You are on page 1of 82

PENCEGAHAN BAKU

( STANDART PRECAUTION)

KOMITE DALIN
RSUD DR SOETOMO – SURABAYA
UNSUR PENCEGAHAN BAKU
• Cuci tangan
• APP U/mencegah kontak dengan darah, cairan
tubuh, kulit yang tidak utuh, mukosa
• Imunisasi petugas
• Tekhnik aseptik
• Manajemen limbah, linen, lingkungan
• Isolasi px berdasarkan transmisi penyakit
KEWASPADAAN UNIVERSAL

• Melindungi petugas
• Melindungi klien
• Mencegah infeksi nosokomial semua
pasien
I. CUCI TANGAN

A. APA TUJUAN CUCI TANGAN?


B. MENGAPA CUCI TANGAN PENTING?
C. MACAM-MACAM CUCI TANGAN?
D. BAGAIMANA CUCI TANGAN YANG BENAR?
• Sabun biasa/nonantimikrobial :
- pembersih dg basis detergen dlm berbagai bentuk
- digunakan untuk menghilangkan kotoran mekanik &
mikroorganisme kontaminan/flora transien.
-bekerja dg aksi mekanikal & tidak memp. Sifat bakterisidal.

• Cuci tangan :
proses menghilangkan kotoran dan mikroorganisme
1. cuci tangan sosial/biasa :
~dg sabun & air mengalir
~ratakan sabun selama 10-15 detik
~menghilangkan kotoran & mikroorganisme transien
2. cuci tangan prosedural /klinis:
*proses menghilangkan atau mematikan mikroorganisme ransien
*menggunakan antiseptik paling tidak 10-15 detik
*digunakan pada daerah perawatan resiko tinggi, tindakan invasif

3. cuci tangan bedah :


* proses menghilangkan atau mematikan mikroorganisme transien
dan mengurangi flora resident sampai batas tertentu
*menggunakan larutan antiseptik dan dilakukan sesuai prosedur
1. Lepas semua perhiasan termasuk cincin & jam tangan
2. Basahi tangan dg air, gunakan antiseptik sesuai petunjuk
3. Cuci tangan & lengan bawah secara menyeluruh
4.Gunakan sekali lagi antiseptik pada tangan dan seluruh lengan
5.Gunakan scrub untuk kuku secara menyeluruh, jari-jari,
sela-sela jari, pergelangan tangan, bag lengan bawah sampai
siku
6.Bilas tangan dan lengan bawah secara menyeluruh, pastikan
tangan lebih tinggi dari siku, biarkan air menetes mel.siku
7. Keringkan dengan handuk steril.
- dikerjakan di kamar operasi.
Rekomendasi :
Tingkatan (ranking) dari rekomendasi :
Kategori I :
keharusan mutlak (ditunjang dg penelitian klinik yg ter-
kontrol, dipandang berguna o/ para ahli,dpt digunakan
di semua rumah sakit,
menunjukkan efektifitas menurunkan resiko IN)
Kategori II :
sangat dianjurkan (ditunjang dengan penelitian klinik
sangat mungkin & secara teori rasional, praktis diguna-
kan pada beberapa rumah sakit)
Kategori III :
dianjurkan ( ditunjang o/ beberapa investigator,pejabat yg
berwenangsecara teori rasional, indikasi keuntungan adalah
penghematan,digunakan pada beberapa rumah sakit yg
mempunyai problem IN spesifik)
Rekomendasi :
1.Indikasi cuci tangan :
a. petugas harus cuci tangan :

1) SEBELUM melakukan tindakan invasif (kat.I)


