat stres metabolisme. Pemberian obat-obatan yang bersifat anti inflamasi seperti antihistamin dianggap
tidak bermanfaat.5,6,7 Pemberian steroid sebelumnya dianggap bermanfaat namun harus diingat saat pemberian serta efek sampingnya.
Pemberian zat yang meningkatkan imunologik seperti Omega-3 akan menjinakkan leukotrien (LTB4 yang bersifat maligna) dengan cara
mempengaruhi lypoxygenase pathway pada metabolisme asam arakhidonat, sehingga menghasilkan leukotrien yang lebih benigna.
Pemberian Omega-6 memiliki efek pada cyclo-oxygenase pathway asam arakhidonat, sehingga menghasilkan tromboksan yang lebih
benigna menggantikan tromboksan (ThromboxaneA2) yang bersifat maligna.6,7

Pada pasien ini pengangan awal pada dilakukan perawatan luka bakar. Luka bakar dibersihkan dengan air hangat yang mengalir. Hal
ini merupakan cara terbaik untuk menurunkan suhu di daerah cedera, sehingga dapat menghentikan proses kombusio pada jaringan. Untuk
menutup luka, digunakan kasa lembab steril menggunakan cairan RL atau salep untuk mencegah penguapan. Balutan dinilai dalam waktu
24-48 jam. Pasien juga diberikan salep antibiotik gentamisin dan obat antibiotik doksisiklin untuk mengurangi keluhan.
Prognosis pada pasien ini dalam hal quo ad vitam: dubia ad bonam dilihat dari kesehatan dan tanda-tanda vitalnya masih baik; quo ad

functionam: dubia ad bonam karena pasien masih bisa beraktivitas sehari hari; dan quo ad sanationam: dubia ad bonam karena pasien masih bisa

melakukan fungsi sosial kepada masyarakat sekitar.

You might also like