Professional Documents
Culture Documents
Oleh
Camellia Kusumaning Tyas
A34104031
Oleh
Camellia Kusumaning Tyas
A34104031
Menyetujui
Pembimbing
Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
rahmat - Nya, hingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir yang
berjudul Pengelolaan Resiko Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di
Perkebunan Pantai Bunati Estate, PT. Sajang Heulang Minamas Plantation,
Kalimantan Selatan .
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan
yang tulus kepada semua pihak yang telah turut membantu sehingga laporan tugas
akhir ini dapat tersesaikan, dan secara khusus penulis sampaikan kepada:
• Ayahanda Purwanto, B.Sc, Ibunda Sumiyati, Indigofera Kusuma Wardani
dan seluruh keluarga yang selalu memberi dukungan semangat, doa dan
motivasi, serta kasih sayang yang tak terbatas kepada penulis.
• Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan saran, bimbingan, serta pengarahan selama penulisan skripsi.
• Ir. Supijatno, MSi dan Ani Kurniawati, SP. MSi selaku dosen penguji
yang telah memberikan saran dan perbaikan dalam penilisan skripsi ini.
• Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS. selaku dosen pembimbing akademik
selama penulis menjalani masa perkuliahan.
• Bapak Endang Syarifuddin selaku Estate Manager Pantai Bunati Estate,
Bapak Budi Utomo, Andi Muhtar, Purmono selaku Asisten Divisi dan
Bapak Abduh (Kepala Administrasi) yang telah memberikan arahan dan
masukan selama pelaksanaan magang.
• Seluruh Direksi Pantai Bunati Estate, PT. Sajang Heulang Minamas
Plantation Kalimantan Selatan.
• Seluruh Teman - Teman Agronomi angkatan 41.
• Bagas Waskitho yang selalu memberi dukungannya pada penulis.
Kepada semua pihak yang tak dapat penulis sampaikan satu persatu, yang
telah membantu penulis selama perkuliahan dan penyelesaian tugas akhir ini.
Semoga skripsi ini dapat memberikan informasi dan manfaat yang
berharga bagi para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
Latar Belakang ..................................................................................... 1
Tujuan ................................................................................................. 3
METODOLOGI. ....................................................................................... 9
Waktu dan Tempat ............................................................................... 9
Metode Pelaksanaan ............................................................................. 9
PEMBAHASAN ........................................................................................ 43
Produksi............................................................................................... 43
Pengelolaan Resiko Panen.................................................................... 44
Rotasi Panen .................................................................................... 45
Peramalan Produksi ......................................................................... 46
Kriteria Panen.................................................................................. 47
Kebutuhan Tenaga Kerja Panen ....................................................... 55
Sistem Panen ................................................................................... 57
Sistem Pengawasan Panen ............................................................... 59
Pengelolaan Pengangkutan .............................................................. 60
LAMPIRAN .............................................................................................. 67
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Peningkatan Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit di
Indonesia pada Tahun 2003 2007 .. 1
2. Komposisi Areal Tanaman Kelapa Sawit di Pantai Bunati Estate . 13
3. Jumlah Karyawan Staf dan Karyawan Non Staf di Pantai Bunati
Estate. PT Sajang Heulang ........................................................... 15
4. Penurunan Produksi Tanaman Kelapa Sawit Akibat Serangan Hama
Ulat Api (Setothosea asigna) ........................................................ 26
5. Macam Alat Alat Panen, Spesifikasi dan Pemakaiannya ............ 33
6. Ketentuan Basis Borong dan Premi Panen Tahun 2008 Hari Normal
Pantai Bunati Estate......................................................................... 37
7. Ketentuan Basis Borong dan Premi Panen Tahun 2008 Hari Jumat
Pantai Bunati Estate......................................................................... 37
8. Data Produksi Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit
Pantai Bunati Estate ..................................................................... 43
9. Perkembangan Buah Kelapa Sawit Matang Berdasarkan Fraksi .... 45
10. Pengamatan Angka Kerapatan Panen Divisi I Pantai Bunati Estate
.................................................................................................. 46
11. Penggolongan Kematangan Grading TBS ..................................... 47
12. Kriteria Pengamatan Kematangan Tambahan ............................... 48
13. Hasil PengamatanTingkat Kematangan Buah di Divisi 1
Pantai Bunati Estate, PT. Sajang Heulang ..................................... 49
14. Fraksi Kematangan Buah.............................................................. 50
15. Hubungan Fraksi, Rendemen dan Mutu Minyak ........................... 51
16. Pengamatan Losses Produksi Akiabat Resiko Pemanenan Divisi 1
Kemandoran I Pantai Bunati Estate .............................................. 52
17. Pengamatan Losses Produksi Akiabat Resiko Pemanenan Divisi 1
Kemandoran II Pantai Bunati Estate . 53
18. Pengamatan Losses Produksi Akiabat Resiko Pemanenan Divisi 1
Kemandoran III Pantai Bunati Estate ............................................ 53
19. Luas Seksi Panen Divisi 1 Pantai Bunati Estate ............................ 56
20. Denda yang Ditetapkan di Pantai Bunati Estate,
PT Sajang Heulang ....................................................................... 60
21. Pengamatan Losses Pengangkutan di Pantai Bunati Estate
PT Sajang Heulang ....................................................................... 61
Lampiran
1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pekerja Harian Lepas
(PHL) ........................................................................................... 68
2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor ...... 70
3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten Divisi 72
4. Data Curah Hujan dan Hari Hujan di Pantai Bunati Estate,
PT. Sajang Heulang Kalimantan Selatan (2004 - 2007) ................. 73
5. Rekomendasi Pemupukan di Pantai Bunati Estate ........................ 75
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Aplikasi Janjang Kosong dan Penaburan Pupuk............................ 22
2. Kandang Burung Hantu .................................................................. 26
3. Tanaman Turnera subulata (bunga pukul delapan).......................... 27
4. Titi Panen dari Kayu ....................................................................... 28
5. Buah Cengkih ................................................................................. 30
6. Alat Panen Dodos (atas), Egrek (bawah) ......................................... 34
7. Kegiatan Pengangkutan TBS........................................................... 38
8. Bejana Rebusan .............................................................................. 40
9. Drum Thresser ................................................................................ 40
10. Stasiun Pemurnian .......................................................................... 41
11. Produksi Tandan Buah segar (TBS) Kelapa Sawit
Pantai Bunati Estate ........................................................................ 42
12. Buah Janjang Kosong dan Buah Lewat Matang............................... 50
13. Bunga Matahari .............................................................................. 54
14. Antrian Kendaraan di PKS .............................................................. 62
Lampiran
1. Peta Lokasi Pantai Bunati Estate ..................................................... 76
2. Struktur Organisasi Pantai Bunati Estate ......................................... 77
3. Struktur Organisasi Divisi I Pantai Bunati Estate ............................ 78
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) selain merupakan salah satu palma
yang menyumbang minyak nabati terbesar di dunia yaitu sebesar 2 000
3 000 kg/ha juga merupakan komoditi perkebunan andalan penghasil devisa
negara. Laju perkembangan industri kelapa sawit semakin meningkat sejalan
dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahuan terutama di bidang teknologi.
Minyak yang berasal dari kelapa sawit ada dua macam yaitu dari daging
buah (mesocarp) yang dihasilkan melalui proses perebusan dan pemerasan dikenal
sebagai minyak sawit kasar atau Crude Palm Oil (CPO) dan minyak yang berasal
dari inti sawit (endocarp) dikenal sebagai minyak inti sawit atau Palm Kernel Oil
(PKO). Dari segi nutrisi, minyak sawit mengandung tokoferol (vitamin E), beta
karoten sebagai pro vitamin A dan tidak meningkatkan kadar kolesterol darah.
Produk kelapa sawit selain digunakan sebagai bahan baku minyak goreng, juga
dapat digunakan sebagai bahan kosmetika dan farmasi serta bahan non makanan
seperti biodisel, lilin, detergen (Lubis, 1992).
Luas areal dan produksi perkebunan kelapa sawit Indonesia pada tahun
2003 - 2007 pada umumnya menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan.
Peningkatan ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tujuan
Tujuan umum pelaksanaan magang adalah :
1. Memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja dalam pengelolaan
perkebunan kelapa sawit.
2. Meningkatkan relevansi, keterkaitan dan kesepadanan antara proses
pendidikan dengan lapangan kerja.
3. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dan menghayati proses kerja nyata
baik secara teknis maupun secara manajerial.
Tujuan khusus pelaksanaan magang adalah :
Mempelajari dan menganalisis aspek pengelolaan resiko panen pada
perkebunan kelapa sawit.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani
Tanaman kelapa sawit berasal dari Afrika dan Amerika Selatan tepatnya
Brasilia. Di Brasilia, tanaman ini dapat ditemukan tumbuh secara liar atau
setengah liar di sepanjang tepi sungai (Pahan, 2006). Ada tiga jenis kelapa sawit
yaitu Elaeis guineensis Jacq (ditanam di Indonesia), Elaeis oleifera (Elaeis
melanocca), dan Elaeis odora (Barcella odora). Ada beberapa varietas tanaman
kelapa sawit yang telah dikenal seperti Dura, Pisifera, Tenera, Marco carya, dan
Diwikka - wakka (Fauzi, dkk., 2006). Elaeis berasal dari Elaion berarti minyak
dalam bahasa Yunani, Guineensis berasal dari Guinea (pantai barat Afrika). Jacq
berasal dari nama Botanist Amerika bernama Jacquin (Lubis, 1992).
Taksonomi dari tanaman kelapa sawit adalah:
Divisi : Tracheophyta
Subdivisi : Pteropsida
Kelas : Angiospermeae
Subkelas : Monocotyledoneae
Ordo : Cocoideae
Famili : Palmae
Subfamili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq.
Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil. Batangnya tumbuh lurus,
umumnya tidak bercabang, pada pangkal biasanya terjadi pembesaran batang, dan
tidak memiliki kambium. Tanaman ini merupakan tanaman monoecious, dimana
bunga jantan dan bunga betina tumbuh secara terpisah pada satu pokok tanaman.
Masa masak atau anthesis dari kedua jenis bunga tersebut sangat jarang atau
tidak pernah bersamaan. Ini berarti bahwa proses pembuahan bunga betina terjadi
dengan diperolehnya tepung sari dari pokok bunga lain (Hardon, 1976).
Akar merupakan bagian tanaman yang berfungsi untuk menunjang struktur
batang di atas tanah, menyerap air dan unsur - unsur hara dalam tanah, serta
sebagai salah satu alat respirasi. Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem
akar serabut, terdiri dari akar primer, sekunder, tersier, dan kuartener. Akar primer
umumnya berdiameter 6 - 10 mm keluar dari pangkal batang dan menyebar secara
horizontal dan menghujam ke dalam tanah dengan sudut yang beragam. Akar
primer bercabang membentuk akar sekunder yang diameternya 2 - 4 mm. Akar
sekunder bercabang membentuk akar tersier yang berdiameter 0.7 - 1.2 mm dan
umumnya bercabang lagi membentuk akar kuartener (Pahan, 2006).
Daun kelapa sawit merupakan daun majemuk dan mempunyai filotaksis
1/8 yang memutar ke kiri maupun ke kanan, tetapi kebanyakan memutar ke kanan.
Stomata umumnya terletak pada permukaan anak daun saja (Lubis, 1992).
Syarat Tumbuh
Kelapa sawit adalah tanaman hutan yang dibudidayakan. Tanaman ini
memiliki respon yang baik sekali terhadap kondisi lingkungan hidup dan
perlakuan yang diberikan. Seperti tanaman budidaya yang lainnya maka kelapa
sawit membutuhkan kondisi tumbuh yang baik agar potensi produksinya dapat
dikeluarkan secara maksimal. Kondisi iklim dan tanah merupakan faktor utama di
samping faktor lainnya seperti genetis, perlakuan yang diberikan dll.
Iklim
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah
disekitar lintang Utara - Selatan 12o pada ketinggian 0 - 500 m diatas permukaan
laut. Jumlah curah hujan yang baik adalah 2 000 - 2 500 mm/tahun. Tanaman
kelapa sawit dapat tumbuh optimal pada kisaran suhu 24o - 28o C, dengan
kelembaban 80 % dan penyinaran matahari 5 - 7 jam/hari. Kecepatan angin
5 - 6 km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan (Lubis, 1992).
Tanah
Tanah atau lahan merupakan matriks tampat tanaman berada. Tanpa lahan,
tanaman kelapa sawit tidak akan ekonomis untuk diusahakan secara komersial.
Lahan yang optimal untuk kelapa sawit harus mengacu pada 3 faktor, yaitu
lingkungan, sifat fisik lahan, dan sifat kimia tanah atau kesuburan tanah (Pahan,
2006).
Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik,
latosol, hidromorfik kelabu, regosol, andosol, organosol dan alluvial. Sifat fisik
tanah yang baik untuk kelapa sawit adalah solum tebal (80 cm), solum tebal
merupakan media yang baik bagi perkembangan akar sehingga efisiensi
penyerapan hara tanaman akan lebih baik; tekstur ringan dengan komposisi pasir
20 - 60 %, debu 10 - 40 %, liat 20 - 50 %; perkembangan struktur baik,
konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang; kelapa sawit
dapat tumbuh pada pH 4.0 6.0, tetapi pH terbaik adalah 5.0 - 5.5. pH tanah
sangat terkait dengan ketersediaan hara yang dapat diserap oleh akar. Tanah yang
memiliki pH rendah dapat dinaikkan dengan pengapuran dan biasanya terdapat
pada tanah gambut; kandungan unsur hara tinggi yaitu C/N mendekati 10 dimana
C 1 % dan N 0.1 %, daya tukar Mg 0.4 - 1.0 me/100 g dan daya tukar K 0.15 -
0.20 me/100 g (Lubis, 1992).
Pemeliharaan Tanaman
Kegiatan pemeliharaan tanaman sangat penting untuk menentukan hasil
produksi dan produktivitas suatu tanaman. Pemeliharaan kelapa sawit meliputi
kegiatan penyulaman, penanaman tanaman penutup tanah, pengendalian gulma,
pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, penunasan, dan kastrasi atau
penyerbukan buatan.
Panen
Panen merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting pada
pengelolaan tanaman kelapa sawit menghasilkan. Keberhasilan panen akan
menunjang pencapaian produktivitas kelapa sawit.
Keberhasilan panen didukung oleh pengetahuan panen tentang persiapan
panen, kriteria matang panen, rotasi panen, sistem panen dan sarana panen.
Persiapan Panen
Persiapan panen yang akurat akan memperlancar pelaksanaan panen.
Persiapan ini meliputi kebutuhan tenaga kerja, peralatan, pengangkutan, dan
pengetahuan kerapatan panen, serta sarana panen. Persiapan tenaga meliputi
jumlah tenaga kerja dan pengetahuan/ketrampilannya. Kebutuhan tenaga kerja
bergantung pada keadaan topografi, kerapatan panen, dan umur tanaman.
Rotasi Panen
Rotasi panen adalah selang waktu antara panen satu dengan panen
berikutnya pada satu hanca panen (Fauzi et al., 2006). Rotasi panen tergantung
pada kerapatan panen, kapasitas pemanen dan keadaan pabrik, namun yang ideal
adalah 7 hari.
Sistem Panen
Sistem hanca panen tergantung pada keadaan topografi lahan dan
ketersediaan tenaga kerja. Sistem panen terdiri dari sistem hanca tetap dan sistem
hanca giring. Pada hanca tetap setiap pemanen diberikan hanca panen yang sama
dengan luasan tertentu dan harus selesai pada hari tertentu, sedangkan pada hanca
giring, setiap pemanen diberikan hanca per baris tanaman dan digiring bersama.
Sarana Panen
Sarana yang diperlukan untuk pemanenan antara lain jalan panen, tangga
panen, titi panen dan TPH. Peralatan yang digunakan adalah dodos, kampak,
egrek, dan galah. Persiapan sarana panen seperti pengerasan jalan, pembuatan
titi/tangga panen, jalan panen (pikul), dan Tempat Pengumpulan Hasil (TPH).
Kebutuhan tenaga kerja pemanenan dapat dihitung dengan rumus :
Keterangan :
A = luas hanca (kappel) yang akan dipanen (ha)
B = kerapatan panen
C = rata - rata berat buah (kg)
D = populasi tanaman/ha
E = kapasitas panen/hk
Kebutuhan alat pengangkutan disesuaikan dengan produksi dan jalan ke
pabrik kelapa sawit. Pengangkutan buah dari kebun ke pabrik kelapa sawit harus
dilakukan secepat mungkin agar menjaga kualitas buah kelapa sawit pada kadar
asam lemak bebas normal (< 3 %). Jenis alat transportasi tergantung pada skala
usaha, saran dan prasarana jalan yang tersedia.
METODE MAGANG
Metode Pelaksanaan
Kegiatan magang secara keseluruhan dilakukan selama 4 bulan. Penulis
bekerja langsung di lapang sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) selama dua
bulan, sebagai pendamping Mandor selama satu bulan dan sebagai pendamping
Asisten Divisi selama satu bulan. Setiap kegiatan dicatat kedalam jurnal harian
seperti yang tercantum pada Tabel Lampiran 1 untuk status PHL, Tabel Lampiran
2 untuk status sebagai pendamping Mandor dan Tabel Lampiran 3 untuk status
sebagai pendamping Asisten.
Kegiatan harian yang dilaksanakan oleh penulis selama menjadi PHL
antara lain mengikuti kegiatan LSU, until pupuk, aplikasi pemupukan, aplikasi
janjang kosong, pengendalian gulma (semprot gawangan chemist, semprot
piringan chemist dan perawatan manual), perawatan dan pembuatan markah blok,
dan panen. Dalam melaksanakan kegiatan penulis mengamati dan mencatat
beberapa hal seperti mengisi jurnal harian, mencatat prestasi kerja penulis dan
karyawan, alat dan bahan yang digunakan, jumlah luasan yang dicapai secara
teknis pelaksanaan dilapang.
Kegiatan saat menjadi pendamping Mandor antara lain mengawasi dan
mengkoordinir para tenaga kerja, membuat jurnal harian kerja, pembuatan
laporan. Disamping kegiatan sebagai pendamping Mandor penulis juga mengikuti
kegiatan sebagai pendamping Kerani (Kerani Divisi, Kerani Panen, Kerani
Transport dan Kerani Kantor Besar).
Pada saat menjadi pendamping Asisten Divisi, penulis mempelajari teknik
pembuatan laporan, membuat jurnal harian, mempelajari rencana kerja bulanan
atau tahunan.
Selama magang kegiatan rutin yang dilakukan penulis diantaranya adalah
mengikuti apel pagi dan apel sore yang dipimpin Asisten Divisi, serta mengikuti
kegiatan antrian pagi yang dipimpin Mandor.
Kegiatan pengambilan data dilakukan dengan pengumpulan data primer
dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan metode langsung, yaitu melalui
pengamatan atau mengikuti kegiatan langsung di lapang. Data sekunder di peroleh
dengan melihat arsip kebun.
