You are on page 1of 101

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KEHAMILAN
1. Konsep Dasar
a. Pengertian
Kehamilan adalah hasil dari “kencan” sperma dan sel
telur . dalam prosesnya, perjalanan sperma untuk menemui sel
telur (ovum) betul betul penuh perjuangan. Dari sekitar 20-40
juta sperma yang dikeluarkan hanya sedikit yang survive dan
berhasil mencapai tempat sel telur. Dari jumlah yang sudah
sedikit itu, Cuma 1 sperma saja yang bisa membuahi sel telur
(Mirza. 2008 dalam Walyani. E 2015: 69).
Kehamilan adalah masa dimana seorang wanita
membawa embrio atau fetus didalam tubuhnya. Masa
kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus kira kira
280 hari (40 minggu), dan tidak lebih dari 300 hari (43
minggu) (Kuswanti, 2014 : 209). Kehamilan didefinisikan
sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
Kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu
atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender Internasional.
Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, di mana trimester kesatu
berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu
(minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu
(minggu ke-28 hingga ke-40) . (Saefudin, 2009 : Walyani
2015: 69)
Jadi, kehamilan adalah fertilisasi dari spermatozoa
dan ovum yang dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
Kehamilan berlangsung selama 40 minggu yang terbagi atas 3
trimester, Trimester I (0-12 minggu), trimester II ( minggu ke-
13 sampai ke-27) dan trimester III (minggu ke-28 sampai ke-
40).

b. Diagnosis Kehamilan

Diagnosis klinis kehamilan sebelum periode menstruasi


terlambat 2 bulan sulit dilakukan. Gejala kehamilan
diklarifikasikan menjadi 3, yaitu :
1) Presumsi
Tabel : 1.1 Presumsi Gejala Kehamilan
Tanda Subjektif Tanda Objektif
a) Amenore a) Perubahan fisiologis dan
b) Nausea anatomis
c) Muntah (Morning b) Peninngkatan suhu
Sick) basal
d) Payudara terasa c) Perubahan kulit ( seperti :
penuh dan berpigmen dan stria)
sensitive d) Perubahanpada payudara
e) Sering berkemih e) Pembesaran abdomen
f) Merasa lemas dan f) Perubahan pada rahim dan
letih vagina
g) Berat badan naik
h) Perubahan mood
(Ratnawati A. 2017:28).
2) Kemungkinan Kehamilan
Apabila tanda tersebut digabung, maka dugaan kuat adanya
kehamilan, ditambah lagi dengan kontraksi dan hasil tes
kehamilan. Tanda kemungkinan hamil ini terdiri atas hal hal
berikut ini :
1) Pembesaran perut
Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada
bulan keempat kehamilan (12 minggu)
2) Tanda hegar, yaitu perubahan pada isthmus uteri yang
menyebabkan isthmus uteri menjadi lebih panjang
dan lunak (usia 6 minggu).
3) Tanda goodel, yaitu pelunakan pada leher rahim
akibat peningkatan vaskularisasi (usia 8 minggu).
4) Tanda chadwick, yaitu warna merah tua atau kebiruan
pada vagina akibat peningkatan vaskularisasi (usia 6-
8 minggu).
5) Tanda piscaseck, yaitu pertumbuhan rahim tidak
sama ke semua arah, tetapi terjadi pertumbuhan yang
cepat di daerah implantasi plasenta sehingga bentuk
rahim tidak simetris (4-6 minggu)
6) Kontraksi braxton hicks
Merupakan peregangan sel sel otot uterus,
akibat meningkatnya actomysin didalam otot uterus.
kontraksi ini tidak mempunyai irama tertentu,
saporadis tidak nyeri, biasanya timbul pada
kehamilan 8 minggu.
7) Teraba Ballotement
Ketukan yang mendadak pada uterus
menyebabkan janin bergerak di dalam cairan ketuban
yang dapat dirasakan oleh tangan pemeriksa. Hal ini
harus ada pemeriksaan kehamilan karena perabaaan
bagian sperti bentuk janin saja tidak cukup karena
bisa saja merupakan myoma uteri.
8) Pemeriksaan tes bilogis kehamilan (planotest) positif
Pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi
adanya hormon cjorionicgonadotropin (Hcg).
Hormon ini dapat mulai dideteksi pada 26 hari setelah
konsepsi dan meningkat dengan cepat pada hari ke
30-60. (Walyani.E, 2015 : 73).
3) Positif Hamil
Positif hamil ketika diketahui :
a. Adanya denyut jantung janin
b. Adanya gerakan janin
c. Visualisasi janin dengan alat elektrik (ultrasound).
(Ratnawati A. 2017:28)
c. Adaptasi Ibu terhadap Kehamilan
Adaptasi ibu terhadap kehamilan meliputi adaptasi secara
anatomi, fisiologi, dan biokimia
1) Perubahan Anatomis Kehamilan
a) Uterus
Uterus mengalami penigkatan ukuran dan perubahan
bentuk. Uterus akan membesar pada bulan-bulan
pertama di bawah pengaruh esterogen dan progesteron
yang kadarnya meningakat. Endometrium menebal
menjadi desidua. Esterogen menyebabkan hiperplasi
jaringan dan progeteron berperan untuk elastisitas atau
kelenturan uterus, sehingga menyebabkan relaksasi.
Taksiran kasar pada palpasi tinggi fundus uteri (TFU)
adalah sebagai berikut :
Tabel 1.2
Taksiran Tinggi Fundus Uteri (TFU) selama kehamilan
Tidak hamil / normal Sebesar telur ayam
Kehamilan 8 minggu Sebesar telur bebek
Kehamilan 12 minggu 3 jari diatas simpisis
Kehamilan 16 minggu Pertengahan simpisis
pusat
Kehamilan 20 minggu 3 jari dibawah pusat
Kehamilan 24 minggu Setinggi pusat
Kehamilan 28 minggu 3 jari diatas pusat
Kehamilan 32 minggu Pertengahan pusat -
processus xyphoideus
Kehamilan 36 minggu Setinggi processus -
xyphoideus
Kehamilan 40 minggu 1-2 jari dibawah
processus xyphoideus
(Ratnawati A. 2017:29)
Serviks uteri mengalami hipervaskularisasi akibat

stimulasi esterogen dan perlunakan akibat progesteron

sehingga menimbulkan tanda Hegar (Hegar’s sign), warna

menjadi livid kebiruan. sekresi lendir serviks meningkat

pada kehamilan memberikan gejala keputihan.

b) Miometrium

Esterogen berperan penting dalam pertumbuhan otot

di dalam uterus. Pada usia kehamilan 8 minggu, uterus

mulai menghasilkan gelombang kecil dari kontraksi yang

dikenal sebagai kontraksi Braxton Hicks. Pada umumnya

kontraksi ini tanpa rasa sakit, walaupun beberapa wanita

mengeluhkan nyeri dengan intensitas rendah. Decidua

adalah nama yang diberikan kepada endokrin

c) Serviks

Serviks mengalami pelunakan dan sianosis. Kelenjar

pada serviks mengalami poliferasi. Segera setelah terjadi

konsepsi, mukus yang kental akan diproduksi dan

menutup kanalis servikalis. Pada persalinan, akan

dihasilkan mukus plug yang ditandai dengan adanya

bloody show.

Serviks uteri ada kehamilan juga mengalami


perubahan karena hormon eterogen. Jika korpus uteri

mengandung banyak jaringan otot, maka serviks

mengandung lebih banyak jaringan ikat, hanya 10 %

jaringan otot. Di bawah pengaruh hrmon progesteron, sel

epitel kelenjar yang terdapat di sepanjang kanalis servisis

uteri menghasilkan sekret, sehingga membentuk suatu

penyumbatan serviks yang disebut operkulum atau mukus

plug, sehingga melindungi cavum uteri dari infeksi.

d) Vagina dan perineum

Esterogen menyebabkan perubahan didalam lapisan

otot dan epitel vagina , lapisan otot otot sekitar vagina

juga hipertrofi, sehingga beberapa ligamentum sekitar

vagina menjadi lebih elastis. Dibawah pengaruh

esterogen, epitel kelenjar sepanjang vagina aktif

mengeluarkan sekret, sehingga memberi gambaran

seperti keputihan (leucorrhoea). Sel lapisan epithelium

juga mengalami peningkatan glikogen. Sel itu

berinteraksi dengan baksil Doderlein’s (Lactobacillus

s.p), suatu bakteri yang hidup normal bersama oranisme

lain pada vagina, dan menghasilkan suatu lingkungan

yang lebih asam sebagai proteksi ekstra terhadap

beberapa organisme seperti Candida albicans. Selain

itu, vagina juga lebih vaskuler sehingga mubcul warna

merah kebiruan (livid) terutama pada bulbus vestibule


yang menimbulkan tanda (chadwick’s sign ).

e) Ovarim

Pada permulaan kehamilan, masih terdapat korpus

luteum graviditas sampai terbentuk plasenta kira kira 16

minggu kehamilan. Biasanya hanya korpus luteum

tunggal akan ditemukan pada ovarium ibu hamil.

Berfungsi maksimal pada usia kehamilan 6-7 minggu (

4-5 minggu pasca ovulasi), memberikan kontribusi

terhadap produksi progesteron. Korpus luteum

mengalami regresi pada minggu ke-8.

f) Payudara (Breast)

Payudara akan membesar dan tegang akibat stimulasi

hormon somatomamotropin, esterogen, dan progesteron,

tetapi beluim mengeluarkan air susu, Esterogen

menimbulkan hipertrofi sistem saluran (ductus dan

ductulus) pula dan menimbulkan perubahan dalam sel-

sel, sehingga terjadi perubahan kasein, laktalbumin, dan

laktoglobulin. Beberapa perubahan yang terjadi pada

payudara, antara lain :

1) Beberapa minggu awal ada rasa tertekan

2) Papilla mammae ( puting susu) akan membesar ,

agak tegak (erectil), dan tampak lebih hitam, seperti

seluruh areola mammae karena hiperpigmentasi di

bawah stimulasi MSH.


3) Pada bulan ke-2 terjadi peningkatan ukuran vena

dan vena terihat di bawah kulit.

4) Beberapa bulan kemudian mulai diproduksi

colostrum

5) Tidak ada hubungan ukuran payudara dengan

jumlah ASI

g. Kulit

Dinding perut mengalami striae gravidarum, yaitu


perubahan warna menjadi kemerahan dan kusam. Kulit di
garis pertengahan perut (linea alba) berubahan menjadi
hitam kecoklatan yang disebut linea nigra. Kadang-
kadang pada wajah muncu cloasma atau melasma
gravidarum dalam ukuran yang bervariasi. Areola dan
daerah genetalia mengalami hiperpigmentasi
(Prawirohardjo,2014).
h. Payudara
Usia kehamilan 12 minggu keatas dari puting susu
dapat mengeluarkan cairan berwarna putih agak jernih
disebut kolostrum. Kolostrum ini berasal dari kelenjar-
kelenjar asinus yang mulai bereaksi (Prawirohardjo,2014).
1) Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Selama Kehamilan Tekanan darah menurun 5-10
mmHg yang disebabkan karena adanya vasodilatasi perifer
akibat dari perubahan hormonal. Sedangkan, curah jantung
meningkat pada minggu ke 32 gestasi sekitar 30-50% dan
akan menurun pada minggu ke 40 minggu sekitar 20%.
Peningkatan pada curah jantung ini disebabkan karena
adanya peningkatan volume sekuncup (stroke volume) dan
sebagai respon terhadap adanya peningkatan kebutuhan
O2 jaringan (Manuaba,2010).
2) Perubahan sistem pernafasan
Semakin tuanya dari umur kehamilan, pernafasan
perut digantikan oleh pernafasan dada dan dengan
penurunan diafragma saat insprirasi menjadi semakin kuat.
Kebutuhan O2 ibu akan meningkat sebagai respon
terhadap laju metabolik dan peningkatan dari kebutuhan
O2 jaringan uterus dan payudara (Manuaba,2010).
3) Sistem Muskuloskeletal
Selama Trimester akhir, rasa pegal, mati rasa dan
lemah dialami anggota badan atas dikarenakan lordosis
yang besar dan fleksi anterior pada leher serta merosotnya
lingkar bahu yang menimbulkan traksi pada nervus
ulnarius dan medianus (Sarwono 2014).
4) Sistem Perkemihan
Umur kehamilan akhir, kepala janin mulai turun ke
Pintu Atas Panggul (PAP) , Keluhan sering kencing dan
timbul lagi karena kandung kemih mulai tertekan kembali.
Disamping itu, terdapat pula poliuri. Poliuri disebabkan
karena adanya peningkatan sirkulasi darah di ginjal pada
kehamilan sehingga laju filtrasi glomerulus juga
meningkat sampai 69% (Prawirohardjo,2011)

d. Perubahan Fisik dan Psikologis ibu hamil

a. Perubahan fisik pada Trimester I menurut kurnia (2009),

perubahan fisik pada trimester I adalah :

1) Penambahan berat badan

Seorang wanita yang sedang hamil sudah mengalami

penambahan berat badan, namun penambahan berat

badan tersebut masih tergolong rendah, kira kira 1-2 kg,

karena pada masa ini saat dimana otak, alat kelamin,


dan panca indera janin sedang di bentuk. (Walyani.E.

2015:55) Kenaikan BB ibu hamil normal rata rata antara

6,5 kg – 16 kg (Saryono dalam Ratnawati A.2015).

2) Pembesaran Payudara

Payudara akan membesar dan mengencang karena

terjadi peningkatan hormon kehamilan yang

menimbulkan pelebaran pembuluh darah dan untuk

mempersiapkan pemberian nutrisi pada jaringan

payudara sebagai prsiapan menyusui.

3) Sering buang air kecil

Keinginan sering buang air kecil pada awal kehamilan

ini dikarenakan rahim yang membesar dan menekan

kandung kencing. Keadaan ini akan kembali pada

trimester II dan akan muncul kembali pada akhir

kehamilan karena kandung kemih ditekan oleh kepala

janin.

4) Konstipasi

Keluhan ini juga sering dialami selama awal kehamilan

karena peningkatan hormon progesteron yang

menyebabkan relaksasi otot, sehingga usus bekerja

kurang efisien. Adapun keuntungan dari keadaan ii

adalah mmungkinkan penyerapan nutrisi yang lebih

baik saat hamil.

5) Morning sickness, mual dan muntah


Hampir 50 % wanita hamil mengalami mual dan

biasanya mual dimulai sejak awal kehamilan. Mual

muntah diusia muda disebut morning sickness, tetapi

kenyataanya mual muntah ini dapat terjadi setiap saat.

6) Merasa lelah

Hal ini terjadi karena tubuh bekerja secara aktif untuk

menyesuaikan secara fisik dan emisional untuk

kehamilan dan pningkatan hormonal yang dapat

mempengaruhi pola tidur.

7) Sakit kepala

Sakit kepala yang lebih sering dialami oleh pada ibu

hamil pada awal kehamilan karena adanya peningkatan

tuntutan darah ke tubuh sehingga ketika akan mengubah

posimsidari duduk/tidur ke posisi yang lain (berdiri) tiba

tiba, sistem sirkulasi darah merasa sulit beradaptasi.

Sakit kepala/ disebabkan oleh faktor fisik maupun

emosional. Pola makan yang berubah, perasaan tegang

dan depresi juga dapat menyebabkan sakit kepala.

8) Kram Perut

Kram perut saat trimester awal kehamilan sepert kram

saat menstruasi di bagian perut bawah atau rasa sakit

seperti ditusuk yang timbul hanya beberapa menit dan

tidak menetap adalah 11 normal. Hal ini sering terjadi

karena adanya perubahan hormonal dan juga karena


adanya pertumbuhan dan pembesaran dari rahim di

mana otot dan igamen meerenggang untuk menyokong

rahim.

9) Meludah

Keinginan meludah yang terjadi pada ibu hamil yang

terus menerus dianggap normal sebab hal ini termasuk

gejala morning sicknees.

b. Perubahan psikologis pada trimester I

Perubahan psikologis pada trimester I ( periode

penyesuaian), perubahan psikologis pada trimester I adalah

1) Ibu merasa tidak sehat dan kadang kadang merasa benci

dengan kehamilannya.

2) Kadang muncul penolakan, kecemasaan dan kesedihan.

Ibu bahkan kadang berharap agar dirinya tidak hamil.

3) Ibu akan selalu mencari tanda tanda apakah iabenar

benar hamil. Hal ini dilakukan sekedar untuk

meyakinkan dirinya.

4) Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu

mendapat perhatian dengan seksama.

e. Perubahan Fisik dan Psikologis pada Trimester II

Kehamilan trimester II adalah masa kehamilan sejak

minggu ke-14 sampai dengan minggu ke-26. Terdapat

perubahan perubahan fisik yang terjadi pada trimester II,


yaitu :

1) Perut semakin membesar

Setelah usia kehmilan 12 minggu, rahim akan

membesar dan melewati rongga panggul. Pembesaran

rahim akan tumbuh sekitar 1 cm setiap minggu. Pada

kehamilan 20 minggu, bagian teratas rahim sejajar

dengan pusar (umbilicus). Setiap individu akan berbeda

beda tapi pada kebanyakan wanita, perutnya akan mulai

membesar pada kehamilan 26 minggu.

2) Sendawa dan buang angin

sendawa dan buang angin akan sering terjadi pada ibu

hamil. Hal ini sudah biasa dan normal karena akibat

adanya perenggangan usus selama kehamilan. Akibat

dari hal tersebut, perut ibu hamil aka terasa kembung

dan tidak nyaman.

3) Pelupa

Pada beberapa ibu hamil akan terjadi sedikit pelupa

selama kehamilannya. Ada beberapa teori tentang hal

ini, di antaranya adalah karena tubuh ibu hamil terus

bekerja berlebihan untuk perkembangan bayinya

sehingga menimbulkan blok pikiran.

4) Rasa panas di perut

Rasa panas diperut Aadalah keluhan yang paling sering

terjadi selama kehamilan, karena meningkatnya tekanan


akibat rahim yang membesar dan juga pengaruh

hormonal yang menyebabkan rileksasi otot saluran

cerna, sehingga mendorong asam lambung kearah atas.

5) Pertumbuhan rambut dan kuku

Perubahan hormonal juga menyebabkan kuku

bertumbuh lebih cepat dan rambut tumbuh lebih banyak

dan kadang di tempat yang tidak diinginka, seperti di

wajah atau diperut.

6) Sakit perut bagian bawah

Pada kehamilan 18-24 minggu, ibu hamil akan meras

nyeri di perut bagian bawah seperti di tusuk atau tertarik

ke satu atau dua sisi. Hal ini karena perenggangan

ligamnetum dan otot untuk menahan rahim yang

semakin membesar. Nyeri ini akan terjadi beberapa

menit dan bersifat tidak menetap.

7) Pusing

Pusing menjadi keluhan yang sering terjadi selama

kehamilan trimester kedua, karena ketika rahim

membesar akan menekan pembuluh darah besar,

sehingga menyebabkan tekanan darah menurun.

8) Hidung dan gusi berdarah

Hal ini juga terjadi karena peningkatan aliran darah

selama masa kehamilan. Kadang juga mengalami

sumbatan di hidung. Hal ini disebabkan karena adanya


perubahan hormonal.

9) Perubahan kulit

Ibu hamil akan mengalami perubahan pada kulit.

Perubahan tersebut bisa terbentuk garis kecoklatan yang

dimulai dari puser (umbilicus) sampai ke tulang pubis

yang disebut linea nigra. Sedangkan kecoklatan pada

wajah disebut chloasma atau topeng kehamilan. Hal ini

dapat menjadi petunjuk sang ibu kurang asam folat.

Strecth mark terjadi karena peregangan kulit yang

berlebihan, biasanya pada paha atas, dan payudara.

Peregangan kulit ini dapat menimbulkan rasa gatal,

sedapat mungkin jangan menggaruknya. Strecth mark

tidak dapat dicegah, tetapi dapat diobati setelah

persalinan.

10) Payudara

Payudara akan semakin membesar dan mengeluarkan

cairan yang kekuningan yang disebut kolostrum. Puting

dan sekitarnya aka semakin berwarna gelap dan besar.

Bintik bintik kecil aka timbul disekitar puting dan itu

adalah kelenjar kulit.

11) Kram pada kaki

Kram otot ini timbul karena sirkulasidarah yang lebih

lambat saat kehamilan. Atasi dengan menaikkan kaki ke

atas dan minum kalsium yang cukup. Jika terkena kram


kaki ketika duduk atau saat tidur, cobalah menggerak

gerakkan jari jari kaki ke arah atas.

12) Sedikit pembengkakan

Pembengkakan adalah kondisi normal pada kehamilan,

dan hampir 40 % wanita hamil mengalaminya. Hal ini

terjadi karena perubahan hormon yang menyebabkan

tubuh menahan cairan. Pada trimester kedua,akan

tampak sedikit pembengkakan pada wajah dan terutama

terlihat pada kaki bagian bawah dan pergelangan kaki.

Pembengkakan akan terlihat lebih jelas pada posisi

duduk atau berdiri yang terlalu lama.

Perubahan psikologis pada trimester II (periode

kesehatan yang baik). Sulistyawati (2009,p. 76-77)

menyatukan beberapa perubahan psikologis yang terjadi

pada ibu hamil pada trimester II, yaitu :

1) Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan

kadar hormon yang tinggi

2) Ibu sudah bisa menerima kehamilannya

3) Merasakan gerakan anak

4) Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan

kekhawatiran

5) Libido meningkat

6) Menuntut perhatian dan cinta

7) Merasa bahwa bayi sebagai individu yang


merupakan bagian dari dirinya

8) Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil

lainnya atau pada orang lain yang baru menjadi ibu.

9) Ketertarikan dan aktivitasnya terfokus pada

kehamilan, kelahiran, dan persiapan untuk peran

baru.

f. Perubahan Fisik dan Psikologi pada Trimester III

a. Perubahan fisik pada trimester III :

1) Sakit bagian tubuh belakang

Sakit pada bagian tubuh belakang (punggung-

pinggang), karena meningkatnya beban berat dari

bayi dalam kandungan yang dapat mempengaruhi

postur tubuh, sehingga menyebabkan tekanan ke

arah tulang belakang.

2) Payudara

Keluarnya cairan dari payudara, yaitu

colostrum, merupakan makanan bayi pertama yang

kaya akan protein.Biasanya, pada trimester ini, ibu

hamil akan merasakan hal itu, yani keluarnya

kolostrum.

3) Konstipasi

Pada trimester ini sering terjadi konstipasi

karena tekanan rahim yang membesar kearah usus

selain perubahan hormon progesteron.


4) Pernafasan

Karena adanya perubahan hormonal yang

memengaruhi aliran darah ke paru-paru, pada

kehamilan 33-36 minggu, banyak ibu hamil akan

merasa susah bernafas. Hal ini juga didukung oleh

adanya tekanan rahim yang membesar yang berada

dibawah diagfragma. Setelah kepala bayi turun ke

rongga panggul ini,biasanya 2-3 minggu sebelum

persalinan, ibu yang baru pertama kali hamil akn

merasa lega dsn bernapas lebih mudah. Rasa panas

di perut biasanya juga ikut hilang karena

berkurangnya tekanan bagian tubuh bayi dibawah

diagfragma/ tulang iga ibu.

5) Sering kencing

Pembesaran rahim ketika kepala bayi turun

ke rongga panggul akan makin menekan kandungan

kencing ibu hamil.

6) Masalah tidur

Setelah perut besar, bayi akan sering

menendang di malam hari, sehingga merasa

kesulitan untuk tidur nyenyak.

7) Varises

Peningkatan volume darah dan alirannya

selama kehamilan akn menekan daerah panggul dan


vena di kaki, yang mengakibatkan vena menonjol,

dan dapat juga terjadi di daerah vulva vagina. Pada

akhir kehamilan, kepala bayi juga akan menekan

vena daerah panggul yang akan memperburuk

varises. Varises juga dipengaruhi oleh faktor

keturunan.

8) Kontraksi perut

Braxton Hicks atau kontraksi palsu ini berupa

rasa sakit di bagian perut yang ringan,tidak teratur

dan akan hilang bila ibu hamil duduk atau istirahat.

Hal ini erat kaitannya dengan meningkatnya jumla

reseptor oksitosin dan gap junction di antara sel-sel

miometrium. Pada saat ini kontraksi akan terjadi

setiap 10-20 menit, dan pada akhir kehamilan

kontraksi ini akan menyebabkan rasa tidak nyaman

dan dianggap persalinan palsu.(Prawirohardjo.2014)

9) Bengakak pada kaki

Perut dan bayi yang kian membesar selama

kehamilan akan meningkatkan tekanan pada daerah

kaki dan pergelangan kaki 19 ibu hamil dan kadang

membuat tangan membengkak. Hal ini disebut

edema, kasus yang disebabkan oleh perubahan

hormonal yang menyebabkan retensi cairan.

10) Kram pada kaki


Kram kaki ini timbul karena sirkulasi darah

yang menurun atau karena kekurangan kalsium.

11) Cairan vagina

Peningkatan cairan vagina selama kehamilan

adalah normal. Cairan biasanya jernih. Pada awal

kehamilan, cairan ini biasanya agak kental,

sedangkan pada saat mendekati persalinan, cairan

tersebut akan lebih cair.

12) Kenaikan Berat Badan

Normal berat badan meningkat sekitar 6-16

kg, terutama dari pertumbuhan isi konsepsi dan

volume berbagai organ atau cairan intrauterine.

Terjadi kenaikan berat badan sekitar 5,5 kg,

penambahan BB dari mulai awal kehamilan sampai

akhir kehamilan adalah 11-12 kg.

(Walyani.E.2015:55)

b. Perubahan psikologis pada trimeter III menurut


Sulistyawati (2009), yaitu
1) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya
jelek aneh, dan tidak menarik.
2) Merasa tidak meyenangkan ketika bayi tidak lahir
tepat waktu.
3) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul
pada saat melahirkan, khawatir akan keselamatannya.
4) Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak
normal, bermimpi yang mencerminkan perhatian dan
kekhawatirannnya.
5) Merasa sedih karena terpisah dari bayinya .
6) Merasa kehilangan perhatian
7) Perasaan mudah terluka ( sensitif)
8) Libido menurun
g. Ketidaknyaman Trimester I
Tabel 1.3 Ketidaknyamanan Pada Trimester I
No Ketidaknyaman Cara mengatasi
1. Mual dan Muntah a. Melakukan
pengaturan pola
makan.
b. Menghindari stres.
c. Meminum air jahe
d. Menghindari
meminum
kopi/kafein, tembakau
dan alkohol
e. Mengkonsumsi
vitamin B6 1,5
mg/hari.
2. Hipersaliva a. Menyikat gigi
b. Berkumur
c. Menghisap permen
yang mengandung
mint.
3. Pusing a. Istirahat dan tidur
serta menghilangkan
stres
b. Mengurangi aktivitas
dan menghemat
energi
4. Mudah lelah a. Melakukan
pemeriksaan kadar
zat besi
b. Menganjurkan ibu
untuk istirahat siang
c. Menganjurkan ibu
olahraga ringan
d. Mengkonsumsi
makanan seimbang
5. Peningkatan frekuensi a. Latihan kegel
berkemih b. Menganjurkan ibu
BAK secara teratur
c. Menghindari
penggunaan pakaian
ketan
6. Konstipasi a. Konsumsi makanan
berserat
b. Konsultasi dokter
kandungan
7. Heartburn a. Menghindari makan
tengah malam
b. Menghindari
makanan dalam porsi
4) banyak
c. Memposisikan kepala
lebih tinggi saat
telentang
d. Mengunyah permen
karet
e. Tidak mengkonsumsi
alkohol maupun
rokok
Sumber : (Irianti, Bayu, dkk, 2013)
h. Ketidaknyamanan Trimester II
Tabel : 1.4 Ketidaknyamanan Trimester II
No Ketidaknyamanan Cara mengatasi
1. Pusing a. Cukup istirahat
b. Menghindari berdiri
secara tiba tiba dari
posisi duduk
c. Hindari berdiri dalam
waktu lama
d. Jangan lewatkan waktu
2. makan
e. Berbaring miring kiri
Sering berkemih a. Menyarankan ibu untuk
banyak minum disiang
hari dan sedikit minum
di malam hari
b. Menganjurkan ibu BAK
secara teratur
c. Menghindari
3. penggunaan pakaian
ketan
Nyeri perut bawah a. Menghindari berdiri
secara tiba tiba dari
posisi jongkok
b. Menganjurkan ibu
posisi tubuh yang baik
Nyeri punggung a. Menganjurkan ibu
bagian bawah untuk menjaga posisi
4. tubuhnya
b. Menganjurkan ibu
untuk melakukan
exercise selama hamil
c. Menganjurkan ibu
5. untuk mengurangi
aktivitas dan menambah
Flek pada wajah dan waktu istirahat.
sikatrik a. Anjurkan ibu untuk
menggunakan lotion.
b. Menganjurkan ibu
untuk menggunakan bra
yang berukuran besar
c. Anjurkan ibu untuk diet
seimbang
d. Anjurkan ibu untuk
meggunakan pelembab
kulit
6. Sekret vagina a. Mengganti celana
berlebih dalam yang basah atau
lembab
b. Memelihara kebersihan
organ reproduksinya
7. Konstipasi a. Konsumsi makanan
berserat
b. Konsultasi dokter
kandungan
c. Memenuhi kebutuhan
hidrasinya
8. Penambahan berat a. Memberikan contoh
badan makanan yang baik
dikonsumsi
b. Menghitung jumlah
asupan kalori
9. Pergerakan janin a. Mengajarkan ibu cara
untuk merasakan
gerakan janin, misalnya
dengan menyiapkan 2
wadah ksosng dan manik
manik, kemudian
anjurkan ibu untuk
memindahkan manik
manik tersebut kedalam
wadah lainnya selam 2
jam saat terjadi
pergerakan janin.
10. Perubahan a. Memberikan
psikologis ketenangan pada ibu
dengan memberikan
informasi yang
dibutuhkan ibu
b. Memberikan
informasi dan
dukungan/ motivasi
5) ibu
c. Melibatkan orang
terdekat keluarga
pada setiap asuhan
Sumber : (Irianti, Bayu, dkk. 2013)

i. Ketidaknyamanan pada TM III


Tabel : 1.5 Ketidaknyamanan TM III
No Ketidaknyamanan Cara mengatasi
1. Sering BAK a. Menyarankan ibu
untuk banyak minum
disiang hari dan
sedikit minum di
malam hari
Pegal- pegal a. berolahraga dan
aktivias ringan
b. Senam hamil
c. Mengkonsumsi susu
dan makanan yang
mengandung kalsium
2. tinggi
d. Jangan
duduk/berdiri/bergera
k terlalu lama
e. Anjurkan istirahat tiap
30 menit
Hemoroid a. Hindari konstipasi
b. Makan makanan yang
berserat dan sering
minum
c. Kompres air es/ air
hangat
3. d. Bila mungkin gunakan
jari untuk memasukan
kembali hemoroid
kedalam anus secara
peln pelan.
e. Bersihkan anus
dengan hati hati
sesudah defekasi
f. Usahakan BAB
dengan teratur
g. Anjurkan ibu tidur
dengan posisi knee
chest 15 menit/ hari.
h. Senam kegel untuk
menguatkan perineum
dan mencegah
hemoroid
i. Konsul ke dokter
sebelum
mengkonsumsi obat
hemoroid
4. Kram dan nyeri pada a. Lemaskan bagian
kaki tubuh yang kram
dengan cara mengurut
b. Pada saat bangun
tidur, jari kaki
ditegakkan sejajar
tumit untuk mencegah
kram mendadak
c. Meningkatkan asupan
kalsium
d. Meningkatkan asupan
air putih
e. Melakukan senam
ringan
f. Istirahat cukup
5. Gangguan pernafasan a. Latihan nafas melalui
senam hamil
b. Tidur dengan bantal
yang tinggi
c. Makan tidak terlalu
banyak
d. Konsultasi dengan
dokter apabila ada
kelainan asma dan lain
lain.
6. Oedema a. Meningkatkan periode
istirahat dan berbaring
dengan posisi miring
kiri.
b. Meninggikan kaki bila
duduk
c. Meningkatkan asupan
protein
d. Mengannjurkan untuk
minum 6-8 gelas
perhari untuk
membantu deuresis
natural
e. Menganjurkan ibu
untuk cukup
berolahraga
7. Perubahan Libido a. Informasikan pada
pasangan bahwa
masalah ini normal
dan disebabkan oleh
hormon esterogen dan
kondisi psikologis
b. Menjelaskan kepada
ibu dan suami untuk
mengurangi
frekuensihubungan
seksual selama masa
kritis
c. Menjelaskan kepada
keluarga perlu adanya
pendeketan dengan
2. memberikan kasih
sayang pada ibu.
Sumber : (Hutahaen. Serri, 2013)

j. Tanda Bahaya Kehamilan


Menurut Kemenkes Kesehatan RI, Pelayanan Kesehatan Ibu di
Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan (2013) tanda bahaya
kehamilan meliputi :
1. Mual dan muntah pada kehamilan
Mual dan muntah yang terjadi pada kehamilan hingga
usia 16 minggu. Pada keadaan muntah-muntah yang berat,
dapat terjadi dehidrasi, gangguan asam basa dan elektrolit
srta ketosis, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum.
2. Abortus
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Di
kutip dari WHO IMPAC menetapkan batas usia kehamilan
kurang dari 22 minggu, namun beberapa acuan terbaru
menetapkan batas usia kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
3. Mola Hidatidosa
Mola hidatidosa adalah bagian dari penyakit
trofoblastik gestasional, yang desebabkan oleh kelainan
pada villi korionik yang disebabkan oleh proliferasi
trofoblastik dan edem.
4. Kehamilan ektopik terganggu
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di
luar rahim (uterus). Hamper 95% kehamilan ektopik terjadi
di berbagai segmen tuba falopii, dengan 5% sisanya terjadi
di ovarium, rongga peritoneum atau di dalam serviks.
Apabila terjadi ruptur di implementasi kehamilan, maka
akan terjadi keadaan perdarahan massif dan nyeri abdomen
akut yang disebut kehamilan ektopik terganggu.
5. Plasenta previa
Plasenta yang berimplantasi di atas atau mendekati
ostium serviks interna. Hal ini dapat disebabkan pada
kehamilan dengan ibu berusia lanjut, multiparitas, dan
riwayat seksio sesarea sebelumnya.
Terdapat empat macam plasenta previa berdasarkan
lokasinya, yaitu:
a) Plasenta previa totalis – ostium internal ditutupi
seluruhnya oleh plasenta.
b) Plasenta previa parsialis – ostium internal ditutupi
sebagian oleh plasenta.
c) Plasenta previa marginalis – tepi plasenta terletak di
tepi ostium internal.
d) Plasenta previa letak rendah – plasenta
berimplantasi di segmen bawah uterus sehingga tepi
plasenta terletak dekat dengan ostium.

