You are on page 1of 11

LEMBAR PERSETUJUAN

Jurnal yang berjudul:

SERAPAN MERKURI (Hg) PADA AKAR DAN TAJUK TUMBUHAN


BABAWANGAN (Fimbristylis miliacea) SEBAGAI AGEN FITOREMEDIASI
DENGAN PENAMBAHAN KELAT NATRIUM TIOSULFAT (Na2S2O3)

Oleh

GREYSINTA LAHAMI
NIM : 431 410 071

Pembimbing I Pembimbing II

DR. Novri Y. Kandowangko, M.P Dr. Jusna Ahmad, M.Si


NIP. 19681110 199303 2 002 NIP. 19620406 198703 2 003

Mengetahui,
Ketua Jurusan Biologi

Dr. Lilan Dama, M.Pd


NIP. 19770111 200212 2 001

1
SERAPAN MERKURI (Hg) PADA AKAR DAN TAJUK TUMBUHAN
BABAWANGAN (Fimbristylis miliacea) SEBAGAI AGEN FITOREMEDIASI
DENGAN PENAMBAHAN KELAT NATRIUM TIOSULFAT (Na2S2O3)

Greysinta Lahami1, N. Y. Kandowangko2, J. Ahmad3


Progran Studi Pendidikan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo
Email: greysinta.lahami@yahoo.co.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi merkuri tertinggi yang
diakumulasi di akar dan di tajuk Fimbristylis miliacea setelah ditambahkan Natrium
Tiosulfat dan untuk mengetahui konsentrasi Natriun Tiosulfat yang baik untuk
mengoptimalkan penyerapan merkuri pada akar dan tajuk Fimbristylis miliacea.
Objek dalam penelitian ini adalah tumbuhan Babawangan (Fimbristylis miliacea)
sebagai agen fitoremediasi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan analisis
data dilakukan secara deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian yang diperoleh
menunjukkan bahwa serapan merkuri tertinggi yaitu sebesar 0,60 ppm pada akar dan
0,52 ppm pada tajuk. Konsentrasi Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) yang baik untuk
meningkatkan penyerapan merkuri sebesar 20 ppm.

Kata Kunci : Fimbristylis miliacea, kelat Natrium tiosulfat (Na2S2O3),


Fitoremediasi

1
Greysinta Lahami, Mahasiswa Jurusan Biologi
2
Dr. Novri Y. Kandowangko, M.P, Dosen Jurusan Biologi Selaku Pembimbing 1
3
Dr. Jusna Ahmad, M.Si, Dosen Jurusan Biologi Selaku Pembimbing 2

2
ABSTRACT

Greysinta Lahami. 2014. Mercury (Hg) Absorption On Root And Shoot Of


Babawangan (Fimbristylis miliacea) Plant as a Fitoremediation Agent with
Increasing Natrium Thiosulphate Chelate (Na2S2O3). Thesis. Department of Biology,
Mathematics and Science Faculty, Gorontalo State University. The first adviser is Dr.
Novri Y. Kandowangko, M.P and the second adviser is Dr. Jusna Ahmad, M.Si.
The aims of the study was to know the highest concentration mercury that
accumulated on root and shoot of Fimbristylis miliacea after increasing Natrium
Thiosulphate chelate and to know the best Natrium Thiosulphate concentration to
optimize mercury absorption on root and shoot of Babawangan (Fimbristylis
miliacea) plant. The object of the study was Babawangan (Fimbristylis miliacea)
plant as a phytoremediation agent. Methods of this study is descriptive and use
quantitative descriptive data analysis. The study findings showed that highest
mercury absorption average was 0,60 ppm on root and 0,52 ppm on shoot. Uptake of
mercury (Hg) is achieved by adding Natrium Thiosulphate (Na2S2O3) 20 ppm.

