You are on page 1of 4

1

Geovisualization untuk Keperluan Investigasi Kriminalitas


Muhammad Gunawan
Departemen Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Email: mhdgunawan8@gmail.com

Abstract
Tindakan kriminalitas merupakan perbuatan seseorang yang dapat diancam hukuman. Di
Indonesia jumlah kejadian kriminalitas berfluktuasi. Proses analisis data kejahatan merupakan
langkah mendasar sebagai alat untuk menilai kondisi dan memprediksi aspek kejahatan di
lingkungan. Proses analisis data kejahatan dapat lebih mudah dilakukan dengan dukungan
teknologi untuk memvisualisasikan, eksplorasi dan pemeriksaan kejadian kejahatan. Maka
dari itu, agar kinerja dalam menekan tingkat kejahatan dapat berjalan lebih baik perlu adanya
metode untuk melakukan analisis kejahatan yang lebih optimal. Analisis visual kriminalitas
dilakukan dengan tujuan untuk dapat mengoptimalkan sumber daya dalam kegiatan investigasi
dan monitoring kejahatan dengan memanfaatkan aspek geospasial. Penelitian ini
menggunakan metode analisis spasial berupa analisis pola, distribusi dan jaringan. Hasil
akhirnya akan diperoleh peta pola dan distribusi kriminalitas serta jaringan kriminalitas dalam
bentuk aplikasi web online
Kata kunci: kriminalitas, analisis visual, pola, distribusi, jaringan

1. Pendahuluan memiliki pekerjaan), taraf kesejahteraan,


pendidikan, dan faktor pergaulan atau pengaruh
Tindak kejahatan atau kriminalitas merupakan lingkungan.
perbuatan seseorang yang dapat diancam
hukuman berdasarkan Kitab Undang Undang Keamanan dapat diwujudkan dengan
Hukum Pidana (KUHP) atau Undang-Undang mengurangi tindak kejahatan yang terjadi.
serta peraturan lainnya yang berlaku di Tindak kejahatan tersebut dapat diukur dengan
Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2016). mengetahui jumlah angka kejahatan, jumlah
Tindakan kriminalitas pada dasarnya dapat orang yang beresiko terkena tindak kejahatan
dilakukan oleh setiap individu jika dipengaruhi dan selang waktu terjadinya kejahatan. Menurut
oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor- data statistik kriminal tahun 2017 selama
faktor tersebut merupakan variabel-variabel periode tahun 2013–2016, jumlah kejadian
yang menyebabkan terjadinya suatu tindak kejahatan atau tindak kriminalitas di Indonesia
kriminalitas meliputi kebutuhan ekonomi yang berfluktuasi. Jumlah kejadian kejahatan (crime
mendesak, ketanagakerjaan (pengangguran atau total) pada tahun 2013 sebanyak 342.084 kasus,
2

menurun menjadi sebanyak 325.317 kasus pada penting dalam mempersiapkan data awal untuk
tahun 2014 dan meningkat pada tahun 2015 keperluan analisis kejahatan.
menjadi 352.936 kasus. Sementara itu, jumlah
orang yang berisiko terkena tindak kejahatan Lembaga keamanan menangani jumlah laporan
(crime rate) setiap 100.000 penduduk kejahatan yang sangat besar. Laporan-laporan
diperkirakan sebanyak 140 orang pada tahun tersebut terkait dengan metadata seperti waktu,
2013, 131 orang pada tahun 2014, dan 140 orang informasi lokasi dan jenis kejahatan (Jentner
pada tahun 2015. dkk., 2016). Berdasarkan metadata tersebut
setelah melalui proses geocoding dapat
Untuk dapat menekan tingkat kejahatan yang dilakukan analisis visual dengan menggunakan
tinggi membutuhkan upaya dari berbagai pihak aspek geospasial. Analisis tersebut dilakuakan
yaitu Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan mengekstraksi informasi seperti pola
(POLRI), Kepolisian Daerah (POLDA) dan yang terbentuk dari kejadian kejahatan. Menilai
aparat hukum lainnya yang menangani kecenderungan kejadian kejahatan dengan
permasalahan terkait kriminalitas. Selain aparat memepertimbangkan distribusi kejadian
hukum perlu juga keikutsertaan sosial kejahatan dan mengidentifikasi jaringan
masyarakat yang merupakan aspek penting yang kejahatan yang terbentuk. Selain itu dihasilkan
secara langsung mempengaruhi tumbuh dan penyajian dalam bentuk peta interaktif.
berkurangya perilaku kejahatan di lingkungan.
Menurut Dr. R. Sahu dan Peeyush Srivastava Proses analisis data kejahatan merupakan
(2010) kejahatan merupakan fenomena sosial langkah mendasar sebagai alat untuk menilai
yang terdistribusi dan tidak bersifat acak. kondisi dan memprediksi aspek kejahatan di
Sehingga dapat dilakukan identifikasi pola dan lingkungan. Maka dari itu agar kinerja dalam
distribusi geografis kejahatan dan keterkaitannya menekan tingkat kejahatan dapat berjalan lebih
dengan variabel-variabel penyebab tindakan baik perlu adanya metode untuk melakukan
kejahatan dapat terjadi. Selain itu dapat analisis kejahatan yang lebih optimal. Untuk
dilakukan analisis variasi temporal untuk mewujudkanya pada penelitian ini akan
estimasi kejadian kejahatan. Analisis tersebut dilakukan analisis spasial dan visualisasi
dilakukan dengan menggunakan data lokasi kejahatan. Analisis dilakukan dengan
kejahatan yang telah melalui proses geocoding. menambahkan aspek geospasial di dalam
optimalisasi sumber daya dalam kegiatan
Geocoding merupakan proses untuk mengurangi dan investigasi kejahatan. Hal
melampirkan indentitas spasial dalam bentuk tersebut merupakan satu langkah upaya
koordinat X, Y dua dimensi berdasarkan menciptakan keamanan dan ketertiban di
informasi alamat yang terdapat di dalam masyarakat.
database (Brimicombe dkk., 2007). Fenomena
kejahatan dapat dianalisis secara visual dengan
memanfaatkan data lokasi kejahatan. Data lokasi
kejahatan bersumber dari data kepolisian dalam 2. Tinjauaan Pustaka
bentuk alamat yang merupakan elemen-elemen
kode wilayah. Proses analisis dilakukan dengan Kejahatan merupakan fenomena sosial,
mempertimbangkan format dan kualitas data perolehan data kejahatan membutuhkan inter-
yang menjadi masukan. Sehingga perlu grasi dari masyarakat dan lembaga keamanan
yang berada pada lokasi tertentu dimana ke-
dilakukan proses geocoding dan berperan sangat
jadian kejahatan tersebut terjadi (Balogun dkk.,
2014). Analisis kejahatan dapat dilakukan
3

