You are on page 1of 19

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR INTRA ABDOMEN


A. DEFINISI
Tumor merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-
sel yang tumbuh terus menerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan
jaringan disekitarnya serta tidak berguna bagi tubuh. Tumor intra abdomen
merupakan massa yang padat dengan ketebalan yang berbeda-beda, yang
disebabkan oleh sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh
secara autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal, sehingga sel
tersebut berbeda dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya (Nuratif,
2015).
Secara patologi kelainan ini mudah terkelupas dan dapat meluas ke
retroperitonium, dapat terjadi obstruksi ureter atau vena kava inferior.
Massa jaringan fibrosis mengelilingi dan menentukan struktur yang di
bungkusnya tetapi tidak menginvasinya. Yang termasuk tumor intra
abdomen antara lain, Tumor hepar, Tumor limpa /lien, Tumor
lambung/usus halus, Tumor colon, Tumor ginjal (hipernefroma), Tumor
pankreas. Pada anak-anak dapat terjadi Tumor wilms (ginjal) (Carpento,
2007).

B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya tumor karena terjadinya pembelahan sel yang
abnormal. Perbedaan sel tumor tergantung dari besarnya penyimpangan
dalam bentuk dan fungsi autonominya dalam pertumbuhan, kemampuanya
mengadakan infiltrasi dan menyebabkan metastasis. Ada beberapa faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya tumor antara lain (William, 2010):
1. Karsinogen
a. Kimiawi
Bahan kimia dapat berpengrauh langsung (karsinogen) atau
memerlukan aktivasi terlebih dahulu (ko-karsinogen) untuk
menimbulkan neoplasi. Bahan kimia ini dapat merupakan bahan
alami atau bahan sintetik/semisintetik. Benzopire suatu pencemar
lingkungan yang terdapat di mana saja, berasal dari pembakaran
tak sempurna pada mesin mobil dan atau mesin lain (jelaga dan
ter) dan terkenal sebagai suatu karsinogen bagi hewan maupun
manusia. Berbagai karsinogen lain antara lain nikel arsen,
aflatoksin, vinilklorida. Salah satu jenis benzo (a) piren, yakni,
hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH), yang banyak ditemukan
di dalam makanan yang dibakar menggunakan arang
menimbulkan kerusakan DNA sehingga menyebabkan neoplasia
usus, payudara atau prostat.
b. Fisik
Radiasi gelombang radioaktif seirng menyebabkan
keganasan. Sumber radiasi lain adalah pajanan ultraviolet yang
diperkirakan bertambah besar dengan hilangnya lapisan ozon
pada muka bumi bagian selatan. Iritasi kronis pada mukosa yang
disebabkan oleh bahan korosif atau penyakit tertentu juga bisa
menyebabkan terjadinya neoplasia.
c. Viral
Dapat dibagi menjadi dua berdasarkan jenis asam
ribonukleatnya; virus DNA serta RNA. Virus DNA yang sering
dihubungkan dengan kanker antara human papiloma virus (HPV),
Epstein-Barr virus (EPV), hepatiti B virus (HBV), dan hepatitis C
virus (HCV). Virus RNA yang karsonogenik adalah human T-cell
leukemia virus I (HTLV-I) .
2. Hormon
Hormon dapat merupakan promoter kegananasan.
3. Faktor gaya hidup
Kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan makan-
makanan yang kurang berserat. Asupan kalori berlebihan, terutama
yang berasal dari lemak binatang, dan kebiasaan makan makanan
kurang serat meningkatkan risiko berbagai keganasan, seperti
karsinoma payudara dan karsinoma kolon.
4. Parasit
Parasit schistosoma hematobin yang mengakibatkan karsinoma
planoseluler.
5. Genetik, infeksi, trauma, hipersensivitas terhadap obat.