Keywords : Fimbristylis miliacea, Natrium thiosulphate chelate (Na2S2O3),


Phytoremediation

3
PENDAHULUAN
Bidang pertambangan saat ini masih mengolah emas secara tradisional dengan
proses amalgamasi. Proses amalgamasi menghasilkan limbah merkuri yang
merupakan logam berat yang berbahaya bagi makhluk hidup sekitar, khususnya
manusia. Hal ini didukung oleh pendapat Letarisa (2010) bahwa secara biologis
merkuri dapat berakumulasi pada rantai makanan (food chain). Pajanan dalam waktu
lama akan mengakibatkan adanya penumpukan merkuri di dalam jaringan tubuh yang
mengakibatkan keracunan sistem syaraf.
Berdasarkan penelitian Hilamuhu (2013), akumulasi merkuri pada tumbuhan
yang tumbuh di kawasan penambangan emas Desa Ilangata, Kecamatan Anggrek,
Kabupaten Gorontalo Utara berbeda-beda, diantaranya Rumput Kerbau (Paspalum
conjugatum) mengakumulasi merkuri 0,15 ppm, Talas (Colocasia esculenta) mengakumulasi
merkuri 0,41 ppm, rumput babawangan (Fimbristylis miliacea) mengakumulasi
merkuri sebesar 0,18 ppm pada tanah terkontaminasi limbah merkuri 3,04 ppm.
Djunaid (2013) juga menemukan bahwa Fimbristylis miliacea mampu
mengakumulasi merkuri sebesar 0,43 ppm, serapan ini merupakan serapan terbanyak
dibandingkan jenis tumbuhan bawah lainnya. Tumbuhan Babawangan (Fimbristylis
miliacea) ini bukan merupakan tumbuhan yang dikonsumsi sehingga aman dijadikan
agen fitoremediasi lahan tercemar merkuri.
Fitoremediasi adalah pencucian polutan yang dimediasi oleh tumbuhan
meliputi pohon, rumput-rumputan dan tumbuhan air. Tumbuhan yang digunakan
dalam fitoremediasi disebut fitoremediator. Sebagai agen fitoremediasi, tumbuhan
diharapkan mampu menyerap logam berat dan melakukan translokasi logam berat
dari akar ke tajuk. Agar logam berat dapat masuk ke dalam jaringan tanpa meracuni
tumbuhan, umumnya tumbuhan mengeluarkan kelompok thiol sebagai pengkelat
(ligand) dan membentuk kompleks logam-kelat sebagai bentuk yang kurang toksik
sehingga dapat diakumulasi dalam jaringan tumbuhan. Moreno et al., (2005)
menemukan bahwa larutan non toksik yang mengandung thiol dapat meningkatkan
akumulasi Hg dalam biomassa tajuk jenis tanaman yang memiliki produksi biomassa
tinggi. Hal ini dikarenakan logam merkuri memiliki afinitas tinggi dan dapat dengan
cepat membentuk kompleks dengan ion tiosulfate (Wilkinson et al., dalam Moreno et
al., 2005).
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui konsentrasi merkuri tertinggi
yang diakumulasi di akar dan tajuk Fimbristylis miliacea setelah ditambahkan
natrium tiosulfat (Na2S2O3) dan untuk mengetahui konsentrasi natrium tiosulfat
(Na2S2O3) yang baik untuk mengoptimalkan penyerapan merkuri pada akar dan tajuk
Fimbristylis miliacea.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Green House Biologi, FMIPA, UNG, dan
analisis kandungan merkuri dilakukan di Balai Riset Standarisasi Industri Manado
(BARISTAND). Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif Kuantitatif. Objek

