You are on page 1of 87

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq.)


DI PERKEBUNAN PANTAI BUNATI ESTATE
PT. SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION
KALIMANTAN SELATAN

Oleh
Camellia Kusumaning Tyas
A34104031

PROGRAM STUDI AGRONOMI


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
RINGKASAN

CAMELLIA KUSUMANING TYAS. Pengelolaan Resiko Panen Kelapa


Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Pantai Bunati Estate PT.
Sajang Heulang Minamas Plantation Kalimantan Selatan. (Dibawah
bimbingan ADOLF PIETER LONTOH).
Kegiatan magang dilaksanakan pada tanggal 11 Februari 2008 hingga
11 Juni 2008 di perkebunan kelapa sawit Pantai Bunati Estate, PT. Sajang
Heulang Minamas Plantation Kalimantan Selatan. Kegiatan magang ini secara
umum bertujuan untuk memperoleh pengalaman dan ketrampilan kerja dalam
pengelolaan perkebunan kelapa sawit; meningkatkan relevansi, keterkaitan dan
kesepadanan antara proses pendidikan dengan lapangan kerja; dan meningkatkan
kemampuan mahasiswa serta menghayati proses kerja nyata baik secara teknis
maupun secara managerial.
Selama magang, penulis melaksanakan seluruh jenis pekerjaan di lapangan
dan di kantor pada seluruh level manajerial mulai dari Pekerja Harian Lepas
(PHL), pendamping Mandor dan pendamping Asisten. Dalam pelaksanaan
magang penulis melakukan berbagai macam kegiatan yang meliputi kegiatan
pemupukan, pengendalian gulma, perawatan, serta pemanenan.
Kegiatan panen di Pantai Bunati Estate menerapkan sistem panen Block
Harvesting System (BHS), yaitu sistem panen yang terkonsentrasi pada satu seksi
panen setiap harinya sehingga rotasi panen, kualitas panen dan kualitas buah
dapat terjaga. Sistem penghancaan yang digunakan adalah hanca giring tetap
sehingga terdapat penghancaan yang tetap baik pemanen maupun mandoran.
Sistem upah dan premi panen diberikan jika pemanen telah mencapai atau
melebihi basis yang ditentukan. Denda atau sangsi diberikan kepada pemanen dan
supervisi yang tidak dapat menjaga kualitas pekerjaan panennya.
Data pengamatan di lapang difokuskan pada kegiatan pemanenan meliputi
pengamatan kriteria matang panen, pengamatan hanca mutu buah, pengamatan
angka kerapatan panen, dan losses pengangkutan. Data lokasi dan letak geografis
kebun, keadaan tanah dan iklim, curah hujan, luas areal dan tata guna lahan,
Bobot Janjang Rata - Rata (BJR), tenaga kerja panen, basis dan premi panen, dan
data restan buah diperoleh dengan melihat arsip kebun.
Hasil pengamatan di lapang menunjukkan bahwa penyebab utama
kehilangan produksi karena rotasi panen yang tinggi/terlambat. Rotasi panen yang
terlambat menyebabkan tingginya persentase buah lewat matang dan janjang
kosong. Selain itu rotasi panen terlambat juga berpengaruh terhadap tingginya
rasio brondolan tinggal, dan rasio brondolan tinggal tertinggi berdasarkan
pengamatan terdapat pada piringan dan ketiak pelepah. Kehilangan hasil pada
proses pengangkutan antara lain buah restan atau buah yang tidak terangkut dan
diolah pada hari setelah pemanenan. Nilai angka kerapatan panen di Pantai Bunati
Estate menurut data pengamatan sebesar 20 - 25 %.
Dari data pengamatan disimpulkan bahwa sumber - sumber kehilangan
produksi di Pantai Bunati Estate antara lain buah mentah, buah masak tinggal di
pokok, brondolan tidak dikutip, buah atau brondolan di curi dan administrasi yang
tidak akurat. Sumber utama penyebab angka losses atau kehilangan hasil tinggi di
Pantai Bunati Estate adalah terlambatnya rotasi panen.
Oleh karena itu pengelolaan panen perlu lebih ditingkatkan terutama
terkait dengan penekanan losses produksi di lapang dengan cara pengawasan
panen yang lebih ditingkatkan untuk mengantisipasi pelanggaran yang terjadi.
Perlu adanya tindakan yang lebih tegas terhadap pelanggaran dengan pemberian
sangsi denda baik kepada pemanen itu sendiri maupun kepada Mandor Panen dan
Mandor 1. Penerapan sistem panen dengan menggunakan sistem BHS by DoL-2
perlu lebih cermat, karena sistem ini sangat baik dan lebih dapat meminimalkan
jumlah brondolan tinggal di lapangan, selain itu pemanen juga lebih terkonsentrasi
dalam menjalankan kegiatan pemanenan dan mempercepat keluarnya buah.
PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.)
DI PERKEBUNAN PANTAI BUNATI ESTATE
PT. SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION
KALIMANTAN SELATAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Pertanian Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

Oleh
Camellia Kusumaning Tyas
A34104031

PROGRAM STUDI AGRONOMI


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
Judul : PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PANTAI
BUNATI ESTATE PT. SAJANG HEULANG
MINAMAS PLANTATION, KALIMANTAN SELATAN
Nama : CAMELLIA KUSUMANING TYAS
NPR : A34104031

Menyetujui
Pembimbing

Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS.


NIP : 131 096 975

Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr


NIP : 131 124 019

Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banjarnegara, Jawa Tengah pada tanggal 5 Juni


1986. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari Bapak Purwanto
B.Sc dan Ibu Sumiyati.
Jenjang pendidikan formal yang telah dilalui penulis di mulai pada tahun
1992 di SD Negeri Bebengan 01 Boja - Kendal dan lulus pada tahun 1998. Pada
tahun 2001 penulis menyelesaikan pendidikan SLTP di SLTP Negeri 01 Boja -
Kendal, dan pada tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri 01 Boja - Kendal.
Pada tahun 2004 penulis diterima menjadi mahasiswa Program Studi
Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
rahmat - Nya, hingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir yang
berjudul Pengelolaan Resiko Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di
Perkebunan Pantai Bunati Estate, PT. Sajang Heulang Minamas Plantation,
Kalimantan Selatan .
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan
yang tulus kepada semua pihak yang telah turut membantu sehingga laporan tugas
akhir ini dapat tersesaikan, dan secara khusus penulis sampaikan kepada:
• Ayahanda Purwanto, B.Sc, Ibunda Sumiyati, Indigofera Kusuma Wardani
dan seluruh keluarga yang selalu memberi dukungan semangat, doa dan
motivasi, serta kasih sayang yang tak terbatas kepada penulis.
• Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan saran, bimbingan, serta pengarahan selama penulisan skripsi.
• Ir. Supijatno, MSi dan Ani Kurniawati, SP. MSi selaku dosen penguji
yang telah memberikan saran dan perbaikan dalam penilisan skripsi ini.
• Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS. selaku dosen pembimbing akademik
selama penulis menjalani masa perkuliahan.
• Bapak Endang Syarifuddin selaku Estate Manager Pantai Bunati Estate,
Bapak Budi Utomo, Andi Muhtar, Purmono selaku Asisten Divisi dan
Bapak Abduh (Kepala Administrasi) yang telah memberikan arahan dan
masukan selama pelaksanaan magang.
• Seluruh Direksi Pantai Bunati Estate, PT. Sajang Heulang Minamas
Plantation Kalimantan Selatan.
• Seluruh Teman - Teman Agronomi angkatan 41.
• Bagas Waskitho yang selalu memberi dukungannya pada penulis.
Kepada semua pihak yang tak dapat penulis sampaikan satu persatu, yang
telah membantu penulis selama perkuliahan dan penyelesaian tugas akhir ini.
Semoga skripsi ini dapat memberikan informasi dan manfaat yang
berharga bagi para pembaca.

Bogor, Juli 2008

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
Latar Belakang ..................................................................................... 1
Tujuan ................................................................................................. 3

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4


Botani .................................................................................................. 4
Syarat Tumbuh..................................................................................... 5
Iklim................................................................................................ 5
Tanah .............................................................................................. 5
Pemeliharaan Tanaman ........................................................................ 6
Panen ................................................................................................... 6
Persiapan Panen............................................................................... 6
Kriteria Matang Panen ..................................................................... 7
Rotasi Panen .................................................................................... 7
Sistem Panen ................................................................................... 7
Sarana Panen ................................................................................... 7

METODOLOGI. ....................................................................................... 9
Waktu dan Tempat ............................................................................... 9
Metode Pelaksanaan ............................................................................. 9

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG ............................................... 12


Letak Geografis.................................................................................... 12
Keadaan Iklim dan Tanah..................................................................... 12
Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan .................................................... 13
Fasilitas Kebun .................................................................................... 13

ORGANISASI DAN MANAJEMEN KEBUN......................................... 15


Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ............................................. 15
Pelaksanaan Pengelolaan Kebun Tingkat Staf ...................................... 16
Pelaksanaan Pengelolaan Kebun Tingkat Non Staf ............................... 16
Pengelolaan Tenaga Kerja Harian ........................................................ 17

PELAKSANAAN KEGIATAN TEKNIS DI LAPANGAN..................... 19


Pemeliharaan Tanaman menghasilkan .................................................. 19
Pemupukan ...................................................................................... 19
Pengendalian Gulma ........................................................................ 22
Pengendalian Hama dan Penyakit .................................................... 25
Pemeliharaan Lainnya ..................................................................... 27
Pemanenan ........................................................................................... 28
Peramalan Produksi ......................................................................... 29
Persiapan Panen............................................................................... 31
Kriteria Matang Panen ..................................................................... 31
Rotasi Panen .................................................................................... 31
Sistem Panen ................................................................................... 32
Tenaga Kerja ................................................................................... 32
Alat dan Perlengkapan Panen .......................................................... 33
Pelaksanaan Panen .......................................................................... 34
Sistem Supervisi dan Denda ............................................................ 35
Premi Panen .................................................................................... 36
Pengangkutan TBS .......................................................................... 38
Pengelolaan TBS di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit .......................... 39
Stasiun Peneriman Buah .................................................................. 39
Stasiun Perebusan ............................................................................ 39
Stasiun Perontokan .......................................................................... 40
Stasiun Pencacah(digester) dan Pengempaan (presser) .................... 41
Stasiun Pemurnian ........................................................................... 41
Stasiun Pemisahan Biji dan Kernel .................................................. 41

PEMBAHASAN ........................................................................................ 43
Produksi............................................................................................... 43
Pengelolaan Resiko Panen.................................................................... 44
Rotasi Panen .................................................................................... 45
Peramalan Produksi ......................................................................... 46
Kriteria Panen.................................................................................. 47
Kebutuhan Tenaga Kerja Panen ....................................................... 55
Sistem Panen ................................................................................... 57
Sistem Pengawasan Panen ............................................................... 59
Pengelolaan Pengangkutan .............................................................. 60

KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 64


Kesimpulan .......................................................................................... 64
Saran.................................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 65

LAMPIRAN .............................................................................................. 67
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
Teks
1. Peningkatan Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit di
Indonesia pada Tahun 2003 2007 .. 1
2. Komposisi Areal Tanaman Kelapa Sawit di Pantai Bunati Estate . 13
3. Jumlah Karyawan Staf dan Karyawan Non Staf di Pantai Bunati
Estate. PT Sajang Heulang ........................................................... 15
4. Penurunan Produksi Tanaman Kelapa Sawit Akibat Serangan Hama
Ulat Api (Setothosea asigna) ........................................................ 26
5. Macam Alat Alat Panen, Spesifikasi dan Pemakaiannya ............ 33
6. Ketentuan Basis Borong dan Premi Panen Tahun 2008 Hari Normal
Pantai Bunati Estate......................................................................... 37
7. Ketentuan Basis Borong dan Premi Panen Tahun 2008 Hari Jumat
Pantai Bunati Estate......................................................................... 37
8. Data Produksi Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit
Pantai Bunati Estate ..................................................................... 43
9. Perkembangan Buah Kelapa Sawit Matang Berdasarkan Fraksi .... 45
10. Pengamatan Angka Kerapatan Panen Divisi I Pantai Bunati Estate
.................................................................................................. 46
11. Penggolongan Kematangan Grading TBS ..................................... 47
12. Kriteria Pengamatan Kematangan Tambahan ............................... 48
13. Hasil PengamatanTingkat Kematangan Buah di Divisi 1
Pantai Bunati Estate, PT. Sajang Heulang ..................................... 49
14. Fraksi Kematangan Buah.............................................................. 50
15. Hubungan Fraksi, Rendemen dan Mutu Minyak ........................... 51
16. Pengamatan Losses Produksi Akiabat Resiko Pemanenan Divisi 1
Kemandoran I Pantai Bunati Estate .............................................. 52
17. Pengamatan Losses Produksi Akiabat Resiko Pemanenan Divisi 1
Kemandoran II Pantai Bunati Estate . 53
18. Pengamatan Losses Produksi Akiabat Resiko Pemanenan Divisi 1
Kemandoran III Pantai Bunati Estate ............................................ 53
19. Luas Seksi Panen Divisi 1 Pantai Bunati Estate ............................ 56
20. Denda yang Ditetapkan di Pantai Bunati Estate,
PT Sajang Heulang ....................................................................... 60
21. Pengamatan Losses Pengangkutan di Pantai Bunati Estate
PT Sajang Heulang ....................................................................... 61

Lampiran
1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pekerja Harian Lepas
(PHL) ........................................................................................... 68
2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor ...... 70
3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten Divisi 72
4. Data Curah Hujan dan Hari Hujan di Pantai Bunati Estate,
PT. Sajang Heulang Kalimantan Selatan (2004 - 2007) ................. 73
5. Rekomendasi Pemupukan di Pantai Bunati Estate ........................ 75
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
Teks
1. Aplikasi Janjang Kosong dan Penaburan Pupuk............................ 22
2. Kandang Burung Hantu .................................................................. 26
3. Tanaman Turnera subulata (bunga pukul delapan).......................... 27
4. Titi Panen dari Kayu ....................................................................... 28
5. Buah Cengkih ................................................................................. 30
6. Alat Panen Dodos (atas), Egrek (bawah) ......................................... 34
7. Kegiatan Pengangkutan TBS........................................................... 38
8. Bejana Rebusan .............................................................................. 40
9. Drum Thresser ................................................................................ 40
10. Stasiun Pemurnian .......................................................................... 41
11. Produksi Tandan Buah segar (TBS) Kelapa Sawit
Pantai Bunati Estate ........................................................................ 42
12. Buah Janjang Kosong dan Buah Lewat Matang............................... 50
13. Bunga Matahari .............................................................................. 54
14. Antrian Kendaraan di PKS .............................................................. 62

Lampiran
1. Peta Lokasi Pantai Bunati Estate ..................................................... 76
2. Struktur Organisasi Pantai Bunati Estate ......................................... 77
3. Struktur Organisasi Divisi I Pantai Bunati Estate ............................ 78
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) selain merupakan salah satu palma
yang menyumbang minyak nabati terbesar di dunia yaitu sebesar 2 000
3 000 kg/ha juga merupakan komoditi perkebunan andalan penghasil devisa
negara. Laju perkembangan industri kelapa sawit semakin meningkat sejalan
dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahuan terutama di bidang teknologi.
Minyak yang berasal dari kelapa sawit ada dua macam yaitu dari daging
buah (mesocarp) yang dihasilkan melalui proses perebusan dan pemerasan dikenal
sebagai minyak sawit kasar atau Crude Palm Oil (CPO) dan minyak yang berasal
dari inti sawit (endocarp) dikenal sebagai minyak inti sawit atau Palm Kernel Oil
(PKO). Dari segi nutrisi, minyak sawit mengandung tokoferol (vitamin E), beta
karoten sebagai pro vitamin A dan tidak meningkatkan kadar kolesterol darah.
Produk kelapa sawit selain digunakan sebagai bahan baku minyak goreng, juga
dapat digunakan sebagai bahan kosmetika dan farmasi serta bahan non makanan
seperti biodisel, lilin, detergen (Lubis, 1992).
Luas areal dan produksi perkebunan kelapa sawit Indonesia pada tahun
2003 - 2007 pada umumnya menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan.
Peningkatan ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Peningkatan Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit di


Indonesia pada Tahun 2003 2007

Luas (ha) Produksi (ton)


Keterangan
2003 2007 2003 2007
P. Rakyat 1 854 400 2 571 200 3 517 300 5 811 000
P. Besar Negara 662 800 694 300 1 750 600 2 388 200
P. Besar Swasta 2 766 400 3 058 800 5 172 900 8 691 400
Sumber : Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan, 2008

Perkembangan volume dan nilai ekspor kelapa sawit Indonesia juga


mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari peningkatan CPO pada tahun
2003 dengan volume 2 892 100 ton senilai US$ 1 062 215 meningkat pada tahun
2007 dengan volume 5 701 300 ton senilai US$ 3 738 652. Untuk other palm oil
pada tahun 2003 dengan volume 3 494 300 ton senilai US$ 1 392 411 dan pada
tahun 2007 dengan volume 6 174 100 ton senilai US$ 4 129 988.
Saat ini ada lima besar negara produsen CPO dunia yaitu Malaysia
menguasai 44 % pasar minyak sawit dunia, Indonesia 41 %, Thailand 3 %
sedangkan Colombia dan Nigeria masing - masing 2 % dan lainnya 8 %. Tujuan
ekspor CPO Indonesia pada tahun 2007 adalah India sebanyak 47 %, Belanda
10 %, Singapura 9 %, Malaysia dan Jerman masing - masing 5 % dan lainnya
24 % (Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan, 2008).
Dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan produksi tersebut, maka
diperlukan berbagai usaha diantaranya perbaikan baik dalam bidang budidaya
maupun dalam bidang manajerial, dimulai dari pembukaan lahan hingga
pemanenan dan pengolahan hasil. Selain itu Indonesia memiliki potensi berupa
sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan teknologi untuk terus
mengembangkan perkebunan dan industri kelapa sawit (Naibaho, Arifin, dan
Djamin, 1992).
Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan
tanaman kelapa sawit. Selain bahan tanaman dan pemeliharaan tanaman, panen
juga merupakan salah satu faktor yang penting dalam peningkatan produksi.
Keberhasilan panen akan menunjang pencapaian produktivitas tanaman kelapa
sawit. Panen meliputi pemotongan tandan buah matang panen, pengutipan
brondolan, pemotongan pelepah, pengangkutan hasil ke Tempat Pengumpulan
Hasil (TPH) dan pengangkutan hasil ke pabrik. Keberhasilan panen didukung oleh
pengetahuan tentang persiapan panen, kriteria matang panen, rotasi panen, sistem
panen, sarana panen, pengawasan panen dan pengangkutan tandan buah, yang
semuanya berpengaruh nyata baik terhadap kuantitas maupun kualitas minyak
yang akan diperoleh. Setiap aspek merupakan kombinasi yang tidak terpisahkan
satu sama lain (Mangoensoekarjo, 2005).
Kualitas buah sawit ditentukan oleh rendemen minyak dan tinggi
rendahnya kandungan Asam Lemak Bebas (ALB). Pemanenan pada buah mentah
akan menghasilkan rendemen minyak yang kecil karena kadar minyak dan ALB
pada buah mentah rendah. Apabila pemanenan dilakukan pada saat buah dalam
keadaan lewat matang, kandungan asam lemak bebasnya tinggi. Untuk itu
diperlukan kriteria panen yang tepat sehingga dapat menghasilkan kadar minyak
dan asam lemak bebas yang terkandung dalam buah dalam keadaan yang tepat.
Buah yang diharapkan adalah buah yang mempunyai rendemen minyak tinggi dan
memiliki kandungan ALB rendah. Adapun kriteria panen yang biasa dipakai
adalah pada saat dua brondolan (sudah ada dua buah yang lepas dari tandannya
atau jatuh ke piringan pohon) tiap kg tandan. Untuk tandan lebih dari 10 kg
dipakai satu brondolan jatuh. Namun kriteria tersebut harus pula disesuaikan
dengan keadaan lingkungan (Lubis, 1992).