Data pengamatan di lapang difokuskan pada kegiatan pemanenan meliputi:
a) Kriteria Matang Panen
Kriteria matang panen ini didasarkan pada tingkat kematangan buah antara
lain buah mentah, kurang matang, matang, lewat matang, janjang kosong dan
kriteria tambahan berupa gagang panjang. Pengamatan ini dilakukan dengan
mengamati 4 seksi panen, pada masing - masing seksi panen di ambil 40 TPH
(Tempat Pengumpulan Hasil) untuk diamati dan dimana dua seksi panen berada
pada rotasi panen normal (7 - 9 hari) sedang dua seksi panen yang lain berada
pada rotasi panen panjang/terlambat (> 9 hari).
b) Pengamatan Hanca Mutu Buah
Pengamatan hanca mutu buah dilakukan dengan menghitung jumlah buah
masak tidak dipotong, buah dipanen tidak terangkut ke TPH, dan jumlah
brondolan yang tidak terkutip baik yang terdapat di piringan, pokok, pasar rintis,
gawangan, potongan tangkai maupun di bunga matahari. Pengamatan ini
dilakukan pada tiap Kemandoran panen, dimana tiap kemandoran tersebut diambil
6 orang pemanen dan masing - masing pemanen diambil 20 sampel janjang yang
dipanen.
c) Angka Kerapatan Panen
Angka kerapatan panen diambil pada dua blok panen yang akan dipanen
esok hari (15 % dari areal yang akan dipanen esok hari) dengan penghitungan
pokok sawit di pasar rintis ke 5 - 6, 17 - 18, 29 - 30, 41 - 42,dst.
d) Losses Pengangkutan
Pada pengamatan losses pengangkutan dilakukan pencatatan lama waktu
pengangkutan buah dari tempat pengumpulan hasil ke dalam truk dan banyaknya
brondolan tinggal pada tiap - tiap tempat pengumpulan hasil. Pengamatan ini
didasarkan pada buah dalam keadaan normal dan buah dalam keadaan restan.
Data sekunder diperoleh dengan melihat arsip kebun meliputi lokasi dan
letak geografis kebun, keadaan tanah dan iklim, curah hujan, luas areal dan tata
guna lahan, Bobot Janjang Rata - Rata (BJR), tenaga kerja panen, basis dan premi
panen, data restan buah.
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG
Letak Geografis
Secara administratif Pantai Bunati Estate PT. Sajang Heulang, Minamas
Plantation terletak di Desa Bunati, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah
Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan. Lokasi Pantai Bunati Estate sebelah Utara
berbatasan dengan Desa Sebamban dan Desa Karang Indah, sebelah Barat
berbatasan dengan Desa Angsana dan Desa Setarap, sebelah Selatan berbatasan
dengan Desa Angsana, dan disebelah Timur berbatasan dengan Desa Penyiputan
dan Desa Dwi Marga.
Lokasi perkebunan PT. Sajang Heulang secara geografis terletak pada
koordinat 1140 19 13 BT - 1160 33 28 BT dan 10 21 49 LS 40 10 14 LS
dengan ketinggian 0 - 50 meter di atas permukaan laut (dpl). Peta lokasi kebun
dapat dilihat pada Gambar Lampiran 1.
Fasilitas Kebun
Kebun Pantai Bunati Estate memiliki beberapa fasilitas yang mendukung
kegiatan kerja dan kebutuhan hidup karyawannya. Fasilitas gedung antara lain
kantor besar, kantor Divisi di setiap Divisi, pos pengamanan, gedung olahraga,
puskesmas, kantor traksi dan beberapa gudang bahan dan alat.
Kebun juga menyediakan sarana tempat tinggal bagi karyawan. Untuk
karyawan tingkat staf, tempat tinggal berada di dalam kawasan kantor besar
sedangkan pondok karyawan terdapat di setiap Divisi dan terdapat Tempat
Penitipan Anak (TPA). Terdapat pula sarana ibadah berupa masjid yang dibangun
untuk tiap Divisi (sarana ibadah disesuaikan dengan mayoritas agama karyawan
yang berada di sekitar pondok).
Pihak kebun juga menyediakan sarana transportasi antar - jemput bagi
karyawan dengan menggunakan truk jemputan dan bus bagi setiap siswa yang
bersekolah di luar kawasan kebun.
ORGANISASI DAN MANAJEMEN KEBUN
Pengendalian Gulma
Gulma merupakan vegetasi yang tumbuh secara alami dan menjadi
pesaing tanaman utama dalam penyerapan unsur hara, air, dan cahaya matahari.
Pengendalian gulma yang baik akan memperlancar kegiatan lain seperti
pemanenan, pemupukan, pengawasan, pengendalian hama dan penyakit. Kegiatan
pengendalian gulma yang diterapkan di Pantai Bunati Estate secara manual dan
secara kimiawi.
Pengendalian secara manual meliputi kegiatan membersihkan gulma yang
merambat dan memberantas anak kayu atau disebut dongkel anak kayu. Anak
kayu tidak boleh dibiarkan tumbuh pada areal kelapa sawit. Pengendaliannya
dilakukan dengan mencabut menggunakan tangan, cados (cangkul dodos),
ataupun dengan menggunakan parang. Apabila anak kayu sudah tumbuh besar
dapat dilakukan kegiatan oles, yaitu dengan memotong batang anak kayu dan
kemudian dilakukan pengolesan dengan menggunakan bahan Garlon yang
dicampur dengan Solar (perbandingan 1:2), tindakan ini bertujuan untuk segera
membunuh atau mematikan anak kayu yang telah tumbuh besar. Selain
pengendalian anak kayu, dilakukan pula pencabutan gulma sejenis putihan
(Cromolaena odorata), senggani (Melastoma malabathricum), pandan -
pandanan, kentosan (tunas kelapa sawit disekitar piringan yang tidak diharapkan)
serta jenis pakisan seperti pakis kawat dan paku udang (Stenochlaena palustris).
Pengendalian gulma secara manual ini memiliki rotasi 1 x (dari 3 x rotasi, 2 rotasi
pengendalian gulma kimia gawangan dan 1 x manual). Secara teknis dilapangan,
setiap rintis blok dilalui oleh dua orang pekerja di sisi yang berbeda bila gulma
dalam pasar rintis tersebut berat (banyak gulma), apabila gulma ringan maka
dalam pasar rintis akan dikerjakan oleh seorang pekerja.
Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan semprot piringan dan
semprot gawangan. Sistem pengendalian secara kimiawi ini memiliki beberapa
keuntungan, antara lain dapat mengurangi pemakaian tenaga kerja, menghemat
waktu dan dapat menurunkan biaya operasional.
Pengendalian kimiawi dengan semprot piringan dilakukaan dengan
penyemprotan TPH, pasar rintis, jalan kaki lima, pasar 8, pasar tengah, piringan
dan wiping lalang. Wiping lalang adalah kegiatan untuk mengendalikan gulma
Alang - alang (Imperata cylindrica) menggunakan bahan Round-up yang bersifat
sistemik dengan konsentrasi 0.9 1 % dan menggunakan alat semprot RB nozel
100. Wiping digabungkan dengan kegiatan semprot piringan karena tanaman yang
sudah rimbun dan teduh sehingga alang - alang yang ada hanya tinggal sedikit.
Penyemptotan piringan dilakukan dengan menggunakan alat MHS (Micron Herby
Spraying), satu sprayer barisi 5 liter larutan dan diaplikasikan untuk 1 ha. Prestasi
pekarja 5 ha/hk. Aplikasi dosis dilakukan di lapang dengan konsentrasi Sterine 0.9
1 % dan Round-up 2 - 2.5 %. Sterine berfungsi sebagai herbisida tanaman
berdaun lebar seperti Ageratum conyzoides, Borreria latifolia, Mikania micranta,
Puereria javanica dan gulma semak seperti Chromolaena odorata, Melastoma
malabathricum, Clibadium surinamense. Piringan yang disemprot sesuai
jangkauan semprot yaitu 1 - 1.5 m secara melingkar. Semprot piringan ini
bertujuan untuk memudahkan dalam kegiatan pemanenan seperti pemungutan
brondolan yang jatuh, agar buah yang telah dipanen tidak tercampur gulma, pada
kegiatan pemupukan dapat mengurangi losses pupuk Urea yang mudah menguap
dan mudah larut apabila terkena air, selain itu juga mengurangi kompetisi
perebutan hara. Rotasi semprot piringan sendiri dilakukan 3 kali dalam satu tahun.
Pengendalian kimiawi dengan semprot gawangan dilakukan dengan
menggunakan alat semprot RB dengan prestasi karyawan 1.3 ha/hk. Bahan yang
diperlukan dalam kegiatan penyemprotan gawangan antara lain Garlon dengan
konsentrasi 0.4 % untuk gulma putihan, Gramoxone dengan konsentrasi 0.4 %
untuk gulma pakisan dan kentosan, Round-up dan Ally untuk gulma alang - alang
dan pakisan. Pelaksanaan semprot dilakukan dengan kegiatan aplikasi dosis di
lapang dan masing - masing bahan tidak boleh dicampur. Setiap bahan digunakan
untuk menyemprot gulma tertentu saja sehingga penyemprotan dilakukan dengan
spot - spot dan dilakukan hingga pasar tengah. Gulma yang disemprot antara lain
Euphatoriun odoratum, Borreria latifolia, Colopogonium mucunoides, Pureraria
javanica, Cromolaena odorata, Melastoma malabathricum.
Teknis pengendalian gulma di Pantai Bunati Estate sudah sangat baik, hal
ini dilihat dari sistem yang digunakan, yaitu dengan aplikasi dosis secara langsung
dilapang. Hal ini dapat secara efektif mengurangi losses bahan herbisida karena
apabila dilakukan pencampuran secara langsung dalam tangki unit maka jika
terjadi hujan, obat yang telah dicampur tersebut akan berkurang khasiat dalam
pemakaian berikutnya (pemakaian esok hari).
Dalam pelaksanaan pengendalian gulma ini terdapat berbagai macam
kendala antara lain iklim (hujan, apabila dalam pengaplikasian dan dalam waktu ±
3 jam turun hujan maka herbisida tersebut tidak berfungsi), transportasi/mobil
unit, bahan, dan tenaga kerja. Sehingga dalam pengerjaannya rotasi cenderung
lebih lambat. Apabila turun hujan, para pekerja dialihkan pekerjaannya menjadi
pengendalian gulma secara manual (dongkel anak kayu dan pengolesan).