2) SEBELUM melakukan perawatan pada Px yg
renta/resiko tinggi. Misal : Px imunosupresif;
Neonatus (kat.I)
3) SEBELUM & SESUDAH merawat luka,baik bedah,
traumatik atau yg terkait dg keadaan infasif (kat.I)
4) SETELAH kontak dg kontaminan mikrobiologi,
terutama kontak dg mukous membran, darah atau
cairan tubuh,sekresi atau ekskresi (kat.I)
5) SETELAH menyentuh sumber yg diperkirakan
terkontaminasi dg mikroorganisme,termasuk
peralatan penampung sekret & urine (kat.I)
6) SETELAH merawat Px infeksi (kat.I)
7) Setiap kontak dengan setiap Px pada daerah resiko
tinggi (kat.I)

b. Secara rutin, aktivitas perawatan Px,


misal : mengukur tekanan darah (kat.II)

c. Kegiatan rutin rumah sakit termasuk kontak tidak


langsung
misal : penyiapan obat Px, makanan (kat.II)
EFEK CUCI TANGAN

Sebelum cuci tangan Sesudah cuci tangan dg sabun


& air mengalir
II. ALAT PELINDUNG DIRI

A. APA FUNGSI APD?


B. MACAM-MACAM APD?
Dekontaminasi,
Disinfeksi & Sterilisasi

Ali Syamlan
RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Country Heritage Resort Hotel , Juli 2009
Tujuan
• Pada akhir sesi peserta diharapkan
dapat mengetahui dan memahami
tentang dekontaminasi, disinfeksi dan
sterilisasi.

21
Pendahuluan
• Dekontaminasi dan pembersihan merupakan dua tindakan
pencegahan yang sangat efektif, untuk meminimalkan resiko
penularan virus kepada petugas pelayanan kesehatan 
khususnya petugas yang menangani secara langsung
• Proses dekontaminasi digunakan untuk menghilangkan
material organik dan untuk mengurangi jumlah m.o
• Metode dekontaminasi bermacam-macam tergantung bahan
/ alat yang akan di-dekontaminasi dan pada zat pencemarnya
• Dalam prakteknya, pemilihan metode tergantung pada jenis
kontaminannya, baik secara fisik, kimia atau mekanik
• Proses dekontaminasi dilakukan sebelum disinfeksi atau
sterilisasi

22
Contoh Dekontaminasi
Bahan Non Steril

Linen Instrument Latex Bahan Lain

Proses Dekontaminasi - Desinfeksi

Pengeringan

Bagan Kontrol Fisik

Arus Persiapan Sterilisasi

Proses Setting linen/instrumen/latex/bahan


Suhu Tinggi
Uap / Panas Kering
Metode/Proses Sterilisasi
Suhu Rendah
Gas/
Uji Mutu Sterilisasi

Penyimpanan & Distribusi 24


Definisi Dekontaminasi
• Proses fisika atau kimia untuk membersihkan
benda-benda yang mungkin terkontaminasi oleh
mikroba yang berbahaya bagi kehidupan,
sehingga aman untuk proses selanjutnya.

• Proses yang membuat benda mati lebih aman


untuk ditangani oleh staf sebelum dibersihkan
dan mengurangi, tetapi tidak menghilangkan
jumlah m.o yang mengontaminasi

25
Definisi
• Disinfeksi Tingkat Tinggi
– Proses menghilangkan semua m.o, kecuali beberapa
endospora bakterial dari objek, dengan merebus,
menguapkan atau memakai disinfektan kimiawi

• Pembersihan
– Proses yang secara fisik membuang semua debu yang
tampak, kotoran, darah, atau cairan tubuh lainnya dari
benda mati atau membuang sejumlah m.o untuk
mengurangi resiko bagi mereka yang menyentuh atau
menangani obyek.
– Proses mencuci dengan sabun / detergen dan air,
membilas dengan air bersih dan mengeringkan

26
Tujuan Dekontaminasi
• Melindungi pekerja yang bersentuhan
langsung dengan alat-alat kesehatan yang
sudah melalui proses dekontaminasi

• Melindungi pekerja dari penyakit yang


disebabkan m.o pada alat-alat kesehatan.