C. MANIFESTASI KLINIK
Kanker dini sering kali tidak memberikan keluhan spesifik atau
menunjukan tanda selama beberapa tahun. Umumnya penderita merasa
sehat, tidak nyeri dan tidak terganggu dalam melakukan pekerjaan sehari-
hari. Pemeriksaan darah atau pemeriksaan penunjang umumnya juga tidak
menunjukkan kelainan. Oleh karena itu, American Cancer Society telah
mengeluarkan peringatan tentang tanda dan gejala yang mungkin
disebabkan kanker. Tanda ini disebut “7-danfer warning signals
CAUTION”. Yayasan Kanker Indonesia menggunakan akronim
WASPADA sebagai tanda bahaya keganasan yang perlu dicurigai
(William, 2010).
C = Change in bowel or bladder habit
A = a sore that does not heal
U = unusual bleding or discharge
T = thickening in breast or elsewhere
I = indigestion or difficult
O = obvious change in wart or mole
N = nagging cough or hoarseness
Tumor abdomen merupakan salah satu tumor yang sangat sulit
untuk dideteksi. Berbeda dengan jenis tumor lainnya yang mudah diraba
ketika mulai mendesak jaringan di sekitarnya. Hal ini disebabkan karena
sifat rongga tumor abdomen yang longgar dan sangat fleksibel. Tumor
abdomen bila telah terdeteksi harus mendapat penanganan khusus. Bahkan,
bila perlu dilakukan pemantauan disertai dukungan pemeriksaan secara
intensif. Bila demikian, pengangkatan dapat dilakukan sedini mungkin.
Biasanya adanya tumor dalam abdomen dapat diketahui setelah
perut tampak membuncit dan mengeras. Jika positif, harus dilakukan
pemeriksaan fisik dengan hatihati dan lembut untuk menghindari trauma
berlebihan yang dapat mempermudah terjadinya tumor pecah ataupun
metastasis. Dengan demikian mudah ditentukan pula apakah letak
tumornya intraperitoneal atau retroperitoneal. Tumor yang terlalu besar
sulit menentukan letak tumor secara pasti. Demikian pula bila tumor yang
berasal dari rongga pelvis yang telah mendesak ke rongga abdomen.
Berbagai pemeriksaan penunjang perlu pula dilakukan, seperti
pemeriksaan darah tepi, laju endap darah untuk menentukan tumor ganas
atau tidak. Kemudian mengecek apakah tumor telah mengganggu sistem
hematopoiesis, seperti pendarahan intra tumor atau metastasis ke sumsum
tulang dan melakukan pemeriksaan USG atau pemeriksaan lainnya
(William, 2010).
Tanda dan Gejala :
1. Hiperplasia.
2. Konsistensi tumor umumnya padat atau keras.
3. Tumor epitel biasanya mengandung sedikit jaringan ikat, dan apabila
tumor berasal dari masenkim yang banyak mengandung jaringan ikat
elastis kenyal atau lunak.
4. Kadang tampak hipervaskulari di sekitar tumor.
5. Bisa terjadi pengerutan dan mengalami retraksi.
6. Edema sekitar tumor disebabkan infiltrasi ke pembuluh limfa.
7. Konstipasi.
8. Nyeri.
9. Anoreksia, mual, lesu.
10. Penurunan berat badan.
11. Pendarahan.