6. Solusio plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari
tempat implantasinya hal ini dapat disebabkan oleh trauma
abdomen, hipertensi, hidramnion, gemeli serta defisiensi
besi.

k. Pelayanan Antenatal
Dalam pelayanan antenatal terintegrasi, tenaga kesehatan
harus dapat memastikan bahwa kehamilan berlangsung
normal, mampu mendeteksi dini masalah dan penyakit yang
dialami ibu hamil, melakukan intervensi secara adekuat
sehingga ibu hamil seiap untuk menjalani persalinan normal
(Nurjasmi, dkk. 2016). Dalam melakukan pemeriksaan
antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan
yang berkualitas sesuai standar (10T) terdiri dari :
a. Pengertian Antenatal Care Terpadu
Pelayanan Antenatal Terpadu adalah pelayanan antenatal
komperhensif dan berkualitas yang diberikan kepada
semua ibu hamil serta terpadu dengan program lain yang
memerlukan intervensi selama kehamilannya.
b. Tujuan Antenatal Care Terpadu
1) Tujuan umum
Setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal
yang berkualitas, sehingga mampu menjalani
kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat,
dan melahirkan bayi yang sehat.
2) Tujuan Khusus
a) Menyediakan pelayanan komperhensif dan
berkualitas, konseling kesehata ibu hamil,
konseling KB pasca persalinan dan pemberian
ASI
b) Menghilangkan missed opportunity pada ibu
hamil dalam mendapatkan pelayanan antenatal
terpadu, komperhensif dan berkualitas
c) Mendeteksi kelainan secara dini
kelaianan/penyakit/gangguan pada ibu hamil
sedini mungkin.
d) Melakukan intervensi terhadap
kelainan/penyakit/gangguan pada ibu hamil sedini
mungkin.

Melakukan rujukan kasus ke fasilitas ke pelayanan


kesehatan sesuai dengan sistem rujukan yang ada

3) Pelayanan antenatal terpadu dan secara berkualitas


secara keseluruhan meliputih hal hal sebagai berikut :
a) Memberikan pelayanan dan konseling kesehatan
termasuk gizi agar kehamilan berlangsung.
b) Melakukan deteksi dini kelainan/penyakit/
komplikasi kehamilan
c) Menyiapkan persalinan yang bersih dan aman.
d) Merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk
melakukan rujukan jika terjadi penyulit/
komplikasi.
e) Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan
cepat dan tepat waktu bila diperlukan.
f) Melibatkan ibu dan keluarga terutama suami
dalam menjaga kesehatan dan gizi ibu hamil,
menyiapkan persalinandan kesiagaan bila terjadi
penyulit/ komplikasi.
4) Standar ANC Terpadu
a) Ukur Tinggi Badan dan Berat badan
b) Ukur tekanan darah
c) Ukur tinggi fundus uteri
d) Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet
e) Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid
f) Pemeriksaan HB
g) Pemeriksaan protein urine
h) Pemeriksaan urine reduksi
i) Pemeriksaan VDRL
j) Perawatan payudara
k) Senam hamil
l) Pemberian obat malaria
m) Temu wicara/konseling

Tabel 1.6
Standart Pelayanan Antenatal Care Terpadu
No Jenis Trimester Trimester Trimester Keterangan
pemeriksaan I II III
1. Keadaan umum √ √ √ Rutin
2. Suhu tubuh √ √ √ Rutin
3. Tekanan darah √ √ √ Rutin
4. Berat badan √ √ √ Rutin
5. LILA √ Rutin
6. TFU √ √ √ Rutin
7. Presentasi Janin √ √ √ Rutin
8. DJJ √ √ √ Rutin
9. Pemeriksaan HB √ √ Rutin
10 Golongan Darah √ Rutin
11. Protein urin * * * Atas Indikasi
12. Gula darah * * * Atas Indikasi
13. /reduksi * * * Atas Indikasi
14. Darah malaria * * * Atas indikasi
15. BTA * * * Atas Indikasi
16. Darah Sifilis * * * Atas Indikasi
17. Serologi HIV Atasi Indikasi
USG

Tabel 1.7
Kunjungan Pemeriksaan Antenatal
Trimester Jumlah Waktu kunjungan yang
Kunjungan dianjurkan
Minimal
I 1x Sebelum minggu ke-16
II 1x Antara minggu ke 24-28
III 2x Antara minggu ke 30-38
Antara minggu ke 36-38
Sumber : Kemenkes RI (2013).
Menurut Saifuddin, dkk (2013) setiap kehamilan dapat
berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itu
sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama
kehamilannya. Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan
meliputi komponen-komponen sebagai berikut :
1) Mengupayakan kehamilan yang sehat.
2) Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan
penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan.
3) Persiapan persalinan yang bersih dan aman.
4) Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk
melakukan rujukan jika terjadi komplikasi.
Data yang harus di lengkapi pada Kunjungan Pertama
Antenatalcare antara lain :
1) Melengkapi Riwayat Medis
Pada setiap kunjungan antenatal, petugas mengumpulkan
dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui
anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan
diagnosis kehamilan intrauterin, serta ada tidaknya
masalah atau komplikasi (Saifuddin, dkk, 2013). Pada
kunjungan pertama riwayat medis ibu yang harus
dilengkapi adalah seperti tertera pada tabel dibawah ini.
Pada kunjungan berikutnya, selain memperhatikan catatan
pada kunjungan sebelumnya, tanyakan keluhan yang
dialami ibu selama kehamilan berlangsung (Kemenkes RI,
2013).
Tabel 1.8
Riwayat Medis untuk Dilengkapi pada Kunjungan Pertama
Identitas Riwayat Kehamilan
Sekarang
1. Nama 1. Hari Pertama Haid
2. Usia Terakhir
3. Nama suami (jika ada) 2. Tafsiran waktu
4. Alamat persalinan
5. No. Telepon 3. Perdarahan pervaginam
6. Tahun menikah (jika 4. Keputihan
sudah) 5. Mual dan muntah
7. Agama 6. Masalah pada kehamilan
8. Suku ini
7. Pemakaian obat dan
jamu-jamuan
8. Keluhan lainnya
Riwayat Kontrasepi Riwayat Medis Lainnya
1. Riwayat kontrasepsi 1. Penyakit jantung
dahulu 2. Hipertensi
2. Riwayat kontrasepsi 3. Diabetes melitus
terakhir sebelum 4. Hepatitis
kehamilan ini 5. HIV
6. IMS
7. Tuberkolusis
8. Alergi obat/makanan
9. Penyakit ginjal kronik
10. Talasemia dan gangguan
hematologi lainnya
11. Malaria
12. Asma
13. Epilepsi
14. Riwayat penyakit
kejiwaan
15. Riwayat operasi
16. Status imunisasi TT
17. Riwayat transfusi darah
18. Golongan darah
19. Riwayat penyakit di
keluarga
20. Riwayat kecelakaan
(trauma)

Riwayat Obstetri Lalu Riwayat Sosial Ekonomi


1. Jumlah kehamilan 1. Usia ibu saat pertama
2. Jumlah persalinan kali menikah
3. Jumlah persalinan cukup 2. Status perkawinan, berapa
bulan kali menikah
4. Jumlah persalinan 3. Respon ibu dan keluarga
prematur terhadap kehamilan dan
5. Jumlah anak hidup, berat kesiapan persalinan
lahir serta jenis kelamin 4. Siapa pembuat keputusan
6. Cara persalinan dalam keluarga
7. Jumlah keguguran 5. Kebiasaan atau pola
8. Jumlah aborsi makan minum
9. Perdarahan pada 6. Kebiasaan merokok,
kehamilan, persalinan menggunakan obat-
dan nifas yang terdahulu obatan dan alkohol
10. Adanya hipertensi 7. Pekerjaan dan aktivitas
dalam kehamilan sehari-hari
terdahulu 8. Pekerjaan pasangan
11. Riwayat berat bayi < 2,5 9. Pendidikan
kg atau > 4 kg 10. Kehidupan seksual
12. Riwayat kehamilan 11. Pilihan tempat untuk
sunsang melahirkan
13. Riwayat kehamilan
ganda
14. Riwayat pertumbuhan
janin terhambat
15. Riwayat penyakit dan
kematian perinatal,
neonatal dan kematian
janin
Sumber : Kemenkes RI. 2013.
2) Melengkapi Pemeriksaan Fisik Umum
Dalam pelayanan antenatal terintegrasi, tenaga kesehatan
harus dapat memastikan bahwa kehamilan berlangsung
normal, mampu mendeteksi dini masalah dan penyakit yang
dialami ibu hamil, melakukan intervensi secara adekuat
sehingga ibu hamil seiap untuk menjalani persalinan normal
(Nurjasmi, dkk. 2016). Dalam melakukan pemeriksaan
antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan
yang berkualitas sesuai standar (10T) terdiri dari :
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Penimbangan berat badan dilakukan untuk
mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.
Tinggi badan ibu dikategorikan adanya resiko apabila
hasil pengukuran <145 cm. Kenaikan berat badan ibu
hamil normal rata-rata 6,5 kg – 16 kg. (Saryono
dalam Ratnawati A).
b. Ukur tekanan darah
Ukuran tekanan darah dilakukan untuk mendeteksi
adanya hipertensi (tekanan darah ≥140/90 mmHg)
pada kehamilan dan preeklamsia (hipertensi disertai
odema wajah dan tungkai bawah serta preteinuria).
Diukur setiap kali ibu datang atau berkunjung.
Tekanan darah normal berkisar sistole/diastole :
110/80 – 120/80 mmHg (Ratnawati A.2015:80).
Menurut Romauli ( 2011) , tekanan darah dalam
batas normal yaitu 100/70-120/80 mmHg, tekanan
darah diktakan tinggi apabila lebih dari 140/90.
c. Nilai status gizi (Ukur lingkar lengan Atas/LILA)
Nilai status gizi dilakukan untuk skrining ibu hamil
berisiko KEK, dimana LILA kurang dari 23,5 cm.
Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi
berat lahir rendah.
d. Ukur tinggi fundus uteri
Standar pengukuran menggunakan pita pengukur
setelah kehamilan 24 minggu. Tujuan dilakukan
pengukuran untuk mendeteksi pertumbuhan janin
sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Tinggi
Fundus Uteri digunakan untuk memperkirakan
berapa badan janin berikut rumus untuk menentukan
TBJ :
Rumus Johnson
TBJ = (TFU- N) x 155
Ket :
N = 12 bila kepala masih berada diatas spina
ischiadika
N = 11 bila kepala berada di bawah spina ischiadika
Tafsiran ini hanya berlaku untuk janin dengan
presentasi kepala. Berikut ini table TFU yang
dinyatakan dengan satuan ukur cm menurut Mc.
Donald.
SEMUA TABEL DIBUAT
Table 2.3 Tinggi Fundus Uteri Menurut Mc. Donald TANPA GARIS KOLOM
(CONTOH:TABEL 2.4)

TFU ( cm) Umur Kehamilan dalam


minggu
12 cm 12
16 cm 16
20 cm 20
24 cm 24
28 cm 28
32 cm 32
36 cm 36
40 cm 40
Walyani : 2015 : 80)
e. Tentukan presentasi janin, penurunan kepala janin
dan denyut jantung janin (DJJ)
Tujuan dilakukan untuk mengetahui letak janin. DJJ
normal 120- 160 kali/menit. Auskultasi denyut
jantung janin menggunakan doppler (jika usia
kehamilan >16 minggu).
1) Palpasi leopold merupakan teknik pemeriksaan
pada perut ibu bayi untuk menentukan posisi dan
letak janin dengan melakukan palpasi abdomen.
Palpasi leopold terdiri dari 4 langkah yaitu :
a) Leopold I : menentukan tinggi fundus uteri
dan bagian janin yang terletak di fundus uteri
(dilakukan sejak awal trimester I)
b) Leopold II : menentukan bagian janin pada
sisi kanan dan kiri ibu (dilakukan mulai akhir
trimester II)
c) Leopold III : menentukan bagian janin yang
terletak di bagian bawah uterus (dilakukan
mulai akhir trimester II)
d) Leopold IV : menentukan berapa jauh
masuknya janin ke pintu atas panggul
(dilakukan bila usia kehamilan >36 minggu).
Kemenkes RI 2013.
2) Penurunan kepala menurut metode perlimaan
a) 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya
teraba di atas shympisis pubis
b) 4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin
telah memasuki PAP
c) 3/5 jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin
telah memasuki PAP
d) 2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah
janin yang masih berada di atas symfisis dan
3/5 bagian telah masuk PAP
e) 1/5 jika hanya 1 dan 5 jari masih dapat
meraba bagian terbawah janin yang berada di
atas symfisis dan 4/5 bagian telah masuk PAP
f) 0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak
dapat diraba dari pemeriksaan luar dan bagian
terbawah janin sudah masuk ke dalam rongga
panggul.

