You are on page 1of 5

1. Menurut Peraturan Pemerintah No.

27 tahun 2012 AMDAL merupakan kajian mengenai dampak penting suatu


Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan. AMDAL suatu kegiatan yang bertujuan untuk
memastikan suatu masalah yang nantinya akan berdampak pada kelestarian suatu lingkungan atas adanya suatu
usaha / kegiatan, yang selanjutnya akan dibuat suatu keputusan / tindakan apa yang akan dilakukan untuk
menanggulangi masalah tersebut nantinya.
Fungsi AMDAL bagi industry pangan :
a. Sebagai bahan pertimbangan untuk perencanaan pembangunan industry pangan
b. Untuk membantu dalam proses pengambilan keputusan atas kelayakan sebuah lingkungan hidup dari
rencana usaha industry pangan.
c. Membantu memberikan masukan dalam rangka menyusun sebuah rancangan yang terperinci dari suatu
rencana usaha / kegiatan industry pangan.
d. Membantu memberikan masukan dalam suatu proses penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup akibat industry pangan.
e. Membantu memberikan informasi terhadap masyarakat tentang dampak-dampak yang mungkin
ditimbulkan dari suatu rencana usaha industry pangan.
f. Sebagai rekomendasi utama untuk sebuah izin usaha industry pangan.
g. Merupakan Scientific Document dan Legal Document
h. Izin Kelayakan Lingkungan
Manfaat amdal :
a. ASPEK PENGAMBILAN KEPUTUSAN. Memberikan pertimbangan bagi pihak berwenang dalam
memutuskan kelayakan/ketidaklayakan lingkungan dari suatu rencana kegiatan.
b. ASPEK PERENCANAAN. Menjaga keserasian hubungan antar berbagai kegiatan agar dampak dapat
diperkirakan sejak awal perencanaan.
c. ASPEK TEKNIS. Menghindari, meminimalisasi, memitigasi dampak lingkungan sehingga terwujud
pembangunan yang bekelanjutan.
d. ASPEK AKUNTABILITAS. Menjaga akuntabilitas pemrakarsa & pemerintah dg memberikan ruang bagi
keterlibatan masy. Dalam proses rencana.
e. ASPEK KOMUNIKASI. Mendapatkan konsensus tentang kelanjutan rencana kegiatan dg berbagai pihak
berkepentingan (termasuk masy. Terkena dampak.
f. ASPEK PERIJINAN. Memberikan dasar & pertimbangan bagi pihak berwenang untuk menerbitkan
perijinan terkait & syarat2 di dalamnya.
g. ASPEK INFORMASI. Memberikan Informasi atau data mengenai kondisi & status lingkungan yg dapat
dimanfaatkan untuk perencanaan wilayah, kajian kebijakan, dsb.
2. Untuk apa saja air yang digunakan dalam industry pangan
a. Air proses (Process Water). Untuk hydrolysis, boiler dan destilasi. Kebutuhan process water untuk boiler,
hydrolisis serta produksi H2, dimana diperlukan air yang terlebih dahulu di oleh melalui ion exchange
untuk meminimalisir timbulnya karat serta sumbatan pada pipa api d an jalur distribusi uap dan
kondensatnya. Produk air yang dihasilkan melalui ion exchange kemudian disebut sebagai soft water
bahkan untuk produksi hydrogen diperlukan demineralized water (demin water) agar H2 yang diproduksi
betul-betul 99,9 % murni.
b. Air untuk pendingin (Cooling Water). Pada cooling tower, mesin, heat exchanger, condenser dll. Kebutuhan
akan air pendingin (cooling water) bisa di kategorikan kebutuhan umum dalam setiap mesin penggerak,
pengolahan air pendingin biasanya kurang diperhatikan oleh operator pabrik karena persepsi yang salah
dimana setiap air bersuhu rendah bisa digunakan. Tetapi mereka lupa bahwa air pendingin disalurkan
melalui pipa-pipa yang diameternya terkadang cukup kecil, panjang dan melingkar-lingkar sehingga rawan
terhadap karat dan sumbatan tentunya.
c. Air untuk kebutuhan domestik dan umum Air yang akan digunakan sebagai air untuk keperluan domestik
seperti memasak, toilet dan cuci-cuci lain biasanya digunakan air dari sumber terdekat seperti Perusahaan
air Minum (PAM) lokal maupun dari sumber sumur dalam. Pengolahan biasanya dilakukan secara terbatas
seperti penjernihan dan aerasi terutama untuk mengurangi kadar besi yang biasanya berasosiasi dengan air
dari sumber sumur dalam (deep well).
