You are on page 1of 9

BAB III

TIJNAUAN KASUS

A. Identitas Klien
Berdasarkan hasil pengkajian yang kelompok lakukan pada tanggal 4 Maret 2019
didapatkan data: Klien bernama Tn. K, klien bertempat tinggal di Sukabumi, umur,
34 tahun, jenis kelamin laki-laki, pendidikan terakhir SD. Klien masuk Panti Bina
Laras pada bulan juli 2017.

B. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 4 Maret 2019 diperoleh data antara lain: Klien
mengatakan: alasan masuk panti karena ditangkap Satpol PP didaerah Jakarta (lupa
nama daerah) hampir 2 tahun yang lalu, saat sedang tiduran di depan warung, lalu
dibawa ke panti di Cengkareng dan di pindah ke panti Bina Laras di Cipayung.
Sebelumnya klien ditinggalkan oleh pamannya di Pelabuhan Ratu dikarenakan suka
ngamuk tanpa sebab, lalu ke Jakarta jalan kaki tanpa tujuan.
Sebelumnya Tn. K belum pernah mengalami peyakit gangguan jiwa. Tn. K pernah
memukuli orang lain di usia ± 21 tahun. Pernah dikeluarkan dari band karena
dianggap berbeda, dan pernah ditampar oleh pamannya. Klien tidak pernah
melakukan aniaya seksual dan tindakan kriminal. Faktor penyebab Tn. K
menggalami Skizofrenia adalah depresi karena ketidak mampuan diri untuk
menjadi seseorang karekter yang Tn. K inginkan misal saat menonton video porno
Tn. K ingin menjadi tokoh tersebut.
Pemeriksaan fisik yang kelompok dapatkan meliputi tanda-tanda vital yaitu tekanan
darah 122/90mmHg, nadi, 89x/menit, suhu 36,6oC, pernafasan 20x/menit. Ukuran
tinggi badan 167cm dan berat badan 63kg. Dari pengkajian head to toe didapatkan
data, kepala bentuk mesocepal, Rambut Tn. K pendek, berwarna hitam, bersih tidak
beruban. Fusngsi penglihatan baik, konjungtiva tidak anemis dan sklera anikterik.
Telingan simetris kanan kiri tidak ada serumen. Hidung tidak ada sumbatan sekret,
Dada Tn. I simetris kanan-kiri. Paru-paru, inspeksi ekspansi dada simetris kanan-
kiri, palpasi vocal fremitus kanan-kiri sama, perkusi sonor, auskultasi bunyi nafas
vesikuler. Jantung, inspeksi ictus cordis tidak tampak, palpasi ictus cordis teraba
kuat di SIC V, perkusi suara pekak, auskultasi bunyi S1 dan S2 murni. Abdomen,
inspeksi perut datar, auskultasi bising usus 15 kali per menit, palpasi tidak ada
nyeri tekan, perkusi tympani.
Ekstermitas klien tidak mengalami gangguan, fungsinya masih baik dan gerakannya
bebas. Tn. I tidak mengalami keluhan fisik dan tidak mempunyai riwayat penyakit
seperti kejang, asma, diabetes militus, hipertensi, maupun penyakit jantung.
Berdasarkan pengkajian psikososial khusunya genogram, Tn K merupakan anak ke
3 dari 5 besaudara, tinggal serumag dengan kakeknya (Ayah dari bapak klien).
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
Dari pengkajian konsep diri dalam gambaran diri Tn. K mengatakan tubuhnya
sehat, bagian tubuh yang paling disukai adalah wajah sedangkan bagian tubuh yang
tidak disukai adalah gigi karena bertaring. Tn K berumur 34 tahun jenis kelamin
laki-laki, pendidikan terakhir SMA berasal dari Sukabumi, Tn. K mengatakan
belum pernah menikah, berperan sebagai anak ke 3 dari 5 bersaudara dan Tn. K
mengatakan pernah bebekrja di parrik pupuk. Tn. K mengatakan ingin segera
pulang ke rumah berkumpul dengan keluarga. Klien mengatakan malu terhadap
dirimi orang lain menganggap dirimya orang dengan kelainan jiwa dan pandangan
hidupnya gelap.
Berdasarkan pola hubungan sosial, Tn K mengatakan orang terdekatnya adalah
pamannya. Peran serta dalam kegiatan masyarakat Tn. K mengatakan ikut dalam
kegiatan karang taruna. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, Tn I
mengatakan tidak ada hambatan. Nilai dan keyakinan tn. K mengatakan beragama
Islma dan jarang melaksanakan solat dan puasa.
Berdasarkan status mental, dari pengkajian penampilan Tn. K berseragam panti,
tidak terbalik. Pembicaraan Tn. K koheren. Aktivitas motorik, klien sehari-hari
