You are on page 1of 36

MAKALAH PEMICU 2

SISTEM KOLOID

Kelompok 3 :

1. Ardina Ayu Wulandari 1706104363

2. Badzlina Khairunizzahrah 1606907972

3. Leilana Larissa 1606871354

4. Muhammad Reza Fauzi 1606871480

5. Paskalis Kristi 1606907820

Program Studi Teknik Kimia (Rabu Sore)


Departemen Teknik Kimia FT UI
Depok-2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-
Nya sehingga makalah kami yang berjudul ”Sistem Koloid” dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.

Makalah ini disusun sebagai hasil proses pembelajaran Problem Based Learning untuk mata
pelajaran Kimia Fisika. Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapat banyak bantuan,
masukan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini
penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada:

1. Eny Kusrini S.Si., Ph.D., selaku dosen mata kuliah Kimia Fisika yang telah memberikan
bantuan, masukan,serta dukungan terkait penyusunan dan isi makalah.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan perlu pendalaman lebih
lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
konstruktif demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Penulis berharap semoga gagasan pada
karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi dunia kesehatan dan pendidikan pada khususnya dan
pembaca pada umumnya.

Depok, Desember 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................................................................... i

Kata Pengantar ........................................................................................................................ ii

Daftar Isi ................................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................1

BAB II SOAL DAN PEMBAHASAN

2.1 Kasus I ...................................................................................................................3

2.2 Kasus II ..................................................................................................................8

2.2 Kasus III ................................................................................................................16

2.2 Kasus IV................................................................................................................21

2.2 Kasus V .................................................................................................................24

2.2 Kasus VI................................................................................................................28

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...........................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................31

LAMPIRAN ............................................................................................................................32

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Era globalisasi merupakan era atau zaman yang mengedepankan industri. Sehingga, tidak
mengherankan jika di era globalisasi ini, dunia industri berkembang semakin pesat. Hal ini dapat
dilihat dari menjamurnya berbagai macam perusahaan di bidang industri dewasa ini.
Perkembangan industri yang semakin pesat ini tidak lepas dari dukungan berbagai faktor, seperti
sumber daya alam (S D A), sumber daya manusia (S D M), serta ilmu pengetahuan dan teknologi
(I P T E K). Dengan perpaduan ketiga faktor di atas yang bekerja secara sinergis dan continue,
maka akan dapat menciptakan suatu kemajuan yang tentunya akan berimbas pada tingkat
kesejahteraan masyarakat.
Industri yang berkembang saat ini tidak terlepas dari bantuan dari berbagai ilmu
pengetahuan. Salah satu contoh industri yang ada adalah industri cat. Dalam industri cat ini,
salah satu cabang ilmu pengetahuan yang digunakan adalah ilmu kimia. Cabang ilmu kimia
yang diaplikasikan dalam industri cat adalah penerapan konsep sistem koloid. Dimana, dalam cat
ini ada 2 (dua) fase zat yang bercampur menjadi satu. Partikel-partikel yang bercampur tidak
dapat diamati dengan mata telanjang, melainkan harus menggunakan suatu alat bantu yang
berupa mikroskop ultra.
Dalam hal ini, fase zat yang terdispersi adalah zat padat dan zat cair sebagai medium
pendispersinya. Pada pencampuran dua zat yang berbeda fase ini tidak terjadi pengendapan.
Sehingga konsep sistem koloid ini sangat tepat digunakan dalam industri cat. Lebih jauh, konsep
sistem koloid yang diterapkan dalam dunia industri tidak hanya sebatas zat padat yang
terdispersi dalam medium pendispersi yang berupa zat cair. Berbagai jenis sistem koloid telah
diterapkan di dunia industri dan hasilnya terciptalah berbagai produk industri yang bisa
dinikmati, seperti susu, kerupuk, mentega, dan lain sebagainya. Jadi sistem koloid sangat
berguna bagi kehidupan manusia. Dalam dunia industri, kadangkala dijumpai suatu bahan yang
tidak dapat larut dalam suatu pelarut.
Oleh karena itu, untuk membuat bahan tersebut stabil (dapat larut) diterapkanlah konsep
sistem koloid ini. Hal ini karena koloid mempunyai gerak Brown. Sifat inilah yang menyebabkan
suatu bahan yang tidak stabil menjadi stabil. Karena partikel-partikel bergerak terus-menerus,
maka partikel-partikel koloid dapat mengimbangi gaya grafitasi sehingga tidak mengalami
sedimentasi (pengendapan). Sehingga, pembelajaran dan pemahaman mengenai berbagai jenis
sistem koloid, khususnya yang diaplikasikan dalam dunia industri sangat diperlukan untuk
menunjang kemajuan dunia perindustrian.

Definisi Masalah

 Kasus 1

1
Santan tergolong emulsi cair yang penyusunnya merupakan minyak dalam air alami
berwarna putih susu.
 Kasus 2
Pengembangan produk pangan berbasis emulsi tidak lepas dari peran ganda emulsifier.
 Kasus 3
Pengolahan air dapat dilakukan dengan koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi di unit aselator
dengan memanfaatkan sistem koloid.
 Kasus 4
Parfum adalah aerosol dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas.
 Kasus 5
Cat merupakan koloid jenis sol yang berbahan dasar zat pewarna, zat pengikat (binder),
aditif, dan zat pengencer (thinner).
 Kasus 6
Sintesis material oksida logam berukuran nanopartikel menggunakan metode sol-gel yang
berbasis koloid.

2
BAB II
SOAL DAN PEMBAHASAN

KASUS 1 - SANTAN

1. Campuran berdasarkan ukuran partikelnya, dibedakan menjadi 3 golongan utama,


Jelaskan apa saja dan uraikan secara singkat perbedaannya.
Jawab:
Campuran berdasarkan ukuran partikel, dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu larutan,
suspensi, dan koloid. Berikut ini masing-masing penjelasannya:

a. Larutan
Pada larutan, ukuran partikel pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute) sebesar
molekul tunggal kecil (ion) karena distribusinya merata (serba sama), maka sifat fisik
larutan berbeda dengan pelarutnya, sehingga disebut campuran homogen. Contohnya
larutan gula, larutan garam, larutan teh, dan sebagainya.
b. Suspensi
Suspensi merupakan campuran heterogen karena masih dapat dibedakan dari zat-
zat penyusunnya. Pada suspensi, salah satu komponen partikelnya relatif lebih besar
dan terdistribusi dalam partikel lainnya. Contohnya pasir halus dalam air, asap di
udara, dan endapan dalam reaksi campuran.
c. Koloid
Koloid juga disebut sistem dispersi, yaitu suatu campuran heterogen yang terbagi
rata dan sulit terlihat oleh mata. Komponen-komponen penyusun oloid dapat diamati
dengan menggunakan ultramikroskop. Koloid pada umumnya keruh, tetapi tidak
dapat memisah. Contoh koloid adalah susu

Perbedaan Suspensi Koloid Larutan


Ukuran Larutan  100 nm 1 – 100 nm < 1 nm
Penampilan Fisis Keruh. Partikel Keruh-Jernih. Jernih. Partikel
terdispersi dapat Partikel terdispersi terdispersi tidak
diamati dengan mata hanya dapat diamati dapat diamati
dengan mikroskop dengan mikroskop
ultra ultra
Jumlah Fasa Dua Fasa Dua Fasa Satu Fasa
Kestabilan (jika Mudah terpisah Sukar terpisah Tidak terpisah
didiamkan) (mengendap) (relatif stabil) (stabil)
Cara pemisahan Filtrasi (disaring) Tidak bisa disaring Tidak bisa disaring

3
2. Jelaskan apa yang Anda ketahui tentang koloid, dan jelaskan juga jenis-jenis dari
dispersi koloid, serta berikan contohnya. Tuliskan rujukan anda berdasarkan buku
Kimia Fisika yang anda gunakan.

Jawab:
Sistem koloid merupakan suatu sistem yang terdiri atas fase terdispersi dengan
ukuran tertentu dengan medium pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi,
sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersi disebut medium pendispersi.
Jenis-jenis dispersi koloid
a. Fase Terdispersi Padat (SOL)
 SOL PADAT, sol dalam medium pendispersi padat
Contoh: paduan logam, gelas berwarna, intan
 SOL CAIR, sol dalam medium pendispersi cair
Contoh: cat, tinta, tepung dalam air, tanah liat
 SOL GAS, sol dalam medium pendispersi gas
Contoh: debu di udara, asap pembakaran
b. Fase Terdispersi Cair (EMULSI)
 EMULSI PADAT (GEL), emulsi dalam medium pendispersi padat
Contoh: jeli, keju, mentega, nasi
 EMULSI CAIR (EMULSI), emulsi dalam medium pendispersi cair
Contoh: susu, mayones, krim
 EMULSI GAS (AEROSOL CAIR), emulsi dalam medium pendispersi gas
Contoh: awan, kabut, hairspray, oba nyamuk semprot
c. Fase Terdispersi Gas (BUIH)
 BUIH PADAT, buih dalam medium pendispersi padat
Contoh: batu apung, styrofoam, karet
 BUIH CAIR, buih dalam medium pendispersi cair
Contoh: putih telur yang dikocok, busa sabun, krim kopi