3. Aspek yang perlu diperhatikan pada air untuk industry pangan
a. Sumber air. sumbeir air yang digunakan untuk industri pangan sangat beragam dengan kualitas yang
beragam. Secara garis besar, sumber air dapat dibedakan berdasarkan asalnya, terdapat tiga jenis air di
alam, yaitu (1) air permukaan (air laut, danau, sungai dan air kanal), (2) air bawah tanah atau air sumber
serta (3) air hujan. Air laut mengandung berbagai garam sebesar 3-4% di mana paling tidak 3/4 dari garam-
garam tersebut adalah NaCl (Natrium klorida). Air sungai, danau, ataupun air kanal mengandung berbagai
zat, tergantung dari asalnya. Perlu diingat bahwa cukup banyak pabrik dan kegiatan kota lainnya yang
sampai ini masih membuang limbahnya ke sungai. Kemurnian air tanah atau sumber sangat tergantung
pada kedalaman dan jenis tanahnya. Air sumber sering mengandung gas dan berbagai zat terlarut lainnya.
Air yang paling murni yang terdapat dari alam adalah air hujan. Pada kenyataannya, air hujan merupakan
air murni yang akhirnya dikondensasi dan jatuh sebagai air hujan. Namun demikian, pada saat jatuh inilah
air hujan melarutkan gas-gas dari atmosfer (O2, N2 dan CO2) dan juga partikel-partikel debu sehingga
tidak murni lagi.
b. Proses pengolahan air. Penanganan dan pembersihan air sangat diperlukan sehingga diperoleh air dengan
standar mutu yang diinginkan. Tahapan-tahapan penanganan dan pengolahan air yang perlu dilakukan
antara lain adalah: Tahap pembersihan, yang meliputi proses pengendapan (sedimentasi ataukoagulasi),
penyaringan (filtrasi) ; Tahap desinfeksi, yaitu tahap penghilangan mikroba yang biasanyadilakukan dengan
cara klorinasi; Tahap pengendalian kesadahan, dengan menghilangkan mineral-mineral terlarut; Tahap
penghilangan komponen-komponen penyebab penyimpangan warna, rasa dan bau. Tahapan-tahapan
penanganan dan pengolahan air ini dapat dilakukan dalam pabrik (dengan adanya instalasi water treatment
plant) atau dengan cara membeli atau berlangganan dengan supplier air yang telah ada.
4. Jenis limbah
a. Limba cair industri pangan merupakan salah satu sumber pencemaranlingkungan. Jumlah dan karakteristik
air limbah industri ber4ariasi menurut jenisindustrinya. #ebagian besar limbah cair industri pangan dapat
ditangani denganmudah dengan sistem b1ologis, karena polutan utamanya berupa bahan organik,seperti
karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin. Polutan tersebut umumnya dalam bentuk tersuspensi atau terlarut.
Contohnya : limbah cair sisa pencucian ikan pada pengalengan ikan
Pengolahan secara biologis pada prinsipnya adalah peman)aatan akti4itasmikroorganisme seperti bakteri
dan protozoa. 6ikroba tersebut mengkonsumsi polutan organik biodegradable dan mengkon4ersi polutan
organik tersebutmenjadi karbondioksida, air dan energi untuk pertumbuhan dan reproduksinya.$leh karena
itu, sistem pengolahan limbah cair secara biologis harus mampumemberikan kondisi yang optimum bagi
mikroorganisme, sehinggamikroorganisme tersebut dapat menstabilkan polutan organik
biodegradablesecara optimum.
b. Limbah padat
Limbah padat industri pangan terutama terdiri dari bahan bahan organik seperti karbohidrat, protein, lemak,
serat kasar dan air. Bahan-bahan ini mudahterdegradasi secara biologis dan menyebabkan pencemaran
lingkungan, terutamamenimbulkan bau busuk.