D. PATOFISIOLOGI
Tumor adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal di
ubah oleh mutasi genetic dari DNA seluler, sel abnormal ini membentuk
kolon dan berpopliferasi secara abnormal, mengabaikan sinyal mengatur
pertumbuhan dalam lingkungan sekitar sel tersebut. Sel-sel neoplasma
mendapat energi terutama dari anaerob karena kemampuan sel untuk
oksidasi berkurang, meskipun mempunyai enzim yang lengkap untuk
oksidasi.
Susunan enzim sel uniform sehingga lebih mengutamakan
berkembang biak yang membutuhkan energi unruk anabolisme daripada
untuk berfungsi yang menghasilkan energi dengan jalan katabolisme.
Jaringan yang tumbuh memerlukan bahan-bahan untuk membentuk
protioplasma dan energi, antara lain asam amino. Sel-sel neoplasma dapat
mengalahkan sel-sel normal dalam mendapatkan bahan-bahan
tersebut.(Kusuma, Budi drg. 2001).
Ketika dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri invasi,
dan terjadi perubahan pada jaringan sekitarnya. Sel-sel tersebut
menginfiltrasi jaringan sekitar dan memperoleh akses ke limfe dan
pembuluh-pembuluh darah, melalui pembuluh darah tersebut sel-sel dapat
terbawa ke area lain dalam tubuh untuk membentuk metastase
(penyebaran tumor) pada bagian tubuh yang lain. Meskipun penyakit ini
dapat diuraikan secara umum seperti yang telah digunakan, namun tumor
bukan suatu penyakit tunggal dengan penyebab tunggal : tetapi lebih
kepada suatu kelompok penyakit yang jelas dengan penyebab, metastase,
pengobatan dan prognosa yang berbeda.
E. PATHWAY
F. PENATALAKSANAAN
1. Pembedahan
Pembedahan adalah modalitas penanganan utama, biasanya
gasterektomi subtotal atau total, dan digunakan untuk baik pengobatan
maupun paliasi. Pasien dengan tumor lambung tanpa biopsy dan tidak
ada bukti matastatis jauh harus menjalani laparotomi eksplorasi atau
seliatomi untuk menentukan apakah pasien harus menjalani prosedur
kuratif atau paliatif. Komplikasi yang berkaitan dengan tindakan
adalah injeksi, perdarahan, ileus, dan kebocoran anastomoisis (Nuratif,
2015).
2. Radioterapi
Penggunaaan partikel energy tinggi untuk menghancurkan sel-sel
dalam pengobatan tumor dapat menyebabkan perubahan pada DNA
dan RNA sel tumor. Bentuk energy yang digunakan pada radioterapi
adalah ionisasi radiasi yaitu energy tertinggi dalam spektrum
elektromagnetik.
3. Kemoterapi
Kemoterapi sekarang telah digunakan sebagai terapi tambahan
untuk reseksi tumor, untuk tumor lambung tingkat tinggi lanjutan dan
pada kombinasi dengan terapi radiasi dengan melawan sel dalam
proses pembelahan, tumor dengan fraksi pembelahan yang tinggi
ditangani lebih efektif dengan kemoterapi.
4. Bioterapi
Terapi biologis atau bioterapi sebagai modalitas pengobatan
keempat untuk kanker dengan menstimulasi system imun(biologic
response modifiers/BRM) berupa antibody monoclonal, vaksin, factor
stimulasi koloni, interferon, interleukin.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan adalah
(Nuratif, 2015):
1. Radiografi polos atau radiografi tanpa kontras, contoh: X-foto
tengkorak, leher, toraks, abdomen, tulang, mammografi.
2. Radiografi dengan kontras, contoh: Foto Upper Gr, bronkografi,
Colon in loop, kistografi.
3. USG (Ultrasonografi), yaitu pemeriksaan dengan menggunakan
gelombang suara. Contoh: USG abdomen, USG urologi,
mammosografi.
4. CT-scan (Computerized Tomography Scanning), contoh: Scan kepala,
thoraks, abdomen, whole body scan, dll.
5. MRI (Magnetic Resonance Imaging). Merupakan alat scanning yang
masih tergolong baru dan pada umumnya hanya berada di rumah sakit
besar. Hasilnya dikatakan lebih baik dari CT.
6. RIA (Radio Immuno Assay), untuk mengetahui petanda tumor (tumor
marker).

