You are on page 1of 20

4th Edition Ilham Satriawan

Chapter 3
Endocrineology, Hematology & Tropical Medicine
Skill Manual
Section 1
Endocrinology
i. Pemeriksaan thyroid
Introduction:
Kelenjar thyroid adalah salah satu kelenjar endokrin di tubuh. Kelenjar thyroid terdiri dari dua lobus yg
berbentuk seperti dasi kupu” yang terbungkus kapsul di bagian leher. Tujuan pemeriksaan ini adalah
mengetahui apakah ada pembesaran pada kelenjar thyroid.

 Thyroid:
a. left lobe
b. right lobe (dengan nodule)
c. isthmus
a.

b.
 Pemeriksaan
1. Pembukaan
c.

2. Inspeksi -> goiter visible, bergerak saat menelan, symetris/asymetris,


single nodule/ multi nodule/ diffuse (saat inspeksi pasien-dokter harus sejajar)
3. Palpasi -> ukuran normal: seukuran ibu jari
1. Dari arah belakang pasien, menggunakan 3 jari
2. Palpasi ringan sejajar cincin trakea ke 2-3 (vertebra cervical 4-5, dibawah cartilago cricoid)
3. pasien diminta menelan air -> bergerak = thyroid
(kalau tidak ikut bergerak berarti lymphnode)
4. auskultasi -> pada graves disease perbesaran thyroid akan disertai bruit
5. closing

1
Checklist
No Jenis kegiatan

A. PERSIAPAN PENDERITA
Menyapa pasien dengan menyebut nama & senyum serta mempersilahkan duduk (jabat
1.
tangan)
2. Memperkenalkan diri kepada pasien
3. Berikanlah informasi umum tentang pemeriksaan yang akan dilakukan
Berikanlah informasi tentang cara melakukan, tujuan, manfaat pemeriksaan tiroid untuk
4.
klien.
5. Jelaskanlah tentang kemungkinan hasil yang akan diperoleh.
Persilahkanlah klien duduk atau berdiri menghadap ke sumber cahaya sehingga sumber
6.
cahaya cukup menerangi bagian leher yang diperiksa
Aturlah posisi klien sedemikian rupa sehingga saat mengamati kelenjar tiroid, posisi mata
7.
pemeriksa harus sejajar (horizontal) dengan leher orang yang diperiksa.
INSPEKSI
1. Lakukanlah pengamatan pada bagian leher klien, terutama pada lokasi kelenjar tiroidnya
2. Amatilah ada pembesaran kelenjar tiroid yang tampak
3. Jika tidak nampak pembesaran, memintalah agar klien menengadah dan menelan ludah.
PALPASI
Berdirilah di belakang klien, lalu letakkanlah dua jari telunjuk dan dua jari tengahnya pada
1.
masing-masing lobus kelenjar tiroid yang letaknya beberapa sentimeter di bawah jakun.
Rabalah (palpasi) dengan jari-jari tersebut di daerah kelenjar tiroid.
Perabaan (palpasi) jangan dilakukan dengan tekanan terlalu keras atau terlalu lemah.
2. Tekanan terlalu keras akan mengakibatkan kelenjar masuk atau pindah ke bagian belakang
leher, sehingga pembesaran tidak teraba. Perabaa terlalu lemah akan mengurangi kepekaan
perabaan
Melaporkan hasil pemeriksaan kelenjar tiroid (lokasi, jumlah, konsistensi, ukuran, ada
3.
tidaknya nyeri, cervical adenopathy)

2
ii. Insulin
Introduction:
Insulin adalah hormon yang berfungsi untuk memasukkan glukosa kedalam sel melalui induksi receptor
GLUT-4. Insulin eksogen diperlukan sebagai hormon replacement terapi pada pasien DM 1 maupun
DM 2 stadium 4. Insulin merupakan salah satu OWATI (use with caution)