Pengomposan merupakan salah satu altemati) pemecahan masalahmanajemen limbah padat industri
pangan. Pengomposan adalah suatu proses biologis dimana bahan organik didegradasi pada kondisi aerobik
terkendali. Dekomposisi dan transformasi tersebut dilakukan oleh bakteri fungi dan mikroorganisme
lainnya. Pada kondisi optimum, pengomposan dapat mereduksi volume bahan bau sebesar 50-70%.
5. Cara menentukan kebutuhan pengolahan air
Kebutuhan air industri yaitu kebutuhan air untuk proses industri, termasuk bahan baku, kebutuhan air pekerja
industri dan pendukung kegiatan industri. Besarnya standar kebutuhan industri adalah sebagai berikut :

Untuk pekerja industri kebutuhan air merupakan kebutuhan air domestic yang telah disesuaikan dengan
kebutuhan pekerja pabrik, yaitu 60 liter/ pekerja/hari.
Untuk proses industri, kebutuhan air diklasifikasi sesuai dengan tabel berikut ini.
Apabila data industri yang diperoleh adalah data luas lahan areal industri maka kita dapat menggunakan Kriteria
Perencanaan Air Baku yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya (1994) sebagai berikut:
- Industri berat membutuhkan air sebesar 0,50-1,00 liter/detik/ha.
- Industri sedang membutuhkan air sebesar 0,25-0,50 liter/detik/ha.
- Industri kecil membutuhkan air sebesar 0,15-0,25 liter/detik/ha.

1. Limbah adalah Bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah
tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya.
Padat : kaca plastik kayu kertas. Cair : urine, grey water (sisa pembuangan). Gas : carbon dioxide, Freon, pvc.
2. B3 adalah Setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun (B3) karena sifat (toxicity,flammabi lity, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya
yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau
membahayakan kesehatan manusia. Dan makhluk hidup lainnya. Contoh : sisa pupuk fan pestisida, sisa cat, sisa
medis
3. Limbah padat
 Penimbunan terbuka. Solusi atau pengolahan pertama yang bisa dilakukan pada limbah padat adalah
penimbunan terbuka. Limbah padat dibagi menjadi organik dan juga non organik. Limbah padat organik
akan lebih baik ditimbun, karena akan diuraikan oleh organisme- organisme pengurai sehingga akan
membuat tanah menjadi lebih subur (baca: ciri- ciri tanah subur dan tidak subur).
 Sanitary landfill. Sanitary landfill ini menggunakan lubang yang sudah dilapisi tanah liat dan juga plastik
untuk mencegah pembesaran di tanah dan gas metana yang terbentuk dapat digunakan untuk menghasilkan
listrik.
 Membuat kompos padat. Seperti halnya penimbunan, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya
bahwasannya limbah padat yang bersifat organik akan lebih bermanfaat apabila dibuat menjadi kompos.
Kompos ini bisa dijadikan sebagai usaha masyarakat yang sangat bermanfaat bagi banyak orang.
 Daur ulang. Limbah padat yang bersifat non organik bisa dipilah- pilah kembali. Limbah padat yang masih
bisa diproses kembali bisa di daur ulang menjadi barang yang baru atau dibuat barang lain yang bermanfaat
atau bernilai jual tinggi. Sebagai contoh adalah kerajinan dari barang- barang bekas.
4. Reuse (penggunaan kembali) :teknologi yang memungkinkan limbah dapat digunakan kembali tanpa
perlakukan fisika/kimia/biologi.
Reduction (Pengurangan limbah pada sumbernya): teknologi yang dapat mengurangi atau mencegah timbulnya
pencemaran
Recovery: teknologi untuk memisahkan suatu bahan untuk kemudian dikembalikan ke dalam proses produksi
dengan atau tanpa perlakuan fisika/kimia/biologi.
Recycling (daur ulang): teknologi yang berfungsi untuk memanfaatkan limbah dengan memprosesnya kembali
ke proses semula yang dapat dicapai melalui perlakuan fisika/kimia/biologi.