Gambar 2.1 Penurunan Kepala Janin dengan


System Perlimaan
f. Skrining status Imunisasi Tetanus dan berikan
imunisasi Tetanus Toksoid untuk mencegah
terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus
mendapat imunisasi TT.
g. Beri tablet tambah darah (tablet Fe)
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil
harus mendapat tablet tambah darah (tablet zat besi)
dan asam folat minimal 90 tablet selama kehamilan
yang diberikan sejak kontak pertama.
h. Periksa laboratorium (rutin dan khusus)
1) Pemeriksaan kadar Haemoglobin darah (Hb)
Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu
hamil tersebut anemia atau tidak selama
kehamilannya karena kondisi anemia dapat
mempengaruhi proses tumbuh kembang janin
dalam kandungan.
2) Klasifikasi anemia menurut Rukiah (2013) adalah
sebagai berikut :
a) Tidak anemia : Hb 11 gr%
b) Anemia ringan : Hb 9-10 gr%
c) Anemia sedang : 7-8 gr%
d) Anemia berat : <7 gr%
i. Tatalaksana/penanganan Kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal, setiap
kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus
ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan
bidan. Kasus- kasus yang tidak dapat ditangani
dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.
j. Melakukan Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan
penunjang untuk ibu hamil meliputi pemeriksaan
laboratorium (rutin maupun sesuai indikasi) dan
pemeriksaan ultrasonografi (Kemenkes RI, 2013).
Memberikan Suplemen dan Pencegahan Penyakit
Menurut Kemenkes RI (2013) pemberian suplemen
dan pencegahan penyakit pada ibu hamil adalah
sebagai berikut :
(1) Beri ibu 60 mg zat besi elemental segera setelah
mual/muntah berkurang dan 400 µg asam folat
1x/hari sesegera mungkin selama kehamilan.
Catatan : 60 mg besi elemental setara 320 mg
sulfas ferosus. Efek samping yang umum dari zat
besi adalah gangguan saluran cerna (mual,
muntah, diare, konstipasi). Tablet zat besi
sebaiknya tidak diminum bersama dengan teh
atau kopi karena mengganggu penyerapan. Jika
memungkinkan, idealnya asam folat sudah mulai
diberikan sejak 2 bulan sebelum hamil (saat
perencanaan kehamilan).
k. Beri ibu vaksin tetanus toksoid (TT) sesuai status
imunisasinya. Pemberian imunisasi pada wanita usia
subur atau ibu hamil harus didahului dengan
skrinning untuk mengetahui jumlah dosis (dan status)
imunisasi TT yang telah diperoleh selama hidupnya.
Pemberian imunisasi TT tidak mempunyai interval
(selang waktu) maksimal, hanya terdapat interval
minimal antar dosis TT. Jika ibu belum pernal
imunisasi atau status imunisasinya tidak diketahui,
berikan dosis vaksin (0,5 ml IM di lengan atas)
sesuai tabel berikut.
Tabel 1.9
Pemberian Vaksin TT untuk Ibu yang Belum
Pernah Imunisasi (DPT/TT/Td) atau Tidak Tahu
Status Imunisasinya

Pemberian Selang Waktu Minimal


TT 1 Saat kunjungan pertama (sedini
mungkin pada kehamilan)
TT 2 4 minggu setelah TT1
TT 3 6 bulan setelah TT2
TT 4 1 tahun setelah TT3
TT 5 1 tahun setelah TT4
Sumber : Kemenkes RI. 2013.
Dosis booster mungkin diperlukan pada ibu yang
sudah pernah diimunisasi. Pemberian dosis
booster 0,5 ml IM disesuaikan dengan jumlah
vaksinasi yang pernahditerima sebelumnya
seperti pada tabel berikut :

Tabel 1.10
Pemberian Vaksin Tetanus untuk Ibu yang
Sudah Pernah Diimunisasi (DPT/TT/Td)

Pemberian dan Selang Waktu


Pernah
Minimal
1 kali TT2, 4 minggu setelah TT1
2 kali TT3, 6 bulan setelah TT2
3 kali TT4, 1 tahun setelah TT3
4 kali TT5, 1 tahun setelah TT4
5 kali Tidak perlu lagi
Sumber : Kemenkes RI. 2013.
l. Memberikan Materi Konseling, Informasi dan
Edukasi (KIE) Menurut Kemenkes RI (2013) buku
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) wajib dimiliki oleh
setiap ibu hamil, karena materi konseling dan edukasi
yang perlu diberikan tercantum di buku tersebut.
Pastikan bahwa ibu hamil memahami hal-hal berikut:
(1) Persiapan persalinan, termasuk:
i) Siapa yang akan menolong persalinan
ii) Dimana akan melahirkan
iii) Siapa yang akan menemani dalam persalinan
iv) Kemungkinan kesiapan donor darah bila
timbul permasalahan
v) Transportasi
vi) Dukungan biaya
(2) Pentingnya peran suami atau pasangan dan
keluarga selama kehamilan dan persalinan.
(3) Tanda-tanda bahaya yang perlu diwaspadai:
i) Sakit kepala lebih dari biasa
ii) Perdarahan per vaginam
iii) Gangguan penglihatan
iv) Pembengkakan pada wajah/tangan
v) Nyeri abdomen (epigastrium)
vi) Mual muntah berlebihan
vii) Demam
viii) Janin tidak bergerak sebanyak biasanya
(4) Pemberian makanan bayi, ASI eksklusif dan
Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
(5) Penyakit yang mempengaruhi kesehatan ibu dan
janin.
(6) Perlunya menghentikan kebiasaan yang berisiko
bagi kesehatan seperti merokok dan minum
alkohol.
(7) Program KB terutama penggunaan kontrasepsi
pascasalin.
(8) Kesehatan ibu termasuk kebersihan, aktivitas dan
nutrisi.
(9) Hubungan suami istri boleh dilanjutkan selama
kehamilan (kondom).
3) Jadwal Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan kehamilan dilakukan minimal 3-4 kali, yaitu
1 kali pemeriksaan pada trimester I dan II serta 2 kali
pemeriksaan pada trimester III (Hutahaen, Serri.2013).
a) Kunjungan pertama antenatal care
Pemeriksaan kehamilan pertama yaitu pemeriksaan
kehamilan saat usia kehamilan antara 0 sampai 3
bulan. Pemeriksaan kali pertama ini untuk :
(1) Menentukan diagnosis ada tidaknya kehamilan.
(2) Mengetahui riwayat kesehatan ibu
(3) Menegtahui usia kehamilan dan perkiraan
kehamilan
(4) Melakukan pemeriksaan fisik secara umum
misalnya : tekanan darah, berat badan, pemeriksaan
fisik head to head (Hutahaen, Serri.2013).
b) Jadwal kunjungan kedua antenatal care
Pemeriksaan kehamilan pertama yaitu pemeriksaan
kehamilan saat usia kehamilan antara 4- 6 bulan.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk :
(1) Untuk mengetahui keluhan ibu dan tipe gerakan
janin
(2) Mengetahui komplikasi kehamilan dan
pengobatannya (preeklmpsia. Gemeli, infeksi alat
reproduksi dan saluran perkemihan). (Hutahaean,
Serri. 2013).
c) Jadwal kunjungan ketiga antenatal care
Pemeriksaan kehamilan ketiga dilakukan pada saat
usia kehamilan 32 minggu, dilakukan untuk :
(1). Mengetahui keluhan ibu dan tipe gerakan janin.
(2). Mengetahui komplikasi kehamilan dan
pengobatannya (preeklmpsia. Gemeli, infeksi alat
reproduksi dan saluran perkemihan). (Hutahaean,
Serri. 2013).
d) Jadwal kunjungan keempat antenatal care
pemeriksaan kehamilan keempat merupakan
pemeriksaan yang terakhir dan dilakukan pada usia
kehamilan antara 32-36 minggu. Pada pemeriksaan ini
dilakukan :
(1) Mengatahui keluhan keluhan yang muncul
(2) Mengetahui pergerakan janin
(3) Mengetahui tpe kontraksi rahim
(4) Mengenali kelainan letak dan presentasi
(5) Mengenali tanda tanda persalinan
(6) Memantapkan rencana persalinan
(Hutahaen,Serri.2013)
4) Proses Manajemen Asuhan Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan
masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan
teori ilmiah, temuan, ketrerampilan dalam rangkaian/
tahapan yang logis untuk mengambil keputusan yang
terfokus paa klien.
Proses manajemen kebidanan adalah pendekatan yang
digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode
pemecahan masalah secara sistematis mulai dari
pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi
(Janah 2013:193).
Menurut KEPMENKES Nomer
938/Menkes/SK/VIII/2007, Standar Asuhan Kebidanan
yaitu :
1) Standar I : Pengkajian
S = Data Subjektif
a) Identitas/biodata
Identitas istri dan suami meliputi :
(1) Nama : Untuk mengenal siapa nama
pasien beserta suaminya.
(2) Umur : Untuk mengetahui faktor resiko,
usia reproduksi sehat wanita
antara 20-35 tahun
(Manuaba,2010).
(3) Agama : Untuk memberikan motivasi
keyakinan apa yang dianut oleh
pasien dan suaminya.
(4) Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat
pendidikan serta menyesuaikan
dalam memberikan pengetahuan
kesehatan.
(5) Pekerjaan : Pekerjaan dapat mengidentifikasi
resiko cidera yang berhubungan
dengan pekerjaan dan
mengetahui tingkat ekonomi
pasien.
(6) Alamat : Untuk mengetahui tempat tinggal
dan mempermudah saat
melakukan.
b) Keluhan Utama
Ibu mengatakan kelelahan, berat badan meningkat,
sering buang air kecil (BAK), sembelit/konstipasi,
bengkak di kaki, sesak nafas, kram pada kaki/tangan,
dan libido seksual (Walsh,2010).
c) Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui kapan usia pertama menstruasi
(kurang lebih 13-15 tahun), siklus haid yang normal
antara 28-35 hari, banyaknya darah haid, jenis, warna,
serta apakah ada keluhan seperti nyeri saat
menstruasi(Manuaba,2010).
d) Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan pasien apakah
sudah menikah atau belum, pernikahan ke berapa,
usia pertama menikah, dan lama pernikahan
(Manuaba,2010).
e) Riwayat Kehamilan Sekarang
Menurut Varney(2010) riwayat kehamilan sekarang
dirancang untuk deteksi awal komplikasi, beberapa
ketidaknyamanan dalam kehamilan, dan setiap
keluhan seputar kehamilan. Mengetahui Hari Pertama
Haid Terakhir(HPHT) berfungsi sebagai menentukan
tafsiran persalinan dengan menggunakan rumus
Neagle.
f) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui gravidaatau jumlah kehamilan
yang pernah dialami ibu, tidak bergantung dari jumlah
bayinya. Para atau jumlah kehamilan yang terakhir
dengan kelahiran bayi hidup. Abortus adalah
kehamilan yang berakhir pada usia kehamilan < 24
minggu atau berat janin < 500 gr (Varney,2010:
Benson,2009).
g) Riwayat penyakit yang lalu
Menanyakan riwaya penyakit lalu, sedang dialami
pasien serta riwayat penyakit keluarga misalnya
masalah kardiovaskuler, hipertensi, diabetes, malaria
dan PMS(Varney, 2010)

h) Riwayat Kontrasepsi
Untuk mengetahui apakah pasien pernah
menggunakan KB atau belum. Bila sudah tanyakan
KB apa yang pernah dipakai meliputi jenis, lama
penggunaan, serta pengaruhnya (Varney, 2010).
i) Riwayat seksual
Sebagian ibu takut berhubungan seksual dengan
suaminya karena takut akan menyakiti janinnya
(Varney, 2010).
j) Riwayat Spiritual
Untuk mengetahui apakah kegiatan ibadah ibu selama
hamil terganggu atau tidak.
k) Riwayat Dukungan Sosial
Untuk mengetahui apakah kehamilan ibu didukung
oleh anggota keluarganya atau tidak, apakah ibu
senang terhadap kehamilannya tidak, bagaimana
peran ibu di masyarakat karena semakin
bertambahnya usia kehamilan akan mebuat peran ibu
di masyarakat berkurang (Varney, 2010).
l) Riwayat psikologis
Pada trimester III sebagian besar ibu merasa tidak
sabar menunggu kelahiran anaknya. Ibu merasa takut
dengan rasa sakit saat persalinan, ibu takut banyinya
tidak akan lahir secara normal dan memerlukan
tindakan dan bahaya fisik yang akan timbul selama
atau setelah persalinan (Varney, 2010).
m) Pola Kebiasaan sehari-hari
Pola makan dan minum dimana pada kehamilan
trimester III membutuhkan banyak energi 300
Kkal/hari dalam makanan yang mengandung gizi
seimbang dan minum air yang cukup. Pola hygiene
yang baik menjaga kebersihan diri dengan mandi serta
pola eliminasi (Saiffudin, 2009;Varney,
2010;Mochtar, 2011).
O = Data Objektif
a) Pemeriksaan umum
Keadaan Umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis, dinilai dengan
melakukan anamnesa akan menunjukan
baik jika dapat menjawab semua
pertanyaan (Manuaba,2010).
c) Antropometri
(1) Berat Badan
Tujuannya adalah mengetahui berat badan ibu
apakah mengalami kenaikan atau penurunan.
Kenaikan berat badan ibu hamil sampai akhir
kehamilan mencapai sekitar 10-14 kg (Manuaba,
2010).
(2) Tinggi Badan
Tinggi badan normal 145 cm bila kurang dari itu
dicurigai resiko panggul sempit (Saiffudin, 2009).
(3) LiLA (lingkar lengan atas)
Mencerminkan tumbuh dan perkembangan
jaringan lemak serta otot, menentukan status gizi
seorang ibu hamil. Ukuran LiLA normal minimal
23,5 cm (Depkes RI, 2010).
d) Tanda-tanda Vital
(1) Tekanan Darah : Tekanan darah normal
yaitu 120/80
mmHg(Benson, 2009).
(2) Suhu : Suhu normal tubuh yaitu
36,5-37,5 ˚C(Benson,
2009).
(3) Nadi : Frekuensi Nadi normal
untuk orang dewasa adalah
80-90x/menit
(Prawirohardjo, 2011).
(4) Pernafasan : Frekuensi pernafasan
normal orang dewasa
adalah 18-24x/menit
(Prawirohardjo, 2011).
e) Pemeriksaan Fisik
(1) Muka
Pada wajah, pipi dan leher biasanya mengalami
hiperpigmentasi sehingga menyerupai topeng
kehamilan atau cloasma gravidarum
(Prawirohardjo, 2011).
(2) Mata
Pada mata ibu hamil konjungtiva normal yaitu
merah muda , bila ditemukan konjungtiva pucat
mengarah pada anemia. Sklera normal berwarna
putih tidak kuning, bila ditemukan kuning
mengarah pada ikterik (Varney, 2010).
(3) Hidung
Rongga hidung bebas hambatan tidak ada
sinusitis maupun polip (Varney, 2010).
(4) Mulut
Bersih, tidak ada sekret, tidak ada
stomatitis/sariawan biasanya akan timbil epilips
(Varney, 2010).
(5) Leher
Kelenjar typoid dan getah bening ada
pembesaran tidak.
(6) Payudara
Payudara mengalami pembesaran dan
hiperpigmentasi pada areola dan putting
(Prawirohardjo, 2011).
(7) Abdomen
i) Inspeksi : tidak ada bekas luka operasi,
terdapat striae tidak, terdapat linea nigra
(Prawirohardjo, 2011).
ii) Pemeriksaan Leopold (Prawirohardjo,
2011)
(i) Leopold I : Tinggi fundus uteri
untuk usia kehamilan 28 minggu 3
jari diatas pusat, 32 minggu di
pertengahan pusat dan prossesus
xyphoideus(px), 36 minggu 3 jari di
bawah prossesus xyphoideus(px), 40
minggu pertengahan pusat dan
prossesus xyphoideus(px) dan teraba
bulat , lunak tidak melenting
(bokong).
(ii) Leopold II : Sisi kanan dan kiri ibu
teraba keras, memanjang seperti
papan atau teraba bagian bagian kecil
(punggung/ekstermitas tangan dan
kaki).
(iii) Leopold III : Bagian terendah janin
sudah masuk pintu atas panggul atau
belum(bulat, keras, melenting).
(iv) Leopold IV : Bagian terendah janin
apakah sudah masuk panggul
(divergen) atau belum masuk panggul
(konvergen).
iii) Auskultasi
Normalnya denyut jantung janin (DJJ) yaitu
120-160x/menit (Prawirohardjo, 2011).
(8) Ekstermitas
Ekstermitas atas dan bawah tidak ada oedema
dan tidak ada varises (Prawirohardjo, 2011).
(9) Genetalia
Tidak ada varises, oedema, dan infeksi kelenjar
bartolini.
(10) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan
haemoglobin (Hb yang normal berkisar 10,5-
14,0 gr%) ultrasonografi (USG), protein urine
negatif, glukosa urin negatif (Prawirohardjo,
2011).
2) Standar II : Perumusan Diagnosa dan atau Masalah
Kebidanan
a) A = Analisis
Diagnosa ditegakkan bidan dalam lingkup praktik
kebidanan dan memenuhi standar noemnklatur
diagnosis kebidanan. Contoh penulisan diagnosa
misalnya Ny. J umur 22tahun G1P0A0 usia kehamilan
36 minggu dengan hamil normal.
b) Masalah dalam kehamilan trimester III biasanya ibu
merasa pegal-pegal , nyeri perut, kenceng-kenceng,
bengkak di kaki, sering buang air kecil (BAK),
Konstipasi/sembelit, sesak nafas, dan penurunan
libido (Walsh, 2009).
c) Kebutuhan (Pendidikan Kesehatan dan Konseling)
Tanda bahaya dan penyulit dalam kehamilan,
istirahat, makanan/nutrisi ibu, vaksin TT dan
perawatan payudara, Promosi persalinan tentang
program perencanaan penanganan dan pencegahan
komplikasi/P4K,perlengkapan yang dibutuhkan ibu
dan bayi, donor darah, keuangan, transporatasi serta
pendamping persalinan (Mochtar, 2011; Manuaba,
2010; Depkes, 2010).

