You are on page 1of 5

1

Langkah Rasulullah SAW dalam Membangun Peradaban

Khutbah pertama
Alhamdulilah-Alhamdulillah- nahmaduhu wanastainuhu wanastaghfiruhu wanastahdihi
wana’udzu billahi min syururi anfusina wamin syaiatina ‘amalina. Mayahdillahu falamudillalah
wamayudlil falaha diyalah.
Ashahadu alla ilaha ilalloh washhadu anna Muhammadan abduhu warosuluh.
Allohumma sholli wasalam wabarik ala Muhammadin wa ala alihi washohbihi wamanihtada
bilhudahu illa yaumil qiyamah.
Qolallohu ta’ala fil qur anil karim, Audzubillahiminassyaithonirojim :
WATAJAWWADU FAINNA KHOIROJJADIT TAQWA. WATAQUNI YA ULIL ALBAB
"Berbekallah, dan Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa, dan bertakwalah kepada-Ku
wahai orang-orang yang berakal". (QS. Al-Baqoroh: 197)
WAANNAL MASAJIDA LILLAHI FALA TAD’U MA’ALLOHI AHADAN
“Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu
menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.” (Q.S AL Jinn : 18)

Hadirin Rohimakumulloh
Marilah terlebih dahulu kita panjatkan segala puji dan puja bagi Alloh SWT tuhan semesta alam
yang masih memberikan segala nikmat dan karunianya kepada kita semua, sehingga kita masih
bisa merasakan hakikatnya nikmat Iman, Islam dan Ikhsan. serta kita masih dapat menikmati umur
kita, rizki kita, nikmat sehat dan nikmat-nikmat lain yang begitu banyak yang tak akan mampu
kita hitung satu persatu itulah kebesaran Allah azza wa jalla, akan tetapi kita akan merasakan
sesungguhnya sangat sedikit rasa syukur kita, ucapan syukur kita yang telah kita panjatkan
kepada dzat yang maha kuasa Alloh SWT

Semoga Sholawat dan salam mudah-mudahan selalu tercurah untuk junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW, kepada keluarganya, pada sahabatnya, kepada para wali, aulia, ulama, dan
mudah-mudahn pada kita semua sebagai umatnya yang senantiasa pandai bersyukur dan
bersabar hingga akhir zaman.

Hadirin Rohima kumullah


1. Membangun masjid sebagai sumber peradaban
Ketika Rasulullah Saw. hijrah ke Madinah, langkah pertama yang beliau lakukan adalah
membangun masjid. Kata masjid dalam Al-Qur’an terulang sebanyak 28 kali. Dari segi bahasa,
kata masjid terambil dari akar kata sajada-yasjudu-sujuudan (patuh, taat, serta tunduk dengan
penuh hormat serta ta’dhim).

Adapun ismul makaan (nama tempat) adalah masjid (tempat bersujud), yakni bangunan yang
dikhususkan untuk melaksanakan shalat. Karena akar katanya mengandung makna tunduk dan
patuh, maka hakekat masjid adalah tempat melakukan segala aktivitas yang mencerminkan
kepatuhan, tunduk, taat semata kepada Allah SWT.

Masjid adalah institusi pertama yang dibangun oleh Rasulullah SAW saat beliau hijrah ke kota
Madinah, yakni masjid Quba’, kemudian disusul dengan Masjid Nabawi di Madinah. Terlepas dari
perbedaan pendapat ulama tentang masjid yang dijuluki Allah sebagai masjid yang dibangun
atas dasar takwa (QS Al-Tawbah : 108), yang jelas bahwa keduanya–Masjid Quba dan Masjid
Nabawi– dibangun atas dasar ketakwaan, dan setiap masjid seharusnya memiliki landasan dan
fungsi seperti itu.

Itulah sebabnya mengapa Rasulullah Saw meruntuhkan bangunan kaum munafik yang juga
mereka sebut masjid, dan menjadikan lokasi itu tempat pembuangan sampah dan bangkai
binatang, karena di bangunan tersebut tidak dijalankan fungsi masjid yang sebenarnya, yakni
ketakwaan. Al-Quran melukiskan bangunan kaum munafik itu sebagai berikut,
(QS Al-Tawbah: 107). Yang artinya :
“Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk
menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah
belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah
memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu[660].
2

Yang dimaksudkan dengan orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu ialah
seorang pendeta Nasrani bernama Abu ‘Amir, yang mereka tunggu-tunggu kedatangannya dari
Syiria untuk bersembahyang di masjid yang mereka dirikan itu, serta membawa tentara Romawi
yang akan memerangi kaum muslimin. Akan tetapi kedatangan Abu‘Amir ini tidak Jadi karena ia
mati di Syiria. dan masjid yang didirikan kaum munafik itu diruntuhkan atas perintah Rasulullah
s.a.w. berkenaan dengan wahyu yang diterimanya sesudah kembali dari perang Tabuk.