Tupai merusak kelapa sawit dengan mengerat buah yang masih muda dan
memakan inti yang masih lunak, sedangkan untuk penurunan produksi akibat
serangan hama ulat api dapat dilihat pada Tabel 4.
% Penurunan Poduksi
% Defiolasi
Tahun I Tahun II
Hampir 100 70 93
50 40 78
25 8 29
12 5 11
Sumber : Vademicum Minamas Plantation, 2005
Serangan hama ulat api dan ulat kantung menyebabkan kehilangan daun
(difoliasi) tanaman yang berdampak langsung pada penurunan produksi.
Untuk pengendalian hama ulat api di Pantai Bunati Estate dilakukan
dengan menanam tanaman Tunera subulata, Cassia cabanensis dan Antigonon
leptotus sebagai inang dari musuh alami ulat api seperti serangga Sycanus
leucomicus. Tanaman Turnera subulata dapat dilihat pada Gambar 3.
Pemeliharaan Lainnya
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di Pantai Bunati Estate antara lain
pemeliharaan jalan, pembuatan dan perbaikan TPH (Tempat Pengumpulan Hasil),
penomoran TPH, pembuatan jembatan, penambahan titi panen.
Jaringan jalan di kebun merupakan salah satu faktor penting dalam
menunjang kelancaran transportasi dari dan keluar kebun, jalur transportasi TBS
serta kegiatan pengangkutan lainnya. Jenis jalan yang terdapat di Pantai Bunati
Estate antara lain jalan utama (main road), jalan pengumpul (collection road),
jalan utama, jalan bantu. Perawatan jalan di utamakan untuk areal - areal yang
bermasalah misalnya tanah lunak, tanah tergenang air sehingga dapat
menyebabkan unit transport mengalami hambatan. Perawatan jalan secara teknis
dilakukan menggunakan Motor Grader dan rawat manual dilaksanakan oleh
pekerja. Rawat jalan juga dilakukan tunas pelepah jalan yaitu pembuangan
pelepah agar tidak mengganggu kendaraan yang melintas juga agar cahaya
matahari tidak terhalang sehingga jalan akan lebih mudah kering pada saat terjadi
hujan.
Perawatan atau pembuatan TPH dilaksanakan dengan cara manual dan
kimia. Perawatan kimia dilakukan bersamaan dengan kegiatan pengendalian
gulma piringan, sedang secara manual dilakukan dengan melakukan perataan
TPH, meninggikan TPH yang memiliki kecenderungan tergenang saat terjadi
hujan, memadatkan tanah agar pada saat pemuatan brondolan tanah tidak
terangkut. Ukuran TPH adalah 4 m x 7 m dan jumlah TPH adalah 1.4 TPH per
hektar (setiap 6 baris tanaman terdapat 1 TPH) sehingga dalam satu blok standar
(30 ha) akan terdapat 42 TPH. Selain itu juga dilakukan penomeran TPH yang
dituliskan di tanaman paling dekat TPH berupa lingkaran dengan warna dasar
biru, tulisan berwarna putih, lingkaran berwarna putih. Prestasi kerja yang didapat
penulis adalah 30 ha/hk.
Jembatan di kebun sangat berpengaruh terhadap kelancaran pengangkutan
tandan buah segar kelapa sawit baik dalam kegiatan pemanenan maupun
transportasi. Jembatan dalam kebun memiliki bahan yang sama dengan titi panen
yaitu permanen menggunakan beton dan menggunakan bahan kayu. Titi panen
dari kayu dapat dilihat pada Gambar 4.
Pemanenan
Panen merupakan pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit karena
merupakan sumber pendapatan perusahaan, oleh karena itu perlu adanya
pengelolaan yang baik dalam pelaksanaannya. Kegiatan panen mencakup
pekerjaan memotong semua janjang yang masak, mengutip semua brondolan dan
dilanjutkan pada pengangkutan ke pabrik kelapa sawit (PKS), kegiatan tersebut
diantaranya meliputi potong pelepah, potong buah masak, susun pelepah, potong
gagang panjang, kutip brondolan, angkut janjang ke TPH dan angkut brondolan
ke TPH.
Peramalan Produksi
Peramalan produksi digunakan untuk memperkirakan besarnya produksi
yang akan dicapai pada masa tertentu di masa yang akan datang. Peramalan
produksi sangat penting untuk dapat menentukan penyusunan target produksi,
perencanaan pembiayaan dan pemakaian tenaga. Peramalan produksi di Pantai
Bunati Estate di bagi menjadi tiga bagian, yaitu peramalan budget produksi (target
produksi), peramalan produksi semesteran (sensus produksi) dan peramalan
produksi harian (taksasi panen).
Budget produksi adalah target produksi yang ingin dicapai perusahaan
dalam satu tahun yang dapat dijabarkan sebarannya dalam bulan dan semester.
Sensus produksi adalah pencacahan atau penghitungan atau pendataan
terhadap tanaman kelapa sawit yang bertujuan untuk mengetahui atau
memperkirakan produksi semester berdasarkan jumlah dan keadaan bunga betina
yang kemungkinan menjadi tandan buah. Peramalan produksi semesteran
dilakukan untuk menentukan jumlah buah yang dipanen pada enam bulan
berikutnya. Penyusunan sensus produksi harus disertai pengetahuan tentang
perkembangan bunga betina dan tandan kelapa sawit sampai dengan matang
panen.
Pekerjaan sensus di Pantai Bunati Estate dilakukan untuk menghitung
produksi kebun enam bulan berikutnya, yaitu dengan menghitung jumlah buah
cengkih atau buah betina yang sudah dibuahi sampai dengan buah yang kira - kira
akan dipanen pada semester dimana sensus dilaksanakan. Waktu selama enam
bulan didasarkan pada kurun waktu yang diperlukan kelapa sawit untuk
membentuk buah dari penyerbukan sampai dengan buah siap panen. Semester I
adalah bulan Januari - Juni dan sensus produksi dilaksanakan pada 20 Desember
tahun lalu sampai dengan 10 Januari tahun ini, sedangkan Semester II adalah
bulan Juli - Desember dan sensus produksi dilaksanakan pada 20 Juni sampai
dengan 10 Juli tahun ini. Sensus buah dilakukan dengan rumus 5 x 6 (artinya
pergeseran tanaman dari arah Barat ke Timur adalah adalah 5 tanaman dan
pergeseran dari Selatan ke Utara adalah 6 tanaman), penanda awal titik sensus
adalah tanda tapak jalak. Alat yang dipakai adalah kait yang berfungsi untuk
tanda awal penghitungan janjang dan crayon yang berfungsi untuk menandai
jumlah janjang pada tiap batang tanaman yang disensus, formulir pencatatan.
Dalam sensus produksi parameter yang dipakai adalah jumlah janjang yang ada di
tanaman dan Berat Janjang Rata - Rata (BJR). Jumlah buah yang dihitung
kemudian dicatat dalam form yang telah disediakan termasuk buah cengkih seperti
pada Gambar 5. Rumus perhitungan produksi yang digunakan adalah:
luas areal (ha)/luas disensus (ha) x jumlah janjang sensus x BJR
Produksi/bulan =
6 bulan
Rotasi Panen
Rotasi panen adalah selang waktu yang diperlukan antara panen terakhir
sampai panen berikutnya di tempat yang sama. Rotasi panen yang ditetapkan di
Pantai Bunati Estate yaitu 6/7 hari, artinya dalam satu minggu terdapat enam hari
panen sehingga terdapat enam seksi panen. Seksi panen adalah pembagian luasan
lahan yang merupakan target panen/hari yang harus diselesaikan. Satu seksi panen
terdiri dari beberapa blok. Seksi panen di Pantai Bunati Estate Divisi I
disimbolkan dengan A, B, C, D, E, F. Rotasi atau pusingan normal antara 7 - 9
hari. Faktor yang menentukan bertambahnya rotasi panen antara lain adalah
cuaca, tenaga kerja yang banyak tidak masuk.
Sistem Panen
Sistem panen disusun dengan baik sehingga blok yang di panen setiap hari
menjadi lebih terkonsentrasi, hal ini bertujuan untuk memudahkan kontrol
pekerjaan. Sistem panen yang digunakan di Pantai Bunati Estate menggunakan
sistem hanca giring tetap yang merupakan pengembangan dari sistem hanca
giring murni dan giring tetap. Hanca panen adalah pembagian jatah luasan areal
yang harus dipanen oleh satu orang tenaga potong buah (berdasarkan jumlah baris
atau gawangan). Pantai Bunati Estate menggunakan sistem Block Harvesting
System (BHS). Block Harvesting System adalah sistem panen yang kegiatan
panennya setiap hari kerja terkonsentrasi pada satu seksi panen dan tetap
berdasarkan interval yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaan Block Harvesting
System ini mampunyai ciri-ciri :
- Divisi atau kebun mempunyai enam seksi panen
- Terdapat satu kelompok atau gang panen per divisi atau per kebun dalam
setiap hari kerja
- Setiap hari kerja harus menyelesaikan satu seksi panen
- Pemanen mendapatkan hanca panen tetap
- Kegiatan panen terkonsentrasi untuk memudahkan transport TBS
- Kegiatan panen dimulai dan diakhiri dengan arah yang sama
- Dapat ditetapkan dengan sistem DoL (Division of Labour) dengan efektif
Tenaga Kerja
Kebutuhan tenaga kerja harus mempertimbangkan luas areal dan
kemampuan pekerja agar pekerjaan panen dapat berjalan dengan baik. Jumlah
tenaga kerja pemanen yang dibutuhkan dihitung dengan rumus :
( )
Jumlah pemanen =
( )
Dengan perbandingan antara pemanen dengan pembrondol adalah 1:1 atau dikenal
dengan sistem by DoL-2.
