You are on page 1of 29

TUGAS KHUSUS

PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER


DI PT. MAHAKAM BETA FARMA
JALAN PULO KAMBING RAYA NO II,
KAWASAN INDUSTRI PULO GADUNG,
JAKARTA
2 JULI – 10 AGUSTUS 2018

“Validasi Metode Analisis Penetapan Kadar Serbuk


Injeksi “C” dengan High Performance Liquid
Chromatography (HPLC)”

Disusun Oleh:
FLORENCE CLAY MORA SIRAIT, S.Farm
1841012105

ANGKATAN II TAHUN 2018


PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
JANUARI, 2019

1
Halaman Pengesahan

Laporan Khusus

Praktek Kerja Profesi Apoteker

DI PT. MAHAKAM BETA FARMA

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan

karuniaNya, menuntut langkah dan cara berpikir yang baik. Berkah dan karunia

tersebut terus penulis alami sehingga dapat menyelesaikan Laporan Tugas Khusus

Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Mahakam Beta Farma yang

dilaksanakan pada 1 Juli – 10 Agustus 2018. Laporan ini disusun sebagai salah satu

syarat untuk mendapatkan gelar Apoteker pada program Profesi Apoteker Fakultas

Farmasi Universitas Andalas, Padang.

Dalam penyusunan laporan ini penulis tidak terlepas dari bimbingan, arahan,

dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada:

1. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan doa dan dukungan.

2. Ibu Prof. Dr. Fatma Sri Wahyuni, M.Si, Apt dan Deni Noviza, M.Si, Apt

selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ketua Program Studi Profesi Apoteker

Universitas Andalasyang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan

program pendidikan Profesi Apoteker.

3. Bapak/Ibu pembimbing di tempat PKPA industri yang telah meluangkan

waktu, memberikan masukan, mengajarkan berbagai hal dan berbagi ilmu

serta pengamalam kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan PKPA dan

laporan ini.

4. Dosen pembimbing sebagai pembimbing II PKPA bidang industri.

ii
5. Seluruh karyawan dan staf PT. Mahakam Beta Farma. yang telah membantu

selamaPKPA.

6. Bapak dan Ibu staf pengajar beserta segenap karyawan Fakultas Farmasi

Universitas Andalas.

7. Seluruh teman-teman Program Studi Profesi Apoteker I 2018 serta semua

pihak yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada penulis selama

pelaksanaan PKPA ini.

Penulis menyadari bahwa laporan Tugas Khusus PKPA ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, kritikan dan saran yang membangun sangat

diharapkan untuk perbaikan laporan ini. Akhirnya penulis berharap semoga

pengalaman dan pengetahuan selama PKPA dapat berguna bagi penulis di masa

depan dan laporan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dan kemajuan ilmu

pengetahuan serta kepentingan masyarakat.

Jakarta, Agustus 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
COVER ....................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. 4
2.1 Injeksi Cefazolin................................................................................................ 4
2.1.1Monografi Cefazolin ................................................................................ 4
2.1.2Parameter Klinis Cefazolin ...................................................................... 5
2.2 High Performance Liquid Chromatography (HPLC) ....................................... 6
2.2.1 Kelebihan HPLC ..................................................................................... 6
2.2.2 Komponen-komponen Utama HPLC ...................................................... 6
2.3Validasi Metode Analisa .................................................................................... 5
BAB III PEMBAHASAN .......................................................................................... 14
3.1Hasil.................................................................................................................. 14
3.2Pembahasan ...................................................................................................... 17
BAB IV PENUTUP ................................................................................................... 21
4.1Kesimpulan ....................................................................................................... 21
4.2Saran ................................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 23

iv
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Nilai persen recovery berdasarkan nilai konsentrasi sampel ....................... 10

Tabel 2. Nilai faktor dan penetapan eksperimental kekuatan metode analisis .......... 12

v
BAB 1

PENDAHULUAN

Proses pembuatan obat di PT. Mahakam Beta Farma telah memenuhi

persyaratan CPOB. Hingga tahun 2018, PT.Mahakam Beta Farma telah memperoleh

sebanyak 11sertifikat CPOB. Dengan sertifikat CPOB, PT Mahakam Beta Farma

dapat memastikan mutu obat yang dibuat dapat dikendalikan secara konsisten.

