You are on page 1of 95

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENDIDIKAN TERHADAP

TINGKAT KEMISKINAN DI PULAU JAWA


PERIODE 2004 - 2013

PROPOSAL SKRIPSI
diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Studi Ekonomi Pembangunan (S1)
dan mencapai gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Syaiful Anwar Pribadi


NIM 120810101015

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
2017
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENDIDIKAN TERHADAP
TINGKAT KEMISKINAN DI PULAU JAWA
PERIODE 2004 - 2013

SKRIPSI
diajukan guna melengkapai tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Studi Ekonomi Pembangunan (S1)
dan mencapai gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Syaiful Anwar Pribadi


NIM 120810101015

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
2017

ii
PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati dan rasa puji syukur kepada Allah SWT,
atas segala karunia dan nikmat yang telah diberikan-Nya, serta atas seluruh kerja
keras dan pengorbanan yang telah dilakukan, skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Ibunda Kholilah dan Ayahanda Syafiudin tercinta yang telah memberikan doa,
kasih sayang, dukungan, semangat, dan pengorbanan baik moral maupun moril
selama ini;
2. Adikku Kris Dewantoro Pribadi dan Bayu Indriyanto Pribadi yang telah
memberikan motivasi dan dukungan selama ini;
3. Guru – guru sejak Taman Kanak-kanak hingga Perguruan Tinggi terhormat yang
telah memberikan ilmu dan membimbing dengan tulus dan sepenuh hati; serta
4. Almamater Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember.

iii
MOTTO

Tak ada yang dapat dicapai di dunia ini tanpa usaha yang rasional.
(Andrea Hirata, Laskar Pelangi)

Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah
selesai (dari sesuatu urusan) tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).
Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.
(QS. Al-Insyirah, Ayat 6-8)

What people say realistic, may not necessarily the same as what we think. At the end
we will know which one is ourselves, which one is not.
(Dee, Perahu Kertas)

iv
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Syaiful Anwar Pribadi
NIM : 120810101015
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul: “Pengaruh
Pertumbuhan Ekonomi Dan Pendidikan Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Pulau
Jawa Periode 2004 - 2013” adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali jika dalam
pengutipan substansi disebutkan sumbernya, dan belum pernah diajukan pada
institusi manapun, serta bukan karya jiplakan. Saya bertanggungjawab atas
keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung
tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya tekanan
dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika
ternyata di kemudian hari ternyata ini tidak benar.

Jember, 08 Juni 2017

Yang menyatakan,

Syaiful Anwar Pribadi


NIM 120810101015

v
SKRIPSI

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENDIDIKAN


TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PULAU JAWA
PERIODE 2004 - 2013

Oleh

Syaiful Anwar Pribadi


NIM 120810101015

Pembimbing

Dosen Pembimbing I : Prof. Dr. Mohammad Saleh, M.Sc


Dosen Pembimbing II : Dra. Anifatul Hanim, M.Si

vi
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI

Judul Skripsi : Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Pendidikan Terhadap


Tingkat Kemiskinan di Pulau Jawa Periode 2004 - 2013
Nama Mahasiswa : Syaiful Anwar Pribadi
NIM : 120810101015
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Konsentrasi : Ekonomi Sumber Daya Manusia
Tanggal Persetujuan : 08 Juni 2017

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Mohammad Saleh, M.Sc Dra. Anifatul Hanim, M.Si


NIP. 195608311984031002 NIP. 196507301991032001

Mengetahui,
Ketua Jurusan

Dr. Sebastiana Viphindrartin, M.Kes


NIP. 196411081989022001

vii
PENGESAHAN

Judul Skripsi

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENDIDIKAN TERHADAP


TINGKAT KEMISKINAN DI PULAU JAWA
PERIODE 2004 - 2013
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENDIDIK
Yang dipersiapkan dan disusun oleh:
Nama : Syaiful Anwar Pribadi
NIM : 120810101015
Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
telah dipertahankan di depan panitia penguji pada tanggal:
30 September 2016
dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima sebagai kelengkapan guna
memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember.
Susunan Panitia Penguji
1. Ketua : (.........................................)

2. Sekretaris : (.........................................)

3. Anggota : (.........................................)

Mengetahui/Menyetujui,
Universitas Jember
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Dekan,

Dr. Muhammad Miqdad, SE, MM, Ak, CA


NIP. 196306141990021001

viii
Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Pendidikan Terhadap Tingkat Kemiskinan di
Pulau Jawa Periode 2004 - 2013

Syaiful Anwar Pribadi

Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Jember

ABSTRAK

Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara baik negara
maju maupun negara berkembang. Namun, masalah kemiskinan paling besar masih
dihadapi oleh negara-negara yang sedang berkembang. Kemiskinan merupakan
masalah kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan,
antara lain tingkat pendapatan masyarakat, pengangguran, kesehatan, pendidikan,
akses terhadap barang dan jasa, lokasi, geografis, jumlah penduduk, dan lokasi
lingkungan. Pulau Jawa merupakan wilayah yang ada di Indonesia yang terdiri dari
enam Provinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa
Timur, dan Banten. Pulau jawa merupakan daerah dengan perkumpulan wilayah-
wilayah yang masih mendominasi tingkat kemiskinan tertinggi di Indonesia. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis hubungan antara variabel
pertumbuhan ekonomi dan pendidikan terhadap tingkat kemiskinan di Pulau Jawa
dengan menggunakan Fixed Effect Method (FEM). Hasil analisis menunjukkan
bahwa Produk Domestik RegionaL Bruto (PDRB) berpengaruh negatif signifikan
dan variabel Angka Melek Huruf (AMH) berpengaruh negatif signifikan terhadap
tingkat kemiskinan di Pulau Jawa yang terbukti dari nilai alfa kurang dari 0.05.
Implikasi kebijakan yang tepat untuk hasil penelitian ini adalah strategi kebijakan
pengendalian pertumbuhan penduduk melalui Program Keluarga Berencana (KB)
dan pemberlakuan larangan menikah di usia dini. Perbaikan kualitas sumber daya
manusia dilakukan dengan adanya pelatihan skill. Selanjutnya Pemerintah
meningkatkan pertumbuhan PDRB melalui peningkatan investasi yang akan
berdampak pada pertumbuhan jumlah lapangan pekerjaan.

Kata kunci: Kemiskinan, PDRB, Angka Melek Huruf, Pulau Jawa, Fixed Effect.

ix
The Effect of Economic Growth and Education on Poverty Rate in Java Island
Period 2004-2014

Syaiful Anwar Pribadi

Department of Economics and Development Study, Faculty of Economics and


Business, University of Jember

ABSTRACT
Poverty is a problem faced by all countries in both developed and developing
countries. However, the biggest problem of poverty is majority faced by developing
countries. Poverty is a complex issue that is influenced by various interrelated
factors, including the level of society's income, unemployment, health, education,
goods and services access, location, geography, population, and environmental
location. Java is one of island in Indonesia consisting of six Provinces namely
Jakarta, West Java, Central Java, DI Yogyakarta, East Java, and Banten. Java
together with its regions dominates the poverty rate in Indonesia as the highest. The
purpose of this study is to examine and analyze the relationship between economic
and education growth on poverty rate in Java by using Fixed Effect Method (FEM).
The result of the analysis showed that Product Domestik Regional Bruto (GRDP) has
significant negative effect and Literacy variable has significant negative effect on
poverty level in Java which is proven from alpha mark for less than 0.05. The
implication of clear policy for this study are the strategy of controlling population
growth policy through the Family Planning Program (KB) and the enactment of
banning marriage at an early age. Improving the quality of human resources is done
by skill training. Furthermore, the government rises the growth of GRDP through
increasing investment which directly will affect the growth of employment number.

Keywords: Poverty, GDP, Literacy Rate, Java Island, Fixed Effect.

x
RINGKASAN
Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Pendidikan Terhadap Tingkat
Kemiskinan di Pulau Jawa Periode 2004 - 2013; Syaiful Anwar Pribadi;
120810101015; 2017: 72 halaman; Program Studi Ekonomi Pembangunan Jurusan
Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Jember.

Setiap negara berkembang maupun negara maju akan melaksanakan


pembangunan ekonomi dalam rangka terciptanya suatu kehidupan mendatang yang
lebih baik untuk kesejahteraan masyarakatnya. Tujuan dari pelaksanaan
pembangunan ekonomi adalah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat,
memperluas lapangan pekerjaan, pemerataan pembagian pendapatan masyarakat,
meningkatkan hubungan ekonomi regional. Berdasarkan tujuan dari pembangunan
ekonomi, maka salah satu sasaran pembangunan ekonomi adalah mengurangi
tingkat kemiskinan. Kemiskinan menggambarkan suatu keadaan dimana seseorang
kekurangan pendapatan guna memenuhi kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar
seperti pakaian, makanan, tempat tinggal, pendidikan, dan kesehatan. Pulau Jawa
merupakan wilayah yang ada di Indonesia yang terdiri dari enam Provinsi yaitu DKI
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Banten. Pulau
Jawa merupakan daerah dengan perkumpulan wilayah-wilayah yang masih
mendominasi tingkat kemiskinan tertinggi di Indonesia.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh
variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Pulau Jawa. Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah tingkat kemiskinan sedangkan variabel bebas
terdiri dari variabel pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan dengan PDRB dan
variabel pendidikan yang diproyeksikan dengan Angka Melek Huruf. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode Fixed Effect yang merupakan hasil
pemilihan model dari pengujian uji Chow dan uji Hausman. Penelitian ini juga

xi
dilakukan uji asumsi klasik untuk mengetahui sifat dari data yang digunakan dalam
penelitian ini.
Hasil penelitian menyatakan bahwa PDRB berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Pulau Jawa. Artinya bahwa pada saat
pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan maka tingkat kemiskinan di Pulau
Jawa akan menurun dan sebaliknya apabila pertumbuhan ekonomi mengalami
penurunan maka tingkat kemiskinan di Pulau Jawa akan meningkat. Hal tersebut
dikarenakan tingginya pertumbuhan ekonomi mendorong tingginya kegiatan
ekonomi sehingga memicu terbukanya lapangan pekerjaan baru. Tingginya jumlah
lapangan pekerjaan baru, akan memengaruhi tinggi rendahnya permintaan tenaga
kerja yang kemudian berdampak langsung pada pendapatan masyarakat. Semakin
meratanya tingkat pendapatan yang tinggi mencerminkan tingkat kemiskinan yang
rendah dalam suatu wilayah.
Hasil penelitian juga menyatakan bahwa Angka Melek Huruf berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Pulau Jawa. Artinya bahwa
pada saat Angka Melek Huruf mengalami peningkatan maka tingkat kemiskinan di
Pulau Jawa akan menurun dan sebaliknya apabila Angka Melek Huruf mengalami
penurunan maka tingkat kemiskinan di Pulau Jawa akan meningkat. Hal tersebut
dikarenakan kualitas sumberdaya manusia memengaruhi permintaan tenaga kerja.
Perusahaan membutuhkan SDM yang mempunyai kualitas dan keterampilan yang
baik sehingga masyarakat yang kualitas rendah tidak akan mampu bersaing dalam
dunia kerja sehingga dapat memicu pengangguran dan berakhir pada kemiskinan.
Implikasi kebijakan yang tepat untuk hasil penelitian ini adalah strategi
kebijakan pengendalian pertumbuhan penduduk melalui Program Keluarga
Berencana (KB) dan pemberlakuan larangan menikah di usia dini. Pengendalian
fertilitas akan mengurangi jumlah angkatan kerja dan secara langsung akan
berdampak pada berkurangnya jumlah pengangguran. Perbaikan kualitas sumber
daya manusia dilakukan dengan adanya pelatihan skill. Selanjutnya Pemerintah

xii
meningkatkan pertumbuhan PDRB melalui peningkatan investasi yang akan
berdampak pada pertumbuhan jumlah lapangan pekerjaan.

PRAKATA

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat, karunia,
dan hidayah-Nya serta sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Baginda
Rasulullah Muhammad SAW atas petunjuknya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan
Pendidikan Terhadap Tingkat Kemiskinan di Pulau Jawa Periode 2004-2013”.
Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Pendidikan
Strata Satu (S1) pada Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik dalam
bentuk kritik, saran, nasehat, maupun motivasi. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Mohammad Saleh M.Sc selaku Dosen Pembimbing I yang telah
bersedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan sabar dalam memberikan
bimbingan, kritik, dan saran dengan sepenuh hati dalam penulisan skripsi ini;
2. Ibu Dra. Anifatul Hanim, M.Si selaku Dosen Pembimbing II dan selaku Ketua
Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
yang telah sabar membimbing, memberikan saran, dan memberikan arahan
dalam penyusunan skripsi ini;
3. Ibu Fivien Muslihatinningsih S.E, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah membimbing penulis selama menjadi mahasiswa di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember;
4. Ibu Dr. Sebastiana Viphindrartin, M.Kes selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi
dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis;

xiii
5. Bapak Dr. Muhammad Miqdad, SE, MM, Ak, CA selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember;
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen beserta staff di Lingkungan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Jember;
7. Ibunda Kholilah dan Ayahanda Syafiudin, terimakasih yang tak terhingga atas
doa yang selalu mengalir, kasih sayang, semangat, nasehat, kesabaran dan kerja
keras baik material maupun non material yang telah diberikan kepada penulis
selama ini;
8. Adikku Kris Dewantoro Pribadi dan Bayu Indriyanto Pribadi serta Keluarga
Besar Sanitrah yang telah memberikan semangat dan dukungan serta canda
tawanya selama ini;
9. Sahabat – sahabatku tercinta Romi, Gagah, Rois, Faisal, Farid, Jawat, Anshori,
Soheb, Solihin, Antok, Robbi, Joko yang telah banyak memberikan semangat,
bantuan, dan cerita dalam hidup penulis;
10. Saudara - saudaraku tersayang Mahapena Angkatan 32 (Mas Dimas, Mas Jarot,
Mas Gopar, Mas Anang) Angkatan 33 (Mas Della, Mas Lutfi, Mas Kukuh, Mas
Inung, Mbak Vania, Mbak Nisa), Angkatan 34 (Mbak Ikak, Mbak Evi, Mbak
Rindang), Angkatan 35 (Mas Temon, Mas Teguh, Mas Ilham, Mas Catur, Mas
Heldy, Mas Rendi, Mas Ave, Mas Priyo, Mbak Yuli), Angkatan 36 Terbaik
(Debi Apriliana, Mariana Yunitasari, Selly Ringgit Ganarsih, Imam Baladin,
Irham Nur Fadil, Robi Hidayat, Sulvin Zulkarnain, Miftahul Walid, Rezha
Pahlevi, Eko Prasetianto Nugroho, Badara Shofi Dana, Lukman Hakim, Imam
Syafi’i, Sukron Arijal, Iwan Akbar Iwanda), Angkatan 37 (Ade, Alfath, Arleng,
Nukek, Aziz, Ridwan, Agil, Anis, Asfi, Endah, Iis, Zefanya), Angkatan 38
(Abid, Dani, Dhamas, Holil, Misbah, Taufik, Hilda, Livia, Karlina, Prista,
Soimah, Yulita), Angkatan 39 (Alan, Alief, Alfian, Akmel, Fahrizal, Haqi, Auro,
Dona, Ejak, Mia, Nana, Renita, Riska), Anggota Muda 40 dan seluruh Keluarga
Besar UKM Mahapena Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember yang

xiv
selama ini telah memberikan banyak ilmu, cerita, kasih sayang, rasa
keluarganya, pengalaman hidup, dan tempat untuk berbagi keluh kesah, tempat
belajar menghargai waktu, dan tempat belajar menghargai dan menyayangi;
11. Keluarga Reborn Adventure, Om Aries Moehadi, Tante Retno, Mbak Sylvie
Maulidya, Rizky, Winda, Vivi, Nanik, Renita, Rommy Erzal Ardiansyah, Agil
Al Ramadhan, Sulvin Zulkarnaen, dan Noviana yang sudah banyak membantu
penulis baik dalam hal motivasi maupun penyediaan sarana dan prasarana dalam
menyelesaikan penelitian ini.
12. Keluargaku KKN Tematik Posdaya Kelompok 55 Gelombang I Tahun
2015/2016, Yude, Irfangi, Bayhaqi, Huda, Putri, Radya, Ulfah, Zunia dan Ocik
yang telah memberikan tambahan kasih sayang kepada penulis selama
menjalankan pengabdian;
13. Keluarga Besar Alumni SDN Lawangan Daya 03, Alumni SMPN 05
Pamekasan, Alumni SMAN 05 Pamekasan yang telah banyak memberikan
warna kehidupan, senyuman, kelucuan, dan kekeluargaan selama penulis
menjadi pelajar dan mahasiswa;
14. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini
yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan banyak
terimakasih.
Penulis berharap semoga Allah membalas segala kebaikan dan bantuan seluruh
pihak-pihak yang telah bersedia membantu. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik dan saran
sangat dibutuhkan dalam penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat dan dapat memberikan tambahan ilmu bagi semua pihak.