dengan menggunakan aspek geospasial untuk pembunuhan yang terjadi di weekend dan sore
memonitor dan mengidentifikasi kejadian keja- hari.
hatan di suatu wilayah. Penelitian terkait
analisis kejahatan menggunakan aspek de Melo dkk., (2015) melakukan penelitian
geospasial telah banyak dilakukan oleh peneliti mengenai analisis kejahatan menggunakan aspek
sebelumnya. Balogun dkk., (2014) melakukan geospasial dengan metode voronoi diagram.
pemetaan kejahatan dengan menggunakan GIS. Analisis yang dilakukan berupa identi- fikasi
Metode yang digunakan dengan analisis spasial konsentrasi kejahatan melalui tampilan visual
berupa query dan buffer. Analisis tersebut voronoi diagram. Fenomena kejahatan tersebut
memperlihatkan hot spot lokasi-lokasi kejadian divisualisasikan dalam bentuk 3 dimensi.
keja- hatan terjadi terhadap lokasi pos keamanan Fenomena kejahatan yang dikaji spesifik
di Kota Benin, Nigeria. Hasil penelitian terse- terhadap kelas kejahatan pencurian. Berdasarkan
but tidak mempertimbangkan kaitan variabel- hasil visualisasi dapat diekstraksi infor- masi
variabel penyebab kejadian kejahatan dengan pola yang berhubungan dengan konsentrasi dan
pola spasial kejahatan yang terbentuk. distribusi kejahatan secara spasial.
Penentuan area hot spot hanya berdasarkan area
buffer dari lokasi-lokasi kejadian kejahatan yang Penelitian terkait analisis visual kejahatan telah
terjadi. Belum mempertimbangkan adakah dilakukan oleh (Jentner dkk., 2016). Pendekatan
kedekatan antar lokasi untuk membentuk pola yang digunakan berbasis analisis visual untuk
yang tidak bersifat acak (random). mengeksplorasi data kejadian hasil ekstraksi
peristiwa kejahatan secara otomatis. Proses
Penggunaan data spasial temporal kejahatan eksplorasi tersebut dilakukan terhadap data
untuk analisis kejahatan telah dilaukan oleh dalam format teks disebut dengan modus
Yar & Nasir (2016) Pereira et al., (2016). Yar & operandi. Dataset tersebut berupa metadata
Nasir (2016) melakukan penelitian kejahatan berisikan informasi tanggal, waktu dan kategori
terkait analisis spasial temporal. Analisis yang kejahata. Analisis visual dilakukan terhadap
dilakukan berupa penentuan dis- tribusi spasial hasil ekstraksi informasi semantik berupa
dari kejahatan yang agresif terjadi di Kota komponen kejadian, pola dan keterkaitan
Mardan, Pakistan. Periode waktu yang kejadian kejahatan dengan aspek temporal.
digunakan dalam analisis temporal yaitu 12 Berdasarkan penjabaran penelitian-penelitian
bulan. Data temporal tersebut dianali- sis sebelumnya yang telah dilakukan dapat di-
untuk menemukan dan membangun apakah jabarkan perbedaan penelitian ini dengan
terdapat hubugan antara kejahatan dengan cuaca sebelumnya adalah pada penelitian ini
di Kota Mardan. Hasil penelitian berupa peta menganali- sis pola spasial dari data kejahatan
tematik jenis kejahatan, distribusi pengaruh yang terjadi dengan mempertimbangkan
cuaca terhadap kejahatan, peta hot spot, dan autokorelasi dari setiap kejadian kejahatan. Pola
distribusi area kejahatan. Berbeda halnya Pereira yang terbentuk dikaitkan dengan variabel-
et al., (2016) penelitiannya berfokus terhadap variabel penye- bab terjadinya kejahatan.
kejadian pembunuhan (homi- cide). Metode Analisis distribusi spasial fenomena kejahatan
yang dilakukan dengan menginvestigasi variasi juga dilakukan. Analisis ini dilakukan dengan
temporal (season, month, days of week, dan mengidentifikasi fenomena kejahatan yang
period of days) terhadap kejadian pembunuhan. terjadi pada tingkat signifikansi tertentu
Hasil investigasi terse- but dikaitkan dengan sehingga dapat dinilai bagaimana kondisi
kondisi iklim. Hasil penelitian ditemukan bahwa sebaran kejahatan yang dipengaruhi oleh faktor-
tidak terdapat pen- ingkatan yang signifikan faktor utama penyebab terjadinya kejahatan.
dengan temperatur di bulan-bulan dengan Selain itu juga dilakukan analisis jaringan
kondisi iklim panas dan kering. Tetapi terjadi terhadap data temporal kejadian kejahatan untuk
peningkatan yang signifikan terhadap kejadian
4