Pengendalian mutu mensyaratkan industri farmasi untuk melakukan validasi terhadap

perubahanproses kritis dalam pembuatan, pengawasan proses, dan sarana penunjang

serta perubahannya yang signifikan (BPOM, 2006).

Metode analisismerupakan salah satu aspek yang mempengaruhi mutu

produk. Analisis dilakukan industri farmasi untuk mempertahankan mutu produk.

Hasil analisis bahan baku diperlukan industri untuk menentukan supplier yang dapat

menyiapkan bahan baku sesuai dengan kualitas yang diinginkan. Dengan analisis

obat jadi, industri memperoleh data yang dapat membantu mempertahankan mutu

produk, pengembangan produk, maupun inovasi produk baru. Oleh karena itu,

perubahan terhadap metode analisis hendaklah divalidasi sebagai bentuk kegiatan

pengendalian proses kritis dalam pembuatan, pengawasan proses, dan sarana

penunjang serta perubahannya yang signifikan (BPOM, 2006). Validasi metode

analisis menjadi faktor penting karena hanya metode analisis yang telah dibuktikan

1
validitasnya yang dapat digunakan dan dipertanggungjawabkan sebagai landasan

analisis berikutnya (Sugihartini N., et al, 2014). Validasi membantu memberikan

jaminan bahwa analisis yang dilakukan dapat diandalkan.

Validasi penting dilakukan terhadap metode penetapan kadar senyawa aktif.

Saat ini penetapan kadar senyawa aktif banyak dilakukan dengan menggunakan

metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Metode ini mampu

memberikan data yang lebih akurat dan teliti dibandingkan metode analisa lain

(Sugihartini N., et al, 2014). Namun pengaruh perubahan pengguna metode dan

sampel yang diuji tentu saja dapat menyebabkan perubahan signifikan pada hasil

analisis. Validasi dilakukan untuk menjamin kadar hasil analisis dari metode HPLC

dapat diandalkan.

Kadar senyawa aktif memerlukan perhatian khusus terlebih pada industri

farmasi yang memproduksi obat antibiotik. Diketahui bahwa kadar antibiotik dalam

darah linear dengan kemampuan membunuh bakteri (concentration-depending

killing; CDK) (Sharma KK et al., 2002). Industri akan gagal menghasilkan antibiotik

bermutu jika memproduksi antibiotik dengan kadar tidak mencukupi dosis yang

dibutuhkan untuk membunuh bakteri. Sehingga untuk menghasilkan dan

mempertahankan mutu antibiotik perlu dilakukan validasi metode penetapan kadar.

Validasi metode penetapan kadar ini diharapkan dapat menjadi pedoman

pengendalian mutu produk antibiotik “C” dry injection di PT. Mahakam Beta Farma.

Dalam validasi ini akan diuraikan beberapa parameter, antara lain akurasi, presisi,

2
selektivitas, linieritas, batas deteksi dan batas kuantitasi, robustness,ruggedness dan

kesesuaian metode analisis. Oleh karena itu, laporan ini diharapkan dapat menjadi

bukti kuat bahwa penetapan kadar senyawa aktif dengan metode HPLC dapat

diandalkan dan terpercaya.

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Injeksi Cefazolin

2.1.1 Monografi Cefazolin Injeksi

Parameter Spesifikasi Metode analisis


Pemeriaan Serbuk kristalin berwarna Periksa bentuk dan
putih hingga hampir putih; warna serbuk
sangat higroskopis
Idenfikasi A Spektrum larutan sampel Spektrofotometri UV
sama dengan spektrum
larutan standar
Idenfikasi B Waktu retensi larutan HPLC
sampel sesuai dengan
waktu retensi larutan
standar, seperti yang
diperoleh dalam pengujian
Idenfikasi C Terbentuk warna kuning Visual
Penetapan Kadar 90,0% - 115,0% HPLC
Keseragaman Bobot AV ≤ 15,0 Spektrofotometri UV
pH 4,0 – 6,0 pH meter
Kadar Air ≤ 6,0% Karl Fischer
Rotasi Optik (-10 ) – (-24 )
0 0
Polarimeter
Test Sterilitas Steril Terility test
Particulate Matter in  Partikel ≥ 10µm : ≤ 1. Light obscuration
Injection 6000 partikel/container particle count test
 Partikel ≥ 25µm : ≤ 600 2. Microscopic particle
partikel/container count test
Consitued Solution (clarity Larutan sampel Nephelometry,
of solution) menunjukkan kejernihan turbdimetry, dan visual