 Jenis Insulin:
o Berdasar waktu kerja (jenis hormon)
Profil Kerja (jam)
Jenis Insulin
Awal Puncak
Rapid-Acting Insulins
Insulin aspart (Novorapid) 0.2 – 0.5 0.5 – 2
Insulin gluilisine (Apidra) 0.2 – 0.5 0.5 – 2
Insulin lispro (Humalog) 0.2 – 0.5 0.5 – 2
Short Acting Insulins
Regular human insulin 0.5 - 1 2-3
(Humulin R, Actrapid)
Long-Acting Insulins
Insulin detemir 1–3 Tanpa puncak
Insulin glargine 1–3 Tanpa puncak
Intermediate-Acting Insulins
Neutral Protamine Hagedorn 1.5 – 4 4 - 10
(Humulin N, Insulatard)
Premixed
NPH/R 70/30 0.5 – 1 3 – 12
NPH/R 50/50 0.5 – 1 3 – 12
Insulin protamine aspart/aspart 70/30 0.2 – 0.5 1–4
Insulin protamine lispro/lispro 75/25 0.2 – 0.5 1–4

= PP (post prandial) insulin -> setelah makan = campuran


(basal + PP)
= Basal insulin

o Berdasar bentuk pemberian ->


insulin selalu injeksi tidak pernah PO (rusak oleh asam lambung)
- Injeksi Vial
- Injeksi Insulin Pen -> disposable, cartridge; (paling sering sekarang)
- Injeksi Pump
- Drip (IVFD)

3
 Prosedur
1. Pembukaan
2. Persiapan

a. Vial Insulin

1. Siapkan : vial insulin, syringe insulin, injection kit


2. Lepas cap
3. Tarik plunger sampai batas yg mau di injeksi (isi udara)
4. Tancapkan ke vial -> dorong (vaccum) -> balik -> keisi
5. Pastikan dosis pas dan tidak ada udara dalam syringe -> kalau ada udara bisa di dorong sedikit/
di sentil perlahan
6. Ready to use
Check
Dose
b. Pen insulin

1. Siapkan: insulin pen, jarum pen, injection kit


2. Pastikan insulin tidak cloudy -> dikocok 4. Kalau ada gelembung ->
putar ke dose dua -> tekan
sampe 0
5. Putar knob sampai dose yg
dibutuhkan
6. Siap

3. Pasang jarum pada pen

4
3. Pilih lokasi injeksi -> abdomen, triceps, atau femur lateral (banyak lemak)
(abdomen paling bagus -> femur lateral paling lambat)

Rotasi injeksi -> dilakukan tiap 1 minggu sekali (terutama pada pemberian injeksi 3-4x/d)
Jarak minimal 1 cm antar rotasi (mencegah pembentukan scar)

Np: pada pen dengan injeksi 3-4 kali sehari jarum gausah diganti tiap injeksi (1 hari sekali
aja)

4. Buat skin fold pada daerah yang akan diinjeksi


5. Injeksi subkutan (90ºpada daerah dengan lemak tebal, 45º pada yg lebih tipis) -> tahan 10 detik
baru lepas

6. Closing

5
Checklist
No Jenis kegiatan

1. Mencuci tangan

Memperkenalkan diri dan meminta ijin kepada pasien untuk melakukan


2.
tindakan.

3. Berikanlah informasi umum tentang tindakan yang akan dilakukan

Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan (insulin pen, jarum,
4.
tempat membuang jarum)

5. Perhatikan jenis insulin yang akan digunakan dan periksa jumlah unit
insulin yang akan diinjeksikan
6. Pasang jarum pada insulin device/pen.
7. Tentukan lokasi injeksi insulin

Injeksikan jarum insulin ke lapisan subkutan dengan membentuk lipatan


8. kulit dan sudut 45-90° kemudian dorong plunger sampai dose selector
menunjukkan angka 0.