4
pada penelitian ini adalah tumbuhan dari family Cyperaceae yaitu spesies
Fimbristylis miliacea (Babawangan). Tumbuhan dan media tanam yang digunakan
berasal dari tempat yang tidak terkontaminasi merkuri.
Tumbuhan Fimbristylis miliacea berumur 1 bulan disiapkan sebanyak 6
polybag. Keenam polybag ini dibagi menjadi dua kelompok sehingga terdapat 3
polybag pada masing-masing kelompok. Setiap kelompok diberi HgCl2 dan Na2S2O3
dengan konsentrasi berbeda. Polybag pertama menggunakan larutan HgCl2 5 ppm
100 ml, polybag kedua menggunakan larutan HgCl2 5 ppm 100 ml + larutan Na2S2O3
20 ppm 100 ml dan polybag ketiga menggunakan larutan HgCl2 5 ppm 100 ml +
larutan Na2S2O3 40 ppm 100 ml. Larutan diberikan dengan cara disiram pada tepi
media tanam dan dijaga jangan sampai terkena pada akar atau batang tumbuhan uji.
Tumbuhan dipanen setelah satu bulan diberikan HgCl dan Na2S2O3.
Tumbuhan yang dipanen dibersihkan menggunakan aquades kemudian
dikeringkan dalam oven dengan suhu 60 0C selama 3 hari sampai mendapatkan berat
kering konstan. Setelah itu, tumbuhan uji dianalisis kandungan merkurinya
menggunakan AAS di Balai Riset Standarisasi Indutri Manado (BARISTAND).
Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah berat kering dan kandungan logam
merkuri (Hg) yang terakumulasi pada akar dan tajuk tumbuhan Babawangan
(Fimbristylis miliacea). Data hasil analisis dideskripsikan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil
1. Berat Kering Tumbuhan Fimbristylis miliacea
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama sebulan menunjukkan bahwa
rata-rata tumbuhan Fimbristylis miliacea memiliki toleransi yang cukup tinggi
terhadap media terkontaminasi merkuri. Hal ini dibuktikan dengan tidak
terganggunya pertumbuhan Fimbristylis milacea meskipun berada pada lingkungan
yang terkontaminasi merkuri. Kecuali pada penambahan HgCl2 5 ppm menunjukkan
respon negatif berupa menguningnya beberapa daun pada minggu pertama. Hal ini
berdampak pada penurunan biomassa tajuk rata-rata. Hasil pengamatan terhadap
biomassa berupa berat kering tumbuhan Fimbristylis miliacea tertera pada Tabel 1
berikut.

5
Tabel 1. Berat Kering Tumbuhan Fimbristylis miliacea setelah 1 Bulan
diberikan HgCl2 dan Na2S2O3
A B C
Kelompok
Tajuk Akar Tajuk Akar Tajuk Akar

I 3,41 0,72 3 1,1 3,25 0,97


II 1,11 0,39 3,20 0,8 2,25 1,38
Rata-Rata 2,26 0,6 3,1 0,95 2,75 1,17
Keterangan : A = HgCl2 5 ppm
B = HgCl2 5 ppm + Na2S2O3 20 ppm
C = HgCl2 5 ppm + Na2S2O3 40 ppm

Tabel 1 menunjukkan perbandingan berat kering tumbuhan Fimbristylis


miliacea setelah diberikan merkuri. Adapun selisih berat kering tajuk dan akar antara
A (HgCl2 5 ppm) dengan B (HgCl2 5 ppm + Na2S2O3 20 ppm) adalah sebesar 0,84
pada tajuk dan 0,35 pada akar. Sedangkan antara A (HgCl2 5 ppm) dengan C (HgCl2
5 ppm + Na2S2O3 40 ppm) selisih berat kering tajuknya adalah 0,49 dan selisih berat
kering akar sebesar 0,57.