5. Limbah cair
 Pupuk organic. Pupuk organik adalah sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang
berasal dari tanaman atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang
digunakan menyuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah
(Simanungkalit dkk.,2006). Pupuk organik cair selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi
tanah, juga membantu meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman,
mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai alternatif pengganti pupuk kandang.
 Minyak jelantah adalah minyak goreng yang telah digunakan beberapa kali penggorengan. Minyak jelantah
merupakan salah satu bahan baku biodiesel yang potensial untuk dimanfaatkan di Indonesia. Hal ini dapat
dilihat dari produksi minyak jelantah di Indonesia yang dapat mencapai 4.000.000 ton/tahun. Berdasarkan
hasil evaluasi kelayakan biodiesel jenis minyak nabati yang paling layak digunakan sebagai bahan baku
biodiesel adalah minyak jelantah, sebab mengingat banyaknya minyak jelantah yang belum dimanfaatkan
secara maksimal [Rahkadima dan Putri, 2011].
Hal ini dapat dilakukan karena minyak jelantah juga merupakan minyak nabati. Menurut Siswani dkk
[2012] Pemanfaatan minyak jelantah sebagai bahan bakar motor diesel merupakan suatu cara pegurangan
limbah (minyak jelantah) yang menghasilkan nilai ekonomis serta menciptakan bahan bakar alternatif
pengganti bahan bakar solar. Minyak jelantah memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan
menjadi bahan bakar biodiesel karena memiliki asam lemak yang tinggi.
6. Parameter pencemaran
 Kimia
DO (Dissolved Oxygen). Yang dimaksud dengan DO adalah oksigen terlarut yang terkandung di dalam air,
berasal dari udara dan hasil proses fotosintesis tumbuhan air. Oksigen diperlukan oleh semua mahluk yang
hidup di air seperti ikan, udang, kerang dan hewan lainnya termasuk mikroorganisme seperti bakteri. Agar
ikan dapat hidup, air harus mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/ liter atau 5 ppm (part per million).
Apabila kadar oksigen kurang dari 5 ppm, ikan akan mati, tetapi bakteri yang kebutuhan oksigen
terlarutnya lebih rendah dari 5 ppm akan berkembang.
BOD (Biochemical Oxygent Demand). BOD adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara
global proses mikrobiologis yang benar -benar terjadi dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk
menentukan beban pencemaran akibat air buangan dan untuk mendesain sistem pengolahan secara biologis.
Dengan tes BOD kita akan mengetahui kebutuhan oksigen biokima yang menunjukkan jumlah oksigen
yang digunakan dalam reaksi oksidasi oleh bakteri. Sehingga makin banyak bahan organik dalam air,
makin besar B.O.D nya sedangkan D.O akan makin rendah. Air yang bersih adalah yang B.O.D nya kurang
dari 1 mg/l atau 1ppm, jika B.O.D nya di atas 4 ppm, air dikatakan tercemar.
COD (Chemical Oxygent Demand). COD adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air, dimana pengoksidasi K2,Cr2,O7 digunakan
sebagai sumber oksigen. Pengujian COD pada air limbah memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
pengujian BOD yaitu : Sanggup menguji air limbah industri yang beracun yang tidak dapat diuji dengan
BOD karena bakteri akan mati dan waktu pengujian yang lebih singkat, kurang lebih hanya 3 jam
TSS (Total suspended Solid). TSS adalah jumlah berat dalam mg/liter kering lumpur yang ada dalam
limbah setelah mengalami penyaringan dengan membran berukuran 0,45 mikron. Air alam mengandung zat
padat terlarut yang berasal dari mineral dan garam-garam yang terlarut ketika air mengalir di bawah atau di
permukaan tanah. Apabila air dicemari oleh limbah yang berasal dari industri, pertambangan dan pertanian,
kandungan zat padat tersebut akan meningkat. Jumlah zat padat terlarut ini dapat digunakan sebagai
indikator terjadinya pencemaran air. Selain jumlah, jenis zat pencemar juga menentukan tingkat
pencemaran dan juga berguna untuk penentuan efisiensi unit pengolahan air .