Jember, Juni 2017 Penulis

xv
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL .............................................................................. i
HALAMAN JUDUL ................................................................................. ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... iii
HALAMAN MOTTO ............................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................... v
HALAMAN PEMBIMBING SKRIPSI .................................................. vi
HALAMAN TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI ................................ vii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... viii
ABSTRAK ................................................................................................. ix
ABSTRACT ................................................................................................ x
RINGKASAN ............................................................................................ xi
PRAKATA ................................................................................................. xiii
DAFTAR ISI .............................................................................................. xvi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xx
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xxi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xxii
BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................ 7
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori .................................................................. 8
2.1.1 Pengertian dan Ciri-ciri Kemiskinan ............................ 8

xvi
2.1.2 Jenis – Jenis Kemiskinan............................................... 9
2.1.3 Penyebab Kemiskinan................................................... 10
2.1.4 Konsep Lingkaran Setan Kemiskinan........................... 10
2.1.5 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi................................ 11
2.1.6 Pertumbuhan Ekonomi Adam Smith…………………. 13
2.1.7 Teori Pertumbuhan Ekonomi Abramovits Sollow…… 13
2.1.8 Teori Pertumbuhan Endogen......................................... 14
2.1.9 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). 14
2.1.10 Teori Pendidikan…………………………………… 15
2.1.11 Angka Melek Huruf………………………………… 17
2.2 Studi Terdahulu ................................................................. 18
2.3 Kerangka Konseptual ....................................................... 20
2.4 Hipotesis Penelitian ............................................................ 22
BAB 3. METODE PENELITIAN ........................................................ 23
3.1 Jenis Penelitian ................................................................... 23
3.2 Jenis dan Sumber Data ...................................................... 23
3.3 Metode Analisis Data ......................................................... 23
3.3.1 Fixed Efect Method (FEM) .......................................... 25
3.3.2 Random Effect Method ................................................. 26
3.4 Pemilihan Model Pengolahan Data ................................... 26
3.4.1 Hausman Test .............................................................. 26
3.5 Uji Asumsi Klasik ............................................................... 26
3.5.1 Uji Normalitas............................................................. 26
3.5.2 Uji Multikolinearitas................................................... 27
3.5.2 Uji Autokorelasi ......................................................... 27
3.5.3 Uji Heterokedastisitas ................................................. 28
3.6 Pengujian Statistik .............................................................. 29
3.6.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ............................... 29

xvii
3.6.2 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) ............. 30
3.6.3 Uji Koefisien Determinasi Berganda (R2 ) .................. 31
3.7 Definisi Operasional Variabel ............................................ 32
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 33
4.1 Gambaran Umum Astronomi dan Administratif
Wilayah Pulau Jawa............................................................ 33
4.2 Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Pulau Jawa........ 34
4.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Pulau Jawa... 38
4.4 Perkembangan Angka Melek Huruf di Pulau Jawa......... 42
4.5 Hasil Analisis ....................................................................... 43
4.5.1 Hasil Pemilihan Model Terbaik Regresi Data
Panel dengan Uji Chow ........................................... 43
4.5.2 Hasil Pemilihan Model Terbaik Regresi Data Panel
dengan Uji Hausman .............................................. 44
4.5.3 Hasil Estimasi Metode Regresi Data Panel ............. 45
4.7 Hasil Uji Asumsi Klasik ..................................................... 49
4.7.1 Uji Normalitas ......................................................... 49
4.7.2 Uji Multikolinearitas............................................ 49
4.7.3 Hasil Uji Autokorelasi ............................................. 50
4.7.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................... 51
4.8 Hasil Pengujian Statistik .................................................... 52
4.8.1 Hasil Uji Signifikansi Parameter Serempak (Uji F) . 53
4.8.2 Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t).. 53
4.8.3 Hasil Uji Koefisien Determinasi Berganda (𝑅 2 )...... 53
4.9 Pembahasan ........................................................................ 54
4.9.1 Hubungan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat
Kemiskinan di Pulau Jawa........................................ 54
4.9.2 Hubungan Pendidikan Terhadap Tingkat Kemiskinan

xviii
Di Pulau Jawa........................................................... 56
BAB 5. PENUTUP .................................................................................. 58
5.1 Kesimpulan ......................................................................... 58
5.2 Saran .................................................................................... 58
DAFTAR BACAAN ............................................................................... 60

xix
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1 Tabel Pengujian Durbin Watson ......................................... 28
Tabel 3.2 Kriteria Keputusan Pengujian Durbin Watson .................... 29
Tabel 4.1 Jumlah Kabupaten, Kota, dan Luas Wilayah Provinsi di
Pulau Jawa ………………………………………………... 33
Tabel 4.2 Peringkat Tingkat Kemiskinan Provinsi-Provinsi di Pulau
Jawa dan Indonesia ……………………………………..… 36
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Uji Chow ................................................... 43
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Uji Hausman ............................................. 44
Tabel 4.5 Hasil Estimasi Metode Regresi Data Panel Fixed Effect ... 45
Tabel 4.6 Hubungan Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat
Serta Signifikansinya ........................................................... 46
Tabel 4.7 Hasil Estimasi Fixed Effects Cross ..................................... 47
Tabel 4.8 Tabel Hasil Normalitas ........................................................ 49
Tabel 4.9 Tabel Hasil Uji Multikolinearitas ........................................ 50
Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi ......................................................... 50
Tabel 4.11 Keputusan Uji Durbin Watson ............................................ 51
Tabel 4.12 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Park ................... 52

xx
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1.1 Persentase Jumlah Penduduk Miskin Di Pulau Jawa .................... 2
Gambar 1.2 Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi-Provinsi di Pulau Jawa.......... 4
Gambar 1.3 Perkembangan Angka Melek Huruf di Pulau Jawa …………….. 5
Gambar 2.1 Konsep Lingkaran Setan Kemiskinan (Vicious Circle Nurkse)…. 11
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual..................................................................... 21
Gambar 4.1 Persentase Tingkat Kemiskinan di Pulau Jawa dan Indonesia...... 35
Gambar 4.2 Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi di Pulau Jawa........ 36
Gambar 4.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan Provinsi
di Pulau Jawa ............................................................................... 39
Gambar 4.4 Perkembangan Angka Melek Huruf Indonesia dan Provinsi di
Pulau Jawa.................................................................................... 42

xxi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran A. Data Tingkat Kemiskinan di Pulau Jawa ............................ 64
Lampiran B. Data Tingkat DPRB di Pulau Jawa ..................................... 65
Lampiran C. Data Angka Melek Huruf di Pulau Jawa …......................... 66
Lampiran D. Hasil Pengujian Uji Chow ................................................... 67
Lampiran E. Hasil Pengujian Uji Hausman ............................................. 68
Lampiran F. Hasil Regresi Menggunakan Metode Fixed Effect .............. 69
Lampiran G. Hasil Pengujian Normalitas ................................................. 70
Lampiran H. Hasil Pengujian Multikolinearitas........................................ 71
Lampiran I. Hasil Pengujian Heterokedastisitas Menggunakan Uji Park . 72

xxii
1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap negara berkembang maupun negara maju akan melaksanakan
pembangunan ekonomi dalam rangka terciptanya suatu kehidupan mendatang yang
lebih baik untuk kesejahteraan masyarakatnya. Tujuan dari pelaksanaan
pembangunan ekonomi adalah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat,
memperluas lapangan pekerjaan, pemerataan pembagian pendapatan masyarakat,
meningkatkan hubungan ekonomi regional (Husen, 2011). Berdasarkan tujuan dari
pembangunan ekonomi, maka salah satu sasaran pembangunan ekonomi adalah
mengurangi tingkat kemiskinan (Prastyo, 2010). Menurut Mubyarto dalam Amalia
(2012) kemiskinan menggambarkan suatu keadaan dimana seseorang kekurangan
pendapatan guna memenuhi kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar seperti pakaian,
makanan, tempat tinggal, pendidikan, dan kesehatan.
Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara baik
negara maju maupun negara berkembang. Namun, masalah kemiskinan paling besar
masih dihadapi oleh negara-negara yang sedang berkembang. Kemiskinan
merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling
berkaitan, antara lain tingkat pendapatan masyarakat, pengangguran, kesehatan,
pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi, geografis, jumlah penduduk, dan
lokasi lingkungan (Amalia, 2012). Pengukuran kemiskinan dalam suatu daerah dapat
menggunakan perhitungan dari persentase penduduk miskin terhadap total
penduduk (Badan Pusat Statistik, 2016).
Pulau Jawa merupakan wilayah yang ada di Indonesia yang terdiri dari enam
Provinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur,
dan Banten. Pulau Jawa merupakan daerah dengan perkumpulan wilayah-wilayah
yang masih mendominasi tingkat kemiskinan tertinggi di Indonesia (Datin Indonesia,
2

2004-2012). Berikut ini detail tingkat kemiskinan di Pulau Jawa dapat dilihat pada
Gambar 1.1.

Banten 7.7

Jawa Timur 17.2

DI Yogyakarta 17.6

Jawa Tengah 18.3

Jawa Barat 12.1

DKI Jakarta 3.9

0.0 5.0 10.0 15.0 20.0


Persentase jumlah penduduk miskin (%)

Gambar 1.1 Rata-Rata Persentase Jumlah Penduduk Miskin Di Pulau Jawa Tahun 2004-
2013 (Sumber: Datin Kinerja Pembangunan Indonesia, 2013, diolah)

Gambar 1.1. menunjukkan bahwa beberapa provinsi di Pulau Jawa tingkat


kemiskinannya masih terbilang tinggi. Rata-rata tingkat kemiskinan tertinggi tahun
2004-2013 berada di Provinsi Jawa Tengah dengan presentase sebesar 18,3 persen.
Bahkan tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah berada diatas rata-rata tingkat
kemiskinan nasional (Datin Pembangunan, 2013). Tingkat kemiskinan tertinggi
selanjutnya diduduki oleh DI Yogyakarta dan Jawa Timur yang masing-masing
sebesar 17,6 persen dan 17,2 persen. Tingkat kemiskinan di JawaTimur, DI
Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Barata memiliki angka yang masih terbilang
tinggi karena tergolong hard core (>10persen) yang mengindikasikan kebijakan
pengentasan kemiskinan yang dijalankan pemerintah provinsi masih belum berjalan
dengan optimal.
3

Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan adalah


pertumbuhan ekonomi. Maka dari itu salah satu tujuan pembangunan ekonomi yang
dilakukan oleh negara berkembang bertujuan untuk peningkatan pertumbuhan
ekonomi sebagai sarana mengurangi jumlah kemiskinan. Salah satu indikator untuk
mengetahui tercapainya proses pembangunan ekonomi adalah dengan melihat
pertumbuhan ekonomi suatu negara (Mankiw, 2007:182). Pertumbuhan ekonomi
merupakan syarat keharusan yang digunakan dalam proses penurunan tingkat
kemiskinan dalam suatu daerah karena pertumbuhan ekonomi sangat efektif dalam
pengurangan jumlah kemiskinan (Siregar dan Wahyuniarti, 2006). Pertumbuhan
ekonomi memperlihatkan bagaimana suatu perekonomian memberikan suatu
tambahan pendapatan dalam masyarakat pada suatu periode tertentu dengan
menggunakan faktor-faktor produksi dalam menghasilkan suatu output
(Setyopurwanto dan Pudjihardjo, 2013). Indikator suatu daerah untuk melihat
pertumbuhan ekonomi daerahnya dilihat dari jumlah Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) yang dihasilkan setiap tahun (Rizki et al., 2016). Pertumbuhan
ekonomi suatu wilayah dapat dikatakan berhasil apabila laju pertumbuhan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) lebih tinggi dari laju pertumbuhan
penduduk wilayah yang bersangkutan (Aimon, 2012). Pulau Jawa memiliki laju
pertumbuhan PDRB yang terus mengalami peningkatan pada tahun 2004-2013
dengan rata-rata laju pertumbuhan yang hampir sama. Detail laju pertumbuhan
PDRB di Pulau Jawa dapat dilihat pada Gambar 1.2
4

Laju Pertumbuhan PDRB (%)


8.0
7.0
6.0 DKI Jakarta

5.0 Jawa Barat


Jawa Tengah
4.0
DI Yogyakarta
3.0
Jawa Timur
2.0 Banten
1.0
0.0
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Gambar 1.2 Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi-Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2004-2013
(Sumber: Badan Pusat Statistika Indonesia, 2013, diolah)

Gambar 1.2 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan PDRB Provinsi-Provinsi di Pulau


Jawa mengalami pertumbuhan yang relatif naik dengan trend yang naik turun. Rata-
rata pertumbuhan PDRB tertinggi tahun 2004-2013 ditempati oleh Provinsi Jawa
Timur dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 6,2 persen. Kemudian rata-rata
tertinggi selanjutnya ditempati oleh Provinsi DKI Jakarta sebesar 6,1 persen
kemudian Jawa Barat sebesar 5,8 persen Banten sebesar 5,8 persen Jawa Tengah
sebesar 5,6 persen dan DI Yogyakarta sebesar 4,8 persen. Pada tahun 2009 terjadi
penurunan laju pertumbuhan untuk semua Provinsi, hal tersebut dikarenakan pada
tahun 2008-2009 terjadi adanya krisis global yang menyebabkan kekacauan ekonomi
di Indonesia (Nizar, 2013 ).
Faktor selanjutnya yang dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan adalah
pendidikan. Semakin tinggi pendidikan atau pengetahuan manusia maka
kemampuan manusia dalam menggunakan teknologi dan faktor – faktor produksi
akan lebih efesien serta produktivitas masayarakat akan meningkat yang kemudian
menyebabkan pendapatan perkapita naik dan berpengaruh pada pengurangan jumlah
penduduk miskin dengan kenaikan pendapatan perkapita (Kodar, 2014). Indikator
pengukuran dalam bidang pendidikan dapat dilihat dari tingkat angka melek huruf
5

(AMH) suatu wilayah. Detail tingkat angka melek huruf Provinsi-Provinsi di Pulau
Jawa dapat dilihat pada Gambar 1.3

Tingkat Angka Melek Huruf (%)


105.0

100.0
DKI Jakarta
95.0 Jawa Barat

90.0 Jawa Tengah

DI Yogyakarta
85.0
Jawa Timur
80.0
Banten
75.0
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Gambar 1.3 Perkembangan Angka Melek Huruf Provinsi-Provinsi di Pulau Jawa Tahun
2004-2013 (Sumber: Datin Kinerja Pembangunan Indonesia, 2013, diolah)

Gambar 1.3 menunjukkan bahwa tingkat angka melek huruf Provinsi di


Pulau Jawa mengalami kenaikan hingga periode 2013 dengan trend yang naik turun.
Rata-rata pertumbuhan tingkat AMH tertinggi di tempati oleh Provinsi DKI Jakarta
dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 98,8 persen. Sedangkan tingkat angka melek
huruf terendah berada di Provinsi Jawa Tengah sebesar 89,2%. Maka dari itu,
Pemerintah perlu melakukan berbagai kebijakan guna peningkatan pendidikan
masyarakatnya agar tingkat kemiskinan dapat dikurangi.
Beberapa penelitian juga mendukung bahwa adanya pengaruh pertumbuhan
ekonomi, pengangguran, dan pendidikan terhadap tingat kemiskinan. Seperti
penelitian yang dilakukan Nugroho (2015) Pengaruh PDRB, Tingkat Pendidikan,
Dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan Di Kota Yogyakarta Tahun 1999-2011,
dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa PDRB dan tingat pendidikan
berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan sedangkan pengangguran
berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan. Sari dan Ekaputri (2014) Analisis
6

Pengaruh Jumlah Penduduk, PDRB, dan Jumlah Pengangguran Terhadap


Kemiskinan Di Kota Bengkulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah
penduduk dan pengangguran berpengaruh positit terhadap tingkat kemiskinan
sedangkan PDRB berpengaruh negati terhadap tingkat kemiskinan. Faturrohmin
(2011) Pengaruh PDRB, Angka Melek Huruf dan Angka Harapan Hidup Terhadap
Tingkat Kemiskinan Di Jawa Tengah. Hasil analisis menunjukkan bahwa PDRB,
angka melek huruf, dan angka harapan hidup berpengaruh negatif terhadap tingkat
kemiskinan.
Berdasarkan adanya perbedaan kondisi tingkat kemiskinan, pertumbuhan
ekonomi, tingkat pengangguran dan angka melek huruf di Provinsi-Provinsi Pulau
Jawa, maka penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi,
jumlah penduduk, dan pendidikan terhadap tingat kemiskinan di Provinsi DKI
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Banten pada
periode 2004-2013.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas maka rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Seberapa besar pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di
Pulau Jawa pada periode 2004-2013?
2. Seberapa besar pengaruh pendidikan terhadap tingkat kemiskinan di Pulau Jawa
pada periode 2004-2013?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan sebelumnya, maka tujuan
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap
tingkat kemiskinan di Pulau Jawa pada periode 2004-2013.
7

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pendidikan terhadap tingkat


kemiskinan di Pulau Jawa pada periode 2004-2013.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang sebelumnya, mengenai kondisi tingkat
kemiskinan dan faktor-faktor yang mempengaruhi di Pulau Jawa maka dari itu hasil
penelitian diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Hasil dari penelitian dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu
pengetahuan bagi mahasiswa jurusan ilmu ekonomi.
2. Penelitian ini merupakan bentuk pengujian atas teori yang diperoleh sehingga
diharapkan mampu memberikan manfaat dalam penambahan ilmu
pengetahuan mahasiswa jurusan ilmu ekonomi.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Dapat digunakan untuk menambah informasi mengenai hubungan tingkat
kemiskinan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di Pulau Jawa
2. Dapat digunakan sebagai bahan referensi tambahan bagi pihak yang memiliki
kepentingan penelitian yang sama.
3. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pihak pembuat kebijakan untuk
menetapkan kebijakan yang lebih baik.
8

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian dan Ciri-ciri Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan terjadinya ketidakmampuan untuk memenuhi
kebutuhan pokok seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, pendidikan, dan
kesehatan (Ramdani, 2015). Kemiskinan menurut Suparlan (1984:12) adalah suatu
standar tingkat hidup yang rendah yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi
pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang
umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Standar kehidupan yang
rendah ini secara langsung dapat berpengaruh terhadap kesehatan, kehidupan moral
dan harga diri dari seseorang. Kemiskinan adalah situasi yang serba terbatas
yang terjadi bukan atas kehendak orang yang bersangkutan. Suatu penduduk
dikatakan miskin bila ditandai oleh rendahnya tingkat pendidikan, produktivitas
kerja, pendapatan, kesehatan dan gizi serta kesejahteraan hidupnya, yang
menunjukkan lingkaran ketidakberdayaan. Kemiskinan bisa disebabkan oleh
terbatasnya sumber daya manusia yang ada, baik lewat jalur pendidikan
formal maupun nonformal yang pada akhirnya menimbulkan konsekuensi
terhadap rendahnya pendidikan informal (Supriatna, 1997:90).
Golongan miskin adalah mereka yang berpendapatan rendah karena
rendahnya produktifitas, dimana rendahnya tingkat produktifitas disebabkan
karena tidak memiliki asset produksi dan rendahnya jasmani dan rohani (Salim,
1984:61). Maka secara umum, kemiskinan merupakan suatu ketidakmampuan
seseorang untuk memenuhi kebutuhan fisik dan non fisik dalam kehidupannya
(Tjiptoherijanto, 1997:76). Terdapat beberapa ciri-ciri masyarakat yang dapat
dikatakan miskin menurut Ismail (1999:3) adalah sebagai berikut:
9

1. Pekerjaan yang menjadi mata pencarian mereka umumnya merupakan


pekerjaan yang menggunakan tenaga kasar.
2. Nilai pendapatan mereka lebih rendah jika dibandingkan dengan jumlah jam
kerja yang mereka gunakan.
3. Nilai pendapatan yang mereka terima umumnya habis untuk membeli
kebutuhan pokok sehari-hari.
4. Adanya ketidakmampuan dana untuk memenhi kebutuhan rekreasi,
pengobatan, biaya perumahan, penambahan jumlah pakaian.