banyak menghabiskan waktu membantu bersih-bersih di panti, mengikuti semua
kegiatan di panti. Pengkajian alam persaan, Tn. K mengatakan ketakutan karena
bayangan Soekarno, Nike Ardila dan suara yang mengatakan “kamu orang ga
punya”. Saat pengkajian , afrk Tn. K tajam, beraksi sesuai dengan stimulus.
Pengkajian interaksi selama wawancara, ada kontak mata, kooperatif, ketika diajak
interaksi mau menceritakan masalahnya kepada perawat dan tidak memperlihatkan
memepertahankna pendapatnya sendiri. Pada pengkajia persepsi, Tn. K mengalami
halusinasi penglihatan dan pendengaran, Tn. K mengatakan saat sendiri, melamun,
bahkan saat melakukan aktivitas melihat bayangan Soekarno, Nike Ardila dan
mendengar suara yang mengatakan “Kamu orang ga punya” suara dan banyangan
itu datang 5-7 kali dalam sehari. Dalam pengkajian proses pikir, pembicaraan Tn. K
tidak berbelit-belit terkadang sirkumstansial. Pada pengkajian isi pikir, klien tidak
mengalami waham, fobia maupun obsesi.
Berdasarkan pengkajian tingkat kesadaran, Tn. K sadar penuh, mampu mengenal,
berorientasi waktu, tempat dan orang lain. Memori Tn. I tidak ada gangguan daya
ingat jangka panjang dimana Tn. K masih ingat saat Tn. K dibawa ke panti, tidak
ada gangguan daya ingat jangka pendek dimana Tn. K masih ingat nama orang
yang sudah diajak berkenalan, dan tidak ada gangguan daya ingat saat ini dimana
Tn. K ingat nama perawat yang mengajaknya bicara. Tingkat konsentrasi Tn. I
menunjukkan bahwa Tn. I tidak mampu berkonsentrasi dan tidak fokus, tetapi Tn. I
mampu menjawab penjumlahan 2 ditambah 4 hasilnya 6 dengan benar. Pada
pengkajian kemampuan penilaian, Tn. K bisa mengambil keputusan sederhana
secara mandiri, mau mandi dulu atau makan dulu, tanpa bantuan perawat untuk
menganbil keputusan yang tepat. Pengkajian daya tilik diri, Tn. K menyadari bahwa
saat ini dia mengalami gangguan jiwa halusinasi dan ingin segera sembuh.
Berdasarkan kebutuhan persiapan pulang, pada kebutuhan makan, Tn. K mampu
makan secara teratur 3 kali sehari, Tn. K makan pelan-pelan, selalu menghabiskan
makanannya, dan makan bersama-sama dengan temannya. Pengkajian BAB dan
BAK, Tn. K mampu BAB dan BAK sendiri di kamar mandi, Tn. K BAB 1 kali
sehari dan BAK ± 5 kali sehari. Tn. K mengatakan mandi sehari 2 kali sehari
dengan memakai sabun, menggosok gigi setiap mandi, dan 2 hari sekali keramas.
Tn. K mengatakan dirinya mau berpakaian seragan Panti dan berpakaian rapi secara
mandiri. Pada pola istirahat tidur, Tn. K mengatakan mampu tidur dalam sehari 9
jam, Tn. K tidk tidur disiang hari dan tidur malam hari dari jam 18.30 wib sampai
jam 05.00 wib. Pada pengkajian pemeliharaan kesehatan, Tn. K mengatakan tidak
dapat dukungan dari keluarga selama di panti dan jika sudah pulang, Tn. K mau
minum obat teratur dan mau memelihara kesehatannya. Tn. K mengatakan kegiatan
dirumah membantu pamannya membersikan rumah, mencuci pakaian, dan
menyapu. Tn. K mengatakan setelah pulang dari panti, Tn. K ingin kembali
bekerja.
Berdasarkan mekanisme koping, Tn. K memiliki koping maladaptif, klien suka
menyendiri saat ada masalah. Pada pengkajian masalah psikososial dan lingkungan,
Tn. K tidak mendapat dukungan dari keluarganya, tidak ada masalah saat
berhubungan dengan tetangga. Tn. K tidak malu dengan pekerjaanya sebagai buruh
pabrik pupuk dan tetapi Tn. K malam bekerja di pabrik pupuk Tn. K juga
mengatakan tidak ada masalah dengan ekonominya dan kalau sakit, klien
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada. Pada pengkajian tingkat
pengetahuan, Tn. K tidak tahu tentang penyakit jiwa, faktor pencetusnya, dan
perjalanan penyakitnya. Tn. K mengatakan obat yang diminum berwarna kuning
pekat, kuning pudar. Obat itu menyebabkan pikiran menjadi tenang. Dalam aspek
medik, Tn. I didiagnosa F.20.0 (Skizofrenia Paranoid). Terapi farmakologi yang
diberikan yaitu Clozapine 2 x 25 mg, dan triheksilfenidil 2 x 2 mg.