3. Jelaskan definisi emulsi, sebutkan apa saja jenisnya, dan jelaskan pula syarat
terjadinya emulsi!
a. Definisi Emulsi
Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehingga dibutuhkan zat pengemulsi
atau emulsifier untuk menstabilkannya sehingga antara zat yang terdispersi dengan
pendispersinnya tidak pecah atau keduanya tidak terpisah. Emulsi merupakan campuran
cairan polar dan cairan non-polar. Salah satu emulsi yang kita kenal sehari-hari adalah
susu, di mana lemak terdispersi dalam air. Dalam susu terkandung kasein suatu protein
yang berfungsi sebagai zat pengemulsi. Beberapa contoh emulsi yang lain adalah
pembuatan es krim, sabun, deterjen, yang menggunakan pengemulsi gelatin.
b. Tipe Emulsi
 Tipe water in oil atau w/o (water/oil)
4
Emulsi ini mengandung air yang merupakan fase internalnya (diskontinyu) dan
minyak merupakan fase eksternalnya (kontinyu). Emulsi tipe w/o umumnya
mengandung kadar air yang kurang dari 10–25% dan mengandung sebagian besar
fase minyak. Emulsi jenis ini dapat diencerkan atau bercampur dengan minyak, akan
tetapi sangat sulit bercampur/dicuci dengan air.
 Tipe oil in water atau o/w (oil/water)
Merupakan suatu jenis emulsi yang fase terdispersinya berupa minyak yang
terdistribusi dalam bentuk butiran-butiran kecil didalam fase kontinyu yang berupa
air. Emulsi tipe ini umumnya mengandung kadar air yang lebih dari 31 –41%
sehingga emulsi o/w dapat diencerkan atau bercampur dengan air dan sangat mudah
dicuci.
c. Syarat terjadinya emulsi
 Terdapat zat yang tidak saling melarut.
 Terjadi proses pengadukan (agitosi).
 Terdapat emulgator.

4. Emulsi santan relatif tidak stabil karena ukuran partikelnya lebih besar. Santan jika
didiamkan beberapa saat akan memisah menjadi dua fase. Jelaskan mengapa
demikian!
Santan yang didiamkan beberapa saat (5-10 jam) akan memisah menjadi dua fase,
yaitu fase kaya air (skim) pada bagian bawah dan fase kaya minyak (krim) pada bagian atas.
Santan yang baru diekstrak pada dasarnya merupakan suatu emulsi yang relatif stabil. Secara
alami distabilkan oleh protein kelapa yaitu globulin dan albumin serta adanya emulsifier
fosfolipida. Beberapa protein yang ada dalam fase air dari santan berinteraksi dengan globula
lemak dan bertindak sebagai emulsifier dengan menyelimuti permukaannya. Ketidakstabilan
yang terjadi berdasar pada kenyataan bahwa kandungan dan kualitas protein dalam santan
tidak cukup untuk menstabilkan globula lemak.

5. Secara alami santan distabilkan oleh protein kelapa, yaitu globulin dan albumin serta
adanya emulsifier fosfolipid. Jelaskan bagaimana beberapa protein yang ada dapat
menstabilkan santan? Apa yang anda ketahui tentang emulsifier, carilah sifat fisika,
kimia ataupun struktur dari protein ataupun emulsifier tersebut.

Beberapa protein yang ada dalam fase air dari santan berinteraksi dengan globula
lemak dan bertindak sebagai emulsifier dengan menyelimuti permukaannya. Sehingga
protein-protein tersebut dapat menstabilkan santan. Emulsifier merupakan bahan tambahan
pada produk farmasi dan makanan yang berfungsi sebagai penstabil pada emulsi. Pada
makanan, emulsifier berperan sebagai bahan tambahan untuk mempertahankan konsistensi
dan bentuk makanan serta sebagai pengembang, contohnya emulsifier pada kue, es krim,
dan lain-lain.

5
1. Globulin
Sifat Fisika Globulin

Sifat Fisika Keterangan

Rumus molekul C36H61N7O19

Berat molekul 859,914 g/mol

Warna Tidak berwarna

Bau Tidak berbau

PH Netral

Fasa Cair

(MSDS, 2012)

Sifat Kimia Globulin sebagai berikut:

 Tidak berbahaya bagi makhluk hidup


 Tidak bersifat korosif
 Tidak reaktif
(MSDS, 2012)

Gambar 1. Struktur Globulin


Sumber : www.pubchem.ncbi.nlm.nih.gov

2. Albumin
Sifat Fisika Albumin`
Sifat Fisika Keterangan

Specific Gravity 1.0029-1.0080

6
Tegangan Permukaan (dyne cm-2) 97.76-125.43

Visositas (mPa.s) 1.61-2.02

Index reaktif 1.3412-1.3446

PH 5.95-6.30

(MSDS, 2012)
Sifat Kimia Albumin sebagai berikut:
 Stabil
 Tidak bersifat korosif
 Tidak reaktif
 Sedikit beracun jika terhirup manusia
(MSDS, 2012)

Gambar 2. Struktur Albumin


Sumber : www.pubchem.ncbi.nlm.nih.gov

3. Fosfolipid
Fosfolipid adalah komponen utama dari semua membran sel, merek
mempengaruhi sejumlah organ dan jaringan, seperti jantung, sel-sel darah dan sistem
kekebalan tubuh (Mulyadi, 2015).
Struktur Fosfolipid (Mulyadi, 2015)
 Trigliserida adalah ester dari gliserol, yang dibentuk oleh asam lemak yang dapat
jenuh atau tidak jenuh.
 Tiga kelompok hidroksil dari gliserol bereaksi dengan tiga molekul asam lemak
untuk membentuk trigilserida.

7
 Fosfolipid yang digliserida terdiri dari satu gliserol (1,2,3-propantriol) molekul
yang ditandai dengan dua asam lemak pada 1 dan 2 posisi di gliserol melalui
ikatan ester.
 Kelompok hidroksil ketiga gliserol terpasang dengan asam fosfat melalui ikatan
ester fosfat.
 Oleh karena itu sifat-sifat kimia dan fisik fosfolipid yang bergantung pada jenis
rantai asam lemak dan alkohol amino. Sama seperti trigliserida, fosfolipid juga
memiliki ujung polar dan non-polar .
 Rantai hidrokarbon panjang asam lemak non-polar di alam sedangkan kelompok
fosfat adalah ujung polar dengan oksigen bermuatan negatif dan nitrogen
bermuatan positif.

Gambar 3. Struktur Fosfolipid


(Sumber: budisma.net)
6. Emulsifier dapat menyelimuti permukaannya santan sehingga stabil. Namun dalam
waktu tertentu, ketidakstabilan akan terjadi dan memisah menjadi 2 fasa. Mengapa
dan deskripsikan dengan gambar? Menurut anda supaya santan tidak memisah
menjadi 2 fasa atau rusak?
Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan emulsi:
 Rendahnya tegangan antarmuka
 Tolakan lapisan rangkap listrik (Electric double layer repulsion)
 Kecilnya perbedaan densitas antara dua fase
 Kecilnya ukuran droplet dan volume fase terdispersi
 Viskositas fase pendispersi
 Gaya tarik-menarik fase terdispersi
Sebagai gambaran, perhatikan gambar berikut:

8
(a) Emulsi Stabil (b) Emulsi Tidak Stabil
Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan emulsi yang telah disebutkan di atas
akan menentukan kondisi emulsi stabil (a) ataupun tidak stabil (b). Contohnya pengaruh dari
tegangan antarmuka, tingginya tegangan antarmuka akan membuat suatu emulsi menjadi
tidak stabil (b), terlihat dari bagaimana campuran dua fase terlihat jelas terpisah. Namun,
ketika ditambahkan emulsifier yang berfungsi menurunkan tegangan antarmuka maka fase
terdispersi suatu emulsi dapat menyebar secara merata dalam fase pendispersi. Meratanya
sebaran fase terdispersi (tidak berkumpul lagi seperti gambar b) ini yang mengindikasikan
bahwa emulsi telah menjadi stabil (a). Contoh lainnya yaitu pengaruh viskositas fase
pendispersi dan gaya antar partikel fase terdispersi yang bekerja dalam emulsi. Viskositas
fase pendispersi yang tinggi akan membuat partikel fase terdispersi sulit untuk bergerak
dalam emulsi dan sulit untuk berkumpul seperti gambar b. Sehingga dengan adanya
viskositas fase pendispersi yang tinggi akan membuat partikel terdispersi stabil menyebar
merata seperti yang ditunjukkan pada gambar a. Sementara gaya antar partikel fase
terdispersi yang bekerja dalam emulsi dibagi menjadi dua yaitu gaya tolak-menolak dan gaya
tarik-menarik (gaya Van Der Waals). Apabila gaya tarik-menarik lebih besar daripada gaya
tolak-menolak, hal yang terjadi adalah partikel fase terdispersi cenderung berkumpul dan
membentuk emulsi tidak stabil (b). Sementara apabila gaya tolak-menolak lebih besar
daripada gaya tarik-menariknya maka patikel fase terdispersi cenderung tidak berkumpul,
tetapi menyebar secara merata membentuk emulsi stabil (a).