9. Lepaskan jarum dari kulit setelah hitungan ke-10

10. Buang jarum pada tempat yang telah disediakan.

6
iii. Konsultasi Diabetes Mellitus
 Introduction: diabetes mellitus adalah penyakit yang seringkali membutuhkan edukasi oleh tenaga
kesehatan kepada pasien yang mengidapnya

 Point-point edukasi
1. Diabetes tidak bisa sembuh, hanya bisa dikontrol
2. terapi utama untuk diabetes adalah perubahan lifestyle (OAD hanya sebagai second line)
 lifestyle reccomendation
1. perbanyak aktifitas fisik (olahraga)
2. pola makan dijaga (kurangi porsi)
3.

7
Section 2
Hematology
i. LED
Introduction:
Pada pemeriksaan LED menghitung kecepatan endap darah dalam 1 jam. Sel-sel merah dalam darah
akan cenderung membentuk sedimentasi. Dengan tes ini akan mengukur apakah laju endap darah.
Dikarenakan pada saat terjadi proses inflamasi LED cednerung akan meningkat

 Alat dan bahan


1. Tabung Westergren Nilai Normal
2.
3.
Tabung wintrobe
Rak tabung Westergren
♂ =<15 mm/h
4. Bola Hisap ♀ =<20 mm/h
5. NS
6. Sampel darah EDTA

 Prosedur
1. Encerkan darah dengan NS perbandingan (NS: Darah) 1:4 -> 0.5:2 ml
2. Masukkan ke tabung westergren sampai pada batas 0 mm
3. Taruh tabung westergren di rak posisi vertical (pastikan vaccum) -> kalau pake wintrobe skip
4. Tunggu 1 jam
5. Baca (keliatan batas HCT dan plasma) (wintrobe bisa tau %HCT sama ESR)

ii. Hb
Introduction:
Hemoglobin pada pemeriksaan darah mengindikasikan kadar RBC dalam tubuh. Pemeriksaan kadar Hb
dalam darah dapat membantu diagnosis anemia. Metode yang digunakan adalah metode sahli.
Metode ini memiliki prinsip dimana hemoglobin dalam larutan HCl akan berubah menjadi asam
hematin yang berwarna

 Alat dan bahan


1. Hemometer Sahli 5. Kertas tissue
2. Tabung Sahli dan pengaduk gelas 6. HCl 0,1 N
3. Pipet Sahli 7. Aquades
4. Pipet Pasteur 8. Sampel darah (+EDTA)

 Prosedur
8
1. Masukkan HCl ke tabung sahli 5 tetes
2. Ambil (pake pipet sahli) darah ±20μL -> jangan sampe lebih, kalau lebih buang
3. Masukkan ke tabung pengencer
4. Bilas pipet pake HCL 2-3x (opsional)
5. Kocok tabung -> sampe coklat tua
6. Tetesi aquades sampe sama kayak warna kontrol
iii. Golongan Darah
Introduction:
Golongan darah penting untuk dicek sebelum transfusi untuk tahu compabilitasnya dibagi jadi dua:
cellgrouping & Plasmagrouping. Pada cell grouping mencari antigen di sel dan plasma grouping di
plasma. Ada dua antigen yg lazim di cek yaitu ABO system dan Rhesus. Dimana keduannya adalah
antigen paling poten.

 Alat dan bahan


1. Antisera anti-A,anti-B,anti-AB, dan anti D. 4. Sampel darah resipien.
2. Suspensi 10% sel uji A, B dan O 5. Kaca objek atau porselen putih
3. Larutan NaCl 0,9% (Saline) 6. Pengaduk dan pipet Pasteur
 Prosedur
1. Buatlah suspensi 10% darah dari Whole Blood
1. sentrifuse
2. Ambil sel dan cuci pake NS dengan perbandingan (1:9) ml
3. Sentrifuse
4. Ambil sel buat suspensi 10% darah dan NS (1:9) tetes
2. Teteskan 1 tetes anti-sera ke porselen/ object glass
3. Teteskan 1 tetes suspensi 10% darah
4. Aduk melingkar (jangan sampe kecampur sebelahnya)
(usahakan pake pengaduk yg beda tiap suspensi)
5. Digoyang-goyang sampe terlihat menggumpal (±5 min) Anti A Anti B Anti D
(Rh)
6. interpretasi
 interpretasi Anti D (Rh)
Rh (+) +
+4 Semua sel menggumpal, cairan jernih Rh (-) -
+3 Semua sel menggumpal tapi tidak menyatu, cairan jernih
Gumpalan-gumpalan bebas, cairan keruh Anti a Anti b
+2
O - -
+1 Gumpalan-gumpalan halus, cairan keruh
A + -
kontrol Tidak ada gumpalan (negative) B - +
Kompabilitas donor AB + +