27
Dekontaminasi
1. Menangani, mengumpulkan dan transportasi
benda-benda kotor
2. Pembuangan limbah
3. Mencuci (cleaning)
• Alat yang terkontaminasi di point of use
• Alat yang terkontaminasi di ruang dekontaminasi
4. Bahan pencuci (cleaning agent)
5. Metode merendam / membilas
• Mencuci secara manual
• Mencuci secara mekanis

28
Menangani, mengumpulkan dan
transportasi benda-benda kotor
• Sebaiknya petugas yang menangani, mengumpulkan
dan membawa alat-alat memakai pelindung diri (APD)
• Peralatan dan alat-alat yang sudah terkontaminasi
harus ditangani, dikumpulkan dan dibawa ke ruang
dekontaminasi  mencegah kontaminasi terhadap
pasien, pekerja dan fasilitas lainnya
• Alat-alat yang terkontaminasi dipisahkan secara fisik
dari alat-alat yang bersih
• Alat yang tidak dipakai dan tidak dibuka, dikirim
kembali ke ruang dekontaminasi, untuk disteril ulang
sebelum didistribusikan kembali

29
Menangani, mengumpulkan dan
transportasi benda-benda kotor
• Sebelum membawa peralatan kotor, cairan
yang terkontaminasi dimasukkan dalam
kontainer yang tahan bocor, jika tidak mungkin
dibuang ke spoelhoek
• Peralatan (equipment) yang sudah dipakai,
ditutup dan dibawa dengan trolly tertutup

30
Pembuangan limbah
Limbah atau buangan harus dipisahkan dari
alat-alat pakai ulang di tempat pemakaian
(point of use), diidentifikasi dan dibuang
menurut kebijakan rumah sakit yang mengacu
pada peraturan pemerintah
(KepMenkes, nomor 1204/Menkes/SK/X/2004)

31
Mencuci (cleaning)
• Semua alat-alat pakai ulang harus dicuci
bersih sebelum disinfeksi atau di-sterilisasi

• Menangani alat-alat terkontaminasi :


– Di point of use
– Di ruang dekontaminasi

32
Di Point of Use
• Dilakukan sesegera mungkin  mencegah kotoran
menjadi kering

• Peralatan harus :
– Langsung dibungkus dan dibawa ke ruang dekontaminasi
– Dibersihkan dari kotoran yang besar-besar di tempat
pemakaian, sesuai prosedur yang berlaku dan langsung
dibungkus untuk menghindari cipratan, tumpahan atau
penguapan, sampai di bawa ke ruang dekontaminasi

33
Cleaning......

“ You can clean without sterilizing,


But you can never sterilize without
cleaning ”

34
Tahapan Cleaning
Perendama
Pensortiran Pencucian
n

Pengeringa
Pembilasan
n
Bahan Pencuci (cleaning agent)
• Dapat menghilangkan residu kotoran organik tanpa
merusak alat
• Bahan cuci harus :
– Sesuai dengan bahan bahan, alat dan metode mencuci
yang dipilih
• Ikuti rekomendasi dari produsen alat, mengenai tipe bahan cuci
yang dipakai
• Tentukan banyaknya detergen yang diperlukan, tergantung kadar
garam mineral pada air (garam mineral sedikit  detergent
sedikit)
– Digunakan sesuai petunjuk produsen dan sesuai dengan
bahan / alat.

36
Karakteristik Pembersih /
Detergen
Dapat menghilangkan kotoran organik dan inorganik.
Dapat mencegah pengendapan deposit air.
Pembentukan busa terkendali.
Mudah dibilas.
Bentuk fisik yang sesuai.