H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Data dasar pengkajian klien :
a. Aktivitas istirahat Gejala : kelemahan dan keletiha
b. Sirkulasi Gejala : palpitasi, nyeri, dada pada pengarahan kerja.
c. Kebiasaan : perubahan pada TD Integritas ejala : alopesia, lesi
cacat pembedahan. Tanda : menyangkal, menarik diri dan marah
d. Eliminasi Gejala : perubahan pada pola defekasi misalnya :
darah pada feces, nyeri pada defekasi. Perubahan eliminasi
urunarius misalnya nyeri atau ras terbakar pada saat berkemih,
hematuria, sering berkemih. Tanda : perubahan pada bising usus,
distensi abdomen.
e. Makanan/cairan. Gejala : kebiasaan diet buruk ( rendah serat,
tinggi lemak, aditif bahan pengawet). Anoreksisa, mual/muntah.
f. Intoleransi makanan Perubahan pada berat badan; penurunan
berat badan hebat, berkuranganya massa otot. Tanda :
perubahan pada kelembapan/tugor kulit, edema.
g. Neurosensori Gejala : pusing, sinkope.
h. Nyeri/kenyamanan. Gejala : tidak ada nyeri atau derajat
bervariasi misalnya ketidaknyamanan ringan sampai berat
(dihubungkan dengan proses penyakit)
i. Pernafasan. Gejala : merokok(tembakau, mariyuana, hidup
dengan sesoramh yang merokok.) Pemajanan asbes.
j. Keamanan. Gejala : pemajanan bahan kimia toksik. Karsinogen
Pemajanan matahari lama/berlebihan. Tanda : demam, ruam kulit,
ulserasi.
k. Seksualitas. Gejala : masalah seksualitas misalnya dampak
pada hubungan perubahan pada tingkat kepuasan. Nuligravida
lebih besar dari usia 30 tahun. Multigravida, pasangan seks
miltifel, aktivitas seksual dini.
l. Interaksi social. Gejala : ketidakadekuatan/kelemahan sotem
pendikung. Riwayat perkawinan ( berkenaan dengan kepuasan
di rumah dukungan, atau bantuan).

2. DIAGNOSA KEPERAWATA
Penentuan diagnosa keperawatan harus berdasarkan analisa data
dari hasil pengkajian, maka diagnosa keperawatan yang ditemukan
di kelompokkan menjadi diagnosa aktual, potensial dan
kemungkinan. (Budianna Keliat, 1994,1). Beberapa diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan tumor
abdomen antara lain :
Pre operasi
a. Nyeri (akut) b/d proses penyakit
b. Ansietas b/d perubahan status kesehatan.
c. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi

Intra opreasi
a. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan efek anestesi
(vasodilatasi)
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan efek anestesi
(melemahkan otot – otot diafragma)
c. Resiko injuri berhubungan dengan proses pembedahan
(penggunaan alat cauther)

Post operasi

a. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan


dengan tindakan pembedahan.
b. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat
tindakan operasi.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi.
d. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat.
e. Kerusakan intregitas kulit/jaringan berhubungan dengan insisi
bedah.

3. PERENCANAAN
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, dibuat rencana tindakan
untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah klien.
(Budianna Keliat, 1994, 16)
Pre operasi
a. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit.
Kemungkinan dibuktikan oleh: keluhan nyeri, respon autonomic
gelisah, perilaku berhati-hati

Hasil yang diharapkan :

1) Melaporkan nyeri yang dirasakan menurun atau menghilang


2) Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan
Intervensi Rasional
Tentukan riwayat nyeri misalnya Informasi memberikan data dasar
lokasi, durasi dan skala. untuk mengevaluasi kebutuhan /
keefektifan intervensi.
Berikan tindakan kenyaman dasar Dapat meningkatkan
misal: massage punggung dan relaksasi
aktivitas hiburan misalnya music.
Dorong penggunaan keterampilan Memungkinkan klien
penggunaan keterampilan untuk berpartisipasi
manajement nyeri misalnya relaksasi secara aktif dalam
napas dalam. meningkatkan rasa
control.
Kolaborasi pemberian analgetik Analgetik dapat
sesuai indikasi. menghambat stimulus
nyeri.

b. Ansietas/cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.


Kemungkinan dibuktikan oleh: peningkatan ketegangan, gelisah,
mengekspresikan masalah mengenai perubahan dalam kejadian
hidup.

Hasil yang diharapkan :

1) Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya


rasa takut
2) Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat
dapat diatasi.
3) Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan
partisipasi aktif dalam pengaturan obat.

Intervensi Rasional
Dorong klien untuk Memberikan kesempatan untuk
mengungkapkan pikiran dan memeriksa takut realistis serta
perasaan kesalahan konsep tentang
diagnosis

Berikan lingkungan terbuka Membantu klien merasa diterima


sehingga klien merasa aman untuk pada kondisinya tanpa perasaan
mendiskusikan perasaannya dihakimi dan meningkatkan rasa
terhormat

Pertahankan kontak sesering Memberikan keyakinan bahwa


mungkin dengan klien. klien tidak sendiri atau ditolak.