Donor
O- O+ A- A+ B- B+ AB- AB+
O- ✔ ✖ ✖ ✖ ✖ ✖ ✖ ✖
Resipient

O+ ✔ ✔ ✖ ✖ ✖ ✖ ✖ ✖
A- ✔ ✖ ✔ ✖ ✖ ✖ ✖ ✖
A+ ✔ ✔ ✔ ✔ ✖ ✖ ✖ ✖
9
B- ✔ ✖ ✖ ✖ ✔ ✖ ✖ ✖
B+ ✔ ✔ ✖ ✖ ✔ ✔ ✖ ✖
AB- ✔ ✖ ✔ ✖ ✔ ✖ ✔ ✖
AB+ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔

iv. Cross Matching


Introduction: cross matching bertujuan untuk mengetahui apakah ada reaksi baik minor
maupun mayor pada proses transfusi

 Alat dan bahan


1. Bovin Albumin 22% 4. Tabung reaksi
2. Reagen Coombs
3. Suspensi 5% sel uji A, B dan O 5. Pengaduk dan pipet Pasteur
(donor & resipien) 6. Centrifuge
4. Serum uji (donor & resipien) 7. Inkubator
5. Larutan NaCl 0,9% (Saline) 8. microscope

 Prosedur
1. Buatlah suspensi 5% darah dari suspensi 10%
1. Ambil suspensi 10% lalu tambahkan NS (1:1)
2. Siapkan serum dan suspesi 5%

1. Reaksi mayor
1. Ambil serum resipien 9. Cuci dengan saline 3x
dan suspensi 5% donor (2:1) (tiap dicuci supernatan dibuang)
2. Taruh pada tabung a 10. Tambahkan serum coomb 2 tetes
3. Kocok 11. Putar kedua tabung 3000 rpm selama 15
detik / 1000 rpm selama 1 menit
2. Reaksi minor 12. Amati
1. Ambil serum donor
dan suspensi 5% resipien (2:1)
2. Taruh pada tabung b
3. Kocok

3. Putar kedua tabung 3000 rpm selama 15 detik


/ 1000 rpm selama 1 menit
4. Amati -> lakukan dibawah ini kalau tidak ada gumpalan
5. Tambahkan 2 tetes bovine albumin
6. Inkubasi pada suhu 37 C ~ 15 menit
7. Centrifuge 3400 rpm selama 15 detik
/ 1000 rpm selama 1 menit.
8. Amati -> lakukan step 9-12 ini kalau tidak ada gumpalan

10
v. Pemeriksaan Fisik Terkait Hematology

 Prosedur
1. Pembukaan
2. Anamnesis
3. Pemeriksaan fisik

a. Pemeriksaan regio coli


 Inspeksi
1. Warna kulit berubah -> cyanosis, erythema, pucat
2. Tumor (lokasi, ukuran, bentuk) (+keadaan penyerta) -> venektasi, krusta, dll
 Palpasi
1. Jumlah dan ukuran 4. Batas (tegas/diffuse)
2. Suhu 5. Konsistensi
3. Perlekatan 6. Compressible (+/-)
 Auskultasi
1. Bruit pada tumor (+/-)
 Other
1. Pergerakan tumor (menelan, menjulurkan lidah)