C. Perumusan Masalah Keperawatan


Analisa data dilakukan pada tanggal 4 Maret 2019 didapatkan data subyektif yakni,
Tn. K mengalami halusinasi pendengaran dan penglihatan, Tn. K mengatakan
mendengar suara yang mengatakan “Kamu orang ga punya” dan melihat bayangan
Soekarno dan Nike Ardila, muncul 5-7 kali pada saat sendiri, melamun dan
beraktivitas. Dari data obyektif didapatkan, Tn. I tampak melamun, kontak mata
ada, konsentrasi klien kurang, dan koping maladaptif. Dari data tersebut penulis
mengangkat prioritas diagnosa gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran.
Dari data prioritas diagnosa diatas, dapat dibuat pohon masalah sebagai berikut:
Risiko perilaku kekerasan (akibat)

Gangguan sensori persepsi: Halusinasi pendengaran (masalah utama)
dan penglihatan

Isolasi sosial (sebab)

D. Perencanaan Keperawatan

E. Implementasi Keperawatan
Implementasi untuk diagnosa keperawatan gangguan sensori persepsi: halusinasi
pendengaran dan penglihatan dilaksanakan pada tanggal 4 Maret 2019, pukul 12.30
WIB. Penulis melakukan strategi pelaksanaan 1 yaitu membantu mengenal
halusinasi Tn. K, menjelaskan cara mengontrol halusinasi, dan mengajarkan cara
pertama mengontrol halusinasi dengan menghardik halusinasi. Penulis membina
hubungan saling percaya dengan Tn. K, mengajak berkenalan dengan Tn. K,
menanyakan tentang perasaan Tn. K, mengidentifikasi jenis halusinasi yang dialami
Tn. K, mengidentifikasi isi halusinasi Tn. K, mengidentifikasi frekuensi halusinasi
yang dialami Tn. K, mengidentifikasi waktu terjadinya halusinasi, mengidentifikasi
respon Tn. K, menjelaskan cara mengontrol halusinasi mengajarkan dan melatih
cara pertama mengontrol halusinasi dengan menghardik, memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian. Respon Tn K, Tn. K mampu mengenal halusinasinya dan
mau menggunakan cara menghardik saat halusinasinya muncul.
Implementasi yang kedua dilaksanakan pada tanggal 5 Maret 2019, 11.00 WIB.
Penulis melakukan strategi pelaksanaan 2 yaitu mengajari cara mengontrol
halusinasi yang kedua yaitu dengan cara menemui orang lain dan bercakap-cakap.
Penulis menanyakan tentang perasaan Tn. K, menanyakan tentang halusinasi yang
dialami oleh Tn. K apakah masih terjadi, validasi waktu, isi, frekuensi, dan respon
Tn. K. Penulis mengevaluasi cara pertama mengontrol halusinasi yaitu dengan
menghardik. Penulis bersama Tn. K mendiskusikan dan memilih cara yang diambil
Tn. K dalam mengontrol halusinasi, mendiskusikan terapi kelompok yang telah
dilakukan, menganjurkan Tn. K untuk mengalihkan perhatian dengan mengobrol
dengan orang lain, tidur atau istirahat, beraktivitas sesuai jadwal dan menghardik
halusinasi. Responnya, Tn. K mampu menggunakan cara pertama dengan
menghardik dengan benar dan Tn. K mau untuk mengalihkan perhatian dengan
bercakap-cakap dengan orang lain.
Implementasi pada hari ketiga dilaksanakan tanggal 6 Maret 2019 pukul 13.20
WIB. Penulis mengevaluasi strategi pelaksanaan 1 cara menghardik dan cara 2
yaitu menemui orang lain dan bercakap-cakap. Penulis melakukan strategi
pelaksanaan 3 yaitu mengajari cara mengontrol halusinasi yang ketiga dengan
melakukan aktivitas. Penulis mengidentifikasi bersama Tn. K cara atau tindakan
yang dilakukan jika terjadi halusinasi, mendiskusikan cara yang digunakan Tn. K
yaitu melakukan aktivitas dan memberi pujian pada Tn. K jika bisa melakukannya,
memotivasi Tn. K dalam melakukan aktivitas untuk menghilangkan halusinasinya,
membantu membuat dan melaksanakan jadwal kegiatan harian yang telah disusun
Tn. K, meminta teman, keluarga, atau perawat untuk menyapa Tn. K jika sedang
halusinasi, Membantu klien memilih cara yang sudah dianjurkan dan dilatih untuk
mencobanya, memberi kesempatan pada Tn. K untuk melakukan cara yang dipilih
dan dilatih. Responnya, Tn. K mampu menggunakan cara mengontrol halusinasi
dengan menghardik dan bercakap-cakap dengan orang lain. Tn. K juga mau
melaksanakan semua aktivitas sesuai jadwal yang telah disusun.
Implementasi pada hari keempat dlaksanakan tanggal 7 Maret 2019 pukul 12.30
WIB. Penulis mengevaluasia srategi pelaksanaan 1 cara menghardik, strategi
pelaksanaan 2 bercakap-cakap dengan orang lain, dan stategi pelaksanaan 3
melakukan aktivitas terjadwal. Penulis melakukan strategi pelaksanaan 4 yaitu
mengajarkan cara mengontrol halusinasi yang keempat dengan minum obat yang
teratur. Penulis mendiskusikan bersama Tn. K tentang manfaat dan kerugian tidak
minum obat, nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan efek samping penggunaan
obat. Mendiskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter,
menganjurkan Tn. K untuk konsultasi dengan dokter jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan. Responnya, Tn. K mampu menggunakan cara mengontrol halusinasi
dengan menghardik, bercakap-cakap dengan orang lain, melakukan aktivitas yang
terjadwal dan menggunakan obat secara teratur.

F. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi untuk diagnosa keperawatan gangguan sensori persepsi: Halusinasi
pendengaran dan penglihatan dilakukan tanggal 4 Maret 2019 pukul 13.00 WIB,
adapun hasil evaluasi yang penulis dapatkan adalah secara subyektif Tn. K
mengatakan senang berkenalan dengan penulis, Tn. K mengatakan masih
mendengar bisikan suara dan bayangan Soekarno dan Nike Ardila setiap hari, Tn. K
mengatakan suara dan bayangan itu tiba-tiba muncul, Tn. K mengatakan bersedia
diajari cara pertama yaitu menghardik dan bersedia memasukkan cara yang telah
dilatih kedalam jadwal kegiatan harian. Selain itu, secara obyektif klien kooperatif
saat diajak interaksi, Tn. k mau berjabat tangan, menyebutkan nama lengkap dan
nama panggilan, kontak mata Tn. K ada saat interaksi, Tn. K bersedia menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh penulis, Tn. K bersedia menceritakan masalahnya,
Tn. K memperhatikan cara menghardik yang diajarkan, Tn. K bersedia
mempraktekkan cara menghardik seperti yang diajarkan, Tn. K memasukkan
jadwal kegiatan harian. Hasilnya Tn. K mampu melakukan cara mengontrol
halusinasi dengan menghardik sehingga dapat dianalisis bahwa masalah teratasi.
Rencana selanjutnya adalah mengevaluasi strategi pelaksanaan 1 yaitu cara
menghardik halusinasi dan lanjutkan strategi pelaksanaan 2 yaitu menemui orang
lain untuk diajak bercakap-cakap.
Evaluasi tanggal 5 maret 2019 pukul 11.30 WIB, dengan hasil yang penulis
dapatkan adalah Tn. K mengatakan kemarin sudah diajarkan cara bagaimana untuk
mengahardik, Tn. K mengatakan mendengar suara dan melihat bayangan saat
sendiri, melamun bahkan sat aktivitas, Tn. K mengatakan setelah menghardik suara
itu hilang tapi butuh waktu lama. Tn. K bersedia diajari cara mengontrol halusinasi
dengan menemui orang lain untuk bercakap-cakap. Tn. K tampak menjawab
pertanyaan dari perawat, tetapi terkadang Tn. K sedih ketika membicarakan tentang
keluarga karena Tn. K ingin cepat pulang dijemput keluarganya, Tn. K bersedia
mempraktekkan cara mengontrol halusinasi dengan menemui orang lain untuk
bercakap-cakap, dan bersedia memasukkan ke jadwal harian. Hasilnya Tn. K
mampu melakukan cara mengontrol halusinasi dengan menemui orang lain untuk
bercakap-cakap sehingga dapat dianalisis bahwa masalah teratasi. Rencana
selanjutnya adalah mendokumentasikan, evaluasi strategi pelaksanaan 2 yaitu