Pelaksanaan Panen
Pelaksanaan panen dengan Block Harvesting System dilaksanakan
menggunakan sistem by DoL-2 (menggunakan pemanen dan pembrondol) yaitu
pelaksanaan panen terdiri dari tim panen dan tim kutip brodolan, artinya satu
orang pemanen tugasnya hanya memotong buah, menyusun pelepah dan
mengangkut buah ke TPH. Sedangkan brondolannya dikutip oleh karyawan
pengutip brondolan. Jadi potong buah dan kutip brondolan adalah satu kesatuan
kerja panen tetapi tanggung jawabnya berbeda, sehingga denda - denda yang
dilakukan tergantung pada jenis kerja mana yang melakukan pelanggaran serata
DoL-3 (menggunakan pemanen, pengangkut dan pembrondol).
Untuk meminimalkan kesalahan pencatatan buah atau menjaga agar buah
yang telah dipanen tercatat oleh Kerani Panen dan agar kegiatan transportasi lebih
tertib, maka pelaksanaan panen selalu di upayakan serentak dari blok yang sama.
Sehingga teknisnya pencatatan buah oleh Kerani Panen dibelakang pemanen dan
begitu juga selanjutnya unit yang memuat buah dibelakang Kerani Panen.
Sehingga unit transport tidak terlalu sering keliling dalam blok yang sama
berulang - ulang.
Premi Panen
Basis panen adalah jumlah minimum TBS yang harus dipanen oleh
pemanen dalam satu hari ditentukan berdasarkan tinggi tanaman dan topografi
serta Bobot Janjang Rata - Rata dan dikelompokkan berdasarkan tahun tanamnya.
Sedangkan premi adalah upah yang diberikan kepada pemanen yang melebihi
basis. Premi terbagi menjadi tiga jenis yaitu premi siap borong yang diberikan
kepada pemanen pada saat jumlah janjang panen sama dengan atau lebih dari
jumlah janjang basis borong yang telah ditentukan, premi lebih borong yang
diberikan kepada pemanen pada saat pemanen memperoleh jumlah janjang panen
lebih dari jumlah janjang basis borong yang telah ditentukan, dan premi
pengutipan brondolan (dalam sistem by DoL) yaitu premi yang diberikan kepada
tenaga pengutip brondolan pada saat jumlah (kg) brondolan lebih besar dari (kg)
basis brondolan. Besar premi brondolan di Pantai Bunati Estate diusulkan oleh
unit kebun ke GM dengan berdasarkan umur tanaman, kelas BJR, estimasi %
brondolan pada masing - masing tahun tanam, topografi atau kondisi areal, dan
totalitas biaya panen.
Tujuan dari pemberian premi panen adalah untuk memberi penghargaan
kepada pekerja apabila hasil kerjanya diatas standar yang ditentukan (basis
borong); mendorong kenaikan output (janjang/hk), tetapi tidak dengan biaya yang
lebih tinggi dari biaya standar jam dinas; memupuk rasa tanggungjawab pekerja
terhadap tugasnya. Penetapan jumlah janjang basis borong didasarkan pada:
1. Jumlah janjang standar (basis borong), ditentukan dengan pertimbangan:
- Rata - rata kemampuan pemanen/output (janjang/hk) selama jam dinas
(7 jam/hari kerja biasa dan 5 jam/hari untuk hari jumat)
- Kondisi topografi areal yang akan dipanen (datar, bergelombang atau
berbukit)
- Kondisi tanaman meliputi umur tanaman (pada tanaman tinggi atau
rendah), Berat Janjang Rata - Rata (BJR), homogenitas tanaman,
persentase populasi tanaman produktif dan distribusinya dilapangan.
- Total output (kg/hk) dan biaya panen (Rp/kg upah dan premi) dalam
anggaran/budget pada tahun berjalan.
2. Penetapan jumlah janjang standar (basis borong), premi basis borong,
premi lebih borong dibuat dan diusulkan oleh unit kebun kepada GM
Estate masing - masing untuk dilakukan koreksi dan persetujuannya.
Untuk ketentuan basis borong dan premi panen pada hari normal di Pantai
Bunati Estate dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Ketentuan Basis Borong dan Premi Panen Tahun 2008
Hari Normal Pantai Bunati Estate
Stasiun Perebusan
TBS yang telah dimasukkan dalam lori kemudian di rebus dalam
Sterilizer. Perebusan dengan menggunakan uap kering dengan tekanan 2.8 kg/cm2
selama 90 menit disertai dengan 3 kali hentakan. Tujuan perebusan ini adalah
untuk menghentikan aktifitas enzim (lipase) sehingga pembentukan ALB tidak
berlanjut, memudahkan lepasnya brondolan dari tangkai, memudahkan lepasnya
mesocarp dari biji, memudahkan pemecahan biji dan pemisahan inti dengan
cangkang, dan memudahkan pelepasan minyak dari serabut mesocarp. Bejana
rebusan dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Bejana Rebusan
Stasiun Perontokan
Setelah perebusan, maka proses selanjutnya adalah perontokan dengan
menggunakan Drum Thresser. Di dalam Drum Thresser TBS diputar dengan
putaran 23 - 25 rpm dan dibanting sehingga brondolan terlepas dari janjangnya.
Setelah selesai proses ini, dihasilkan brondolan dan janjang kosong. Janjang
kosong selanjutnya diaplikasikan sebagai pupuk organik ke lapangan. Drum
Thresser dapat dilihat pada Gambar 9.
Stasiun Pemurnian
Minyak kasar yang dihasilkan, selanjutnya mengalami proses penjernihan
minyak, dalam stasiun klarifikasi meliputi penyaringan kotoran sehingga kadar
kotoran < 0.02 %, pengeringan air sehingga di dapat kadar air < 0.2 %,
penyaringan dari lumpur sampai dengan < 0.45 %. Gambar 10 merupakan gambar
dari stasiun pemurnian.
Produksi
Produksi per satuan luas sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan
teknis budidaya yang diterapkan dikebun. Tabel 8 berikut adalah data hasil
produksi Pantai Bunati Estate tahun 2001 - April 2008.
30
25
Produksi (ton/ha)
20 1996
1997
15
1998
10 Rata-Rata
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Apr-08
Periode Tahun
Rotasi Panen
Menurut Lubis (1992) perkembangan buah kelapa sawit matang dari satu
fraksi ke fraksi berikutnya sangat cepat. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 9.
Fraksi Hari
0 2.80
1 2.97
2 1.64
3 1.22
4 1.00
Sumber : Lubis, 1992
Menurut Lubis (1992) rotasi panen yang baik adalah 2.97 + 1.64 + 1.22 +
1.00 = 6.83 hari atau dibulatkan menjadi 7 hari, hal ini sesuai dengan rotasi panen
yang digunakan di Pantai Bunati Estate Estate yaitu 6/7 (6 hari panen dalam satu
minggu), berdasarkan ketentuan rotasi tersebut seluruh areal tanaman
menghasilkan dibagi menjadi 6 seksi panen, sehingga dalam satu bulan setiap
seksi dipanen sebanyak empat kali.
Rotasi panen terlambat (umur rotasi > 9 hari) akan menyebabkan buah
cenderung over-ripe bahkan bisa menjadi empty bunch (janjang kosong), apabila
ini terjadi maka akan mengakibatkan jumlah brondolan meningkat sehingga akan
memperlambat penyelesaian hanca bahkan basis borongnya sulit tercapai (output
kg/hk rendah dan biaya panen meningkat), peluang losses yakni janjang tinggal di
tanaman dan brondolan tidak dikutip sangat tinggi, kualitas minyak rendah
(FFA > 3 %)
Rotasi panen terlalu cepat (umur rotasi < 7 hari) akan mengakibatkan
pemanen cenderung memotong buah under-ripe (agak mentah) dan unripe
(mentah) untuk memenuhi basis kerja, akibat meningkatnya buah under-ripe
(agak mentah) dan unripe (mentah) dapat menurukan % OER (Oil Extraction
Rate), meningkatnya biaya pengolahan karena menurunnya kapasitas olah PKS
akibat tingginya % buah mogul (unsripe bunch) sehingga proses perebusannya
memerlukan waktu yang lebih lama.
Pelaksanaan rotasi panen di Pantai Bunati Estate banyak mengalami
keterlambatan ini disebabkan adanya hari libur, kondisi cuaca yang tidak
memungkinkan, pekerja sakit/izin untuk keperluan pribadi. Pada musim hujan
terdapat beberapa bagian yang tergenang sehingga menyulitkan pemanen dalam
mengambil buah.
Peramalan Produksi
Untuk memperkirakan besarnya produksi yang akan dicapai pada masa
tertentu dimasa yang akan datang, Pantai Bunati Estate menggunakan peramalan
budget produksi, peramalam produksi semesteran dan peramalan produksi harian.
Peramalan produksi harian atau taksasi panen adalah kegiatan yang
dilakukan untuk memperkirakan produksi pada esok hari. Tujuan kegiatan ini
adalah untuk mengetahui jumlah tenaga pemanen dan untuk memperkirakan
jumlah alat transport yang dibutuhkan untuk mengangkut hasil panen. Hasil
taksasi ini juga digunakan oleh kebun sebagai laporan kepada Pabrik Kelapa
Sawit (PKS) sebagai acuan Mandor Grading di PKS untuk menentukan berapa
unit angkutan yang harus di grading oleh PKS. Taksasi panen tercermin dalam
perolehan Angka Kerapatan Panen (AKP) pada hari itu. AKP didapat dengan
mengambil data 15 % dari areal yang akan dipanen esok hari dan dengan rumus :
% AKP = x 100%
Tanaman
Blok Tanaman siap dipanen Kerapatan panen
sampel
N 20 582 115 19.75
N 21 603 142 23.56
Sumber : Pengamatan Lapang 2008
Dari data Tabel 10 dapat dilihat bahwa, Angka Kerapatan Panen (AKP) di
Divisi I Pantai Bunati Estate sebesar 20 25 % hal ini berarti bahwa dalam 100
tanaman terdapat 20 25 janjang yang siap di panen pada esok hari. Penghitungan
ini harus di usahakan seakurat mungkin sehingga pelaksanaan persiapan panen
akan lebih efektif.