b. Pemeriksaan abdomen
 Persiapan pasien
4. Mengosongkan kandung kemih -> berkemih/buka kateter
5. Supine
 Inspeksi
1. Warna kulit berubah -> cyanosis, erythema, pucat
2. Bentukan khas kulit-> scar, striae, dilatasi vena, tanda” inflamasi
3. Kontur (umbilicus) -> hernia
Kontur (abdomen) -> simetris, benjolan, bentuk (flat, round, scaphoid)
4. Pulsasi/peristaltik
 Palpasi (ringan)
1. Pakai jari sentuh lembut semua permukaan quadran abdomen (atas-bawah)
2. Pas waktu pindah angkat sedikit saja
3. Perhatikan massa atau tanda nyeri pada pasien
4. Bedakan resistensi muskulus
 Palpasi (dalam)
1. Saat pemeriksaan pasien suruh tarik nafas
2. Ditekan agak dalam dan perhatikan ->konsistensi, nyeri tekan, mobilitas
3. Kalau sulit (pd pasien obese) boleh pake dua tangan

11
4. Untuk pemeriksaan lien/hepar -> didorong dari arah bawah (bawah umbilicus) ke atas (arcus
costae) sejajar m.rectus abdominis-> seharusnya tidak teraba

 Auskultasi
1. Pakai diafragma stetoskop
2. Dengarkan bising usus -> frekuensi & karakteristik
3. Cari adanya suara bruit -> hypertensi (epigastrium), insuficiency pada
extermitas (arteri illiaca)
4. Cari friction rub hepar/lien -> tumor, infeksi
 Perkusi
1. Tempelkan jari tangan pada abdomen ketuk dengan jari tangan lain
2. Lakukan pada tiap quadran (dari thoraks ke bawah) -> perhatikan perbedaan suara -> hepar
(padat) di kanan dan gaster (tympanic) di kiri
3. Identifikasi perubahan suara (pada = hepar; -> pengukuranhepar
 hepar -> sejajar medioclavicular line, dari batas paru- bawah ±6-12 cm
4. closing

12
Checklist

PERSIAPAN
1. Memperkenalkan diri dan menjelaskan kepada pasien tujuan dan prosedur pemeriksaan yang akan
dilakukan
2. Menjelaskan kepada pasien untuk mengikuti perintah yang akan diberikan
3. Mencuci tangan sebelum pemeriksaan & menempatkan diri di sebelah kanan pasien
PEMERIKSAAN BENJOLAN / TUMOR
Menentukan lokasi tumor sesuai regio anatomis
1. Menentukan Lokasi Tumor Kepala Sesuai Regio anatomi

2. Menentukan Lokasi Tumor Leher Sesuai Trigonum Coli


Inspeksi
1. Melihat warna kulit pada benjolan (normal, kemerahan, kebiruan, pucat)
2. Melihat keadaan kulit diatas benjolan (luka, krusta, venektasi, punctat)
3. Melihat sekitar tumor adakah benjolan lain sekitar tumor
Auskultasi
1. Mendengarkan dengan stetoskop apakah didapatkan bruit pada tumor
Palpasi
1. Meraba dan menentukan jumlah dan ukuran tumor
2. Meraba apakah tumor berbatas tegas atau tidak
3. Meraba apakah tumor lebih panas dari jaringan sekitarnya
4. Meraba konsistensi tumor : keras, kenyal, lunak, padat, kistik
5. Meraba apakah tumor mobil atau melekat pada kulit atau melekat dasar
6. Menekan tumor apakah compressible
Pemeriksaan tambahan untuk tumor di daerah leher
1. Meraba apakah tumor bergerak saat menjulurkan lidah
2. Meraba apakah tumor bergerak saat menelan
Pemeriksaan tambahan mencari benjolan kelenjar getah bening
1. Mencari benjolan didaerah ketiak dan dideskripsikan
2. Mencari benjolan didaerah supra / infra clavicula dan mamaria interna
3. Mencari benjolan lain di leher