3) Standar III : Perencanaan


Perencanaan adalah rencana tindakan untuk
menghilangkan masalah klien. Standar pelaksanaan
menurut KEPMENKES 938/MENKES/SK/VIII/2007
yaitu :
Rencana asuhan pada ibu hamil meliputi
a) Menjelaskan pada ibu tentang perubahan fisiologi ibu
hamil trimester III yaitu : penambahan berat badan,
perut semakin besar, ibu sering BAK, nafsu makan
bertambah,payudara membesar, keluar cairan
kolostrum dari payudara,dll.
b) Menjelaskan pada ibu tentang ketidaknyamanan ibu
hamil trimester III yaitu : keputihan , bengkak di kaki,
sesak nafas, sering BAK di malam hari,dll.
c) Menjelaskan pada ibu tentang persalinan normal yaitu
seperti menjelaskan apakah itu persalinan normal,
bagaimana melewati persalinan agar lancar dan
memberikan support, dukungan mental serta motivasi
supaya ibu semangat menjelang persalinan.
d) Menjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda persalinan
seperti nyeri perut yang melingkar, kontraksi semakin
sering dengan frekuensi dalam 10 menit 3-5 kali
lamanya 30-45detik, keluar cairan lendir bercampur
darah (bloddy show) dari jalan lahir, serta ketuban
pecah.
e) Memberikan imunisasi TT
f) Memberikan terapi berupa tablet Fe diminum sehari
sekali pada malam hari sebelum tidur untuk
menghindari mual dengan menggunakan air jeruk atau
air putih hindari kopi, teh ataupun susu. Kalsium
diminum sehari sekali pada pagi hari untuk membantu
pembentukan otak dan tulang janin.
g) Memberikan pendidikan kesehatan ibu hamil
trimester III meliputi : gizi ibu hamil pada minggu ke
28, tanda bahaya trimeter III pada minggu ke 30,
tanda-tanda persalinan serta ASI Eksklusif pada
minggu ke 36.
4) Standar IV : Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan perencanaan.
5) Standar V : Evaluasi
a) Penilaian setiap tindakan
b) Hasil evaluasi segera dicatat dan didokumentasikan
pada klien atau keluarga.
c) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.

6) Standar VI : Pencatatan asuhan kebidanan


Pencatatan dilakukan setelah melaksanakan asuhan pada
lembar yang tersedia (Rekam Medis/KMS/Status
Pasien/Buku KIA).
a) S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa.
b) O adalah data Objektif, mencatat hasil pemeriksaan.
c) A adalah analisa, mencatat diagnosa, masalah dan
kebutuhan ibu hamil
d) P adalah pelaksanaan/planning, mencatat seluruh
perencanaan dan pelaksanaan yang sudah
dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan
segera, tindakan komprehensif, penyuluhan,
dukungan, kolaborasi, evaluasi dan rujukan.

B. PERSALINAN
A. Definisi Persalinan
Pesalinan normal menurut WHO (2010) adalah
persalinan yang dimulai secara spontan, beresiko rendah
pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses
persalinan, bayi lahir secara spontan dalam presentase
belakang kepala pada usia kehamilan (37-42 minggu)
lengkap dan setelah persalinan ibu maupun bayi berada
dalam kondisi sehat.(Oktarina m dkk. 2016:2).Persalinan
adalah proses pengeluaran atau kelahiran hasil konsepsi yang
dapat hidup diluar uterus melalui vagina kedunia luar
(Sondakh, 2013:2)
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan
selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap
norma apabila prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu) tanpa disertai penyulit.
Persalinan dimulai (inpartuu) sejak uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan
menipis ) dan berakhir dengan lahirnya plasnta secara
lengkap.).
Dari kesimpulan di atas dapat di kemukakan bahwa
persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang
cukup bulan, lahir secara spontan dengan presentasi belkang
kepala , dvisusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput
ketuban dari tubuh ibu, tanpa komplikasi baik inu maupun
janin.

B. Bentuk persalinan beradasarkan teknik :


a) Persalinan spontan,yaitu persalinan dengan kekuatan ibu
sendiri melalui jalan lahir
b) Persalinan buatan, yaitu persalinan dengan tenaga dari
luar dengan ekstraksi forceps , ekstraksi vakum, dan
sectio cesarea.
c) Persalinan anjuran, yaitu persalinan tidak dimulai dengan
sendirinya tetapi berlangsung setelah memecahkan
ketuban, pemberian pitocin prostaglandin
(Oktarina.M.dkk2014: 2).
C. Teori Teori Penyebab Persalinan
1. Teori Penurunan Kadar Hormon Progesteron
Pada akhir kehamilan terjadi penurunan kadar progesteron
yang mengakibatrkan peningkatan kontraksi uterus karena
sintesa prostaglandin di chorioamnion
2. Teori Rangsangan Esterogen
Esterogen menyebabkan iritability miometrium, esterogen
memungkinkan sintesa prostaglandin pada decidua dan
selaput ketuban sehingga menyebabkan kontraksi uterus
(miometrium).
3. Teori Reseptor Oksitosin dan Kontraksi Braxton Hiks
Kontraksi persalinan tidak terjadi secara mendadak, tetapi
berlangsung lama dengan persiapan semakin
meningkatnya reseptor oksitosin. Oskitosin adalah hormon
yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior.
Distribusi reseptor oksitosin, dominan pada fundus dan
korpus uteri, ia makin erkurang jumlahnya di segmen
bawah rahim dan praktis tidak banyak dijumpai pada
serviks uteri.
4. Teori Keregangan
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan
iskemia otot otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi
utero plasenter.
5. Teori Fetal Membran
Meningkatnya hormon esterogen menyebabkan terjadinya
esterfield yang menghasilkan arachnoid acid, arachnoid
acid bekerja untuk pembentukan prostaglandin yang
menyebabkan kontraksi miometrium. (Oktarina M dkk.
2016: 3)
D. Perubahan Fisiologis Ibu Bersalin
1. Sifat kontraksi otot rahim
Setelah kontraksi, otot rahim tidak berelaksasi kembali
seperti keadaan sebelum kontraksi, tetapi menjadi sedikit
lebih pendek walaupun tonusnya seperti sebelum
kontraksi, yang disebut retraksi. Dengan retraksi, ukuran
rongga rahim akan mengecil dan janin secara perlahan
akan berangsur didorong ke bawah dan tidak naik nlagi ke
atas setelah his hilang.
2. Perubahan bentuk rahim
Adanya kontraksi mengakibatkan sumbu panjang rahim
bertambah panjang, sedangkan ukuran melintang maupun
ukuran muka belakang berkurang.
Pengaruh perubahan bentuk rahim yaitu ukuran melintang
berkurang, rahim, bertambah panjang. Hal ini merupakan
salah satu sebab dari pembukaan serviks
3. Ligamentum rotundum
Mengandung otot oto polos dan jika uterus berkontraksi,
otot otot ini ikut berkontraksi sehingga ligamnetum
rotondum menjadi pendek.
4. Perubahan pada serviks
Agar janin dapat keluar dari rahim, maka perlu terjadi
pembukaan dari serviks. Pembukaan serviks biasanya
didahului oleh pendataran dari serviks.
Pendataran dari serviks . pemendekan dari canalis
cervicalis, yang semula berupa saluran yang panjangnya 1-
2 cm menjadi suatu lubang dengan pinggirr yang tipis.
Pembukaan dari serviks. Pembesaran dari ostium
externum
(Sondakh.2013:124)
E. Tanda- tanda persalinan sudah dekat
a) Lightening
Pada minggu ke-36 pada primigravida terjadi
penurunan fundus karena kepala bayi sudah memasuki
pintu atas panggul yang disebabkan oleh : Kontraksi
braxton hicks, ketegangan otot, ketegangan ligamentum
rotondum dan gaya berat janin kepala ke arah bawah.
b) Pollakisuria
Pada akhir bulan ke IX, berdasarkan hasil pemeriksaan
didapat epigastrium kendor, fundus uteri lebih rendah
daripada kedudukannya, dan kepala janinsudah masuk ke
dalam PAP. Keadaan ini menyebabkan kandung kencing
tertekan sehingga merangsang ibu untuk BAK.
c) False Labour
Masa 3 atau 4 minggu sebelum persalinan, calon ibu
diganggu oleh his pendahuluan yang sebetulnya hanya
merupakan peningkatan dari kontraksi Braxton.
Timbulnya his persalinan ialah his pembukaan dengan
sifat sifatnya sebagai berikut : Nyeri melingkar dari
punggung memancar ke perut bagian depan , teratur,
makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat
intensitasnya, jika dibawa berjalan bertambah kuat, dan
mempunyai pengaruh pada pendataran atau pembukaan
serviks (Fitriana Y dkk, 2018 : 10).
d) Perubahan serviks
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan serviks
menunjukan bahwa serviks yang tadinya tertutup
panjang, dan kurang lunak, namun kondisinya berubah
menjadi lembut, beberapa menunjukan telah terjadi
pembukaan dan penipisan.
F. Tanda Tanda Awal Persalinan
a) Bloody show ( pengeluaran lendir disertai darah melalui
vagina)
Dengan his permulaan, terjadi perubahan pada serviks
yangmenimbulkan perdarahan dan pembukaan, lendir
yang terdapat di kanalis servikalis lepas, kapiler
pembuluh darah pecah, yang menjadikan darah sedikit
b) Premature Rupture of Membrane /Pengeluaran Cairan
Terjadi akibat pecahnya ketuban atau selaput ketuban
robek. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang
pembukaan lengkap tetapi kadang ketuban pecah pada
pembukaan kecil, hal ini di sebut dengan ketuban pecah
dinii (Fitriana Y dkk, 2018 : 12).
G. Faktor Faktor yang mempengaruhi persalinan
1) Passage (jalan lahir)
Jalan lahir terbagi atas dua, yaitu jalan lahir keras dan
jalan lahir lunak. Hal hal yang perlu diperhatikan dari
jalan lahir keras adalah ukuran dan bentuk tulang
panggul, sedangkan yang perlu diperhatikan dari jalan
lahir lunak adalah segmen bawah uterus yang dapat
meregang, serviks, otot dasar panggul, vagina dan
introitus vagina ( Sondakh, 2013.4).
2) Power (kekuatan)
Faktor kekuatan dalam persalinan dibagi atas dua, yaitu :
d) Kekuatan Primer (kontraksi involunter)
Kontraksi berasal dari segmen atas uterus
yang menebal dan dihantarkan ke uterus bawah
dalam bentuk gelombang
e) Kekuatan Sekunder (kontraksi volunter)
Pada kekuatan ini otot-otot diafragma dan
abdomen ibu berkontraksi dan mendorong keluar isi
ke jalan lahir sehingga menimbulkan tekanan
intrabdomen. Tekanan ini menekan uterus pada
semua sisi dan menambah kekuatan
dalammendorong keluar (Sondakh, 2013, h :4).
3) Passenger (penumpang)
Penumpang dalam persalinan adalah janin atau plasenta.
Hal yang perlu diperhatikan mengenai janin adalah
ukuran kepala janin,presentasi, letak, sikap, dan posisi
janin, sedangkan yang perlu diperhatikan pada plasenta
adalah letak, besar, dan luasnya ( Sondakh, 2013, h :4).
4) Faktor Psikis (Psikologi)
Respon Psikologi ibu dapat dipengaruhi oleh :
1) Dukungan pasangan selama proses persalinan
2) Dukungan kakek nenek (saudara dekat) selama
persalinan
3) Saudara kandung bayi selama persalinan
Tahapan Persalinan
H. Penilaian dan Intervensi selama Kala I
Tabel 2.1 : penilaian dan Intervensi selama kala I
Parameter Frekuensi Pada Frekuensi pada kala
Kala 1 laten 1 aktif
Tekanan darah Tiap 4 jam Tiap 4 jam
Suhu tubuh tiap 4 jam Tiap 2 jam
Nadi Tiap 30-60 menit Tiap 30-60 menit
Denyut Jantung Janin Tiap 1 jam Tiap 30 menit
Kontraksi Tiap 1 jam Tiap 30 menit
Pembukaan serviks Tiap 4 jam* Tiap 4 jam*
Penurunan kepala Tiap 4 jam* Tiap 4 jam*
Warna cairan amnion Tiap 4 jam* Tiap 4 jam*