37
Metode Merendam / Membilas
• Mencuci bersih
Proses menghilangkan semua partikel yang kelihatan
dan hampir semua partikel yang tidak kelihatan,
menyiapkan permukaan dari semua alat-alat, agar
aman untuk proses disinfeksi dan sterilisasi

• Mencuci dapat dilakukan secara manual atau


mekanikal atau kombinasi keduanya  memastikan
kebersihan, tidak merusak alat dan aman buat
pekerjanya

38
Mencuci Secara Manual
• Beberapa alat / instrument yang lembut atau rumit,
perlu dicuci secara manual setelah direndam
• Alat / instrument harus :
– Dicuci dalam air untuk mencegah penguapan (jika alat
dapat tenggelam / terendam)
– Dicuci menurut aturan produsen (jika alat tidak dapat
tenggelam / terendam)
– Dicuci dengan alat anti gores  untuk mencegah
kerusakan pada alat

39
Mencuci Secara Mekanik
• Menggunakan mesin cuci dapat meningkatkan
produktivitas, lebih bersih dan lebih aman bagi
pekerjanya
• Mesin cuci dapat dipilih, sesuai kebutuhannya
• Pembersih ultrasonic dapat melepaskan semua
kotoran dari seluruh permukaan alat dan instrument.

40
Pencucian Mekanik
Ultrasonic Cleaning
Frekuensi tinggi
Proses kavitasi
Hindari terlalu banyak busa

Washer Sterilizer / Washer Decontaminator


Ada semprotan bertekanan
Pre-rinse, mencuci dengan detergen, pembilasan, steam
Pembilasan akhir (air lunak)

41
Dekontaminasi
Rendam dalam lar. Klorin 0,5 %  10’

Dicuci dan dibilas


Staf pakai APD

Metode Cara yg bisa diterima

Sterilisasi Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)

Kimiawi Otoklaf Panaskan Didihkan / Kimiawi


Rendam 121 oC 170 oC Semprot uap Rendam
10 – 20’ 15 – 20’ 60’ 20’
Tutup
20’

Dinginkan (pakai / simpan)

Sumber : Panduan Pencegahan infeksi, 9-2 42


TIP
Membuat Lar. Klorin 0,5 % dari Konsentrat
Rumus :
% Konsentrat
Jumlah bagian (JB) air = - 1
% Keenceran

Contoh :
– Buat lar klorin 0,5 % dari konsentrat klorin 5 %
JB air = (5 % / 0,5%) – 1
= 10 – 1 = 9
Artinya : 1 bagian konsentrat ditambah 9 bagian air

43
TIP
Membuat Lar. Klorin 0,5 % dari Serbuk
Rumus :
% Keenceran
Gram / Liter = x 1000
% Konsentrat

Contoh :
– Buat lar klorin 0,5 % dari serbuk konsentrat klorin 35 %
Hitung gram / liter air = (0,5 % / 3,5%) x 1000
= 14,2 g /L
Artinya : Tambahkan 14,2 g dalam 1 liter air

44
Dekontaminasi
• Dekontaminasi alat dengan merendam dalam klorin
0,5 % selama 10’ dapat me-non-aktifkan HBV, HCV
dan HIV, serta mengamankan petugas yang
membersihkan alat tersebut
• Klorin didapat dari Sodium hipoklorit  mudah larut
• Bahan lain :
– Etil atau isopropil alkohol 70-90 %
– Bahan fenolik 0,5 – 3 %

Sumber : Panduan Pencegahan infeksi, 10-2 45


Disinfeksi

46
Disinfeksi
• Proses inaktivasi m.o melalui sistem termal
(panas) atau kimia

• Perlakuan untuk mengurangi jumlah m.o,


tetapi biasanya tidak meliputi spora bakteri

Disinfeksi tidak dimaksudkan untuk membunuh atau


menghilangkan semua m.o, tetapi menurunkan jumlah m.o
sampai tingkat tidak membahayakan kesehatan

47
Disinfektan
Senyawa kimia yang dapat merusak /
membunuh m.o vegetatif dan virus sampai
tingkat yang tidak membahayakan kesehatan.

Istilah ini digunakan untuk obyek mati (tidak hidup),


alat-alat, pada kulit, membran tubuh dan
rongga lainnya

48
Disinfeksi Kimia......

 Disinfektan: Zat kimia yang digunakan


untuk disinfeksi material.