13
PEMERIKSAAN ABDOMEN
1. Memperkenalkan diri dan menjelaskan kepada pasien tujuan dan prosedur pemeriksaan yang akan
dilakukan
2. Menjelaskan kepada pasien untuk mengikuti perintah yang akan diberikan
3. Memberitahukan kepada pasien untuk mengosongkan kandung kencing dulu (meminta untuk miksi atau
membuka aliran kateter)
4. Meminta pasien berbaring supine dengan nyaman dan meletakkan bantal dibawah kepala
5. Tangan pasien diletakkan disisi badan atau diletakkan diatas dada.
6. Mencuci tangan sebelum pemeriksaan & menempatkan diri di sebelah kanan pasien
7. Selama melakukan pemeriksaan, wajah pasien diperhatikan adanya tanda kesakitan pada
pemeriksaan tertentu
Inspeksi abdomen
1. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien.
2. Melihat kulit abdomen dan diperhatikan adanya jaringan parut (bentuk dan lokasi), striae, dilatasi
vena, rash, dan lesi lain.
3. Melihat umbilicus, kontur dan lokasi, tanda-tanda inflamasi dan adanya hernia
4. Melihat kontur abdomen: flat, rounded, protuberant, atau scaphoid. Apakah abdomen simetris. Apakah
ada benjolan pada flank atau benjolan ditempat lain.
5. Melihat adakah gambaran peristaltik atau pulsasi
Auskultasi abdomen
1. Meletakkan diafragma stetoskop secara hati-hati pada abdomen
2. Mendengarkan suara usus dan mencatat frekuensi dan karakternya
3. Bila pasien mempunyai tekanan darah yang tinggi, dengarkan pada epigastrium dan pada kuadran
lain pada abdomen kemungkinan adanya bruit
4. Bila mencurigai adanya insufisiensi pada ekstremitas bawah, dengarkan adanya brit pada aorta,
arteria iliaca dan arteri femoralis.
5. Bila mencurigai adanya tumor hepar, infeksi pada hepar atau infark spleknikum, dengarkan di atas
hepar dan lien adanya friction rub
Perkusi abdomen
1. Melakukan perkusi pada keempat kuadran untuk menilai distribusi timpani dan dullness
2. Melakukan perkusi secara seksama daerah dada anterior bagian bawah. Pada sisi kanan akan
terdapat pekak hepar, terdapat timpani akibat udara gaster dan fleksura coli sinistra
3. Perhatikan peralihan daerah timpani menjadi redup pada setiap penonjolan daerah abdomen
Perkusi Hepar
1. Identifikasi ukuran hepar dengan melakukan perkusi. Mulai pada Linea Medioclaviculer kanan
setinggi sedikit di bawah umbilicus. Dengan ringan dilakukan perkusi ke arah atas. Identifikasi batas
bawah pekak hepar.
2. Identifikasi batas atas hepar dengan melakukan perkusi pada garis Linea Medioclaviculer kanan mulai
batas paru ke arah bawah. Normal batas atas dan bawah hepar sepanjang 6-12 cm