4
yang sama dengan air comparison
Bakteri Endotoksin ≤ 0,15 unit/mg cefazolin Bacterial Endotoxin
Test (BET)
(USP 41/NF 36, 2018)
2.1.2 Parameter Klinis Cefazolin

Indikasi : Infeksi saluran empedu, endokarditis, infeksi saluran


pernapasan, dan infeksi saluran urin dan saluran
urogenital

Dosis  Anak-anak : 25 - 100 mg/kg BB perhari


 Dewasa : 250 mg – 1 g mg tiap 6-8 jam

Kontraindikasi : Pasien hipersensitifitas terhadap antibiotik golongan


cephalosporin

Efek samping : Diare, mual, muntah, perut kram, dan reaksi


hipersensitifitas

Interaksi obat  Nephrotoxic drugs : meningkatkan potensi nefrotoksin


 Probenecid : meningkatkan kadar cefazolin dalam darah

Mekanisme kerja obat : Menghambat sintesis dinding sel bakteri (AHFS, 2011)

2.2 High Performance Liquid Chromatography(HPLC)

5
HPLC merupakan metode kromatografi yang fase geraknya dialirkan menuju

kolom secara cepat dengan bantuan tekanan dari pompa dan hasilnya dapat dideteksi

dengan detektor. HPLC digunakan untuk memperoleh hasil analisis (kuantitatif dan

kualitatif) yang baik dalam waktu relatif singkat.

2.2.1 Kelebihan HPLC

 Resolusi yang didapatkan jauh lebih tinggi daripada metode lain

 Metode tidak tergantung pada kemampuan operator

 Derajat keterulangan yang diperoleh sesuai dengan kriteria USP

 Waktu analisisnya secara umum lebih singkat

 Preparasi dengan HPLC dapat dilakukan pada skala besar

2.2.2 Komponen-Komponen Utama HPLC

1. Reservoir Solvent

Penyimpanan pelarut yang cukup digunakan untuk pemakaian berkelanjutan.

Dilengkapi dengan filter khusus untuk memisahkan pelarut dari kontaminan

lingkungan

2. Pompa

Pompa berfungsi untuk menyediakan aliran larutan dalam sistem secara konsisten

dan berkelanjutan. Kebanyakan pompa modern memungkinkan pencampuran yang

terkontrol dari pelarut berbeda pada reservoir

3. Injector

6
Ada tiga tie dasar injektor yang dapat digunakan. Pertama stop-follow (aliran

dihentikan) injeksi dilakukan pada sistem tertutup lalu aliran dilanjutkan lagi. Kedua

adalah septum, digunakan pada kinerja sampai 60-70 atmosfir. Tetapi septum ini

tidak tahan dengan semua pelarut-pelarut kromatografi cair yang menyebabkan

penyumbatan. Ketiga yaitu loop valve, digunakan untuk menginjeksi >10 µL dan

dilakukan secara otomatis.

4. Kolom

Kolom merupakan jantung dari sistem HPLC, tempat fase gerak bercampur

dengan fase diam membentuk antarmuka yang besar. Kolom dibagi menjadi

2, yaitu kolom analitik dengan diameter 2-6 mm dan kolom preparatif dengan

diameter >6 mm.

5. Detektor

Berfungsi untuk membaca absorban sampel pada panjang gelombang yang

dipilih atau dalam rentang panjang gelombang tertentu. Detektor yang umum

digunakan yaitu detektor ultraviolet (UV). Detektor-detektor lainnya antara

lain detektor fluorometer-detektor spektrofotometer massa, detektor ionisasi

nyala-detektor refraksi indek, dan detektor elektrokimia.

6. Sistem kontrol data

Kontrol data HPLC dilakukan dengan menggunakan komputer yang

mengontrol semua parameter instrumen HPLC seperti, suhu, urutan injeksi

dan lain-lain.