Tujuan
Tujuan umum pelaksanaan magang adalah :
1. Memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja dalam pengelolaan
perkebunan kelapa sawit.
2. Meningkatkan relevansi, keterkaitan dan kesepadanan antara proses
pendidikan dengan lapangan kerja.
3. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dan menghayati proses kerja nyata
baik secara teknis maupun secara manajerial.
Tujuan khusus pelaksanaan magang adalah :
Mempelajari dan menganalisis aspek pengelolaan resiko panen pada
perkebunan kelapa sawit.
TINJAUAN PUSTAKA

Botani
Tanaman kelapa sawit berasal dari Afrika dan Amerika Selatan tepatnya
Brasilia. Di Brasilia, tanaman ini dapat ditemukan tumbuh secara liar atau
setengah liar di sepanjang tepi sungai (Pahan, 2006). Ada tiga jenis kelapa sawit
yaitu Elaeis guineensis Jacq (ditanam di Indonesia), Elaeis oleifera (Elaeis
melanocca), dan Elaeis odora (Barcella odora). Ada beberapa varietas tanaman
kelapa sawit yang telah dikenal seperti Dura, Pisifera, Tenera, Marco carya, dan
Diwikka - wakka (Fauzi, dkk., 2006). Elaeis berasal dari Elaion berarti minyak
dalam bahasa Yunani, Guineensis berasal dari Guinea (pantai barat Afrika). Jacq
berasal dari nama Botanist Amerika bernama Jacquin (Lubis, 1992).
Taksonomi dari tanaman kelapa sawit adalah:
Divisi : Tracheophyta
Subdivisi : Pteropsida
Kelas : Angiospermeae
Subkelas : Monocotyledoneae
Ordo : Cocoideae
Famili : Palmae
Subfamili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq.
Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil. Batangnya tumbuh lurus,
umumnya tidak bercabang, pada pangkal biasanya terjadi pembesaran batang, dan
tidak memiliki kambium. Tanaman ini merupakan tanaman monoecious, dimana
bunga jantan dan bunga betina tumbuh secara terpisah pada satu pokok tanaman.
Masa masak atau anthesis dari kedua jenis bunga tersebut sangat jarang atau
tidak pernah bersamaan. Ini berarti bahwa proses pembuahan bunga betina terjadi
dengan diperolehnya tepung sari dari pokok bunga lain (Hardon, 1976).
Akar merupakan bagian tanaman yang berfungsi untuk menunjang struktur
batang di atas tanah, menyerap air dan unsur - unsur hara dalam tanah, serta
sebagai salah satu alat respirasi. Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem
akar serabut, terdiri dari akar primer, sekunder, tersier, dan kuartener. Akar primer
umumnya berdiameter 6 - 10 mm keluar dari pangkal batang dan menyebar secara
horizontal dan menghujam ke dalam tanah dengan sudut yang beragam. Akar
primer bercabang membentuk akar sekunder yang diameternya 2 - 4 mm. Akar
sekunder bercabang membentuk akar tersier yang berdiameter 0.7 - 1.2 mm dan
umumnya bercabang lagi membentuk akar kuartener (Pahan, 2006).
Daun kelapa sawit merupakan daun majemuk dan mempunyai filotaksis
1/8 yang memutar ke kiri maupun ke kanan, tetapi kebanyakan memutar ke kanan.
Stomata umumnya terletak pada permukaan anak daun saja (Lubis, 1992).

Syarat Tumbuh
Kelapa sawit adalah tanaman hutan yang dibudidayakan. Tanaman ini
memiliki respon yang baik sekali terhadap kondisi lingkungan hidup dan
perlakuan yang diberikan. Seperti tanaman budidaya yang lainnya maka kelapa
sawit membutuhkan kondisi tumbuh yang baik agar potensi produksinya dapat
dikeluarkan secara maksimal. Kondisi iklim dan tanah merupakan faktor utama di
samping faktor lainnya seperti genetis, perlakuan yang diberikan dll.

Iklim
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah
disekitar lintang Utara - Selatan 12o pada ketinggian 0 - 500 m diatas permukaan
laut. Jumlah curah hujan yang baik adalah 2 000 - 2 500 mm/tahun. Tanaman
kelapa sawit dapat tumbuh optimal pada kisaran suhu 24o - 28o C, dengan
kelembaban 80 % dan penyinaran matahari 5 - 7 jam/hari. Kecepatan angin
5 - 6 km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan (Lubis, 1992).

Tanah
Tanah atau lahan merupakan matriks tampat tanaman berada. Tanpa lahan,
tanaman kelapa sawit tidak akan ekonomis untuk diusahakan secara komersial.
Lahan yang optimal untuk kelapa sawit harus mengacu pada 3 faktor, yaitu
lingkungan, sifat fisik lahan, dan sifat kimia tanah atau kesuburan tanah (Pahan,
2006).
Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik,
latosol, hidromorfik kelabu, regosol, andosol, organosol dan alluvial. Sifat fisik
tanah yang baik untuk kelapa sawit adalah solum tebal (80 cm), solum tebal
merupakan media yang baik bagi perkembangan akar sehingga efisiensi
penyerapan hara tanaman akan lebih baik; tekstur ringan dengan komposisi pasir
20 - 60 %, debu 10 - 40 %, liat 20 - 50 %; perkembangan struktur baik,
konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang; kelapa sawit
dapat tumbuh pada pH 4.0 6.0, tetapi pH terbaik adalah 5.0 - 5.5. pH tanah
sangat terkait dengan ketersediaan hara yang dapat diserap oleh akar. Tanah yang
memiliki pH rendah dapat dinaikkan dengan pengapuran dan biasanya terdapat
pada tanah gambut; kandungan unsur hara tinggi yaitu C/N mendekati 10 dimana
C 1 % dan N 0.1 %, daya tukar Mg 0.4 - 1.0 me/100 g dan daya tukar K 0.15 -
0.20 me/100 g (Lubis, 1992).

Pemeliharaan Tanaman
Kegiatan pemeliharaan tanaman sangat penting untuk menentukan hasil
produksi dan produktivitas suatu tanaman. Pemeliharaan kelapa sawit meliputi
kegiatan penyulaman, penanaman tanaman penutup tanah, pengendalian gulma,
pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, penunasan, dan kastrasi atau
penyerbukan buatan.

Panen
Panen merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting pada
pengelolaan tanaman kelapa sawit menghasilkan. Keberhasilan panen akan
menunjang pencapaian produktivitas kelapa sawit.
Keberhasilan panen didukung oleh pengetahuan panen tentang persiapan
panen, kriteria matang panen, rotasi panen, sistem panen dan sarana panen.

Persiapan Panen
Persiapan panen yang akurat akan memperlancar pelaksanaan panen.
Persiapan ini meliputi kebutuhan tenaga kerja, peralatan, pengangkutan, dan
pengetahuan kerapatan panen, serta sarana panen. Persiapan tenaga meliputi
jumlah tenaga kerja dan pengetahuan/ketrampilannya. Kebutuhan tenaga kerja
bergantung pada keadaan topografi, kerapatan panen, dan umur tanaman.

Kriteria Matang Panen


Kelapa sawit berbuah setelah berumur 2.5 tahun dan buahnya masak 5.5
bulan setelah penyerbukan. Suatu areal sudah dapat dipanen jika tanaman telah
berumur 31 bulan, sedikitnya 60 % buah telah matang panen, dari 5 pohon
terdapat satu tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah
sedikitnya ada dua buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari
10 kg atau sedikitnya ada satu buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg
atau lebih (Lubis, 1992)

Rotasi Panen
Rotasi panen adalah selang waktu antara panen satu dengan panen
berikutnya pada satu hanca panen (Fauzi et al., 2006). Rotasi panen tergantung
pada kerapatan panen, kapasitas pemanen dan keadaan pabrik, namun yang ideal
adalah 7 hari.

Sistem Panen
Sistem hanca panen tergantung pada keadaan topografi lahan dan
ketersediaan tenaga kerja. Sistem panen terdiri dari sistem hanca tetap dan sistem
hanca giring. Pada hanca tetap setiap pemanen diberikan hanca panen yang sama
dengan luasan tertentu dan harus selesai pada hari tertentu, sedangkan pada hanca
giring, setiap pemanen diberikan hanca per baris tanaman dan digiring bersama.

Sarana Panen
Sarana yang diperlukan untuk pemanenan antara lain jalan panen, tangga
panen, titi panen dan TPH. Peralatan yang digunakan adalah dodos, kampak,
egrek, dan galah. Persiapan sarana panen seperti pengerasan jalan, pembuatan
titi/tangga panen, jalan panen (pikul), dan Tempat Pengumpulan Hasil (TPH).
Kebutuhan tenaga kerja pemanenan dapat dihitung dengan rumus :

Kebutuhan tenaga pemanen =

Keterangan :
A = luas hanca (kappel) yang akan dipanen (ha)
B = kerapatan panen
C = rata - rata berat buah (kg)
D = populasi tanaman/ha
E = kapasitas panen/hk
Kebutuhan alat pengangkutan disesuaikan dengan produksi dan jalan ke
pabrik kelapa sawit. Pengangkutan buah dari kebun ke pabrik kelapa sawit harus
dilakukan secepat mungkin agar menjaga kualitas buah kelapa sawit pada kadar
asam lemak bebas normal (< 3 %). Jenis alat transportasi tergantung pada skala
usaha, saran dan prasarana jalan yang tersedia.
METODE MAGANG

Waktu dan Tempat


Kegiatan magang ini dilaksankan selama 4 bulan, dimulai tanggal
11 Februari 2008 sampai dengan tanggal 11 Juni 2008 di Pantai Bunati Estate,
PT. Sajang Heulang, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan
Selatan.

Metode Pelaksanaan
Kegiatan magang secara keseluruhan dilakukan selama 4 bulan. Penulis
bekerja langsung di lapang sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) selama dua
bulan, sebagai pendamping Mandor selama satu bulan dan sebagai pendamping
Asisten Divisi selama satu bulan. Setiap kegiatan dicatat kedalam jurnal harian
seperti yang tercantum pada Tabel Lampiran 1 untuk status PHL, Tabel Lampiran
2 untuk status sebagai pendamping Mandor dan Tabel Lampiran 3 untuk status
sebagai pendamping Asisten.
Kegiatan harian yang dilaksanakan oleh penulis selama menjadi PHL
antara lain mengikuti kegiatan LSU, until pupuk, aplikasi pemupukan, aplikasi
janjang kosong, pengendalian gulma (semprot gawangan chemist, semprot
piringan chemist dan perawatan manual), perawatan dan pembuatan markah blok,
dan panen. Dalam melaksanakan kegiatan penulis mengamati dan mencatat
beberapa hal seperti mengisi jurnal harian, mencatat prestasi kerja penulis dan
karyawan, alat dan bahan yang digunakan, jumlah luasan yang dicapai secara
teknis pelaksanaan dilapang.
Kegiatan saat menjadi pendamping Mandor antara lain mengawasi dan
mengkoordinir para tenaga kerja, membuat jurnal harian kerja, pembuatan
laporan. Disamping kegiatan sebagai pendamping Mandor penulis juga mengikuti
kegiatan sebagai pendamping Kerani (Kerani Divisi, Kerani Panen, Kerani
Transport dan Kerani Kantor Besar).
Pada saat menjadi pendamping Asisten Divisi, penulis mempelajari teknik
pembuatan laporan, membuat jurnal harian, mempelajari rencana kerja bulanan
atau tahunan.
Selama magang kegiatan rutin yang dilakukan penulis diantaranya adalah
mengikuti apel pagi dan apel sore yang dipimpin Asisten Divisi, serta mengikuti
kegiatan antrian pagi yang dipimpin Mandor.
Kegiatan pengambilan data dilakukan dengan pengumpulan data primer
dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan metode langsung, yaitu melalui
pengamatan atau mengikuti kegiatan langsung di lapang. Data sekunder di peroleh
dengan melihat arsip kebun.
Data pengamatan di lapang difokuskan pada kegiatan pemanenan meliputi:
a) Kriteria Matang Panen
Kriteria matang panen ini didasarkan pada tingkat kematangan buah antara
lain buah mentah, kurang matang, matang, lewat matang, janjang kosong dan
kriteria tambahan berupa gagang panjang. Pengamatan ini dilakukan dengan
mengamati 4 seksi panen, pada masing - masing seksi panen di ambil 40 TPH
(Tempat Pengumpulan Hasil) untuk diamati dan dimana dua seksi panen berada
pada rotasi panen normal (7 - 9 hari) sedang dua seksi panen yang lain berada
pada rotasi panen panjang/terlambat (> 9 hari).
b) Pengamatan Hanca Mutu Buah
Pengamatan hanca mutu buah dilakukan dengan menghitung jumlah buah
masak tidak dipotong, buah dipanen tidak terangkut ke TPH, dan jumlah
brondolan yang tidak terkutip baik yang terdapat di piringan, pokok, pasar rintis,
gawangan, potongan tangkai maupun di bunga matahari. Pengamatan ini
dilakukan pada tiap Kemandoran panen, dimana tiap kemandoran tersebut diambil
6 orang pemanen dan masing - masing pemanen diambil 20 sampel janjang yang
dipanen.
c) Angka Kerapatan Panen
Angka kerapatan panen diambil pada dua blok panen yang akan dipanen
esok hari (15 % dari areal yang akan dipanen esok hari) dengan penghitungan
pokok sawit di pasar rintis ke 5 - 6, 17 - 18, 29 - 30, 41 - 42,dst.
d) Losses Pengangkutan
Pada pengamatan losses pengangkutan dilakukan pencatatan lama waktu
pengangkutan buah dari tempat pengumpulan hasil ke dalam truk dan banyaknya
brondolan tinggal pada tiap - tiap tempat pengumpulan hasil. Pengamatan ini
didasarkan pada buah dalam keadaan normal dan buah dalam keadaan restan.
Data sekunder diperoleh dengan melihat arsip kebun meliputi lokasi dan
letak geografis kebun, keadaan tanah dan iklim, curah hujan, luas areal dan tata
guna lahan, Bobot Janjang Rata - Rata (BJR), tenaga kerja panen, basis dan premi
panen, data restan buah.
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

Letak Geografis
Secara administratif Pantai Bunati Estate PT. Sajang Heulang, Minamas
Plantation terletak di Desa Bunati, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah
Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan. Lokasi Pantai Bunati Estate sebelah Utara
berbatasan dengan Desa Sebamban dan Desa Karang Indah, sebelah Barat
berbatasan dengan Desa Angsana dan Desa Setarap, sebelah Selatan berbatasan
dengan Desa Angsana, dan disebelah Timur berbatasan dengan Desa Penyiputan
dan Desa Dwi Marga.
Lokasi perkebunan PT. Sajang Heulang secara geografis terletak pada
koordinat 1140 19 13 BT - 1160 33 28 BT dan 10 21 49 LS 40 10 14 LS
dengan ketinggian 0 - 50 meter di atas permukaan laut (dpl). Peta lokasi kebun
dapat dilihat pada Gambar Lampiran 1.

Keadaan Iklim dan Tanah


Iklim di Pantai Bunati Estate termasuk ke dalam iklim basah. Menurut
sistem klasifikasi Schmidt Ferguson, areal kebun Pantai Bunati Estate termasuk
dalam kelas B (iklim basah dengan bulan basah diatas 100 mm/bulan rata - rata
9 bulan dan bulan kering dibawah 60 mm/bulan rata - rata 3 bulan). Rata - rata
curah hujan tahunan adalah 1 942 mm dengan rata - rata hari hujan 139 mm.
Curah hujan tertinggi antara tahun 2004 - 2008 terjadi pada tahun 2007, dengan
curah hujan tertinggi bulan Juni sebesar 687 mm sedangkan curah hujan terendah
terjadi pada bulan Desember yaitu 66 mm. Jumlah hari hujan selama tahun 2007
adalah 155 hari dengan hari terbanyak hujan terjadi pada bulan Februari yaitu
22 hari. Data curah hujan tahun 1998 sampai dengan tahun 2008 dapat dilihat
pada Tabel Lampiran 4.
Temperatur rata-rata berkisar antara 23.30C - 32.70C dengan kelembaban
udara rata - rata antara 55 % - 98 % tiap bulan, sedang rata - rata tekanan udara di
PT. Sajang Heulang berkisar antara 1 009.3 mm Hg - 1 013.6 mm Hg.
Kondisi topografi lahan di Pantai Bunati Estate datar hingga
bergelombang dengan tingkat ketinggian lereng < 10 % dan panjang lereng
mencapai ± 150 meter. Jenis tanah di lokasi perkebunan yaitu Ultisol, Alfisol,
Oxisol, Inceptisol.

Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan


Luas areal PT Sajang Heulang sampai dengan November 2007 mencapai
± 23 794 ha dengan 7 794 ha merupakan kebun inti dan 16 000 ha merupakan
kebun plasma. Perkebunan kelapa sawit Pantai Bunati Estate dibangun diareal
konsesi seluas 2 715 ha, areal konsesi terbagi menjadi areal tanaman
menghasilkan (TM) seluas 2 505 ha, areal pembukaan baru (LC) yang Belum
dikerjakan seluas 40 ha, areal prasarana (emplasement, jalan, jembatan, dan parit)
seluas 170 ha. Pantai Bunati Estate terbagi menjadi 3 divisi, yaitu Divisi I seluas
1 086 ha, Divisi II seluas 867 ha, dan Divisi III seluas 762 ha dengan pembagian
luas berdasarkan tahun tanam seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi Areal Tanaman Kelapa Sawit di Pantai Bunati


Estate

Luas areal berdasarkan tahun tanam (ha) Total


Divisi
1996 1997 1998 (ha)
I 254 511 222 987
II - 62 741 803
III - - 715 715
Total 254 573 1 678 2 505
Sumber : Kantor Besar Pantai Bunati Estate

Fasilitas Kebun
Kebun Pantai Bunati Estate memiliki beberapa fasilitas yang mendukung
kegiatan kerja dan kebutuhan hidup karyawannya. Fasilitas gedung antara lain
kantor besar, kantor Divisi di setiap Divisi, pos pengamanan, gedung olahraga,
puskesmas, kantor traksi dan beberapa gudang bahan dan alat.
Kebun juga menyediakan sarana tempat tinggal bagi karyawan. Untuk
karyawan tingkat staf, tempat tinggal berada di dalam kawasan kantor besar
sedangkan pondok karyawan terdapat di setiap Divisi dan terdapat Tempat
Penitipan Anak (TPA). Terdapat pula sarana ibadah berupa masjid yang dibangun
untuk tiap Divisi (sarana ibadah disesuaikan dengan mayoritas agama karyawan
yang berada di sekitar pondok).
Pihak kebun juga menyediakan sarana transportasi antar - jemput bagi
karyawan dengan menggunakan truk jemputan dan bus bagi setiap siswa yang
bersekolah di luar kawasan kebun.
ORGANISASI DAN MANAJEMEN KEBUN

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan


Stuktur organisasi Pantai Bunati Estate dipimpin oleh seorang Estate
Manager yang membawahi seorang Asisten Kepala, dua orang Asisten Divisi, dan
seorang Kepala Administrasi (kasie). Asisten Kepala memimpin satu Divisi dan
bagian traksi sedangkan dua orang Asisten Divisi masing - masing memimpin
satu Divisi. Kepala Administrasi mimimpin kegiatan administratif di Kantor Besar
dan gudang sentral. Hubungan Estate Manager, Asisten Kepala, Asisten Divisi,
dan Kepala Administrasi terjalin pada satu garis instruksi atau perintah. Struktur
organisasi Pantai Bunati Estate dapat dilihat pada Gambar Lampiran 2
Jumlah karyawan di Pantai Bunati Estate sampai dengan bulan Mei 2008
adalah 416 orang yang terdiri dari 5 orang staf dan 411 orang karyawan non staf.
Tenaga kerja non staf terdiri dari Serikat Karyawan Utama Bulanan (SKU-B) dan
Serikat Karyawan Utama Harian (SKU-H). Tenaga kerja di Pantai Bunati Estate
ini tidak diberlakukan karyawan Buruh Harian Lepas (BHL) ataupun karyawan
Honorer. Sistem pengupahan yang diberlakukan didasarkan pada Upah Minimum
Regional (UMR) sebesar Rp 29 800 per hari kerja (HK) dengan mekanisme
pemberian gaji pada karyawan non staf dilakukan dua kali dalam sebulan. Adapun
jumlah karyawan staf dan karyawan non staf yang ada di Pantai Bunati Estate, PT
Sajang Heulang periode Mei 2008 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Karyawan Staf dan Karyawan Non Staf di


Pantai Bunati Estate. PT. Sajang Heulang.

No Status Jabatan Jumlah


orang
1 Staf Estate Manager 1
Asisten Kepala 1
Asisten Divisi 2
Kepala Administrasi 1
2 Non Staf SKU-B Kantor 12
SKU-B Traksi 15
SKU-B Afdeling 24
SKU-Harian 360
Jumlah 416
Sumber : Kantor Besar Pantai Bunati Estate
Pelaksanaan Pengelolaan Kebun Tingkat Staf
Pengelolaan kebun tingkat staf dilaksanakan oleh Estate Manager, kepala
administrasi, Asisten Kepala, dan Asisten Divisi. Estate Manager bertugas
mengelola kebun mulai dari kegiatan perencanaan, mengorganisir, mengelola, dan
mengontrol kebun untuk pencapaian target produksi. Estate Manager
bertanggungjawab atas seluruh kegiatan operasional dan administrasi kebun.
Kepala administrasi bertugas menangani seluruh kegiatan administrasi,
keuangan kebun seperti kegiatan pengupahan karyawan, pencatatan seluruh
produksi TBS kebun, administrasi keluar masuknya bahan dan material dari
gudang yang setiap akhir bulan akan dilaporkan kepada Estate Manager yang
diteruskan ke General Manager dalam laporan pertanggungjawaban.
Asisten Kepala bertugas mengawasi seluruh kegiatan kebun dan
bertanggungjawab langsung kepada Estate Manager. Asisten Kepala di Pantai
Bunati Estate merangkap sebagai Asisten Divisi dan membawahi dua orang
Asisten Divisi dan traksi. Asisten Divisi bertugas dan bertanggungjawab
mengelola kebun secara teknis maupun administrasi Divisi. Asisten Divisi
melakukan berbagai perencanaan diantaranya rencana kerja dan anggaran
tahunan, rencana kerja uang bulanan, rencana kerja harian, perencanaan
kebutuhan tenaga kerja, dan juga perencanaan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan rencana. Dalam pelaksanaan tugasnya, Asisten
Divisi dibantu oleh Mandor I dan membawahi beberapa Mandor serta Kerani.

Pelaksanaan Pengelolaan Kebun Tingkat Non Staf


Pengelolaan kebun tingkat non staf dilaksanakan oleh Mandor I, Mandor,
Kerani Panen, Kerani Transport, Kerani Divisi, dan Kepala Gudang. Mandor I
bertugas untuk melakukan koordinasi secara langsung terhadap Mandor ataupun
karyawan di lapangan. Mandor bertugas mengawasi dan menempatkan karyawan
sesuai dengan bagiannya masing - masing kemudian mencatat hasil pekerjaan
pada hari itu di BKM (Buku Kegiatan Mandor). Selain itu juga melakukan
pengabsenan kepada para pekerja. Kerani Panen bertugas mencatat hasil
pemeriksaan buah di TPH (Tempat Pengumpulan Hasil) ke dalam Buku
Penerimaan Buah. Kerani Transport bertugas mencatat jumlah buah di tiap blok,
mengatur jumlah armada yang diperlukan untuk mengangkut TBS ke PKS (Pabrik
Kelapa Sawit), membuat surat pengantar buah untuk angkutan yang mengangkut
TBS ke PKS dan melaporkan jika terdapat buah restan. Kerani Divisi bertugas
merekap hasil laporan Mandor dan setiap harinya dilaporkan ke kantor besar.
Kepala Gudang bertugas mencatat segala keperluan baik pemasukan maupun
pengeluaran persediaan barang digudang untuk kegiatan di lapang serta membuat
administrasi distribusi barang untuk setiap divisi.

Pengelolaan Tenaga Kerja Harian


Kegiatan harian lapang dimulai pada pukul 05.30 WITA berupa lingkaran
(apel) pagi di setiap Divisi. Kegiatan ini dipimpin oleh Asisten Divisi dengan
melakukan evaluasi terhadap pekerjaan yang telah dilakukan pada hari
sebelumnya dan memberikan instruksi pekerjaan yang akan dilakukan pada hari
ini kepada Mandor. Setelah itu dilanjutkan dengan kegiatan antrian pagi yang
diikuti oleh para pekerja dan Mandor. Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan
instruksi kepada pekerja oleh Mandor sesuai dengan instruksi dari Asisten Divisi
dan melakukan absen pada para pekerja. Seluruh pekerjaan di lapang dimulai pada
pukul 07.00 WITA dan berakhir pada pukul 14.00 WITA untuk hari senin, selasa,
rabu, kamis, dan sabtu sedangkan untuk hari jumat pekerjaan di lapang berakhir
pada pukul 11.30 WITA.
Seorang Asisten Divisi membawahi seorang Mandor I, Mandor, Kerani
dan Mantri Buah. Pengawasan langsung di lapang dilakukan oleh Asisten Divisi
atas seluruh kegiatan yang dilaksanakan baik yang dilakukan oleh para Mandor
maupun oleh karyawan. Selain melakukan pengawasan secara langsung di lapang,
Asisten Divisi juga melakukan pengawasan dan evaluasi pada Buku Kerja
Mandor (BKM).
Mandor I bertugas sebagai koordinator bagi para Mandor agar pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan rencana kerja yang telah ditetapkan, memonitoring
proses evakuasi TBS ke PKS, melakukan evaluasi atas pekerjaan para Mandor
dan Kerani, dan bersama - sama Asisten Divisi membuat rencana kerja panen
untuk esok hari. Mandor I membawahi Mandor, Kerani Divisi, Kerani Panen, dan
Mantri Buah.
Mandor bertugas mengabsen karyawan, memberikan instruksi pekerjaan,
mengatur hanca karyawan, mengawasi pekerjaan dan melaporkan hasil pekerjaan
dalam sebuah Buku Kerja Mandor pada kegiatan apel sore yang dilakukan pada
pukul 15.30 WITA. Struktur organisasi tingkat Divisi dapat dilihat pada Gambar
Lampiran 3.
PELAKSANAAN KEGIATAN TEKNIS DI LAPANG

Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan


Pemupukan
Pemupukan merupakan suatu kegiatan untuk menambahkan unsur hara
yang diperlukan pada tanaman karena ketersediaan hara di lahan kurang
memenuhi kebutuhan tanaman. Pelaksanaan pemupukan di Pantai Bunati Estate
ditentukan oleh Departemen Riset berdasarkan pertimbangan hasil analisa daun,
analisa tanah, umur dan kondisi tanaman, iklim, keseimbangan hara, biaya,
produksi yang telah diperoleh, dan target produksi yang akan dicapai. Analisis
tanah menunjukkan potensi ketersediaan hara dalam tanah yang dapat diserap
akar, sedangkan analisis tanaman merefleksikan status nutrisi aktual dalam
jaringan tanaman.
Di Pantai Bunati Estate analisis daun dilakukan dengan LSU (Leaf Sample
Unit) atau merupakan suatu bentuk kegiatan analisis status hara yang dilakukan
menggunakan sampel daun. Kegiatan ini dilakukan setiap tahun pada setiap blok.
Pelaksanaan LSU atau analisis daun selain digunakan untuk mengetahui
kekurangan unsur hara pada tanaman, juga dapat digunakan sebagai penentu dosis
yang akan di aplikasikan untuk masing - masing blok. Pengambilan contoh daun
dari tanaman harus dapat mewakili satu luasan tertentu yang seragam dalam hal
jenis dan kesuburannya, umur tanaman, perlakuan yang diberikan dan memiliki
variasi yang kecil dalam hal - hal lainnya. Pelaksanaan pengambilan contoh daun
pada analisis daun dilakukan sekali dalam setahun dan rekomendasi pemupukan
harus diterima kebun selambat - lambatnya bulan Oktober untuk program
berikutnya. Sehingga pelaksanaan pemupukan dapat berjalan tepat waktu.
Tanaman yang dipakai sebagai tanaman contoh haruslah memenuhi
beberapa ketentuan, antara lain :
Ø Tanaman harus dalam kondisi normal, sehat dan tidak terserang HPT
(Hama Penyakit Tanaman)
Ø Tidak berada di dekat jalan, parit atau bangunan
Ø Tidak bersebelahan dengan tanaman mati atau sisipan
Untuk kegiatan LSU menggunakan sistem 12 x 11, artinya pergeseran
tanaman tanaman dari arah Barat ke Timur adalah adalah 12 tanaman dan
pergeseran dari Selatan ke Utara adalah 11 tanaman. Tanaman contoh pertama
(TS1) diambil dari arah Barat ke Selatan blok pada baris ke tiga dan tanaman ke
tiga dalam baris. Selanjutnya bergeser sebanyak 12 tanaman, sehingga merupakan
contoh ke dua (TS2). Jika rintis telah ditembus maka perhitungan tanaman tetap
diteruskan dan dilanjutkan setelah bergeser sebanyak 11 baris tanaman. Contoh
daun yang diambil dari tanaman contoh adalah daun ke-17. Daun ke-17 ini terpilih
sebagai daun indikator yang sensitif atas perubahan yang terjadi dalam status hara.
Jika dalam suatu sebab daun ke-17 rusak, dapat digantikan dengan daun dari
pelepah ke-9 dari tanaman yang sama dan jika mati atau sakit dapat digantikan
oleh tanaman sebelahnya dengan syarat tanaman tersebut akan dipakai seterusnya
sebagai ganti tanaman yang telah mati. Contoh daun diambil mulai jam 07.00 -
12.00 dan tidak hujan. Dari pelepah ke-17 diambil daun yang berada antara 1/3
bagian dari ujung pelepah. Selanjutnya daun dipotong kecil dan dibawa ke
laboratorium untuk dianalisis. Dalam kegiatan analisis daun ini juga dilakukan
pengamatan visual terhadap gejala defisiensi yang nampak secara fisik.
Pengamatan dilakukan disemua tanaman pada daun jalur yang diambil sampel.
Kendala yang dialami di lapang saat kegiatan LSU antara lain :
Ø Iklim
Ø Gejala visual defisiensi unsur hara tanaman yang hampir sama antara hara
satu dengan hara yang lain
Ø Tanaman terlalu tinggi sehingga sulit diambil walaupun telah
menggunakan egrek
Ø Kesalahan pekerja dalam menentukan tanaman sampel (tanaman sampel
dari tahun ke tahun tidak sama)
Ø Pengambilan daun oleh pihak riset mengalami keterlambatan.
Kegiatan pemupukan Pantai Bunati Estate dilaksanakan dengan sistem
BMS (Blok Manuring System) yaitu sistem pemupukan yang terkonsentrasi dalam
1 - 2 hanca pemupukan per kebun, dikerjakan blok per blok dengan sasaran mutu
pemupukan yang baik. Sistem pemupukaan BMS ini dilaksanakan dengan
organisasi penguntilan, pelangsiran, pengeceran dan penaburan.
Jenis pupuk anorganik yang diaplikasikan di Pantai Bunati Estate antara
lain Urea, MOP (KCl), RP (Rock Phosphate) dan Borat, selain pupuk anorganik
juga dilakukan pemupukan organik berupa pupuk janjang kosong. Waktu
pemupukan dilakukan 2 kali dalam setahun, yaitu pada semester I bulan Februari
dan semester II pada bilan Juli.
Aplikasi pemupukan pada TM di Pantai Bunati Estate dilakukan secara
manual dengan dipermudah oleh kegiatan until dan langsir pupuk. Kegiatan
penguntilan adalah membagi - bagi pupuk dengan berat dan dosis tertentu
kedalam sak/karung agar mudah dibawa oleh penabur pupuk. Penguntilan
dilakukan di gudang pupuk. Dalam kegiatan pemupukan terutama penguntilan
diberlakukan sistem FIFO (First In First Out) yaitu apabila pupuk pertama
datang, maka pupuk tersebut yang akan diuntil dan akan diaplikasikan dilahan
terlebih dahulu. Dalam penaburan pupuk haruslah merata sehingga tidak boleh
terdapat pupuk yang menggumpal. Sehingga para penguntil pupuk diwajibkan
untuk memecah pupuk apabila terdapat pupuk yang menggumpal. Berat untilan
untuk pupuk Urea, RP, dan MOP disesuaikan dengan dosis, pelaksanaan until di
kebun yaitu 12.5 kg/until, sedang untuk Borat penguntilan dilaksanakan langsung
di lapang.
Pelangsiran pupuk adalah kegiatan memuat pupuk yang telah diuntil dari
gudang untuk selanjutnya dikirim ke lapang. Jumlah pupuk yang keluar atau yang
akan diaplikasikan pada hari itu harus sesuai dengan jumlah tenaga dan dosis pada
blok yang akan dipupuk sehingga pupuk tidak ada yang menginap. Sistem
transportasi untilan pupuk ke blok pupuk dengan menggunakan truk angkut.
Untilan pupuk yang telah dibawa akan diletakkan di tempat pengumpulan pupuk
yaitu disetiap pasar rintis di collection road. Banyak untilan pupuk yang
diletakkan sesuai dengan dosis yang diperlukan untuk tiap blok dan tiap tanaman.
Cara pengaplikasian pupuk MOP dan RP dilakukan dengan cara menabur
pupuk tersebut di sekitar pelepah dengan membentuk huruf . Pengaplikasian
yang berada di sekitar pelepah dikarenakan pupuk MOP dan RP tidak mudah larut
ataupun menguap, sehingga akan dapat mengurangi losses akibat air hujan karena
tertahan diantara pelepah. Aplikasi dengan membentuk huruf agar dapat
meminimalisasi losses di pasar rintis yang sering terlewati oleh pekerja.
Pupuk Urea dilaksanakan dengan menaburkan secara melingkar di
piringan tanaman, hal ini dikarenakan sifat Urea yang mudah larut dan menguap,
sehingga apabila terjadi hujan diharapkan Urea dapat langsung masuk kedalam
tanah tanpa halangan, selain itu sifat Urea yang dapat berfungsi sebagai herbisida
sehingga dapat lebih membantu pengendalian gulma piringan.
Pupuk Borat pengaplikasiannya dengan meletakkan disekitar pelepah yang
masih muda, tetapi dikarenakan tanaman sudah terlalu tinggi maka pengaplikasian
dapat dilakukan melingkar disekitar piringan (berhimpit dengan tanaman).
Untuk pupuk organik yang diaplikasikan di Pantai Bunati Estate adalah
aplikasi janjang kosong. Janjang kosong ini diaplikasikan dengan dosis
200 kg/antar tanaman. Janjang kosong diletakkan diantara tanaman dalam barisan
tanaman dan satu lapis. Selain itu dapat pula berbentuk abu janjang kosong. Abu
janjang kosong merupakan sumber terpenting kedua bagi pupuk K. Rekomendasi
pemupukan di Pantai Bunati Estate dapat dilihat dapat Tabel Lampiran 5 dan
pengeplikasian pupuk janjang kosong dan peneburan pupuk dapat di lihat pada
Gambar 1.