pH. pH adalah drajat keasaman suatu zat. pH normal adalah 6-8. Tujuan metode pengujian ini untuk
memperoleh drajat keasaman (pH) dalam air dan air limbah dengan menggunakan alat pH meter
Total organik karbon (TOC) , Total Carbon (TC), Inorganic Carbon (IC). TOC adalah jumlah karbon yang
terikat dalam suatu senyawa organik dan sering digunakan sebagai indikator tidak spesifik dari kualitas air
atau kebersihan peralatan pabrik. Total Carbon (TC) – semua karbon dalam sample, Total Inorganic Carbon
(TIC) – sering disebut sebagai karbon anorganik (IC), karbonat, bikarbonat, dan terlarut karbon dioksida
(CO 2); suatu material yang berasal dari sumber non-hidup. Dalam menganalisa TOC, TC, dan IC kita bisa
menggunakan TOC analyzer.
Parameter Logam. Spektroskopi penyerapan atom adalah teknik untuk menentukan konsentrasi elemen
logam tertentu dalam sampel. Teknik ini dapat digunakan untuk menganalisa konsentrasi lebih dari 70 jenis
logam yang berbeda dalam suatu larutan. beberapa logam yang berbahaya diantaranya : Hg (merkuri) , Ar
(arsen), Cd (kadmium), Pb (timbal)
 Parameter Fisika. Perubahan yang ditimbulkan parameter fisika dalam air limbah yaitu: padatan,
kekeruhan, bau, temperatur, daya hantar listrik dan warna. Padatan terdiri dari bahan padat organik maupun
anorganik yang larut, mengendap maupun suspensi. Akibat lain dari padatan ini menimbulkan tumbuhnya
tanaman air tertentu dan dapat menjadi racun bagi makhluk lain.Pengukuran daya hantar listrik ini untuk
melihat keseimbangan kimiawi dalam air dan pengaruhnya terhadap kehidupan biota.Warna timbul akibat
suatu bahan terlarut atau tersuspensi dalam air, di samping adanya bahan pewarna tertentu yang
kemungkinan mengandung logam berat. Bau disebabkan karena adanya campuran dari nitrogen, fospor,
protein, sulfur, amoniak, hidrogen sulfida, carbon disulfida dan zat organik lain.Temperatur air limbah akan
mempengaruhi kecepatan reaksi kimia serta tata kehidupan dalam air. Perubahan suhu memperlihatkan
aktivitas kimiawi biologis pada benda padat dan gas dalam air.
 Parameter Biologi; Parameter biologi meliputi ada atau tidaknya pencemaran secara biologi berupa
mikroorganisme, misalnya, bakteri coli, virus, bentos, dan plankton. jenis- jenis mikroorganisme di air yang
tercemar seperti : Escherichia coli, Entamoeba coli, dan Salmonella thyposa
7. Bakteri pengurai menurunkan B.O
Dalam sistem tersebut, mikroorganisme dalam biomassa (bakteri dan protozoa) mengkonversi bahan organik
terlarut sebagian menjadi produk akhir (air, karbon dioksida), dan sebagian lagi menjadi sel (biomassa). Oleh
karena itu, agar proses perombakan bahan organik berlangsung secara optimum syarat berikut harus
terpenuhi(I) polutan dalam limbah cair harus kontak dengan mikroorganisme, (II) suplai oksigen cukup, (III)
cukup nutnien, (IV) cukup waktu tinggal (waktu kontak), dan (V) cukup biomasa jumlah dan Jenis).
Tujuan pengolahan limbah cair dengan sistem. lumpur aktif dapat dibedakan menjadi 4 (empat)% yaitu (i)
penyisihan senyawa karbon (oksidasi karbon), (ii) penyisihan senyawa nitrogen, (iii) penyisihan fosfor, (iv)
stabilisasi lumpur secara aerobik simultan. Skema sistem lumpur aktif untuk tujuan tersebut di atas dapat dilihat
pada Gambar 3. Pada penyisihan senyawa karbon (bahan organik), polutan berupa bahan organik dioksidasi
secara enzimatik oleh oksigen yang berada dalam limbah cair. Jadi, senyawa karbon dikonversi menjadi karbon
dioksida. Eliminasi nutrien (nitrogen dan fosfor) dilakukan terutama untuk mencegah terjadinya eutrofikasi
pada perairan.

You might also like