2. Konsentrasi Merkuri (Hg) yang Terakumulasi pada Akar dan Tajuk


Fimbristylis miliacea
Berdasarkan hasil analisis AAS, menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan
konsentrasi merkuri yang terakumulasi baik pada akar maupun pada tajuk tumbuhan
Fimbristylis miliacea pada masing-masing polybag. Konsentrasi merkuri yang
terserap oleh akar maupun tajuk Fimbristylis miliacea dapat dilihat pada Tabel 2
berikut.
Tabel 2. Konsentrasi Merkuri pada Akar dan Tajuk Fimbristylis miliacea

A B C
Kelompok
T A T A T A
I 0,38 0,43 0,57 0,96 <0,0002 0,23
II 0,30 0,25 0,47 0,25 <0,0002 0,15
Rata-Rata 0,34 0,34 0,52 0,60 - 0,19

Keterangan : A = HgCl2 5 ppm


B = HgCl2 5 ppm + Na2S2O3 20 ppm
C = HgCl2 5 ppm + Na2S2O3 40 ppm
T = Konsentrasi Hg di tajuk (ppm)
A = Konsentrasi Hg di akar (ppm)

6
Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa masing-masing polybag dengan
konsentrasi HgCl2 5 ppm dan berbagai tingkat konsentrasi kelat menunjukkan
perbedaan penyerapan merkuri baik pada akar maupun tajuk tumbuhan Fimbristylis
miliacea. Penyerapan tertinggi pada tajuk yaitu pada polybag yang ditambahkan
HgCl2 5 ppm + Na2S2O3 20 ppm dimana memiliki selisih sebesar 0,18 dibanding
polybag yang ditambahkan HgCl2 5 ppm tanpa kelat. Demikian pula penyerapan Hg
pada akar, pada polybag yang ditambahkan HgCl2 5 ppm + Na2S2O3 20 ppm
menyerap merkuri paling banyak di antara polybag lainnya yaitu dengan selisih 0,26
dibanding polybag yang ditambahkan HgCl2 5 ppm tanpa kelat dan selisih 0,14
dibanding polybag yang ditambahkan HgCl2 5 ppm + Na2S2O3 40 ppm.

3. Akumulasi (Kandungan) Hg pada Tumbuhan


Produksi biomassa yang tinggi merupakan salah satu karakteristik diharapkan
untuk tumbuhan hiperakumulator. Diharapkan dengan produksi biomasa yang tinggi
tumbuhan dapat mengakumulasi merkuri dalam jumlah lebih besar sehingga lebih
efektif untuk membersihkan merkuri dari dalam tanah. Tabel berikut menunjukkan
total kandungan Hg yang terakumulasi pada akar dan tajuk Fimbristylis miliacea.
Tabel 3. Akumulasi Hg pada Akar dan Tajuk Fimbristylis miliacea

A Ratio B Ratio C Ratio


Kelompok
T A T/A T A T/A T A T/A

I 1,29 0,30 4,3 1,71 1,06 1,6 - 0,22 -

II 0,33 0,09 3,7 1,5 0,2 7,5 - 0,20 -

Rata-Rata 0,81 0,19 4 1,6 0,63 4,55 - 0,21 -

Keterangan : A = HgCl2 5 ppm


B = HgCl2 5 ppm + Na2S2O3 20 ppm
C = HgCl2 5 ppm + Na2S2O3 40 ppm
T = Akumulasi Hg di tajuk (ppm)
A = Akumulasi Hg di akar (ppm)
Akumulasi = Konsentrasi Hg x berat kering

Berdasarkan kemampuan mengakumulasi maka suatu tumbuhan potensial


sebagai fitoremediator apabila ratio akumulasi Hg di tajuk dan di akar nilainya lebih
dari satu. Tabel 3 menunjukkan bahwa tumbuhan Fimbristylis miliacea berpotensi
sebagai fitoremediator karena mampu mengakumulasi Hg dengan konsentrasi yang
tinggi terutama di bagian tajuknya. Hal ini dibuktikan dengan ratio tajuk/akar yang
lebih dari satu untuk semua polybag kecuali polybag yang ditambahkan HgCl2 5 ppm
+ Na2S2O3 40 ppm. Namun akumulasi yang lebih baik adalah pada polybag dengan

7
penambahan HgCl2 5 ppm + Na2S2O3 20 ppm dengan selisih 0,55 dibandingkan
dengan polybag yang ditambahkan HgCl2 5 ppm + Na2S2O3 0 ppm.