* Dinilai pada saat pemeriksaan dalam (Kemenkes RI


2013:37)
I. Kala I ( pembukaaan)
a) Pengertian Kala I
persalinan kala I meliputi fase pembukaan 1-10 cm
yang ditandai dengan penipisan dan pembukaa
serviks. Kala I dibagi atas 2 fase yaitu:
(1) Fase laten : berlangsung dalam 8 jam, seriks
membuka sampai 3 cm.
(2) Fase Aktif (pembukaan serviks 4-10 cm),
berlangsung selama 7 jam dan dibagi dalm 3
subfase, yaitu :
(a) Periode akselerasi : berlangsung selama 2 jam,
pembukaan 3 menjadi 4 cm
(b) Periode diltasi maksimal : berlangsung selama
2 jam, berlangsung cepat dari 4 menjadi 9 cm.
(c) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam
2 jam pembukaan 9 cm menjadi 10 cm atau
lengkap.
Pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama
kontraksi uterus akan meningkat secara
bertahap (kontraksi dianggap adekuat/
memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam
waktu 10 menit,dan berlangsung selama 40
detik atau lebih) dan terjadi penurunan bagian
terbawah janin . dari pembukaan 4 hingga
mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan
terjadi dengan kecepatan rata rata per jam
(primipara) atau lebih 1 cm hingga 2 cm
(multipara) (Ai Nursiah, dkk 2014 : 66).
b) . Kala II
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan
servik sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan
lahimya bayi. Kala II dikenal juga dengan kala
Pengeluaran Janin.
Gejala utama kala II adalah sebagai berikut :
1) His semakin kuat, dengan interval 2-3
menit, dengan durasi 50-100 detik.
2) Menjelang akhir kala 1, ketuban pecah
yang ditandqi dengan keluar cairan secara
mendadak.
3) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati
lengkap diikuti keinginan mengejan akibat
tertekannya pleksus Frankenhauser.
4) Kedua kekuatan his dan mengejan lebih
mendorong kepala bayi sehingga terjadi :
a) Kepala membuka pintu
b) Subocciput bertindak sebagi
hipomoglion, kemudian secara
berturut turut lahir ubun ubun besar,
dahi, hidung dan muka, serta kepala
seluruhnya.
5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh
putar paksi luar, yaitu penyesuain kepala
pada punggung.
6) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka
persalinan bayi di tolong dengan cara :
 Kepala dipegang pada os occiput
dan di bawah dagu, kemudian
.ditarik dengan menggunakan
cunam ke bawah dagu depan dan
keatas untuk melhirkan bahu
belakang
a) Setelah kedua bahu lahir, ketiak
dikait untuk melahirkan sisa badan
bayi.
b) Bayi lahir diikuti oleh sisa air
ketuban
7) Lamanya kala II untuk primigravida 1,5-2
jam dan meultigravida 1,5- 1 jam.
c) Kala III (Pelepasan Plasenta)
Kala III dimulai segera setelah bayi sampai lahirnya
plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
Proses lepasnya plasenta dapat diperkirakan dengan
memperthankan tanda tanda di bawah ini :
1) Uterus menjadi bundar
2) Uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepas
ke segmen bawah rahim.
3) Tali pusat bertambah panjang
4) Terjadi semburan darah tiba-tiba.
Cara melahirkan plasenta adalah dengan teknik
dorsokranial
d) Kala IV bertujuan untuk melakukan observasi karena
perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2
jam pertama setelah persalinan. Rata-rata jumlah
perdarahan normal yaitu 250 cc. Jika perdarahan >500
cc maka itu sudah merupakan hal yang abnormal.
Jenny J.S. Sondakh.2013.5.
C. Mekanisme Persalinan Normal
Pada akhir kala 1, segmen uterus , serviks dasar
panggul, dan pintu keluar vulva membentuk satu jalan
lahir yang continue. Gaya yang diperlukan untuk
mengeluarkan janin berasal dari aktifitas otot uterus
dan dari otot abdomen sekunder dan diafragma, yang
memperkuat kontraksi sewaktu kepala janin melewati
panggul, kepala bayi akan melakukan gerakan gerakan
utama meliputi :
a) Turunnya kepala
Turunnya kepala di bagian dalam :
1) Masuknya kepala dalam Pintu Atas Panggul (PAP)
Engagment
Masuknya kepala kedalam PAP pada primigrafida
terjadi di bulan akhir kehamilan sedangkan pada
multigrafida biasanya terjadi pada awal persalinan.
Kepala masuk PAP biasanya dengan sutura
sagitaslis melintang dan dengan flexi yang ringan.
Masuknya kepala melintasi PAP dalam kuadran
synclistismus, yaitu arah sumbu kepala janin tegak
lurus dengan bidang PAP atau sutura sagitalis
terdapat ditengah tengah jalan lahir/ tepat diantara
dan promotorium sehingga, dari parietal depan dan
belakang sama tingginya.
Kepala yang masuk dengan keadaan
asyinclitimus yaitu arah kepala janin miring dengan
bidang PAP atau sutura sagitalis agak kedepan
mendekati simfisis/agak kebelakang mendekati
promotorium. Asyinclitismus posterior bila sutura
sagitalis mendekati simpisis dari parietal biasa lebih
rendah dari parietal depan, atau apabila arah sumbu
kepala membuat sudut lancip kebelakang dengan
PAP. Asyinclitismus anterior yaitu bila sutura
sagitalis mendekati promotorium sehingga parietal
depan lenih rendah dari parietal belakang, atau
apabila arah sumbu kepala membuat sudut lancip ke
depan PAP.
2) Majunya kepala
Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah
kepala masuk kerongga panggul dan biasanya baru
mulai pada kala II. Pada multipara majunya kepala
dan masuknya kepala dalam rongga panggul terjadi
secara bersmaan. Majunya kepala bersamaan
dengan gerakan fleksi, putaran fleksi dalam, dan
ekstensi. Penyebab majunya kepala : meningkatnya
cairan intra uterin, tekanan langsung oleh fundus
pada bokong, kekuatan mengedan, melurusnya
badan anak oleh pelurusan bentuk rahim.
3) Flexi
Dengan majunya kepala, biasanya flexi juga
bertambah hingga ubun-ubun kecil lebih rendah
dari ubun ubun besar. Keuntungan dari
bertambahnya flexi ialah bahwa ukuran kepala
yang lebih kecil melalui jalan lahir : diameter sub
occipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan sub
occipito frontalis (11 cm).
Penyebab flexi yaitu dikarenakan anak
didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan
dari pinggir pintu atas panggul, cerviks, dinding
panggul atau dasar panggul, akibat sumbu kepala
janin yang eksentrik atau tidak simetris dengan
sumbu mendekati sub occiput, tahanan oleh
jaringan dibawahnya terhadap kepala anak akan
menurun/ menurut hukum kopel.
4) Putaran paksi dalam
Yang dimaksud putaran paksi dalam ialah
pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa
sehingga bagian terndah dari bagian depan
memutar kedepan kebawah symfisis. Pada
presentasi belakang kepala bagian yang terendah
ialah daerah ubun ubun kecil dan bagian inilah
yang memutar kedepan kebawah syimfisis.
Putaran paksi dalam mutlak perlu untuk
kelahiran kepala karena putaran paksi merupakan
suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dan
bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah
dan pintu bawah panggul. Putaran paksi dalam
tidak terjadi tersendiri, tetapi selalu bersamaan
dengan majunya kepala sampai didasar panggul.
Penyebab putaran paksi dalam yaitu
dikarenakan, pada letak fleksi bagian belakang
kepala merupakan bagian terendah dari kepala,
bagian terendah dari kepala ini mencari tahanan
yang paling sedikit terdapat sebelah depan atas
dimana terdapat hiatus genitalis, levator aninkiri
dan kanan dan ukuran terbesar dari bagian tengah
panggul ialah diameter anteroposterior.
5) Ekstensi
Setelah putaran paksi selesai dan kepala
sampai didasar panggul, terjadilah extensi atau
defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena
sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul
mengarah kedepan dan atas , sehingga kepala harus
mengadakan ekstensi untuk melaluinya. Pada
kepala terjadi dua kekuatan, yang satu
mendesaknya kebawah dan satunya disebabkan
tahanan dasar panggul yang menolaknya keatas.
Resultannya ialah kekuatan kearah depan atas.
Setelah subociput tertahan pada pinggir bawah
symfisis maka yang dapat maju karena kekuatan
tersebut diatas bagian yang berhadapan dengan
subociput, maka lahirlah berturut-turut pada
pinggir atas perineum ubun ubun besar, dahi
hidung, mulut dan akhirnya dagu dengan gerakan
extensi. Subociput yang menjadi pusat pemutaaran
disebut hypomochilion.
6) Putaran Paksi Luar
Setelah kepala lahir, muka kepala anak
memutar kembali kearah punggung anak untuk
menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena
putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut putara
retribusi (putaran balasan). Selanjutnya putaran
dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan
dengan tuber ischiadicum sepihak (disisi kiri).
Gerakan yang terakhir ini adalah putaran paksi luar
yang sebenarnya dan disebabkan karena ukuran
bahu menempatkan diri dalam diameter
anteroposterior dari pintu bawah panggul.
7) Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai
dibawah sympisis dan menjadi hypomochillion dan
kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan
menyesal dan selanjutnya seluruh badan anak lahir
searah dengan paksi jalan lahir (Ai Nurasiah, dkk
2014 :144).

F. Mengenali Gejala dan Tanda Kala II


1) Mengenali dan Melihat adanya tanda persalinan kala II
Yang dilakukan adalah: tingkat kesadaran penderita,
pemeriksaan tanda-tanda :
a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
b) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada
rektum dan vaginanya.
c) Perineum menonjol .
d) Vulva vagina dan sfingter ani membuka.
e) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah
Menyiapkan Pertolongan Persalinan
2) Memastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan
esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana
komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk resusitasi →
tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3 handuk atau
kain bersih dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot
60 watt dengan jarak 60 cm diatas tubuh bayi.
a) Menggelar kain diatas perut ibu. Dan tempat
resusitasi serta ganjal bahu bayi.
b) Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril
sekali pakai di dalam partus set.
3) Pakai celemek plastik yang bersih.

4) Melepaskan dan menyimpan semua periasan yang dipakai,


mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk pribadi
yang kering dan bersih.
5) Memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril
untuk pemeriksaan dalam.
6) Masukan oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (gunakan
tangan yang memakai sarung tangan disinfeksi tinggkat
tinggi atau steril.
Memastikan Pembukaan Lengkap Dan keadaan Janin
Bayi
7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan
hati-hati dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas
atau kasa yang sudah di basahi air disinfeksi tingkat tinggi.
a. Jika Introitus vagina, perineum, atau anus
terkontaminasi tinja, bersihkan dengan kasa dari arah
depan ke belakang.
b. Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi)
dalam wadah yang tersedia.
c. Ganti sarung tangan jika terkontaminasi
(dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan
klorin 0,5 % → langkah 9.
8) Lakukan Periksa dalam untuk memastikan pembukaan
lengkap
Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah
lengkap maka lakukan amniotomi.
9) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam
larutan korin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam
keadaan terbalik serta merendamnya selama 10 menit.
Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi berakhir
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-
160x/ menit).
Menyiapkan Ibu Dan Keluarga Untuk Membantu
proses pimpinan meneran
11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik, membantu ibu dalam posisi yang nyaman
sesuai keinginannya.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu
untuk meneran.
(pada saat adanya his, bantu ibu dalam posisi setengah
duduk dan pastikan dia merasa nyaman).
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai
dorongan yang kuat untuk meneran.
14) Ajarkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau
mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa
ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
15) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter
5-6 cm meletakan handuk bersih diatas perut ibu untuk
mengeringkan bayi.
16) Meletakan kain yang bersih di lipat 1/3 bagian di
bawah bokong ibu.
17) Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali
kelengkapan alat dan bahan.
18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi.
Lahirnya kepala
19) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6
cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi
kain tadi, letakan tangan yang lain di kepala bayi untuk
menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala,
menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan saat
kepala lahir.
20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan
yang sesuai jika terjadi lilitan tali pusat.
a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan
lewat bagian atas kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali
pusat didua tempat dan potong diantara kedua klem
tersebut.
21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran peksi
luar secara spontan.
Lahirnya Bahu
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tepatkan
ke dua tangan di masing-masing sisi muka bayi.
Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi
berikutnya, dengan lembut menariknya kearah bawah
dan kearah luar sehingga bahu anterior muncul di
bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut
menarik ke arah atas dan kearah luar untuk melahirkan
bahu posterior.
Lahirnya badan dan tungkai
23) Setelah kedua bahu di lahirkan, menelusurkan tangan
mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah
perineum, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir
ketangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan
tangan bayi saat melewati perineum, gunakan tangan
bagian bawah saat menyangga tubuh bayi saat
dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas)
untuk mengendalikan siku dan tangan anterior saat bayi
keduanya lahir.
24) Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan
yang ada di atas( anterior ) dari punggung kearah kaki
bayi untuk menyangga saat punggung dan kaki lahir
memegang kedua mata kaki bayi dan dengan hati – hati
membantu kelahiran kaki.
Penanganan Bayi Baru Lahir.
25) Lakukan penilaian (sepintas) :
a) Apakah bayi cukup bulan
b) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa
kesulitan ?
c) Apakah bayi bergerak dengan aktif ?
Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK” lanjut ke
langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir. Bila
semua jwaban adalah “YA”, lanjut ke-26.
26) Keringkan tubuh bayi
Segera mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala,
dan bagian tubuh lainnya kecuali tangan tanpa
membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan
handuk/kain yang kering. Biarkan bayi diatas perut ibu.
27) Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi
bayi dalam uterus (hamil tunggal).
28) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar
uterus berkontraksi baik.
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntukan
oksitosin 10 unit IM (Intara muskuler) 1/3 paha atas
bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin).
30) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan
klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan
pada tali pusat mulai dari klem dari arah bayi dan
memasang klem ke dua 2 cm dari klem pertama ke
arah ibu.
31) Pemotongan dan pengikatan tali pusat
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah
dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan
penguntungan tali pusat diantara dua klem
tersebut.
b. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada
satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang
tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci
pada sisi lainnya.
c. Lepaskan klem dan masukan dalam wadah yang
telah disediakan.
32) Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi.
Letakkan bayi tengkurap didada ibu. Luruskan bahu
bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu.
Usahan kepala bayi berada diantara payudara ibu
dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.
Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang
topi dikepala bayi.
Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi
menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu
pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit.
Bayi cukup menyusu dari satu payudara
Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun
bayi sudah berhasil menyusu
Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III.
Oksitosin
33) Memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari
vulva.
34) Meletakan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu,
tepat diatas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini
untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan
uterus, memegang tali pusat dan klem dengan tangan
yang lain.
35) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah
bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke
arah belakang – atas ( dorso – kranial) secara hati-hati
(untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir
setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan
tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi
prosedur diatas.Jika uterus tidak segera berkontraksi,
minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan
stimulasi puting susu.
Mengeluarkan Plasenta
36) Lakukan penegangnan dan dorongan dorso-kranial
hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil
penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai
dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir,
(tetap lakukan tekanan dorso-kranial)
a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem
hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan
lahirkan plasenta.
b. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit
menegangkan tali pusat:
1. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM.
2. Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung
kemih penuh.
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
4. Ulangi penegangna tali pusat 15 menit
berikutnya.
5. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah
bayi lahir atau bila terjadi perdarahan, segera
lakukan plasenta manual.
37) Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lahirkan
plasenta dengan menggunakan ke dua tangan, pegang
dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilih
kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah
yang telah disediakan.
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT
atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput
kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau
steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus.
38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,
melakukan Masase uterus, meletakan telapak tangan di
fundus dan melakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi
(Fundus menjadi keras).
Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak
berkontraksi setelah 15 detik masase.
Menilai Perdarahan
39) Memeriksa kedua sisi placenta baik bagian ibu maupun
bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh.
Masukan plesenta kedalam kantung plastik atau tempat
khusus.
40) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum
dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan
aktif.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif
segera lakukan penjahitan.
Melakukan Prosedur paska persalinan
41) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak
terjadi perdarahan pervaginam.
42) Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan
DTT kemudian keringkan tangan dengan tissue atau
handuk pribadi yang bersih dan kering.
Evaluasi
43) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik serta kandung
kemih kososng
44) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan massase uterus dan
menilai kontraksi
45) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
46) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih
setiap 15 menit selama 1 jam pertama paska persalinan
dan setiap 30 menit selama jam kedua paska persalinan
a. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap
jam selama 2 jam pertama paska persalinan
b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan
yang tidak normal.
47) Pantau Periksa kembali bayi dan pantau setiap 15 menit
untuk pastikan bahwa bayi bernapas dengan baik (40-60
kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5 0C).
a. Jika bayi sulit bernapas, merintih atau retraksi,
diresusitasi dan segera merujuk kerumah sakit.
b. Jika bayi napas terlalu cepat, segera dirujuk
c. Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat.
Kembalikan bayi kulit kekulit dengan ibunya dan
selimuti ibu dan bayi dengan satu selimut.
Kebersihan dan Keamanan
48) Tempatkan semua peralatan dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit), mencuci dan membilas
peralatan setelah didekontaminasi.
49) Buang bahan – bahan yang terkontaminasi ke dalam
tempat sampah yang sesuai.
50) Bersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi
tingkat tinggi. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan
darah. Bantu ibu untuk memakai pakaian yang bersih dan
kering.
51) Pastikan bahwa ibu nyaman, membantu ibu memberikan
ASI, menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu
minuman dan makanan yang diinginkan.
52) Dekontaminasi tempat bersalin dengan klorin 0,5% .
53) Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin
0,5% membalikan bagian sarung tangan dalam ke luar
dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit.
54) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air yang
mengalir.
55) Pakai sarung tangan bersih atau DTT untuk pelaksannan
bayi baru lahir
56) Dalam waktu 1 jam, beri antibiotik salep mata
pencegahan, dan vitamin K1 1 mg secara IM di paha kiri
anterolateral . setelah itu lakukan pemeriksaan fisik bayi
baru lahir, pantau setiap 15 menit untuk memastikan bayi
bernafas dengan baik (40-60 kali / menit) serta suhu
tubuh normal (36,5-37,5 ‘ C).
57) Setelah 1 jam pemberian vit K1 berikan suntikan
imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral.
Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu
waktu bisa disusukan.
58) Lepaskan sarung tangan dan rendam dalam larutan klorin
secara terbalik
59) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kudian
keringkan tangan.
Pendokumentasian
60) Lengkapi patograf (Halaman depan dan belakang,
periksa tanda vital dan asuhan kala IV) (JNPK-
KR,2012).

G. Partograf
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase
aktif persalinan. Tujuan utama penggunaan partograf adalah
untuk mencapai hasil observasi dan kemajuan persalinan
dengan menilai pembukaan serviks melalui VT dan
mendeteksi dini adanya kemungkinan partus lama.partograf
ini digunakan baik pada primigravida atau multigravida.
(Fitriana Y, Nurwulandani W : 2017, h: 156)
1) Fungsi Partograf
Apabila digunakan secara tepat, partograf akan membantu
penolong persalinan untuk.
a) Mencatat kemajuan persalinan
b) Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan
dan kelahiran
c) Menggunakan informasi yang tercatat untuk secara
dini mengidentifikasi adanya penyulit.
2) Waktu pengisian partograf
Waktu yang tepat untuk pengisian partograf adalah saat
proses persalinan telah berada dalam kala 1 fase aktif, yaitu saat
mulai terjadinya pembukaan serviks 4 sampai 10 dan berakhir
pada pemantauan kala II.
Selama fase laten, semua asuhan, pengamatan dan
pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat dicatat secara
terpisah, baik dicatatan kemajuan persalinan maupun di Buku
KIA atau Kartu Menuju Sehat (KMS) Ibu Hamil. Tanggal dan
waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan dalam
faselaten persalinan. Semua asuhan dan intervensi juga harus
dicatatakan. (APN hal : 55).
3) Pengisian Lembar depan Partograf
Partograf dapat dikatakan sebagai data yang lengkap bila seluruh
informasi ibu, kondisi janin, kemajuan persalinan, waktu dan
jam, kontraksi uterus, kondisi ibu, obat obatan yang diberikan,
pemeriksaan laboatorium, keputusan klinik, dan asuhan atau
tindakan yang diberikan telah dicatat secara rinci sesuai dengan
cara pencatatan partograf. Berikut ini adalah hal hal yang dicatat
dalam partograf.
a) Informasi Tentang Ibu
Meliputi no register, Nama, Umur, G,P,A, Tanggal dan jam
kapan ibu ditangani oleh petugas.
b) Koordinasi janin
(1) DJJ (Kesehatan dan Kenyamanan Janin)
Menilai dan mencatat setiap 30 menit (lebih sering,
jika ada tanda gawat janin). Setiap kotak pada bagian
tersebut menunjukan waktu 30 menit, kisaran normal
DJJ tertera diantara di antara garis tebal angka 180 dan
100. Akan tetapi, penolong harus sudah waspada bila
DJJ dibawah 120 atau diatas 160. Beri tanda “●” pada
kisaran angka 180 dan 100. Hubungkan satu titik denga
titik lainnya.
(2) Warna dan Adanya Ketuban
Warna ketuban dinilai setiap melakukan pemeriksaan
dalam, selain warna air ketuban, jika pecah. Catat temuan
dalam kontak yang sesuai di bawah lajur DJJ dan gunakan
lambang berikut.
U = ketuban utuh (belum pecah)
J = ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M = ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
mekonium
D = ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
darah
K = ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban
(kering)
Mekonium dalam air ketuban selalu menunjukan gawat
janin. Apabila terdapat mekonium, pantau DJJ secar
seksama untuk mengenali tanda gawat janin (DJJ < 100
atau > 180 kali permenit) selama proses persalinan. Segera
lakukan rujukan ke fasilitas kesehatan.
(3) Molase ( Penyusupan Kepala Janin)
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa
jauh bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras
panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup
menunjukan kemungkinan adanya disproposi tulung
panggul (Cephalopelvic disproportionate) CPD. Setiap
kali melakukan
Pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala janin dan
catat temuan dibawah lajur air ketuban dengan
menggunakan lambang berikut ini.

