You are on page 1of 14

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMULIAAN TANAMAN

ACARA II
KORELASI ANTARA DUA SIFAT PADA TANAMAN

Semester :
Genap 2015

Oleh:
Muhammad Azka Fardani
A1L014153/7

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
LABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN DAN BIOTEKNOLOGI
PURWOKERTO
2015
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan dari pemuliaan tanaman adalah mendapatkan tanaman dengan sifat

yang unggul. Tanaman yang memiliki sifat-sifat unggul misalnya unggul dalam

produksi, unggul karena tahan terhadap hama dan penyakit tanaman tertentu tahan

terhadap cekaman, seperti cekaman salin dan lain-lain. Cara untuk mencapaian

tujuan tersebut diperlukan pengetahuan tanaman lebih mendalam. Pengetahuan

tentang tanaman tersebut baik secara anatomi, morfologi dan fisiologi tanaman.

Pengetahuan tentang sifat-sifat pada tanaman juga akan membantu dalam

pelaksanaan perbaikan sifat. Sifat-sifat tanaman dibagi menjadi dua, yaitu sifat

kualitatif dan sifat kuantitatif. Sifat kualitatif merupakan sifat yang dipengaruhi

oleh sedikit gen dan tidak atau sedikit dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Sifat

kuantitatif adalah sifat yang dipengaruhi oleh banyak gen, dan dipengaruhi oleh

faktor lingkungan. Kenyataannya sifat-sifat pada tanaman menunjukan hubungan

satu sama lain. Adanya sifat-sifat yang memiliki hubungan ini dapat membantu

usaha-usaha dalam pemuliaan tanaman.

Hubungan antar Sifat-sifat pada tanaman dapat dihitung dengan koefisien

korelasi. Selain itu, diperlukannya pengetahuan tentang derajad hububungan yang

ada diantara sifat-sifat tersebut. Derajad hubungan antara sifat-sifat pada tanaman

didukung dengan data yang akurat. Mengetahui derajad hubungan pada suatu

tanaman akan membantu langkah pemulia tanaman dalam melakukan usaha


pemuliaan tanaman. Usaha pemuliaan tanaman tersebut missalnya dalam

melakukan seleksi tananam untuk dijadikan sebagai tetua.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum acara 2 yaitu:

a. Untuk mengetahui derajad hubungan antara dua sifat pada tanaman

b. Untuk mengetahui bentuk hubungan yang ada diantara dua sifat yang

bersangkutan
II. TINJAUAN PUSTAKA

Korelasi (Correlation) adalah salah satu teknik statistik yang digunakan

untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih yang bersifat kuantitatif.

Hubungan (relationship) antara dua variabel dapat hanya karena kebetulan saja

(accidentil), dapat juga merupakan hubungan sebab akibat. Dua variabel dikatakan

berkorelasi jika perubahan pada variabel yang satu akan diikuti perubahan

variabel lain secara teratur, dengan arah yang sama atau arah yang berlawanan

(Djarwanto dan Subagyo, 1981).

Menurut Gumilar (1999) Analisis korelasi adalah alat statistik yangdapat

digunakan untuk mengetahui derajat hubungan linear antara satu variabel dengan

variabel lain. Dua variabel dikatakan berkorelasi apabila perubahan pada satu

variabel akan diikuti oleh perubahan variabel lain, baik dari arah yang sama

maupun arah yang berlawanan. hubungan variabel dapat dikelompokkan menjadi

3 jenis hubungan berikut :

1. Korelasi positif, apabila perubahan pada variabel yang satu diikuti dengan

perubahan variabel yang lain dengan arah yang sama (berbanding lurus)

2. Korelasi negatif, terjadi apabila perubahan pada variabel yang satu diikuti

oleh perubahan variabel yang lain dengan arah yang berlawanan

(berbanding terbalik)

3. Korelasi nihil, terjadi apabila perubahan pada variabel yang satu diikuti

dengan perubahan variabel yang lain dengan arah yang tidak teratur (acak)
Menurut Nasir (2001) Korelasi antara dua karakter dapat dibagi dalam

Korelasi Fenotipik dan Korelasi Genotipik. Korelasi Fenotipik dapat dipisahkan

menjadi korelasi Genotipik dan Korelasi Lingkungan. Oleh karena ini, Korelasi

Fenotipik ini selanjutnya diharapkan dapat menunjukkan korelasi genotipik yang

lebih berati dalam Program Pemuliaan Tanaman. Korelasi ini dapat diartikan

sebagai korelasi nilai Pemuliaan dari dua karakter yang diamati. Korelasi

lingkungan merupakan sisaan galat yang juga memberikan konstribusi terhadap

Fenotip.