2.1.2 Jenis – Jenis Kemiskinan


Beberapa bentuk kemiskinan, berdasarkan jenisnya dapat dibedakan
menjadi dua yaitu sebagai berikut (Sudarwati, 2009:25):
a. Kemiskinan relatif adalah kemiskinan yang dilihat berdasarkan perbandingan
antara suatu tingkat pendapatan dengan tingkat pendapatan yang lainnya.
Contohnya: seseorang yang tergolong kaya (mampu) pada suatu daerah tertentu
bisa jadi yang termiskin di daerah lainnya.
b. Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang diderita seseorang atau keluarga
apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan serta pendapatan
mereka tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum seperti
pangan, sandang, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang diperlukan untuk
bisa hidup dan bekerja.
Jadi perbedaan antara kemiskinan relatif dan kemiskinan absolut terletak pada
standar penilaiannya dimana kemiskinan relatif ditentukan secara subyektif oleh
masyarakat setempat. Sedangkan untuk standar penilaian kemiskinan absolut
ditentukan dari kehidupan minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
dasar yang diperlukan, baik makanan maupun non makanan berdasarkan garis
kemiskinan.
10

2.1.3 Penyebab Kemiskinan


Menurut Todaro dan Smith (2006:232) tinggi rendahnya tingkat
kemiskinan di suatu negara tergantung pada dua faktor utama, yaitu tingkat
pendapatan nasional rata-rata dan tingkat kesenjangan distribusi pendapatan.
Selanjutnya, menurut Jhingan (2012:16), terdapat tiga penyebab dan akibat yang
saling terkait pada kemiskinan pada negara berkembang yaitu:
a. Prasarana pendidikan yang tidak memadai sehingga menyebabkan tingginya
penduduk buta huruf dan tidak memiliki keterampilan dan keahlian.
b. Sarana kesehatan dan pola konsumsi buruk sehingga hanya sebagian kecil
penduduk yang bisa menjadi tenaga kerja produktif
c. Penduduk terkonsentrasi di sektor pertanian dan pertambangan dengan metode
produksi yang telah lama dan ketinggalan.
Sementara itu menurut Sharp et al. dalam (Kuncoro, 2010:173-191)
mengidentifikasikan penyebab kemiskinan diukur dari sisi ekonomi :
1) Kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan
sumberdaya yang menyebabkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk
miskin hanya memiliki sumberdaya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya
rendah.
2) Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumberdaya manusia.
Kualitas sumberdaya manusia yang rendah berdampak pada produktivitas yang
rendah dan kemudian mengakibatkan upah yang diterima juga rendah.
Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini karena rendahnya pendidikan,
nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau karena keturunan.
3) Kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal.

2.1.4 Konsep Lingkaran Setan Kemiskinan


11

Teori lingkaran setan kemiskinan ditemukan oleh Ragnar Nurkse, dimana dia
mengatakan: “a poor country is poor because it is poor”. Menurut Nurkse,
penyebab kemiskinan suatu wilayah ini berkonsep pada teori lingkaran setan
kemiskinan (vicious circle poverty). Lingkaran setan kemiskinan adalah deretan
melingkar kekuatan-kekuatan yang satu sama lain bereaksi sedemikian rupa
sehingga menempatkan suatu negara miskin berada dalam keadaan melarat.
Penyebab kemiskinan pada konsep lingkaran setan kemiskinan bersumber dari
adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal
menyebabkan rendahnya produktivitas. Rendahnya produktivitas mengakibatkan
rendahnya pendapatan yang diterima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi
pada rendahnya tabungan dan investasi. Rendahnya investasi berakibat pada
keterbelakangan, ketertinggalan, yang kemudian menyebabkan kemiskinan
(Kuncoro, 1997:132). Konsep lingkaran setan kemiskinan dapat dilihat pada
Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Konsep Lingkaran Setan Kemiskinan (Vicious Circle Nurkse). (Sumber:
Kuncoro, 2010)

2.1.5 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi


12

Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai peningkatan kemampuan dari


suatu perekonomian dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa.
Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting dalam
melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara.
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekomian akan
menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu
(Sukirno, 2006:423). Menurut Simon Kuznets dalam Jhingan (2003:57)
pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari
suatu Negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi
kepada penduduknya. Kemampuan ini dalam arti kenaikan kapasitas itu
sendiri di tentukan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian
teknologi, institusional, dan ideologi terhadap berbagai keadaan yang ada.
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai ke-naikan GDP tanpa memandang apakah
kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau
apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak (Arsyad, 1997:13). Semakin
cepat laju pertumbuhan ekonomi maka merepresentasikan distribusi pendapatan
kepada rumah tangga faktor produksi mengalami perbaikan. Pertumbuhan
ekonomi yang tinggi merupakan gambaran terhadap kesejahteraan faktor
produksi, dimana semakin tinggi pertumbuhan ekonomi, maka semakin tinggi
produktivitas faktor produksi dan semakin tinggi upah yang diterima para pekerja
yang kemudian berdampak pada peningkatan kesejahteraan dan penurunan
kemiskinan (Ramdani, 2015).
Menurut Mankiw (2007:182) pertumbuhan ekonomi merupakan indikator
untuk mengetahui seberapa besar keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara
dan sebagai penentu adanya kebijakan pembangunan selanjutnya. Suatu negara
dapat dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi kenaikan
pendapatan nasional dan peningkatan output. Kenaikan pendapatan nasional ini
dapat dilihat dari besarnya jumlah Produk Domestik Bruto (PDB) yang dihasilkan
13

setiap tahun. Bagi suatu daerah untuk melihat pendapatan daerahnya dilihat dari
jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dihasilkan setiap tahun.

2.1.6 Pertumbuhan Ekonomi Adam Smith


Adam Smith (1729-1790) merupakan tokoh utama dari aliran ekonomi yang
dikenal dengan aliran klasik. Smith menganggap bahwa manusia sebagai faktor
produksi utama yang menentukan kemakmuran bangsa-bangsa (Subri, 2003:4).
Adam Smith mengemukakan tiga unsur utama dalam proses pertumbuhan, yaitu
sebagai berikut:
(i) Sumber daya manusia, yaitu pertambahan jumlah penduduk.
(ii) Pertambahan dalam persediaan barang modal (akumulasi modal) karena
tabungan masyarakat diinvestasikan oleh para pemilik modal dengan harapan
memperoleh keuntungan.
(iii) Spesialisasi dan pembagian kerja disertai perluasan pasar dan perkembangan
perdagangan dalam negeri maupun internasional (Widjajanta, 2007:5-6).
Dalam teori pertumbuhan klasik mereka memiliki asumsi bahwa luas tanah
dan kekayaan alam jumlah tetap dan tidak adanya perubahan teknologi.
Berdasarkan asumsi tersebut, maka terdapat adanya pengaruh pertambahan
penduduk terhadap produksi nasional dan pendapatan. Pada saat jumlah penduduk
rendah maka kekayaan alam relatif berlebihan, dan tingkat pengembalian modal
dari investasi akan tinggi. Hal ini menyebabakan keuntungan yang meningkat bagi
para pengusaha. Namun, jika penduduk bertambah tinggi, produktifitas setiap
penduduk akan negatif, maka kemakmuran masyarakat akan meningkat (Sukirno,
2008:433).

2.1.7 Teori Pertumbuhan Ekonomi Abramovits Sollow


Pertumbuhan ekonomi bergantung pada perkembangan faktor-faktor
produksi. Model pertumbuhan Sollow merupakan pengembangan dari formulasi
14

pertumbuhan Harrord-Domar dengan menambahkan faktor tenaga kerja dan


teknologi ke dalam persamaan pertumbuhan (growth equation). Berdasarkan teori
ini, maka ada tiga faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu
pertumbuhan modal, pertumbuhan penduduk, dan pertumbuhan teknologi (Sukirno,
2004:437).

2.1.8 Teori Pertumbuhan Endogen


Teori pertumbuhan endogen menitikberatkan pada pembangunan modal
manusia (human capital) untuk meningkatkan produktivitasnya yang
mengasumsikan bahwa investasi swasta dan publik (pemerintah) di bidang sumber
daya atau modal manusia dapat menciptakan ekonomi eksternal dalam memacu
peningkatan produktivitas yang mampu mengimbangi kecenderungan alamiah
penurunan skala hasil (Todaro, 2000:121). Dalam teori pertumbuhan endogen ini
terdapat persamaan sederhana sebagai berikut:
Y = AK.........................................................................................................(2.1)

Dalam rumusan ini mewakili setiap faktor yang mempengaruhi teknologi,


sedangkan K melambangkan modal fisik dan modal manusia yang ada. Dalam
rumusan itu ditekankan adanya kemungkinan bahwa investasi dalam modal fisik
dan manusia akan dapat menciptakan ekonomi eksternal yang positif dan
peningkatan produktivitas (Todaro, 2000:122). Investasi pendidikan akan mampu
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, maka pengetahuan dan keahlian juga akan meningkat sehingga akan
mendorong peningkatan produktivitas.

2.1.9 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)


Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat dihitung melalui besarnya jumlah
Produk Domestik Bruto (PDB) yang dihasilkan setiap tahun. Bagi suatu daerah
untuk melihat pertumbuhan ekonomi daerahnya dilihat dari jumlah Produk
15

Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dihasilkan setiap tahun (Rizki, 2016).
PDRB merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha
dalam suatu wilayah atau jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi dalam suatu wilayah yang dihitungsatu tahun
(Fitriani et al., 2013). Produk Domestik Regional Bruto atau disingkat PDRB
tersusun atas komponen-komponen berikut:
a. Produk Domestik
Produk domestik adalah barang dan jasa yang dihasilkan dari kegiatan ekonomi
di suatu wilayah domestik tanpa memperhatikan apakah faktor produksinya
berasal dari penduduk wilayah tersebut atau tidak.
b. Produk Regional
Produk regional adalah produk domestik ditambah dengan pendapatan yang
diterima dari luar daerah dikurangi dengan pendapatan yang dibayar ke luar
daerah. Jadi, produk regional bisa disebut pendapatan bersih daerah.
Dalam menghitung Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang di timbulkan
dari suatu region, ada tiga pendekatan yang digunakan yaitu sebagai berikut
(Prishardoyo, 2008):
1. Sudut pandang produksi, GDP merupakan jumlah nilai produksi netto dari
barang dan jasa yang dihasilkan pada suatu wilayah dalam jangka waktu
tertentu (satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dibagi menjadi sembilan
kelompok usaha, yaitu: sektor pertanian; sektor pertambangan dan penggalian;
sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air, sektor; sektor bangunan;
sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor angkutan dan komunikasi; sektor
lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa.
2. Sudut pandang pendapatan, GDP merupakan jumlah balas jasa yang diterima
oleh berbagai faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi dalam
suatu wilayah dan dalam jangka waktu tertentu.
3. Sudut pandang pengeluaran, GDP merupakan jumlah pengeluaran rumah
16

tangga lembaga swasta yang tidak mencari untung dan pengeluaran pemerintah
sebagai konsumen pengeluaran untuk pembentukan modal tetap serta perubahan
stok dan ekspor netto di suatu daerah dalam jangka waktu.

2.1.10 Teori Pendidikan


Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (UU RI, 2003). Menurut Jeffrey
Sachs dalam bukunya The End of Proverty, salah satu mekanisme dalam
penuntasan kemiskinan ialah pengembangan human capital terutama pendidikan
dan kesehatan (Ustama, 2009). Sedangkan menurut Samuelson dan Nordhaus
dalam (Sjafii, 2009) kualitas sumber daya manusia di Negara-negara berkembang
dapat ditingkatkan melalui program-program seperti: mengendalikan penyakit dan
meningkatkan kesehatan serta gizi; peningkatan pendidikan dengan meningkatkan
angka buta huruf dan melatih tenaga kerja; dan jangan meremehkan pentingnya
sumber daya manusia.
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pengembangan
sumber daya manusia (SDM). Pendidikan tidak hanya menambah pengetahuan,
akan tetapi juga meningkatkan keterampilan bekerja, dengan demikian
meningkatkan produktivitas kerja yang artinya peningkatan pengahasilan perkapita.
Dengan demikian pendidikan dapat memutus mata rantai kemiskinan dan
menghilangkan eksklusi sosial, untuk kemudian meningkatkan kualitas hidup dan
mewujudkan kesejahteraan masyarakat (Ustama, 2009). Tingkat pendidikan
menggambarkan tingkat ketersediaan tenaga terdidik atau sumber daya manusia
pada masa kini (Subri, 2003:48). Seseorang dapat meningkatkan penghasilannya
melalui peningkatan pendidikan. Setiap tambahan satu tahun pendidikan artinya
17

terdapt peningkatan kemampuan kerja dan tingkat penghasilan seseorang. Mankiw


dalam Fauzan (2015), suatu negara yang memberikan perhatian lebih kepada
pendidikan terhadap masyarakatnya akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi
yang lebih baik daripada negara yang tidak melakukannya. Dengan kata lain,
melalui kemajuan pendidikan akan menghasilkan pendapatan nasional atau
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi yang berdampak pada pengurangan tingkat
kemiskinan pada suatu negara. Dalam perspektif demikian, negara mempunyai
kewajiban untuk menyediakan layanan pendidikan bagi setiap warganya, paling
kurang untuk jenjang pendidikan dasar. Maka dari itu penyediaan akses pada
pendidikan, khususnya pendidikan dasar sudah menjadi komitmen dikalangan
komunitas internasional. Beberapa faktor perlunya mengembangkan pendidikan di
dalam usaha untuk membangun suatu perekonomian adalah (Atmanti, 2005):
1. Pendidikan yang lebih tinggi memperluas pengetahuan masyarakat dan
mempertinggi rasionalitas pemikiran mereka. Hal ini memungkinkan masyarakat
mengambil langkah yang lebih rasional dalam bertindak atau mengambil
keputusan.
2. Pendidikan menjadikan masyarakat mempelajari pengetahuan-pengetahuan
teknis yang diperlukan untuk memimpin dan menjalankan perusahaan-
perusahaan modern dan kegiatan-kegiatan modern lainnya.
3. Pengetahuan yang lebih baik yang diperoleh dari pendidikan menjadi
perangsang untuk menciptakan pembaharuan-pembaharuan dalam bidang teknik,
ekonomi dan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat lainnya.

2.1.11 Angka Melek Huruf


Indikator untuk mengukur perkembangan pendidikan penduduk dapat
menggunakan pengukuran melalui angka melek huruf. Angka Melek Huruf (AMH)
adalah perbandingan antara jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat
membaca dan menulis dengan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas. Batas
18

maksimum untuk angka melek huruf, adalah 100 sedangkan batas minimum 0
dalam standar United Nation Devevelopment Programme (UNDP). Hal ini
menggambarkan kondisi 100 persen atau semua masyarakat mampu membaca dan
menulis, dan nilai nol mencerminkan kondisi sebaliknya (Kumalasari dan
Poewarno, 2010). Jika dalam suatu negara memiliki tingkat buta huruf yang rendah,
maka kualitas sumber daya manusia dalam suatu negara dapat cukup baik yang
menunjukkan tingginya presentase jumlah penduduk yang melek huruf (Subri,
2003:47).
2.2 Penelitian Terdahulu
Nama
No. Judul Penelitian Variabel Metode Hasil Penelitian
Peneliti
1. Faturrohmin Pengaruh PDRB, Angka Tingkat Kemiskinan, Metode yang digunakan Hasil penelitian menunujukkan bahwa
(2011) Melek Huruf dan Angka PDRB, Angka Melek adalah data panel dengan variabel PDRB berpengaruh negatif
Harapan Hidup Terhadap Huruf, Angka Model Fixed Effect terhadap tingkat kemiskinan, angka
Tingkat Kemiskinan Di Harapan Hidup melek huruf berpengaruh negatif
Jawa Tengah terhadap tingat kemiskinan dan angka
harapan hidup berpengaruh negatif
terhadap tingkat kemiskinan
2. Sinaga et al. Analisis Pengaruh Produk Kemiskinan, PDRB, Metode analisis yang Hasil penelitian menunujukkan bahwa
(2013) Domestik Regional Bruto, Pendidikan, digunakan adalah regresi variabel PDRB berpengaruh negatif
Pendidikan Dan Pengangguran linier berganda berdasarkan terhadap tingkat kemiskinan, pendidikan
Pengangguran Terhadap metode Doolittle berpengaruh negatif terhadap tingkat
Kemiskinan Di Kab/Kota kemiskinan dan pengangguran
Propinsi Sumatera Utara berpengaruh positif terhadap tingkat
Tahun 2010–2011 kemiskinan
3. Wirawan dan Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk Metode yang digunakan Hasil penelitian menunujukkan bahwa
Arka (2013) Pendidikan, PDRB, Miskin, Pendidikan, adalah regresi linier variabel pendidikan berpengaruh negatif
Tingkat Pengangguran PDRB, Tingkat Berganda terhadap tingkat kemiskinan, PDRB
Terhadap Jumlah Penganguran berpengaruh negatif terhadap tingkat
Penduduk Miskin Provinsi kemiskinan dan tingkat pengangguran
Bali berpengaruh positif terhadap tingkat
kemiskinan
4. Saputra dan Analisis Pengaruh Jumlah Tingkat Kemiskinan, Model regresi yang Hasil penelitian menunujukkan bahwa
Mudakir Penduduk, PDRB, IPM, Jumlah penduduk, digunakan adalah metode variabel jumlah penduduk berpengaruh
(2011) Pengangguran Terhadap PDRB, IPM, analisis regresi linier positif terhadap tingkat kemiskinan,
Tingkat Kemiskinan pengangguran berganda (Ordinary Least PDRB berpengaruh negatif terhadap
Di Kabupaten / Kota Jawa Squares Regression Analysis) tingkat kemiskinan, IPM berpengaruh
Tengah dengan menggunakan Panel negatif terhadap kemiskinan dan tingkat
Data pendekatan efek tetap pengangguran berpengaruh positif
(Fixed Effect Model) terhadap tingkat kemiskinan
5. Prastyo Analisis Faktor-Faktor Tingkat kemiskinan, Metode yang digunakan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
(2010) Yang Mempengaruhi pertumbuhan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi, upah, dan
Kemiskinan ekonomi, upah , panel data pendekatan efek pendidikan memiliki pengaruh negatif
pendidikan. tetap (fixed effect model) terhadap tingkat kemiskinan
21