Gambar 1. Aplikasi Janjang Kosong dan Penaburan Pupuk

Pengendalian Gulma
Gulma merupakan vegetasi yang tumbuh secara alami dan menjadi
pesaing tanaman utama dalam penyerapan unsur hara, air, dan cahaya matahari.
Pengendalian gulma yang baik akan memperlancar kegiatan lain seperti
pemanenan, pemupukan, pengawasan, pengendalian hama dan penyakit. Kegiatan
pengendalian gulma yang diterapkan di Pantai Bunati Estate secara manual dan
secara kimiawi.
Pengendalian secara manual meliputi kegiatan membersihkan gulma yang
merambat dan memberantas anak kayu atau disebut dongkel anak kayu. Anak
kayu tidak boleh dibiarkan tumbuh pada areal kelapa sawit. Pengendaliannya
dilakukan dengan mencabut menggunakan tangan, cados (cangkul dodos),
ataupun dengan menggunakan parang. Apabila anak kayu sudah tumbuh besar
dapat dilakukan kegiatan oles, yaitu dengan memotong batang anak kayu dan
kemudian dilakukan pengolesan dengan menggunakan bahan Garlon yang
dicampur dengan Solar (perbandingan 1:2), tindakan ini bertujuan untuk segera
membunuh atau mematikan anak kayu yang telah tumbuh besar. Selain
pengendalian anak kayu, dilakukan pula pencabutan gulma sejenis putihan
(Cromolaena odorata), senggani (Melastoma malabathricum), pandan -
pandanan, kentosan (tunas kelapa sawit disekitar piringan yang tidak diharapkan)
serta jenis pakisan seperti pakis kawat dan paku udang (Stenochlaena palustris).
Pengendalian gulma secara manual ini memiliki rotasi 1 x (dari 3 x rotasi, 2 rotasi
pengendalian gulma kimia gawangan dan 1 x manual). Secara teknis dilapangan,
setiap rintis blok dilalui oleh dua orang pekerja di sisi yang berbeda bila gulma
dalam pasar rintis tersebut berat (banyak gulma), apabila gulma ringan maka
dalam pasar rintis akan dikerjakan oleh seorang pekerja.
Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan semprot piringan dan
semprot gawangan. Sistem pengendalian secara kimiawi ini memiliki beberapa
keuntungan, antara lain dapat mengurangi pemakaian tenaga kerja, menghemat
waktu dan dapat menurunkan biaya operasional.
Pengendalian kimiawi dengan semprot piringan dilakukaan dengan
penyemprotan TPH, pasar rintis, jalan kaki lima, pasar 8, pasar tengah, piringan
dan wiping lalang. Wiping lalang adalah kegiatan untuk mengendalikan gulma
Alang - alang (Imperata cylindrica) menggunakan bahan Round-up yang bersifat
sistemik dengan konsentrasi 0.9 1 % dan menggunakan alat semprot RB nozel
100. Wiping digabungkan dengan kegiatan semprot piringan karena tanaman yang
sudah rimbun dan teduh sehingga alang - alang yang ada hanya tinggal sedikit.
Penyemptotan piringan dilakukan dengan menggunakan alat MHS (Micron Herby
Spraying), satu sprayer barisi 5 liter larutan dan diaplikasikan untuk 1 ha. Prestasi
pekarja 5 ha/hk. Aplikasi dosis dilakukan di lapang dengan konsentrasi Sterine 0.9
1 % dan Round-up 2 - 2.5 %. Sterine berfungsi sebagai herbisida tanaman
berdaun lebar seperti Ageratum conyzoides, Borreria latifolia, Mikania micranta,
Puereria javanica dan gulma semak seperti Chromolaena odorata, Melastoma
malabathricum, Clibadium surinamense. Piringan yang disemprot sesuai
jangkauan semprot yaitu 1 - 1.5 m secara melingkar. Semprot piringan ini
bertujuan untuk memudahkan dalam kegiatan pemanenan seperti pemungutan
brondolan yang jatuh, agar buah yang telah dipanen tidak tercampur gulma, pada
kegiatan pemupukan dapat mengurangi losses pupuk Urea yang mudah menguap
dan mudah larut apabila terkena air, selain itu juga mengurangi kompetisi
perebutan hara. Rotasi semprot piringan sendiri dilakukan 3 kali dalam satu tahun.
Pengendalian kimiawi dengan semprot gawangan dilakukan dengan
menggunakan alat semprot RB dengan prestasi karyawan 1.3 ha/hk. Bahan yang
diperlukan dalam kegiatan penyemprotan gawangan antara lain Garlon dengan
konsentrasi 0.4 % untuk gulma putihan, Gramoxone dengan konsentrasi 0.4 %
untuk gulma pakisan dan kentosan, Round-up dan Ally untuk gulma alang - alang
dan pakisan. Pelaksanaan semprot dilakukan dengan kegiatan aplikasi dosis di
lapang dan masing - masing bahan tidak boleh dicampur. Setiap bahan digunakan
untuk menyemprot gulma tertentu saja sehingga penyemprotan dilakukan dengan
spot - spot dan dilakukan hingga pasar tengah. Gulma yang disemprot antara lain
Euphatoriun odoratum, Borreria latifolia, Colopogonium mucunoides, Pureraria
javanica, Cromolaena odorata, Melastoma malabathricum.
Teknis pengendalian gulma di Pantai Bunati Estate sudah sangat baik, hal
ini dilihat dari sistem yang digunakan, yaitu dengan aplikasi dosis secara langsung
dilapang. Hal ini dapat secara efektif mengurangi losses bahan herbisida karena
apabila dilakukan pencampuran secara langsung dalam tangki unit maka jika
terjadi hujan, obat yang telah dicampur tersebut akan berkurang khasiat dalam
pemakaian berikutnya (pemakaian esok hari).
Dalam pelaksanaan pengendalian gulma ini terdapat berbagai macam
kendala antara lain iklim (hujan, apabila dalam pengaplikasian dan dalam waktu ±
3 jam turun hujan maka herbisida tersebut tidak berfungsi), transportasi/mobil
unit, bahan, dan tenaga kerja. Sehingga dalam pengerjaannya rotasi cenderung
lebih lambat. Apabila turun hujan, para pekerja dialihkan pekerjaannya menjadi
pengendalian gulma secara manual (dongkel anak kayu dan pengolesan).

Pengendalian Hama dan Penyakit


Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit, adalah
adanya serangan hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit tanaman
pada hakikatnya merupakan upaya untuk mengendalikan suatu kehidupan. Oleh
karena itu konsep pengendaliannya dimulai dari pengenalan dan pemahaman
terhadap siklus hidup hama atau penyakit itu sendiri. Pemilihan jenis, metode
(biologi, mekanik, kimia dan terpadu), serta waktu pengendalian yang dianggap
paling cocok akan dilatarbelakangi oleh pemahaman atas siklus hama atau
penyakit tersebut.
Beberapa jenis hama yang menyerang tanaman kelapa sawit di Pantai
Bunati Estate antara lain tikus (Rattus sp.), babi hutan, tupai, rayap (Coptotermes
curfignatus), ulat api (Setotra nitens) dan ulat kantong (Mahasena corbeti). Hama
utama adalah hama tikus, sedang hama yang lain kurang berbahaya. Penyakit
yang masih dijumpai adalah penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma
bonisense).
Jenis tikus yang paling sering dijumpai di perkebunan kelapa sawit adalah
tikus belukar (Rattus rattus tiomanicus). Jenis lain yang sering dijumpai adalah
tikus sawah, tikus rumah dan tikus wirok. Kerugian yang disebabkan oleh
serangan tikus yaitu kematian tanaman muda dapat mencapai 20 %, kerugian
produksi sebesar 20 %, penurunan kualitas buah dan penurunan populasi serangga
penyerbuk Elaeidobius kamerunicus (PPKS, 2006). Pada umumnya serangan
tikus pada tanaman menghasilkan dengan mengerat bunga atau mengerat
mesokarp (daging buah) sehingga dapat berpengaruh pada losses produksi.
Kondisi pelukaan terhadap daging buah menurunkan potensi rendemen minyak
pada buah dan peningkatan Asam Lemak Bebas (ALB).
Pengendalian hama tikus yang dilakukan di Pantai Bunati Estate dengan
pengendalian secara kimia dan dengan pengendalian biologis. Secara kimia
pengendalian hama dilakukan dengan cara pemberian umpan racun yaitu Klerat
RM-B dan pengendalian secara biologis dengan memelihara musuh alaminya
yaitu burung hantu (Tyto alba) dengan memasang rumah burung yang disebut
Nest Box. Lokasi penempatan kandang harus strategis (berdekatan dengan pohon
besar atau pada areal di sekitar pemukiman) dan diusahakan agar jauh atau
membelakangi lampu penerangan serta aman dari manusia. Hal ini dimaksudkan
agar burung hantu tidak mudah mengalam stress. Tingkat predasi burung hantu
terhadap R. tiomaticus di perkebunan kelapa sawit mencapai 88 % sedangkan
sisanya 6 % adalah R. argentiventer dan 6 % R. ratus radii (Vademicum, 2004).
Gambar kandang burung hantu (Nest Box) dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Kandang Burung Hantu

Tupai merusak kelapa sawit dengan mengerat buah yang masih muda dan
memakan inti yang masih lunak, sedangkan untuk penurunan produksi akibat
serangan hama ulat api dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Penurunan Produksi Tanaman Kelapa Sawit Akibat


Serangan Hama Ulat Api (Setothosea asigna)

% Penurunan Poduksi
% Defiolasi
Tahun I Tahun II
Hampir 100 70 93
50 40 78
25 8 29
12 5 11
Sumber : Vademicum Minamas Plantation, 2005
Serangan hama ulat api dan ulat kantung menyebabkan kehilangan daun
(difoliasi) tanaman yang berdampak langsung pada penurunan produksi.
Untuk pengendalian hama ulat api di Pantai Bunati Estate dilakukan
dengan menanam tanaman Tunera subulata, Cassia cabanensis dan Antigonon
leptotus sebagai inang dari musuh alami ulat api seperti serangga Sycanus
leucomicus. Tanaman Turnera subulata dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Tanaman Turnera subulata (bunga pukul delapan)

Pemeliharaan Lainnya
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di Pantai Bunati Estate antara lain
pemeliharaan jalan, pembuatan dan perbaikan TPH (Tempat Pengumpulan Hasil),
penomoran TPH, pembuatan jembatan, penambahan titi panen.
Jaringan jalan di kebun merupakan salah satu faktor penting dalam
menunjang kelancaran transportasi dari dan keluar kebun, jalur transportasi TBS
serta kegiatan pengangkutan lainnya. Jenis jalan yang terdapat di Pantai Bunati
Estate antara lain jalan utama (main road), jalan pengumpul (collection road),
jalan utama, jalan bantu. Perawatan jalan di utamakan untuk areal - areal yang
bermasalah misalnya tanah lunak, tanah tergenang air sehingga dapat
menyebabkan unit transport mengalami hambatan. Perawatan jalan secara teknis
dilakukan menggunakan Motor Grader dan rawat manual dilaksanakan oleh
pekerja. Rawat jalan juga dilakukan tunas pelepah jalan yaitu pembuangan
pelepah agar tidak mengganggu kendaraan yang melintas juga agar cahaya
matahari tidak terhalang sehingga jalan akan lebih mudah kering pada saat terjadi
hujan.
Perawatan atau pembuatan TPH dilaksanakan dengan cara manual dan
kimia. Perawatan kimia dilakukan bersamaan dengan kegiatan pengendalian
gulma piringan, sedang secara manual dilakukan dengan melakukan perataan
TPH, meninggikan TPH yang memiliki kecenderungan tergenang saat terjadi
hujan, memadatkan tanah agar pada saat pemuatan brondolan tanah tidak
terangkut. Ukuran TPH adalah 4 m x 7 m dan jumlah TPH adalah 1.4 TPH per
hektar (setiap 6 baris tanaman terdapat 1 TPH) sehingga dalam satu blok standar
(30 ha) akan terdapat 42 TPH. Selain itu juga dilakukan penomeran TPH yang
dituliskan di tanaman paling dekat TPH berupa lingkaran dengan warna dasar
biru, tulisan berwarna putih, lingkaran berwarna putih. Prestasi kerja yang didapat
penulis adalah 30 ha/hk.
Jembatan di kebun sangat berpengaruh terhadap kelancaran pengangkutan
tandan buah segar kelapa sawit baik dalam kegiatan pemanenan maupun
transportasi. Jembatan dalam kebun memiliki bahan yang sama dengan titi panen
yaitu permanen menggunakan beton dan menggunakan bahan kayu. Titi panen
dari kayu dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Titi Panen dari Kayu

Pemanenan
Panen merupakan pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit karena
merupakan sumber pendapatan perusahaan, oleh karena itu perlu adanya
pengelolaan yang baik dalam pelaksanaannya. Kegiatan panen mencakup
pekerjaan memotong semua janjang yang masak, mengutip semua brondolan dan
dilanjutkan pada pengangkutan ke pabrik kelapa sawit (PKS), kegiatan tersebut
diantaranya meliputi potong pelepah, potong buah masak, susun pelepah, potong
gagang panjang, kutip brondolan, angkut janjang ke TPH dan angkut brondolan
ke TPH.

Peramalan Produksi
Peramalan produksi digunakan untuk memperkirakan besarnya produksi
yang akan dicapai pada masa tertentu di masa yang akan datang. Peramalan
produksi sangat penting untuk dapat menentukan penyusunan target produksi,
perencanaan pembiayaan dan pemakaian tenaga. Peramalan produksi di Pantai
Bunati Estate di bagi menjadi tiga bagian, yaitu peramalan budget produksi (target
produksi), peramalan produksi semesteran (sensus produksi) dan peramalan
produksi harian (taksasi panen).
Budget produksi adalah target produksi yang ingin dicapai perusahaan
dalam satu tahun yang dapat dijabarkan sebarannya dalam bulan dan semester.
Sensus produksi adalah pencacahan atau penghitungan atau pendataan
terhadap tanaman kelapa sawit yang bertujuan untuk mengetahui atau
memperkirakan produksi semester berdasarkan jumlah dan keadaan bunga betina
yang kemungkinan menjadi tandan buah. Peramalan produksi semesteran
dilakukan untuk menentukan jumlah buah yang dipanen pada enam bulan
berikutnya. Penyusunan sensus produksi harus disertai pengetahuan tentang
perkembangan bunga betina dan tandan kelapa sawit sampai dengan matang
panen.
Pekerjaan sensus di Pantai Bunati Estate dilakukan untuk menghitung
produksi kebun enam bulan berikutnya, yaitu dengan menghitung jumlah buah
cengkih atau buah betina yang sudah dibuahi sampai dengan buah yang kira - kira
akan dipanen pada semester dimana sensus dilaksanakan. Waktu selama enam
bulan didasarkan pada kurun waktu yang diperlukan kelapa sawit untuk
membentuk buah dari penyerbukan sampai dengan buah siap panen. Semester I
adalah bulan Januari - Juni dan sensus produksi dilaksanakan pada 20 Desember
tahun lalu sampai dengan 10 Januari tahun ini, sedangkan Semester II adalah
bulan Juli - Desember dan sensus produksi dilaksanakan pada 20 Juni sampai
dengan 10 Juli tahun ini. Sensus buah dilakukan dengan rumus 5 x 6 (artinya
pergeseran tanaman dari arah Barat ke Timur adalah adalah 5 tanaman dan
pergeseran dari Selatan ke Utara adalah 6 tanaman), penanda awal titik sensus
adalah tanda tapak jalak. Alat yang dipakai adalah kait yang berfungsi untuk
tanda awal penghitungan janjang dan crayon yang berfungsi untuk menandai
jumlah janjang pada tiap batang tanaman yang disensus, formulir pencatatan.
Dalam sensus produksi parameter yang dipakai adalah jumlah janjang yang ada di
tanaman dan Berat Janjang Rata - Rata (BJR). Jumlah buah yang dihitung
kemudian dicatat dalam form yang telah disediakan termasuk buah cengkih seperti
pada Gambar 5. Rumus perhitungan produksi yang digunakan adalah:
luas areal (ha)/luas disensus (ha) x jumlah janjang sensus x BJR
Produksi/bulan =
6 bulan

Gambar 5. Buah Cengkih

Taksasi panen adalah penghitungan terhadap kemungkinan tiap tanaman


yang di panen menghasilkan sejumlah tandan masak dari tiap rotasi. Taksasi
panen tercermin dalam perolehan Angka Kerapatan Panen (AKP) pada hari itu.
AKP dapat digunakan untuk mengetahui jumlah taksasi produksi esok hari,
sehingga dipakai sebagai acuan untuk memperkirakan tenaga panen yang
diperlukan untuk menyelesaikan satu seksi panen dalam satu hari dan unit mobil
angkut buah ke PKS. Taksasi panen di Pantai Bunati Estate dilaksanakan setiap
harinya oleh Mandor Panen dan Mandor I.
Persiapan Panen
Persiapan panen di Pantai Bunati Estate meliputi penetapan seksi panen,
penetapan luas hanca kerja pemanen dan penetapan luas hanca kerja per
mandoran. Selain itu juga diperlukan persiapan penetapan kriteria panen, rotasi
panen, sistem panen, penentuan jumlah tenaga panen, pengetahuan kerapatan
panen, sistem pengawasan panen, perlengkapan panen, TPH, pembuatan jalan
pikul , titi panen, dan angkutan panen.

Kriteria Matang Panen


Kriteria matang panen adalah pedoman yang digunakan untuk menentukan
apakah buah itu di nyatakan matang, mentah atau busuk atau merupakan indikasi
suatu tandan buah di panen pada saat yang tepat yaitu pada saat kandungan
minyak sawit dalam daging buah maksimal. Kriteria umum untuk tandan buah
dapat dipanen adalah berdasarkan jumlah brondolan yang terlepas dari tandannya
dan jatuh ke tanah (piringan) secara alami. Ketentuan buah yang dapat dipanen di
Pantau Bunati Estate dihitung berdasarkan pada jumlah brondolan lepas (buah
yang terlepas secara alami dari janjang) sebanyak 5 butir brondolan yang jatuh di
piringan.

Rotasi Panen
Rotasi panen adalah selang waktu yang diperlukan antara panen terakhir
sampai panen berikutnya di tempat yang sama. Rotasi panen yang ditetapkan di
Pantai Bunati Estate yaitu 6/7 hari, artinya dalam satu minggu terdapat enam hari
panen sehingga terdapat enam seksi panen. Seksi panen adalah pembagian luasan
lahan yang merupakan target panen/hari yang harus diselesaikan. Satu seksi panen
terdiri dari beberapa blok. Seksi panen di Pantai Bunati Estate Divisi I
disimbolkan dengan A, B, C, D, E, F. Rotasi atau pusingan normal antara 7 - 9
hari. Faktor yang menentukan bertambahnya rotasi panen antara lain adalah
cuaca, tenaga kerja yang banyak tidak masuk.
Sistem Panen
Sistem panen disusun dengan baik sehingga blok yang di panen setiap hari
menjadi lebih terkonsentrasi, hal ini bertujuan untuk memudahkan kontrol
pekerjaan. Sistem panen yang digunakan di Pantai Bunati Estate menggunakan
sistem hanca giring tetap yang merupakan pengembangan dari sistem hanca
giring murni dan giring tetap. Hanca panen adalah pembagian jatah luasan areal
yang harus dipanen oleh satu orang tenaga potong buah (berdasarkan jumlah baris
atau gawangan). Pantai Bunati Estate menggunakan sistem Block Harvesting
System (BHS). Block Harvesting System adalah sistem panen yang kegiatan
panennya setiap hari kerja terkonsentrasi pada satu seksi panen dan tetap
berdasarkan interval yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaan Block Harvesting
System ini mampunyai ciri-ciri :
- Divisi atau kebun mempunyai enam seksi panen
- Terdapat satu kelompok atau gang panen per divisi atau per kebun dalam
setiap hari kerja
- Setiap hari kerja harus menyelesaikan satu seksi panen
- Pemanen mendapatkan hanca panen tetap
- Kegiatan panen terkonsentrasi untuk memudahkan transport TBS
- Kegiatan panen dimulai dan diakhiri dengan arah yang sama
- Dapat ditetapkan dengan sistem DoL (Division of Labour) dengan efektif

Tenaga Kerja
Kebutuhan tenaga kerja harus mempertimbangkan luas areal dan
kemampuan pekerja agar pekerjaan panen dapat berjalan dengan baik. Jumlah
tenaga kerja pemanen yang dibutuhkan dihitung dengan rumus :
( )
Jumlah pemanen =
( )

Dengan perbandingan antara pemanen dengan pembrondol adalah 1:1 atau dikenal
dengan sistem by DoL-2.