7. Dari bacaan diatas diketahui santan dan susu merupakan contoh emulsi cair. Carilah
video data pendukung, bagaimana proses pembuatan santan instan (kemasan) atau
susu kemasan! Apa yang dapat Anda simpulkan dari data/video yang Anda peroleh?
Berikan pendapat anda, bagaimana kedepannya anda sebagai pengusaha jika ingin
memproduksi santan atau susu kemasan agar awet dan mudah dibawa/praktis.

Jawaban :

a. Proses pembuatan santan


1) Daging kelapa yang dibuang kulit arinya, direndam dalam air mendidih selama 1
menit kemudian diparut. Perendaman berfungsi untuk melunakkan daging kelapa
yang memudahkan pemarutan.
2) Kemudian hasil parutan dicampur dengan air bersih atau hangat dengan
perbandiangan 1:1, lalu dipress secara manual atau dengan mesin press santan (ada
model press ulir atau screw press). Kemudian disaring.

9
b. Pemisahan Inti Santan:
Untuk mendapatkan inti santan dari air ada beberapa cara yang bisa dilakukan, bisa
menggunakan separator atau spinner atau dengan cara pemanasan atau cara yang lebih
alami cukup dengan settling/pendiaman selama 30 menit. Inti santan atau krem akan
terbentuk di bagian atas, lalu dipisahkan dari air.

c. Proses Homogenasi
Homogenasi adalah proses untuk mencegah terbentuknya alur krim, untuk menambah
kekentalan atau untuk membuat tekstur yang lebih baik dalam produk santan. Krem yang
dihasilkan ditambah air kemudian tambahkan CMC dan diaduk.

d. Pengawetan
Untuk meningkatkan daya simpan produk, pengawet ditambahkan. Umumnya yang
digunakan adalah natrium metabisulfit, kalium sorbat. Produk belum mengalami
ketengikan sampai masa simpan selama 12 minggu.

e. Proses Packing / Pengamasan


Packing bisa menggunakan kemasan kertas alumunium foil atau menggunakan botol
dan kaleng. Namun yang paling penting adalah media packing harus disterilkan terlebih
dahulu. Cara yang paling mudah mensterilkannya adalah media kemasan dioven dalam
dandang/autoclaf. Dalam makalah ini, penulis mempertimbangkan digunaknnya retort
pouch yang memiliki sifat penahan yang tinggi, fleksibel, praktis, dan terbukti aman,
retort pouches dibuat dengan lipatan dasar, untuk menambah kemampuan berdiri sendiri
serta anti bocor.

f. Proses Sterilisasi
Sterilisasi dilakukan dengan memanaskan kemasan dalam autoclaf atau dandang,
kemudian lakukan perebusan selama 35 menit pada suhu 120 C. Setelah selesai tiriskan,
santan Kelapa kemasan siap dipasarkan.

KASUS 2 - MAYONAISE DAN EMULSIFIER

1. Mayo merupakan salah satu emulsi cair dalam pendispersi air. Bagaimana dua fase
cairan yang saling tidak menyukasi bisa bercampur selama penyimpanan? Jelaskan
faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kestabilan emulsi dan bagaimana faktor-
faktor tersebut dapat mempengaruhi kestabilan emulsi.
 Rendahnya tegangan antarmuka
Cara emulsifier menstabilkan emulsi yaitu dengan menurunkan tegangan antarmuka
antara dua fase (minyak dan air) yang dalam keadaan normal tidak bercampur. Turunnya
tegangan antarmuka pada salah satu fase akan membuat fase terdispersi dapat menyebar
dan menjadi fase kontinyu. Rendahnya tegangan antarmuka membuat terbentuk dan

10
terjaganya wilayah antarmuka yang besar lebih mudah. Jadi, semakin rendah tegangan
antarmuka, semakin stabil emulsi.
 Tolakan lapisan rangkap listrik (Electric double layer repulsion)
Terjadinya emulsi karena adanya susunan listrik yang menyelubungi partikel sehingga
terjadi tolak-menolak antara partikel sejenis. Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh
salah satu dari cara berikut:
a. Terjadinya ionisasi dari molekul pada permukaan partikel.
b. Terjadinya absorpsi ion oleh partikel dari cairan sekitarnya.
c. Terjadinya gesekan partikel dengan cairan sekitarnya.
 Kecilnya perbedaan densitas antara dua fase
Agar terbentuk emulsi yang stabil, densitas antara dua fase tidak boleh terpaut terlalu
jauh. Semakin besar perbedaan densitasnya, maka dua fase akan semakin sulit bercampur
dan salah satu fasenya semakin sulit terdispersi. Jadi, semakin kecil perbedaan densitas
dua fase, semakin stabil emulsi.
 Kecilnya ukuran droplet dan volume fase terdispersi
Semakin besar ukuran droplet dan semakin banyaknya volume fase terdispersi, maka
semakin besar juga peluang terbentuknya agregat. Oleh karena itu, semakin kecil ukuran
droplet dan volume fase terdispersi maka semakin berkurang laju agregasi, maka semakin
stabil emulsi.
 Viskositas fase pendispersi
Tingginya viskositas fase pendispersi dapat mengurangi laju creaming dan agregasi. Hal
ini dikarenakan tingginya viskositas fase pendispersi akan membuat fase yang terdispersi
dalam campuran semakin sulit bergerak. Gerak yang dimaksud adalah gerak partikel fase
terdispersi yang cenderung berkumpul dengan partikel cairan sejenis dan membuat
emulsi tidak stabil. Jadi, semakin tinggi viskositas fase pendispersi, maka semakin stabil
emulsi.
 Gaya tarik-menarik fase terdispersi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, salah satu gaya yang menentukan kestabilan
emulsi adalah gaya tarik-menarik antar fase terdispersi (gaya Van Der Waals). Semakin
besar gaya tarik-menarik antar partikel fase terdispersi, maka akan semakin membuat
emulsi tidak stabil.

2. Ada 2 tipe pembentukan emulsi, yaitu oil in water emulsion dan water in oil emulsion.
Jelaskan kedua tipe tersebut dalam bentuk diagram, symbol dan juga contohnya.
Adakah metode yang digunakan untuk membedakan antara emulsi w/o dan emulsi
o/w?

Oil in water emulsion Water in oil emulsion

11
Diagram

Simbol Oil/water atau o/w Water/oil atau w/o

Karakteristik Penghantar listrik, dapat Terasa greasy, dapat


terencerkan dengan air terencerkan dengan minyak
atau pelarut (solvent)

Contoh susu margarine

Metode yang dapat digunakan untuk membedakan emulsi o/w dan w/o adalah dengan
metode penampakan visual, metode pengenceran tetesan, metode kelarutan pewarna, metode
penyerapan, metode konduktivitas elektrik, metode fluorosensi.

3. Bahan dasar mayo adalah minyak nabati, tetapi rasa minyak nabati dalam mayo sudah
tidak ada. Dapatkah anda jelaskan secara saintifik dan bagaimana setiap molekul
minyak dapat dikelilingi oleh mikromolekul dari larutan asam?
Rasa minyak nabati dalam mayonaise tidak terasa meskipun mayonaise terbuat dari
sebagian besar minyak nabati. Hal ini dikarenakan setiap molekul minyak dikelilingi oleh
mikromolekul dari larutan asam. Prinsipnya bukan mengemulsikan sejumlah larutan asam ke
dalam minyak yang banyak melainkan mengemulsikan sejumlah besar minyak dalam
sebagian kecil larutan asam. Pada produk mayonaise bagian yang terdispersi adalah minyak
nabati, bagian yang mendispersi (media pendispersi) adalah asam cuka atau lemon juice, dan
bagian emulsifiernya adalah kuning telur. Kuning telur merupakan emulsifier yang sangat
kuat (terdapat sejenis bahan yang memiliki tingkat kesukaan terhadap air dan minyak
sekaligus). Satu ujung molekul tersebut suka air dan ujung yang lainnya suka minyak. Oleh
karenanya bahan itu dapat dijadikan jembatan untuk mencampurkan antara bahan lemak dan
bahan air. Sifat seperti itu sangat dibutuhkan dalam pengolahan berbagai jenis makanan,
seperti dalam pembuatan biskuit, cake, kue, mayonaise, dan sebagainya.

4. Sistem emulsii dapat didestabilisasi melaluli beberapa metode, yaitu creaming,


flocculation, coalescence dan Ostwald Ripening. Jelaskan secara prinsip metode-metode
tersebut dan gunakan rujukan yang sesuai?

12
Kestabilan suatu emulsi dapat dijelaskan secara termodinamika dengan hukum Gibbs-
Helmblotz. Dua cairan akan saling melarutkan satu sama lain apabila kedua caian tidak
membentuk interface ketika dicampur dan pencampuran ini menghasilkan energi bebas yang
negatif. Jika kedua larutan membentuk interface yang stabil pada pencampuran maka energi
bebas yang membentuk interface, bersifat positif. Oleh karena itu, pada pembentukan emulsi
yang stabil diperluka energi untuk mendispersikan suatu cairan ke dalam cairan yang lain.
Meskipun demikian, pada kenyataannya emulsi sangat tidak stabil. Komponen-komponen
yang ada pada emulsi dapat dengan mudah terpisah satu sama lain dalam hitungan menit
maupun jam. Pemisahan ini dapat berupa creaming, flokulasi, koalesensi, dan Ostwald
Ripening.