2.3 Kerangka Konsep


Pembangunan ekonomi dalam suatu negara merupakan suatu serangkaian
uasaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan
pekerjaan, pemerataan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan
hubungan ekonomi regional (Husen, 2011). Salah satu indikator untuk
mengetahui tercapainya proses pembangunan ekonomi adalah dengan melihat
pertumbuhan ekonomi suatu negara yang diukur menggunakan pertumbuhan
Produk Domestik Regional Bruto (Mankiw, 2007:182). PDRB memiliki pengaruh
terhadap tingkat kemiskinan dalam suatu daerah, dimana pertumbuhan ekonomi
memperlihatkan bagaimana suatu perekonomian memberikan suatu tambahan
pendapatan dalam masyarakat pada suatu periode tertentu dengan menggunakan
faktor-faktor produksi dalam menghasilkan suatu output (Setyopurwanto dan
Pudjihardjo, 2013). Meningkatnya jumlah output berarti akan berpengaruh pada
peningkatan upah pekerjaan yang artinya tingkat kesejahteraan masyarakat akan
meningkat dan kemiskinan menurun. Sebaliknya apabila tingkat PDRB
mengalami penurunan maka menyebabkan aktivitas ekonomi menjadi rendah
yang berakibat pada tidak mengalirnya pendapatan dan mengurangi jumlah
konsumsi seseorang sehingga kesejahteraan menurun artinya tingkat kemiskinan
meningkat (Ramdani, 2015). Menurut para ahli ekonomi neo-klasik, terdapat
empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu: (i) sumber daya
manusia; (ii) sumber daya alam; (iii) pembentukan modal; dan (iv) teknologi
(Samuelson, 2004:250).
Faktor kedua yang dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan adalah
pendidikan yang diukur melalui peningkatan angka melek huruf (AMH)
(Kumalasari dan Poewarno, 2010). Sumber daya manusia merupakan salah satu
faktor yang digunakan untuk menghasilkan output. Semakin tinggi kualitas
sumber daya manusia maka semakin meningkat pula efisiensi dan produktivitas
manusia dalam penggunaan faktor-faktor produksi di suatu negara yang kemudian
berdampak pada peningkatan pendapatan perkapita masyarakat artinya tingkat
kemiskinan berkurang (Muhi, 2010). Kerangka konsep penelitian ini dijelaskan
pada Gambar 2.2.
22

Pembangunan Ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi

Sumber Daya Sumber Daya Modal Teknologi


Alam Manusia

Pendidikan Kesehatan

Angka Melek Huruf Rata-Rata Lama


(AMH) Sekolah (RLS)

(AMH

Kemiskinan PDRB

Keterangan: Garis Hubungan Langsung


Garis Ruang Lingkup yang akan diteliti

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual


23

2.4 Hipotesis
Hipotesis menggambarkan hubungan antara dua atau lebih variabel yang
bertujuan untuk mengetahui apakah suatu variabel berasosiasi ataukah tidak
dengan variabel lainnya atau apakah sesuatu variabel disebabkan atau dipengaruhi
atau tidak oleh variabel lainnya (Mulyadi, 2011). Berdasarkan teori dan
penelitian terdahulu, maka hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mempunyai pengaruh negatif
terhadap tingkat kemiskinan.
2. Angka Huruf Melek (AMH) mempunyai pengaruh negatif terhadap tingkat
kemiskinan.
24

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini menggunakan metode explanatory research yaitu metode
yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel
atau lebih dan juga digunakan untuk menguji kebenaran dari hipotesis penelitian
(Mulyadi, 2011). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemiskinan dan
variabel bebas terdiri dari pertumbuhan ekonomi dan pendidikan.

3.2 Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam
bentuk data panel yaitu gabungan dari data time series (periode 2004-2013) dan
data cross section (6 Provinsi di Pulau Jawa). Sehingga jumlah observasi
penelitian yang digunakan sebesar 60 observasi yang merupakan gabungan dari
time series 10 tahun dan cross section 6 provinsi di Pulau Jawa. Objek penelitian
ini adalah Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa
Timur, dan Banten dengan alasan bahwa keenam Provinsi tersebut berada pada
gugusan kepulauan yang sama yaitu Pulau Jawa yang merupakan sentral jumah
penduduk tertinggi dan juga memepunyai laju pertumbuhan ekonomi rata-rata
yang hampir sama atau seimbang. Peneliti mengambil jangka waktu penelitian
pada tahun 2004 – 2013 karena pada tahun tersebut terjadi siklus dimana terdapat
periode sebelum krisis global, periode krisis global pada tahun 2008-2009, dan
periode setelah krisis global. Data yang digunakan dalam penelitian diambil dari
beberapa sumber, diantaranya Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, Badan Pusat
Statistik (BPS) Per Provinsi Indonesia, Indonesia Years Book, dan sumber lainnya
yang berkaitan dengan penelitian.

3.3 Metode Analisis Data


Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda dengan model
data panel. Menurut Nachrowi dan Usman (2006:310) data panel adalah gabungan
antara data time series dan data cross section. Time series adalah data yang
menggambarkan perkembangan suatu kegiatan dari waktu ke waktu, sedangkan
25

cross section adalah data yang menggambarkan keadaan pada suatu waktu
tertentu. Jadi, data panel terdiri atas observasi individu yang disurvei sepanjang
periode waktu tertentu (Supranto, 1995:24). Beberapa keuntungan menggunakan
regresi data panel, yaitu (Effendi dan Setiwan, 2014:155):
a. Penggabungan data time series dan cross section akan memberikan informasi
yang lebih lengkap, kurang berkorelasi antar variabel, derajat bebas lebih besar
dan lebih efisien.
b. Penggabungan antara data time series dan data cross section mampu
mengontrol keheterogenan individual karena penggabungan data dapat
mengatasi masalah yang timbul akibat penghilangan variabel.
c. Penggabungan data time series dan cross section dapat menguji model yang
lebih kompleks dibandingkan dengan mengunakan data time series atau cross-
section murni.
d. Penggabungan data time series dan cross section mampu meminimumkan bias
yang terjadi apabila mengelompokkan individu ke dalam kelompok yang lebih
besar.
Dimana rumus data panel dapat ditulis sebagai berikut (Nachrowi dan Usman,
2006:310):
Yi,t = β0 + β1Xi,t + εi,t.........................................................................................(3.1)

Dimana i = 1, 2,....., N dan t = 1,2,.........., T


N = banyaknya observasi
T = banyaknya waktu
N x T = banyaknya data panel

Model penelitian ini dirujuk dari dua penelitian yaitu penelitan yang dilakukan
Saputra (2011) dan Faturrohmin (2011) . Berikut ini model penelitian Saputra
(2011):

KM = f (PD, PDRB, IPM, TP) ........................................................................ (3.2)

Model selanjutnya dirujuk dari penelitian Faturrohmin (2011) yaitu sebagai


berikut:
26

KM= f (PDRB, AMH, AHH) ........................................................................... (3.3)

Berdasarkan model penelitian tersebut, kemudian model ditransformasikan dalam


bentuk fungsi sebagai berikut:

KM= f (PDRB, AMH) ..................................................................................... (3.4)

Kemudian model 3.4 ditransformasikan dalam bentuk model ekonometrika


menjadi:

KMi,t = b0 + b1PDRBi,t + b2AMHi,t + εi,t, ...................................................... (3.5)


Keterangan:
KM = Tingkat kemiskinan
PDRB = Laju pertumbuhan PDRB sebagai proxy dari pertumbuhan
ekonomi
AMH = Angka Melek Huruf sebagai proxy dari pendidikan
b0 = konstanta
b1, b2, b3, = koefisien regresi
e = error term

3.3.1 Model Efek Tetap (MET)


Menurut Winarno (2007:9) menjelaskan bahwa model regresi efek tetap
merupakan model regresi yang dapat menunjukkan perbedaan konstan antar
objek meskipun dengan koefisien regresor yang sama. Efek tetap
dimaksudkan bahwa satu objek memiliki konstan yang tetap besarnya untuk
berbagai periode waktu.
Model efek tetap mampu menjawab kelemahan dari model common effect,
karena model commont efefect tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya
(Kurniawan dan Mardhono, 2013). Bentuk umum regresi data panel pada MET
adalah sebagai berikut (Effendi dan Setiawan, 2014:116):
Yit = αi +𝛽0 + .........βXit + 𝜀𝑖𝑡 ........................................................................(3.6)
27

3.3.2 Model Efek Random


Model Efek Random merupakan metod yang digunakan dalam data panel
yang bertujuan untuk melihat perubahan dari setiap perbedaan antar individu baik
dalam waktu maupun ruang. Persamaan model REM dapat ditulis sebagai berikut
Nachrowi dan Usman (2006:316):

Yi,t = β0 + β1Xi,t + εi,t ; εi,t = ui + vt + wit ...............................................................(3.7)

di mana:
ui : komponen error cross section
vi : komponen error time series
wit : komponen error gabungan

3.4 Pemilihan Model Pengolahan Data


3.4.1 Hausman Test
Uji Hausman dilakukan untuk mentukan metode yang tepat digunakan
dalam pengolahan data panel antara metode efek tetap dan metode efek random
(Nachrowi dan Usman, 2006:318).
Untuk menentukan antara MET dan MER pengujiannya dilakukan dengan
hipotesa sebagai berikut:
H0 : Metode Efek Random lebih tepat daripada Metode Efek Tetap
H1 : Metode Efek Tetap lebih tepat daripada Metode Efek Random
Adapun rumus uji statistiknya adalah sebagai berikut:

(𝛽𝑀𝐸𝑅 − 𝛽𝑀𝐸𝑇 )2
𝑥 2 𝑑𝑓 = .................................................................................... (3.8)
𝜎𝑀𝐸𝑅−𝑀𝐸𝑇

3.5 Uji Asumsi Klasik


3.5.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali , 2013:110).
Salah satu metode untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi residual
adalah Jarque-Bera (J-B) Test dan metode grafik. Berikut ini rumus untuk Jarque-
Bera (J-B) Test (Gujarati, 2010:171):
28

𝑆² (𝐾−3)²
𝐽𝐵 = 𝑛 ∗ + ..........................................................................................(3.9)
6 24

Dimana n= ukuran sampel, S= koefisien skewness, dan K= koefisien kurtosis.


Untuk variabel dengan ditribusi normal, S=0 dan K=3.
Hipotesis dalam pengujian ini adalah sebagai berikut:
Ho: berdistribusi normal
Ha: berdistribusi tidak normal
Uji Jarque Bera (J-B) mempunyai distribusi chi-kuadrat dengan derajat bebas dua
(𝑋22 ). Apabila J-B hitung < nilai χ2 (Chi-Square), maka Ho diterima dan Ha
ditolak yaitu nilai residual terdistribusi normal.

3.5.2 Uji Multikolinearitas


Menurut Ghozali (2013: 91) uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel-variabel bebas. Pada
model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas/
variabel independen. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel ini
tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel bebas yang nilai
korelasi antara variabel bebasnya sama dengan nol. Metode yang dipakai dalam
mendeteksi multikolinearitas dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
nilai Variance Inflation Factor (VIF) dengan rumus (Nachrowi dan Usman,
2006:101):
1
(VIF)𝑗 = 1−𝑅2 .................................................................................................... (3.10)
𝐽

Dengan 𝑅𝐽2 adalah nilai koefisien determinasi variabel ke-j. Jika (VIF)𝑗 > 10 maka
mengindikasi adanya multikolinaeritas.

3.5.3 Uji Autokorelasi


Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam suatu
model regresi linier terdapat korelasi antara pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya) . Autokorelasi muncul akibat
observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini
timbul karena residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Alat
29

analisis yang digunakan adalah uji Durbin-Watson. Pengujian asumsi ini dapat
menggunakan statistik uji Durbin Watson statistics (DW-statistics) dengan rumus
(Mulyono, 2009:39):
Dw = ∑(et - et-1)2
.................................................................. (3.11)
∑et2
Pengujian autokorelasi dilakukan dengan cara membandingkan hasil uji
Durbin Watson dengan tabel pengujian Durbin Watson. Tabel Durbin Watson
dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Tabel Pengujian Durbin Watson

Adanya Tidak Tahu Tidak Ada Tidak Tahu Adanya


Autokorelasi Positif Autokorelasi Autokorelasi Negatif

0 dL dU 2 4-dU 4-dL 4

Sumber: Mulyono (2009).

Berikut ini keputusan yang dapat diambil dari pengujian uji statistik Durbin
Watson dengan tabel Durbin Watson dapat dilihat pada Tabel 3.2

Tabel 3.2 Kriteria Keputusan Pengujin Durbin Watson

Kriteria Hipotesis

DW < Dl Ada gejala autokorelasi positif


dL≤ DW ≤ Du Tidak dapat mengambil kesimpulan
dU≤ DW ≤ 4-Du Tidak ada gejala autokorelasi
4-dU≤ DW ≤ 4-Dl Tidak dapat mengambil kesimpulan
DW >4-Dl Ada gejala autokorelasi negatif
Sumber: Mulyono (2009).

3.5.4 Uji Heterokedastisitas


Menurut Ghozali (2013: 105) uji heteroskedastisitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lain, jika variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan lain berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Untuk menguji
heteroskedastisitas dapat dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola
30

tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y
adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi-Y
sesungguhnya) yang telah di-studentized dengan dasar pengambilan keputusan
untuk uji heteroskedastisitas :
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu teratur
(bergelombang, melebur kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah
terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.6 Pengujian Statistik


3.6.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji statistik F digunakan untuk melakukan uji hipotesis koefisien (slope) regresi
secara bersamaan (Nachrowi dan Usman, 2006:17). Adapun rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:

R2 / k - 1
F hitung = ........................................................................(3.12)
(1-R2) / (n-k)
Keterangan:
R2 = koefisien determinasi
k = banyaknya variabel bebas
n = banyaknya sampel
Perumusan Hipotesis:
1. Ho : b1, b2 = 0 artinya tidak ada pengaruh variabel independen secara
bersama-sama terhadap variabel dependen.
2. Ha : b1, b2 ≠ 0 artinya ada pengaruh dari variabel independen secara
bersama-sama terhadap variabel dependen.
Kriteria Pengujian:
1. Jika F-hitung≤ F-tabel (𝛼 = 0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti
ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen (X) secara bersama-
sama terhadap variabel dependen (Y).
31

2. Jika F-hitung>F-tabel (𝛼 = 0,05), maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti


tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen (X) secara
bersama-sama terhadap variabel dependen (Y).

3.6.2 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)


Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas (X)
secara tunggal berpengaruh terhadap variabel terikat (Y) dengan membandingkan
antara nilai t hitung masing-masing variabel bebas dengan nilai t-tabel dengan
derajat kesalahan 5% (α = 0.05). Adapun rumus untuk mendapatkan t-hitung
adalah sebagai berikut (Nachrowi dan Usman, 2006:18).:

𝑏𝑖
t hitung = 𝑆(𝑏𝑖) ..................................................................................................(3.13)

di mana:
t = pengujian secara parsial
𝑏𝑖 = besarnya perubahan dari variabel bebas
𝑆(𝑏𝑖) = standar eror atau taksiran kesalahan
Perumusan Hipotesis:
1. Ho : bi ≤ 0 artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas
dan variabel terikat.
2. Ha : bi > 0 artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas dan
variabel terikat.
Kriteria Pengujian:
1. Jika t-hitung≤ t-tabel (𝛼 = 0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti
ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen (X) secara
individual terhadap variabel dependen (Y).
2. Jika t-hitung> t-tabel (𝛼 = 0,05), maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti
tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen (X) secara
individual terhadap variabel dependen (Y).
32

3.6.3 Uji Koefisien Determinasi Berganda (R2 )


Koefisien determinasi (R2 ) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai (R2 ) yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013: 46). Berikut ini adalah
model pengujian R2 :
𝐸𝑆𝑆
R2 = 𝑇𝑆𝑆 ............................................................................................................(3.14)

R2 = koefisien determinasi berganda


ESS = jumlah kuadrat yang dijelaskan
RSS = jumlah kuadrat residual
TSS = Jumlah kuadrat total
Kriteria pengujian:
1. Apabila nila R2 hampir mendekati 0, artinya kemampuan variabel bebas
menjelasakan variabel terikat sangat rendah.
2. Apabila nila R2 hampir mendekati 1, artinya kemampuan variabel bebas
menjelaskan variabel terikat sangat tinggi.
33

3.7 Definisi Operasional


Pada penelitian ini terdiri dari satu variabel terikat dan tiga variabel bebas,
dimana variabel terikat adalah kemiskinan dan tiga variabel bebas meliputi
pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, dan angka melek huruf. Berikut definisi
operasional dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Tingkat Kemiskinan (Y) yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil
persentase jumlah penduduk miskin yaitu penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan menurut Badan
Pusat Statistik dibagi jumlah penduduk dikalikan seratus persen di masing-
masing Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa
Timur, dan Banten pada periode 2004-2013 yang dinyatakan dalam satuan
persen.
2. Pertumbuhan Ekonomi (X1 ) adalah laju pertumbuhan PDRB atasa dasar harga
konstan pada Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta,
Jawa Timur, dan Banten pada periode 2004-2013 yang dinyatakan dalam
satuan persen.
3. Angka Melek Huruf (X2 ) adalah tingkat angka melek huruf penduduk laki-laki
dan perempuan usia 15 tahun keatas pada Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat,
Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Banten pada periode 2004-
2013 yang dinyatakan dalam satuan persen.
34

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Astronomi dan Administratif Wilayah Pulau Jawa:


DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan
Banten
Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang terdapat di Indonesia serta
merupakan wilayah terluas ke tiga belas di dunia. Pulau ini dikelilingi oleh
perairan Laut Jawa, Selat Sunda, Samudera Hindia dan Selat Bali. Daratan Pulau
Jawa terbujur dari barat ke timur dan diperkirakan memiliki luas wilayah daratan
kurang lebih sekitar 126.700 kilometer persegi. Secara administrative, Pulau Jawa
dibagi atas 6 Provinsi, yaitu sebagai berikut:
a. Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
b. Provinsi Jawa Barat dengan ibukota provinsi Kota Bandung
c. Provinsi Jawa Tengah dengan ibukota provinsi Kota Semarang
d. Daerah Setingkat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan ibukota Kota
Yogyakarta
e. Provinsi Jawa Timur dengan ibukota provinsi Kota Surabaya
f. Provinsi Banten dengan ibukota provinsi Kota Serang
Berikut ini detail wilayah masing-masing provinsi di Pulau Jawa dapat dijelaskan
pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Jumlah Kabupaten, Kota, dan Luas Wilayah Provinsi di Pulau Jawa
No Provinsi Kabupaten Kota Luas Wilayah (𝐤𝐦𝟐 )
1. DKI Jakarta 1 5 664,01
2. Jawa Barat 18 9 35.377,76
3. Jawa Tengah 29 6 32.800,69
4. DI Yogyakarta 4 1 31.333,15
5. Jawa Timur 29 9 47.799,75
6. Banten 4 4 9.662,92
Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, 2017, diolah.
Pulau Jawa memiliki jumlah penduduk terpadat di Indonesia dengan jumlah
kurang lebih 1.317 jiwa per kilometer persegi. Padatnya jumlah penduduk di
Pulau Jawa sejak tahun 1970an hingga kejatuhan Suharto pada tahun 1998,
35

pemerintah Indonesia melakukan program transmigrasi untuk memindahkan


sebagian penduduk Jawa ke pulau-pulau lain di Indonesia yang lebih luas sebagai
usaha untuk meratakan jumlah penduduk. Secara Astronomi, Pulau Jawa terletak
pada koordinat 7°30′10″LS, 111°15′47″BT.
Berdasarkan pada Tabel 4.1 Sedangkan secara geografis, Pulau Jawa
melintang dari Barat ke Timur, berada di belahan bumi selatan. Selanjutnya secara
geologi Pulau Jawa termasuk sebagai kawasan episentrum gempa bumi karena
dilintasi oleh patahan kerak bumi lanjutan dari pulau Sumatera yang berada
dilepas pantai selatan Pulau Jawa. Pulau Jawa memiliki barisan gunung beraktif
yang membentang dar barat ke timur. Salah satu pegunungan teraktif dengan
ketinggian 3000 meter di atas permukaan laut adalah Gunung Merapi di Jawa
Tengah dan Gunung Bromo di Jawa Timur yang terkenal sangat aktif.