 Antiseptik: Zat kimia yang digunakan


untuk disinfeksi jaringan hidup.

49
Disinfektan
Diklasifikasikan  aktivitas germicidal

• Disinfektan tingkat rendah


– Menghancurkan hampir semua bakteri vegetatif (bukan
spora / tubercule bacili), beberapa jamur dan virus lipofilic
• Disinfektan menengah
– Menghancurkan hampir semua bakteri vegetatif (bukan
spora), tubercule bacili, jamur, virus hydrofilic dan lipofilic
• Disinfektan tingkat tinggi
– Menghancurkan semua bakteri vegatif, beberapa spora,
tubercule bacili, virus hydrofilic dan lipofilic

50
Memilih Prosedur
• Tingkat disinfeksi yang diperlukan suatu alat
tergantung pada resiko infeksi, sehubungan
dengan penggunaan alat tersebut

• Memilih metode dekontaminasi didasarkan


pada tingkat daya bunuh (aktivitas germicidal)
yang diperlukan  tinggi, menengah dan
rendah

51
Penggunaan Disinfektan
• Sesuai dengan label dan instruksi produsen
dan pelajari :
– Bagaimana mengaktivasi produk, berapa lama
efektifitasnya dan apakah bisa dipakai ulang
(reusable)
– Sesuaikan dengan rekomendasi produsen alat
yang kan didisinfeksi, alat apa saja yang sesuai
dengan zat tersebut dan dapat diproses dengan
aman
52
Contoh Antiseptik
• Larutan yang berbahan dasar alkohol (tingtur) 
iodin, klorheksidin
• Alkohol (60-90 %) etil, isopropil
• Klorheksidine gluconat (2-4 %)  Hibitane,
Hibiscrub, Hibiclens
• Klorheksidin gluconat + setrimid  Savlon
• Iodine (3 %)  larutan iodine, Tingtur Iodine
• Iodofor (7,5 – 10 %)  Betadine
• Kloroksilenol (0,5 – 3,75 %)  Dettol
53
Sterilisasi
Sterilisasi
Suatu proses pemusnahan semua bentuk
mikroorganisme, baik yang berbentuk
vegetatif maupun yang berbentuk spora.

Mikroorganisme
 kuman, virus, ricketsia dan jamur.

Sterilisasi membunuh semua m.o, termasuk endospora


55
• ABSOLUT
Kondisi / keadaan bebas dari semua
mikroorganisme (termasuk endospora)
Steril

• PRAKTIS
Probabilitas keadaan bebas dari semua
mikroorganisme

56
Steril
• Suatu keadaan yang absolut, dimana
tidak ada tingkat-tingkatan sterilitas.
• Bahan, sediaan dan barang dikatakan
steril, apabila bebas dari semua m.o
• Dibuktikan dengan pengujian

Semua barang yang akan disterilkan, harus


bersih secara fisik, sebelum dilakukan
proses sterilisasi
57
Konsep Sterilisasi
Proses sterilisasi dapat terjadi
dengan cara memaparkan energi
thermal dalam bentuk panas
kering / basah, zat kimia dalam
wujud cair / gas maupun bentuk
radiasi terhadap suatu benda,
dalam waktu & tekanan tertentu.”

58
Pemilihan Metode Sterilisasi

 Bahan yang disterilkan


 Beban kerja yang ada atau volume sterilisasi
 Biaya investasi dan operasional yang dibutuhkan
 Kemasan atau pembungkus steril yang
digunakan, apakah sudah sesuai metode dan
berapakah biayanya ?
 Faktor keamanan dalam penggunaan metode
yang bersangkutan

59
KRITERIA STERILAN IDEAL

• daya bunuh mikrooganisme


• daya penetrasi
• aman / tidak toksik
• indikator
• bisa digunakan untuk semua alat
• proses cepat.