Daya hasil dipengaruhi oleh beberapa komponen yang saling berasosiasi,

sehingga seleksi terhadap hasil harus mempertimbangkan sifat-sifat yang

berkorelasi dengannya. Pendugaan korelasi genotipik dan fenotipik antarsifat

berguna untuk perencanaan dan evaluasi program pemuliaan. Pada umumnya nilai

korelasi genotipik lebih tinggi dibandingkan nilai korelasi fenotipik. Hal ini

menunjukkan walaupun korelasi genotipik besar namun bila dipengaruhi oleh

lingkungan akan berubah. Informasi tentang adanya korelasi antarsifat dapat

digunakan untuk memahami hasil yang akan dicapai dan memberikan prosedur

seleksi yang tepat (Nugrahaeni, 2001).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Bahan yang diperlukan untuk praktikum acara ini adalah malai beserta

gabahnya. Sedangkan alat yang digunakan yaitu timbangan analitik,penggaris dan

alat tulis.

B. Prosedur Kerja

1. Bahan dan alat yang diperlukan disiapkan

2. Malai diukur panjangnya, kemudian dicatat

3. Gabah pada malai dihitung lalu ditimbang dan dicatat hasil

perhitungannya

4. Data yang telah diperoleh dimasukkan dalam data dan dilakukan

perhitungan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1: data dan perhitungan koefisien korelasi panjang malai dan jumlah bulir
No X Y (xi- x̄) (xi- x̄)2 (yi-ȳ) (yi-ȳ)2 (xy) (xi- x̄) (yi-ȳ)

1 26 88 -0,5 0,25 -4 16 2288 2


2 25,5 103 -1 1 11 121 2626,5 -11
3 28 120 1,5 2,25 28 784 3360 42
4 27 82 0,5 0,25 `-10 100 2214 -5
5 26 67 -0,5 0,25 -25 625 1742 12,5
Σ 132, 460 0 4 0 1646 12230,5 40,5
5
x̄ 26,5 92 0,8 329,2 2446,1 8,1
T tabel = 3,182

X = Panjang Malai

Y = Jumlah bulir

Perhitungan:

4
Ragam x = Sx2 = 𝚺(xi−
𝑛−1
x̄ )2
= =1
4

𝚺(yi−ȳ)2 1646
Ragam y= Sy2 = = = 411,5
𝑛−1 4

𝚺(xi− x̄ ) (yi−ȳ) 40,5


Kovarian antara x dan y = Sxy = = = 10,125
𝑛−1 4

Sxy 10,125
Koefisien korelasi : r   0,4991
Sx2Sy2 1x 411,5

Koefisien determinasi : r2 = (0,4491)2 =0,2491

1 0,2491
Sr  = 0,5002
3
𝑟 0,4991
Metode student : t = 𝑆𝑟 = 0,5002 = 0,9978

Kesimpulan: t hitung < t tabel, maka koefisien korelasi tidak berbeda nyata.

Tabel 2: data dan perhitungan koefisien korelasi panjang malai dan bobot biji
No X Z (xi- x̄) (xi- x̄)2 (zi-𝒁̅) (zi-𝒁̅)2 (xz) (xi- x̄) (zi-𝒁̅)

1 26 2,15 -0,5 0,25 -0,19 0,0361 55,9 0,095


2 25,5 2,75 -1 1 0,41 0,1681 70,125 -0,41
3 28 3,00 1,5 2,25 0,66 0,4356 84 0,99
4 27 2,05 0,5 0,25 -0,29 0,0841 55,35 -0,145
5 26 1,75 -0,5 0,25 -0,59 0,3481 45,5 0,295
Σ 132, 11,7 0 4 0 1,072 310,87 0,825
5 5
x̄ 26,5 2,34 0,8 0,2144 62,175 0,165
T tabel = 3,182

X = Panjang Malai

Z = Bobot Biji

Perhitungan:

4
Ragam x = Sx2 = 𝚺(xi−
𝑛−1
x̄ )2
= =1
4

𝚺(zi−𝒁̅)2 1,072
Ragam z= Sz2 = = = 0,268
𝑛−1 4

𝚺(xi− x̄ ) (zi−𝒁̅) 0,825


Kovarian antara x dan z = Sxz = = = 0,2062
𝑛−1 4

Sxz 0,2062
Koefisien korelasi : r   0,3983
Sx2Sz2 1x0,268

Koefisien determinasi : r2 = (0,3983)2 =0,1586

1 0,1586
Sr  = 0,5295
3
𝑟 0,3983
Metode student : t = 𝑆𝑟 = 0,5295 = 0,7522
Kesimpulan: t hitung < t tabel, maka koefisien korelasi tidak berbeda nyata.