Pembahasan
Pertumbuhan tanaman yang baik antara lain dicerminkan oleh pertambahan
bobot biomassa berupa berat basah dan berat kering tanaman. Sebagai tumbuhan
fitoremediator diharapkan tumbuhan tersebut memiliki biomassa yang tinggi.
Berdasarkan hasil pengamatan, secara umum tumbuhan yang diberi HgCl2 5 ppm dan
berbagai konsentrasi kelat (Na2S2O3) memberikan respon positif, namun pada
polybag yang diberikan HgCl2 5 ppm + Na2S2O3 0 ppm (pada kelompok II)
menunjukkan respon negatif berupa menguningnya beberapa daun yang memberikan
dampak pada penurunan biomassa tajuk rata-rata. Hal ini disebabkan karena
akumulasi logam berat telah memberikan efek racun pada tumbuhan. Sesuai dengan
pernyataan Hardiani (2008), bahwa logam berat yang mengganggu pertumbuhan
tanaman ditunjukkan dengan menurunnya biomassa tanaman tersebut.
Polybag yang ditambahkan HgCl2 5 ppm telah memberikan efek toksik pada
tumbuhan karena larutan yang diberikan tanpa disertai pemberian senyawa kelat
artificial (Na2S2O3), maka yang diserap tumbuhan adalah ion murni Hg2+ sehingga
tumbuhan memberikan respon negatif berupa gejala toksik, yaitu menguningnya
beberapa daun. Namun dengan kemampuannya sebagai fitoremediator Fimbristylis
miliacea mampu tumbuh dan memproduksi daun muda kembali meskipun relatif
kurang berpengaruh pada peningkatan jumlah biomassa rata-rata. Oleh karena itu,
dibutuhkan kelat artificial untuk mengikat merkuri dengan tujuan mengurangi
toksisitas merkuri dalam jaringan tumbuhan. Hal ini didukung oleh pendapat Moreno
et al., (2005) bahwa ikatan antara Hg2+ dengan S2O3- (senyawa thiol) memiliki
toksisitas yang lebih rendah dibandingkan ion bebas sehingga tumbuhan mampu
bertahan hidup meskipun di dalam jaringannya telah terakumulasi logam berat.
Tumbuhan dapat dikatakan sebagai hiperakumulator adalah apabila tumbuhan
tersebut tahan terhadap unsur logam dengan konsentrasi tinggi pada jaringan akar dan
tajuknya (Channey et al., dalam Widyati, 2011). Fimbristylis miliacea sebagai tumbuhan
fitoremediator toleran terhadap logam berat merkuri (Hg). Hal ini dibuktikan dengan
tidak terganggunya pertumbuhan tajuk dan akar pada sebagian besar tumbuhan (selama
sebulan pemajanan) meskipun telah ditambahkan logam berat berupa HgCl2 dengan
konsentrasi 5 ppm ke dalam media tanam. Toleransi ini disebabkan karena adanya
senyawa kelat yang mampu mengikat logam berat dan mengubahnya ke bentuk yang
kurang toksik (Peer et al., dalam Widyati, 2011).
Tumbuhan fitoremediator harus mampu mentranslokasikan dan
mengakumulasi logam berat dari akar ke tajuk, maka untuk tujuan fitoremediasi,
diutamakan akumulasi Hg tertinggi adalah pada bagian tajuknya. Berdasarkan hasil
penelitian dapat diketahui bahwa penambahan kelat dengan konsentrasi yang tepat
dapat membantu mengoptimalkan penyerapan logam berat khususnya merkuri serta
membantu translokasi unsur. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis AAS pada akar
dan tajuk Fimbristylis miliacea yang ditambahkan HgCl2 5 ppm + kelat Natrium