0 = Tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah


dapat dipalpasi
1 = tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2 = tulang tulang kepala janin saling tumpang tindih,
namun masih dapat dipisahkan
3 = tulang tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak
dapat di pisahkann
(4) Kemajuan Persalinan
Kemajuan persalinan yang dicatat dalam partograf
meliputi pembukaan serviks, penurunan kepala janin, dan
kontraksi uterus.
(a) Pembukaan serviks
Hal hal yang perlu dilakukan dalam memantau
pembukaan serviks adalah sebagai berikut :
(i) Nilai & catat pembukaan serviks tiap 4 jam (
lebih sering dilakuka bila ada penyulit).
(ii) Angka 0-10 yang tertera paling kiri adalah
besarnya dilatasi serviks, setiap angka /kolom
menunjukan besarnya pembukaan serviks
(iii)Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan
(pembukaan 4 cm) catat pembukaan serviks
digaris waspada dengan menulis tanda “X”.
(iv) Selanjutnya catat setiap kali melakukan VT
kemudian hubungkan dengan garis utuh ( tidak
putus).
(b) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin
Pada pengecekan bagian ini berilah tanda “O” untuk
menunjukan penurunan bagian terbawah janin pada
garis waktu yang sesuai. Contoh : jika kepala bisa
palpasi 4/5 tuliskan tanda “O” di nomor 4 kemudian
hubungkan tanda “O” dari setiap pemeriksaan
dengan garis yang sudah terputus.
(c) Garis waspada dan Garis Bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm
dan berakhir pada titik dengan pembukaan lengkap
yang diharapkan terjadi jika laju pmbukaan 1 cm
perjam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus
di muali dari garis waspada. Apabila pembukaan
serviks mengarah kesebelah kanan garis waspada
penyulit yang ada harus di pertimbangkan (misalnya
fase aktif memanjang, macet dll).
(d) Waktu dan jam Waktu dimulai fase aktif persalinan,
bagian bawah partograf ( pembukaan serviks dan
penurunan kepala janin ) tertera kotak kotak yang
diberi angka 1-16. Setiap kotak menunjukan waktu
satu jam sejak dimulai waktu atif persalinan.
Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan.
(i) Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan
berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh
menit pada lajur kotak diatasnya atau lajur kotak
dibawahnya.
(ii) Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan,
catatkan pembukaan serviks di garis waspada,
lalu catatkan waktu aktual pemeriksaan tersebut
dikotak yang sesuai.
(e) Kontraksi uterus
Terdapat lima lajur dengan tulisan “ kontraksi setiap 10
menit” di sebelah luar kolom paling kiri dibawah lajur
waktu partograf. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi.
Tiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10
menit dan lama satuan detik > 40 detik.
(f) Obat dan Cairan yang diberikan
(i) Oksitosin
Apabila tetesan (drips) oksitosin telah dimuali,
dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin
yang diberika pervolume cairan intravena dan satuan
tetesan permenit.
(ii) Obat lain dan cairan intravena
Catat semua pemberian obat tambahan dan atau cairan
intravena dalam kotak yang sesuai dengan kolom
waktunya.
(g) Kesehatan dan Kenyamanan Ibu
Bagian terakhir pada lembar depan partograf
berkaitan dengan kesehata ibu meliputi hal hal
sebagai berikut.
1) Nadi, tekanan darah, dan tempratur tubuh. Catat dan
nilai nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif
persalinan lebih sering jika dicurigai terdapat
penyulit). Tekanan darah, dicatat setiap 4 jam atau
lebih sering, jika diduga ada penyulit, maka berilah
tanda panah pada partograf. Beri tanda panah dalam
kolom waktuyang sesuai pada partograf. Nilai dan
catat juga temprature tubuh ibu setiap 2 jam dan catat
temperature tubuh dalam kotak yang selesai.
2) Volume urin, protein dan aseton. Ukuran catat jumlah
produksi urine ibu sedikitnya setiap 2 jam. Apabila
memugkinkan, setiap kali ibu berkemih, lakukan
pemeriksaan aseton atau protein urin dalam urine.

C. BAYI BARU LAHIR


1. Beberapa pengertian dari bayi baru lahir normal adalah :
a) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia
kehamilan 37-42 minggu dengan berat lahir antara 2500-
4000 gram.
b) Bayi lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan,
38-42 minggu dengan berat badan sekitar 2500-3000
gram dan panjang badan sekitar 50-55 cm (Sarwono
dalam Sondakh 2013).
c) Adapun ciri-ciri bayi baru lahir normal adalah berat
badan 2500-4000 gram, panjang badan lahir 48-52 cm,
lingkar dada 32-34 cm, lingkar kepala 33-35 cm,
frekuensi jantung ±180 denyut/menit, kemudian
menurun sampai 120-140 denyut/menit, pernapasan pada
beberapa menit pertama cepat, kira-kira 80 kali/menit,
kemudian menurun menjadi 40-60 kali/menit, kulit
kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan
cukup terbentuk dan diliputi verniks kaseosa, rambut
lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah
sempurna, kuku agak panjang dan lemas, genetalia: labia
mayora sudah menutupi labia minora (pada anak
perempuan), testis sudah turun (pada anak laki-laki),
reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik,
reflek moro sudah baik, jika terkejut bayi akan
memperlihatkan gerakan tangan seperti memeluk,
eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam
24 jam pertama. Mekonium berwarna hitam kehijauan
dan lengket (Sondakh, 2013).
2. Adaptasi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan di Luar
Uterus
a) Pengertian Fisiologis Neonatus
Fisiologis neonatus merupakan ilmu yang mempelajari
fungsi dan proses vital neonatus. Neonatus adalah individu
yang baru saja mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine kekehidupan
rekekstrauterin. Selain itu neonatus adalah individu yang
sedang bertumbuh.
b) Sistem Pernafasan
Berikut adalah tabel mengenai perkembangan system
pulmonal sesuai dengan usia kehamilan.
Tabel 3.1 : perkembangan sistem pulmonal janin sesuai usia
kehamilan
Usia Kehamilan Perkembangan
24 hari Bakal paru paru terbentuk
26-28 hari Kedua bronkus membesar
8 minggu Segmen bronkus terbentuk
12 minggu Lobus terdiferensi
24 minggu Alveolus terbentuk
28 minggu Surfaktan terbentuk
34-38 minggu Struktur paru matang

(Sondakh:2013).
Ketika struktur matang, ranting paru-paru sudah bisa
mengembangkan system alveoli. Selama dalam uterus
janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui
plasenta dan setelah bayi lahir, pertukaran gas harus
melalui paru-paru bayi. (Sembiring J.2017 h : 4).

c) Pernafasan awal dipicu oleh faktor fisik, sensorik, dan


kimia.

(1) Faktor-faktor fisik meliputi usaha yang


diperlukanuntuk mengembangkan paru-paru dan
mengisi alveolus yang kolaps (misalnya, perubahan
dlam gradien tekanan).
(2) Faktor faktor sensorik, meliputi suhu, bunyi, cahaya,
suara, dan penurunan suhu.
(3) Faktor faktor kimia, meliputi perubahan dalam darah
(misalnya, penurunan kadar oksigen, peningkatan
kadar CO2, dan penurunn pH) sebagai akibat asfiksia
semntara selama kelahiran.
d. Frekuensi pernfasan bayi baru lahir berkisar 30-60
kali/menit.
e. Sekresi lendir mulut dapat menyebabkan bayi batuk dan
muntah, terutama selama 1-18 jam pertama.
f. Bayi baru lahir lazimnya bernafas mellui hidung.
Respons refleks terhadap obstruksi nasal dan membuka
mulut untuk mempertahankan jalan napas tidak ada pada
sebagian besar bayi sampai 3 minggu setelah kelahiran.
g. Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam
waktu 30 detik sesudah kelahiran.
Pernapasan ini timbul sebagai akibat aktivitas normal
sistem saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa
rangsangan lainnya. Semua ini menyebabkan
perangsangan pusat pernafasan dalam otak yang
melanjutkan rangsangan tersebut untuk nmenggerakkan
diagfragma, serta otot-otot pernafasan lainnnya.
Tekanan rongga dada bayi pada saat melalui jalan lahir
per vaginam mengakibatkan paru-paru kehilangan 1/3
dari cairan yang terdapat di dalamnya,sehingga tersisa
80-100 ml. Setelah bayi lahir, cairan yang hilang tersebut
akan diganti dengan udara.
a. Perlindungan termal (Termoregulasi) Ketika bayi baru
lahir, ia berada pada suhu lingkungan yang lebih rendah
dari pada suhu di dalam kandungan ibu. Agar tetap
hangat, bayi baru lahir dapat menghasilkan panas melalui
gerakan tungkai dan dengan stimulasi lemak cokelat.
Hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir ke
lingkungannya dapat terjadi dalam beberapa mekanisme,
yaitu sebagai berikut :
1) Konduksi adalah pemindahan panas dari suatu
objek lain melalui kontak langsung.
2) Konveksi Hilangnya panas melalui konveksi
terjadi ketika panas dari tubuh bayi berpindah ke
udara sekitar yang lebih dingin.
3) Radiasi adalah berpindahnya panas antara dua
obyek dengan suhu berbeda tanpa saling
bersentuhan.
4) Evaporasi adalah proses perpindahan panas dengan
cara mengubah cairan menjadi uap. Evaporasi
merupakan jalan utama bayi kehilangan panas.
Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan
cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas
tubuh bayi sendiri, karena setelah lahir, tubuh bayi
tidak segera dikeringkan.
b. Adaptasi Kardiovaskular
1) Berbagai perubahan anatomi berlangsung setelah
lahir. Beberapa perubahan terjadi dengan cepat, dan
sebagian lagi terjadi seriring dengan waktu.
2) Sirkulasi perifer lambat, yang menyebabkan
akrosianosis (pada tangan, kaki dan sekitar mulut).
3) Denyut nadi berkisar 120-160 kali/menit saat
bangun dan 100 kali/menit saat tidur.
4) Rata rata tekana darah adalah 80/46 mmHg dan
bervariasi sesuai dengan ukuran dan tingkat aktivasi
bayi.
Dengan berkembangnya paru-paru, pada alveoli akan
terjadi peningkatan tekanann oksigen. Sebaliknya,
tekanan CO2 akan mengalami penurunan. Hal ini
mengakibatkan terjadinya penurunan resistensi
pembuluh darah dari arteri pulmonalis mengalir ke paru-
paru dan ductus arteriosus tertutup. Setelah tali pusat
dipotong, aliran darah dari plasenta terhenti dan foramen
oval tertutup
c. Adaptasi Neurologis
Jika dibandingkan dengan sistem tubuh lain, sistem saraf
belum matang secara anatomi dan fisiologi. Adanya
beberapa reflek yang terdapat pada bayi baru lahir
menandakan adanya kerja sama antara sistem saraf dan
muskuloskeletal (Sondakh, 2013).
Tabel. 3.1 Refleks pada bayi baru lahir

Refleks Respons normal Respons abnormal


Rooting dan Bayi menoleh ke arah Respons yang lemah
menghisap benda yang menyentuh atau tidak ada terjadi
pipi. Dapat dinilai pada prematuritas,
dengan mengusap pipi penurunan atau cidera
bayi dengan lembut, neurologis, atau
bayi akan menolehkan depresi sistem saraf
kepalanya kearah jari pusat (SSP)
kira dan membuka
mulutnya (rooting).
Sedangkan refleks
menghisap dimulai
dengan memberi
tekanan pada mulut
bayi di langit bagian
dalam gusi atas yang
akan menimbulkan
isapan yang kuat dan
cepat. Refleks ini juga
dapat diliat pada waktu
bayi menyusui.

Menelan Bayi baru lahir Muntah, batuk, atau


menelan berkoordinasi regurgitasi cairan dapat
dengan menghisap bila terjadi, kemungkinan
cairan ditaruh berhubungan dengan
dibelakang lidah sianosis sekunder
karena prematuritas,
deficit neurologis
Ekstrusi Bayi menjulurkan Ekstrusi lidah secara
lidah keluar bila ujung kontinu atau
lidah disentuh dengan menjulurkan lidah yang
jari atau puting berulang-ulang terjadi
pada kelainan SSP dan
kejang
Moro Ekstensi simetris Respons asimetris
bilateral dan abduksi terlihat pada cedera
seluruh ekstremitas, saraf perifer (pleksus
dengan ibu jari dan jari brakialis) atau fraktur
telunjuk membentuk klavikula atau fraktur
huruf “c”, diikuti tulang panjang lengan
dengan adduksi atau kaki
ekstremitas dan
kembali ke fleksi
relaks jika posisi bayi
berubah tiba-tiba atau
jika bayi diletakkan
telentang pada
permukaan yang datar
Melangkah Bayi akan melangkah Respons asimetris
dengan satu kaki dan terlihat pada cedera
kemudian kaki lainnya saraf SSP atau perifer
dengan gerakan atau fraktur tulang
berjalan bila satu kaki panjang kaki
disentuh pada
permukaan rata
Merangkak Bayi akan berusaha Respons asimetris
untuk merangkak terlihat pada cedera
kedepan dengan kedua saraf SSP dan
tangan dan kaki bila gangguan neurologis
diletakkan telungkup
pada permukaan datar
Tonik leher atau Ekstremitas pada satu Respons presisten
fencing sisi dimana saat kepala setelah bulan keempat
ditolehkan akan dapat menandakan
ekstensi, dan cedera neurologis.
ekstremitas yang Respons menetap
berlawanan akan fleksi tampak pada cedera
bila kepala bayi SSP dan gangguan
ditolehkan ke satu sisi neurologis
selagi beristirahat
Terkejut Bayi melakukan Tidak adanya respons
abduksi dan fleksi dapat menandakan
seluruh ekstremitas defisit neurologis atau
dan dapat mulai cedera. Tidak adanya
menangis bila respons secara lengkap
mendapat gerakan dan konsisten terhadap
mendadak atau suara bunyi keras dapat
keras menandakan ketulian.
Respons dapat menjadi
tidak ada atau
berkurang selama tidur
malam
Glabellar Bayi akan berkedip Terus berkedip dan
“blink” bila dilakukan 4 atau 5 gagal untuk berkedip
ketuk pertama pada menandakan
batang hidung saat kemungkinan
mata terbuka gangguan neurologis
Palmar grap Jari bayi akan melekuk Respon ini berkurang
di sekeliling benda dan pada prematuritas.
menggenggamnya Asimetris terjadi pada
seketika bila jari kerusakan saraf perifer
diletakkan ditangan (pleksus brakialis) atau
bayi fraktur humerus
Tanda babinsky Jari-jari kaki bayi akan Tidak ada respon yang
hiperekstensi dan terjadi pada defisit SSP
terpisah seperti kipas
dari dorsofleksi ibu jari
kaki bila satu sisi kaki
digosok dari tumit
keatas melintasi
bantalan kaki
Sumber : (Jenny Sondakh, 2013).

d. Adaptasi Ginjal
1) Laju filtrasi glomerulus relatif rendah pada saat lahir
disebabkan oleh tidak adekuatnya area permukaan kapiler
glomerulus.
2) Meskipun keterbatasan ini tidak mengancam bayi baru lahir
yang normal, tetapi menghambat kapasitas bayi untuk
berespons terhadap stresor.
e. Adaptasi Hati
1) Selama kehidupan janin dan sampai tingkat tertentu setelah
lahir , hati
2) Selama periode neonatus, hati memproduksi zat yang esensial
untuk pembekuan darah.
3) Penyimpanan zat besi ibu cukup memadai bagi bayi sampai 5
bulan kehidupan ekstrauterin, pada saat ini, bayi baru lahir
menjadi rentan terhadap defisiensi zat besi.
4) Hati juga mengontrol jumlah bilirubin tak berkonjugasi yang
berksirkulasi, pigmen berasaal dari hemoglobin dan
dilepaskan bersamaaan dengan pemecahan sel-sel daah
merah.
5) Bilirubin tak terkonjuugasi dapat meninggalkan sistem
vaskular dan menembus jaringan ektravaskular lainnya
(misalnya : kulit, sklera, dan membran mukosa oral). Yang
mengakibatkan warna kuning yang disebut jaundice atau
ikterus .
f. Adaptasi Imun
a) Bayi baru lahir tidk dapat menembus organisme penyerang di
pintu masuk.
b) Imaturitas jumlah sistem pelindung secara signifikan
meningkatkan risikio infeksi pada bayi baru lahir.
1) Respon inflamasi berkurang, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif
2) Fagositosis lambat.
3) Keasaman lambung dan produksi pepsin dan tripsin belum
berkembang sempurna sampai usia 3-4 minggu.
4) Imunoglobulin A hilang hilang dari saluran pernapasan dan
perkemihan, kecuali jika bayi tersebut menyusu ASI, IgA juga
tidak terdapat dalam saluran GI.
c) Infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas
selama periode neonatus.