4.2 Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Pulau Jawa


Tingginya jumlah penduduk miskin yang terdapat dalam suatu wilayah
berdampak pada penurunan tingkat kemakmuran masyarakat sehingga kemiskinan
harus diberantas dengan berbagai usaha. Negara berkembang maupun negara
maju memiliki masalah yang sama yaitu mengatasi masalah kemiskinan, namun
hanya saja ukuran kemiskinan antara negara maju dan negara berkembang
berbeda. Tingkat kemiskinan menjadi tolok ukur utama kesejahteraan penduduk
di suatu wilayah, semakin tinggi tingkat kemiskinan mencerminkan tingkat
kesejahteraan yang semakin memburuk dan semakin rendah tingkat kemiskinan
mencerminkan kesejahteraan penduduk yang semakin membaik.
Deklarasi MDG’s yang ditandatangani di pertengahan tahun 2000
menempatkan penanggul angan kemiskinan dan kelaparan sebagai komitmen
pertama. Fakta ini menyiratkan bahwa kemiskinan merupakan masalah yang
sangat mendesak untuk diatasi dan ditanggulangi. Berdasarkan Badan Pusat
Statistika Indonesai (BPS) tingkat kemiskinan di Indonesia dari tahun ke tahun
selalu mengalami kenaikan dan penurunan namun cenderung mengalami
penurunan. Pada tahun 2004 tingkat kemiskinan di Indonesia sebesar 16,7 persen
dan mengalami kenaikan menjadi 17,8 persen pada tahun 2006. Kenaikan tingkat
36

kemiskinan yang terjadi pada tahun tersebut dapat dikatakan cukup besar.
Kenaikan tersebut terjadi dipicu oleh adanya krisis global sehingga menyebabkan
penurunan pertumbuhan ekonomi yang kemudian berdampak pada menurunnya
aktivitas ekonomi sehingga kegiatan ekonomi menurun yang menyebabkan
pendapatan masyarakat melemah. Selanjutnya tahun-tahun berikutnya tingkat
kemiskinan di Indonesia mengalami penurunan setiap tahunnya karena adanya
proses pemulihan perekonomian akibat dari krisis global yang terus menunjukkan
indikasi yang semakin menguat dan merata di berbagai negara termasuk di
Indonesia. Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang terdiri dari
beberapa provinsi yang juga mengalami masalah tingginya tingkat kemiskinan.
Perkembangan tingkat kemiskinan di Pulau Jawa juga dipengaruhi oleh kondisi
perekonomian dan kebijakan Negara. Perkembangan tingkat kemiskinan di
Indonesia dan dan Pulau Jawa dijelaskan pada Gambar 4.1.

Tingkat Kemiskinan (%)


20.0
18.0
16.0
14.0
12.0
10.0
8.0
6.0
4.0
2.0
0.0
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Indonesia Pulau Jawa

Gambar 4.1 Persentase Tingkat Kemiskinan di Pulau Jawa dan Indonesia (Sumber: Badan
Pusat Statistik Indonesia, 2017, diolah).

Berdasarkan Gambar 4.1 menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan


Provinsi-Provinsi di Pulau Jawa dari tahun 2004 hingga 2013 setiap tahunnya
relatif mengalami penurunan. Meskipun setiap tahun mengalami penurunan,
persentase tingkat kemiskinan di Pulau Jawa masih cukup tinggi apabila
dibandingkan dengan tingkat kemiskinan di Indonesia. Data persebaran penduduk
miskin antar pulau menunjukkan lebih dari separuh penduduk miskin di Indonesia
37

berada di Pulau Jawa yaitu tahun 2009 sebesar 59,1 persen dan tahun 2011
menurun menjadi 55,7 persen (Kuncoro, 2014). Urutan Provinsi tertinggi hingga
terendah tingkat kemiskinannya di Pulau Jawa dijelaskan pada Table 4.2.

Tabel 4.2 Peringkat Tingkat Kemiskinan Provinsi-Provinsi di Pulau Jawa dan Indonesia
Peringkat Provinsi Persentase (%)
1 Jawa Tengah 18.3
2 DI Yogyakarta 17.7
3 Jawa Timur 17.2
4 Jawa Barat 12.2
5 Banten 7.7
6 DKI Jakarta 3.9
Indonesia 14.5
Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, 2017, diolah.

Berdasarkan Tabel 4.2, Provinsi Jawa Tengah memiliki persentase tingkat


kemiskinan tertinggi dibandingkan dengan provinsi lainnya di Pulau Jawa.
Tingkat kemiskinan yang terjadi di Jawa Tengah pada tahun 2005 mencapai 22,2
persen lebih tinggi dibandingkan tingkat kemiskinan di Indonesia sebesar 17,8
persen pada tahun tersebut. Detail perkembangan tingkat kemiskinan Provinsi-
Provinsi di Pulau Jawa dijelaskan pada Gambar 4.2.

25.0

20.0

15.0

10.0

5.0

0.0
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah


DI Yogyakarta Jawa Timur Banten

Gambar 4.2 Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi di Pulau Jawa (%) (Sumber:
Badan Pusat Statistik Indonesia, 2017, diolah).
38

Tingginya tingkat kemiskinan di Jawa Tengah disebabkan oleh adanya


kemiskinan struktural dan kemiskinan kultural. Kemiskinan kultural mengacu
kepada sikap masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan hidup, dan
budayanya. Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh
pembangunan yang belum seimbang dan hasilnya belum terbagi merata. Hal ini
disebabkan oleh keadaan kepemilikan sumberdaya yang tidak merata, kemampuan
masyarakat yang tidak seimbang, dan ketidaksamaan kesempatan dalam berusaha
dan memperoleh pendapatan akan menyebabkan keikutsertaan dalam
pembangunan yang tidak merata (Rusdarti dan Lesta, 2013). Pada tahun 2013
Jawa Tengah mulai menunjukkan peningkatan kesejahteraan dengan menurunnya
tingkat kemiskinan hingga sebesar 15 persen.
Tingkat kemiskinan tertinggi kedua setelah Jawa Tengah adalah Provinsi
DI Yogyakarta dengan rata-rata tingkat kemiskinan sebesar 17,7 persen di tahun
2004 hingga 2013. Pola perkembangan persentase jumlah penduduk miskin pada
tahun 2004 hingga 2013 menunjukkan kecenderungan yang selalu menurun.
Meskipun cenderung menurun, angka kemiskinan masih cukup tinggi yaitu
sebesar 17,7 persen pada tahun 2013. Tingginya tingkat kemiskinan di
Yogyakarta salah satunya adalah dampak dari fenomena kenaikan inflasi yang
cukup tinggi yang berimplikasi pada peningkatan garis kemiskinan sehingga
jumlah penduduk miskin juga ikut meningkat.
Tingkat kemiskinan tertinggi selanjutnya ditempati oleh Provinsi Jawa
Timur dengan rata-rata sebesar 17,2 persen pada tahun 2004-2013. Rata-rata
tingkat kemiskinan tersebut masih cukup tinggi apabila dibandingkan dengan rata-
rata tingkat kemiskinan Nasional yang hanya sebesar 14,5 persen. Namun
meskipun demikian, tingkat kemiskinan di Jawa Timur cenderung menurun dan
Jawa Timur termasuk Provinsi yang tercatat sebagai Provinsi dengan penurunan
kemiskinan yang tercepat dibandingkan dengan Provinsi lain di Pulau Jawa.
Tingkat kemiskinan tertinggi selanjutnya setelah Jawa Timur ada Provinsi Jawa
Barat. Rata-rata tingkat kemiskinan Jawa Barat tahun 2004 hingga 2013 sebesar
12,2 persen. Pertumbuhan tingkat kemiskinan Jawa Barat cenderung mengalami
penurunan hingga sebesar 9,9 persen lebih rendah dibandingkan tahun
39

sebelumnya yaitu tahun 2010 sebesar 10,7 persen. Rata-rata tingkat kemiskinan di
Jawa Barat lebih rendah apabila dibandingkan dengan rata-rata tingkat kemiskinan
Nasional yaitu sebesar 11,5 persen.
Selanjutnya, tingkat kemiskinan di Provinsi Banten pada tahun 2004
hingga 2005 memiliki angka cukup rendah apabila dibandingkan dengan tingkat
kemiskinan Nasional. Tingkat kemiskinan Provinsi Banten sebesar 8,9 persen
pada tahun 2005 dan terus meningkat hingga tahun 2007 mencapai 9,1 persen.
Kenaikan tersebut dampak dari adanya krisis global yang terjadi di Indonesia
sehingga menyebabkan wilayah-wilayah di Indonesia mengalami penurunan
aktifitas ekonomi sehingga kemiskinan meningkat. Namun periode 2008 hingga
2013 tingkat kemiskinan Provinsi Banten terus mengalami penurunan hingga
mencapai angka sebesar 5,7 persen. Provinsi terakhir di Pulau Jawa yang
memiliki tingkat kemiskinan terendah yaitu Provinsi DKI Jakarta dengan rata-rata
tingkat kemiskinan tahun 2004 hingga 2013 sebesar 3,9 persen. Persentase
tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan tingkat kemiskinan di tingkat
Nasional, namun perkembangan tingkat kemiskinan DKI Jakarta cenderung
mengalami penurunan setiap tahunnya. Rendahnya tingkat kemiskinan di DKI
Jakarta menunjukkan bahwa usaha Pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat terlaksana dan menunjukkan hasil.

4.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Pulau Jawa


Pertumbuhan ekonomi sangat diharapkan dalam suatu daerah karena akan
memungkinkan masyarakat mengkonsumsi barang dan jasa lebih banyak dan
juga menyumbang pada penyediaan barang-barang dan jasa-jasa sosial yang
lebih besar seperti kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya sehingga dapat
meningkatkan standar hidup riil masyarakat. Melalui tingginya pertumbuhan
ekonomi akan meningkatkan aktivitas-aktivitas ekonomi yang akan membantu
mengurangi tingkat kemiskinan melalui peningkatan jumlah pendapatan
masyarakat. Berdasarkan Badan Pusat Statistik Indonesia, laju pertumbuhan
ekonomi di Indonesia pada tahun 2004 hingga 2013 cenderung mengalami
peningkatan meskipun peningkatan tidak terlalu tajam. Berdasarkan laporan
40

Bappenas, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada periode 2000-2012 memang


cukup tinggi untuk mengangkat Indonesia dari keterpurukan akibat krisis ekonomi
1997/1998, sehingga Indonesia digolongkan sebagai sebagai negara
berpenghasilan menengah bawah pada tahun 2003. Perkembangan laju
pertumbuhan ekonomi Nasional juga akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
secara keseluruhan kota kota di Indonesia. Berikut ini detail laju pertumbuhan
ekonomi Nasional dan laju pertumbuhan ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau
Jawa dijelaskan pada Gambar 4.3.
8.0
7.0
Indonesia
6.0
DKI Jakarta
5.0
Jawa Barat
4.0
Jawa Tengah
3.0 DI Yogyakarta
2.0 Jawa Timur
1.0 Banten
0.0
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Gambar 4.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan Provinsi di Pulau Jawa
(%) (Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, 2017, diolah).

Berdasarkan Gambar 4.3 menunjukkan bahwa kinerja perekonomian Provinsi


DKI Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan kegiatan perekonomian di Indonesia
menunjukkan perkembangan fluktuatif dari tahun 2004 hingga 2013 dengan
kecenderungan meningkat. Rata-rata pertumbuhan ekonomi selama periode
tersebut sebesar 6,3 persen lebih tinggi dari laju pertumbuhan ekonomi rata-rata
nasional (PDB Nasional) sebesar 5,6 persen. Sebagai pusat ekonomi dan
pemerintahan, pertumbuhan ekonomi Jakarta relatif lebih tinggi dibandingkan
kota-kota lain di Indonesia. Kinerja pertumbuhan ekonomi daerah yang diukur
dari besarnya PDRB per kapita di DKI Jakarta berada di atas rata-rata nasional,
menunjukkan tingkat kesejahteraan penduduk DKI Jakarta relatif baik secara
nasional. PDRB per kapita DKI Jakarta cenderung meningkat, menunjukkan
41

tingkat kesejahteraan penduduk di DKI Jakarta selama periode 2004 sampai tahun
2013 juga meningkat.
Selanjutnya, kinerja perekonomian Provinsi Jawa Barat selama tahun
2004-2013 berfluktuatif dan memiliki kecenderungan meningkat meskipun pada
tahun 2012 hingga 2014 mengalami penurunan. Rata-rata pertumbuhan ekonomi
selama periode tersebut sebesar 5,8 persen lebih tinggi dari laju pertumbuhan
ekonomi rata-rata nasional sebesar 5,6 persen. Berdasarkan hasil kinerja
perekonomian Provinsi Jawa Barat, maka tantangan yang harus dihadapi
pemerintah daerah adalah meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan
meningkatkan landasan ekonomi daerah yang memperluas kesempatan kerja dan
mempercepat peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat (SAPWPJABAR,
2015).
Selanjutnya kinerja ekonomi Provinsi Jawa Tengah selama periode 2004-
2013 kinerja perekonomian di Provinsi Jawa Tengah cukup baik, terlihat dari
pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang terus tumbuh
hingga 6,3 persen pada tahun 2012. Rata-rata pertumbuhan ekonomi selama
periode tersebut sebesar 5,6 persen sesuai dengan rata-rata nasional sebesar 5,6
persen pula. Namun demikian, laju pertumbuhan tersebut belum cukup untuk
mengurangi kesenjangan pendapatan perkapita Provinsi Jawa Tengah dari angka
rata-rata nasional. Dari sisi besarnya pertumbuhan ekonomi, perekonomian Jawa
Tengah menduduki peringkat kedua terendah di wilayah Pulau Jawa setelah DI
Yogyakarta. Maka hal ini menunjukkan bahwa kinerja rata-rata provinsi lain
berkembang lebih pesat dari Jawa Tengah (SAPDJATENG, 2014).
Selanjutnya, DI Yogyakarta merupakan Provinsi dengan tingkat terendah
pertumbuhan ekonominya apabila dibandingkan dengan Provinsi-Provinsi lainnya
di Pulau Jawa. Rata-rata pertumbuhan ekonomi DI Yogyakarta selama periode
2004 hingga 2013 adalah sebesar 4,8 persen lebih rendah apabila dibandingkan
dengan rata-rata Nasional sebesar 5,6 persen. Pertumbuhan ekonomi DI
Yogyakarta setelah tahun 2000 cenderung berfluktuasi dengan kecenderungan
yang meningkat. Pada tahun 2013, pertumbuhan ekonomi DIY mencapai
pertumbuhan tertinggi selama sepuluh tahun terakhir yaitu sebesar 5,40 persen.
42

Namun pertumbuhan ekonomi DI Yogyakarta pernah mengalami perlambatan


menjadi 3,7 persen pada tahun 2006 sebagai dampak dari kenaikan dan terjadinya
gempa yang dahsyat pada bulan Mei 2006. Berkat upaya yang serius dari
Pemerintah DIY dan berbagai pihak yang memberikan bantuan untuk korban
gempa sehingga pertumbuhan ekonomi DIY kembali mengalami penguatan
menjadi 4,31 persen pada tahun 2007 dan mencapai 5,0 persen pada tahun 2008.
Namun pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi DIY kembali melemah menjadi
4,4 persen karena lesunya perekonomian global dan regional sebagai imbas dari
krisis keuangan di Amerika Serikat. Pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi DIY
kembali menguat menjadi 4,9 persen, namun masih berada di bawah 5 persen
terkait musibah erupsi Merapi pada triwulan IV-2010. Selanjutnya, sejak tahun
2011 pertumbuhan ekonomi DIY selalu berada di atas angka 5 persen dan pada
tahun 2013 mencapai 5,40 persen (BPPDDIY, 2013).
Selanjutnya, rata-rata pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur selama
periode 2004 hingga 2013 adalah sebesar 6,2 persen lebih tinggi dari laju
pertumbuhan ekonomi rata-rata Nasional sebesar 5,6 persen. Hal ini menunjukkan
kinerja rata-rata Jawa Timur berkembang lebih pesat dari rata-rata provinsi lain.
Tantangan yang dihadapi pemerintah daerah adalah meningkatkan laju
pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan landasan ekonomi daerah yang
memperluas kesempatan kerja dan mempercepat peningkatan kesejahteraan
ekonomi masyarakat. Provinsi Jawa Timur merupakan Provinsi peringkat kedua
dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Pulau Jawa setelah Provinsi DKI
Jakarta. Jawa Timur memiliki posisi strategis di bidang industri karena terletak di
antara Jawa Tengah dan Bali sehingga menjadi pusat pertumbuhan industri dan
perdagangan (SAPWPJATIM, 2015).
Selanjutnya perkembangan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Banten
periode 2004 hingga 2013 memiliki rata-rata sebesar 5,8 persen lebih tinggi
dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan Nasional sebesar 5,6 persen. Kinerja
perekonomian Provinsi Banten selama tahun 2004-2013 berfluktuatif dan
memiliki kecenderungan meningkat meskipun pada tahun 2008 hingga 2009
mengalami penurunan karena adanya imbas dari krisi global. Faktor yang
43

mempengaruhi capaian kinerja ekonomi Banten selama periode tersebut adalah


menguatnya peningkatan permintaan rumah tangga domestik dan naiknya omset
sektor perdagangan, hotel dan restoran. Kondisi ini diperkuat dengan produksi
komoditi pertanian yang meningkat drastis terutama karena faktor musiman.
Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi antara lain ditopang oleh investasi
(PMTB) yang bertumbuh dari tahun ke tahun dengan laju rata-rata 13,97% per
tahun.