Alat dan Perlengkapan Panen


Alat - alat panen yang digunakan tergantung dari tinggi dan umur
tanaman. Alat - alat yang digunakan untuk kegiatan panen buah dapat dilihat pada
Tabel 5.
Tabel 5 Macam Alat Alat Panen, Spesifikasi dan Pemakaiannya
No Nama Alat Spesifikasi Penggunaan/pemakaian
1 Dodos kecil Lebar mata 8 cm, lebar tengah Potong buah tanaman umur
7 cm, tebal tengah 0.5 cm, tebal 3-4 tahun
pangkal 0.7 cm, diameter
gagang 4.5 cm, panjang total
18 cm
2 Dodos besar Lebar mata 14 cm, lebar tengah Potong buah tanaman umur
12 cm, tebal tengah 0.5 cm, 5-8 tahun
tebal pangkal 0.7 cm, diameter
gagang 4.5 cm, panjang total
18 cm
3 Pisau egrek Berat 0.5 kg, panjang pangkal Potong buah tanaman umur
20 cm, panjang pisau 45 cm, > 9 tahun
sudut lengkung dihitung pada
sumbu 135
4 Goni bekas pupuk Wadah transport TBS ke
TPH, memuat brondolan ke
alat transport
5 Angkong Wadah transport TBS ke
TPH
6 Tali nilon 5 cm, pilin 3, 1 kg=43 m=5 Pengikat pisau egrek
egrek
7 Batu asah Pengasah dodos dan egrek
8 Bambu egrek Panjang 10-11 m, tebal 1-1.5m, Gagang pisau egrek
berat 2.5-3 kg/meter, diameter
ujung 4-5 cm, diameter 5-7 cm
9 Harvesting pole Aluminium ukuran 6 m dan 12 Galah pisau egrek
m
10 Arit kecil Tunas pasir
11 Gancu Besi beton 3/8 , panjang sesuai Memuat/membongkar TBS
kebiasaan setempat ke/dari alat transport
12 Tojok/tombak Sesuai kebiasaan setempat Memuat/membongkar TBS
ke/dari alat transport
Sumber : Vademicum Minamas Plantation, 2005

Di Pantai Bunati Estate pelaksanaan potong buah menggunakan dodos dan


egrek. Dodos digunakan untuk potong buah pada tanaman yang masih rendah
sedangkan egrek digunakan untuk kegiatan potong buah pada tanaman yang sudah
tinggi. Perbedaan ketinggian tanaman ini dipengaruhi oleh perbedan tahun tanam,
jumlah unsur hara dan terdapatnya tanaman sisip. Contoh alat panen dapat dilihat
pada Gambar 6.
Gambar 6. Alat Panen Dodos (atas), Egrek (bawah)

Pelaksanaan Panen
Pelaksanaan panen dengan Block Harvesting System dilaksanakan
menggunakan sistem by DoL-2 (menggunakan pemanen dan pembrondol) yaitu
pelaksanaan panen terdiri dari tim panen dan tim kutip brodolan, artinya satu
orang pemanen tugasnya hanya memotong buah, menyusun pelepah dan
mengangkut buah ke TPH. Sedangkan brondolannya dikutip oleh karyawan
pengutip brondolan. Jadi potong buah dan kutip brondolan adalah satu kesatuan
kerja panen tetapi tanggung jawabnya berbeda, sehingga denda - denda yang
dilakukan tergantung pada jenis kerja mana yang melakukan pelanggaran serata
DoL-3 (menggunakan pemanen, pengangkut dan pembrondol).
Untuk meminimalkan kesalahan pencatatan buah atau menjaga agar buah
yang telah dipanen tercatat oleh Kerani Panen dan agar kegiatan transportasi lebih
tertib, maka pelaksanaan panen selalu di upayakan serentak dari blok yang sama.
Sehingga teknisnya pencatatan buah oleh Kerani Panen dibelakang pemanen dan
begitu juga selanjutnya unit yang memuat buah dibelakang Kerani Panen.
Sehingga unit transport tidak terlalu sering keliling dalam blok yang sama
berulang - ulang.

Sistem Supervisi dan Denda


Pengawasan atau supervisi panen bertujuan untuk memastikan buah yang
terkirim ke PKS memenuhi standar kualitas, mengukur besar kecilnya losses, alat
evaluasi atas pelaksanaan kerja untuk follow up perbaikan kedepan, pemberian
sangsi kepada pemanen yang melakukan kesalahan. Pengawasan/supervisi panen
dilakukan oleh dept. Quality Assurance (QA), Mantri Kebun, Asisten Divisi,
Mandor I, Mandor Panen, Kerani Panen. Parameter pemeriksaan/pengawasan
panen meliputi :
1. Kualitas buah yang dipanen sesuai dengan tingkat kematangan, terdiri dari
: buah mentah (unripe), kurang matang (under - ripe), matang (ripe),
janjang kosong (empty bunch).
2. Pengamatan tambahan, terdiri dari kesegaran (freshness), buah gagang
panjang (long stalk) atau potongan gagang (cut stalk) dan kotoran
(contamination).
3. Mutu hanca/losses
4. Brondolan tinggal
5. % janjang masak tinggal
Pengawasan dilaksanakan setiap hari panen. Asisten Divisi, Mandor I dan
terutama Mandor Panen harus melakukan pengawasan setiap hari dan minimal
satu orang pemanen. Sedangkan Kerani Panen bertugas memeriksa mutu buah dan
brondolan, menghitung jumlah janjang panen dan brondolan yang telah diantrikan
dimasing - masing TPH, membuat dan mengisi notes potong buah, laporan kutip
brondolan dan laporan penerimaan buah setiap hari.
Denda dilakukan apabila terdapat kesalahan dalam pelaksanaan panen
yang tidak sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, besar denda yang dikenakan
sesuai dengan janis dan banyaknya kesalahan yang dilakukan pemanen. Tujuan
pemberlakuan sangsi atau denda atas kesalahan yang dilakukan diharapkan dapat
memberi manfaat yang konstruktif; untuk menegakkan disiplin panen dan
pengawasannya yang diharapkan akan muncul budaya tertib kerja; menerapkan
asas keadilan dari hasil evaluasi prestasi dan kesalahan.

Premi Panen
Basis panen adalah jumlah minimum TBS yang harus dipanen oleh
pemanen dalam satu hari ditentukan berdasarkan tinggi tanaman dan topografi
serta Bobot Janjang Rata - Rata dan dikelompokkan berdasarkan tahun tanamnya.
Sedangkan premi adalah upah yang diberikan kepada pemanen yang melebihi
basis. Premi terbagi menjadi tiga jenis yaitu premi siap borong yang diberikan
kepada pemanen pada saat jumlah janjang panen sama dengan atau lebih dari
jumlah janjang basis borong yang telah ditentukan, premi lebih borong yang
diberikan kepada pemanen pada saat pemanen memperoleh jumlah janjang panen
lebih dari jumlah janjang basis borong yang telah ditentukan, dan premi
pengutipan brondolan (dalam sistem by DoL) yaitu premi yang diberikan kepada
tenaga pengutip brondolan pada saat jumlah (kg) brondolan lebih besar dari (kg)
basis brondolan. Besar premi brondolan di Pantai Bunati Estate diusulkan oleh
unit kebun ke GM dengan berdasarkan umur tanaman, kelas BJR, estimasi %
brondolan pada masing - masing tahun tanam, topografi atau kondisi areal, dan
totalitas biaya panen.
Tujuan dari pemberian premi panen adalah untuk memberi penghargaan
kepada pekerja apabila hasil kerjanya diatas standar yang ditentukan (basis
borong); mendorong kenaikan output (janjang/hk), tetapi tidak dengan biaya yang
lebih tinggi dari biaya standar jam dinas; memupuk rasa tanggungjawab pekerja
terhadap tugasnya. Penetapan jumlah janjang basis borong didasarkan pada:
1. Jumlah janjang standar (basis borong), ditentukan dengan pertimbangan:
- Rata - rata kemampuan pemanen/output (janjang/hk) selama jam dinas
(7 jam/hari kerja biasa dan 5 jam/hari untuk hari jumat)
- Kondisi topografi areal yang akan dipanen (datar, bergelombang atau
berbukit)
- Kondisi tanaman meliputi umur tanaman (pada tanaman tinggi atau
rendah), Berat Janjang Rata - Rata (BJR), homogenitas tanaman,
persentase populasi tanaman produktif dan distribusinya dilapangan.
- Total output (kg/hk) dan biaya panen (Rp/kg upah dan premi) dalam
anggaran/budget pada tahun berjalan.
2. Penetapan jumlah janjang standar (basis borong), premi basis borong,
premi lebih borong dibuat dan diusulkan oleh unit kebun kepada GM
Estate masing - masing untuk dilakukan koreksi dan persetujuannya.
Untuk ketentuan basis borong dan premi panen pada hari normal di Pantai
Bunati Estate dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Ketentuan Basis Borong dan Premi Panen Tahun 2008
Hari Normal Pantai Bunati Estate

Thn. Basis Basis Borong Premi Siap Borong


Premi
Div. Tnm. Standart P-0 P-1 P-2 P-0 P-1 P-2 Lebih
100% 140% 160% 180% Borong
(Jjg) (Jjg) (Jjg) (Jjg) (Rp) (Rp) (Rp)
I 96 95 119 135 153 2.000 4.000 7.500 275
97 100 140 160 180 2.000 4.000 7.500 250
98 110 154 176 198 2.000 4.000 7.500 225
II 97 100 140 160 180 2.000 4.000 7.500 250
98 110 154 176 198 2.000 4.000 7.500 225
III 98 110 154 160 198 2.000 4.000 7.500 225
Sumber : Kantor Besar Pantai Bunati Estate
Keterangan : a. Siap Borong brondolan = 225 kg/Hk (SKU)
b. Lebih Borong Brondolan = Rp 80,- (SKU)

Hari Jum at Pantai Bunati Estate memberlakukan ketentuan basis borong


berbeda dengan hari biasa. Ketentuan basis borong dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Ketentuan Basis Borong dan Premi Panen Tahun 2008


Hari Jumat Pantai Bunati Estate

Thn. Basis Basis Borong Premi Siap Borong Premi


Lebih
Div. Tnm. Standart P-0 P-1 P-2 P-0 P-1 P-2 Borong
100% 140% 160% 180%
(Jjg) (Jjg) (Jjg) (Jjg) (Rp) (Rp) (Rp)
I 96 61 85 97 109 2.000 4.000 7.500 275
97 71 100 114 129 2.000 4.000 7.500 250
98 79 110 126 141 2.000 4.000 7.500 225
II 97 71 100 114 129 2.000 4.000 7.500 250
98 79 110 126 141 2.000 4.000 7.500 225
III 98 79 110 126 141 2.000 4.000 7.500 225
Sumber : Kantor Besar Pantai Bunati Estate
Keterangan : a. Siap Borong brondolan = 225 kg/Hk (SKU)
b. Lebih Borong Brondolan = Rp 80,- (SKU)
Perhitungan premi yang diterima oleh Mandor Panen, Kerani Panen dan
Mandor 1 adalah sebagai berikut :
jumlah premi pemanen
Mandor panen : x 150%
jumlah pemanen
jumlah premi pemanen
Kerani panen : x 125%
jumlah pemanen
jumlah premi mandor panen
Mandor 1 : x 150%
jumlah mandor panen

Pengangkutan TBS (Tandan Buah Segar)


Tandan buah yang telah dipanen dikumpulkan di TPH harus segera
diangkut ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS), hal ini dilakukan untuk mencegah
peningkatan Asam Lemak Bebas (ALB).
Buah dimuat ke dalam truk pengangkut oleh pemuat. Di Pantai Bunati
Estate pemuat terbagi atas kelompok kecil dengan anggota 3 orang/kelompok.
Satu kelompok bertugas memuat untuk satu armada angkut TBS dan masing-
masing kelompok memiliki hanca sendiri - sendiri. Basis untuk pemuat 3 ton/hk.
Kendala yang dialami pemuat antara lain sulitnya areal (sulitnya armada
menjangkau TPH), tidak terdapatnya titi panen antara TPH dengan jalan, memuat
pada waktu malam hari, cuaca dll. Kegiatan pengangkutan yang dilakukan di
Pantai Bunati Estate dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Kegiatan Pengangkutan TBS

Pengangkutan TBS di Pantai Bunati Estate dilakukan dengan


menggunakan truk PS dengan kapasitas angkut 7.5 ton, Hino dengan kapasitas
angkut 12 ton, Traktor Landini dengan kapasitas 5 ton. Jumlah alat pengangkutan
yang dimiliki Pantai Bunati Estate untuk Divisi I adalah dua truk Hino dan satu
truk PS. Apabila alat pengangkut TBS ini kurang atau pada saat panen raya
diperlukan armada tambahan dari kontraktor sesuai dengan kebutuhan. Kendala
pengangkutan TBS di Pantai Bunati Estate antara lain areal jalan yang rusak yang
ditambah dengan cuaca (hujan), unit mengalami kerusakan.

Pengelolaan TBS di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit


Pabrik Kelapa Sawit (PKS) didirikan dalam rangka memberikan nilai
tambah pada hasil perkebunan. Di PT. Sajang Heulang terdapat dua PKS dengan
kapasitas 60 ton/jam dan 15 ton/jam (minimill). PKS mengolah minyak yang
terkandung dalam TBS untuk dijadikan minyak kelapa sawit (Crude Palm
Oil/CPO) dan kernel. CPO yang dihasilkan merupakan bahan setengah jadi,
sedang kernel diproduksi hingga menjadi kering saja (kandungan air < 7 %) dan
selanjutnya dikirim ke pabrik pengolahan kernel. Proses pengolahan kelapa sawit
meliputi :

Stasiun Penerimaan Buah


Pemerimaan buah dimulai dengan proses penimbangan di jembatan
penimbangan (weight bridge). Kemudian TBS di tuang ke Loading Ramp yang
memiliki kisi - kisi lantai dan memungkinkan kotoran (terutama pasir) dapat jatuh
(tidak terikut proses pengolahan). Kemudian dimasukkan dalam lori.

Stasiun Perebusan
TBS yang telah dimasukkan dalam lori kemudian di rebus dalam
Sterilizer. Perebusan dengan menggunakan uap kering dengan tekanan 2.8 kg/cm2
selama 90 menit disertai dengan 3 kali hentakan. Tujuan perebusan ini adalah
untuk menghentikan aktifitas enzim (lipase) sehingga pembentukan ALB tidak
berlanjut, memudahkan lepasnya brondolan dari tangkai, memudahkan lepasnya
mesocarp dari biji, memudahkan pemecahan biji dan pemisahan inti dengan
cangkang, dan memudahkan pelepasan minyak dari serabut mesocarp. Bejana
rebusan dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Bejana Rebusan

Stasiun Perontokan
Setelah perebusan, maka proses selanjutnya adalah perontokan dengan
menggunakan Drum Thresser. Di dalam Drum Thresser TBS diputar dengan
putaran 23 - 25 rpm dan dibanting sehingga brondolan terlepas dari janjangnya.
Setelah selesai proses ini, dihasilkan brondolan dan janjang kosong. Janjang
kosong selanjutnya diaplikasikan sebagai pupuk organik ke lapangan. Drum
Thresser dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Drum Thresser

Stasiun Pencacah (digester) dan Pengempaan (presser)


Brondolan yang sudah lepas selanjutnya dimasukkan ke Digester untuk
mengalami proses pengadukan selama 30 menit. Tujuan dari proses ini adalah
untuk melepaskan dam melumatkan mesocarp dari biji. Setelah menjadi bubur,
dimasukkan ke dalam Screw Press untuk mengalami proses pengempaan atau
pemerasan. Tujuan dari proses ini adalah melepaskan minyak dari serabut.
Minyak yang dihasilkan, kemudian disaring dalam ayakan getar untuk dipisahkan
dari kotoran (pasir dan fiber). Biji dan serabut mengalami proses selanjutnya,
yaitu pemisahan serabut dan biji dengan sistem pengisapan.

Stasiun Pemurnian
Minyak kasar yang dihasilkan, selanjutnya mengalami proses penjernihan
minyak, dalam stasiun klarifikasi meliputi penyaringan kotoran sehingga kadar
kotoran < 0.02 %, pengeringan air sehingga di dapat kadar air < 0.2 %,
penyaringan dari lumpur sampai dengan < 0.45 %. Gambar 10 merupakan gambar
dari stasiun pemurnian.

Gambar 10. Stasiun Pemurnian

Stasiun Pemisahan Biji dan Kernel


Pada proses pemisahan serat dan biji setelah serat terpisah dan masuk
Boiler, kemudian biji akan mengalami proses pembersihan biji, untuk
membersihkan sisa - sisa kotoran, batu, dsb. Biji yang sudah bersih kemusdian
masuk ke proses pemecahan biji dengan menggunakan alat Ripple Mill. Proses
pemisahan cangkang dan kernel melalui proses pengisapan, dimana cangkang
yang lebih ringan akan terhisap. Sedang kernel akan masuk ke Kernel Silo untuk
mengalami proses pengeringan yang menghasilkan kernel dengan kadar < 7 %
dan akan disimpan sementara di Bisley yang selanjutnya akan di pasarkan.
PEMBAHASAN

Produksi
Produksi per satuan luas sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan
teknis budidaya yang diterapkan dikebun. Tabel 8 berikut adalah data hasil
produksi Pantai Bunati Estate tahun 2001 - April 2008.

Tabel 8. Data Produksi Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit


Pantai Bunati Estate

Tahun Produksi (ton/ha)


Tanam 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Apr-08
1996 7.95 11.41 12.19 19.11 24.53 25.47 24.72 20.69
1997 4.08 7.95 7.73 16.08 18.76 22.96 22.52 22.00
1998 1.00 3.70 5.10 11.28 15.89 20.16 20.66 19.47
Rata 4.34 7.69 8.34 15.49 19.73 22.86 22.63 20.72
Sumber : Kantor Besar Pantai Bunati Estate

Berdasarkan Tabel 8, maka dapat di lihat perkembangan produksi di Pantai


Bunati Estate pada grafik produksi tandan buah segar pada Gambar 11.

30

25
Produksi (ton/ha)

20 1996
1997
15
1998
10 Rata-Rata

0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Apr-08

Periode Tahun

Gambar 11. Produksi Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit


Pantai Bunati Estate
Dari data Tabel 8 dapat dilihat bahwa produksi TBS di Pantai Bunati
Estate mengalami peningkatan. Hasil produksi tertinggi dicapai pada tahun 2006
dengan rata - rata produksi sebesar 22.86 ton/ha. Produksi kelapa sawit
dipengaruhi oleh bahan tanaman, kondisi iklim, curah hujan dan topografi, kultur
teknis, kebijakan perusahaan. Bahan tanaman yang di gunakan di Pantai Bunati
Estate ada dua yaitu Marihat dan Socfindo, sedangkan kebijakan yang diambil
antara lain penggunaan pupuk janjang kosong yang diprioritaskan, penggunaan
sistem BHS (Block Harvesting System) pada kegiatan panen, BSS (Block
Spraying System) pada kegiatan pengendalian gulma secara kimia dan BMS
(Block Manuring System) pada kegiatan pemupukan.