Tabel 3: data dan perhitungan koefisien korelasi jumlah bulir dan bobot biji
No Y Z (yi-ȳ) (yi-ȳ)2 (zi-𝒁̅) (zi-𝒁̅)2 (yz) (yi-ȳ) (zi-𝒁̅)

1 88 2,15 -4 16 -0,19 0,0361 189,2 0,76


2 103 2,75 11 121 0,41 0,1681 283,2 4,51
5
3 120 3,00 28 784 0,66 0,4356 360 18,48
4 82 2,05 `-10 100 -0,29 0,0841 168,1 2,9
5 67 1,75 -25 625 -0,59 0,3481 112 14,75
Σ 460 11,7 0 1646 0 1,072 1112, 41,4
55
x̄ 92 2,34 329,2 0,2144 222,5 8,28
1
T tabel = 3,182
Y = Jumlah bulir

Z = Bobot Biji

Perhitungan:

𝚺(yi−ȳ)2 1646
Ragam y= Sy2 = = = 411,5
𝑛−1 4

𝚺(zi−𝒁̅)2 1,
Ragam z= Sz2 = = = 0,268
𝑛−1 4

𝚺 (yi−ȳ)(zi−𝒁̅) 41,4
Kovarian antara x dan y = Sxz = = = 10,35
𝑛−1 4

Syz 10,35
Koefisien korelasi : r   0,9855
Sy2Sz2 411,5.0,268

Koefisien determinasi : r2 = (0,9855)2 =0,0,9712

1 0,9712
Sr  = 0,0979
3
𝑟 0,9855
Metode student : t = 𝑆𝑟 = 0,0979 = 10,0663

Kesimpulan: t hitung > t tabel, maka koefisien korelasi berbeda nyata.


B. Pembahasan

Menurut Nurussadad (2011), korelasi adalah nilai yang menunjukan

kekuatan dan arah hubungan linear antara peubah acak. Nilai korelasi antara

peubah x dan y didapat melalui rumus. Nilai korelasi positif menunjukan bahwa

antara dua peubah tersebut memiliki hubungan linear positif demikian sebaliknya.

Semakin dekat nilai korelasi dengan -1 atau +1 semakin kuat korelasi antara

kedua peubah tersebut. Sebaliknya jika nilai korelasinya mendekati 0, maka

makin lemah korelasi antara dua peubah tersebut.

Berdasarkan sifat-sifat yang berhubungan,menurut Sudjana (1983) korelasi

dibedakan menjadi 3, yaitu:

1. Korelasi sederhana (Bivariate Correlation)

Korelasi sederhana digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara

dua variabel dan untuk mengetahui arah hubungan yang terjadi. Koefisien

korelasi sederhana menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi

antara dua variabel.

2. Korelasi parsial

Korelasi parsial digunakan untuk menganalisis atau mengetahui hubungan

antara variabel independen dan dependen, dimana salah satu variabelnya

dibuat tetap/dikendalikan atau dikontrol. Jadi korelasi parsial merupakan

angka yang menunjukan arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel

atau lebih setelah satu variabel yang diduga dapat mempengaruhi

hubungan variabel tersebut dikontrol/dikendalikan untuk dibuat tetap

keberadaannya.
3. Korelasi multipel atau korelasi ganda

Korelasi multiple atau korelasi ganda/jamak adalah hubungan antara dua

atau lebih variabel bebas secara bersama-sama dengan satu variabel

terikat.

Sifat tanaman padi baik morfologi, anatomi dan fisiologi memiliki korelasi

dengan pengamatan yang dilakukan dipraktikum yaitu panjang malai, jumlah bulir

dan bobot bulir. Secara fisiologi pada tanaman padi berpengaruh terhadap panjang

malai, jumlah bulir dan bobot. Proses fisiologi yang terjadi pada padi seperti

fotosintesis berpengaruh terhadap sifat yang diamati yaitu panjang malai, jumlah

bulir dan bobot bulir. Semakin banyak tanaman melakukan fotosintesis secara

teori semakin banyak pula fotosintat yang dihasilkan. Dengan fotosintat yang

banyak pertumbuhan berupa pemanjangan malai, jumlah bulir yang terbentuk dan

bobot dari bulir juga akan bertambah.