3.2 Validasi Metode Analisa

7
Validasi adalah konfirmasi melalui bukti-bukti pemeriksaan dan telah sesuai

dengan tujuan pengujian. Validasi harus dilakukan terhadap metode non-standar dan

metode yang dikembangkan laboratoium. Parameter-parameter yang harus dilakukan

untuk memvalidasi metode uji yaitu:

1. Presisi

Presisi atau precision adalah ukuran yang menunjukan derajat kesesuaian

antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata

jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari

campuran yang homogen. Presisi dapat dinyatakan sebagai repeatability

(keterulangan) adalah keseksamaan metode jika dilakukan berulangkali oleh analis

yang sama pada kondisi sama dalam interval waktu yang pendek, intermediate

precision (presis antara) merupakan bagian dari presisi yang dilakukan dengan cara

mengulang pemeriksaan terhadap contoh uji dengan alat, waktu, analis yang berbeda,

namun dalam laboratorium yang sama, dan reproducibility (ketertiruan) adalah

keseksamaan metode jika dikerjakan pada kondisi yang berbeda (Riyanto, 2014).

Kriteria seksama diberikan jika metode memberikan relative standard

deviation (RSD) atau koefisien variasi (KV) 2% atau kurang. RSD dan KV dapat

ditentukan dengan rumus :

8
∑(𝑦 − 𝑦𝑖)2
𝑆𝐷 = √
𝑛−1

𝑆𝐷
% 𝑅𝑆𝐷 = 𝑥 100%
𝑦𝑖

Keterangan, SD : Standar deviasi

yi : Nilai rata-rata

n : Ulangan

RSD : Standar deviasi relatif

2. Akurasi

Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis

dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan

kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Perhitungan perolehan kembali dapat

juga ditetapkan dengan rumus sebagai berikut:

𝐶1 − 𝐶2
% Perolehan kembali (recovery) = 𝑥100
𝐶3

Keterangan :

C1 : konsentrasi dari analit dalam pencampuran sampel + sejumlah tertentu analit

C2 : konsentrasi dari analit dalam sampel

C3 : konsentrasi dari analit yang ditambahkan ke dalam sampel

Tabel 1. Nilai persen recovery berdasarkan nilai konsentrasi sampel

Analit pada matriks sampel Recovery yang diterima (%)


1 < A ≤ 100% 98-102

9
1 < A ≤ 10% 97-103
0,1 < A ≤ 1% 95-105
0,001 < A ≤ 0,1 (%) 90-107
100 ppb < A ≤ 1 pp 80-110
10 ppb < A ≤ 100 ppb 60-115
1 ppb < A ≤ 10 ppb 40-120

3. Linearitas

Linearitas adalah kemampuan metode analisis memberikan respon

proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Sebagai parameter adanya

hubungan linier digunakan koefisien korelasi r pada analisis regresi linier Y = a + bX.

Linearitas metode dapat dikatakan menggambarkan ketelitian pengerjaan analisis

suatu metode yang ditunjukkan oleh nilai r2> 0,995(Riyanto, 2014).

4. Limit deteksi dan limit kuantitasi

Limit deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi

yang masih memberikan respon siginifikan dibandingkan dengan blangko. Limit

kuantitasi merupakan parameter pada analisis dalam sampel yang masih dapat

memenuhi kriteria cermat dan seksama. Nilai LOD dan LOQ dapat ditentukan secara

statistik melalui garis regresi linier dari kurva kalibrasi. Nilai tersebut dapat

ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:

a. Batas deteksi

3 𝑥 𝑆𝐷
𝐿𝑂𝐷 =
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒 𝑏

10
b. Batas kuantitasi

10 𝑥 𝑆𝐷
𝐿𝑂𝑄 =
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒 𝑏

Keterangan

Slope b: variabel nilai b pada persamaan Y = a + bX (Riyanto, 2014).

5. Selektivitas atau spesifisitas

Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuan metode yang

hanya mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya

komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel. Selektivitas ditentuka

dengan membandingkan hasil analisis sampel yang mengandung cemaran, hasil urai,

senyawa sejenis, senyawa asing lainnya atau pembawa placebo (Riyanto, 2014).

Penyimpangan hasil jika ada merupakan selisih dari hasil uji keduanya. Jika

cemaran dan hasil urai tidak dapat diidentifikasi atau tidak dapat diperoleh, maka

selektivitas dapatditunjukkan dengan cara menganalisis sampel yang mengandung

cemaran atau hasil uji urai dengan metode yang hendak diuji lalu dibandingkan

dengan metode lain untukpengujian kemurnian seperti kromatografi, analisis

kelarutan fase, dan Differential Scanning Calorimetry. Derajat kesesuaian kedua hasil

analisis tersebut merupakan ukuran selektivitas. Pada metode analisis yang

melibatkan kromatografi, selektivitas ditentukan melalui perhitungan daya

resolusinya (Rs)(Riyanto, 2014).