14
Palpasi
Palpasi Ringan
1. Letakkan tangan dan lengan bawah pada bidang yang sejajar (rata), dengan jari rata terletak pada
permukaan abdomen.
2. Palpasi permukaan abdomen dengan gerakan ringan dan lembut. Saat menggerakkan tangan dari
satu tempat ke tempat lain, angkat sedikit saja dari kulit. Bergerak dengan lembut dan rasakan pada
semua kuadran.
3. Identifikasi adanya organ superfisial atau adanya masa dan adanya daerah yang nyeri atau
memberikan ”resistensi” terhadap tekanan tangan. Bila didapatkan resistensi coba bedakan apakah
ini merupakan gerakan ”voluntary guarding” ataukah ”involuntary muscular spasm”.
Palpasi Dalam
1. Pergunakan permukaan palmar dari jari, rasakan pada keempat kuadran
2. Identifikasi adanya masa dan catat lokasi, ukuran, bentuk, konsistensi, nyeri tekan, pulsasi, dan
mobilitas (mobilitas saat respirasi atau saat digerakkan dengan tangan)
3. Bila palpasi dalam sulit dilakukan (misalnya pada obesitas), digunakan dua tangan, satu tangan di atas
yang lain. Berikan tekanan melalui tangan yang di atas dan konsentrasikan sensasi perabaan pada
tangan yang di bawah.
4. Hubungkan hasil pemeriksaan perkusi dengan palpasi
Palpasi Hepar
1. Letakkan tangan kanan pada abdomen pasien, tepat di bawah level umbilikus dan sejajar (paralel)
dengan otot rectus.
2. Sambil melakukan palpasi, pasien diminta menarik nafas dalam.
3. Bila tidak teraba tepi hepar, pindahkan ujung jari tepat di bawah arcus costa kanan sambil pasien
diminta untuk menarik nafas dalam.
4. Pemeriksaan ini perlu diulang beberapa kali sampai teraba tepi bawah hepar saat inspirasi. Catat
lokasi, permukaan (rata atau berbenjol/noduler), konsistensi, dan adanya nyeri tekan. Pada beberapa
pasien hepar tidak dapat dipalpasi.
Palpasi Lien
1. Letakkan tangan kiri di belakang pinggang kiri pasien, tarik ke atas dan mendekat ke pemeriksa
2. Letakkan tangan kanan tepat dibawah level umbilikus dan sejajar (paralel) dengan otot rectus.
3. Sambil melakukan palpasi, pasien diminta menarik nafas dalam.
4. Pemeriksaan ini perlu diulang beberapa kali sampai teraba ujung lien saat inspirasi. Bila teraba ujung
lien, kemungkinan lien membesar.

15
Section 3
Tropical Medicine
i. Tourniquet test (rumpel-leede)
 Description
Test tourniquet ini berfungsi untuk mengetahui apakah adakah kerentanan bleeding akibat rapuhnya
kapiler. Tes ini merupakan alat diagnostik untuk dengue. nilai positif adalah ditemukannya ptechia
pada kulit pasien
 Prosedur
1. Pembukaan  DDx Positif
2. Tes tourniquet 1. Dengue
a. Manset 2. ITP
1. Ukur tekanan darah dengan tensi meter 3. VKDB
(𝑠𝑖𝑠𝑡𝑜𝑙𝑒+𝑑𝑖𝑎𝑠𝑡𝑜𝑙𝑒) 4. Ebola
2. Pompa manset hingga titik tengah x=
2
3. Jaga tekanan pada angka itu ~2 menit (kalau pasien kesakitan boleh di kurangi perlahan)
4. Hitung jumlah ptechie pada fossa cubiti
(+) >20 ptechie/1inchi
b. Tourniquet
1. Pasang tourniquet pada ½ lengan atas
2. Tunggu selama ~5 menit
3. Hitung jumlah ptechie
3. Penutup

ii. Besredka
 Description
Besredka adalah metode dalam pemberian anti-toksin (terutama difteri), pemberian anti-toksin ini
berfungsi untuk menetralkan pathogenisitas dari bakteri difteri
 Procedure
1. Pembukaan (perlu ditekankan inform concern -> injeksi & alergi)
2. Pre injeksi checklist
 Uji sensitivitas  Desensitasi
3. Uji sensitivitas
4. 3 (+) desensitasi besredka  Alat dan bahan 1. 0,1 ml larutan 1:20 (ADS:NS)SC
3 (-) - 20.000 IU -> IM 1. ADS vial 2. 0,1 ml larutan 1:10, SC
-IVFD D5 ¼ saline+ADS 2. NS 3. 0,1 ml tanpa dilarutkan, SC
4-6 jam 3. Spuit 3cc + jarum 26G 4. 0,3 ml tanpa dilarutkan, IM
5. penutup 4. Alcohol swab 5. 0,5 ml tanpa dilarutkan, IM
 Prosedur 6. 0,1 ml tanpa dilarutkan, IV
 Pre injection checklist 1. Ambil ADS 0,05cc+1cc NS 7. Bila tidak ada reaksi -> sisanya IV
1. Riwayat injeksi serum 2. Injeksi Intradermal di deltoid
2. Riwayat alergi obat hingga ada enjolan 3mm
3. Inform concern 3. Tunggu 15-30 menit Np: tiap step di jeda 20 menit
4. (-) tidak ada perubahan
(+) ada perubahan
diameter/benjolan >2mm