Korelasi memiliki manfaat dibidang pemuliaan. Dengan mengetahui

korelasi sifat-sifat pada tanaman akan memudahkan dalam usaha pemuliaan

tanaman, khususnya pelaksanaan seleksi. Selain itu dengan mengetahui koefisien

korelasi kita bisa mengetahui tingkat kemiripan antara anakan dengan induknya.

Menurut Soermartono et al. (1992) manfaat korelasi antar sifat selain untuk

memprediksi correlated respons, juga penting dalam penerapan seleksi tak

langsung (indirect selection).

Praktikum acara 2 dilakukan dengan menentukan korelasi sifat-sifat

kuantitatif tanaman. Sifat-sifat tersebut yaitu panjang malai, jumlah bulur gabah

dan bobot gabah. Sifat pertama yang ditentukan korelasinya adalah panjang malai
dengan jumlah bulir. Nilai koefiseian korelasi dari sifat panjang malai dengan

jumlah bulir padi adalah 0,4491 dan t hitungnya adalah 0,9978. Dari hasil tersebut

menunjukan bahwa t hitunng < t tabel (3,182), yang berarti bahwa koefisien

korelasi tidak berbeda nyata. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin

bertambahnya sifat panjang malai tidak berpengaruh terhadap jumlah bulir.

Sifat kedua adalah panjang malai dengan bobot bulir padi. Koefisiean

korelasi dari dua sifat tersebut adalah 0,1586 dan t hitungnya adalah 0,7522.

Maka koefisien korelasi antara sifat-sifat tersebut tidak berbeda nyata. karena t

hitung lebih kecil dari t tabel. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin

bertambahnya panjang malai tidak berpengaruh terhadap bobot padi. Sehingga

koefisien korelasi tersebut merupakan korelasi negatif.

Sifat yang terakhir adalah sifat jumlah bulir padi dengan bobot bulir padi.

Koefisien korelasi yang diperoleh adalah 0,9855. Sedangkan t hitung yang

diperoleh adalah 10,0603. Dari hasil t tabel dapat disimpulkan bahwa koefisien

korelasi berbeda nyata. Artinya ada hubungan antara sifat jumlah bulir padi

dengan bobot padi. Semakin bertambah jumlah padi semakin bertambah pula

bobot padi. Berarti antara sifat jumlah padi dengan bobot padi bersifat positif.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum acara 2 yaitu:

1. Dapat diketahuinya derajad hubungan antara dua sifat pada tanaman padi,

yaitu derajad hubungan sifat panjang malai dengan jumlah bulir padi

dengan nilai 0,4991, derajad hubungan sifat panjang malai dengan nilai

0,2491, dan derajad hubungan sifat jumlah padi dengan bobot bulir padi

adalah 0,9855.

2. Bentuk hubungan yang ada diantara dua sifat yang bersangkutan dapat

diketahui. Sifat panjang malai dengan jumlah bulir bentuk hubungannya

negatif, demikian dengan panjang malai dengan bobot bulir bentuk

hubungannya negatif sedangkan jumlah bulir dengan bobot bulir bersifat

positif.

B. Saran

Saran untuk praktikum ini adalah praktikum harus dilakukan dengan serius,

teliti dalam melakukan perhitungan. Karena apabila terjadi kesalahan pada

perhitungan akan berpengaruh terhadap hasil, dimana hasil tersebut berhubungan

dengan ada atau tidaknya korelasi antara dua sifat pada padi.
DAFTAR PUSTAKA

Djarwanto dan Subagyo P. 1981. Statistik Induktif. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta

Gumilar, Ivan. 1999. Modul Praktikum Metode Riset Untuk Bisnis dan
Manajemen. Utamalab : Bandung.

Nasir, M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Direktorat Jenderal Pendidikan


Tinggi Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta.

Nugrahaeni, N. 2001. Korelasi dan Keheritabilitas Beberapa Sifat Kuantitatif


Kacang Tanah di Lingkungan Cekaman Air dan Cekaman
Lingkungan. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 14(1):32-38.

Nurussadad, Abdul Aziz, dkk. 2011. Pengaruh Pemilihan Arah Acuan 0o dan
Arah Rotasi pada Analisis Korelasi dan Segresi Linear-Sirkular (Studi
Kasus : Peta Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Api Merapi). 16
(1):27-34.

Soemartono, Nasrullah dan H. Kartika. 1992. Genetika Kuantitatif Dan


Bioteknologi Tanaman. PAU Bioteknologi Universitas Gadjah Mada :
Yogyakarta.

Sudjana. 1983. Teknik Analisis Regresi Dan Korelasi. Tarsito : Bandung.

You might also like