1. Creaming

Creaming merupakan proses alami yang terjadi apabila suatu cairan yang
memiliki perbedaan kerapatan antara satu sama lain, dicampurkan terdispersi maka akan
terjadi pemisahan yang mengarah ke atas (sedimentasi negatif) dan mengarah ke bawa
(sedimentasi positif). Kecepatan suatu emulsi membentuk Creaming dapat ditentukan
dengan Hukum Stokes. Creaming hanya terjadi pada emulsi yang encer dan kedua
fasenya mempunyai densitas yang berbeda, serta medium pendispersinya adalah cairan
yang mudah mengalir.

Gambar 1. Peristiwa creaming

2. Flocculation

Flocculation adalah proses di mana dua atau lebih droplet saling menempel tanpa
kehilangan identitasnya. Pada flocculation, tidak terjadi penggabungan butiran-butiran
kecil menjadi butiran-butiran yang lebih besar. Butir-butir yang mengelompok dapat
didispersikan kembali dengan pengadukan atau pengocokan apabila gaya Van Der
Waalsnya lemah.

Gambar 2. Peristiwa flocculation

3. Coalescence

13
Coalescence adalah proses ketika dua atau lebih droplet bergabung dan membentuk
droplet yang lebih besar. Coalescence merupakan proses termodinamika yang terjadi
secara spontan dan mempunyai peranan penting pada pemisahan kedua fase di dalam
emulsi menjadi dua lapisan berbeda.

Gambar 3. Perisitiwa coalescence

4. Ostwald Ripening
Proses ini terjadi pada emulsi di mana droplet bertabrakan satu sama lain membentuk
droplet yang lebih besar dan kecil. Droplet yang berkurkan kecil cenderung membentuk
droplet yang lebih kecil lagi.

Gambar 4, Peristiwa Ostwald Ripening

5. Benarkan penggunaan emulsifer dapat digunakan untuk menstabilisasi emulsi?


Jelaskan?

Benar, emulsifer dapat digunakan untuk menstabilisasi emulsi. Emulsifer atau zat
pengemulsi didefinisikan sebagai senyawa yang mempunyai aktivitas permukaan (surface-
active agents) sehingga dapat menurunkan tegangan permukaan antara udara-cairan dan
cairan-cairan yang terdapat dalam suatu sistem makanan. Kemampuannya menurunkan
tegangan permukaan menjadi hal menarik karena emulsifer memiliki keunikan struktur kimia
yang mampu menyatukan dua senyawa berbeda polaritasnya.
Adanya gugus hidrofilik dan gugus lipofilik menyebabkan emulsifier memiliki
kemampuan untuk menyatukan dua jenis bahan yang tidak saling larut. Dalam emulsifier,
salah satu gugus harus lebih dominan jumlahnya. Bila gugus hidrofiliknya (polar) yang lebih
dominan, maka molekul-molekul emulsifier tersebut akan diadsorpsi lebih kuat oleh air
dibandingkan dengan minyak. Akibatnya tegangan permukaan air menjadi lebih rendah
sehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontinyu.
Secara umum, emulsifier akan diadsorpsi oleh medium pendispersi lebih besar dari
zat yang terdispersi. Kemudian proses adsorpsi emulsifier ini akan menurunkan tegangan
permukaan dari medium pendispersi yang lebih besar daripada zat yang terdispersi, sehingga

14
terbentuklah suatu lapisan terpisah dan terjadi emulsi. Lapisan ini akan menyelimuti partikel
dan akan mencegah partikel tersebut bersatu dengan partikel sejenis.

6. Bagaimana cara memperoleh kondisi emulsi yang stabil? Perlukah anda tahu ukuran
dan densitas partikel untuk menjaga kestabilan emulsi? Jelaskan.

Emulsi dikatakan stabil jika dalam waktu paling sedikit 5 hari pada suhuh 15oC tidak
terjadi pemisahan komponen-komponennya, atau paling tidak 50% dari fase internalnya yang
berupa bola-bola kecil (droplet) tetap dalam kedudukannya.
Cara mendapatkan emulsi yang stabil adalah dengan:
a) Menggunakan suasana homogenisasi yang optimal untuk memperoleh ukuran partikel
yang kecil. Selain itu, digunakan juga surfaktan degnan berat molekul yang rendah.
Proses homogenisasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan homogenizer. Prinsip dari
alat homogenizer ini adalah memaksa suatu zat untuk melewati celah yang sempit
sehingga ukran partikel menjadi kecil.
b) Dengan memodifikasi viskositas dari suatu emulsi menggunakan kombinasi hidroklorid.
Penstabilan emulsi ini dilakukan degan pembentukan lapisan yang kaku bersifat
viskoelastik. Lapisan ini nantinya akan meningkatkan viskositas dari emulsi tersebut.

Terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan untuk mendapatkan emulsi yang
stabil. Faktor-faktor tersebut adalah:
a) Viskositas
Ukuran partikel yang didistribusi menunjukkkan peranannya dalam menentukan
viskositas emulsi. Emulsi dengan partikel yang makin halus menunjukkan viskositas
yang makin besar dibandingkan dengan emulsi dengan partikel yang lebih besar.
b) Pemakaian alat khusus dalam mencampur emulsi
Dalam membuat suatu emulsi yang stabil maka bisa dlakukan dengan menggunakan alat
listrik. Disamping itu, penggunaan alat dapat mempercepat distribusifase internal ke
dalam fase kontinu dan peluang terbentuknya emulsi yang stabil lebih besar.
c) Perbandingan optomum fase internal dengan fase kontinuitas
Suatu emulsi memiliki nilai perbandingan fase internal dan fase eksternal yang berbeda-
bedea. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan jenis bahan yang digunakan ataupun
karena adanya perbedaan perlakuan yang diberikan pada setiap bahan yang digunakan.

Densitas suatu partikel sangat berpengaruh terhadap kestabilan suatu emulsi.


Indikator ini meliputi densitas pada fase terdispersi maupun medium pendispersinya. Untuk
membentuk suatu emulsi yang stabil, tingkat perbedaan densitas antara dua fase tidak boleh
berbeda jauh. Semakin besar perbedaan densitasnya maka kedua fase tersebut semakin sulit
untuk bercampur dan salah satu fasenya tidak bisa terdispersi. Ukuran partikel juga
berpengaruh terhadap kestabilan suatu emulsi. Semakin besar ukuran suatu partikel maka

15
semakin besar pula kemungkinan terbentuknya agregat. Sebaliknya, semakin kecil ukuran
suatu partikel maka semakin kecil pula laju agregasinya. Hal ini menandakan bahwa kecilnya
ukran suatu partikel akan menjaga tingkat kestabilan emulsiya.

7. Pada emulsi selama penyimpanan, banyak terjadi sedimentasi bahan padatan dan juga
creaming. Mengapa demikian? Jelaskan apa yang terjadi dengan partikel yang berada
dalam sistem emulsi.

Sedimentasi adalah suatu peristiwa pemisahan padatan di mana akan terjadi peristiwa
turunnya partikel-partikel padat yang semula tersuspensi dalam cairan karena adanya gaya
berat atau gaya gravitasi. Terdapat tiga gaya yang mempengaruhi proses sedimentasi ini,
yaitu gaya gravitasi, gaya apung, gaya dorong. Terdapat dua hal yang menyebabkan
berlangsungnya proses sedimentasi, yaitu karena zat-zat sedimen mengalami penurunan
kecepatan atau berhenti sama sekali dan yang kedua, gaya berat benda lebih besar dari gaya
tekan ke atas (gaya apung). Partikel-partikel pada sistem emulsi di bawah pengaruh gaya
gravitasi biasanya memiliki kecepatan rendah karena perbedaan densitas yang kecil antara
partikel dengan medium emulsi.
Sedangkan creaming adalah proses sedimentasi dari tetesan-tetesan terdispersi
berdasarkan densitas dari fase internal dan fase eksternal. Jika densitas relatif dari kedua fase
diketahui, pembentukan arah krim dari fase dispers dapat menunjukkan tipe emulsi yang ada.
Laju sedimentasi atau laju creaming partikel-partikel bulat yang tersuspensi berbanding
terbalik dengan viskositas, sesuai dengan hukum Stoke. Bila semua variabel dijaga konstan,
kenaikan viskositas umumnya meminimalisasi terjadinya creaming atau sedimentasi.

8. Laju pergerakan partikel dalam sedimentasi dapat ditentukan dengan Hukum


STOKE. Jelaskan prinsi-prinsip dari hukum STOKE dan berikan contoh penggunaan
hukum tersebut

Persamaan Stokes bisa dijelaskan dengan rumus berikut:


𝑭𝒔 = 𝟔 𝝅 𝜼 𝒓 𝒗

Dimana,
Fs = gaya hambatan (N)
= koefisien viskositas (kg.m-1s-1)
r = jari-jari bola (m)
π = 22/7
v = laju relatif benda terhadap fluida
Prinsip dari Hukum Stokes adalah gaya yang menghambat bola bergerak melalui
cairan kental berbanding lurus dengan kecepatan bola, jari-jari bola, dan viskositas fluida.