4.4 Perkembangan Angka Melek Huruf di Pulau Jawa


Hakikat dari pendidikan adalah untuk mencerdaskan bangsa. Tinggi
rendahnya tingkat pendidikan penduduk dapat mempengaruhi dinamika
perubahan ataupun kualitas kehidupan sosial ekonomi penduduk suatu daerah.
Pendidikan merupakan sarana dalam menyiapkan sumberdaya manusia untuk
pembangunan. Pendidikan berperan penting dalam pengentasan kemiskinan dan
memberikan ketrampilan kepada seluruh masyarakat untuk mencapai potensinya
secara optimal. Pengukuran pendidikan salah satunya dapat diukur melalui tingkat
angka melek huruf dalam suatu wilayah. Semakin banyak terciptanya SDM yang
berkualitas di suatu daerah, maka di masa depan akan menguntungkan daerah
yang memiliki asset pembangunan tersebut. Perkembangan angka melek huruf di
Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya yaitu pada periode 2004
hingga 2013 memiliki rata-rata sebesar 92,4 persen. Kenaikan AMH ini dapat
diartikan juga sebagai penurunan Angka Buta Huruf. Detail perkembangan Angka
Melek Huruf di Indonesia dan Pulau Jawa dijelaskan pada Gambar 4.4.
105.0
Indonesia
100.0
DKI Jakarta
95.0
Jawa Barat
90.0
Jawa Tengah
85.0
DI Yogyakarta
80.0 Jawa Timur
75.0 Banten
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Gambar 4.4 Perkembangan Angka Melek Huruf Indonesia dan Provinsi di Pulau Jawa
(%) (Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, 2017, diolah).
44

Berdasarkan Gambar 4.4 menunjukkan bahwa tingkat rata-rata Angka Melek


Huruf di Provinsi-Provinsi Pulau Jawa sudah cukup tinggi dengan angka sebesar
85 hingga 95 persen periode 2004 hingga 2013. Angka Melek Huruf tertinggi
ditempati oleh Provinsi DKI Jakarta dengan rata-rata 98,83 persen lebih tinggi
dibandingkan dengan rata-rata Nasional sebesar 92,4 persen. Rata-rata Angka
Melek Huruf tertinggi kedua ditempati oleh Provinsi banten dengan rata-rata
sebesar 95,9 persen lebih tinggi dibandingkan rata-rata Nasional. Selanjutnya DI
Yogyakarta memiliki Angka Melek Huruf sebesar 89,39 lebih rendah
dibandingkan dengan rata-rata Nasional. Begitu pula dengan Provinsi Jawa
Tengah dan Jawa Timur, rata-rata Angka Melek Huruf masih dibawah rata-rata
Nasional.

4.5 Hasil Analisis


4.5.1 Hasil Pemilihan Model Terbaik Regresi Data Panel dengan Uji Chow
Salah satu bentuk pengujian yang dilakukan untuk menentukan model
terbaik pada pengolahan data panel yaitu dengan menggunakan uji chow atau
likelihood ratio. Uji chow digunakan untuk memilih model terbaik antara model
efek tetap (fixed effect) dan model common effect. Penentuan hasil pengujian
ditentukan berdasarkan pada hipotesis bahwa Ho diterima artinya common effect
merupakan model yang tepat dan Ha diterima artinya fixed effect merupakan
model yang tepat.

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Uji Chow


Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 15.557404 (5,52) 0.0000
Cross-section Chi-square 54.879064 5 0.0000
Sumber: Lampiran E, diolah

Hasil pengujian pada Tabel 4.3, menunjukkan bahwa nilai probabilitas


chi-square (0,0000) lebih kecil dibandingkan dengan nilai kritis (𝛼 = 5% atau
0.05). Maka dari itu hipotesis Ho ditolak sedangkan hipotesis Ha diterima yang
artinya bahwa model efek tetap atau fixed effect merupakan model yang tepat
digunakan dalam pengujian regresi data panel dibandingkan dengan model
45

common effect. Pengujian selanjutnya setelah menunjukkan bahwa model fixed


effect merupakan model yang tepat dalam pengujian regresi data panel pada
penelitian ini, maka selanjutnya dilakukan pengujian Uji Hausman.
4.5.2 Hasil Pemilihan Model Terbaik Regresi Data Panel dengan Uji Hausman
Uji Hausman dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk menentukan
metode yang tepat digunakan dalam pengolahan data panel di antara fixed effect
model dan random effect model (Nachrowi dan Usman, 2006:318). Penentuan
hasil keputusan penggunaan model yang tepat berdasarkan pada hipotesis bahwa
Ho diterima artinya adalah random effect merupakan model yang tepat,
sedangkan apabila Ha diterima artinya adalah fixed effect merupakan model yang
tepat digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Uji Hausman

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.


Cross-section random 6.030338 2 0.0490
Sumber: Lampiran F, diolah

Hasil estimasi pada pengujian uji hausman pada Tabel 4.4, menunjukkan
bahwa nilai probabilitas chi-square (0.0490) lebih kecil dibandingkan dengan nilai
kritis (𝛼 =5% atau 0.05). Oleh karena itu, hipotesis Ho ditolak sedangkan
hipotesis Ha diterima yang artinya bahwa model fixed effect merupakan model
yang tepat digunakan dalam pengujian regresi data panel dibandingkan dengan
model random effect. Hasil pengujian uji Chow dan uji Hausman sama-sama
menunjukkan bahwa model efek tetap atau Fixed Effect Model (FEM) adalah
model yang paling tepat digunakan dalam regresi data panel dalam penelitian ini.
Pemilihan model fixed effect ini juga didukung oleh pernyataan Gujarati
(2004:650) yang menyatakan bahwa dari hasil beberapa observasi mengenai
penentuan dalam menentukan model terbaik dari fixed effect atau random effect
dapat dilakukan dengan membandingkan jumlah time series dan jumlah cross
section. Apabila jumlah times series (T) lebih besar daripada jumlah cross section
(N), maka model fixed ef fect merupakan model yang tepat digunakan. Maka dari
46

itu, penelitian ini menggunakan model fixed effect dalam mengestimasi regresi
data panel.
4.5.3 Hasil Estimasi Metode Regresi Data Panel
Hasil pengujian uji chow dan dan uji hausman sama-sama menunjukkan
bahwa model fixed effect merupakan model yang tepat digunakan dalam
mengestimasi data panel dalam penelitian ini yang ditunjukkan dengan nilai
probabilitas masing-masing pengujian uji chow maupun uji hausman sama yaitu
sama-sama menunjukkan nilai estimasi lebih rendah dibandingkan dengan 𝛼 =
5%. Hasil estimasi fixed effect dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil Estimasi Metode Regresi Data Panel Fixed Effect
Variable Coefficient t-Statistic Prob.
C 82.18952 7.363516 0.0000
PDRB? -1.010489 -2.720930 0.0088
AMH? -0.685208 -5.385904 0.0000
Adjusted R-squared 0.941843
F-statistic 137.4991
Prob (F-statistic) 0.000000
Sumber: Lampiran G, diolah.

Berdasarkan hasil estimasi regresi data panel menggunakan pendekatan


fixed effect pada Tabel 4.5, diperoleh hasil persamaan regresi yaitu sebagai
berikut:
KM = 82.18952 -1.010489 (PDRB) - 0.685208 (AMH)
Nilai koefisien konstansta (𝑏0 ) sebesar 82.18952 menyatakan bahwa apabila
seluruh variabel bebas yaitu pertumbuhan ekonomi (PDRB) dan Angka Melek
Huruf (AMH) diasumsikan tidak mengalami perubahan atau dianggap nol
(konstan), maka tingkat kemiskinan di Pulau Jawa cenderung naik.
Nilai koefisien variabel PDRB (𝑏1 ) sebesar minus 1.010489 artinya
variabel bebas PDRB mempunyai pengaruh negatif terhadap variabel terikat
(KM) yang menunjukkan bahwa setiap terjadi kenaikan satu persen pertumbuhan
ekonomi (PDRB) di masing-masing Provinsi di Pulau Jawa, maka akan
menyebabkan tingkat kemiskinan menurun sebesar 1.010489 dikalikan satu
satuan PDRB dengan asumsi variabel bebas lainnya di dalam model dianggap
47

konstan. Hal tersebut juga berlaku sebaliknya, jika pertumbuhan ekonomi (PDRB)
mengalami penurunan sebesar satu persen, maka akan menyebabkan tingkat
kemiskinan meningkat sebesar 1.010489.
Nilai koefisien variabel angka melek huruf (𝑏2 ) sebesar minus 0.685208
artinya variabel bebas angka melek huruf (AMH) mempunyai pengaruh negatif
terhadap variabel terikat (KM) yang menunjukkan bahwa jika angka melek huruf
(AMH) di masing-masing Provinsi di Pulau Jawa mengalami peningkatan sebesar
satu persen, maka akan menyebabkan tingkat kemiskinan akan menurun sebesar
0.685208 dikalikan satu satuan angka melek huruf (AMH) dengan asumsi variabel
bebas lainnya di dalam model dianggap konstan. Hal tersebut juga berlaku
sebaliknya, jika angka melek huruf (AMH) mengalami penurunan sebesar satu
persen, maka tingkat kemiskinan (KM) akan meningkat sebesar 0.685208
dikalikan satu satuan angka melek huruf.
Secara umum, hasil analisis regresi data panel dengan pendekatan fixed
effect dapat diketahui bagaimana pengaruh masing-masing variabel bebas
terhadap tingkat kemiskinan di Pulau Jawa. Berikut ini ringkasan keterkaitan atau
hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat serta signifikansinya disajikan
pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hubungan Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat Serta Signifikansinya
Variabel Hubungan Signifikansi
Koefisien (C) Positif Signifikan
PDRB Negatif Signifikan
Angka Melek Huruf (AMH) Negatif Signifikan
Sumber: Lampiran F, diolah.

Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa variabel bebas yaitu


pertumbuhan ekonomi (PDRB) dan angka melek huruf (AMH) mempengaruhi
tingkat kemiskinan secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa hasil estimasi
regresi sesuai dengan teori yang digunakan dalam penelitian. Selanjutnya untuk
melihat tingkat pengaruh setiap sampel individu pada time series yang sama
ditunjukkan melalui tabel fixed effect cross yang dapat dilihat pada Tabel 4.7.
48

Tabel 4.7 Hasil Estimasi Fixed Effects Cross

Fixed Effects (Cross) Estimate


JKT—C -4.282644
_JABAR—C 1.195430
_JATENG—C 2.931522
_YOGYA—C 1.687502
_JATIM—C 1.393622
_BANTEN—C -2.925432
Sumber: Lampiran F, diolah.

Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh melalui pendekatan fixed effect yang
ditunjukkan pada Tabel 4.6 dan Tabel 4.7, model dapat diinterprestasikan sebagai
berikut:
1. Model persamaan regresi data panel untuk menunjukkan hubungan PDRB dan
angka melek huruf terhadap tingkat kemiskinan di DKI Jakarta adalah sebagai
berikut:
KM = 77.906876 - 1.010489 (PDRB_JKT) - 0.685208 (AMH_JKT)
Nilai konstanta cross section DKI Jakarta menunjukkan nilai sebesar
77.906876. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada saat variabel bebas yaitu
PDRB dan angka melek huruf bernilai sama dengan 0 maka tingkat kemiskinan
yang terjadi di DKI Jakarta meningkat sebesar 77.906876.
2. Model persamaan regresi data panel untuk menunjukkan hubungan PDRB dan
angka melek huruf terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Barat adalah sebagai
berikut:
KM = 83.38495 - 1.010489 (PDRB_JABAR) - 0.685208 (AMH_JABAR)
Nilai konstanta cross section Jawa Barat menunjukkan nilai sebesar 83.38495.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pada saat variabel bebas yaitu PDRB dan
angka melek huruf bernilai sama dengan 0 maka tingkat kemiskinan yang
terjadi di Jawa Barat meningkat sebesar 83.38495.
49

3. Model persamaan regresi data panel untuk menunjukkan hubungan PDRB dan
angka melek huruf terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah adalah sebagai
berikut:
KM = 85.121042 - 1.010489 (PDRB_JATENG) - 0.685208 (AMH_JATENG)
Nilai konstanta cross section Jawa Tengah menunjukkan nilai sebesar
85.121042. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada saat variabel bebas yaitu
PDRB dan angka melek huruf bernilai sama dengan 0 maka tingkat kemiskinan
yang terjadi di Jawa Tengah meningkat sebesar 85.121042.
4. Model persamaan regresi data panel untuk menunjukkan hubungan PDRB dan
angka melek huruf terhadap tingkat kemiskinan di DI Yogyakarta adalah
sebagai berikut:
KM = 83.877022 - 1.010489 (PDRB_YOGYA) - 0.685208 (AMH_YOGYA)
Nilai konstanta cross section DI Yogyakarta menunjukkan nilai sebesar
83.877022. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada saat variabel bebas yaitu
PDRB dan angka melek huruf bernilai sama dengan 0 maka tingkat kemiskinan
yang terjadi di DI Yogyakarta meningkat sebesar 83.877022.
4. Model persamaan regresi data panel untuk menunjukkan hubungan PDRB dan
angka melek huruf terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Timur adalah sebagai
berikut:
KM = 83.583142 - 1.010489 (PDRB_JATIM) - 0.685208 (AMH_JATIM)
Nilai konstanta cross section Jawa Timur menunjukkan nilai sebesar
83.583142. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada saat variabel bebas yaitu
PDRB dan angka melek huruf bernilai sama dengan 0 maka tingkat kemiskinan
yang terjadi di Jawa Timur akan meningkat sebesar 83.583142.
5. Model persamaan regresi data panel untuk menunjukkan hubungan PDRB dan
angka melek huruf terhadap tingkat kemiskinan di Banten adalah sebagai
berikut:
KM = 79.264088 - 1.010489 (PDRB_BANTEN) - 0.685208 (AMH_BANTEN)
Nilai konstanta cross section Banten menunjukkan nilai sebesar 79.264088.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pada saat variabel bebas yaitu PDRB dan
50

angka melek huruf bernilai sama dengan 0 maka tingkat kemiskinan yang
terjadi di Banten akan meningkat sebesar 79.264088.

4.6 Hasil Uji Asumsi Klasik


4.6.1 Uji Normalitas
Pengujian normalitas bertujuan untuk melihat residual pada data yang
digunakan dalam penelitian apakah residual tersebut terdistribusi normal atau
tidak. Pengujian dapat dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas
Jarque-Bera dengan nilai kritis (𝛼 = 5%= 0.05). Apabila nilai probabilitas Jarque-
Bera lebih besar dibandingkan dengan nilai kritis 𝛼 = 0.05, maka dapat dikatakan
bahwa residual pada data terdistribusi normal. Hasil pengujian normalitas dapat
dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas
7
Series: Standardized Residuals
6 Sample 2004 2013
Observations 60
5
Mean 2.96e-17
Median 0.047449
4
Maximum 3.049314
Minimum -3.077112
3
Std. Dev. 1.323570
Skewness 0.197972
2 Kurtosis 2.527532

1 Jarque-Bera 0.949993
Probability 0.621887
0
-3 -2 -1 0 1 2 3

Sumber: Lampiran G, diolah.

Hasil pengujian uji normalitas pada Tabel 4.8 menunjukkan nilai


probabilitas Jarque-Bera pada tabel sebesar 0.621887. Hal ini berarti nilai
probabilitas Jarque-Bera (0.621887) lebih besar dibandingkan dengan nilai kritis
(0.05). Maka dapat disimpulkan bahwa residual pada data yang digunakan dalam
penelitian terdistribusi normal dan telah memenuhi syarat asumsi klasik
normalitas.
4.6.2 Uji Multikolinearitas
Pengujian multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Pengujian
51

multikolinearitas dapat dilakukan dengan mengestimasi correlations matrix


dengan batas korelasi antar variabel bebas sebesar 0,08. Pengambilan keputusan
dilakukan dengan melihat nilai correlations matrix pada setiap variabel bebasnya.
Apabila nilai correlations matrix pada setiap variabel bebas memiliki nilai di atas
0.80 maka dikatakan terjadi multikolinearitas, sedangkan apabila nilai
correlations matrix pada variabel bebas dibawah angka 0.80 maka tidak terjadi
multikolinearitas dalam model.