Pengelolaan Resiko Panen


Kegiatan panen sangatlah penting karena langsung menjadi sumber
pemasukan uang ke perusahaan melalui penjualan Minyak Kelapa Sawit (MKS)
dan Inti Kelapa Sawit (IKS). Panen dan produksi merupakan hasil dari aktivitas
kerja dibidang pemeliharaan tanaman. Baik dan buruknya pemeliharaan tanaman
selama ini akan tercermin dari kegiatan panen dan produksi. Cara pemanenan
yang tepat akan mempengaruhi kuantitas produksi, sedangkan waktu pemanenan
yang tepat akan mempengaruhi kualitas produksi. Produksi akan dapat mencapai
maksimal apabila kehilangan (losses) produksi minimal (Pahan, 2006).
Resiko merupakan suatu kemungkinan (possibility) terjadinya sesuatu
yang tidak terduga sebelumnya, yang bersifat merugikan dan dapat mempengaruhi
penyelesaian pekerjaan secara keseluruhan yang berkaitan dengan produktifitas
kualitas dan biaya (Wideman, 1992). Sumber utama dari resiko panen adalah
karena pusingan atau rotasi yang terlambat. Pelukaan akan mempercepat
peningkatan Asam Lemak Bebas (ALB) dimana sebelum dipotong sebesar 0.2 -
0.7 % dan ketika jatuh akan dapat meningkat sebesar 0.9 - 1.0 % setiap 24 jam.
Manajemen yang baik dalam pelaksanaan panen dapat secara efektif
meminimalkan kehilangan hasil. Pengelolaan panen yang perlu di perhatikan
dalam meminimalkan kehilangan hasil produksi, antara lain penentuan kriteria
panen, rotasi panen, penentuan tenaga kerja panen, sistem dan teknik panen, serta
sistem pengawasan panen. Penyebab kehilangan produksi diantaranya pemanenan
terhadap buah mentah, buah masak tinggal di tanaman, buah dipanen tidak dibawa
ke TPH, brondolan tidak di kutip, buah atau berondolan dicuri dan memalsukan
administrasi.

Rotasi Panen
Menurut Lubis (1992) perkembangan buah kelapa sawit matang dari satu
fraksi ke fraksi berikutnya sangat cepat. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Perkembangan Buah Kelapa Sawit Matang Berdasarkan Fraksi

Fraksi Hari
0 2.80
1 2.97
2 1.64
3 1.22
4 1.00
Sumber : Lubis, 1992

Menurut Lubis (1992) rotasi panen yang baik adalah 2.97 + 1.64 + 1.22 +
1.00 = 6.83 hari atau dibulatkan menjadi 7 hari, hal ini sesuai dengan rotasi panen
yang digunakan di Pantai Bunati Estate Estate yaitu 6/7 (6 hari panen dalam satu
minggu), berdasarkan ketentuan rotasi tersebut seluruh areal tanaman
menghasilkan dibagi menjadi 6 seksi panen, sehingga dalam satu bulan setiap
seksi dipanen sebanyak empat kali.
Rotasi panen terlambat (umur rotasi > 9 hari) akan menyebabkan buah
cenderung over-ripe bahkan bisa menjadi empty bunch (janjang kosong), apabila
ini terjadi maka akan mengakibatkan jumlah brondolan meningkat sehingga akan
memperlambat penyelesaian hanca bahkan basis borongnya sulit tercapai (output
kg/hk rendah dan biaya panen meningkat), peluang losses yakni janjang tinggal di
tanaman dan brondolan tidak dikutip sangat tinggi, kualitas minyak rendah
(FFA > 3 %)
Rotasi panen terlalu cepat (umur rotasi < 7 hari) akan mengakibatkan
pemanen cenderung memotong buah under-ripe (agak mentah) dan unripe
(mentah) untuk memenuhi basis kerja, akibat meningkatnya buah under-ripe
(agak mentah) dan unripe (mentah) dapat menurukan % OER (Oil Extraction
Rate), meningkatnya biaya pengolahan karena menurunnya kapasitas olah PKS
akibat tingginya % buah mogul (unsripe bunch) sehingga proses perebusannya
memerlukan waktu yang lebih lama.
Pelaksanaan rotasi panen di Pantai Bunati Estate banyak mengalami
keterlambatan ini disebabkan adanya hari libur, kondisi cuaca yang tidak
memungkinkan, pekerja sakit/izin untuk keperluan pribadi. Pada musim hujan
terdapat beberapa bagian yang tergenang sehingga menyulitkan pemanen dalam
mengambil buah.

Peramalan Produksi
Untuk memperkirakan besarnya produksi yang akan dicapai pada masa
tertentu dimasa yang akan datang, Pantai Bunati Estate menggunakan peramalan
budget produksi, peramalam produksi semesteran dan peramalan produksi harian.
Peramalan produksi harian atau taksasi panen adalah kegiatan yang
dilakukan untuk memperkirakan produksi pada esok hari. Tujuan kegiatan ini
adalah untuk mengetahui jumlah tenaga pemanen dan untuk memperkirakan
jumlah alat transport yang dibutuhkan untuk mengangkut hasil panen. Hasil
taksasi ini juga digunakan oleh kebun sebagai laporan kepada Pabrik Kelapa
Sawit (PKS) sebagai acuan Mandor Grading di PKS untuk menentukan berapa
unit angkutan yang harus di grading oleh PKS. Taksasi panen tercermin dalam
perolehan Angka Kerapatan Panen (AKP) pada hari itu. AKP didapat dengan
mengambil data 15 % dari areal yang akan dipanen esok hari dan dengan rumus :

% AKP = x 100%

Dari pengamatan di lapang dengan mengambil sampel 2 blok yang akan


dipanen esok hari dapat dilihat hasilnya pada Tabel 10.

Tabel 10. Pengamatan Angka Kerapatan Panen Divisi I, Pantai


Bunati Estate

Tanaman
Blok Tanaman siap dipanen Kerapatan panen
sampel
N 20 582 115 19.75
N 21 603 142 23.56
Sumber : Pengamatan Lapang 2008
Dari data Tabel 10 dapat dilihat bahwa, Angka Kerapatan Panen (AKP) di
Divisi I Pantai Bunati Estate sebesar 20 25 % hal ini berarti bahwa dalam 100
tanaman terdapat 20 25 janjang yang siap di panen pada esok hari. Penghitungan
ini harus di usahakan seakurat mungkin sehingga pelaksanaan persiapan panen
akan lebih efektif.

Kriteria Panen
Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen
untuk memotong tandan buah segar (TBS) pada saat yang tepat. Parameter yang
digunakan dalam menentukan kriteria matang panen adalah perubahan warna dan
membrondolnya buah dari tandan. Proses perubahan warna yang terjadi pada
tandan dari buah yang berwarna hijau berubah kehitaman kemudian menjadi
merah mengkilat atau orange. Mutu minyak hasil pengolahan pabrik yang
diinginkan adalah memiliki ektraksi minyak (OER) > 25 %, dengan kadar asam
lemak bebas (FFA) < 3 %. Kriteria panen sendiri meliputi kriteria pemeriksaan
buah dan kriteria pemeriksaan mutu hanca. Kriteria matang panen yang
ditetapkan oleh Minamas Plantation dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Penggolongan Kematangan Grading TBS

Target minimum
Kondisi buah Keterangan
% tandan
Buah mentah (unripe) Jika tidak ada brondolan yang lepas dari 0
tandan buah janjang atau 0 brondolan
Buah kurang matang Jika brondolan yang lepas jumlahnya < 5 8
(under-ripe) brondol/janjang atau 12.5 % - 25 % buah
luar membrondol, berwarna kemerahan
Buah matang (ripe) Jika brondolan yang lepas jumlahnya 5 85
brondol/janjang atau buah bagian luar telah
membrondol 26 -50 %
Buah lewat matang Jika 51 % - 100 % buah luar membrondol 5
atau bagian dalam ikut membrondol
Janjang kosong (empty Jika brondolan keseluruhan yang lepas 2
bunch) jumlahnya lebih dari 95% dan belum ada
tanda - tanda busuk pada permukaan
potongan gagangnya
TOTAL 100
Sumber : Vademicum Minamas Plantation
Selain pada Tabel 11 juga disertakan kriteria tambahan yang terdiri dari
kriteria gagang panjang (long stalk) dan potong gagang (cut stalk), kriteria
kesegaran (freshness), kriteria kotoran (contamination), dan kriteria brondolan
(losse fruit) dengan kriteria pengamatan tambahan dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Kriteria Pengamatan Kematangan Tambahan

Target
Kondisi buah Keterangan
minimum (%)
- Gagang panjang
(long stalk)
Gagang buah Gagang buah yang panjangnya ± 3 cm 0
diukur dari permukaan buah sampai sisi
potongan yang miring (pada bag.terpendek)
Potongan gagang Potongan gagang buah yang ikut termuat 5
atau terkirim ke PKS
- Kesegaran
(freshness)
Buah segar Jika buah dari lapangan yang dikirim dan 100
diterima PKS selambat - lambatnya 2 hari
dari hari panen
Buah restan (old Buah dari lapangan dikirim dan diterima 0
crop) PKS 2 hari
- Kotoran Buah/brondolan tercampur dengan kotoran 0
(contamination) (tanah, pasir, batu, unsur organik dll)
- Brondolan (losse Pemeriksaan meliputi brondolan segar, 0
fruit) brondolan busuk, sampah brondolan
Sumber : Vademicum Minamas Plantation

Data hasil pengamatan tingkat kematangan buah yang dipanen dengan


pengambilan sampel pada empat seksi panen dan masing - masing seksi terdiri
dari 40 TPH dapat dilihat pada Tabel 13.
Data dari Tabel 13 diambil dengan seksi panen A dan B berada dalam
rotasi normal yaitu 7 - 9 hari, sedangkan seksi panen C dan D berada pada rotasi
panjang atau terlambat (> 9 hari). Dari data pengamatan masih didapatkan buah
mentah pada seksi A sebesar 0.11 % hal ini masih kurang baik dikarenakan
melebihi standar toleransi kebun sebesar 0 %. Pada buah lewat matang di seksi
panen dengan rotasi terlambat (seksi panen C dan D) masih kurang baik hal ini
dikarenakan dari hasil pengamatan,jumlah buah lewat matang masih melebihi
kriteria toleransi kebun yang diberikan kebun yaitu sebesar 5 %, dan untuk
janjang kosong pada seksi panen C dan D sebesar 2.27 dan 3.55 (standar 2 %).
Tingkat kematangan yang lain sudah baik karena berada di bawah standar
toleransi yang telah ditentukan kebun.

Tabel 13. Hasil Pengamatan Tingkat Kematangan Buah di Divisi 1


Pantai Bunati Estate, PT Sajang Heulang

Tingkat Kriteria
Jumlah Janjang/Seksi panen Persentase %
Kematangan Kebun
A B C D A B C D (%)
Mentah 1 - - - 0.11 0 0 0 0
Kurang matang 6 3 2 4 0.67 0.20 0.08 0.20 8
Matang 854 1428 2343 1757 95.60 94.69 90.15 89.19 85
Lewat matang 16 43 175 116 1.79 2.85 6.73 5.89 5
Janjang kosong 6 17 59 70 0.67 1.13 2.27 3.55 2
Gagang panjang 10 17 20 23 1.12 1.13 0.77 1.17 5
Jumlah tandan 893 1508 2599 1970 100 100 100 100
Sumber : Pengamatan Lapang, 2008
Keterangan : Seksi panen A dan B pada rotasi normal 7 - 9 hari
Seksi panen C dan D pada rotasi > 9 hari

Faktor penyebab masih ditemukannya buah mentah adalah pemanen ingin


mendapatkan premi di saat produksi buah sedang rendah, sedangkan persentase
janjang kosong yang tinggi dikarenakan pada seksi panen C dan D berada pada
rotasi lambat yang mengakibatkan tinggi pula jumlah buah lewat matang.
Pusingan tinggi atau rotasi panen terlambat akan menyebabkan banyak buah
telalu masak sehingga dapat menyebabkan pemanen kewalahan dalam
menyelesaikan seksi panen yang telah ditentukan, banyak buah tinggal di lapang
karena pemanen terdorong cepat menyelesaikan seksi panennya sehingga pada
rotasi berikutnya akan menjadi buah terlampau masak (over ripe), persentase
brondolan meningkat.
Rotasi panen yang terlambat dapat disebabkan oleh : (1) Cuaca/keadaan
hujan yang menyebabkan banyaknya berondolan jatuh dan pemanen yang tidak
dapat melakukan pekerjaan panen sesuai saksi panen, (2) Tenaga panen yang
kurang memenuhi standar kebutuhan tenaga panen dikarenakan banyak yang tidak
masuk, (3) Kurangnya unit angkut saat panen raya dan unit yang mengalami
kerusakan, dan (4) Tidak mampunya pabrik kelapa sawit (PKS) dalam
menampung/mengolah hasil panen dari kebun sehingga menyebabkan kebun
mengeluarkan kebijakan agar pemanenan pada seksi hari itu tidak dilakukan
dengan selesai dengan tujuan mengurangi losses akibat naiknya ALB.
Jika rotasi terlalu cepat akan mengakibatkan banyaknya buah mentah yang
dipanen untuk memenuhi basis borong pemanen, seksi panen akan semakin luas
oleh pemanen sehingga cadangan buah masak di tanaman akan menurun. Gambar
12 menunjukan buah lawat matang dan buah janjang kosong.

Gambar 12. Buah Janjang Kosong (kiri), Buah Lewat matang (kanan)

Kualitas pemeriksaan mutu hanca atau losses meliputi kualitas TBS,


brondolan, dan pelepah. Kriteria pemeriksaan buah di Pantai Bunati Estate
didasarkan pada jumlah brondolan yang lepas secara alami dari tandan buah dan
bukan brondolan parthenokarpi atau brondolan muda karena serangan Tikus atau
penyakit sebanyak lima brondolan/tandan yang jatuh di piringan. Menurut Pusat
Penelitian Kelapa Sawit, fraksi kematangan buah dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Fraksi Kematangan Buah

Fraksi Berondolan lepas dari tandan buah Kematangan


00 Belum ada Sangat mentah
0 < 12.5% buah luar Mentah
1 12.5-25.5% buah luar Kurang matang
2 25-50% buah luar Kurang matang
3 50-75% buah luar Matang 1
4 75-100% buah luar Matang 2
5 Buah bagian dalam ikut membrondol Lewat matang
Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2006

Sedang hubungan fraksi, rendemen dan mutu minyak menurut Pusat


Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Hubungan Fraksi, Rendemen dan Mutu Minyak
Fraksi Rendemen minyak (%) Kadar asam lemak bebas (%)
00 16.0 1.6
0 16.0 1.6
1 21.4 1.7
2 22.1 1.8
3 22.2 2.1
4 22.2 2.6
5 22.9 3.8
Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)

Dari Tabel 14 dan 15 dapat dilihat bahwa kadar asam lemak bebas yang
terkandung dalam kelapa sawit akan semakin meningkat sejalan dengan tingkat
kematangan buah. Kadar asam lemak bebas yang memiliki mutu baik adalah
< 3 %, sehingga untuk mendapatkan produksi minyak yang baik, buah tidak boleh
terlalu matang. Sedang buah mentah yang terpanen akan manghambat proses di
dalam pabrik karena perebusan buah mentah memerlukan waktu yang lebih lama.
Pemeriksaan yang dilakukan dalam pemeriksaan mutu hanca/losses antara
lain kualitas pengutipan brondolan di tanaman, piringan, pasar rintis, dan tempat
pengumpulan hasil (TPH); kualitas janjang dipanen dan janjang matang tidak
dipanen (janjang normal dan janjang busuk). Untuk kriteria pemeriksaan mutu
hanca/losses antara lain pemeriksaan brondolan tinggal yang dinyatakan dalam
bentuk total rasio brondolan tinggal terhadap jumlah janjang pengamatan
(brondol/janjang), brondolan dikatakan tinggal jika masih ditemuinya brondolan
yang tidak atau belum dikutip selama masa pemeriksaan pada tanaman yang telah
dipanen dan berada pada piringan, luar piringan, dibatang tanaman, di pasar rintis,
dan pemeriksaan janjang tinggal jika pada masa pemeriksaan ditemui adanya
janjang dengan jumlah brondolan lepas alami sama atau lebih dari standart buah
ripe dan belum/tidak dipotong, hasil pemeriksaan janjang ini dinyatakan dalam %
dengan rumus :
Jml. Janjang Matang Tinggal
x 100%
Jml. Janjang Matang Tinggal + Jml. janjang Matang dipanen
Berdasarkan pengamatan lapang dengan pengambilan sampel pada tiap
kemandoran 6 orang pemanen dan masing - masing pemanen diambil 20 sampel
janjang yang dipanen kehilangan hasil produksi akibat resiko pemanenan Divisi 1,
Pantai Bunati Estate dapat dilihat dilihat pada Tabel 16, 17 dan 18.
Pengamatan pada Mandoran I dan Mandoran III dilakukan pada rotasi atau
pusingan panen normal (7 9 hari), sedang pada mandoran II dilaksanakan pada
rotasi atau pusingan panen terlambat ( > 9 hari). Dari data dapat dilihat bahwa
rasio brondolan tinggal pada rotasi tinggi lebih besar dari rasio brondolan tinggal
pada rotasi normal. Penyebab banyaknya brondolan tinggal karena rotasi yang
terlambat menyebabkan jumlah brondolan juga tinggi sehingga pengutipan tidak
dapat terselesaikan dalam satu seksi tersebut. Rata - rata rasio brondolan tinggal
pada Kemandoran I sebesar 1.95, Kemandoran II sebesar 3.68 dan pada
Kemandoran II sebesar 2.12. Kehilangan hasil terbesar untuk rasio brondolan
tinggal terdapat pada piringan dan di ketiak pelepah. Hal ini dikarenakan
pembrondol masih kurang teliti dalam mengutip brondolan sehingga banyak yang
tertinggal dan kondisi tanaman yang ditumbuhi tanaman Neprolephis sehingga
pembrondol juga mengalami kesulitan dalam mengambil brondolan yang terdapat
di tanaman tanaman. Pantai Bunati Estate memberi toleransi brondolan tinggal
sebesar 2 brondolan/tanaman.