16
Pada awal bola tersebut dijatuhkan, kecepatannya akan terus membesar hingga mencapai
kecepatan maksimum yang tetap. Kecepatan maksimum ini dinamakan kecepatan terminal.
Terdapat tiga gaya yang terjadi selama benda jatuh bebas pada fluida kental, yaitu:

 Gaya berat W = m.g yang arahnya ke bawah


 Gaya ke atas Fa = ρ v g yang arahnya ke atas
 Gaya hambatan/gesekan yang dikerjakan fluida, Fs

Aplikasi Hukum Stokes


Bila sebuah bola yang massa jenisnya lebih besar daripada massa jenis fluida dan
berjari-jari r, dimasukkan ke dalam suatu fluida zat cair, maka bola tersebut akan jatuh
dipercepat sampai suatu saat kecepatannya maksimum (Vmaks). Pada kecepatan Vmaks ini,
benda akan bergerak beraturan karena gaya beratnya sudah diimbangi oleh gaya gesek fluida.

Gambar 5. Ilustrasi Hukum Stokes


(sumber: rumushitung.com)

9. Jika kita mencampur minyak dan air, mereka akan membentuk cairan immiscible.
Apakah yang dimaksud dengan immiscible?

Immiscible adalah suatu karakteristik campuran di mana campuran ini terdiri dari dua
larutan yang berbeda dan tidak bisa saling menyatu sama lain. Larutan yang immiscible tidak
bisa mencapai tingkat kehomogenitasan suatu larutan sehingga tidak bisa saling menyatu.
Immiscible juga merupakan karakteristik suatu larutan yang sangat penting yang berguna
untuk memisahkan dua fasa zat berdasarkan titik didihnya. Kromatografi dan distilasi fraksi
merupakan dua teknik utama yang digunakan untuk memisahkan larutan immiscible. Contoh
aplikasi dari larutan yang immiscible adalah pencampuran antara air dan minyak. Walaupun
kedua zat tersebut diaduk, mereka tetap tidak bisa menyatu seperti sebagian besar larutan
homogen pada umumya. Rantai karbon yang panjang merupakan salah satu penyebab suatu
larutan bersifat immiscible terhadap air.

17
KASUS 3 - AIR BERSIH

1. Flokulasi merupakan proses reversibel, sedangkan koagulasi adalah ireversibel.


Dapatkah Anda menjelaskan proses koagulasi dan flokulasi pada pengolahan air
bersih?

Partikel koloid dapat dipisahkan dari larutannya dengan cara pendestabilisasian


menjadi agregat-agregat yang memiliki ukuran yang lebih besar sehingga mudah diendapkan.
Proses pendestabilisasian ini disebut dengan proses koagulasi. Koagulasi secara umum
sebagai penambahan zat kimia (koagulan) ke dalam air baku dengan maksud mengurangi
gaya tolak menolak antar partikel koloid, sehingga partikel-partikel terseut dapat bergabung
menjadi flok-flok halus. Sedangkan flokulasi adalah suatu proses aglomerasi
(penggumpalan) partikel-partikel terdestabilisasi menjadi flok dengan ukuran yang
memungkinkan dapat dipisahkan oleh sedimentasi dan filtrasi.

Gambar 1. Ringkasan Proses Koagulasi dan Flokulasi


Tahap awal dimulai dengan proses koagulasi, koagulasi melibatkan netralisasi
muatan partikel dengan penambahan bahan kimia, yaitu koagulan. Koagulan yang sering
digunakan pada proses pengolahan air adalah Alum Sulfat atau tawas. Penambahan koagulan
ini menyebabkan agregat/kumpulan partikel yang dapat dipisahkan karena elektrolit atau
konsentrasi ion yang ditambahkan cukup untuk mengurangi tekanan elektrostatis diantara
kedua partikel. Tahap selanjutnya adalah proses flokulasi. Flokulasi disebabkan oleh adanya
penambahan sejumlah kecil bahan kimia yang disebut sebagai flokulan. Mikroflok yang
terbentuk pada saat proses koagulasi sebagai akibat penetralan muatan akan saling
bertumbukan dengan adanya pengadukan lambat. Tumbukan tersebut akan menyebabkan
mikroflok berikatan menghasilkan flok yang lebih besar. Fungsi dari penambahan flokulan

18
ini adalah sebagai polielektrolit untuk memproduksi flok yang cepat mengendap. Flokulan
yang umumnya digunakan pada pengolahan air adalah poliakrilamida.

2. Proses pembuatan koloid dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara kondensasi dan
cara dispersi. Jelaskan perbedaan antara kedua cara tersebut. Akan lebih baik jika
Anda dapat memberikan penjelasan secara visual.
Seperti yang sudah dijelaskan pada poin sebelumnya, koloid merupakan suatu campuran
yang terdiri dari zat terdispersi yang tersebar secara merata dalam suatu medium pendispersi.
Koloid memiliki karakteristik diantara larutan sejati dan suspensi. Sehingga untuk membuat
koloid terdapat dua cara, yaitu kondensasi dan dispersi.
< 1 nm 1- 100 nm >100 nm

Gambar 2. Cara Pembuatan Koloid

Kondensasi merupakan penggabungan partikel-partikel halus yang terkandung dalam larutan


sejati menjadi partikel yang lebih besar. Sedangkan dispersi merupakan pemecahan partikel-
partikel besar pada suspensi menjadi lebih kecil.

Gambar 3. Detail dari Cara Pembuatan Koloid

3. Partikel koloid dapat bermuatan listrik yang disebabkan oleh sifat-sifat partikel koloid
seperti adsorpsi, elektroforesis, dan koagulasi. Dapatkah Anda menjelaskan sifat-sifat
koloid tersebut, dan sifat koloid lainnya? Berikan contoh untuk setiap sifat yang Anda
jelaskan.

19
Sifat-sifat Koloid Efek Tyndall

 Efek Tyndall. Efek Tyndall adalah penghamburan cahaya oleh larutan koloid, peristiwa
di mana jalannya sinar dalam koloid dapat terlihat karena partikel koloid dapat
menghamburkan sinar ke segala jurusan. Contoh: debu dalam ruangan akan terlihat jika
ada sinar masuk melalui celah.
 Gerak Brown. Gerak Brown adalah gerak partikel koloid dalam medium pendispersi
secara terus menerus, karena adanya tumbukan antara partikel zat terdispersi dan zat
pendispersi. Karena gerak aktif yang terus menerus ini, partikel koloid tidak memisah
jika didiamkan.
 Adsorpsi Koloid. Adsorpsi Koloid adalah penyerapan zat atau ion pada permukaan
koloid. Sifat adsorbsi digunakan dalam proses pemutihan gula tebu, norit, dan
penjernihan air. Contoh: koloid antara obat diare dan cairan dalam usus yang akan
menyerap kuman penyebab diare. Koloid Fe(OH)3 akan mengadsorbsi ion H+ sehingga
menjadi bermuatan +. Adanya muatan senama maka koloid Fe(OH), akan tolak-menolak
sesamanya sehingga partikel-partikel koloid tidak akan saling menggerombol. Koloid
As2S3 akan mengadsorbsi ion OH- dalam larutan sehingga akan bermuatan - dan tolak-
menolak dengan sesamanya, maka koloid As2S3 tidak akan menggerombol.
 Muatan Koloid dan Elektroforesis. Muatan Koloid ditentukan oleh muatan ion yang
terserap permukaan koloid. Elektroforesis adalah gerakan partikel koloid karena
pengaruh medan listrik. Karena partikel koloid mempunyai muatan maka dapat bergerak
dalam medan listrik. Jika ke dalam koloid dimasukkan arus searah melalui elektroda,
maka koloid bermuatan positif akan bergerak menuju elektroda negatif dan sesampai di
elektroda negatif akan terjadi penetralan muatan dan koloid akan menggumpal
(koagulasi). Contoh: cerobong pabrik yang dipasangi lempeng logam yang bermuatan
listrik dengan tujuan untuk menggumpalkan debunya.
 Koagulasi Koloid. Koagulasi koloid adalah penggumpalan koloid karena elektrolit yang
muatannya berlawanan. Contoh: kotoran pada air yang digumpalkan oleh tawas sehingga
air menjadi jernih.
Faktor-faktor yang menyebabkan koagulasi:
1) Perubahan suhu.
2) Pengadukan.
3) Penambahan ion dengan muatan besar (contoh: tawas).
4) Pencampuran koloid positif dan koloid negatif.

Koloid akan mengalami koagulasi dengan cara:


1) Mekanik, cara mekanik dilakukan dengan pemanasan, pendinginan atau pengadukan
cepat.
2) Kimia, dengan penambahan elektrolit (asam, basa, atau garam). Contoh: susu + sirup
masam —> menggumpal lumpur + tawas —> menggumpal

20
3) Dengan mencampurkan 2 macam koloid dengan muatan yang berlawanan.