Bantu klien/keluarga dalam Dukungan dan konseling sesering


mengenali dan mengklasifikasikan diperlukan untuk memungkinkan
rasa takut untuk memulai individu mengenal dan
mengembangkan strategi koping. menghadapi rasa takut.

Berikan informasi yang akurat Dapat menurunkan ansietas

c. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi

Tujuan : dapat mengungkapkan informasi akurat tentang diagnose


dan aturan pengobatan.

Kriteria Hasil :

1) Pasien paham mengenai penyakitnya


2) Pasien menerima proses pengobatan dengan baik

Intervensi Rasional

Tinjau ulang dengan klien/orang Memvalidasi tingkat pemahaman


tedekat pemahaman diagnose saat ini mengidentifikasi
khusus, alternative pengobatan dan kebutuhan belajar dan
sifat harapan. memberiakan dasar pengobatan
dimana klien membuat keputusan
berdasarkan informasi.

Tentukan persepsi klien tentang Membantu identifiokasi ide, sikap,


kanker dan pengobatan kanker rasa takut, kesalahan konsepsi, dan
kesenjanagan pengetahaun tentang
kanker.

Tinjau ulang aturan pengobatan Meningkatkan kemampuan untuk


khusus dan penggunaan obat yang mengatur perwatan diri dan
dijual bebas. menghindari potensial, komplikasi,
reaksi/interaksi obat.

Tinjau ulang dengan klien/orang Meningkatkan kesejateraan,


terdekat pentingnya memudahkan pemulihan dan
mempertahankan status nutrisi memumgkinkan klien
optimal. mentoleransi pengobatan

Anjurkan meningkatkan masukan Meperbaiki konsistensi feces dan


cairan dan serta dalam diet serta merangsang peristaltic.
latihan teratur.

Intra opresasi

a. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan efek anestesi


(vasokontriksi).

Tujuan : Tidak terjadi penurunan curah jantung

Kriteria hasil :

1) Tekanan darah dalam batas normal


2) tidak terjadi hipotensi.

Rencana tindakan :
Intervensi Rasional

Pantau atau catat kecenderungan Hipotensi dapat terjadi akibat


frekuensi jantung dan tekanan kekurangan cairan dan
darah khususnya terjadinya vasokontriksi pembuluh darah.
hipotensi.

Catat suhu kulit atau warna kulit hangat, merah muda dan
nadi kuat indikator curah
dan kualitas atau kesamaan
jantung adekuat.
nadi perifer.

oksigen tambahan sesuai Meningkatkan oksigenisasi


indikasi maksimal, menurunkan kerja
jantung.

a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan efek anestesi


(relaksasi otot – otot diafragma).
Tujuan : Pola nafas efektif

Kriteria hasil : pola nafas normal (18 – 20 x/menit)/efektif, tidak


terjadi sianosis atau tanda – tanda hipoksia

Rencana tindakan :

1) Pertahankan jalan udara pasien


Rasional : Mencegah obstruksi jalan nafas

2) Catat frekuensi dan kedalaman pernafasan pasien


Rasional : Memastikan efektifitas pernafasan sehingga upaya
memperbaikinya dapat segera dilakukan.
3) Pantau TTV secara terus menerus
Rasional : Meningkatnya pernafasan, takikardi, bradhikardi,
menunjukkan kemungkinan hipoksia

4) Posisikan pasien pada posisi yang sesuai dengan jenis pembedahan


dan anestesi
Rasional : Posisi yang benar akan mendorong ventilasi pada lobus
paru dan menurunkan tekanan pada diafragma
5) Observasi fungsi otot terutama otot pernafasan
Rasional : Obat anestesi dalam proses pembedahan dapat
menimbulkan relaksasi pada otot pernafasan.

b. Risiko injuri berhubungan dengan proses pembedahan (penggunaan


alat cauther).
Tujuan : Cedera tidak terjadi

Kriteria hasil : Meningkatkan keamanan dan menggunakan sumber


– sumber secara tepat

Rencana tindakan :