Tabel 16. Pengamatan Losses Produksi Akibat Resiko Pemanenan


Divisi 1 Kemandoran I Pantai Bunati Estate

Pemanen
Uraian
1 2 3 4 5 6
1.Buah masak tidak dipotong 0 0 6 0 0 0
2.Buah dipenen tidak terangkut ke TPH 0 0 0 0 0 0
3.Brondolan di bunga matahari 0 0 3 11 22 0
4.Brondolan di piringan 13 20 20 14 4 4
5.Brondolan di ketiak pelepah 18 4 14 11 4 4
6.Brondolan di pasar rintis 0 9 2 2 7 6
7.Brondolan di gawangan 0 4 0 0 5 0
8.Brondolan di potongan tangkai 0 0 3 6 20 5
Rasio brondolan tinggal/tanaman 1.55 1.85 2.10 2.20 3.10 0.95
Janjang tinggal 0.00 0.00 30.00 0.00 0.00 0.00
Sumber : Pengamatan Lapang, 2008
Keterangan : Pada Rotasi Panen Normal

Tabel 17. Pengamatan Losses Produksi Akibat Resiko Pemanenan


Divisi 1 Kemandoran II, Pantai Bunati Estate

Uraian Pemanen
1 2 3 4 5 6
1. Buah masak tidak dipotong 0 0 0 2 1 0
2. Buah dipenen tidak terangkut ke TPH 1 0 0 0 0 0
3. Brondolan di bunga matahari 18 0 13 7 0 43
4. Brondolan di piringan 19 22 38 14 8 29
5. Brondolan di ketiak pelepah 21 17 31 37 18 53
6. Brondolan di pasar rintis 3 6 4 5 2 5
7. Brondolan di gawangan 0 0 18 0 11 0
8. Brondolan di potongan tangkai 5 0 0 13 0 7
Rasio brondolan tinggal/tanaman 3.05 2.25 5.20 3.15 1.95 6.50
Janjang tinggal 5.00 0.00 0.00 10.00 5.00 0.00
Sumber : Pengamatan Lapang, 2008
Keterangan : Pada Rotasi Panen Terlambat

Tabel 18. Pengamatan Losses Produksi Akibat Resiko Pemanenan


Divisi 1 Kemandoran III, Pantai Bunati Estate

Pemanen
Uraian
1 2 3 4 5 6
1.Buah masak tidak dipotong 0 0 0 0 1 0
2.Buah dipenen tidak terangkut ke TPH 0 0 0 0 0 0
3.Brondolan di bunga matahari 0 4 10 26 48 19
4.Brondolan di piringan 6 21 32 4 9 16
5.Brondolan di ketiak pelepah 3 5 9 3 22 9
6.Brondolan di pasar rintis 1 0 0 0 0 1
7.Brondolan di gawangan 1 0 7 0 0 0
8.Brondolan di potongan tangkai 0 0 0 0 0 0
Rasio brondolan tinggal/tanaman 0.55 1.50 2.90 1.65 3.95 2.20
Janjang tinggal 0.00 0.00 0.00 0.00 5.00 0.00
Sumber : Pengamatan Lapang, 2008
Keterangan : Pada Rotasi Panen Normal

Pemotongan tandan yang kurang baik juga akan mengakibatkan bunga


matahari sehingga brondolan yang tertinggal di bunga matahari tersebut tidak
dapat diambil oleh pembrondol. Brondolan tinggal yang tidak terkutip pada bunga
matahari akan mengakibatkan dampak buruk dikemudian hari antara lain akan
menimbulkan gulma kentosan dan brondolan busuk akan mengundang berbagai
macam penyakit. Brondolan tinggal pada bunga matahari dapat dilihat pada
Gambar 13.
Gambar 13. Bunga Matahari

Faktor penyebab banyaknya buah tinggal adalah kondisi tanaman yang


mulai tinggi sehingga pemanen kesulitan dalam memanen, selain itu kerena areal
topografi yang naik turun sehingga pemanen memiliki kecenderungan untuk
malas membawa buah keluar. Rotasi panen yang panjang juga berpengaruh
terhadap banyaknya buah tinggal, hal ini dikarenakan pemanen memiliki
kecanderungan tidak memanen buah yang sudah masak untuk menyelesaikan
hancanya. Brondolan tinggal akan tumbuh menjadi tunas/kentosan yang pada
akhirnya akan menjadi gulma pada tanaman kelapa sawit.
Kerugian yang dialami perusahaan untuk brondolan tinggal pada batas
toleransi yang di berikan kebun dapat dilihat pada contoh perhitungan :

Jika diketahui :

Luas 987 ha Rotasi 1 thn 48 kali


Kerapatan panen 50 % Ekstraksi 25 %
Populasi/ha 136 tanaman Bobot/brondolan = 13 g
Brondolan tinggal/tanaman : 2 Harga = Rp. 3 000/kg minyak

Kerugian
v Jumlah tanaman 1 ha = luas x populasi/ha = 133 960 tanaman
v Jumlah yang di panen = kerapatan x jml tanaman = 66 980 tanaman
v Brondolan tinggal = 2 x pk panen = 133 960 brondol
v Brondol tinggal/thn = jml brondol x rotasi = 6 430 080 brd/th
v Bobot brondol tinggal = brondol/thn x 13 g = 83 591 040 g
v Setelah di ekstraksi = 20 897 760 kg/thn
Maka losses = 20 897.760 x Rp. 3 000 = Rp 62 693 280 /tahun

Kebutuhan Tenaga Kerja Panen


Kebutuhan tenaga kerja pemanen kebun dihitung berdasarkan luas areal
yang akan dipanen dan kapasitas rata-rata karyawan. Oleh karena itu sebelumnya
harus di ketahui tetapkan seksi panen, luas hanca pemanen dan luas hanca
mandoran.
Penetapan seksi panen. Luas areal yang akan di panen atau seksi panen
merupakan pengelompokan blok - blok areal TM dengan fungsi utama sebagai
kerangka kerja yang harus diselesaikan dalam satu hari panen. Seksi panen
disusun dengan tujuan (1) agar satu seksi dapat dipanen/dikerjakan dalam satu
hari, (2) mempermudah pindah hanca dari satu blok ke blok lain, (3)
mempermudah kontrol Asisten, Mandor 1, dan Mandor Panen, (4) transport TBS
lebih efisien, dan (5) output pemanen lebih tinggi. Jumlah rotasi panen/tahun dan
rotasi panen normal di Pantai Bunati Estate adalah 36 - 48 rotasi/tahun dengan
interval panen normal 7 - 9 hari, sehingga jumlah seksi perdivisinya ada 6.
Proses penetapan seksi panen dengan mempertimbangkan luas areal TM
unit kebun dan Divisi, luas areal blok TM, potensi produksi (ton/ha) per blok.
Jumlah dan sebaran tanaman produktif, kondisi topografi, posisi blok terhadap
blok lain, keselarasan flow seksi harian dalam dan antar divisi, jam kerja dalam
satu minggu sesuai ketentuan pemerintah, luas areal per seksi dan potensi
produksi (ton/ha) per seksi.

Contoh perhitungan :
Divisi I Pantai Bunati Estate dengan luas area TM 987 ha, dengan estimasi
produksi 20.0 ton/ha/thn, maka untuk pembagian areal tersebut dalam enam seksi
dapat dihitung sebagai berikut :
Penetapan luas area produksi per seksi per rotasi panen (ha/seksi/rotasi)

v Luas rata-rata per seksi : = 164.5 ha

v Luas rata-rata per 5 jam kerja : x 164.5 = 117.5 ha

164.5 117.5
v Koefisien penambah luas area : = 7.83 ha
6
v Luas rata-rata seksi panen hari biasa : 164.5+7.83 =172.33 ha
v Luas rata-rata seksi panen hari jumat : 117.5+ 7.83 =125.33 ha
Penetapan rencana produksi per seksi per rotasi panen (Ton/ha/seksi/rotasi)
20.0 ton/ha
v Produksi rata-rata per rotasi panen : 48 Rotasi/thn = 0.42 TonTBS/ha/rotasi
v Estimasi produksi rata-rata per seksi panen :
Hari biasa (7 jam kerja) :0.42 tonTBS/ha x 172.33 ha = 72.39 Ton
Hari biasa (5 jam kerja) :0.42 tonTBS/ha x 125.33ha = 52.64 Ton
(atau 72 % dari hari biasa).

Luas seksi panen Divisi 1 Pantai Bunati Estate dapat dilihat pada
Tabel 19.

Tabel 19. Luas Seksi Panen Divisi 1 Pantai Bunati Estate

Seksi panen Luas (ha)


A 184
B 164
C 180
D 179
E 140
F 142

Luas seksi panen di Divisi 1 Pantai Bunati Estate sudah sesuai dengan
perencanaan yang dilakukan dengan rata - rata luas seksi panen pada hari biasa
adalah 172.33 ha dan pada hari jumat 125.33 ha.
Penetapan luas hanca pemanen dengan terlebih dahulu menentukan
jumlah tenaga kerja pemanen (cutter) dengan pertimbangan :
ü Estimasi produksi (ton/ha) per seksi panen, per rotasi
ü Out-put pemanen (kg/hk) yang diinginkan
ü Hectar coverage (ha/hk) optimum yang dapat diselesaikan oleh pemanen
ü Homogenitas tanaman
ü Kondisi topografi
Penetapan tenaga kerja panen di Pantai Bunati Estate yang menggunakan
sistem BHS by DoL-2 adalah dengan menggunakan perbandingan 1:1 untuk
jumlah tenaga kerja pengutip brondol (picker) dan jumlah tenaga kerja pemanen
(cutter). Hal ini dimaksudkan agar pasangan antara cutter dan picker dapat lebih
sinergi dalam menyelesaikan hanca kerja, namun hal ini tidak berlaku mutlak.
Penetapan luas hanca mandoran, berfungsi sebagai kerangka kerja tetap
untuk mempertajam (fokus) proses supervisi sehingga diharapkan timbulnya
tanggungjawab atas mutu hanca dan siklus buah jangka panjang, membangun
budaya kompetisi yang sehat antar Mandor, rasio tenaga Mandor dan pekerja
lebih efisien. Perhitungan kebutuhan Mandor Panen di Pantai Bunati Estate
dilakukan dengan membagi total tenaga panen. Rasio ideal pekerja dan Mandor
adalah 1:20 tenaga kerja sedang untuk kebutuhan kerani panen adalah sesuai
dengan Mandor Panen yaitu 1:1.

Sistem Panen
Dalam pengelolaan panen menekan losses seminimal mungkin adalah
mutlak harus dilakukan tanpa harus melihat faktor topografi lahan, kondisi areal
tanaman, ketersediaan tenaga kerja dan infrastruktur yang ada. Untuk mencapai
sasaran kegiatan panen yang optimum dan mengantisipasi kendala yang sering
terjadi, maka diperlukan sebuah sistem organisasi yang efektif dan efisien.
Sistem yang digunakan dalam Pantai Bunati Estate adalah sistem Block
Harvesting Sistem atau BHS. Sistem ini kegiatan panen setiap hari kerjanya
terkonsentrasi pada satu seksi panen tetap berdasarkan interval yang telah
ditentukan. Sistem BHS ini diperkuat dengan sistem pelaksanaan panen dengan
hanca giring tetap. Sistem pelaksanaan panen sendiri terdiri dari tiga macam yaitu
hanca tetap, hanca giring dan hanca giring tetap. Hanca tetap adalah setiap
pemanen diberikan hanca panen sama dengan luasan tertentu. Hanca ini memiliki
kelebihan yaitu areal mudah dikontrol dan lebih bersih, kerugiannya buah
terhambat keluar ke TPH. Hanca giring adalah setiap pemanen diberikan hanca
perbaris tanaman dan digiring bersama - sama. Kelebihan hanca ini adalah tandan
akan cepat sampai di TPH tetapi akan lebih sulit dikontrol dan kemungkinan
tandan/brondolan tertinggal dan pelepah tidak ditunas lebih banyak. Hanca giring
tetap adalah pemanen diberikan hanca per baris tanaman dan digiring bersama -
sama pada hanca yang sama pada rotasi berikutnya.
Pantai Bunati Estate menggunakan sistem panen hanca giring tetap,
dengan sistem ini diharapkan buah cepat keluar sehingga mempercepat proses
pengangkutan, dan dapat meminimalkan kehilangan hasil produksi akibat buah
tinggal. Adapun kelebihan hanca giring tetap ini adalah :
- Mudah dalam pembagian hanca harian
- Mudah dalam pengawasan pekerjaan
- Pencatatan hasil pekerjaan dan pencatatan pekerja yang melakukan
kesalahan dapat dengan mudah dilakukan
- Mandor aktif melakukan pengawasan dan senantiasa terdidik untuk
berpikir
- Distribusi buah cukup teratur karena umumnya dimulai pada seksi yang
sama
Sedangkan kekurangan dari sistem hanca ini adalah :
- Sulit mengganti pemanen yang tidak masuk kerja
- Tanggung jawab pemanen terhadap hanca masih relatif kecil
- Kontrol harus ketat
- Dalam transportasi, mobilitas kendaraan tinggi
Untuk mengatasi kekurangan tersebut Pantai Bunati Estate membentuk
Kelompok Kecil Pemanen (KKP) dengan anggota 3 - 4 orang. KKP ini bertujuan
apabila terdapat salah satu pemanen yang tidak masuk dalam kelompok tersebut,
maka anggota kelompok tersebut yang mempunyai kewajiban untuk
menyelesaikan hanca anggota yang tidak masuk. Dalam satu kemandoran di
Divisi 1 Pantai Bunati Estate terdapat 3 - 4 KKP. Apabila dalam satu kemandoran
tersebut banyak pemanen yang tidak masuk maka sistem panen hanca giring tetap
akan diubah menjadi hanca giring karena penambahan dan pergeseran hanca pada
pemanen dengan komando dari Mandor Panen.

Sistem Pengawasan Panen


Sistem pengawasan panen merupakan salah satu faktor penting yang dapat
menekan kehilangan hasil produksi dalam pemanenan. Menurut Lubis (1992)
panen yang baik adalah :
- Tidak ada buah mentah
- Tidak ada buah matang yang tinggal di piringan tanaman
- Tidak ada buah yang tertinggal di pasar panen
- Tandan dan brondolan harus bersih
- Janjang kosong tidak ada yang dibawa ke pabrik
- Gagang tandan dipotong mepet berbentuk
- Pelepah cabang dipotong tiga dan diletakkan di gawangan mati dan
ditelungkupkan
- Potong cabang daun mepet ke batang berupa tapak kuda membuat sudut
15 - 30 derajat ke arah dalam
Untuk mengetahui besar kehilangan hasil dalam kegiatan panen, Pantai
Bunati Estate melakukan pemeriksaan mutu buah yang dilakukan oleh Dept.
Quality Assurance (QA), Asisten Divisi, Mandor 1, Mandor Panen dan Kerani
Panen. Pemeriksaan ini bertujuan sebagai kontrol terhadap mutu panen (FFB
Quality) dari setiap kebun pemasok Tandan Buah Segar ke PKS, sebagai dasar
pemotongan atas pembayaran terhadap pihak luar yang mengirim TBS ke PKS.
Objek pemeriksaan meliputi mutu buah di PKS/grading, mutu buah di lapang,
mutu hanca/losses lapangan. Tim pemeriksa dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Mutu buah di PKS, dilakukan oleh
- Staf QA (1 orang)
- Mandor (1 orang)
- Karyawan (8-10 orang)

2. Mutu buah dan hanca (losses) di lapangan, dilakukan oleh


- Staf QA yang ditunjuk
- Mandor 1 dan atau Asisten sebagai pendamping
Sistem pengawasan yang ada di Pantai Bunati Estate sudah cukup baik
yaitu Mandor wajib memeriksa hasil kerja pemanen minimal satu orang per hari
dan mencatatnya dalam seksi panen. Denda yang ditetapkan dapat dilihat pada
Tabel 20.

Tabel 20. Denda yang Ditetapkan di Pantai Bunati Estate

Kesalahan Panen Besar Denda (Rp) Keterangan


• Brondolan tidak dikutip 1 000/piringan 1. Mandor panen tidak
• Buah tinggal di tanaman 2 500/janjang melakukan pemeriksaan,
(tidak dipanen) premi harian di potong 50 %
• Buah tinggal di piringan 3 000/janjang 2. Mandor 1 tidak melakukan
(tidak diangkut ke TPH) pemeriksaan, premi harian di
• Buah peram di gawangan 3 000/janjang potong 50 %
• Pelepah sengkleh 250/pelepah 3. Kerani buah hasil grading di
• Pelepah tidak disusun rapi 250/pelepah PKS (bulanan), premi
• Buah matahari 250/janjang dipotong 50 %
500/janjang 4. Mandor transport restan diatas
• Buah mentah
500/janjang dua hari, premi di potong Rp
• Gagang panjang
3 000/TPH 500/ton
• Brondolan di TPH
Sumber : Kantor Besar Pantai Bunati Estate

Pengelolaan Pengangkutan
Transportasi TBS ke PKS merupakan kegiatan penting dalam usaha
perkebunan kelapa sawit, keterlambatan (restan) pengangkutan TBS ke PKS akan
mempengaruhi proses pengolahan, kapasitas olah, dan mutu produk akhir. Kadar
ALB akan semakin meningkat seiring lamanya buah menginap, sedangkan kadar
minyak akan semakin turun (Lubis, 1992) oleh sebab itu sebaiknya buah segera
dikirim ke PKS pada hari itu juga. Pengangkutan TBS ke TPH harus dilakukan
secara hati - hati karena pengangkutan TBS ke TPH dapat meningkatkan ALB
akibat guncangan dan penggoresan saat menaikkan dan menurunkan buah.

Pelaksanaan transportasi TBS dapat dilakukan oleh :


1. Pihak kebun sendiri yang dikoordinir oleh traksi
Kebun menyediakan alat transportasi sendiri untuk pengangkutan TBS.
Biasanya ditangani traksi dalam penyediaan kendaran dan perawatannya.
2. Pihak kontraktor dengan sistem sewa kendaraan atau pembayaran
berdasarkan tonase
Pihak kebun bekerjasama dengan kontraktor untuk mengangkut TBS,
sehingga pengangkutan TBS menjadi tugas kontraktor sedangkan pihak
kebun tetap mengawasi kedisiplinannya.
3. Pihak kebun dan kontraktor (gabungan)
Dengan menambah alat angkut dari luar saat produksi TBS tinggi sedang
alat angkut kebun tidak mencukupi. Alat angkut dari luar ini berasal dari
kontraktor yaitu dengan menyewa kendaraan (biasanya sistem pembayaran
didasarkan pada tonase).
Di Pantai Bunati Estate armada yang digunakan untuk pengangkutan TBS
ke PKS Divisi 1 menggunakan 2 buah Hino dan 1 buah PS dan apabila produksi
sedang mengalami peningkatan maka ditambah dengan menggunakan armada dari
kontraktor (menyewa). Traktor jenis Landini juga digunakan sebagai pengangkut
TBS apabila areal TPH sulit dijangkau oleh truk. Kapasitas muatan TBS yang
dapat diangkut oleh traktor Landini adalah 5 ton, truk PS 7.5 ton, dan Hino 12 ton.
Losses pengangkutan di Pantai Bunati Estate dapat dilihat pada Tabel 21

Tabel 21. Pengamatan Losses Pengangkutan di Pantai Bunati Estate,


PT Sajang Heulang

Jenis Waktu Jml Jml Jml Brondolan Brondol Keterangan


truk memuat TPH janjang brondolan tidak tinggal/TPH
(menit) di TPH terangkut (butir)
(kg) (butir)
PS 130 30 549 877 216 7.20 Buah Normal
122 30 557 916 397 13.22 Buah Normal
PS 148 18 551 1 702 751 41.70 Buah Restan
157 21 558 1 593 694 33.04 Buah Restan
Hino 139 34 701 1 323 348 10.23 Buah Normal
145 32 752 1 264 324 10.12 Buah Normal
Hino 172 28 658 1 739 480 17.14 Buah Restan
169 42 767 1 407 663 15.78 Buah Restan
Sumber : Pengamatan Lapang, 2008

Dari data pada Tabel 21 dapat dilihat bahwa pengangkutan buah restan
memiliki angka kehilangan hasil/losses brondolan yang lebih besar dari
pengangkutan buah normal. Hal ini dikarenakan buah restan mudah mengalami
kerontokan sehingga brondolan tinggal pun semakin besar.
Faktor penyebab losses pengangkutan antara lain karena sulitnya areal
(jalan yang rusak/licin), terdapat parit yang dalam sehingga untuk memuat buah
ke truk haris melewati titi panen, buah tidak dijaring sehingga dalam perjalanan
terdapat buah yang rontok, waktu muat pada malam hari sehingga menyebabkan
banyak brondolan tinggal, TPH yang tidak bersih (masih terdapat gulma), pada
saat hari hujan TPH tergenangi air hujan. Untuk mengantisipasi banyaknya buah
yang tertinggal pada saat pengangkutan, kebun melakukan penyisiran yang
dilakukan oleh satu orang pembrondol untuk menyisir brondolan tinggal akibat
pengangkutan baik di TPH maupun di jalan kebun.
Lamanya proses pengangkutan buah disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain rotasi panen sangat menentukan lamanya proses pengangkutan buah,
hal ini dikarenakan banyaknya brondolan sehingga waktu muatnya menjadi lebih
lama juga terdapat kecenderungan pemuat untuk membersihkan brondolan yang
tercecer. Selain itu apabila terdapat buah restan maka waktu penyusunan buah
dalam truk juga menjadi lebih lama, karena buah harus disusun hati-hati agar tidak
gampang jatuh di perjalanan (buah sangat rentan rontok). Gambar antrian
kendaraan di PKS dapat di lihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Antrian Kendaraan di PKS


