Professional Documents
Culture Documents
Prof. Dr. Hamka atau yang akrab dipanggil Buya Hamka lahir pada 17 Februari
1908 di kampung Molek, Maninjau, Sumatra Barat. Dari pasangan Dr. H. Abdul Karim
Amrullah (Haji Rasul) dan Siti Safiyah Binti Gelanggar yang bergelar Bagindo nan
Batuah. Buya Hamka mewarisi darah ulama dan pejuang yang kokoh pada pendirian dari
ayahnya yang dikenal sebagai ulama Pelopor gerakan Islah (Tajdid) di Minangkabau
serta salah satu tokoh utama dari gerakan pembaruan yang membawa reformasi Islam
(Kaum Muda). Bukan haya dalam hal ilmu keagamaan, Hamka juga menguasai berbagai
bidang ilmu pengetahuan seperti Filsafat, Sastra, Sejarah, Sosialogi, dan politik. Yang
menarik , semua ilmu dipelajarinya secara otodidak tanpa pendidikan khusus. Buku
pertama yang dikarangnya berjudul Khitabul Ummah, yang kemudian disusul dengan
Sederet judul lain yakni, Revolusi Fikiran, Revolusi Agama, Adat Minangkabau
Menghadapi Revolusi, Negara Islam, Sesudah naskah Politik, Muhamammadiyah
Melalui Tiga Zaman, dan Lembah Cita-Cita, Merdeka Islam dan Demokrasi Di Lamun
Ombak Masyarakat dan Menunggu Beduk Berbunyi.
Cover buku Dari Lembah Cita-Cita ini bewarna kuning krim disertai gambar
tanah yang retak diatasnya dan ada sehelai daun yang kering. Di cover tersebut disertai
pula gambar penulis yakni Prof. Dr. Hamka dibagian bawah cover.
Saya memilih buku “Dari Lembah Cita-Cita” karangan buya Hamka ini karena
saya tertarik dengan judul buku tersebut. Sebelum saya membaca buku ini secara
keseluruhan, pandangan atau persepsi saya tehadap isi buku ialah dorongan dan motivasi
kepada pembaca untuk menggapai cita-cita karena bagi saya buku-buku yang bersifat
motivasi sangat saya sukai serta berguna bagi kalangan pemuda dalam menjalani
pendidikan.
Selain membahas tentang motivasi-motivasi kepada pemuda, dalam buku ini Buya
Hamka juga membahas tentang tentang tauhid, ibadah, iman, negara, perjuangan dan cita-
cita. Buku ini mampu mengajak kita kembali merenungkan diri, merenungi iman dan
islam yang kita kukuhkan di dalam jiwa. Cita-cita yang ingin kita capai dalam kehidupan
kita. Sejauh manakah usaha kita dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa dan
negara, sejauh apa kita menjadikan Islam yang kita anut sekarang sebagai pedoman dan
aturan yang mengatur hidup dan kehidupan kita. Dan sebesar apa pula cita-cita kita
terhadap kehidupan dunia tempat kita beramal dan kehidupan setelah dunia ini tempat
kita menikmati balasan atas amal perbuatan yang kita lakukan. Karena cita-cita selalu
meminta pengorbanan, penderitaan dan kepayahan. Tetapi lezat hidup yang sejati.