C. Penilaian APGAR
Penilaian keadaan umum bayi dimulai satu menit setelah lahir dengan
menggunakan nilai APGAR. Penilaian berikutnya dilakukan pada
menit kelima dan kesepuluh. Penilaian ini untuk mengetahui apakah
bayi menderita asfiksia atau tidak.

Tabel 3.3
Penilaian Bayi dengan Metode APGAR

Aspek Pengamatan Skor


Bayi Baru Lahir 0 1 2
Warna kulit
Warna kulit
tubuh
Seluruh seluruh
normal,
Appearance/warna tubuh bayi tubuh
tetapi tangan
kulit berwarna normal (
dan kaki
kebiruan kemerah-
berwarna
merahan)
kebiruan
Denyut nadi, Denyut nadi
Denyut nadi
Pulse/denyut nadi <100 > 100
tidak ada
kali/menit kali/menit
Aspek Pengamatan Skor
Bayi Baru Lahir 0 1 2
Sedikit
gerakan
Tidak ada Meringis,
mimik /
Grimace/ respon respon batuk atau
grimace
refleks terhadap bersin saat
(Wajah
stimulasi distimulasi
meringis saat
distimulasi)
Lengan dan
kaki dalam
Bergerak
Lemah, tidak posisi fleksi
Activity/ tonus otot aktif dan
ada gerakan dengan
spontan
sedikit
gerakan
Menangis
lemah, Menangis
terdengar kuat,
Tidak
Respiratory/pernafasan seperti pernafasan
bernafas
merintih baik dan
(lemah/tidak teratur
teratur)
Sumber : Sondakh. 2013 138.

D. Perawatan Bayi Baru Lahir


1) Pertolongan pada saat Bayi Lahir
a) sambil menilai pernapasan secara cepat, letakkan bayi
dengan handuk diatas perut ibu.
b) dengan kain yang bersih atau kasa, bersihkan darah atau
lendir dari wajah bayi agar jalan udara tidak terhalang,
periksa ulang pernapasan bayi, sebagian besar bayi akan
menangis atau bernapas secara spontan dalam waktu 30 deti
setelah lahir.
2) Pemeriksaan Fisik Bayi
a) Kepala : pemeriksaan terhadap ukuran, bentuk, sutura
menutup/ melebar, adanya caput succadebum, cepal
hematoma, kraniotabes, dsb.
b) Mata : pemeriksaan terhadap perdarahan, subkonjungtiva,
tanda tanda infeksi (pus).
c) Hidung dan mulut : pemeriksaan terhadap labio skisis,
labiopalatoskizis , dan refleks hisap (dinilai dengan
mengamati bayi saat menyusui).
d) Telinga : pemeriksaan terhadap praurical tog,kelaianan
daun/ bentuk telinga.
e) Leher:pemeriksaan terhadap hematom strenocleidob
mastoideus, ductusthyroglossalis, hygroma colli.
f) Dada : pemeriksaan terhadap bentuk, pembesaran buah
dada, pernapasan, retraksi intercostal, subcostal sifoid,
merintih, pernapasan cuping hidung, serta bunyi paru-paru (
sonor,vesikular, bronkial, dan lain-lain).
g) Jantung : pemeriksaan terhadap pulsasi, frekuensi bunyi
jantung, kelainan bunyi jantung.
h) Abdomen : pemeriksaan terhadap membuncit (pembesaran
hati, limpa, tumor aster), schapoid (kemungkinan bayi
menderita diafragmatika/atresia esofagus tapa fistula)
i) Tali pusat : pemeriksaan terhadap perdarahan, jumlah darah
pada tali pusat, warna dan besar tali pusat, hernia di tali
pusat dan selangkangan.
j) Alat kelamin : pemeriksaan terhadap testis apakah berada
dalam skrotum, penis berlubang pada ujung (pada laki laki),
vagina berlubang, apakah labia mayora menutupi labia
minora ( pada bayi perempuan).
k) Lain lain : mekonium harus keluar dalam 24 jam sesudah
lahir, bila tidak, harus waspada terhadap atresia ani atau
ostruksi usus. Selain itu, urin juga harus keluar dalam 24
jam. Kadang pengeluaran urin tidak diketahui karena pada
saat bayi lahir, urin keluar bercampur dengan air ketuban.
Bila urin tidak keluar dalam 24 jam, maka harus
diperhatikan kemungkinana adanyaobstruksi saluran kemih.
3) Perawatan Mata
Obat mata eritromisin 0,5 % atau tetrasiklin 1 % dianjurkan
untuk penyakit mata akibat klamidi (PMS). Obat perlu
diberikan pada jam pertama setelah persalinan.
4) Berikan vitamin K untuk mencegah terjadinya perdarahan
karena defisiensi vitamin K pada BBL.
5) Identifikasi bayi
6) Perawatan lain :

a) Lakukan perawatan tali pusat.


b) Dalam waktu 24 jam dan sebelum ibu dan bayi pulang ke
rumah beri imunisasi Hepatitis B.
c) Ajarkan tanda-tanda bahaya bayi pada orang tua.
d) Ajarkan pada orang tua cara merawat bayi.
e) Beri ASI sesuai kebutuhan setiap 2-3 jam.
f) Jaga keamanan bayi terhadap trauma dan penyakit atau
infeksi.
g) Ukur suhu tubuh bayi jika tampak sakit atau menyusui
kurang baik.
h) Penyuluhan sebelum bayi pulang.
1) Perawatan tali pusat
2) Pemberian ASI
3) Jaga kehangatan bayi
4) Tanda-tanda bahaya
5) Imunisasi
6) Perawatan harian atau rutin
7) Pencegahan infeksi
E. Pemberian Imunisasi BCG
a) Pengertian Vaksin BCG
BCG (Bacillus Calmette Guerin) adalah vaksin hidup
yang dibuat dari Mycobacterium bovis yang dibiak
berulang selama 1-3 tahun sehingga didapatkan hasil
yang tidak virulen tetapi masih mempunyai
imunogenitas. Vaksinasi BCG menimbulkan
sensitivitas terhadap tuberkulin, tidak mencegah infeksi
tuberkulosis tetapi mengurangi risiko terjadi tuberkulosis
berat seperti meningitis TB dan tuberkulosis milier
(Ranuh,2008,p.132).
b) Cara pemberian dan dosis:
1) Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus

dilarutkan terlebih dahulu. Melarutkan dengan

mengggunakan alat suntik steril Auto Distruct

Scheering (ADS) 5 ml

2) Dosisi pemberian: 0,05 ml.

3) Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan

kanan atas(insertion musculu deltoideus).Dengan

menggunakan Auto Distruct Scheering (ADS) 0,05

ml.

4) Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan

sebelum lewat 3 jam.

c) Indikasi

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap

tuberculosis.

d) Kontra indikasi:

1) Adanya penyakit kulit yang berat/menahun

seperti: eksim, furunkulosis dan sebagainya.

2) Mereka yang sedang menderita TBC.

e) Efek Samping

Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang

bersifat umum seperti deman. Setelah 1-2 minggu


akan timbul indurasi dan kemerahan ditempat suntikan

yang berubah menjadi pustule, kemudian pecah

menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan, akan

sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut.

Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional

di ketiak dan atau leher, terasa padat, tidak sakit dan

tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak

memerlukan pengobatan dan akan menghilang dengan

sendirinya (Departemen Kesehatan RI,2006,p.21-22)

F. Tabel 3.4 Kunjungan Neonatus


Kunjungan Neonatus Tanya dan lihat
KN I (6-48 jam) a) Pernafasan
b) Warna kulit
c) Temperatur
d) ASI
e) Tali pusat
f) BAK
g) BAB
h) Vit K dan imunisasi
i) Tanda infeksi
KN II (3-7 hari) a) ASI
b) BB
c) Tanda infeksi
d) Tanda ikterus
e) Imunisasi
KN III (8-28 hari) a) ASI
b) BB
c) Tanda infeksi
d) Imunisasi
D. NIFAS
a) Pengertian dan Tahapan Masa Nifas
1. Beberapa Pengertian Nifas
a. Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya
plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum
hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6
minggu atau 40 hari (Ambarwati dalam Walyani.S.
2015:1)
b. Periode postnatal adalah waktu penyerahan dari selaput
dan plasenta (menandai akhir dari periode intrapartum)
menjadi kembali ke saluran reproduktif wanita pada masa
sebelum hamil. Periode ini juga disebut puerperium
(Varney dalam Walyani S. 2015).
c. Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah partus
selesai sampai pulihnya kembali alat alat kandungan
seperti sebelum hamil. Lamanya masa nifas ini yaitu kira-
kira 6-8 minggu (Abidin dalam Walyani S. 2015)
d. Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera
setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu
berikutnya pada waktu saluran kembali ke keadaan tidak
hamil yang normal (Mac Donald dalam Walyani S. 2015)
2. Tahapan Masa Nifas
Nifas dibagi dalam periode, yaitu :
a. Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan.
b. Puerperium intermedial, yaitu keputihan menyeluruh alat-
alat genital.
c. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk
pulih dan sehat sempurna ,terutama bila selama hamil atau
waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk
sehat sempurna mungkin beberapaminggu, bulan atau
tahun.
3. Perubahan fisik masa nifas
a. Rasa kram dan mules di bagian bawah perut akibat
penciutan rahim (involusi)
Tabel 4.1
Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa
nifas

Involusi Tinggi fundus uterus Berat uterus


Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Plasenta lahir 2 jari di bawah pusat 750 gram
I minggu Pertengahan pusat 500 gram
simpisis
2 minggu Tidak teraba diatas 350 gram
simfisis
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram
Sumber : Mochtar,2010.
b. Keluarnya sisa darah (lokea)
Pengeluaran Lochea terdiri dari :
1) Lokhea Rubra (kruenta)
Hari ke 1-2, terdiri dari darah segar dan sisa sisa selaput
ketuban, sel sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan
mekonium.
2) Lokhea sanguinolenta
Berwarna merah kuning, berisi darah dan lendir, hari ke
3-7 pasca persalinan.
3) Lokhea serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari
ke 7-14 pasca persalinan.
4) Lokhea alba
Berwarna putih, setelah 2 minggu.
5) Lokhea purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau
busuk
c. Kelelahan karena proses melahirkan
d. Pembentukan ASI sehingga payudara membesar
e. Kesulitaan BAB dan BAK
f. Gangguan otot (betis, dada, perut, panggu, otot)
g. Perlukaan jalan lahir (lecet /jahitan)
4. Perubahan psikis masa nifas
a. Perasaan ibu berfokus pada dirirnya, berlangsung setelah
melahirkan sampai hari ke 2 (fase taking in).(Walyani S.
2015:3). Ibu akan berulang kali menceritakan proses persalinan
yang dialaminya dari awal sampai akhir. Ibu perlu bicara
tentang dirinya sendiri. Ketidaknyamanan fisik yang dialami
ibu pada fase ini seperti rasa mules, nyeri pada jahitan, kurang
tidur dan kelelahan merupakan sesuatu yang tidak dapat
dihindari. Hal tersebut membuat ibu perlu cukup istirahat
untuk mencegah gangguan psikologis yang mungkin dialami,
seperti mudah tersinggung, menangis. Hal ini membuat ibu
cenderung menjadi pasif. Pada fase ini petugas kesehatan harus
menggunakan pendekatan yang empatik agar ibu dapat
melewati fase ini dengan baik.(Suherni : 2008)
b. Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan merawat baayi,
muncul perasaaan sedih (baby blues) disebut fase taking hold
(hari ke 3-10).(Walyani S.2105:3) Ibu mempunyai perasaan
sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang
marah. Kita perlu berhati-hati menjaga komunikasi dengan ibu.
Dukungan moril sangat diperlukan untuk menumbuhkan
kepercayaan diri ibu. Bagi petugas kesehatan pada fase ini
merupakan kesempatan yang baik untuk memberikan berbagai
penyuluhan dan pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu
nifas. Tugas kita adalah mengajarkan cara merawat bayi, cara
menyusu yang benar, cara merawat luka jahitan, senam nifas,
memberikan pendidikan kesehatan yang dibutuhkan ibu seperti
gizi, istirahat, kebersihan diridan lain-lain.(Suherni:2008)
c. Ibu merasa percya diri untuk merawat diri dan bayinya disebut
fase letting go (hari ke -10 akhir masa nifas). Ibu sudah mulai
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu
memahami bahwa bayi butuh disusui sehingga siap terjaga
untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Keinginan untuk
merawat diri dan bayinya sudah meningkat pada fase ini. Ibu
akan lebih percaya diri dalam menjalani peran barunya.
Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada fase sebelumnya
akan sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam
memenuhi kebutuhan diri dan bayinya. Dukungan suami dan
keluarga masih terus diperlukan oleh ibu. Suami dan keluarga
dapat membantu merawat bayi, mengerjakan urusan rumah
tangga sehingga ibu tidak telalu terbebani. Ibu memerlukan
istirahat yang cukup, sehingga mendapatkan kondisi fisik yang
bagus untuk dapat merawat bayinya.(Suherni:2008)
5. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena
merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan
60 % kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan
dan 50 % kematian masa nifas teradi dalam 24 jam pertama.
Masa neonatus merupakan masa kritis bagi kehidupan bayi,
2/3 kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan
dan 60 % kematian BBL terjadi dalam waktu 7 hari setelah
lahir. Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan
bayi pada masa nifas dapat mencegah beberapa kematian ini.
Tabel 4.2 : Program Dan Kebijakan Teknik Masa Nifas
Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam setelah a. Mencegah terjadinya
persalinan perdarahan pada masa
nifas
b. Mendeteksi dan
merawat penyebab
lain perdarahan dan
memberikan rujukan
bila perdarahan
berlanjut.
c. Memberikan konseling
kepada ibu atau salah
satu anggota keluarga
mengenai bagaimana
mencegah perdarahan
masa nifas karena
atonia uteri
d. Pemberian ASI pada
masa awal menjadi ibu
e. Menganjarkan ibu
untuk mempererat
hubungan antara ibu
dan bayi baru lahir
f. Menjaga bayi tetap
sehat dengan cara
mencgah hipotermi.
a. Memastikan involusi
uterus berjalan normsl,
uterus berkontraksi,
fundus di bawah
umbilicus tidak ada
perdarahan abnormal
b. Menilai adanya tanda
tanda demam infeksi
atau kelainan pasca
melahirkan.
c. Memastikan ibu
mendapat cukup
makanan, cairan , dan
istirahat.
d. Memastikan ibu
menyusui dengan baik
dan tidak ada tanda
tanda penyulit
e. Memberikan konseling
kpada ibu mengenai
asuhan pada bayi, cara
merawat tali pusat,
dan menaga agar bayi
tetap hangat.
a. menanyakan kepada
ibu tentang penyulit
penyulit yang dialami
atau bayinya
b. memberikan konseling
KB secara dini.
(walyani.2015: 5).

You might also like