memprediksi jaringan kriminalitas yang distribusi spasial dari sebaran fitur lokasi
terbentuk dari sebaran kejadian. kejadian kejahatan. Selain itu dilakukan analisis
jaringan kriminalitas berdasarkan data lokasi
kejahatan yang bersifat temporal. Hasil akhir
3. Metode proses analisis ditampilkan dalam aplikasi
berbasis web.
Metodologi penelitian yang dilakukan secara
garis besar dijelaskan sebagai berikut:
4. Hasil dan Pembahasan
1. Persiapan
Tahapan persiapan dimulai dengan ........................................................................
mempelajari bahan- bahan kepustakaan, yang .....
relevan terkait analisis visual data kejahatan.
Berbagai sumber penelitianpenelitian, jurnal
artikel, buku dan peraturan- peraturan juga
dijadikan sebagai acuan dan pertimbangan 5. Kesimpulan
dalam persiapan penelitian ini.
2. Pengumpulan data ........................................................................
Tahapan pengumpulan data dimulai dengan ......
kegiatan mempersiapkan data apa saja yang
akan digunakan dalam penelitian. Data dapat
berupa data kualitatif maupun data kuantitatif. 6. Daftar Pustaka
Pada penelitian digunakan data kualitatif yaitu
berupa data lokasi kantor polisi dan lokasi Jentner dkk., 2016. “A Visual Analytics
kejadian kejahata, data karakteristik kejadian Approach for Crime Signature Generation and
kejahatan yang bersumber data Kepolisian. Data Exploration.” IEEE VIS 2016 Workshop on
crowdsourcing menggunakan media sosial Temporal & Sequential Event Analysis: 1–4.
twitter. Selain data kuantitatif juga digunakan
data spasial berupa data batas administrasi Dr. R. Sahu, dan Peeyush Srivastava. 2010.
wilayah dan data jaringan jalan. “Effective crime control using GIS.” Geospatial
3. Identifikasi kesesuaiaan data Media and Communications.
Yaitu kegiatan menelaah karakteristik dari https://www.geospatialworld.net/article/effective
data yang telah diperoleh. Sehingga sesuai -crime-control-using-gis/.
dengan tujuan penelitian yang berkaitaan dengan
data lokasi kejahatan. Hasil identifikasi Brimicombe, Allan J., Lily C. Brimicombe, dan
selanjutnya dapat dilakukan analisis visual Yang Li. 2007. “Improving geocoding rates in
terkait pola, distribusi dan jaringan kejahatan preparation for crime data analysis.”
berbasis spasial. Selain mengecek kesesuaiaan International Journal of Police Science &
data proses identifikasi dilakukan untuk Management 9(1): 80–92.
mempersiapkan data sehingga dapat menjadi https://www.researchgate.net/publication/47529
input dalam proses analisis. Persiapan data 054_Improving_Geocoding_Rates_in_Preparati
tersebut pada diagram alir dengan melakukan on_for_Crime_Data_Analysis
geocoding data kepolisian yang masih
berorientasikan informasi lokasi berupa alamat.
4. Analisis Spasial
Melakukan pengelolaan data kejahatan hasil
identifikasi data kepolisian dan media sosial.
Proses pengolahan dengan analisis pola dan

You might also like