mengontrol halusnasi dengan cara menemui orang lain dan bercakap-cakap dan
melanjutkan strategi pelaksanaan 3 yaitu melakukan aktivitas yang terjadwal.
Evaluasi pada tanggal 6 Maret 2019 pukul 15.00 WIB, dengan hasil yang penulis
dapatkan adalah Tn. K mengatakan selalu berusaha untuk melakukan aktivitas, Tn.
K mengatakan masih mengenali perawat dan masih ingat bagaimana cara
menghardik dan menemui orang lain maupun bercakap-cakap, Tn. K mengatakan
tidak ada masalah dengan pergaulan, berinteraksi dalam melakukan aktivitas
misalnya: mengepel. Selain itu Tn. K juga kooperatif saat diajak berinteraksi,
kontak mata Tn. K ada saat interaksi, Tn. K bersedia berinteraksi dengan penulis,
Tn. K bersedia duduk berdampingan dengan penulis, Tn. K bersedia memilih cara
menemui orang lain yang dipilihkan oleh penulis, Tn. K mampu melakukan
aktivitasnya saat ini yaitu memgepel. Hasilnya Tn. K mampu melakukan cara
mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas sehingga dapat dianalisis bahwa
masalah teratasi. Rencana selanjutnya adalah menganjurkan Tn. K belajar
mengontrol halusinasi dengan cara mengahardik, menemui orang lain untuk
bercakapcakap, melakukan aktivitas dan melanjutkan strategi pelaksanaan 4 yaitu
menggunakan obat.
Evauasi pada tanggal 7 Maret 2019 pukul 13.00 WIB dengan hasil yang penulis
dapatkan adalah Tn. K mengatakan selalu berusaha untuk mengusir halusinasi, Tn.
K masih mengenali dengan perawat dan masing ingat cara mengontrol halusinasi
dengan menghardik, menemui orang lain untuk bercakap-cakap dan melalukan
aktivitas yang terjadwal. Tn. K mengatakan obat yang diminumnya adalah yang
berwarna kuning pekat dan kuning pudar adalah THP dan Clozapine, efeknya
mebuat ngantuk dan berkeringat. Tn. K mengatakan obat itu berguna untuk
menghilangkan halusinasinya. Selain itu Tn. K juga kooperatif saat diajak
berinteraksi, kontak mata Tn. K ada saat interaksi, Tn. K bersedia berinteraksi
dengan penulis, Tn. K bersedia duduk berdampingan dengan penulis, Tn. K mampu
menyebutkan kembali efek samping dan manfaat obat yang dikosumsinya. Hasilnya
Tn. K mampu melakukan cara mengontrol halusinasi dengan cara menggunakan
obat secar teratur dapat dianalisis bahwa masalah teratasi. Rencana selanjutnya
adalah menganjutkan Tn. K belajar mengontro halusinasi dengan cara menghardik,
menemui orang lain untuk bercakap-cakap, melakukan aktivitas yang terjadwal dan
menggunakan obat secara teratur.

You might also like