6. Ketangguhan metode (Ruggedness)

11
Ketangguhan metode adalah derajat ketertiruan hasil uji yang diperoleh dari

analisis sampel yang sama dalam berbagai kondisi uji normal, seperti laboratorium,

analisis, instrumen, bahan pereaksi, suhu, dan hari yang berbeda. Ketangguhan

biasanya dinyatakan sebagai tidak adanya pengaruh perbedaan operasi atau

lingkungan kerja pada hasil uji. Ketangguhan metode merupakan ukuran ketertiruan

pada kondisi operasi normal anatar lab dan antar analis (Harmita, 2004).

7. Kekuatan (Robustness)

Untuk memvalidasi kekuatan suatu metode perlu dibuat perubahan

metodologi yang kecil dan terus menerus dan mengevaluasi respon analitik

dengandata presisi dan akurasi. Sebagai contoh, perubahan yang dibutuhkan untuk

menunjukkan kekuatan prosedur HPLC dapat mencakup (tapi tidak dibatasi)

perubahan komposisi organik fase gerak (1%), pH fase gerak (± 0,2 unit), dan

perubahan temperatur kolom (± 2 – 30 C). Perubahan lainnya dapat dilakukan bila

sesuai dengan laboratorium (Harmita, 2004).

Tabel 2. Nilai faktor dan penetapan eksperimental kekuatan metode analisis


Penetapan eksperimental
Nilai faktor
#1 #2 #3 #4

A atau a A A A a

B atau b B B B B

C atau c C C c C

12
Identifikasi sekurang-kurangnya 3 faktor analisis yang dapat mempengaruhi

hasil bila diganti atau diubah. Faktor orisinal ini dapat diidentifikasi sebagai A, B,

dan C. Perubahan nilai faktor-faktor ini dapat diidentifikasi dengan a, b, dan c.

Lakukan analisis pada kondisi yang telah disebutkan pada pemerikasaan

ketangguhan. Untuk menentukan efek perubahan A, bandingkan rata-rata hasil (#1 +

#2)/2 dengan (#3 + #4)/2. Untuk efek perubahan B, bandingkan rata-rata hasil (#1 +

#3)/2 dengan (#2 + #4)/2 dan seterusnya (Harmita, 2004).

13
BAB 3

PEMBAHASAN

3.1. HASIL

Berikut adalah data hasil validasi penetapan kadar yang telah dilakukan

dibandingkan dengan kriteria penerimaan:

3.1.1. Sistem Suitability

No Parameter Persyaratan Hasil Kesimpulan


1.a Waktu retensi RSD ≤ 2.0% 0.69% Memenuhi syarat

1.b Tailing factor RSD ≤ 2.0% 0.10 % Memenuhi syarat

1.c Area RSD ≤ 2.0% 0.14% Memenuhi syarat

3.1.2. Spesifisitas

No Parameter Persyaratan Hasil Kesimpulan

2 Spesifisitas ≤ 2.0% 0.73% Memenuhi syarat

3.1.3. Akurasi

No Parameter Persyaratan Hasil Kesimpulan


3.1 80% 98.0% - 102.0% 101.50% Memenuhi syarat

3.2 100% 98.0% - 102.0% 99.67% Memenuhi syarat

3.3 120% 98.0% - 102.0% 99.90% Memenuhi syarat

14
3.1.4. Presisi

No Parameter Persyaratan Hasil Kesimpulan


Measuring
4.a RSD ≤ 2.0% 0.07% Memenuhi syarat
Repeatability

Analisis
4.b RSD ≤ 2.0% 0.28% Memenuhi syarat
Repeatability

Presisi
4.c RSD ≤ 2.0% 1.15% Memenuhi syarat
Intermediet

3.1.5. Linearitas

No Parameter Persyaratan Hasil Kesimpulan


Koeffisien korelasi
5 Linearitas 0.9997 Memenuhi syarat
(r2) ≥ 0.99

3.1.6. Batas deteksi dan batas kuantitas

No Parameter Persyaratan Hasil Kesimpulan


6.1 LOQ 10 σ/s 6.1845 Memenuhi syarat

6.2 LOD 3.3 σ/s 2.0409 Memenuhi syarat

6.1 LOQ 10 σ/s 6.1845 Memenuhi syarat

3.1.7. Robustness

No Parameter Persyaratan Hasil Kesimpulan


7 Robustness RSD ≤ 2.0% 0.35% Memenuhi syarat

15
3.1.8. Rugedness

No Parameter Persyaratan Hasil Kesimpulan


8.1 Stability of solution RSD ≤ 2.0% 1.08% Sebagai informasi

Metode tidak
Respon terhadap Terhadap Asam Kuat = 13.83%
terpengaruh oleh
perlakuan
8.2 perlakuan tambahan jika Terhadap Oksidasi = 8.79% Sebagai informasi
tambahan (sebagai
selisih konsentrasi
informasi) Terhadap Pemanasan = 1.64%
dengan standard ≤ 2.0%

16
3.2 PEMBAHASAN

Validasi adalah konfirmasi melalui bukti-bukti pemeriksaan dan telah sesuai

dengan tujuan pengujian (Riyanto, 2014). Validasi metode penetapan kadar antibiotik

“C” dry injection ini menunjukkan hasil yang memenuhi kriteria pada semua

parameter yang dievaluasi. Hasil ini membuktikan bahwa penetapan kadar

menggunakan metode HPLC dapat diandalkan.

Pada pengujian suitability terdapat tiga parameter yang menunjukkan bahwa

metode telah sesuai dengan sistem yang tersedia, antara lain waktu retensi, tailing

factor, dan area (USP 41/NF 36, 2018). Dari pengujian diperoleh hasil 0,69%, 0,10%,

dan 0,14% secara berurutan (syarat ≤ 2.0%), berarti memenuhi persyaratan sehingga

penetapan kadar dengan metode HPLC sesuai dengan sistem yang tersedia dan

dihasilkan kromatogram yang baik.

Parameter spesifisitas atau selektivitas menggambarkan kemampuan metode

yang hanya mengukur zat tertentu secara cermat dan seksama dengan adanya

komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel (Riyanto, 2014). Proses

penentuan spesifisitas penetapan kadar antibiotik “C” dry injection dilakukan oleh

seorang analis. Spesifisitas yang dihasilkan yaitu sebesar 0,73% (syarat ≤ 2.0%),

berarti memenuhi persyaratan sehingga penetapan kadar dengan metode

HPLCmengukur zat tertentu secara cermat dan seksama.

17
Presisi menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji dengan penyebaran

rata-rata hasil uji jika prosedur diterapkan secara berulang (Riyanto, 2014). Pengujian

dilakukan oleh dua orang analis. Pengujian dilakukan dengan mengumpulkan data

repeatabilitas dan reprodusibilitas. Repeatabilitas menunjukkan keseksamaan metode

jika dilakukan berulang kali oleh analis yang sama pada kondisi sama dan dalam

interval waktu yang pendek. Sedangkan reprodusibilitas menunjukkan keseksamaan

metode jika dikerjakan pada kondisi yang berbeda (Riyanto, 2014). Parameter yang

diuji pada presisi meliputi measuring repeatability, analisis repeatabilitas, dan presisi

intermediet dengan hasil 0,07%, 0,28%, dan 1,15% secara berurutan. Hasil tersebut

memenuhi syarat (RSD ≤ 2.0%) sehingga penetapan kadar dengan metode HPLC

menunjukkan keseksamaan jika dilakukan berulang kali pada kondisi yang sama

maupun kondisi yang berbeda.

Validasi terhadap pengujian linearitas penting dilakukan karena linearitas

menggambarkan ketelitian pengerjaan analisis suatu metode yang ditunjukkan oleh

nilai r2> 0,995(Riyanto, 2014). Pengujian dilakukan oleh seorang analis dengan

membuat larutan standar dengan konsentrasi 70%, 80%, 90%, 100%, 110%, 120%,

dan 130%. Dari pengujian diperoleh hasil r2sebesar 0,9997 sehingga penetapan kadar

dengan metode HPLC menggambarkan ketelitian pengerjaan.