8
Tiosulfat (Na2S2O3) 20 ppm. Pada Tabel 2, terlihat bahwa penambahan kelat Natrium
Tiosulfat (Na2S2O3) dengan konsentrasi 20 ppm dapat mengoptimalkan penyerapan
merkuri dibandingkan konsentrasi kelat lainnya yaitu dengan total rata-rata serapan
merkuri 0,52 ppm pada tajuk dan 0,60 ppm pada akar. Jumlah serapan merkuri ini
memberikan hasil akumulasi tajuk/akar lebih dari satu (Tabel 3). Berdasarkan
kemampuan mengakumulasi tersebut maka tumbuhan Fimbristylis miliacea potensial
digunakan untuk kepentingan fitoremediasi dan tergolong sebagai tumbuhan
hiperakumulator. Sesuai dengan pernyataan Salt dalam Syarif (2009) bahwa ratio
akumulasi logam berat tajuk/akar lebih dari 1 mengindikasikan adanya sistem translokasi
logam dari akar ke tajuk yang lebih efisien pada tumbuhan hiperakumulator
dibandingkan dengan tumbuhan non hiperakumulator.
Mekanisme masuknya HgCl2 ke dalam jaringan tumbuhan yaitu HgCl2 dibawa
ke larutan di sekitar akar. Kemudian HgCl2 diubah ke bentuk yang kurang toksik
melalui reaksi kimia atau pembentukan kompleks logam-kelat sebagai berikut :
HgCl2 + Na2S2O3 HgS2O3 + 2NaCl
HgS2O3 (kompleks logam-kelat) yang terbentuk masuk ke bulu-bulu akar
dengan cara difusi pasif, kemudian HgS2O3 ini menuju ruang jalur apoplas yang
berhubungan langsung dengan xylem. Melalui xylem akar HgS2O3 dibawa langsung
ke tajuk dan disimpan di dalam vakuola agar tidak meracuni tumbuhan.
Tumbuhan Fimbristylis miliacea yang diberi HgCl2 5 ppm + Na2S2O3 40 ppm
setelah dianalisis dengan menggunakan AAS dapat diketahui bahwa merkuri (Hg2+)
yang terserap sebagian besar hanya diakumulasi di bagian akar yaitu rata-rata 0,19
ppm dan hanya sedikit sekali yang di translokasikan ke tajuk yaitu < 0,0002 ppm. Hal
ini disebabkan karena tumbuhan meremediasi tanah tercemar merkuri masih pada
tahap fitostabilisasi, dimana logam berat merkuri (Hg2+) masih diakumulasi dan
diabsorpsi pada akar. Hal ini sesuai dengan pernyatan Gosh dan Singh (2005) bahwa
kemampuan penyerapan dan akumulasi logam berat oleh tumbuhan dibagi menjadi
tiga proses, yaitu :
a. Penyerapan logam berat oleh akar. Presipitat polutan merkuri (Hg2+) dalam
tanah diimobilisasi oleh akar tanaman dengan cara diakumulasi, diadsorpsi
pada akar dan diendapkan dalam zona akar. Proses inilah yang kemudian
disebut fitostabilisasi.
b. Dari akar ini, merkuri (Hg2+) ditranslokasikan menuju ke arah organ-organ
lain seperti batang dan daun yang disebut proses fitoekstrasi.
c. Lokalisasi logam berat pada bagian jaringan tertentu untuk menjaga agar
tidak menghambat metaboolisme tumbuhan tersebut.
Fimbristiylis miliacea dengan penambahan HgCl2 5 ppm + Na2S2O3 40 ppm
mampu mencapai proses fitoekstraksi apabila waktu yang digunakan untuk
meremediasi tanah tercemar merkuri sedikit lebih lama agar logam berat merkuri
(Hg2+) dapat ditranslokasikan dan diakumulasi di bagian tumbuhan lain seperti tajuk
tumbuhan. Dengan demikian, waktu pemajanan juga dapat mempengaruhi
penyerapan logam berat. Dalam penelitian ini, waktu yang digunakan hanya 1 bulan

