You are on page 1of 9

ANALISA STABILITAS DAYA DUKUNG TANAH LEMPUNG LUNAK

MENGGUNAKAN ABU LIMBAH AMPAS TEBU


(studi Kasus Tanah Lempung Lunak dan Abu Ampas Tebu
di Area Pabrik Gula Sugar Group Kabupaten Lampung tengah)

A.Gumay1,a* Mustopa2,b

Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Metro


Jl. Ki Hajar Dewantara 15 A Metro, Lampung.
Email : agumay@yahoo.com, bmustopa@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pemakaian abu ampas tebu dalam
meningkatkan Stabilitas Daya Dukung Tanah pada tanah dasar (subgrade) serta untuk
mengetahui pengaruh batas-batas konsistensi tanah dengan variasi pencampuran abu ampas
tebu pada tanah lempung lunak. Untuk mengetahui perbandingan karakteristik tanah sebelum
dan sesudah dilakukan stabilisasi dengan abu ampas tebu melalui pengujian di laboratorium
dan untuk mendapatkan proporsi abu ampas tebu yang sesuai untuk meningkatkan daya dukung
tanah sebagai lapisan tanah dasar (subgrade). Ruang lingkup dan batasan masalah pada
penelitian ini adalah: Sampel tanah yang digunakan merupakan sampel tanah terganggu
(disturbed) pada jenis tanah lempung lunak di Area Pabrik Gula Sugar Group Lampung
Tengah. Bahan penstabilisasi tanah yang digunakan adalah abu ampas tebu. Pengujian-
pengujian yang dilakukan di laboratorium antara lain, sebagai berikut :
1. Pengujian pada tanah asli
2. Pengujian terhadap sampel tanah + abu ampas tebu
Metode dan pembahasan dari pengujian-pengujian tersebut akan disesuaikan dengan
persyaratan spesifikasi dan ketentuan-ketentuan yang berlaku di Indonesia.
Dari hasil penelitian dan pengujian yang dilakukan di laboratorium mekanika tanah, didapat
hasil sebagai berikut :
1. Uji fisik tanah asli yang dilakukan di laboratorium mekanika tanpa perendaman
(unsoaked) dan perendaman (soaked).
2. Penambahan abu ampas tebu cenderung menurunkan nilai berat jenis.
3. Penambahan abu ampas tebu yang baik untuk meningkatkan daya dukung tanah atau
(subgrade) berada pada komposisi 15%.

Kata Kunci : Stabilitas, daya dukung tanah, abu ampas tebu

PENDAHULUAN memanfaatkan limbah abu ampas


Proses produksi di pabrik gula pada tebumenjadi bahan yang bermanfaat, yaitu
umumnya menggunakan ampas tebu kering sebagai bahan stabilissi tanah lempung.
sebagai bahan bakar. Pembakaran ampas Abu limbah ampas tebu selama ini
tebu menyisakan limbah berupa abu ampas pemanfaatannya masing sering diabaikan,
tebu. Abu ampas tebu adalah limbah dari padahal di dalamnya terkadang senyawa
pabrik gula yang dihasilkan dari proses silika yang cukup tinggi. Senyawa silika
penggilingan tebu dimana ampas tebu pada kondisi yang sesuai dapat bereaksi
(bagasse) digunakan sebagau bahan bakar dengan kapur membentuk kalsium silika
proses penggilingan tersebut. Oleh karena hidrat.
itu, dilakukan penelitian untuk

ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 5 No. 1 Nov 2015 11


Pada penelitian ini abu limbah ampas mendapatkan contoh tanahnya yaitu CBR
tebu dimanfaatkan untuk memperbaiki lapangan dan CBR laboratorium.
tanah lempung lunak yang memiliki sifat TINJAUAN PUSTAKA
kurang bersahabat terhadap struktur jalan. Tanah Dasar (Subgrade)
Tanah lempung tersebut pada saat musim Tanah dasar adalah permukaan tanah
hujan tanah tersebut menjadi lembek dan semula atau permukaan tanah galian atau
kuat dukungnya rendah, sedangkan pada permukaan tanah timbunan yang
saat musim kemarau keras tetapi retak-retak dipadatkan dan merupakan permukaan
akibat penyusutan. Jika tanah asli lempung dasar untuk perletakan bagian-bagian
lunak tersebut dijadikan sebagai subgrade perkerasan lainnya. Perkerasan jalan
jalan maka struktur perkerasan jalannya diletakkan di atas tanah dasar atau
menjadi mudah retak, amblas dan subgrade, di mana sifat-sifat dan daya
bergelombang. Pembakaran ampas tebu dukung tanah ini sangat mempengaruhi
tersebut menyisakan abu limbah ampas kekuatan dan keawetan dari suatu
tebu. Abu limbah ampas tebu ini konstruksi jalan di atasnya dan mutu jalan
mengandung silika yang cukup tinggi secara keseluruhan. Banyak metode yang
sehingga sangat menguntungkan karena digunakan untuk menentukan daya dukung
pada kondisi yang sesuai dapat bereaksi tanah dasar, misalnya pemeriksaan CBR
dengan kapur membentuk calsium silika (California Bearing Ratio), DCP (Dynamic
hidrat. Cone Penetration), dan pengujian Modulus
Penelitian ini membahas serangkaian Reaksi Tanah Dasar. Di Indonesia daya
pemeriksaan dan pengujian di laboratorium dukung tanah dasar untuk kebutuhan
guna mencari solusi terhadap permasalahan perencanaan tebal perkerasan ditentukan
tanah lempung lunak dengan dengan pemeriksaan CBR.
mencampurnya menggunakan abu limbah
ampas tebu dengan variasi 12%, 15%, 18% Klasifikasi Tanah
dari berat sampel tanah yang bertujuan Pemilihan tanah-tanah ke dalam
untuk memperbaiki karakterisik fisik dan kelompok atau sub-kelompok yang
kuat dukungnya. Karakteristik fisik tanah menunjukkan sifat atau kelakuan yang
adalah karakteristik tanah yang digunakan sama, disebut klasifikasi. Klasifikasi tanah
untuk menentukan jenis tanah. Pengujian sangat membantu perancangan dalam
karakteristik fisik tanah berupa uji berat memberikan pengarahan dengan cara
jenis, gradasi butiran tanah dan batas-batas empiris yang telah ada dari hasil
Atterberg. Kedudukan fisik tanah berbutir pengalaman yang telah lalu. Terdapat dua
halus pada kadar air tertentu disebut sistem klasifikasi yang sering digunakan,
konsistensi. Batas-batas konsistensi yaitu system klasifikasi tanah Unified dan
menurut Atterberg meliputi batas cair (LL), USCS (Unified Soil Classification System)
batas plastis (PL) dan batas susut (SL) dan AASTHO (America Association of State
(Hardiyatmo, 1992). Highway and Transportation Officials).
Nilai kuat dukung tanah didapatkan Sistem-sistem menggunakan sifat-sifat
diantaranya dengan cara melakukan uji indeks tanah yang sederhana seperti
California Bearing Ratio (CBR) sesuai distribusi ukuran butiran, batas cair dan
ASTM D 1883. Nilai CBR adalah nilai indeks plastisitas. Sistem klasifikasi
yang menyatakan kualitas tanah dasar AASTHO lebih cocok digunakan untuk
dibandingkan dengan bahan standar berupa perancangan jalan raya.
batu pecah yang mempunyai nilai CBR
sebesar 100% dalam memikul beban lalu
lintas. CBR dapat dibagi sesuai dengan cara

ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 5 No. 1 Nov 2015 12


Tanah Lempung montmorillonite dalam kadar air lapangan
Mineral Lempung dan batas cair yang memungkinkan.
Partikel lempung berflokulasi
(berkelompok) dalam satu satuan tekstur Abu Limbah Apas Tebu
submikroskopis dan disebut domain. Indonesia merupakan Negara
Domain-domain berkelompok membentuk penghasil tebu ke-11 terbesar di dunia.
cluster, dan cluster berkelompok Dimana Indonesia memproduksi tebu
membentuk ped (butir tanah-dapat dilihat). sebanyak 24.000.000 tanaman tebu atau
Mineral lepung berukuran sangat kecil 3,3% dari produksi Brazil yang merupakan
(kurang dari 2 µm) dan merupakan partikel tanaman tebu. Rata-rata ampas tebu yang
yang aktif secara elektro kimiawi dan hanya diperoleh dari proses giling 32% tebu.
dapat dilihat dengan mikroskop elektron. Dengan produksi tebu di Indonesia pada
Mineral lempung menunjukkan tahun 2011 sebesar 24 juta ton potensi
karakteristik yang berhubungan oleh ampas tebu di Indonesia masih sering di
material lain walaupun berukuran lebih abaikan. Dengan produksi tebu di Indonesia
kecil seperti kwarsa. Setiap deposit masih sering di abaikan. Di dalam abu
lempung sekaligus mengandung mineral limbah ampas tebu mengandung senyawa
dan berbagai partikel dari material-material silika yang cukup tinggi yang dapat
lainnya yang dapat dianggap pengisi. digunakan sebagai bahan untuk
Secara kimiawi, mineral lempung memperbaiki karakteristik tanah lempung
merupakan ikatan hydrous aluminosilicates (Stabilisasi tanah).
(aluminasilika dengan air) ditambah ion
metalik. Stabilisasi Tanah
Stabilisasi tanah adalah suatu proses
Sifat Umum Mineral Lempung untuk memperbaiki sifat - sifat tanah
Partikel lempung hampir selalu dengan menambahkan sesuatu pada tanah
mengalami hidrasi, dikelilingi oleh lapisan- tersebut, agar dapat menaikkan kekuatan
lapisan molekul air (absorbed water), tanah dan mempertahankan kekuatan geser.
mempunyai tebal dua molekul (diffuse Adapun tujuan stabilisasi tanah adalah
layer). Air dan/atau logam tertarik ke untuk mengikat dan menyatukan agregat
lapisan ini dengan kuat. Difusi kation dari material yang ada sehingga membentuk
mineral lempung meluas keluar dai struktur jalan atau pondasi jalan yang padat.
permukaan lempung sampai ke lapisan air. Sifat – sifat tanah yang telah diperbaiki
Pengaruh ini menyebabkan daya netto (+) dengan cara stabilisasi dapat meliputi :
di dekat partikel mineral dan daya (-) pada kestabilan volume, kekuatan atau daya
jarak yang lebih jauh. Difusi kation ini dukung, permeabilitas, dan kekekalan atau
merupakan fenomena dengan difusi keawetan.
pertemuan di antara muka air bebas dan
atmosfir di mana material yang mengalami Batas-Batas Atteberg
difusi tersebut adalah molekul air. Air Batas kadar air yang mengakibatkan
tertarik dengan kuat sehingga lebih bersifat perubahan kondisi dan bentuk tanah dikenal
sebagai benda padat daripada benda cair. pula sebagai batas-batas konsistensi atau
Kerapatan air (ρw) = 1,4 g/cm3. batas-batas Atterberg (yang mana diambil
Mineral lempung mempunyai daya dari nama peneliti pertamanya yaitu
tarik yang cukup terhadap ion-ion H+ Atterberg pada tahun 1911). Pada
sehingga lapisan air setinggi 400Ǻ akan kebanyakan tanah di alam, berada dalam
dapat menutupi. Hal ini menunjukkan kondisi plastis. Kadar air yang terkandung
perbedaan antara kaolinite dengan dalam tanah berbeda - beda pada setiap
kondisi tersebut yang mana bergantung

ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 5 No. 1 Nov 2015 13


pada interaksi antara partikel mineral solid), plastis (plastic), dan cair (liquid),
lempung. Oleh karena itu, atas dasar air seperti yang ditunjukkan dalam Gambar
yang dikandung tanah, tanah dapat berikut.
dibedakan ke dalam empat (4) keadaan
dasar, yaitu : padat (solid), semi padat (semi
Kadar Air Bertambah
Kering Makin Basah

Padat Semi Padat Plastis Cair

Cakupan
Plasticity Index (PI)
PI  LL - PL

Batas Susut Batas Plastis Batas Cair


(Shrinkage Limit) (Plastic Limit) (Liquid Limit)

Adapun yang termasuk ke dalam batas – 4. Indeks Plastisitas (Plasticity Index)


batas Atterberg antara lain : Indeks plastisitas (IP) adalah selisih
1. Batas Cair (Liquid Limit) antara batas cair dan batas plastis. Indeks
Batas cair (LL) adalah kadar air tanah plastisitas merupakan interval kadar air
pada batas antara keadaan cair dan tanah yang masih bersifat plastis.
keadaan plastis, yaitu batas atas dari Perhitungan Indeks Plastisitas (IP):
daerah plastis. 1. Nilai dari PI adalah selisih antara batas
2. Batas Plastis (Plastic Limit) cair dan batas plastis
Batas plastis (PL) adalah kadar air pada 2. Plasticity index (PI) = LL – PL
kedudukan antara daerah plastis dan
semi padat, yaitu persentase kadar air California Bearing Ratio (CBR)
dimana tanah yang di buat menyerupai Prinsip dasar dari pengujian CBR
lidi - lidi sampai dengan diameter adalah membandingkan besarnya beban
silinder 3 mm mulai retak-retak, putus (gaya) yang diperlukan untuk menekan
atau terpisah ketika digulung. torak dengan luas penampang 3 inch2 ke
3. Batas Susut (Shrinkage Limit) dalam lapisan perkerasan sedalam 0,1 inch
Batas susut (SL) adalah kadar air yang (2,54 mm) atau 0,2 inch (5,08) dengan
didefinisikan pada derajat kejenuhan beban standar. Oleh karena itu, kekokohan
100%, dimana untuk nilai - nilai di lapisan perkerasan dinyatakan dalam
bawahnya tidak akan terdapat perubahan “kekokohan relatif” atau persen kekokohan.
volume tanah apabila dikeringkan terus. Besarnya beban standar untuk penetrasi 0,1
Harus diketahui bahwa batas susut inch adalah 3000 lbs (pound) atau sekitar
makin kecil maka tanah akan lebih 1350 kg, sedangkan besarnya beban standar
mudah mengalami perubahan volume. untuk penetrasi 0,2 inch adalah 4500 lbs
Perhitungan batas susut tanah : atau sekitar 2025 kg. (Gogot Setyo Budi).
𝑉− 𝑉𝑜 1. Kegunaan CBR
𝑆𝐿 = 𝑊𝑐 − ( )x 100%
𝑊𝑜 Metode perencanaan perkerasan
Dimana :
jalan yang digunakan sekarang
Wc = kadar air pada pasta tanah
yaitu dengan metode empiris, yang
Wo = berat kering pasta tanah (W2 – W)

ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 5 No. 1 Nov 2015 14


biasa dikenal CBR (California Nilai CBR pada penetrsai 0,1” =
Bearing Ratio). Metode ini A
dikembangkan oleh California x 100%
3000
State Highway Departement Nilai CBR pada penetrsai 0,2” =
sebagai cara untuk menilai B
kekuatan tanah dasar jalan x 100%
4500
(subgrade). Nilai CBR akan Dimana :
digunakan untuk menentukan tebal A = Pembacaan dial pada saat
lapisan perkerasan. penetrasi 0,1”
2. Jenis CBR B = Pembacaan dial pada saat
Berdasarkan cara mendapatkan penetrasi 0,2”
contoh tanahnya, CBR dapat dibagi Nilai CBR yang didapat adalah nilai
atas : yang terbesar diantara hasil
a. CBR Lapangan perhitungan kedua nilai CBR di
CBR lapangan disebut juga atas.
CBR inplace atau field CBR
dengan kegunaan sebagai METODE PENELITIAN
berikut : Metode Pengumpulan Data
1. Mendapatkan CBR asli di Teknik pengumpulan data
lapangan sesuai dengan dilaksanakan dengan metode eksperimen
kondisi tanah dasar. terhadap beberapa benda uji dari berbagai
2. Untuk mengontrol apakah kondisi perlakuan yang diuji di
kepadatan yang diperoleh laboratorium. Jenis data pada penelitian ini
sudah sesuai dengan yang dikelompokkan menjadi 2 yaitu data primer
diinginkan. dan sekunder. Data primer diperoleh dari
b. CBR Laboratorium uji bahan secara langsung. Sedangkan data
CBR Laboratorium dapat sekunder merupakan berupa data-data hasil
disebut juga CBR Rencana penelitian/pengujian.
Titik. CBR laboratorium dibagi Data Primer
menjadi 2, yaitu : Adapun sampel tanah yang digunakan pada
1. Pengujian tanah (Soaked) penelitian ini adalah :
2. Pengujian kering a) Tanah lempung yang berasal dari area
(Unsoaked) sekitar Pabrik gula Sugar Group
3. Pengujian Kekuatan dengan CBR Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi
Alat yang digunakan untuk Lampung yang diambil dengan
menentukan besarnya CBR berupa menggunakan alat pengebor tanah
alat yang mempunyai piston dengan (hand bor) yang diambil dengan
luas 3 sqinch dengan kecepatan kedalaman per 20 cm, sampai mencapai
gerak vertikal ke bawah 0,05 kedalaman 1 sampai 2 meter.
inch/menit, Proving Ring b) Abu limbah ampas tebu yang digunakan
digunakan untuk mengukur beban diambil dari hasil pembakaran ampas
yang dibutuhkan pada penetrasi tebu di Pabrik gula Sugar Group
tertentu yang diukur dengan arloji Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi
pengukur (dial). Penentuan nilai Lampung.
CBR yang biasa digunakan untuk
menghitung kekuatan pondasi jalan Data Sekunder
adalah penetrasi 0,1” dan penetrasi Data sekunder adalah data yang
0,2”, yaitu dengan rumus sebagai diperoleh secara tidak langsung (didapat
berikut : dari penelitian lain) maupun buku-

ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 5 No. 1 Nov 2015 15


buku/refrensi lain yang sama dan masih d. Pengujian batas-batas Atterberg
berhubungan dengan penelitian. e. Pengujian pemadatan (Modified
Proctor)
Bahan Penelitian f. Pengujian CBR
a. Sampel tanah yang diuji pada penelitian 2. Pengujian pada tanah yang telah
ini yaitu tanah lunak dengan klasifikasi distabilisasi abu limbah ampas tebu
lempung lunak yang berasal dari a. Pengujian berat jenis
Pabrik/Perusahaan Gula Sugar Group b. Pengujian batas-batas Atterberg
Kabupaten Lampung Tengah, Propinsi c. Pengujian pemadatan (Modified
Lampung. Proctor)
b. Air yang berasal dari Laboratorium d. Pengujian CBR
Makanika Tanah Fakultas Teknik Pada pengujian tanah yang telah di
Jurusan Teknik Sipil Universitas stabilisasi, setiap sampel tanah dibuat
Muhammadiyah Metro. dengan variasi kadar campuran abu limbah
c. Abu limbah ampas tebu yang lolos ampas tebu sebanyak 12%, 15%, dan 18%
saringan No. 40 yang berasal dari area dengan dilakukan masa pemeraman yaitu
sekitar Pabrik/Perusahaan Gula Sugar selama 7 hari sebelum dilakukan pengujian
Group Kabupaten Lampung Tengah, CBR.
Propinsi Lampung.
Analisa Hasil Pengujian
Metode Pencampuran Sampel Tanah Semua hasil yang didapat dari
dengan Abu Limbah Ampas Tebu pelaksanaan penelitian akan ditampilkan
Metode pencampuran untuk masing- dalam bentuk tabel, grafik hubungan serta
masing prosentasi abu limbah ampas tebu penjelasan-penjelasan yang didapat dari :
adalah : 1. Hasil dari pengujian sampel tanah asli
Abu limbah ampas tebu dicampur dengan (0%) yang ditampilkan dalam bentuk
sampel tanah yang lolos saringan No. 4 tabel dan digolongkan berdasarkan
(4,75mm) dengan variasi prosentase abu sistem klasifikasi tanah AASHTO.
limbah ampas tebu yaitu 12%, 15%, dan 2. Dari hasil pengujian sampel tanah asli
18% dari berat tanah asli. Sampel tanah terhadap masing-masing pengujian
yang sudah dicampur abu limbah ampas seperti uji analisa saringan, uji berat
tebu siap untuk dipadatkan, lalu diendapkan jenis, uji kadar air, uji batas-batas
selama 3 sampai 7 hari yang bertujuan agar Atterberg, uji pemadatan tanah dan uji
tanah menjadi homogen. CBR, ditampilkan dalam bentuk tabel
dan grafik yang nantinya akan
Prosedur Penelitian didapatkan kadar air kondisi optimum.
Pelaksanaan pengujian dilakukan di 3. Dari hasil pengujian CBR terhadap
Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas masing-masing campuran, yaitu 12%,
Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas 15%, dan 18% dalam kondisi
Muhammadiyah Metro. Pengujian yang pemeraman dan perendaman
dilakukan dibagi menjadi 2 bagian ditampilakn dalam bentuk tabel dan
pengujian yaitu pengujian untuk tanah asli grafik hasl pengujian.
dan tanah yang telah distabilisasi, adapun 4. Analisis mengenai perubahan
pengujian-pengujian tersebut adalah karakteristik pada pencampuran abu
sebagai berikut : limbah ampas tebu dengan sampel
1. Pengujian Sampel Tanah Asli tanah, dalam kondisi pemeraman
a. Pengujian analisa saringan dengan perendaman atau tanpa
b. Pengujian berat jenis perendaman dijelaskan dalam bentuk
c. Pengujian kadar air

ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 5 No. 1 Nov 2015 16


tabel dan grafik hasil pengujian sebagai ada terdapat hasil penelitian yang
berikut : didapat.
a. Dari hasil pengujian berat jenis
didapatkan hasil pengujian yang HASIL PENELITIAN
ditampilkan dalam bentuk tabel dan Hasil Pengujian Tanah Asli
grafik, dengan cara
membandingkan nilai berat jenis Tabel Hasil Pengujian Sampel Tanah Asli.
sampel pada masing-masing No Pengujian Hasil
1 Kadar air (ω) 21,42 %
perilaku. Dari tabel dan grafik nilai 2 Berat Jenis (Gs) 1,51
berat jenis tersebut maka akan 3 Batas Atteberg :
a. Batas Cair (LL) 50,50 %
didapatkan penjelasan b. Batas Plastis (PL) 15,69 %
perbandingan antara pengaruh c. Indeks Plastisitas 34,81
4 (PI) 0,00
masing-masing sampel yang 5 Gradasi lolos saringan no. 200
diperam dengan peredaman dan Pemadatan : 28,50 %
a. Kadar air optimum 1,56 gr/cm3
yang diperam tanpa perendaman 6 b. Berat isi kering
terhadap nilai berat jenisnya. maksimum 2,10 %
CBR : 7,33 %
b. Dari hasil pengujian batas cair dan a. CBR Tanpa
batas plastis (batas atterberg) rendaman
b. CBR Rendaman
didapatkan hasil pengujian yang di Sumber : hasil pengujian dilaboratorium.
tampilkan dalam bentuk tabel dan Menurut sistem klasifikasi USCS
grafik, dengan cara (Unified Soil Classification), dari hasil
membandingkan nilai batas cair dan
penelitian ini menunjukkan bahwa tanah
batas plastis sampel pada masing-
tersebut memiliki angka batas cair di atas
masing perilaku. Dari tabel dan 50 % yaitu 50,50 %. maka berdasarkan
grafik nilai batas cair dan batas tabel klasifikasi USCS tanah dari daerah
plastis tersebut maka akan area Pabrik Gula Sugar Group Lampung
didapatkan penjelasan Tengah ini secara umum dikategorikan
perbandingan antara pengaruh golongan tanah lempung berpasir dengan
masing-masing sampel yang plastisitas rendah. Serta untuk nilai batas
diperam dengan perendaman dan cair 50,50% dan indeks plastisitas 34,81%,
yang diperam tanpa perendaman bila nilai tersebut diplotkan pada diagram
dengan nilai batas cair dan batas plastisitas USCS pada tabel bagan
plastisnya (batas atterberg). plastisitas,tanah yang diuji tersebut
c. Dari hasil pengujian CBR nilai termasuk dalam kelompok CL yaitu
kekuatan daya dukung dan stabilitas Lempung anorganik dengan plastisitas
campuran pada masing-masing rendah.
perilaku. Hasil pengujian CBR ini
ditampilkan dalam bentuk tabel dan
Hasil Pengujian Tanah Campuran
grafik hubungan antara masing-
Tabel Hasil Pengujian Berat Jenis Tanah
masing nilai CBR pada setiap Campuran
perilaku. Dari tabel dan grafik nilai
Kadar Abu Berat Jenis
CBR tersebut maka akan
Ampas Tebu
didapatkan penjelasan
12% 2,19
perbandingan antara pengaruh
15% 2,68
masing-masing perilaku dengan
18% 2,07
CBR-nya.
Sumber : hasil pengujian dilaboratorium.
5. Dari seluruh analisa hasil penelitian ini,
Dari hasil uji berat jenis dengan dengan
maka dapat ditarik kesimpulan
penambahan kadar abu ampas tebu sebesar
berdasarkan tabel dan grafik yang telah
12%, 15%, dan 16% seperti yang tertera
ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 5 No. 1 Nov 2015 17
pada tabel menunjukkan adanya perbedaan Tabel Hasil Pengujian Batas Plastis Tanah
nilai berat jenis pada masing-masing Campuran
campuran. Selain itu proses sementasi pada Kadar Abu Batas Plastis
tanah dan abu ampas tebu menyebabkan Ampas Tebu (PL)
terjadinya penggumpalan yang merekatkan 12% 24,83%
antara partikel, rongga-rongga pori yang 15% 4,59%
telah ada sebagian akan dikelilingi bahan 18% 1,93%
sementasi yang lebih keras dan lebih sulit Sumber : hasil pengujian dilaboratorium.
ditembus air.
Tabel Hasil Pengujian Indeks Plastisitas
Tabel Hasil Pengujian Pemadatan 12% Kadar Abu Indeks
Tanah Campuran Ampas Tebu Plastisitas (PI)
Cara pemadatan Standar 12% 15,17%
Berat jenis 2,19 15% 4,41%
Kadar air maksimum 15,00% 18% 5,07%
γd maksimum 1,94 gr/cm3
Sumber : hasil pengujian dilaboratorium.
Sumber : hasil pengujian dilaboratorium.
Indeks plastisitas (PI) adalah batas cair
dikurangi batas plastis (PI=LL-PL).
Tabel Hasil Pengujian Pemadatan 15%
Hubungan tersebut memperlihatkan bahwa
Tanah Campuran
nilai PI sangat tergantung oleh ilai batas
Cara pemadatan Standar cair dan batas plastis. Penambahan
Berat jenis 2,68 persentase abu ampas tebu dapat
Kadar air maksimum 12,00% menurunkan batas cair dan menaikkan
γd maksimum 2,25 gr/cm3 batas plastis, maka indeks plastisitasnya
Sumber : hasil pengujian dilaboratorium. menurun.
Tabel Hasil Pengujian Pemadatan 18% Grafik hasil pengujian CBR dari
Tanah Campuran masing-masing persentase
Cara pemadatan Standar campuran abu ampas tebu
Berat jenis 2,07 10
Axis Title