Tabel 4.9 Tabel Hasil Uji Multikolinearitas


PDRB AMH
PDRB 1.0000000000000000 0.3667865383119943
AMH 0.3667865383119943 1.0000000000000000
Sumber: Lampiran H, diolah.

Berdasarkan uji multikolinearitas yang ditunjukkan pada Tabel 4.9


menunjukkan bahwa nilai correlations matrix pada setiap variabel bebas
mempunyai nilai dibawah angka batas korelasi (0.80). Hal ini menunjukkan
bahwa model terbebas dari adanya multikolinaritas karena correlations matrix
variabel bebas lebih kecil dari 0.80.
4.6.3 Hasil Uji Autokorelasi
Model yang baik digunakan dalam regresi adalah model yang tidak
terdapat gejala autokorelasi artinya bahwa data yang digunakan dalam penelitian
tidak terjadi hubungan korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (t-1). Uji yang digunakan
untuk mengetahui adanya autokorelasi pada model dilakukan dengan
menggunakan Uji Durbin Watson. Penentuan hasil dilakukan dengan
membandingkan hasil nilai Uji Durbin Watson dengan tabel kriteria keputusan
Durbin Watson (2009:39). Hasil pengujian Durbin Watson dapat dilihat pada
Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi

R-squared 0.948743 Mean dependent var 12.81900


Adjusted R-squared 0.941843 S.D. dependent var 5.846151
S.E. of regression 1.409845 Akaike info criterion 3.648403
52

Sum squared resid 103.3585 Schwarz criterion 3.927648


Log likelihood -101.4521 Hannan-Quinn criter. 3.757631
F-statistic 137.4991 Durbin-Watson stat 0.953472
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Lampiran F, diolah.

Hasil estimasi pengujian Durbin Watson pada Tabel 4.10. menunjukkan


bahwa nilai statistik Durbin Watson (DW) sebesar 0.953472. Berdasarkan tabel
Durbin Watson, dengan jumlah observasi sebesar 60 dan jumlah variabel bebas
sebesar dua (2) variabel atau n=60 dan k=2, maka didapatkan angka dL= 1.5144,
dU= 1.6518, 4-dL= 2.4856, dan 4-dU= 2.3482. Maka dapat disimpulkan bahwa
hasil pengujian menunjukkan DW < dL (0.953472<1.5144) artinya terdapat gejala
autokorelasi positif pada model yang digunakan. Namun dalam penelitian data
panel, uji asumsi klasik tidak diperlukan seperti pada data time series. Pengujian
dilakukan hanya untuk melihat secara detail sifat dari data yang digunakan. Detail
pengujian kriteria Durbin Watson dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Keputusan Uji Durbin Watson

Kriteria Hipotesis Keputusan


DW < dL Ada gejala autokorelasi positif Terima
dL≤ DW ≤ dU Tidak dapat mengambil kesimpulan Tolak
dU≤ DW ≤ 4-dU Tidak ada gejala autokorelasi Tolak
4-dU≤ DW ≤ 4-dL Tidak dapat mengambil kesimpulan Tolak
DW >4-dL Ada gejala autokorelasi negatif Tolak
Sumber: Lampiran F, diolah

4.6.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas


Pengujian heterokedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji Park.
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain atau untuk melihat penyebaran data. Hipotesis yang digunakan dalam uji
heteroskedastisitas adalah Ho: tidak terdapat heteroskedastisitas dan Ha: terdapat
heteroskedastisitas. Pengambilan keputusan didasarkan pada nilai probabilitas
masing-masing variabel bebas. Apabila nilai probabilitas masing-masing variabel
bebas lebih besar dari (𝛼 =5% atau 0.05) maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya
53

tidak terdapat heteroskedastisitas dan juga sebaliknya. Hasil pengujian


heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel 4.12.

Tabel 4.12 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Park

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.


C 7.879764 15.20097 0.518372 0.6064
PDRB -0.045795 0.505772 -0.090546 0.9282
AMH -0.088085 0.173262 -0.508390 0.6133
Sumber: Lampiran I, diolah,

Berdasarkan Tabel 4.12 hasil pengujian heteroskedatisitas melalui estimasi


uji Park menunjukkan bahwa nilai probabilitas variabel PDRB adalah sebesar
0.9282 lebih besar daripada α= 0.05 dan variabel angka melek huruf (AMH)
adalah sebesar 0.6133 lebih besar daripada α = 0.05 artinya semua variabel bebas
memiliki nilai probabilitas lebih besar daripada α = 0.05 atau bersifat tidak
signifikan. Pengambilan kesimpulan berdasarkan nilai probabilitas pada masing-
masing variabel bebas. Jika nilai probabilitas variabel bebas lebih besar dari nilai
alpha maka dikatakan model terbebas dari asumsi heteroskedastisitas.
Berdasarkan hasil estimasi di atas, pengambilan keputusan dapat disimpulkan
bahwa hipotesis Ho diterima dan Ho ditolak artinya model yang digunakan tidak
terdapat heteroskedastisitas atau model bersifat homoskedastisitas.

4.7 Hasil Pengujian Statistik


Hasil regresi untuk pengujian statistik dijelaskan melalui hasil estimasi
regresi data panel pada pendekatan fixed effect pada Tabel 4.5 yang dijabarkan
melalui: uji signifikansi parameter serempak (uji F), uji signifikansi parameter
individual (uji t), dan uji koefisien determinasi berganda.
4.7.1 Hasil Uji Signifikansi Parameter Serempak (Uji F)
54

Uji F digunakan untuk melihat pengaruh secara serempak atau bersama-


sama variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil analisis data menunjukkan
bahwa nilai F hitung yang diperoleh adalah sebesar 137.4991 dengan probabilitas
F-statistic sebesar 0,000000. Apabila dibandingkan dengan α=5%, maka nilai
probabilitas yang diperoleh lebih kecil daripada alpha yang ditetapkan (0,0000
<0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis Ho ditolak dan Ha
diterima artinya bahwa variabel PDRB dan angka melek huruf secara serempak
atau bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Pulau
Jawa.
4.7.2 Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Uji t digunakan untuk melihat pengaruh secara individu masing-masing
variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil analisis menunjukkan bahwa
semua variabel bebas terbukti memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel
terikat. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai t hitung pada variabel
pertumbuhan ekonomi (PDRB) sebesar minus 2.720930 dengan probabilitas t-
statistic sebesar 0.0088. Artinya probabilitas yang diperoleh lebih kecil daripada
α=5% atau dapat ditulis (0.0088< 0.05) sehingga hipotesis Ho ditolak dan Ha
diterima yaitu pertumbuhan ekonomi (PDRB) berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap tingkat kemiskinan.
Selanjutnya, nilai t hitung angka melek huruf berdasarkan hasil analisis
menunjukkan nilai sebesar minus 5.385904 dengan probabilitas t-statistic sebesar
0.0000. Artinya probabilitas yang diperoleh lebih kecil daripada α=5% atau dapat
ditulis (0.0000< 0.05) sehingga hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima yaitu angka
melek huruf berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan.
4.7.3 Hasil Uji Koefisien Determinasi Berganda (𝑅 2 )
Nilai koefisien determinasi (𝑅 2 ) menunjukkan ketepatan atau goodness of fit
model yang digunakan. Berdasarkan hasil estimasi regresi diperoleh nilai
Adjusted R-Squared sebesar 0.941843 artinya tingkat ketepatan model yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 94.1843 %. Nilai ini menunjukkan
bahwa variabel PDRB dan Angka Melek Huruf (AMH) telah memberikan
kontribusi sebesar 94.1843% dalam mempengaruhi tingkat kemiskinan.
55

Sedangkan sisanya sebesar 5,8157% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain atau


variabel-variabel lain di luar model penelitian. Dengan demikian, secara umum
model yang digunakan dalam penelitian dapat dikatakan cukup baik untuk
menjelaskan bagaimana pengaruh variabel PDRB dan angka melek huruf (AMH)
terhadap tingkat kemiskinan di Pulau Jawa.

4.8 Pembahasan
4.8.1 Hubungan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Kemiskinan di Pulau
Jawa
Pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan merupakan satu kesatuan dalam
sebuah siklus pembangunan dimana pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan
tingkat kemiskinan yang rendah merupakan harapan dalam keberhasilan suatu
pembangunan. Akan tetapi selama masa tumbuh pembangunan, permasalahan
kemiskinan akan selalu terjadi hingga proses pertumbuhan pembangunan
mencapai tahap akhir. Hal tersebut terjadi karena kemiskinan memiliki korelasi
yang kuat dengan pertumbuhan ekonomi. Korelasi tersebut dapat terlihat pada
saat dimana pada tahap awal proses pembangunan tingkat kemiskinan akan
cenderung meningkat sedangkan pada saat mendekati tahap akhir pembangunan
jumlah orang miskin berangsur-angsur akan berkurang. Maka pertumbuhan
ekonomi merupakan syarat keharusan bagi pengurangan kemiskinan dan syarat
kecukupannya adalah pertumbuhan tersebut haruslah efektif mengurangi
kemiskinan (Nareswari, 2014). Setiap wilayah selalu berusaha untuk menciptakan
pertumbuhan ekonomi yang teguh dalam jangka panjang. Terdapat dua alasan
mengapa suatu wilayah harus mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang
teguh, yaitu: (i) untuk menyediakan kesempatan kerja kepada tenaga kerja yang
terus-menerus mengalami peningkatan dan (ii) untuk menaikkan tingkat
kemakmuran masyarakat. Maka dari itu setiap wilayah dari satu periode ke
periode selalu berusaha melakukan penambahan faktor-faktor produksi dalam
kuantitas dan kualitas untuk meningkatkan kemakmuran dan mengurangi
kemiskinan (Sukirno, 2004:23). PDRB sering digunakan sebagai indikator
56

pembangunan. Semakin tinggi PDRB suatu daerah, maka semakin besar pula
potensi sumber penerimaan daerah tersebut dikarenakan semakin besar
pendapatan masyarakat daerah tersebut. Hal ini berarti juga semakin tinggi PDRB
semakin sejahtera penduduk suatu wilayah. Dengan kata lain maka peningkatan
PDRB akan menyebabkan jumlah penduduk miskin berkurang.
Merujuk pada hasil penelitian menggunakan analisis regresi data panel pada
pendekatan fixed effect menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Pulau Jawa. Artinya bahwa
peningkatan pertumbuhan ekonomi akan menyebabkan tingkat kemiskinan
menurun di Pulau Jawa dan sebaliknya apabila pertumbuhan ekonomi menurun
maka tingkat kemiskinan di Pulau Jawa akan meningkat. Hasil analisis tersebut
telah sesuai dengan hipotesis dan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Hal
ini juga sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa semakin cepat laju
pertumbuhan ekonomi suatu daerah maka merepresentasikan distribusi
pendapatan kepada rumah tangga faktor produksi mengalami perbaikan.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan gambaran terhadap
kesejahteraan faktor produksi, dimana semakin tinggi pertumbuhan ekonomi,
maka semakin tinggi produktivitas faktor produksi dan semakin tinggi upah yang
diterima para pekerja yang kemudian berdampak pada peningkatan kesejahteraan
dan penurunan kemiskinan (Ramdani, 2015).
Hasil penelitian ini sejalan dan mendukung studi yang dilakukan Saputra
dan Mudakir (2011) Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, PDRB, IPM, dan
Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan di Kabupaten/Kota Jawa Tengah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel PDRB berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah. Hasil penelitian
menunjukkan bah wa PDRB suatu daerah berdampak pada kualitas konsumsi
rumah tangga. Apabila tingkat pendapatan penduduk sangat terbatas, banyak
rumah tangga miskin terpaksa merubah pola makanan pokoknya ke barang paling
murah dengan jumlah barang yang berkurang sehingga menyebabkan
kesejahteraan menurun. Selanjutnya hasil penelitian juga sesuai dengan studi
Prastyo (2010) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan
57

menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan


terhadap tingkat kemiskinan. Studi lain yang dilakukan Fatmawati (2015) Analisis
Pengaruh Variabel Ekonomi Makro Terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi
Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh
yang negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Sulawesi Selatan.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi mendorong terbukanya sektor-sektor industi
baru yang akan berdampak pada peningkatan lapangan pekerjaan sehingga jumlah
penyerapan tenaga kerja meningkat seiring tingginya kesempatan kerja yang.
Peningkatan kesempatan kerja akan berpengaruh terhadap penurunan tingkat
kemiskinan. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa meskipun daerah dan
rentan waktu yang digunakan berbeda dengan studi sebelumnya, namun variabel
pertumbuhan ekonomi tetap memiliki peran penting dalam mempengaruhi tingkat
kemiskinan di suatu daerah.
4.8.2 Hubungan Pendidikan Terhadap Tingkat Kemiskinan di Pulau Jawa
Pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk kemampuan sebuah
negara berkembang untuk menyerap teknologi modern dan mengembangkan
kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan.
Orang yang mempunyai kualitas pendidikan tinggi akan mampu menghasilkan
barang dan jasa secara optimal sehingga akan memperoleh pendapatan yang
optimal juga. Apabila pendapatan penduduk tinggi maka seluruh kebutuhan akan
terpenuhi sehingga kesejahteraan akan meningkat dan terhindar dari lingkaran
kemiskinan (Astuti, 2015). Merujuk pada hasil penelitian menggunakan analisis
regresi data panel pada pendekatan fixed effect menunjukkan bahwa Pendidikan
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Pulau Jawa.
Artinya bahwa apabila pendidikan meningkat maka akan menyebabkan tingkat
kemiskinan menurun di Pulau Jawa dan sebaliknya apabila pendidikan menurun
maka tingkat kemiskinan di Pulau Jawa akan meningkat. Hasil penelitian ini telah
sesuai dengan teori dan hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini. Semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka pengetahuan dan keahlian juga akan
meningkat sehingga akan mendorong peningkatan produktivitas kerjanya.
Perusahaan akan memperoleh hasil yang lebih banyak dengan memperkerjakan
58

tenaga kerja dengan produktivitas yang tinggi, sehingga perusahaan juga akan
bersedia memberikan gaji yang lebih tinggi bagi yang bersangkutan. Di sektor
informal seperti pertanian, peningkatan ketrampilan dan keahlian tenaga kerja
akan mampu meningkatkan hasil pertanian, karena tenaga kerja yang terampil
mampu bekerja lebih efisien. Pada akhirnya seseorang yang memiliki
produktivitas yang tinggi akan memperoleh kesejahteraan yang lebih baik, yang
diperlihatkan melalui peningkatan pendapatan maupun konsumsinya. Jadi dapat
disimpulkan bahwa hubungan pendidikan dengan kemiskinan sangat berpengaruh
erat, karena semakin tinggi pendidikan seseorang, maka keahlian juga meningkat
sehingga akan mendorong produktivitas kerja yang kemudian berpengaruh pada
pendapatan masyarakat yang selanjutnya memengaruhi tingkat kemiskinan di
suatu daerah (Prastyo, 2010).
Hasil penelitian ini sejalan dan mendukung studi Astrini dan Purbadharmaja
(2012) Pengaruh PDRB, Pendidikan dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan Di
Provinsi Bali dimana variabel pendidikan yang diproksi dengan besarnya angka
melek huruf menunjukkan tanda negatif dan berpengaruh secara signifikan
terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Bali. Upaya peningkatan angka melek
huruf berarti menurunkan tingkat angka buta huruf masyarakat. Studi lain yang
dilakukan Kuncoro (2014) Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat
Pengangguran dan Pendidikan Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Provinsi Jawa
Timur Tahun 2009 – 2011 juga menunjukkan variabel pendidikan yang diproksi
dengan angka melek huruf (AMH) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
tingkat kemiskinan di Jawa Timur tahun 2009-2011. Nilai koefisien Angka Melek
Huruf (AMH) sebesar -0,687686 yang berarti bahwa setiap kenaikan Angka
Melek Huruf (AMH) sebesar 1 persen maka dapat menurunkan tingkat
kemiskinan sebesar 0,687686 persen dan sebaliknya. Hasil penelitian
mengungkapkan bahwa meskipun daerah dan rentan waktu yang digunakan
berbeda dengan studi sebelumnya, namun variabel pendidikan tetap memiliki
peran penting dalam mempengaruhi tingkat kemiskinan di suatu daerah.
Selanjutnya studi Amalia (2012) Pengaruh Pendidikan, Pengangguran, dan Inflasi
Terhadap Tingkat Kemiskinan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) Periode 2001-
59

2010 menunjukkan bahwa pendidikan memiliki pengaruh negatif dan signifikan


terhadap tingkat kemiskinan. Studinya mengungkapkan setiap tambahan satu
tahun pendidikan berarti peningkatan kemampuan kerja dan peningkatan
pendidikan meskipun juga berarti penundaan penerimaan penghasilan selama satu
tahun tambahan pendidikan tersebut. Pendidikan menjadi kunci untuk
menurunkan tingkat kemiskinan melalui kualitas sumber daya manusia.

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode fixed effect dan
pembahasan pada bab sebelumnya, hasil penelitian ini menghasilkan kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pertumbuhan ekonomi memengaruhi tingkat tingkat kemiskinan di Pulau
Jawa dengan hubungan yang negatif sebesar 1.010489. Artinya bahwa pada
saat pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan maka tingkat kemiskinan
di Pulau Jawa akan menurun dan sebaliknya apabila pertumbuhan ekonomi
mengalami penurunan maka tingkat kemiskinan di Pulau Jawa akan
meningkat. Hal tersebut dikarenakan tingginya pertumbuhan ekonomi
mendorong tingginya kegiatan ekonomi sehingga memicu terbukanya
lapangan pekerjaan baru. Tingginya jumlah lapangan pekerjaan baru, akan
memengaruhi tinggi rendahnya permintaan tenaga kerja yang kemudian
berdampak langsung pada pendapatan masyarakat.
2. Angka Melek Huruf (AMH) memengaruhi tingkat tingkat kemiskinan di
Pulau Jawa dengan hubungan yang negatif sebesar 0.685208. Artinya bahwa
pada saat Angka Melek Huruf mengalami peningkatan maka tingkat
kemiskinan di Pulau Jawa juga akan menurun dan sebaliknya apabila Angka
Melek Huruf mengalami penurunan maka tingkat kemiskinan di Pulau Jawa
60

akan meningkat. Hal tersebut dikarenakan kualitas sumberdaya manusia


memengaruhi permintaan tenaga kerja. Perusahaan membutuhkan SDM yang
mempunyai kualitas dan keterampilan yang baik sehingga masyarakat yang
kualitas rendah tidak akan mampu bersaing dalam dunia kerja sehingga dapat
memicu pengangguran dan berakhir pada kemiskinan.