9
sehingga tidak mengoptimalkan remediasi tanah yang tercemar merkuri dengan
konsentrasi 5 ppm. Dibutuhkan waktu yang lebih lama agar logam berat dalam tanah
dapat terkonsentrasi lebih banyak dalam organ lain dari tumbuhan. Hal ini didukung
oleh pendapat Triastuti (2010) bahwa presentase penurunan konsentrasi merkuri (Hg)
dalam tanah meningkat seiring dengan semakin lamanya waktu yang digunakan
proses fitoremediasi oleh tanaman untuk menyerap logam berat dalam tanah.

PENUTUP
Konsentrasi merkuri (Hg) tertinggi yang diakumulasi di akar dan di tajuk
Babawangan (Fimbristylis miliacea) setelah ditambahkan kelat Na2S2O3 yaitu rata-
rata 0,52 ppm pada tajuk dan 0,60 ppm pada akar. Optimalnya penyerapan merkuri
ini tercapai dengan adanya penambahan senyawa kelat artificial (Na2S2O3) 20 ppm
yang dapat membantu meningkatkan penyerapan logam berat merkuri (Hg) ke dalam
jaringan tumbuhan.

PUSTAKA
Gosh dan Singh. 2005. A Review on Phytoremediation of Heavy Metals and
Utilization of Its Byproducts. Jurnal Applied Ecology and Environmental 3(1):
1-18

Hardiani, Henggar. 2008. Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah B3 dari Proses


Deinking Industri Kertas Secara Fitoremediasi. Jurnal Riset Industri. Vol 2
(2):64-75

Hilamuhu, Findrawati. 2013. Kandungan Merkuri (Hg) Pada Tumbuhan Di Kawasan


Penambangan Emas Desa Ilangata Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo
Utara. (Skripsi). Gorontalo : UNG

Juhaeti, Titi., Fauzia Syarif, S. Hidayat dan Nuril Hidayati,. 2009. Pertumbuhan dan
Akumulasi Merkuri berbagai Jenis Tumbuhan yang Ditanam di Media Limbah
Penambangan Emas dengan Perlakuan berbagai Tingkat Konsentrasi Merkuri
dan Kelat Amoniumtiosulfat. Berita Biologi 9 (5).

Lestarisa, Trilianty. 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Keracunan


Merkuri (Hg) pada Penambang Emas Tanpa Izin (PETI) Di Kecamatan Kurun,
Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah. (Tesis). Semarang: Universitas
Diponegoro.

Moreno, Fabio., Christopher W.N, Anderson, Robert Stewart, Brett Robinson,


Roberto Nomura, Mory Ghomshei, John Meech. 2005. Effect of Thioligands on

10
Plant-Hg Accumulation and Volatilization from Mercury-Contaminated Mine
Tailings. Plant and Soil Journal. Vol: 275 : 233–246

Syarif, Fauzia. 2009. Serapan Sianida (CN) pada Mikania cordata (Burm.f) B.L.
Robinson, Centrosema pubescens Bth dan Leersia hexandra Swartz yang
Ditanam pada Media Limbah Tailing Terkontaminasi CN. Jurnal Teknologi
Lingkungan Vol: 10 (1): 69 – 76.

Triastuti, Yuli. 2010. Fitoremediasi Tanah Tercemar Merkuri (Hg2+) Menggunakan


Tanaman Akar Wangi (Vetiver zizanioides) pada Lahan Eks-TPA Keputih,
Surabaya. Surabaya : ITS

Widyati, Eni. 2011. Potensi Tumbuhan Bawah Sebagai Akumulator Logam Berat
Untuk Membantu Rehabilitasi Lahan Bekas Tambang. Jurnal Mitra Hutan
Tanaman Vol :6 (2): 46 – 56.

11

You might also like