Kriteria Panen
Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen
untuk memotong tandan buah segar (TBS) pada saat yang tepat. Parameter yang
digunakan dalam menentukan kriteria matang panen adalah perubahan warna dan
membrondolnya buah dari tandan. Proses perubahan warna yang terjadi pada
tandan dari buah yang berwarna hijau berubah kehitaman kemudian menjadi
merah mengkilat atau orange. Mutu minyak hasil pengolahan pabrik yang
diinginkan adalah memiliki ektraksi minyak (OER) > 25 %, dengan kadar asam
lemak bebas (FFA) < 3 %. Kriteria panen sendiri meliputi kriteria pemeriksaan
buah dan kriteria pemeriksaan mutu hanca. Kriteria matang panen yang
ditetapkan oleh Minamas Plantation dapat dilihat pada Tabel 11.
Target minimum
Kondisi buah Keterangan
% tandan
Buah mentah (unripe) Jika tidak ada brondolan yang lepas dari 0
tandan buah janjang atau 0 brondolan
Buah kurang matang Jika brondolan yang lepas jumlahnya < 5 8
(under-ripe) brondol/janjang atau 12.5 % - 25 % buah
luar membrondol, berwarna kemerahan
Buah matang (ripe) Jika brondolan yang lepas jumlahnya 5 85
brondol/janjang atau buah bagian luar telah
membrondol 26 -50 %
Buah lewat matang Jika 51 % - 100 % buah luar membrondol 5
atau bagian dalam ikut membrondol
Janjang kosong (empty Jika brondolan keseluruhan yang lepas 2
bunch) jumlahnya lebih dari 95% dan belum ada
tanda - tanda busuk pada permukaan
potongan gagangnya
TOTAL 100
Sumber : Vademicum Minamas Plantation
Selain pada Tabel 11 juga disertakan kriteria tambahan yang terdiri dari
kriteria gagang panjang (long stalk) dan potong gagang (cut stalk), kriteria
kesegaran (freshness), kriteria kotoran (contamination), dan kriteria brondolan
(losse fruit) dengan kriteria pengamatan tambahan dapat dilihat pada Tabel 12.
Target
Kondisi buah Keterangan
minimum (%)
- Gagang panjang
(long stalk)
Gagang buah Gagang buah yang panjangnya ± 3 cm 0
diukur dari permukaan buah sampai sisi
potongan yang miring (pada bag.terpendek)
Potongan gagang Potongan gagang buah yang ikut termuat 5
atau terkirim ke PKS
- Kesegaran
(freshness)
Buah segar Jika buah dari lapangan yang dikirim dan 100
diterima PKS selambat - lambatnya 2 hari
dari hari panen
Buah restan (old Buah dari lapangan dikirim dan diterima 0
crop) PKS 2 hari
- Kotoran Buah/brondolan tercampur dengan kotoran 0
(contamination) (tanah, pasir, batu, unsur organik dll)
- Brondolan (losse Pemeriksaan meliputi brondolan segar, 0
fruit) brondolan busuk, sampah brondolan
Sumber : Vademicum Minamas Plantation
Tingkat Kriteria
Jumlah Janjang/Seksi panen Persentase %
Kematangan Kebun
A B C D A B C D (%)
Mentah 1 - - - 0.11 0 0 0 0
Kurang matang 6 3 2 4 0.67 0.20 0.08 0.20 8
Matang 854 1428 2343 1757 95.60 94.69 90.15 89.19 85
Lewat matang 16 43 175 116 1.79 2.85 6.73 5.89 5
Janjang kosong 6 17 59 70 0.67 1.13 2.27 3.55 2
Gagang panjang 10 17 20 23 1.12 1.13 0.77 1.17 5
Jumlah tandan 893 1508 2599 1970 100 100 100 100
Sumber : Pengamatan Lapang, 2008
Keterangan : Seksi panen A dan B pada rotasi normal 7 - 9 hari
Seksi panen C dan D pada rotasi > 9 hari
Gambar 12. Buah Janjang Kosong (kiri), Buah Lewat matang (kanan)
Dari Tabel 14 dan 15 dapat dilihat bahwa kadar asam lemak bebas yang
terkandung dalam kelapa sawit akan semakin meningkat sejalan dengan tingkat
kematangan buah. Kadar asam lemak bebas yang memiliki mutu baik adalah
< 3 %, sehingga untuk mendapatkan produksi minyak yang baik, buah tidak boleh
terlalu matang. Sedang buah mentah yang terpanen akan manghambat proses di
dalam pabrik karena perebusan buah mentah memerlukan waktu yang lebih lama.
Pemeriksaan yang dilakukan dalam pemeriksaan mutu hanca/losses antara
lain kualitas pengutipan brondolan di tanaman, piringan, pasar rintis, dan tempat
pengumpulan hasil (TPH); kualitas janjang dipanen dan janjang matang tidak
dipanen (janjang normal dan janjang busuk). Untuk kriteria pemeriksaan mutu
hanca/losses antara lain pemeriksaan brondolan tinggal yang dinyatakan dalam
bentuk total rasio brondolan tinggal terhadap jumlah janjang pengamatan
(brondol/janjang), brondolan dikatakan tinggal jika masih ditemuinya brondolan
yang tidak atau belum dikutip selama masa pemeriksaan pada tanaman yang telah
dipanen dan berada pada piringan, luar piringan, dibatang tanaman, di pasar rintis,
dan pemeriksaan janjang tinggal jika pada masa pemeriksaan ditemui adanya
janjang dengan jumlah brondolan lepas alami sama atau lebih dari standart buah
ripe dan belum/tidak dipotong, hasil pemeriksaan janjang ini dinyatakan dalam %
dengan rumus :
Jml. Janjang Matang Tinggal
x 100%
Jml. Janjang Matang Tinggal + Jml. janjang Matang dipanen
Berdasarkan pengamatan lapang dengan pengambilan sampel pada tiap
kemandoran 6 orang pemanen dan masing - masing pemanen diambil 20 sampel
janjang yang dipanen kehilangan hasil produksi akibat resiko pemanenan Divisi 1,
Pantai Bunati Estate dapat dilihat dilihat pada Tabel 16, 17 dan 18.
Pengamatan pada Mandoran I dan Mandoran III dilakukan pada rotasi atau
pusingan panen normal (7 9 hari), sedang pada mandoran II dilaksanakan pada
rotasi atau pusingan panen terlambat ( > 9 hari). Dari data dapat dilihat bahwa
rasio brondolan tinggal pada rotasi tinggi lebih besar dari rasio brondolan tinggal
pada rotasi normal. Penyebab banyaknya brondolan tinggal karena rotasi yang
terlambat menyebabkan jumlah brondolan juga tinggi sehingga pengutipan tidak
dapat terselesaikan dalam satu seksi tersebut. Rata - rata rasio brondolan tinggal
pada Kemandoran I sebesar 1.95, Kemandoran II sebesar 3.68 dan pada
Kemandoran II sebesar 2.12. Kehilangan hasil terbesar untuk rasio brondolan
tinggal terdapat pada piringan dan di ketiak pelepah. Hal ini dikarenakan
pembrondol masih kurang teliti dalam mengutip brondolan sehingga banyak yang
tertinggal dan kondisi tanaman yang ditumbuhi tanaman Neprolephis sehingga
pembrondol juga mengalami kesulitan dalam mengambil brondolan yang terdapat
di tanaman tanaman. Pantai Bunati Estate memberi toleransi brondolan tinggal
sebesar 2 brondolan/tanaman.
Pemanen
Uraian
1 2 3 4 5 6
1.Buah masak tidak dipotong 0 0 6 0 0 0
2.Buah dipenen tidak terangkut ke TPH 0 0 0 0 0 0
3.Brondolan di bunga matahari 0 0 3 11 22 0
4.Brondolan di piringan 13 20 20 14 4 4
5.Brondolan di ketiak pelepah 18 4 14 11 4 4
6.Brondolan di pasar rintis 0 9 2 2 7 6
7.Brondolan di gawangan 0 4 0 0 5 0
8.Brondolan di potongan tangkai 0 0 3 6 20 5
Rasio brondolan tinggal/tanaman 1.55 1.85 2.10 2.20 3.10 0.95
Janjang tinggal 0.00 0.00 30.00 0.00 0.00 0.00
Sumber : Pengamatan Lapang, 2008
Keterangan : Pada Rotasi Panen Normal
Uraian Pemanen
1 2 3 4 5 6
1. Buah masak tidak dipotong 0 0 0 2 1 0
2. Buah dipenen tidak terangkut ke TPH 1 0 0 0 0 0
3. Brondolan di bunga matahari 18 0 13 7 0 43
4. Brondolan di piringan 19 22 38 14 8 29
5. Brondolan di ketiak pelepah 21 17 31 37 18 53
6. Brondolan di pasar rintis 3 6 4 5 2 5
7. Brondolan di gawangan 0 0 18 0 11 0
8. Brondolan di potongan tangkai 5 0 0 13 0 7
Rasio brondolan tinggal/tanaman 3.05 2.25 5.20 3.15 1.95 6.50
Janjang tinggal 5.00 0.00 0.00 10.00 5.00 0.00
Sumber : Pengamatan Lapang, 2008
Keterangan : Pada Rotasi Panen Terlambat
Pemanen
Uraian
1 2 3 4 5 6
1.Buah masak tidak dipotong 0 0 0 0 1 0
2.Buah dipenen tidak terangkut ke TPH 0 0 0 0 0 0
3.Brondolan di bunga matahari 0 4 10 26 48 19
4.Brondolan di piringan 6 21 32 4 9 16
5.Brondolan di ketiak pelepah 3 5 9 3 22 9
6.Brondolan di pasar rintis 1 0 0 0 0 1
7.Brondolan di gawangan 1 0 7 0 0 0
8.Brondolan di potongan tangkai 0 0 0 0 0 0
Rasio brondolan tinggal/tanaman 0.55 1.50 2.90 1.65 3.95 2.20
Janjang tinggal 0.00 0.00 0.00 0.00 5.00 0.00
Sumber : Pengamatan Lapang, 2008
Keterangan : Pada Rotasi Panen Normal
Jika diketahui :
Kerugian
v Jumlah tanaman 1 ha = luas x populasi/ha = 133 960 tanaman
v Jumlah yang di panen = kerapatan x jml tanaman = 66 980 tanaman
v Brondolan tinggal = 2 x pk panen = 133 960 brondol
v Brondol tinggal/thn = jml brondol x rotasi = 6 430 080 brd/th
v Bobot brondol tinggal = brondol/thn x 13 g = 83 591 040 g
v Setelah di ekstraksi = 20 897 760 kg/thn
Maka losses = 20 897.760 x Rp. 3 000 = Rp 62 693 280 /tahun
Contoh perhitungan :
Divisi I Pantai Bunati Estate dengan luas area TM 987 ha, dengan estimasi
produksi 20.0 ton/ha/thn, maka untuk pembagian areal tersebut dalam enam seksi
dapat dihitung sebagai berikut :
Penetapan luas area produksi per seksi per rotasi panen (ha/seksi/rotasi)
164.5 117.5
v Koefisien penambah luas area : = 7.83 ha
6
v Luas rata-rata seksi panen hari biasa : 164.5+7.83 =172.33 ha
v Luas rata-rata seksi panen hari jumat : 117.5+ 7.83 =125.33 ha
Penetapan rencana produksi per seksi per rotasi panen (Ton/ha/seksi/rotasi)
20.0 ton/ha
v Produksi rata-rata per rotasi panen : 48 Rotasi/thn = 0.42 TonTBS/ha/rotasi
v Estimasi produksi rata-rata per seksi panen :
Hari biasa (7 jam kerja) :0.42 tonTBS/ha x 172.33 ha = 72.39 Ton
Hari biasa (5 jam kerja) :0.42 tonTBS/ha x 125.33ha = 52.64 Ton
(atau 72 % dari hari biasa).