Koloid Liofil dan Koloid Liofob


Koloid Liofil adalah koloid yang mengadsorbsi cairan, sehingga terbentuk selubung
di sekeliling koloid. Contoh: agar-agar. Koloid Liofob adalah kolid yang tidak mengadsorbsi
cairan. Agar muatan koloid stabil, cairan pendispersi harus bebas dari elektrolit dengan cara
dialisis, yakni pemurnian medium pendispersi dari elektrolit.
Emulsi
Emulsi adalah kolid cairan dalam medium cair. Agar larutan kolid stabil, ke dalam
koloid biasanya ditambahkan emulsifier, yaitu zat penyetabil agar koloid stabil. Contoh: susu
merupakan emulsi lemak di dalam air dengan kasein sebagai emulsifier.
Kestabilan Koloid
Banyak koloid yang harus dipertahankan dalam bentuk koloid untuk penggunaannya.
Contoh: es krim, tinta, cat. Untuk itu digunakan koloid lain yang dapat membentuk lapisan di
sekeliling koloid tersebut. Koloid lain ini disebut koloid pelindung. Contoh: gelatin pada sol
Fe(OH)3. Untuk koloid yang berupa emulsi dapat digunakan emulgator yaitu zat yang dapat
tertarik pada kedua cairan yang membentuk emulsi Contoh: sabun deterjen sebagai
emulgator dari emulsi minyak dan air.
Pemurnian Koloid
Untuk memurnikan koloid yaitu menghilangkan ion-ion yang mengganggu kestabilan
koloid, dapat dilakukan cara dialisis. Koloid yang akan dimurnikan dimasukkan ke kantong
yang terbuat dari selaput semipermeabel yaitu selaput yang hanya dapat dilewati partikel ion
saja dan tidak dapat dilewati molekul koloid. Contoh: kertas perkamen, selopan atau
kolodion. Kantong koloid dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir, maka ion-
ion dalam koloid akan keluar dari kantong dan keluar dari bejana dan koloid tertinggal dalam
kantong. Proses dialisis akan di percepat jika di dalam bejana diberikan arus listrik yang
disebut elektro dialisis. Proses pemisahan kotoran hasil metabolisme dari darah oleh ginjal
termasuk proses dialisis. Maka apabila seseorang menderita gagal ginjal, orang tersebut harus
menjalani “cuci darah” dengan mesin dialisator di rumah sakit. Koloid juga dapat dimurnikan
dengan penyaring ultra.

4. Air mengandung partikel-partikel koloid tanah liat yang bermuatan negatif. Untuk
keperluan air minum, partikel-partkel koloid ini harus dipisahkan, seperti dengan
penambahan tawas, Al2(SO4)3. Jelaskan proses penjernihan air berdasarkan konsep
koloid dari pemicu di atas. Sertakan gambar ataupun video untuk melengkapi
penjelasan Anda.

21
Air dari mata air seperti sumur gali dan sumur bor terkadang tidak dapat langsung
dipakai sebagai air bersih jika kotor dan tercemari. Upaya penjernihan air dapat dilakukan
baik skala kecil (rumah tangga) maupun skala besar seperti yang dilakukan oleh PDAM.
Pengolahan air bersih secara lengkap didasarkan pada sifat-sifat koloid, yaitu :
 Adsorpsi (penyerapan ion pada permukaan koloid)
 Koagulasi (pengendapan/ penggumpalan partikel koloid)
Bahan-bahan yang diperlukan dalam proses penjernihan air antara lain : tawas (Al2(SO4)3),
karbon aktif, klorin/kaporit, kapur tohor, pasir

Gambar 4. Bagan Pengolahan Air Bersih

Berikut uraian mekanisme kerja pengolahan air bersih pada bagan di atas:
1. Air sungai dipompakan ke dalam bak prasedimentasi. Dalam bak prasedimentasi ini
lumpur dibiarkan mengendap karena pengaruh gravitasi.
2. Lumpur dibuang dengan pompa, sedangkan air dialirkan ke dalam bak ventury Pada
tahap ini dicampurkan Al2(SO4)3(tawas) dan gas klorin (preklorinasi). Ion Al3+yang
terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3
yang bermuatan positif melalui reaksi:
Al3+ + 3H2O → Al(OH)3 + 3H+
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah
liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap
bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi, sehingga lumpur lebih
mudah disaring. Selain itu, tawas yang membentuk koloid Al(OH)3 dapat mengadsorpsi
zat-zat pencermar. Sedangkan gas klorin berfungsi sebagai pembasmi hama
(desinfektan). Selanjutnya ditambahkan karbon aktif (bila tingkat kekeruhan air baku
tinggi) untuk menghilangkan bau, rasa, dan zat organik yang terkandung dalam air baku.

22
3. Air baku dari bak ventury yang telah dicampur dengan bahan-bahan kimia dialirkan ke
dalam accelator. Dalam bak accelator terjadi proses koagulasi, lumpur dan kotoran lain
menggumpal membentuk flok-flok yang akan mengalami sedimentasi secara gravitasi.
4. Air yang setengah bersih dari accelator dialirkan ke dalam bak saringan pasir dari bak
pasir diperoleh air yang hampir bersih, karena sisa flok akan tertahan oleh saringan pasir.
5. Air dalam bak pasir dialirkan ke dalam siphon. Di dalam siphon air yang hampir bersih
ditambahkan kapur untuk menaikkan pH dan gas klorin (post klorinasi) untuk mematikan
hama.
6. Air yang sudah memenuhi standar bersih dari bak siphon dialirkan ke reservoar.
7. Air siap dikonsumsi

KASUS 4 – PARFUM

1. Dari bacaan diatas dikenal aerosol cair. Tahukah Anda, bagaimana cara pembuatan
aerosol cair? Jelaskan!

Saat parfum disemprotkan ke udara maka parfum semprot ini termasuk koloid jenis
aerosol cair. Aerosol cair merupakan sistem koloid dengan fase terdispersi cair dalam
medium pendispersi gas yang dapat membentuk sistem koloid dengan bantuan bahan
pendorong atau propelan aerosol. Bahan pendorong yang banyak digunakan adalah Chloro
Fluoro Carbon (CFC) dan karbondioksida (CO2).
Pembuatan parfum semprot digunakan dengan metode dispersi. Parfum semprot
bekerja dalam sebuah konsep dasar yaitu sebuah fluida (zat cair) dalam tekanan tinggi
mengembang untuk memaksa cairan lain melalui nozel (saluran dari sebuah vessel yang
menghubungkan vessel dengan pipa sebagai saluran pengeluaran). Suatu cairan yang
disimpan dalam tekanan yang tinggi digunakan untuk mendorong cairan lainnya keluar dari
botol. Botol akan diisi dengan dua jenis cairan. Satu cairan dengan titik didih di bawah suhu
kamar yang disebut propelan, dan satu cairan lagi dengan titik didih pada temperatur yang
jauh lebih tinggi dibanding propelan yang disebut produk. Produk adalah zat yang akan
digunakan dalam hal ini adalah bahan pembuatan parfum (alkohol,hekslin, dan bibit minyak
wangi) dan propelan adalah cairan yang digunakan untuk mendorong produk keluar dari
botol.

2. Zat pendorong berupa CFC dan CO2. Bagaimana menurut Anda, apakah semua aman
digunakan, adakah aspek mengganggu lingkungan atau kesehatan?

CO2 merupakan gas yang dapat menimbulkan efek rumah kaca. Efek rumah kaca
menyebabkan meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan
iklim yang sangat ekstrem di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan

23
ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di
atmosfer.
CFC (Chloroflourcarbon) merupakan gas yang dapat merusak lapisan ozon, dapat
dilihat dalam gambar berikut:

Gambar 5. Perusakan Ozon oleh CFC

3. Seperti yang diketahui sebelumnya, sifat gas adalah bisa berdifusi, itu mengapa parfum
bisa tercium oleh Anda dan sekitar Anda pada waktu tertentu. Mengapa durasi waktu
parfum tercium terbatas? Jelaskan pendapat Anda!

Difusi adalah gerakan partikel dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah melalui
suatu dinding (membran). Tiap molekul bergerak secara lurus sampai ia bertabrakan dengan
molekul lainnya.
Begitu juga yang terjadi pada peristiwa penyemprotan atau penetesan parfum
merupakan difusi zat cair dalam medium gas, difusi terjdi dari konsentrasi tinggi yaitu pada
sudut ruangan yang diberi tetesan atau semprotan parfum akan mengalir menuju konsentrasi
rendah yaitu pada sisa ruang yang tidak diberi parfum maka harum parfum akan menyebar
dari konsentrasi tinggi kerendah dan mengakibatkan tidak hanya satu sudut ruangan saja
yang harum tapi seluruh ruangan juga akan menjadi harum. Tiap molekul parfum bergerak
secara lurus dan bertabrakan dengan molekul parfum lainnya, maupun molekul-molekul
yang ada dalam udara.
Durasi parfum tercium terbatas karena saat konsentrasi parfum yang menyebar dalam
udara sudah sama besar, lama-lama konsentrasinya menurun kembali karena telah terbentuk

24
fase uap jenuh (tidak ada cairan parfum lagi). Gas tersebut akan terus bergerak sampai lama-
kelamaan tidak tercium karena konsentrasinya sudah sangat kecil.

4. Bahan essence parfum bisa bersumber bahan alami ataupun buatan. Berikan contoh
proses pembuatan parfum berbahan alami dan buatan! Dan sertakan video untuk
membantu deskripsi anda lebih baik.