Restan merupakan salah satu faktor dari losses produksi. Hal ini
dikarenakan kadar ALB dari TBS yang telah di panen akan mengalami
peningkatan sehingga kualitas hasil produksi minyak sawit juga akan menurun.
Terdapat tiga macam restan, (1) Restan gantung, yaitu apabila TBS telah di panen
dan telah diangkut ke unit kebun tetapi belum dikirim ke pabrik. Hal ini
dikarenakan pengangkutan malam hari sehingga unit angkut tidak mengirim
langsung ke pabrik, (2) Restan kebun yaitu apabila TBS yang telah dipanen pada
hari itu belum terangkut dan di bawa ke pabrik pada hari itu juga tetapi masih di
TPH/buah menginap, hal ini biasanya terjadi pada saat produksi TBS tinggi
dikarenakan oleh unit angkut tidak mencukupi untuk melakukan kegiatan
pengangkutan seluruh TBS dan PKS mengalami antrian panjang, (3) Restan
Pabrik yaitu apabila TBS telah terangkut dari kebun tetapi pada saat di PKS
mengalami antrian panjang sehingga tidak dapat langsung diproduksi pada hari itu
juga.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Panen merupakan pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit karena
merupakan sumber pendapatan perusahaan, oleh karena itu perlu adanya
pengelolaan yang baik dalam pelaksanaannya. Pemaksimalan produksi dapat
dicapai dengan menekan kehilangan produksi atau losses sampai sekecil-
kecilnya. Sumber - sumber kehilangan produksi di Pantai Bunati Estate antara lain
buah mentah, buah masak tinggal di tanaman, brondolan tidak di kutip, buah atau
brondolan dicuri dan administrasi yang tidak akurat. Sumber utama penyebab
angka losses/kehilangan hasil tinggi di Pantai Bunati Estate adalah terlambatnya
rotasi panen.
Rasio brondolan tinggal tertinggi terdapat pada ketiak pelepah dan
piringan, sedangkan losses terbesar juga disebabkan oleh buah mentah yang di
panen, buah/tandan tinggal, dan buah restan.
Ada tiga komponen utama yang sangat menentukan keberhasilan
pencapaian produksi di perkebunan kelapa sawit, yaitu pihak afdeling atau
divisi/kebun, pihak pengangkutan TBS/transport TBS, dan Pabrik Kelapa Sawit
(PKS)

Saran
Pengelolaan panen perlu lebih ditingkatkan terutama terkait dengan
penekanan losses produksi di lapang dengan cara pengawasan panen yang lebih
ditingkatkan untuk mengantisipasi pelanggaran yang terjadi. Perlu adanya
tindakan yang lebih tegas terhadap pelanggaran dengan pemberian sangsi denda
baik kepada pemanen itu sendiri maupun kepada Mandor Panen dan Mandor 1.
Penerapan sistem panen dengan menggunakan sistem by DoL-2 perlu lebih
cermat, karena sistem ini sangat baik dan lebih dapat meminimalkan jumlah
brondolan tinggal di lapangan, selain itu pemanen juga lebih terkonsentrasi dalam
menjalankan kegiatan pemanenan dan mempercepat keluarnya buah.
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan. 2006. Statistik Perkebunan


Indonesia Kelapa Sawit. Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan.
Departemen Pertanian. Jakarta. 57 Hal.

Fauzi, Y, Y.E. Widyastuti, Iman S., dan R. Hartono. 2006. Kelapa sawit:
Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran.
Penebar Swadaya, Jakarta.

Hardon, J.J. 1976. Oil Palm Breeding Introduction. In Oil Palm Research Edited
R H V. Corley; J.J Hardon and B.J.Wood. Elsivier scientific Publishing
Company: 89-108.

Kountur, R. 2004. Manajemen Resiko Operasional: Memahami Cara Mengelola


Resiko Operasional Perusahaan. RPM. Jakarta. 123 hal.

Lubis, A. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat


Penelitian Perkebunan Marihat. Sumatera Utara. 453 hal.

Mangoensoekarjo, S dan H. Semangun. 2007. Manajemen Agribisnis Kelapa


Sawit. Gajdah Mada University Press. Yokyakarta. 605 hal.

Mulyana, M. 2005. Manajemen Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis


Jacq.) dan Aspek Peramalan Produksi di Kebun Kawan Batu PT. Teguh
Sempurna Minamas Plantation Kalimantan Tengah. Skripsi. Progran Studi
Agronomi, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Naibaho, P.M., H.S. Arifin, dan Djamin. 1992. Peranan Premi dan Kriteria
Matang Panen terhadap Peningkatan Efisiensi Pemanenan Tandan Buah
Segar. Buletin Perkebunan 23(3):135-152.

Pahan, I. 2006. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir.
Penebar Swadaya, Jakarta. 411 hal.

Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian
Kelapa Sawit. 153 Hal.

Rahman, D. 2007. Pengelolaan resiko Panen dan Pengangkutan Tandan Buah


Segar Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Muara Tawas Estate PT.
Djuanda Sawit Lestari, Sinarmas Group Musi Rawas Sumatra Selatan.
Skripsi. Progran Studi Agronomi, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Setyamidjaja, S. 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yokyakarta. 62 hal.

Yahya, S. 1990. Budidaya Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Jurusan


Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 52
hal.
LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL)

Prestasi
No Tanggal Uraian Kegiatan Status Lokasi
Penulis Karyawan Standar
1 11-Feb-08 Leaf Sampling Unit PHL 15 ha 15 ha 15 ha O25
2 12-Feb-08 Leaf Sampling Unit PHL 15 ha 15 ha 15 ha P21
3 13-Feb-08 Leaf Sampling Unit PHL 10 ha 15 ha 15 ha P22
4 14-Feb-08 Leaf Sampling Unit PHL 10 ha 15 ha 15 ha P25
5 15-Feb-08 Pembuatan Markah Blok PHL - - - -
6 16-Feb-08 Pembuatan Markah Blok PHL - - - -
7 18-Feb-08 Until Pupuk PHL 1 ton 1.5 ton/hk 1.5 ton/hk -
8 19-Feb-08 Ecer Pupuk PHL 0.6 ton 5 ton/hk 5 ton/hk Q31
9 20-Feb-08 Until Pupuk PHL 1 ton 1.5 ton/hk 1.5 ton/hk -
10 21-Feb-08 Ecer Pupuk PHL 0.7 ton 5 ton/hk 5 ton/hk O21 - 22
11 22-Feb-08 Until Pupuk PHL 1 ton 1.5 ton/hk 1.5 ton/hk -
12 23-Feb-08 Aplikasi JJK PHL 1.2 ton 2.5 ton/hk 2.5 ton/hk L5
13 25-Feb-08 Pemupukan RP PHL 250 kg 450 kg/hk 450 kg/hk O9 - 11
14 26-Feb-08 Pemupukan RP PHL 250 kg 450 kg/hk 450 kg/hk L1-2
15 27-Feb-08 Pemupukan Urea PHL 250 kg 450 kg/hk 450 kg/hk O27 - 28
16 28-Feb-08 Pemupukan Urea PHL 250 kg 450 kg/hk 450 kg/hk O17 - 19
17 29-Feb-08 Pemupukan Urea PHL 250 kg 450 kg/hk 450 kg/hk N29 - 30
18 01-Mar-08 Pemupukan Urea PHL 250 kg 450 kg/hk 450 kg/hk N25 28
19 03-Mar-08 Penyemprotan Piringan PHL 5 ha 6.3 ha/hk 6.3 ha/hk K4 - 5
20 04-Mar-08 Penyemprotan Piringan PHL 5 ha 6.3 ha/hk 6.3 ha/hk K2 - 3
21 05-Mar-08 Penyemprotan Piringan PHL 6 ha 6.3 ha/hk 6.3 ha/hk K01
22 06-Mar-08 Penyemprotan Piringan PHL 6.3 ha 6.3 ha/hk 6.3 ha/hk K01,L1-2
Tabel Lampiran 1. (Lanjutan)

Prestasi
No Tanggal Uraian Kegiatan Status Lokasi
Penulis Karyawan Standar
23 08-Mar-08 Penyemprotan Gawangan PHL 1.2 ha 1.2 ha/hk 1.2 ha/hk O48
24 10-Mar-08 Penyemprotan Gawangan PHL 1.2 ha 1.2 ha/hk 1.2 ha/hk O46 - 47
25 11-Mar-08 Penyemprotan Gawangan PHL 1.2 ha 1.2 ha/hk 1.2 ha/hk Q27 - 28
26 12-Mar-08 Pencatatan Buah Pend. Krani 98 ha - - Q20 -23
27 13-Mar-08 Pencatatan Buah Pend. Krani 52 ha - - P19 - 20
28 14-Mar-08 Pencatatan Buah Pend. Krani 44 ha - - O18 - 21
29 15-Mar-08 Pencatatan Buah Pend. Krani 90 ha - - N21 - 23
30 17-Mar-08 Pencatatan Buah Pend. Krani 60 ha - - N25 - 26
31 18-Mar-08 Aplikasi JJK PHL 1.5 ton 2.5 ton/hk 2.5 ton/hk N25 - 26
32 19-Mar-08 Pencatatan Buah Pend. Krani 60 ha - - O25 - 26
33 20-Mar-08 Pencatatan Buah Pend. Krani 90 ha - - O22 - 24
34 21-Mar-08 Pengamatan Brondolan Mahasiswa - - - P21
35 22-Mar-08 Penyemprotan Piringan PHL 6.3 ha/Hk 6.3 ha/hk 6.3 ha/hk P21
36 23-Mar-08 Dongkel Anak Kayu PHL 0.4 ha 1 ha/ hk 1 ha/ hk P21
37 24-Mar-08 Dongkel Anak Kayu PHL 0.5 ha 1 ha/ hk 1 ha/ hk P24 - 25
38 25-Mar-08 Dongkel Anak Kayu PHL 0.4 ha 1 ha/ hk 1 ha/ hk O25
39 26-Mar-08 Dongkel Anak Kayu PHL 0.6 ha 1.2 ha/hk 1.2 ha/hk O24
40 27-Mar-08 Penyemprotan Gawangan PHL 1.2 ha/HK - - N9 - 10
41 28-Mar-08 Pembuatan Nomor TPH PHL 40 ha - - O19,P19
42 29-Mar-08 Pembuatan Nomor TPH PHL 53 ha - - P19 - 21
43 31-Mar-08 Pengamatan Brondolan Mahasiswa - - - P21
44 01-Apr-08 Penomoran TPH PHL - - - R23,24,25
Tabel Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor

Prestasi kerja penulis


Jumlah PHL Luas areal yang Lama kegiatan
No Tanggal Uraian Keterangan
yang diawasi diawasi
(orang) (ha) (jam)
1 02-Apr-08 Monitoring panen 12 43 ha 7 O17,18,19
2 03-Apr-08 Pengecekan mutu hancak buah 34 88 ha 7 P21,22,23
3 04-Apr-08 Pengecekan mutu hancak buah 30 89 ha 5 Q24,25,26
4 05-Apr-08 Pengecekan mutu hancak buah 31 73 ha 7 Q20,21,22
5 07-Apr-08 Taksasi panen - 10 ha 4 N20,21
6 08-Apr-08 Monitoring panen 14 31 ha 7 N19,20
7 09-Apr-08 Pengecekan mutu hancak buah 33 56 ha 7 N20,21
8 10-Apr-08 Monitoring panen 13 58 ha 3 N28,29
9 11-Apr-08 Pengecekan mutu hancak buah 36 26 ha 4 Q18,19,20
10 12-Apr-08 Pengecekan mutu hancak buah 32 88 ha 7 P21,22,23
11 14-Apr-08 Pengecekan mutu hancak buah 34 91 ha 6 P24,25,26
12 15-Apr-08 Monitoring semprot gawangan 14 40 ha 6 N34,32
13 16-Apr-08 Monitoring semprot gawangan 13 29 ha 5 N31
14 17-Apr-08 Monitoring semprot gawangan 14 29 ha 6 N31
15 18-Apr-08 Monitoring semprot gawangan 14 31 ha 5 N30
16 19-Apr-08 Monitoring semprot gawangan 15 31 ha 6 N30
17 21-Apr-08 Monitoring semprot gawangan 15 30 ha 6 N29
18 22-Apr-08 Kunjungan ke PKS BKB - - - -
19 23-Apr-08 Monitoring semprot gawangan 14 28 ha 6 N28
20 24-Apr-08 Administrasi Divisi I - - 5 -
Tabel Lampiran 2. (Lanjutan)

Prestasi kerja penulis


Jumlah PHL Luas areal yang Lama kegiatan
No Tanggal Uraian Keterangan
yang diawasi diawasi
(orang) (ha) (jam)
21 25-Apr-08 Administrasi Divisi I - - 4 -
22 26-Apr-08 Administrasi Divisi I - - 6 -
23 28-Apr-08 Administrasi Divisi I - - 5 -
24 29-Apr-08 Monitoring aplikasi JJK 3 30 ha 4 N26
25 30-Apr-08 Pendampingan mandor TP2B 7 30 m / hk 4 N25,26
26 01-Mei-08 Administrasi Divisi I - - - -
27 02-Mei-08 Pendampingan mandor panen 13 30 ha 5 P 21, 22
28 05-Mei-08 Pengamatan lapang - - - -
29 06-Mei-08 Pendampingan mandor panen 12 31 ha 6 P 24,25
31 07-Mei-08 Pendampingan mandor panen 13 30 ha 6 P 26, Q26,25
32 08-Mei-08 Pendampingan mandor panen 13 31 ha 6 Q24, 23, 22
33 09-Mei-08 Administrasi Divisi I - - - -
34 10-Mei-08 Administrasi Divisi I - - - -
Tabel Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten Divisi

Prestasi kerja penulis


Jumlah Mandor Luas areal yang Lama kegiatan
No Tanggal Uraian Keterangan
yang diawasi diawasi
(orang) (ha) (jam)
1 12-Mei-08 Administrasi Divisi I - - 4 -
2 13-Mei-08 Pengecekan mutu hancak buah 1 32 ha 6 Q 20, 21, N 20
3 14-Mei-08 Pengecekan mutu hancak buah 1 34 ha 5 N 21,22,23
4 15-Mei-08 Pemupukan MOP 1 58 6 P25,26
5 16-Mei-08 Pemupukan MOP 1 43 4 P24,23
6 18-Mei-08 Pemupukan MOP 1 50 ha 6 P21,22
7 19-Mei-08 Administrasi kantor besar - - 4 -
8 20-Mei-08 Administrasi kantor besar - - 3 -
9 21-Mei-08 Administrasi kantor besar - - 4 -
10 22-Mei-08 Administrasi kantor besar - - 4 -
11 23-31 Mei 2008 Pembuatan laporan - - - -
12 02-Jun-08 Penyerahan laporan kepada asisten - - - -
13 03-Jun-08 Penyerahan laporan kepada senior asisten - - - -
14 04-Jun-08 Penyerahan laporan kepada Manager kebun - - - -
15 05-Jun-08 Presentasi hasil magang - - - -
16 07 Juni 200 Persiapan dan izin pulang - - - -
Tabel Lampiran 4. Data Curah Hujan dan Hari Hujan di Kebun Pantai Bunati Estate, PT. Sajang Heulang Kalimantan Selatan (2004-2007)

Tahun
Bulan 2004 2005 2006 2007 2008
HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH
Januari 15 234 9 131 15 179 21 270 13 141
Februari 15 111 17 276 15 347 22 342 15 171
Maret 8 87 21 277 19 191 16 213 12 234
April 11 69 14 204 12 293 14 424 17 320
Mei 13 116 18 303 14 300 9 397 - -
Juni 5 96 9 119 17 440 19 687 - -
Juli 14 519 7 252 6 47 17 384 - -
Agustus - - 5 158 3 53 5 165 - -
September 2 15 3 24 2 33 8 115 - -
Oktober 2 80 10 191 - - 9 163 - -
November 10 247 20 357 6 92 6 117 - -
Desember 8 142 17 247 16 277 9 66 - -
Total 103 1,716 150 2,539 125 2,252 155 3,343 57 866
Rata - Rata 9 143 13 212 10 188 13 279 57 866
BK 1 1 2 0
BB 10 11 10 12
Sumber : Kantor Besar Kebun, 2008
Keterangan :
CH : Curah Hujan HH : Hari Hujan BK : Bulan Kering (<60 mm) BB : Bulan Basah (>100 mm)

Q= x 100 % = = 9.30
.
Tabel Lampiran 4. Data Curah Hujan Tahun 1998 – 2008 (lanjutan)
Periode Tahun Curah Hujan (mm) Hari Hujan (hr) Water Defisit (mm)
1998 2 549 136 285
1999 2 226 140 0
2000 2 631 162 0
2001 1 717 119 0
2002 2 185 110 176
2003 1 872 248 409
2004 1 716 103 82
2005 2 244 176 155
2006 2 252 124 -
2007 3 343 155 333
2008 866 57 -
Tabel Lampiran 5. Rekomendasi Pemupukan di Pantai Bunati Estate 2008

Jumlah Apli Urea RP MOP Kieserite Hgf-B


Pohon / kasi Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Div.
Luas Ke Dosis Kg/Blok Dosis Kg/Blok Dosis Kg/Blok Dosis Kg/Blok Dosis Kg/Blok
(Ha) Kg/Phn /Apl. Kg/Phn /Apl. Kg/Phn /Apl. Kg/Phn /Apl. Kg/Phn /Apl.
1 130 753 1 1.25 163 441 0.13 16 490 1.72 225 389 0.18 24 175 0.060 7 895
987 2 1.01 132 380 1.63 212 970
Total Setahun 2.26 295 822 0.13 16 490 3.35 438 359 0.18 24 175 0.060 7 895
2 108 654 1 1.25 135 818 0.10 11 037 1.73 188 512 0.23 24 502 0.9 9 825
803 2 1.02 110 922 1.58 172 185
Total Setahun 2.27 246 740 0.10 11 037 3.32 360 697 0.23 24 502 0.9 9 825
3 95 231 1 1.25 119 039 0.11 10 181 1.73 165 005 0.07 6 833 0.09 8 289
715 2 1.02 97 213 1.61 153 476
Total Setahun 2.27 216 252 0.11 10 181 3.34 318 481 0.07 6 833 0.09 8 289
Pantai Bunati 334 638 1 1.25 418 289 0.11 37 707 1.73 578 906 0.17 55 510 0.08 26 010
2 505 2 1.02 340 516 1.61 538 631
Total Setahun 2.27 758 813 0.11 37 707 3.34 1 117 538 0.17 55 510 0.08 26 010

You might also like