60
Metode Sterilisasi
• Steam Sterilizer (sterilisasi uap)
• Dry Heat Sterilizer (sterilisasi panas kering)
• Gas Sterilizer (Et-O, Formaldehide)
• Radiation Sterilizer
• Plasma Sterilizer
• Filtration Sterilizer.

61
METODE STERILISASI
 Sterilisasi dengan suhu tinggi
 Sterilisasi uap (steam)
 Sterilisasi panas kering (dry heat)

 Sterilisasi dengan suhu rendah


 Ethylene oxide (Et-O)
 Hydrogen peroxide (H2O2)
 Paracetic acid.
 Formaldehide

62
Efektivas Metode Sterilisasi
Bergantung pada faktor :
• Jenis m.o yang ada
• Jumlah m.o yang ada
• Jumlah dan jenis materi organik yang
melindungi m.o tersebut
• Jumlah retakan dan celah pada
peralatan sebagai tempat menempel-
nya m.o

63
STERILISASI UAP
Pemaparan uap jenuh
pada tekanan tertentu selama
waktu dan suhu tertentu pada
suatu objek, sehingga terjadi
pelepasan energi laten uap
yg mengakibatkan pembunuhan
m.o secara ireversibel akibat
denaturasi atau koagulasi
protein sel.

64
STERILISASI UAP
MENGAPA EFEKTIF ?
Paling efektif sebagai ”carier” energi thermal
Semua lapisan pelindungan luar mikroorganisme
dapat
dilunakkan, sehingga dapat terjadi koagulasi.

Catatan :
Apabila ada lapisan lemak atau protein dapat
melindungi mikroorganisme.

M.O terbunuh dengan proses denaturasi


Dan koagulasi protein 65
STERILISASI UAP
“You can clean
Faktor yang mempengaruhi : without sterilizing,
but you can never
• Suhu
sterilize without
• Tekanan
cleaning
• Waktu
• Kejenuhan uap
• Kontak uap dengan objek
• Adanya udara dalam chamber
• Jumlah dan jenis organisme.

66
STERILISASI UAP
Faktor kontak kegagalan mekanis atau
“human error”.

 Pembersihan kurang sempurna


 Packaging dilakukan terlalu rapat
 Isi chamber terlalu padat
 Cara memposisikan alat yang salah
 Kegagalan mekanis lainnya.

67
S
T
E
R
I
L
I
S
A
S
I
U
A
P 68
STERILISASI UAP

KELEBIHAN
 Relatif  murah, aman, efektif
 Mudah diperoleh dan dikendalikan
 Bersifat non toksis
 Mudah dihilangkan (removed ), lewat proses
pengeringan

KEKURANGAN
 Membutuhkan sumber panas
 Peralatan perlu dirawat, agar berfungsi dengan baik
 Membutuhkan suhu, waktu dan tekanan yang ketat
 Tidak dapat digunakan pada bahan –bahan yang tidak
tahan panas (plastik, karet dll)
69
STERILISASI PANAS KERING

Terjadi melalui konduksi panas sampai


suhu sterilisasi tercapai, pembunuhan
mikroorganisme melalui mekanisme
oksidasi  koagulasi protein sel.

70
STERILISASI PANAS KERING
Pada awalnya, panas diabsorbsi oleh
permukaan luar dari sebuah instrument,
kemudian dikirimkan ke lapisan berikutnya.

Akhirnya, keseluruhan obyek mencapai suhu


yang dibutuhkan untuk proses sterilisasi

71
STERILISASI PANAS KERING
Penghantaran panas dapat terjadi melalui :
 konduksi (terjadi pada benda padat)
 konveksi (pada cair dan gas)
 Radiasi (transfer panas tanpa menyebabkan
panas pada ruang antaranya.

72
STERILISASI PANAS KERING

TIPE OVEN KONVEKSI UDARA PANAS

 Oven konveksi gravitasi:


pada saat dipanaskan lapisan atas chamber
berisi udara lebih panas karena densitas
udaranya lebih kecil.