16
Section 4
Basic Medical Procedure II
i. OWATI
Introduction:
OWATI (obat dengan kewaspadaan tinggi) adalah obat-obatan yang penggunaannya perlu
diwaspadai dan dipantau dengan ketat karena rawan menyebabkan KTD

Beberapa jenis OWATI


 Elektrolit pekat
 Obat-obatan emergency
 Cytostatic drugs
 Anti-koagulant

label owati

 Kalium Clorida (KCl)


- Kcl tidak pernah dibolus
- Dilarutkan dengan:
 NaCl 0.9%
 NaCl 3%
 Dextrose 10%
- 10 - 20meq/ L

 Prosedur
KCl
1. Ambil 20 ml KCl (25meq in 25 ml) 25meq/fl (25 ml)
Dengan spuit 10 cc
2. Injeksikan kedalam botol
Cairan infus (NaCl/Dextrose) 4. Beri label
Melalui tutupnya (yg ada tulisan in) 5. Segera gunakan max. 24 jam
3. Kocok (dibolak-balik ~10x)
Labeling
-nama obat
Larutan infus -> obat (x) dalam larutan (y)
-kapan dibuat (larutan IVFD)
-kekuatan obat

17
ii. Peripheral venous catheter & IVFD
(Intra Venous Fluid Drip)
Introduction:
Prosedur ini dilakukan untuk pemasangan akses vena perifer memasukkan cairan (obat/transfusi
darah) kedalam aliran darah melalui vena perifer.

 Alat & Bahan


1. Abocath 4. Tiang Ingus
2. Alcohol swab 5. Cairan infus
3. Infusion set 6. plester
 Prosedur
1. pembukaan
2. Siapkan alat dan bahan
a. Persiapan Infus set
1. Tusukkan jarum yang ke botol (kerucut, paling besar) pada tutup botol infus
2. Pencet tabung karet untuk mengisi (sampai batas) (kalau kelebihan dibalik aja)
3. Buka sedikit pengatur tetesan (keatas)
(!) pastikan cairan terisi di selang dan tidak ada gelembung (buang sedikit &
disentil”)
4. Tutup aliran (kebawah)
3. Cari vena pasien yg paling prominen pada dorsal tangan (usahakan diatas/ dibawah
sendi, jangan pas sendi)
4. Desinfeksi +2 cm dari fokal tusukan (sentripetal)
5. Tusukkan abocath (searah vena flow) (15-30®) -> saat ada darah di Pangkal jarum -> tarik
jarum
(bagian dalam, catheter Ditinggal) (!) jangan lupa difiksasi pas narik
6. Fiksasi selang dan catheter pakai plester
(Buat menyilang)
7. segera pasang infusion set ke catheter abocath
8. Buka aliran perlahan dan perhatikan jumlah
tetesan nya sesuai anjuran -> monitor tiap 4 jam
9. Closing

Flow
18
Checklist

No Petunjuk kegiatan

1 Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan


Mempersiapkan alat dan bahan:
- Infus set makro
- Spuit 10CC
- ABOCATH
2
- Alcohol Swab
- KCl 20 MEQ (1 flacon)
- NaCl 0.9% 500ml
- Plester
Membuat solusio yang dibutuhkan dengan mengambil 20 meq KCl menggunakan spuit
3
10 cc, dicampurkan dalam NaCl 0.9% 500ml, dikocok hingga tercampur
4 Beri LABEL
5 Mengidentifikasi IDENTITAS pasien telah sesuai dengan pasien yang akan diberikan
terapi
6 Memasang selang infus
7 Menghubungkan selang infus dengan solusio campuran KCl dan NaCl 0.9%
KIE kepada pasien:
8
sampaikan monitor dilaksanakan setiap 4 jam

Skema alat
dial selang

Ke botol
infus
jarum

off on

Arah ampule
pemasangan 19
catheter
Arah aliran Ke abocath

You might also like