5.2 Saran
Pulau Jawa merupakan wilayah dengan pertumbuhan PDRB tertinggi di
Indonesia. Melihat kondisi tersebut seharusnya Provinsi-Provinsi di Pulau Jawa
dapat memanfaatkannya untuk mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan
kemakmuran. Beberapa kebijakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat yaitu sebagai berikut:
a. Mengurangi jumlah pasokan angkatan kerja dengan melakukan pengendalian
pertumbuhan penduduk dengan kebijakan program Keluarga Berencana
terhadap kaum wanita dan laki-laki serta memberikan doktrin bahwa dengan
mempunyai jumlah dua orang anak adalah tindakan yang tepat.
b. Pengendalian fertilitas melalui peraturan persyaratan seseorang yang akan
menikah tidak boleh dibawah umur atau harus (19 tahun keatas).
Pengendalian pertumbuhan penduduk akan bermanfaat bagi suatu wilayah di
tahun-tahun berikutnya karena mengurangi jumlah pasokan tenaga kerja
sehingga kesejahteraan lebih merata.
c. Perluasan kesempatan kerja dengan membuat lapangan pekerjaan yang
berbasis penyerapan tenaga kerja lokal serta pengembangan sektor informal.
d. Meningkatkan mutu pendidikan dan fasilitas pelatihan guna meningkatkan
kemampuan dan keterampilan tenaga kerja agar memenuhi standar kebutuhan
Perusahaan.
e. Pengembangan wirausahawan sehingga masyarakat dapat mandiri untuk
membuka lapangan usaha.
f. Meningkatkan pertumbuhan PDRB melalui peningkatan investasi baik dalam
negeri maupun luar negeri.
61

DAFTAR PUSTAKA

Aimon, Hasdi. 2012. Produktivitas, Investasi Sumberdaya Manusia, Investasi


Fisik, Kesempatan Kerja Terhadap Kemiskinan dan Pertumbuhan
Ekonomidi Indonesia. Jurnal Kajian Ekonomi . Vol.1 (1): 209-218.

Amalia, Fitri. 2012. Pengaruh Pendidikan, Pengangguran dan Inflasi Terhadap


Tingkat Kemiskinan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) Periode 2001-
2010. Jurnal Econosains. Vol 10 (2): 158-169.

Anwar, Mohammad. 2015. Transformasi Struktural dan Perangkap Pendapatan


Menengah: Menelaah Proses Pembangunan di Indonesia Menuju 2030.
Jakarta: Kementerian PPN/Bappenas.

Astrini, Made dan Ida, Bagus 2012. Pengaruh PDRB, Pendidikan dan
Pengangguran Terhadap Kemiskinan Di Provinsi Bali. Jurnal Ekonomi
Pembangunan Universitas Udayana. Vol. 2 (8): 284-392.

Astuti, Restu Ratri. 2015. Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, Pertumbuhan


Ekonomi, Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Jumlah Penduduk
Miskin di Indonesia Tahun 2004–2012. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Yogyakarta.

Atmanti, Hastarini. 2005. Investasi Sumber Daya Manusia Melalui Pendidikan.


Jurnal Dinamika Pembangunan. Vol. 2 (1): 30 – 39.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Badan Pusat Statistik (BPS).


Data dan Informasi Kinerja Pembangunan 2004-2012. 2013. Jakarta
Pusat.

Badan Pusat Statistik DI Yogyakarta. 2013. Analisis Icor Sektoral Daerah


Istimewa Yogyakarta 2009-2013. Yogyakarta: BPPD DI Yogyakarta.
62

Barika. 2013. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pengeluaran Pemerintah,


Pengangguran Dan Inflasi Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Provinsi
Sumatera. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol. 5 (1): 27-36.

Effendi, Nury dan Setiawan, Maman. 2014. Ekonometrika Terapan. Jakarta:


Salemba Empat.

Fatmawati. 2015. Analisis Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Tingkat


Kemiskinan Di Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar: Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Hasanuddin.

Faturrohmin, Rahmawati. 2011. Pengaruh PDRB, Angka Melek Huruf, dan Angka
Harapan Hidup Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Jawa Tengah. Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah.

Fauzan, Alfian Wahyu. 2015. Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, Dan
Tingkat Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Tengah.
Semarang: Universitas Diponegoro.

Gujarati, Damodar N. 2010. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta: Salemba


Empat.

Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program. Semarang:


Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Husen, Sharifuddin. 2011. Pengaruh Pengeluaran Agregat Dalam Mendorong


Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Dan Implikasinya Pada
Kesejahteraan Sosial. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol. 12 (1): 130-
158.

Jhingan, M.L. 2003. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Erlangga.

Kodar, Nur. 2012. Analisis Pengaruh Human Capital Investment Terhadap


Pertumbuhan Ekonomi Di Jawa Tengah. Naskah Publikasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta: Ilmu Ekonomi Dan Bisnis.

Kumalasari, Merna Dan Poewarno. 2010. Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Angka


Harapan Hidup, Angka Melek Huruf, Rata-Rata Lama Sekolah,
Pengeluaran Perkapita Dan Jumlah Penduduk Terhadap Tingkat
Kemiskinan Di Jawa Tengah. Jurnal ilmiah.

Kuncoro, Mudrajat. 2010. Masalah, Kebijakan, dan Politik: Ekonomika


Pembangunan.Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Kuncoro, Sri. 2014. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat
Pengangguran Dan Pendidikan Terhadap Tingkat Kemiskinan Di
Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2011. Naskah Publikasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta: Program Studi Ekonomi Pembangunan.
63

Mangkoesoebroto, Guritno. 1997. Ekonomi Publik. Edisi Ketiga. Yogyakarta:


BPFE.

Mankiw, N. Gregory. 2007. Makro Ekonomi Edisi keenam. Jakarta: Erlangga.

Muhi, Ali Hanapiah. 2010. Analisis Investasi Modal Manusia Dalam Perspektif
Pelatihan dan Pendidikan. Jatinangor: Institut Pemerintahan Dalam
Negeri (IPDN).

Mulyadi, Mohammad. 2011. Penelitian Kuantitatif Dan Kualiatif Serta Pemikiran


Dasar Menggabungkannya. Jurnal Studi Komunikasi Dan Media. Vol.15
(1).

Mulyono. 2009. Anomali Pergantian-Metodologi Penelitian. Jakarta: Universitas


Indonesia.

Nachrowi, D. N. dan H. Usman. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis


Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Lembaga
Penerbit FE UI.

Nizar, Hamzah, dkk. 2013. Pengaruh Investasi Dan Tenaga Kerja Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Serta Hubungannya Terhadap Tingkat
Kemiskinan Di Indonesia. Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana
Universitas Syiah Kuala. Vol. 1 (2).

Nugroho, Priyo Adi. 2015. Pengaruh PDRB, Tingkat Pendidikan, Dan


Pengangguran Terhadap Kemiskinan Di Kota Yogyakarta Tahun 1999-
2011. Yogyakarta: Universitas Yogyakarta Prishardoyo, Bambang. 2008.
Analisis Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Dan Potensi Ekonomi Terhadap
Produk Domestik Regional Bruto (Pdrb) Kabupaten Pati Tahun 2000-
2005. Jurnal Ekonomi Dan Kebijakan Jurusan Ekonomi Pembangunan..
Vol.1 (1): 1-83.

Nurhayati, Maruti. 2007. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Kemiskinan di Jawa Barat. http://repository.ipb.ac.id./bitstream/
handle/123456789/15207/H07mnu.pdf?sequence=4. [01 Maret 2017].

Publikasi Statistik Indonesia. 2017. Luas Daerah dan Jumlah Pulau Menurut
Provinsi, 2002-2015. Jakarta: Badan Pusat Statistika Indonesia.
Ramdani, Martiyan. 2015. Determinan Kemiskinan Di Indonesia Tahun 1982-
2012. Economics Development Analysis Journal. Vol 4 (1):97-104.

Rizky, Reza, dan Agustin, Grisvia, dkk. 2016. Pengaruh Penanaman Modal
Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri Dan Belanja Modal Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi. Jurnal Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan.Vol 8
(1): 9-16.
64

Samuelson, P. A. Dan W. D. Nordhaus. 2004. Ilmu Makro Ekonomi. Jakarta: PT


Media Global Edukasi.

Saputra, Whisnu Dan Mudakir, Bagio. 2011. Analisis Pengaruh Jumlah


Penduduk, Pdrb, Ipm, Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan Di
Kabupaten / Kota Jawa Tengah. Universitas Diponegoro: Ilmu Ekonomi
Studi Pembangunan.

Sari dan Ekaputri. 2014. Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, Pdrb Dan Jumlah
Pengangguran Terhadap Kemiskinan Di Kota Bengkulu.Universitas
Bengkulu: Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan.

Sinaga, Kristina, dkk. 2013. Analisis Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto,
Pendidikan Dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan Di Kab/Kota
Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010–2011. Jurnal Saintia Matematika.
Vol. 1 (3): 261–271.

Siregar, Hermanto dan Wahyuniarti, Dwi. 2006. Subri, Mulyadi. 2003. Ekonomi
Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.

Sjafii, Achmad. 2009. Pengaruh Investasi Fisik Dan Investasi Pembangunan


Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur 1990-2004.
Journal of Indonesian Applied Economics. Vol. 3 (1): 59-76.

Subri, Mulyadi. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif


Pembangunan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sudarwati, Ninik. 2009. Kebijakan Pengentasan Kemiskinan. Malang: Intimedia.

Sukirno, Sadono. 2004. Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga.


Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sukirno, Sadono. 2006. Ekonomi Pembangunan (Edisi Kedua). Jakarta: Kencana.

Sukmaraga, Prima. 2011. Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, Pdrb


Per Kapita, Dan Jumlah Pengangguran Terhadap Jumlah Penduduk
Miskin Di Provinsi Jawa Tengah. Semarang: Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro

Suparlan, Parsudi. 1984. Kemiskinan di Perkotaan: Bacaan Untuk Antropologi


Perkotaan. Jakarta: Sinar Harapan dan Yayasan Obor Indonesia

Supranto, J.1995. Ekonometrik. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi


Universitas Indonesia.

Todaro, Michael dan Smith, Stephen. 2006. Pembangunan Ekonomi, Edisi


Kesembilan. Jakarta: Erlangga.
65

Ustama, Dicky Djatnika. 2009. Peranan Pendidikan Dalam Pengentasan


Kemiskinan. Jurnal Ilmu Administrasi Dan Kebijakan Publik. Vol 6 (1):
1-12.

Widjajanta, Bambang. 2007. Mengasah Kemampuan Ekonomi. Jakarta: CV.Citra


Praya.

Lampiran A. Data Tingkat Kemiskinan di Pulau Jawa Tahun 2004-2013 (%)

Tahun DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Yogyakarta Jawa Timur Banten
2004 3,2 12,1 21,1 19,5 20,1 8,6
2005 3,6 14,1 20,5 19 20 8,9
2006 4,6 13,5 22,2 19,2 21,1 9,8
2007 4,6 13,6 20,4 19 20 9,1
2008 4,3 13 19,2 18,3 18,5 8,2
2009 3,6 12 17,7 17,2 16,6 7,6
2010 3,5 13 16,6 16,8 15,3 7,2
2011 3,8 10,7 15,8 16,1 14,2 6,3
2012 3,7 9,9 15 15,9 13,1 5,7
2013 3,7 9,9 15 15,9 13,1 5,7
Sumber: Badan Pusat Statistika Indonesia, 2013, diolah
66

Lampiran B. Data Tingkat PDRB di Pulau Jawa Tahun 2004-2013 (%)

Tahun DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Yogyakarta Jawa Timur Banten

2004 6,0 6,2 5,1 5,1 5,8 5,6


2005 5,7 4,8 5,3 4,7 5,8 5,9
2006 5,9 6,0 5,3 3,7 5,8 5,6
2007 6,4 6,5 5,6 4,3 6,1 6,0
2008 6,2 6,2 5,6 5,0 5,9 5,8
2009 6,8 4,2 5,1 4,4 5,0 4,7
2010 6,5 6,2 5,8 4,9 6,7 6,1
2011 6,5 6,5 6,0 5,2 7,2 6,4
2012 6,6 6,3 6,3 5,3 7,3 6,2
2013 6,1 6,1 5,8 5,4 6,5 5,9
Sumber: Badan Pusat Statistika Indonesia, 2013, diolah
67

Lampiran C. Data Angka Melek Huruf di Pulau Jawa Tahun 2004-2013 (%)

Tahun DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Yogyakarta Jawa Timur Banten

2004 98,3 90,4 86,7 85,8 85,5 94,0


2005 98,3 94,6 87,4 86,1 85,5 95,6
2006 98,4 94,9 88,2 86,7 87,1 95,6
2007 98,8 95,3 88,6 87,8 87,4 95,6
2008 98,9 95,5 89,2 91,5 87,4 96,2
2009 98,9 96,0 89,5 90,2 87,8 96,0
2010 99,1 96,2 90,0 90,8 88,5 96,2
2011 99,2 96,3 90,3 91,5 88,5 96,3
2012 99,2 96,4 90,5 92,0 89,3 96,5
2013 99,2 96,9 91,7 92,9 90,5 96,6
Sumber: Badan Pusat Statistika Indonesia, 2013, diolah
68

Lampiran D. Hasil Pengujian Uji Chow


Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 15.557404 (5,52) 0.0000


Cross-section Chi-square 54.879064 5 0.0000

Cross-section fixed effects test equation:


Dependent Variable: KM
Method: Panel Least Squares
Date: 06/03/17 Time: 00:50
Sample: 2004 2013
Periods included: 10
Cross-sections included: 6
Total panel (balanced) observations: 60

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 126.4487 5.820893 21.72324 0.0000


PDRB -1.146114 0.409291 -2.800242 0.0070
AMH -1.154025 0.067389 -17.12471 0.0000

R-squared 0.872067 Mean dependent var 12.81900


Adjusted R-squared 0.867578 S.D. dependent var 5.846151
S.E. of regression 2.127402 Akaike info criterion 4.396387
Sum squared resid 257.9729 Schwarz criterion 4.501104
Log likelihood -128.8916 Hannan-Quinn criter. 4.437348
F-statistic 194.2732 Durbin-Watson stat 0.592617
Prob(F-statistic) 0.000000
69

Lampiran E. Hasil Pengujian Uji Hausman


Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: Untitled
Test cross-section random effects

Chi-Sq.
Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 6.030338 2 0.0490

Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.

PDRB? -1.010489 -0.930387 0.008005 0.3706


AMH? -0.685208 -0.843406 0.004614 0.0199

Cross-section random effects test equation:


Dependent Variable: KM?
Method: Panel Least Squares
Date: 06/03/17 Time: 00:55
Sample: 2004 2013
Included observations: 10
Cross-sections included: 6
Total pool (balanced) observations: 60

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 82.18952 11.16172 7.363516 0.0000


PDRB? -1.010489 0.371377 -2.720930 0.0088
AMH? -0.685208 0.127222 -5.385904 0.0000

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.948743 Mean dependent var 12.81900


Adjusted R-squared 0.941843 S.D. dependent var 5.846151
S.E. of regression 1.409845 Akaike info criterion 3.648403
70

Sum squared resid 103.3585 Schwarz criterion 3.927648


Log likelihood -101.4521 Hannan-Quinn criter. 3.757631
F-statistic 137.4991 Durbin-Watson stat 0.953472
Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran F. Hasil Estimasi Regresi Menggunakan Metode Fixed Effect

Dependent Variable: KM?


Method: Pooled Least Squares
Date: 06/03/17 Time: 00:54
Sample: 2004 2013
Included observations: 10
Cross-sections included: 6
Total pool (balanced) observations: 60

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 82.18952 11.16172 7.363516 0.0000


PDRB? -1.010489 0.371377 -2.720930 0.0088
AMH? -0.685208 0.127222 -5.385904 0.0000
Fixed Effects (Cross)
_JKT--C -4.282644
_JABAR--C 1.195430
_JATENG--C 2.931522
_YOGYA--C 1.687502
_JATIM--C 1.393622
_BANTEN--C -2.925432

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.948743 Mean dependent var 12.81900


Adjusted R-squared 0.941843 S.D. dependent var 5.846151
S.E. of regression 1.409845 Akaike info criterion 3.648403
Sum squared resid 103.3585 Schwarz criterion 3.927648
Log likelihood -101.4521 Hannan-Quinn criter. 3.757631
F-statistic 137.4991 Durbin-Watson stat 0.953472
Prob(F-statistic) 0.000000
71

Lampiran G. Hasil Pengujian Uji Normalitas


7
Series: Standardized Residuals
6 Sample 2004 2013
Observations 60
5
Mean 2.96e-17
Median 0.047449
4
Maximum 3.049314
Minimum -3.077112
3
Std. Dev. 1.323570
Skewness 0.197972
2 Kurtosis 2.527532

1 Jarque-Bera 0.949993
Probability 0.621887
0
-3 -2 -1 0 1 2 3
72

Lampiran H. Hasil Pengujian Uji Multikolinearitas

PDRB AMH
PDRB 1.0000000000000000 0.3667865383119943
AMH 0.3667865383119943 1.00000000000000000
73

Lampiran I. Hasil Pengujian Heterokedastisitas dengan Uji Park

Dependent Variable: LOG(RES2)


Method: Panel Least Squares
Date: 06/03/17 Time: 12:38
Sample: 2004 2013
Periods included: 10
Cross-sections included: 6
Total panel (balanced) observations: 60

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 7.879764 15.20097 0.518372 0.6064


PDRB -0.045795 0.505772 -0.090546 0.9282
AMH -0.088085 0.173262 -0.508390 0.6133

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.270637 Mean dependent var -0.553083


Adjusted R-squared 0.172454 S.D. dependent var 2.110646
S.E. of regression 1.920045 Akaike info criterion 4.266141
Sum squared resid 191.7019 Schwarz criterion 4.545387
Log likelihood -119.9842 Hannan-Quinn criter. 4.375369
F-statistic 2.756443 Durbin-Watson stat 2.135639
Prob(F-statistic) 0.016346

You might also like