Luas seksi panen Divisi 1 Pantai Bunati Estate dapat dilihat pada
Tabel 19.
Luas seksi panen di Divisi 1 Pantai Bunati Estate sudah sesuai dengan
perencanaan yang dilakukan dengan rata - rata luas seksi panen pada hari biasa
adalah 172.33 ha dan pada hari jumat 125.33 ha.
Penetapan luas hanca pemanen dengan terlebih dahulu menentukan
jumlah tenaga kerja pemanen (cutter) dengan pertimbangan :
ü Estimasi produksi (ton/ha) per seksi panen, per rotasi
ü Out-put pemanen (kg/hk) yang diinginkan
ü Hectar coverage (ha/hk) optimum yang dapat diselesaikan oleh pemanen
ü Homogenitas tanaman
ü Kondisi topografi
Penetapan tenaga kerja panen di Pantai Bunati Estate yang menggunakan
sistem BHS by DoL-2 adalah dengan menggunakan perbandingan 1:1 untuk
jumlah tenaga kerja pengutip brondol (picker) dan jumlah tenaga kerja pemanen
(cutter). Hal ini dimaksudkan agar pasangan antara cutter dan picker dapat lebih
sinergi dalam menyelesaikan hanca kerja, namun hal ini tidak berlaku mutlak.
Penetapan luas hanca mandoran, berfungsi sebagai kerangka kerja tetap
untuk mempertajam (fokus) proses supervisi sehingga diharapkan timbulnya
tanggungjawab atas mutu hanca dan siklus buah jangka panjang, membangun
budaya kompetisi yang sehat antar Mandor, rasio tenaga Mandor dan pekerja
lebih efisien. Perhitungan kebutuhan Mandor Panen di Pantai Bunati Estate
dilakukan dengan membagi total tenaga panen. Rasio ideal pekerja dan Mandor
adalah 1:20 tenaga kerja sedang untuk kebutuhan kerani panen adalah sesuai
dengan Mandor Panen yaitu 1:1.
Sistem Panen
Dalam pengelolaan panen menekan losses seminimal mungkin adalah
mutlak harus dilakukan tanpa harus melihat faktor topografi lahan, kondisi areal
tanaman, ketersediaan tenaga kerja dan infrastruktur yang ada. Untuk mencapai
sasaran kegiatan panen yang optimum dan mengantisipasi kendala yang sering
terjadi, maka diperlukan sebuah sistem organisasi yang efektif dan efisien.
Sistem yang digunakan dalam Pantai Bunati Estate adalah sistem Block
Harvesting Sistem atau BHS. Sistem ini kegiatan panen setiap hari kerjanya
terkonsentrasi pada satu seksi panen tetap berdasarkan interval yang telah
ditentukan. Sistem BHS ini diperkuat dengan sistem pelaksanaan panen dengan
hanca giring tetap. Sistem pelaksanaan panen sendiri terdiri dari tiga macam yaitu
hanca tetap, hanca giring dan hanca giring tetap. Hanca tetap adalah setiap
pemanen diberikan hanca panen sama dengan luasan tertentu. Hanca ini memiliki
kelebihan yaitu areal mudah dikontrol dan lebih bersih, kerugiannya buah
terhambat keluar ke TPH. Hanca giring adalah setiap pemanen diberikan hanca
perbaris tanaman dan digiring bersama - sama. Kelebihan hanca ini adalah tandan
akan cepat sampai di TPH tetapi akan lebih sulit dikontrol dan kemungkinan
tandan/brondolan tertinggal dan pelepah tidak ditunas lebih banyak. Hanca giring
tetap adalah pemanen diberikan hanca per baris tanaman dan digiring bersama -
sama pada hanca yang sama pada rotasi berikutnya.
Pantai Bunati Estate menggunakan sistem panen hanca giring tetap,
dengan sistem ini diharapkan buah cepat keluar sehingga mempercepat proses
pengangkutan, dan dapat meminimalkan kehilangan hasil produksi akibat buah
tinggal. Adapun kelebihan hanca giring tetap ini adalah :
- Mudah dalam pembagian hanca harian
- Mudah dalam pengawasan pekerjaan
- Pencatatan hasil pekerjaan dan pencatatan pekerja yang melakukan
kesalahan dapat dengan mudah dilakukan
- Mandor aktif melakukan pengawasan dan senantiasa terdidik untuk
berpikir
- Distribusi buah cukup teratur karena umumnya dimulai pada seksi yang
sama
Sedangkan kekurangan dari sistem hanca ini adalah :
- Sulit mengganti pemanen yang tidak masuk kerja
- Tanggung jawab pemanen terhadap hanca masih relatif kecil
- Kontrol harus ketat
- Dalam transportasi, mobilitas kendaraan tinggi
Untuk mengatasi kekurangan tersebut Pantai Bunati Estate membentuk
Kelompok Kecil Pemanen (KKP) dengan anggota 3 - 4 orang. KKP ini bertujuan
apabila terdapat salah satu pemanen yang tidak masuk dalam kelompok tersebut,
maka anggota kelompok tersebut yang mempunyai kewajiban untuk
menyelesaikan hanca anggota yang tidak masuk. Dalam satu kemandoran di
Divisi 1 Pantai Bunati Estate terdapat 3 - 4 KKP. Apabila dalam satu kemandoran
tersebut banyak pemanen yang tidak masuk maka sistem panen hanca giring tetap
akan diubah menjadi hanca giring karena penambahan dan pergeseran hanca pada
pemanen dengan komando dari Mandor Panen.
Pengelolaan Pengangkutan
Transportasi TBS ke PKS merupakan kegiatan penting dalam usaha
perkebunan kelapa sawit, keterlambatan (restan) pengangkutan TBS ke PKS akan
mempengaruhi proses pengolahan, kapasitas olah, dan mutu produk akhir. Kadar
ALB akan semakin meningkat seiring lamanya buah menginap, sedangkan kadar
minyak akan semakin turun (Lubis, 1992) oleh sebab itu sebaiknya buah segera
dikirim ke PKS pada hari itu juga. Pengangkutan TBS ke TPH harus dilakukan
secara hati - hati karena pengangkutan TBS ke TPH dapat meningkatkan ALB
akibat guncangan dan penggoresan saat menaikkan dan menurunkan buah.
Dari data pada Tabel 21 dapat dilihat bahwa pengangkutan buah restan
memiliki angka kehilangan hasil/losses brondolan yang lebih besar dari
pengangkutan buah normal. Hal ini dikarenakan buah restan mudah mengalami
kerontokan sehingga brondolan tinggal pun semakin besar.
Faktor penyebab losses pengangkutan antara lain karena sulitnya areal
(jalan yang rusak/licin), terdapat parit yang dalam sehingga untuk memuat buah
ke truk haris melewati titi panen, buah tidak dijaring sehingga dalam perjalanan
terdapat buah yang rontok, waktu muat pada malam hari sehingga menyebabkan
banyak brondolan tinggal, TPH yang tidak bersih (masih terdapat gulma), pada
saat hari hujan TPH tergenangi air hujan. Untuk mengantisipasi banyaknya buah
yang tertinggal pada saat pengangkutan, kebun melakukan penyisiran yang
dilakukan oleh satu orang pembrondol untuk menyisir brondolan tinggal akibat
pengangkutan baik di TPH maupun di jalan kebun.
Lamanya proses pengangkutan buah disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain rotasi panen sangat menentukan lamanya proses pengangkutan buah,
hal ini dikarenakan banyaknya brondolan sehingga waktu muatnya menjadi lebih
lama juga terdapat kecenderungan pemuat untuk membersihkan brondolan yang
tercecer. Selain itu apabila terdapat buah restan maka waktu penyusunan buah
dalam truk juga menjadi lebih lama, karena buah harus disusun hati-hati agar tidak
gampang jatuh di perjalanan (buah sangat rentan rontok). Gambar antrian
kendaraan di PKS dapat di lihat pada Gambar 14.