Bibit parfum diperoleh dari ekstrak atau sari wewangian yang umumnya diperoleh
dari proses penyulingan, ekstraksi, atau perendaman dari berbagai bahan-bahan tumbuh-
tumbuhan seperti akar, kulit batang, atau bunga. Hasil yang didapatkan dari cara penyulingan
ini masih asli dan belum tercampur bahan apapapun.

Bahan dasar pembuatan parfum


Bahan dasar yang dapat digunakan untuk pembuatan bibit parfum ini antara lain:
bunga melati, cendana, mawar, bunga matahari, lavender, kenanga, akar-akaran, biji-bijian
dan sebagainya. Selain bunga-bungaan yang telah disebutkan, anda juga bisa mencoba
mengekstrak jenis campuran bahan lain untuk mendapatkan aroma yang unik.
Tiga cara yang umum dipakai untuk mendapatkan sari minyak wangi:

 Ekstraksi, yaitu memerangkap wewangian dengan larutan (petroleum ether).


 Penyulingan atau destilasi.
 Cara perendaman (maceration)

Gambar 5. Ekstraksi parfum

25
KASUS 5 – CAT

1. Pigmen, Binder, Thinner, Aditif merupakan komponen utama dan terpenting dalam
proses pembuatan cat. Sering ditemui beberapa kendala dalam proses pembuatan cat,
mengapa dan jelaskan menurut pendapat saudara?

 Pigmen dan binder


Penggunaan binder dan pigmen yang tidak sesuai dapat mengakibatkan kerusakan cat
yang dibuat seperti terjadi koagulasi. Koagulasi akan menyebabkan pigmen tidak dapat
terdispersi dengan sempurna sehingga menyebabkan kerataan warna yang buruk dan cat
yang nantinya dihasilkan daya rekatnya menjadi tidak sempurna.
 Penggunaan aditif yang tidak sesuai
Kerusakan akibat penggunaan aditif yang salah cukup besar. Untuk aditif berbahan dasar
silikon, kerusakan yand dapat terjadi adalah cat dengan kerataan permukaan yang sangat
jelek sehingga dapat menimbulkan ‘kawah’ pada permukaan.
 Penggunaan thinner yang tidak sesuai

Penggunaan thinner yang tidak sesuai berakibat berkurangnya daya larut dari cat tersebut,
kesulitan dalam aplikasi, sampai dengan mengelupas. Thinner yang sesuai dengan standar
menghindarkan kerusakan akibat hal yang sepele ini.

2. Secara umum thinner ini dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu air dan minyak. Cat
tembok yang berbasis acrylic biasanya menggunakan media air sebagai pengencer,
sedangkan untuk cat yang berbasis alkyd, vinyl epoxy dan polyurethane menggunakan
minyak. Mengapa, dapatkah anda menjelaskan kedua jenis thinner ini berdasarkan
komposisi cat?

Jenis cat berdasarkan pelarutnya bisa dibedakan menjadi dua. Jenis pertama
merupakan jenis cat water based, sedangkan yang lain dikenal dengan cat oil based.
Sebagaimana namanya, cat water based adalah cat yang menggunakan pelarut air. Sedangkan
cat oil based menggunakan pelarut minyak. Di antara keduanya, terdapat perbedaa signifikan
yang menyebabkan satu jenis cat lebih unggul dibanding yang lain.
Cat jenis oil based biasa diencerkan menggunakan thinner. Karena mengandung
alkid, maka pembersihan cat jenis ini juga harus menggunakan pembersih berbasis
solvent/oil. Dibandingkan water based paint, jenis cat ini lebih lama untuk menguap ketika
diaplikasikan. Pelarut minyaknya juga menyebabkan bau yang jauh lebih menyengat. Selain
itu, cat oil based juga mengandung VOC (zat toksik mudah menguap seperti formalin) yang
lebih banyak. Meskipun demikian, cat jenis ini sedikit lebih awet dibandingkan water based
paint. Sedangkan, w ater based paint atau cat berbasis air menggunakan pelarut air
sedangkan solvent atau oil based paint menggunakan pelarut dari golongan organik seperti
spiritus dan thinner.

26
Teknologi cat jenis ini tergolong baru dibanding cat berbasis solvent. Meski
demikian, perkembangannya jauh lebih baik dibanding cat solvent. Water based paint juga
telah menguasai 80% pasar cat retail Amerika. Di Indonesia sendiri, cat berbasis air masih
tergolong langka meski sudah mulai banyak diproduksi.

3. Pada saat ini, dengan perkembangan teknologi yang semakin modern, beberapa
produk yang tadinya menggunakan minyak sebagai thinner beralih ke air sesuai
dengan tuntutan kesehatan lingkungan. Sebutkan yang anda ketahui? Dan mengapa
thinner air lebih ramah lingkungan?

Isu ramah lingkungan telah meluas ke hampir semua bidang, tak terkecuali bahan
bangunan. Salah satunya adalah cat. Produk cat dinilai ramah lingkungan bila bahan dasar
dan pengencernya berbasis air. Yang sejak awal sudah berbasir air adalah cat tembok yang
kemudian berkembang menjadi cat dekoratif.
Cat berbasis air dianggap ramah lingkungan bukan hanya karena cepat kering
sehingga tidak mengganggu penciuman dan pernapasan, tapi juga karena mudah diencerkan
dan larut dengan air. Karena itu menurut organisasi pemerhati limbah beracun Amerika,
Hazardous & Medical Waste Management, cat dengan bahan dasar air mengurangi limbah
beracun dan tidak mencemari lingkungan. Sementara cat kayu dan cat besi umumnya
berbahan dasar minyak dan solvent (pencampur) dengan pengencer tiner yang tidak larut
bersama air, dan menguap sebagai gas karbon sehingga mencemari udara. Karena itu cat ini
dinilai kurang ramah lingkungan.
Bahkan, dalam sebuah kasus penggunaan cat itu dapat mempengaruhi perilaku orang.
Andra Martin, seorang konsultan mengungkapkan, ruang kelas yang aroma cat kayunya tidak
hilang-hilang dapat membuat sebagian anak menjadi hiperaktif. Aroma itu berasal dari
aplikasi cat minyak pada furniture atau cairan antirayap.
Selain itu, cat yang berbasis pada minyak juga pengaplikasiannya lebih sulit, dan
karena dampak buruknya terhadap lingkungan itu, belakangan penggunaan cat berbasis
minyak mulai dikurangi. Untuk media kayu dan besi pun produsen berupaya membuat cat
berbasis air. Produsen cat di negara-negara maju sudah melakukannya. Cat Jotun (Norwegia),
Levis/Floral (Belanda), dan ICI (Inggris) misalnya, sekarang menekankan faktor ramah
lingkungan itu sebagai salah satu kelebihan produknya.
Di Indonesia produsen cat nasional yang sudah melansir cat kayu dan besi berbasis
air antara lain Mowilex. Cat kayu Mowilex berbasis air disebut Acrylic Woodstain,
sedangkan cat besi berbasis air adalah Acrylic Gloss Enamel.
Produsen cat domestik lain yang juga mulai melansir cat berbasis air adalah Propan,
meskipun masih terbatas pada media kayu. Sebelumnya perusahaan cat ini terkenal dengan
spesialisasinya di cat kayu dan besi dengan basis minyak yang menggunakan pengencer
solvent.
Kelebihannya, karena menyatu dengan media kayunya, umumnya hasil cat elastis dan
lapisannya tidak mudah terkelupas atau lepas bila terjadi pergerakan kayu. Menyatunya cat

27
dengan media yang dilapisi itu juga mengatasi permasalahan kelembaban yang sering terjadi
pada media kayu. Kelembaban kayu lebih terjaga.

4. Selain itu, pada zaman modern ini, pada cat sering ditambahkan bahan-bahan yang
bersifat anti-bakteri, anti jamur dan lain sebagainya. Oleh itu, dapatkah Anda
memberikan satu contoh pembuatan cat?

Proses pembuatan cat mempunyai tahapan yaitu:

1. Proses penimbangan dan pencampuran (Weighing and Mixing)


2. Proses penghalusan (Grinding)
3. Proses penambahan (Make up)
4. Proses pengecekan dan pengaturan kualitas (Quality Control)
5. Proses pengisian ke dalam kemasan (Filling)
6. Penimbangan dan Pencampuran (Weighing and Mixing)
7. Proses pembuatan cat dimulai dari pembuatan formula. Di dalam formula itu terdapat
persentase perbandingan antara pigmen, binder, aditif dan thinner.

Pada proses penimbangan semua material yang ingin dipakai ditimbang terlebih
dahulu dengan ketelitian yang tinggi. Pigmen dan sebagian binder dituang ke dalam suatu
tempat pengaduk (mixing pot) sambil diaduk dengan kecepatan tinggi (High Speed
Dispersion). Bila dirasa masih terlalu kental, sebagian thinner dapat ditambahkan. Tujuan
pengadukan dengan kecepatan tinggi adalah untuk proses pencampuran yang merata. Untuk
produk yang tidak memerlukan ukuran partikel akhir yang sangat halus seperti cat tembok,
proses ini juga berlaku sebagai proses penghalusan (Grinding). Besar partikel yang
didapatkan dari proses ini adalah sekitar 300 mikron.