1. Antisipasi gerakan jalur dan mendukung posisi pasien yang tepat


Rasional : Mencegah tegangan atau dislokalisasi

2. Prosedur operasi
Rasional : pemeriksaan alat – alat elektrik secara periodik penting
dilakukan untuk keamanan pasien dan tindakan operasi

3. Lindungi sekitar kulit dan anatomi yang sesuai menggunakan


handuk basah, spon dan penghentian pendarahan
Rasional : mencegah kerusakan integritas kulit dan beri batasan
perlukaan anatomi pada area operasi

4. Berikan petunjuk yang sederhana dan singkat pada pasien yang


sadar
Rasional : membantu pasien dalam memahami prosedur yang
dilakukan sehingga mengurangi resiko cedera

Post operasi
a. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengan tindakan pembedahan.
Tujuan : Mempertahankan volume cairan adekuat denga membrane
mukosa lembab, turgor kulit dan pengisian kapiler baik tanda vital
stabil dan haluaran urien adekuat.

Intervemsi Rasional
Pantau tanda-tanda vital dengan Tanda-tanda awal hemoragi usus
sering. Periksa balutan luka dan pembentukan hematoma yang
dengan sering selama 24 jam dapat menyebabkan syok
pertama terhadap tanda-tanda hepovelemik.
darah merah terang dan
berlebihan.
Palpasi nadi periver. Evaluasi Memberikan informasi tentang
pengisian kapiler turgor kulit, dan volume sirkulasi umum dan tingkat
status membrane mukosa. hidrasi.

Perhatikan adanya edema. Edema dapat terjadi Karena


perpindahan cairan berkenaan
dengan penurunan kadar albumin
(protein).

Pantau masukan dan haluaran. Indikator langsung dari hidrasi


organ dan fungsi. Memberikan
pedoman untuk penggantian
cairan.

Pantau suhu tubuh. Demam rendah umum selama 24-


48 jam pertama dan dapat
menambah kehilangan cairan.

b. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi.


Tujuan : Resiko infeksi tidak terjadi.

Kriteria : Luka sembuh dengan baik, verband tidak basah dan tidak
ada tanda- tanda infeksi (kalor, dolor, rubor, tumor).

Intervensi Rasional
Kaji tanda-tanda infeksi dan vital Mengetahui tanda-tanda infeksi
sign. dan menentukan intervensi
selanjutnya.
Gunakan tehnik septik dan Dapat mencegah terjadinya
antiseptic. kontaminasi dengan kuman
penyebab infeksi.

Berikan penyuluhan tentang cara Memberikan pengertian kepada


pencegahan infeksi. klien agar dapat mengetahui
tentang perawatan luka.
Penatalaksanaan pemberian obat Obat antibiotik dapat membunuh
antibiotik. kuman penyebab infeksi

3. Nyeri akut berhubungan dengan luka operasi

Tujuan : Nyeri berkurang

Kriteria hasil : Melaporkan nyeri terkontrol , tampak rileks dan


mampu istirahat dengan tepat

Tindakan keperawatan
a. Catat petunjuk non-verbal mislanya gelisah, menolak untuk
bergerak , berhati – hati dengan abdomen.

Rasional : Bahasa tubuh / non-verbal dapat secara psikologis dan


fisiologik dapat digunakan sebagi petunjuk verbal untuk
mengidentifikasi nyeri.

b. Kaji skala nyeri, catat lokasi, karakteristik ( sakal 0-10 )


selidiki dan laporkan perubahan nyeri yang tepat

Rasional : Berguna dalam pengawasan keefektifan obat ,kemajuan


penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2007. Diagnosa keperawatan Aplikasi pada


Praktek Klinik Edisi 6. Jakarta : EGC.Ganong
F. William. 2010. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17.Jakart
Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 2.Jakarta : EGC.
NANDA. 2015. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2015-2017. The
North American Nursing Diagnosis Association. Philadelphia. USA
Nuratif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Cetakan 1.
Yogyakarta : Mediaction
Mentari, Shella. “Laporan Pendahuluan Tumor Intra Abdomen”. 26 April 2017.
https://www.scribd.com/doc/251642221/tumor-abdomen

You might also like