Batas deteksi dan batas kuantitas menunjukkan konsentrasi terendah yang bisa

diukur, sehingga hasil pengujiannya dapat menggambarkan sensitivitas metode yang

digunakan. Nilai Batas deteksi dan batas kuantitasdapat ditentukan secara statistik

melalui garis regresi linier dari kurva kalibrasi(Riyanto, 2014), sehingga masih

18
merupakan kelanjutan dari pengujian linearitas. Dari pengujian diperoleh hasil

sebesar 2,0409 µg/mL untuk batas deteksi dan 6,1845 µg/mL untuk batas kuantitas.

Artinya, penetapan kadar dengan metode HPLC mampu mendeteksi sampel dengan

konsentrasi terkecil sebesar 2,0409 µg/mL.

Pengujian robustness (kekuatan) dilakukan oleh seorang analis pada tiga

panjang gelombang yang berbeda, yaitu pada 249 nm, 254 nm, dan 259 nm. Panjang

gelombang berperan sebagai faktor orisinalitas yang dapat diidentifikasi sebagai A,

B, dan C. Parameter-parameter di dalam masing-masing faktororisinalitas yang

diperkirakan mengalami perubahan dapat mencakupkomposisi organik fase gerak

(1%), pH fase gerak (± 0,2 unit), dan perubahan temperatur kolom (± 2 – 30 C)

(Harmita, 2004). Dari pengujian diperoleh hasil sebesar 0,35% (syarat: RSD ≤ 2.0%),

berarti memenuhi syarat sehingga penetapan kadar dengan metode HPLC

menghasilkan data yang kuat dan terpecaya.

Pengujian ketangguhan (ruggedness) metode dilakukan terhadap

stabilitaslarutan. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan metode pada

stabilitas sampel yang telah dipengaruhi oleh waktu dan suhu penyimpanan. Faktor

tambahan yang diukur antara lain, asam kuat, hidrogen peroksida (H2O2), dan

pemanasan yang masing-masing dilakukan pada larutan uji yang berbeda. Dari

pengujian diperoleh hasil bahwa metode analisis dipengaruhi oleh asam kuat (RSD=

13,83%) dan oksidasi/H2O2 (RSD= 8,79%). Sehingga penetapan kadar denganmetode

HPLC tidak tangguh untuk sampel yang mangalami oksidasi dan sampel

ditambahkan asam kuat. Namun kadar sampel yang disimpan dalam ambient(suhu

19
ruang) dan refrigerator (2 – 80C) selama 24 jam dapat ditentukan menggunakan

metode HPLC karena uji ketangguhan menghasilkan RSD= 1,08% (memenuhi

syarat).

20
BAB 4

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

1. Penetapan kadar Injeksi Kering “C” menggunakan metode HPLC yang

mengacu pada laporan validasi metode analisis L-VMA/OJ/0166G.01

dinyatakan valid karena telah memenuhi persyaratan pengujian parameter-

parameter yang dilakukan.

2. Penetapan kadar Injeksi Kering “C” menggunakan metode HPLC tidak

tangguh terhadap sampel asam kuat

3. Penetapan kadar Injeksi Kering “C” menggunakan metode HPLC tidak

tangguh terhadap sampel yang teroksidasi

21
4.2 SARAN

1. Sebaiknya sampel yang diukur kadarnya menggunakan metode HPLC

dijauhkan dari kemungkinan kontaminasi asam kuat

2. Sampel yang mudah teroksidasi yang hendak diukur kadarnya menggunakan

metode HPLC seharusnya dihindari dari kontak oksigen (O2)

22
DAFTAR PUSTAKA

Badan POM. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (Guidelines On Good
Manufacturing). Jakarta: BPOM; 2006
Harmita. Petunjuk pelaksanaan validasi metode dan cara perhitungannya. Majalah
Ilmu Kefarmasian. 2004; 1(3): 117-135
Riyanto. Validasi dan Verifikasi Metode Uji. Yogyakarta: Deepublish; 2014
Sharma KK, Sangraula H, Mediratta PK. Some new concepts in antibacterial rug
therapy. Indian Journal of Pharmacology. 2002; 1(34): 390-396

Sugihartini N, Fudholi A, Pramono S, Sismindari. Validasi metode analisa penetapan


kadar epigalokatekin galat dengan kromatografi cair kinerja tinggi. Jurnal
Validasi Analisa Penetapan Kadar. 2014; 4(2): 111-115

23

You might also like