1. Penghalusan (Grinding)

Proses penghalusan ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

 Untuk mendapatkan ukuran partikel yang cukup halus, sehingga dalam proses
aplikasi didapatkan hasil permukaan yang halus.
 Untuk mendapatkan kestabilan pengendapan, sehingga mudah untuk mendapatkan
warna yang homogen.
 Untuk memudahkan reaksi-reaksi dari binder dan aditif agar didapatkan sifat yang
baik (daya tutup, tingkat kilap, dsb).

Dalam proses ini, sebagian bahan yang telah melewati tahap mixing dimasukkan ke
dalam mesin grinding yang memuat bola-bola besi atau keramik dengan ukuran tertentu
yang diputar dengan kecepatan tinggi sehingga seluruh bahan akan tergiling dengan

28
tingkat kehalusan tertentu. Dengan ukuran partikel yang hampir seragam, ikatan antar
partikel akan jauh lebih mudah terjadi.

2. Proses Penambahan (Make-up)

Setelah seluruh partikel padatan mencapai ukuran tertentu, bahan tersebut


dikeluarkan dari mesin dan dimasukkan ke dalam suatu tempat yang lebih besar untuk
ditambahkan bahan pengikat dan bahan tambahan lain. Pada proses ini juga dilakukan
proses penyesuaian warna (color matching).

3. Proses Quality Control

Bila seluruh bahan sudah dimasukkan dan warna yang diinginkan juga sudah
sesuai, dilakukan pengecekan akhir pada proses ini. Karakteristik dan sifat yang
diharapkan dari produk tersebut diuji sampai dinyatakan layak untuk dijual. Secara umum
proses pengujian ini meliputi; Kecepatan Pengeringan, Daya Tutup, Daya Lekat,
Kekerasan permukaan, Elastisitas (bila diperlukan), Homogenitas, dan Kemudahan
aplikasi.

4. Proses Pengisian dan Pengepakan

Pada proses ini produk disiapkan untuk dikirim kepada pelanggan.

KASUS 6 – METODE SOL-GEL

1. Dari bacaan diatas, metode sol-gel dikenal sebagai wet method. Mengapa? Jelaskan!
Sol adalah suspensi koloid yang fasa terdispersinya berbentuk padat dan fasa
pendispersinya berbentuk cairan. Sedangkan, gel (gelation) adalah jaringan partikel atau
molekul, baik padatan dan cairan, dimana polimer yang terjadi di dalam larutan digunakan
sebagai tempat pertumbuhan zat anorganik. Metode sol-gel dikenal sebagai salah satu
metode sintesis nanopartikel yang cukup sederhana dan mudah. Metode ini merupakan
salah satu “wet method” atau metode basah karena pada prosesnya melibatkan larutan
sebagai medianya. Pada metode sol-gel, sesuai dengan namanya larutan mengalami
perubahan fase menjadi dan kemudian menjadi gel yang memiliki fraksi solid yang
lebih besar daripada sol.

2. Sebutkan contoh salah satu jenis nanopartikel yang disintesis menggunakan metode
sol-gel. Jelaskan konsep sintesis atau reaksi yang terlibat. Tuliskan referensi yang anda
gunakan!
Salah satu contoh nanopartikel yang disintesis dengan metode sol gel adalah
nanopartikel silica. Nanopartikel silica adalah silica yang dibuat dalam skala nano (10^-9 m)

29
yang saat ini penggunaannya dibidang industri semakin meningkat. Kondisi ukuran partikel
bahan baku yang diperkecil membua tproduk memiliki sifat berbeda dan berkualitas lebih
tinggi. Nanopartikel silica memiliki kestabilan yang baik, inert secara kimia, bersifat
biokompatibel, dan membentuk sperik tunggal (Fernandez, 2012). Metode yang banyak
digunakan untuk mensintesis nanopartikel silica diantaranya sol-gel, mikroemuls terbalik dan
sintesis api. Sol-gel secara luas diguakan untuk memproduksi silikat murnni karena
kemampuannya untuk mengontrol ukuran partikel distribusi ukuran dan morfologi melalui
pemantauan sistematis parameter reaksi.
Tetraethylorthosilicate (TEOS) merupakan bahan utama dalam pembuatan
nanopartikel silica, yang dalam sintesis akan dikontrol reaksi hidrolisis dan kondensasinya
dengan proses Stober yang menggunakan alkohol/air. Reaksi hidrolisis dan kondensasi
TEOS dikatalis menggunakan ammonia (Arjasa & Raharjo, 2012). Selama proses hidrolisis,
gugus etoksi TEOS bereaksi dengan molekul air membentuk intermediet
[Si(OC2H5)4.x(OH)x] dengan substitusi gugus hidroksil (Ibrahim et al, 2010). Dalam
preparasi nanopartikel silica, kecepatan dan tingkat hidrolisis TEOS dipengaruhi oleh kondisi
reaksi sehingga perlu adanya surfaktan kationik untuk mengontrol ukuran partikel silica pada
skala nano (Singh et al, 2011).

Gambar 1. Struktur kimia Tetraethylorthosilicate (TEOS) (Xiao et al, 2011)

(Sumber : http://lib.unnes.ac.id/22352/1/4311409038-S.pdf)

Sintesis sol-gel umumnya meloalui tahap-tahap hidrolisis dan kondensasi (Wijaya,


2010). Reaksi hidrolisis:

Reaksi kondensasi :

30
Hidrolisis molekul TEOS membentuk gugus silanol, sedangkan kondensasi antara
gugus silanol dan gugus ethoxy membuat jembatan siloxane (Si-O-Si) yang membentuk
silika seutuhnya (Rahman & Padavettan, 2012). Reaksi kondensasi berlangsung sangat
cepat, sulit untuk dikendalikan dan reaksinya membentuk jaringan dimensi tiga atau
partikel dengan ikatan tunggal. Kondensasi air berlangsung lebih cepat dibandingkan
kondensasi alkohol (Arjasa & Raharjo, 2012).

BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem koloid adalah merupakan
suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen. Sistem
Koloid ada tiga jenis, yaitu: Koloid Sol (fase terdispersi padat): 1) Sol padat (padat-padat),
contoh intan hitam, kaca berwarna, dan baja. 2) Sol cair (padat Cair), contohnya adalah cat, tinta,
dan kanji. 3) Sol gas (padat-gas), contohnya adalah asap dan debu.Koloid Emulsi (fase
terdispersi cair): 1) Emulsi padat (cair padat), contohnya adalah nasi, agar-agar, mentega,
mutiara. 2) Emulsi cair (cair-cair), contohnya adalah susu, minyak ikan, dan santan kelapa. 3)
Emulsi gas (cair-gas), contohnya adalah kabut, awan, dan hair spray. Koloid buih (fase
terdispersi gas): 1) Buih padat (gas-padat), contohnya contohnya adalah kerupuk, roti,
Styrofoam, dan busa jok. 2) Buih cair (padat-cair), contohnya adalah Buih hasil kocokan putih
telur, Buih hasil akibat pemadam kebakaran Alat pemadam kebakaran, buih sabun, soda, pasta,
dank rim kocok. Sistem Koloid digunakan dalam industri: a. Industri kosmetika b. Industri
tekstil c. Industri sabun dan deterjen d. Cotrell Pabrik Industri e. Penjernihan Air f. Pemutihan
Gula.
Koloid merupakan hal yang penting dalam industri, karna sangat banyak digunakan
dalam industri, sebagai contoh yaitu untuk pembuatan kosmetik, pembuaatan makanan,
pembuatan pupuk dll. Oleh sebab itu saya sebagai penulis mengharapkan agar kita semua untuk
mempelajari tentang koloid supaya wawasan kita semakin bertambah dan mempermudah kita
dalam berkehidupan.

31
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Pengantar Pengolahan Air. Disitasi http://kuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-


content/uploads/2009/03/pengantar-pengolahan-air-bersih-compability-mode.pdf

Ardiansyah, Arie. 2015. Sintesis Nanosilika Dengan Metode Sol-Gel Dan Uji Hidrofobisitasnya
Pada Cat Akrilik. Universitas Negeri Semarang : Semarang [Diakses melalui :
http://lib.unnes.ac.id/22352/1/4311409038-S.pdf pada 2 Desember 2017]

Engelhardt, T. (2016). Coagulation, Flocculation and Clarification of Drinking Water. [online]


Available at: https://sswm.info/sites/default/files/reference_attachments/ENGELHARDT%
202010%20Coagulation%20Flocculation%20and%20Clarification.pdf [Accessed 3 Dec. 2017].

Kambah, E. A. (2013). Utilization of Different Emulsifying Agents in the Preparation and


Stabilization of Emulsions. [online] Available at:
http://article.sapub.org/pdf/10.5923.j.ijmc.20130304.01.pdf [Accessed 2 Dec. 2017].

Konrad, Michael. 2009 Science is art. ( available at


http://www.scienceisart.com/A_Diffus/DiffusMain_1.html)

Mousa, K. (2016). Coagulation/Flocculation Process for Produced Water Treatment. [online]


Available at: http://inpressco.com/wp-content/uploads/2016/04/Paper28551-555.pdf [Accessed 3
Dec. 2017].

Suryadiputra,I.N.N. 1995. Pengantar Mata Kuliah Pengolahan Limbah:Pengolahan Air Limbah


Dengan Metode Kimia(Koagulasi dan Flokulasi). Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor

32

You might also like