 Oven konveksi mekanis:


adanya blower yang menyebarkan udara
panas yang dihasilkan.

73
STERILISASI PANAS KERING
STANDAR SUHU

180 OC 0,5 Jam

170 OC 1 Jam

160 OC 2 Jam

150 OC 2,5 Jam

140 OC 3 Jam

74
STERILISASI PANAS KERING

PENGGUNAAN :

Untuk sterilisasi minyak, serbuk halus,


sterilisasi syringe, jarum suntik, berbagai
bahan gelas.

75
STERILISASI PANAS KERING
Jenis pengemasan
– Bahan dari gelas (petri dish, tabung, erlenmeyer)
– Wadah stainless steel
– Aluminium foil
– Muslin (apabila chamber tidak melebihi 204 oC).

MEMASUKKAN BARANG :
 usahakan udara panas dapat bersirkulasi
 jangan mengisi chamber berlebihan
 usahakan kemasan tidak menyentuh dinding
chamber.
76
STERILISASI PANAS KERING

KEUNTUNGAN :

 dapat mensterilkan bahan yang tidak dapat


ditembus steam

 tidak memiliki sifat korosif pada logam

 dapat mencapai seluruh permukaan alat dan


tidak perlu bongkar pasang.

77
STERILISASI PANAS KERING

KELEMAHAN :
 tidak dapat digunakan pada bahan–bahan yang
tidak tahan panas
 penetrasi terhadap bahan berjalan sangat lambat
 waktu pemaparan panas lebih lama
 pada suhu lebih tinggi dapat merusak bahan dari
karet.
 Membutuhkan sumber listrik secara kontinyu

78
Sterilisasi Kimia
• Sejumlah Desinfektan Tingkat Tinggi (DTT)
dapat membunuh m.o dengan paparan 10
– 24 jam
• Desinfektan (perendaman) :
– Glutaraldehide 2 – 4 % selama + 10 jam
– Formaldehide 8 % selama + 24 jam
• Contoh penggunaan : laparoskop
• Penggunaan DTT perlu penanganan
khusus, karena meninggalkan residu  perlu
pembilasan dengan air steril

79
Sterilisasi Kimia
• Meskipun lebih dari glutaraldehide,
formaldehide menyebabkan iritasi kulit, mata, saluran
napas dan potensial karsinogen (Rutala, 1996)
• Dalam mempergunakan glutaraldehide dan
formaldehide, gunakan sarung tangan untuk
melindungi kontak langsung, memakai kaca mata
menghindari percikan, membatasi waktu paparan dan
gunakan pada ruangan dengan ventilasi yang baik
(Clark, 1983)
• Karena instrument tidak terbungkus, segera
dipindahkan dan disimpan pada wadah steril dan
tertutup

80
Pustaka
• Depkes RI, Dirjen Pelayanan Medik, Pedoman Pelayanan Pusat Sterilisasi
(CSSD) di Rumah Sakit, Jakarta, 2001
• Fluke Cinda et all, Central Service Technical Manual, 4th ed,
International Association of Healthcare Central Service, 1994
• Nurcahyo Hari, Konsep Dasar Sterilisasi, Pelatihan CSSD,
Depkes RI, Jakarta, 2001
• Ma’at Suprapto, Sterilisasi dan Disinfeksi, Lab / Instalasi Patologi Klinik
Fakultas Kedokteran Unair / RSUD Dr. Soetomo, Surabaya, 2001
• Prihatini, Pelatihan Sterilisasi, Lab / Instalasi Patologi Klinik Fakultas
Kedokteran Unair / RSU Dr. Soetomo, Surabaya, 2005
• Syamlan Ali, Metode Sterilisasi Quality Assurance, Pelatihan Sterilisasi,
Lab / Instalasi Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Unair / RSU Dr.
Soetomo, Surabaya, 2005
• Tietjen dkk (Abdul Bari S, editor), Panduan pencegahan infeksi untuk
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas, Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2004

81

You might also like