Kesimpulan
Panen merupakan pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit karena
merupakan sumber pendapatan perusahaan, oleh karena itu perlu adanya
pengelolaan yang baik dalam pelaksanaannya. Pemaksimalan produksi dapat
dicapai dengan menekan kehilangan produksi atau losses sampai sekecil-
kecilnya. Sumber - sumber kehilangan produksi di Pantai Bunati Estate antara lain
buah mentah, buah masak tinggal di tanaman, brondolan tidak di kutip, buah atau
brondolan dicuri dan administrasi yang tidak akurat. Sumber utama penyebab
angka losses/kehilangan hasil tinggi di Pantai Bunati Estate adalah terlambatnya
rotasi panen.
Rasio brondolan tinggal tertinggi terdapat pada ketiak pelepah dan
piringan, sedangkan losses terbesar juga disebabkan oleh buah mentah yang di
panen, buah/tandan tinggal, dan buah restan.
Ada tiga komponen utama yang sangat menentukan keberhasilan
pencapaian produksi di perkebunan kelapa sawit, yaitu pihak afdeling atau
divisi/kebun, pihak pengangkutan TBS/transport TBS, dan Pabrik Kelapa Sawit
(PKS)
Saran
Pengelolaan panen perlu lebih ditingkatkan terutama terkait dengan
penekanan losses produksi di lapang dengan cara pengawasan panen yang lebih
ditingkatkan untuk mengantisipasi pelanggaran yang terjadi. Perlu adanya
tindakan yang lebih tegas terhadap pelanggaran dengan pemberian sangsi denda
baik kepada pemanen itu sendiri maupun kepada Mandor Panen dan Mandor 1.
Penerapan sistem panen dengan menggunakan sistem by DoL-2 perlu lebih
cermat, karena sistem ini sangat baik dan lebih dapat meminimalkan jumlah
brondolan tinggal di lapangan, selain itu pemanen juga lebih terkonsentrasi dalam
menjalankan kegiatan pemanenan dan mempercepat keluarnya buah.
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, Y, Y.E. Widyastuti, Iman S., dan R. Hartono. 2006. Kelapa sawit:
Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Hardon, J.J. 1976. Oil Palm Breeding Introduction. In Oil Palm Research Edited
R H V. Corley; J.J Hardon and B.J.Wood. Elsivier scientific Publishing
Company: 89-108.
Naibaho, P.M., H.S. Arifin, dan Djamin. 1992. Peranan Premi dan Kriteria
Matang Panen terhadap Peningkatan Efisiensi Pemanenan Tandan Buah
Segar. Buletin Perkebunan 23(3):135-152.
Pahan, I. 2006. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir.
Penebar Swadaya, Jakarta. 411 hal.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian
Kelapa Sawit. 153 Hal.
Prestasi
No Tanggal Uraian Kegiatan Status Lokasi
Penulis Karyawan Standar
1 11-Feb-08 Leaf Sampling Unit PHL 15 ha 15 ha 15 ha O25
2 12-Feb-08 Leaf Sampling Unit PHL 15 ha 15 ha 15 ha P21
3 13-Feb-08 Leaf Sampling Unit PHL 10 ha 15 ha 15 ha P22
4 14-Feb-08 Leaf Sampling Unit PHL 10 ha 15 ha 15 ha P25
5 15-Feb-08 Pembuatan Markah Blok PHL - - - -
6 16-Feb-08 Pembuatan Markah Blok PHL - - - -
7 18-Feb-08 Until Pupuk PHL 1 ton 1.5 ton/hk 1.5 ton/hk -
8 19-Feb-08 Ecer Pupuk PHL 0.6 ton 5 ton/hk 5 ton/hk Q31
9 20-Feb-08 Until Pupuk PHL 1 ton 1.5 ton/hk 1.5 ton/hk -
10 21-Feb-08 Ecer Pupuk PHL 0.7 ton 5 ton/hk 5 ton/hk O21 - 22
11 22-Feb-08 Until Pupuk PHL 1 ton 1.5 ton/hk 1.5 ton/hk -
12 23-Feb-08 Aplikasi JJK PHL 1.2 ton 2.5 ton/hk 2.5 ton/hk L5
13 25-Feb-08 Pemupukan RP PHL 250 kg 450 kg/hk 450 kg/hk O9 - 11
14 26-Feb-08 Pemupukan RP PHL 250 kg 450 kg/hk 450 kg/hk L1-2
15 27-Feb-08 Pemupukan Urea PHL 250 kg 450 kg/hk 450 kg/hk O27 - 28
16 28-Feb-08 Pemupukan Urea PHL 250 kg 450 kg/hk 450 kg/hk O17 - 19
17 29-Feb-08 Pemupukan Urea PHL 250 kg 450 kg/hk 450 kg/hk N29 - 30
18 01-Mar-08 Pemupukan Urea PHL 250 kg 450 kg/hk 450 kg/hk N25 28
19 03-Mar-08 Penyemprotan Piringan PHL 5 ha 6.3 ha/hk 6.3 ha/hk K4 - 5
20 04-Mar-08 Penyemprotan Piringan PHL 5 ha 6.3 ha/hk 6.3 ha/hk K2 - 3
21 05-Mar-08 Penyemprotan Piringan PHL 6 ha 6.3 ha/hk 6.3 ha/hk K01
22 06-Mar-08 Penyemprotan Piringan PHL 6.3 ha 6.3 ha/hk 6.3 ha/hk K01,L1-2
Tabel Lampiran 1. (Lanjutan)
Prestasi
No Tanggal Uraian Kegiatan Status Lokasi
Penulis Karyawan Standar
23 08-Mar-08 Penyemprotan Gawangan PHL 1.2 ha 1.2 ha/hk 1.2 ha/hk O48
24 10-Mar-08 Penyemprotan Gawangan PHL 1.2 ha 1.2 ha/hk 1.2 ha/hk O46 - 47
25 11-Mar-08 Penyemprotan Gawangan PHL 1.2 ha 1.2 ha/hk 1.2 ha/hk Q27 - 28
26 12-Mar-08 Pencatatan Buah Pend. Krani 98 ha - - Q20 -23
27 13-Mar-08 Pencatatan Buah Pend. Krani 52 ha - - P19 - 20
28 14-Mar-08 Pencatatan Buah Pend. Krani 44 ha - - O18 - 21
29 15-Mar-08 Pencatatan Buah Pend. Krani 90 ha - - N21 - 23
30 17-Mar-08 Pencatatan Buah Pend. Krani 60 ha - - N25 - 26
31 18-Mar-08 Aplikasi JJK PHL 1.5 ton 2.5 ton/hk 2.5 ton/hk N25 - 26
32 19-Mar-08 Pencatatan Buah Pend. Krani 60 ha - - O25 - 26
33 20-Mar-08 Pencatatan Buah Pend. Krani 90 ha - - O22 - 24
34 21-Mar-08 Pengamatan Brondolan Mahasiswa - - - P21
35 22-Mar-08 Penyemprotan Piringan PHL 6.3 ha/Hk 6.3 ha/hk 6.3 ha/hk P21
36 23-Mar-08 Dongkel Anak Kayu PHL 0.4 ha 1 ha/ hk 1 ha/ hk P21
37 24-Mar-08 Dongkel Anak Kayu PHL 0.5 ha 1 ha/ hk 1 ha/ hk P24 - 25
38 25-Mar-08 Dongkel Anak Kayu PHL 0.4 ha 1 ha/ hk 1 ha/ hk O25
39 26-Mar-08 Dongkel Anak Kayu PHL 0.6 ha 1.2 ha/hk 1.2 ha/hk O24
40 27-Mar-08 Penyemprotan Gawangan PHL 1.2 ha/HK - - N9 - 10
41 28-Mar-08 Pembuatan Nomor TPH PHL 40 ha - - O19,P19
42 29-Mar-08 Pembuatan Nomor TPH PHL 53 ha - - P19 - 21
43 31-Mar-08 Pengamatan Brondolan Mahasiswa - - - P21
44 01-Apr-08 Penomoran TPH PHL - - - R23,24,25
Tabel Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor
Tahun
Bulan 2004 2005 2006 2007 2008
HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH
Januari 15 234 9 131 15 179 21 270 13 141
Februari 15 111 17 276 15 347 22 342 15 171
Maret 8 87 21 277 19 191 16 213 12 234
April 11 69 14 204 12 293 14 424 17 320
Mei 13 116 18 303 14 300 9 397 - -
Juni 5 96 9 119 17 440 19 687 - -
Juli 14 519 7 252 6 47 17 384 - -
Agustus - - 5 158 3 53 5 165 - -
September 2 15 3 24 2 33 8 115 - -
Oktober 2 80 10 191 - - 9 163 - -
November 10 247 20 357 6 92 6 117 - -
Desember 8 142 17 247 16 277 9 66 - -
Total 103 1,716 150 2,539 125 2,252 155 3,343 57 866
Rata - Rata 9 143 13 212 10 188 13 279 57 866
BK 1 1 2 0
BB 10 11 10 12
Sumber : Kantor Besar Kebun, 2008
Keterangan :
CH : Curah Hujan HH : Hari Hujan BK : Bulan Kering (<60 mm) BB : Bulan Basah (>100 mm)
Q= x 100 % = = 9.30
.
Tabel Lampiran 4. Data Curah Hujan Tahun 1998 – 2008 (lanjutan)
Periode Tahun Curah Hujan (mm) Hari Hujan (hr) Water Defisit (mm)
1998 2 549 136 285
1999 2 226 140 0
2000 2 631 162 0
2001 1 717 119 0
2002 2 185 110 176
2003 1 872 248 409
2004 1 716 103 82
2005 2 244 176 155
2006 2 252 124 -
2007 3 343 155 333
2008 866 57 -
Tabel Lampiran 5. Rekomendasi Pemupukan di Pantai Bunati Estate 2008