Kadar air maksimum 13,85%


5
γd maksimum 2,15 gr/cm3
Sumber : hasil pengujian dilaboratorium. 0
12% 15% 18%
Tabel Hasil pengujian CBR tiap kadar abu Sumber : hasil pengujian dilaboratorium.
ampas tebu Dari grafik diatas persentase penambahan
CBR
Kadar Abu
(Tanpa
CBR abu limbah ampas tebu yang baik untuk
Ampas Tebu (Rendaman)
Rendaman) meningkatkan daya dukung tanah sebagai
12% 5,30% 12,50% lapis tanah dasar (subgrade) berada pada
15% 7,00% 13,15%
komposisi 15%.
18% 5,57% 11,11%
KESIMPULAN
Sumber : hasil pengujian dilaboratorium. Dari uji fisik tanah asli yang dilakukan
Tabel Hasil Pengujian Batas Cair Tanah dilaboratorium didapat kadar air sebesar
Campuran 21,42% dan berat jenis 1,51. Untuk batas-
Kadar Abu Batas Cair (LL) batas atteberg yaitu batas cair (LL) 50,50%,
Ampas Tebu batas plastis (PL) 15,69%, dan indeks
12% 40,00% plastisitas (PI) 34,81%. Sedangkan nilai
15% 9,00%
CBR tanah asli tanpa rendaman (unsoaked)
18% 7,00%
sebesar 2,10% dan nilai pengembangan
Sumber : hasil pengujian dilaboratorium.
ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 5 No. 1 Nov 2015 18
(swelling) pada CBR rendaman (soaked )
sebesar 7,13%. Penambahan abu ampas
tebu terhadap nilai CBR pada stabilisasi
tanah mempunyai kecenderungan semakin
meningkat. Penggunaan 15% abu ampas
tebu pada kondisi pemeraman akan
meningkatkan nilai CBR sekitar 5%
terhadap CBR tanah asli. Penambahan abu
ampas tebu pada tanah asli (di area pabrik
gula sugar group Lampung Tengah) dapat
memperbaiki sifat-sifat fisik tanah asli
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010. Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah. Metro, Universitas
Muhammadiyah Metro. Lampung.
Anonim, 2014. Buku Petujuk Praktikum
Mekanika Tanah I dan II.
Universitas Muhammadiyah Metro.
Lampung.
Dr Soenartono Adisoemarto. Dasar-dasar
Ilmu Tanah Edisi Keenam .PT.
Erlangga. Jakarta.
E. Sutarman. Konsep dan Aplikasi
Mekanika Tanah. ANDI.
Yogyakarta.
Gogot Setyo Budi. Pengujian Tanah di
Laboratorium. Graha Ilmu, 20011.
Henry D. Foth. Dasar-dasar Ilmu Tanah
Edisi Keenam .PT. Erlangga.
Jakarta.
Hary Christady Hardiyatmo. 2001.
Prinsip-prinsip Mekanika Tanah I.
Yogyakarta.
http://www.pemenfaatan abu limbah
ampas tebu sebagai bahan aditif
tanah.html.

ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 5 No. 1 Nov 2015 19

You might also like