Sidang Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah SWT


Rasulullah SAW tidak menjadikan masjid hanya tempat shalat semata, namun dijadikan juga
sebagai sarana melakukan pemberdayaan umat, seperti tempat pembinaan dan penyebaran
dakwah Islam, sebagai tempat untuk mengobati orang sakit, sebagai tempat untuk
mendamaikan orang yang sedang bertikai, sebagai tempat untuk konsultasi dan komunikasi
masalah ekonomi, sosial dan budaya, demikian pula digunakan untuk menerima duta-duta
asing, sebagai tempat pertemuan pemimpin-pemimpin Islam, sebagai tempat bersidang, tempat
mengurus baitul maal, menyusun taktik dan strategi perang, serta mengurus prajurit yang terluka.

Demikian pula masjid sebagai sarana tempat pendidikan, dan Rasulullah SAW mengajar
langsung dan memberi khutbah, dalam bentuk halaqah, di mana para sahabat duduk
mengelilingi beliau untuk mendengar dan melakukan tanya jawab berkaitan urusan agama dan
kehidupan sehari-hari.

Masjid di zaman Rasulullah SAW mempunyai banyak fungsi. Itulah sebabnya Rasulullah
SAW membangun masjid terlebih dahulu dan dari masjidlah kemudian memancar cahaya Islam,
menyebar ke seluruh cakrawala dunia. Masjid menjadi symbol persatuan umat Islam. Selama
sekitar 700 tahun sejak Nabi mendirikan masjid pertama, fungsi masjid masih kokoh dan original
sebagai pusat peribadatan dan peradaban yang mencerdaskan dan mensejahterakan umat
manusia.

Lewat masjid Rasulullah SAW membangun kultur masyarakat baru yang lebih dinamis dan
progressif. Masjid adalah rumah Allah yang dibangun atas dasar ketaqwaan kepadaNya. Oleh
karena itu, membangun masjid harus diawali dengan niat yang tulus, ikhlas, mengharap ridha
Allah semata, sehingga masjid yang dibangun mampu memberikan ketenangan, ketenteraman,
kedamaian, kesejahteraan, rasa aman kepada para jamaah dan lingkungannya.

Pada masa keemasan Islam, universitas berada di dalam masjid, seperti masjid Al Azhar, di
Kairo, Mesir, dari masjid inilah melahirkan universitas terkemuka di dunia, yakni Universitas Al Azhar
yang hingga kini dikenal dunia. Masjid Al-Azhar juga dikenal luas oleh kaum muslimin di Indonesia.
Masjid ini mampu memberikan beasiswa bagi pelajar dan mahasiswa, bahkan pengentasan
kemiskinan pun merupakan program nyata yang secara kontineu dilaksanakan di masjid. Kalau
dulu universitas ada di dalam masjid, sekarang masjid ada di dalam universitas.

Bagaimana dengan kondisi masjid sekarang? Dilihat dari sisi pertumbuhan masjid di Indonesia,
sungguh sangat menggembirakan. Dari tahun ke tahun, jumlah masjid kian bertambah. Tetapi
kita harus jujur, harus kita akui, bahwa fungsinya belum maksimal dan optimal. Pemberdayaan
masjid selama ini, kurang begitu diperhatikan. Padahal masjid mempunyai peran strategis dalam
membangun kesejahteraan umat. Masjid selama ini hanya berperan sebatas tempat ibadah
shalat ritual semata. Padahal jika masjid itu berdaya, maka masyarakatnya pun akan sejahtera.

2. Membangun Solidaritas Internal (mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar)


Kaum muslimin yang hijrah dari Makkah ke Madinah tidak disebut sebagai pengungsi. Dan kaum
muslimin yang menerima muslimin makkah tidak disebut sebagai penampung pengungsi.
Rasulullah memuliakan keduanya dengan menyebut Muhajirin (orang-orang yang berhijrah) dan
Anshar (para penolong).

Persaudaraan antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar yang dideklarasikan Rasulullah SAW
memiliki konsekuensi lebih khusus bila dibandingkan dengan persaudaraan yang bersifat umum.
Sebagaimana diketahui, saat kaum Muhajirin berhijrah ke Madinah tidak membawa seluruh
harta. Sebagian besar harta mereka ditinggal di Makkah, padahal mereka akan menetap di
Madinah. Ini jelas menjadi problem bagi mereka di tempat yang baru. Terlebih lagi, kondisi
Madinah yang subur sangat berbeda dengan kondisi Makkah yang gersang.
Keahlian mereka berdagang di Makkah berbeda dengan mayoritas penduduk Madinah yang
bertani. Tak pelak, perbedaan kebiasaan ini menimbulkan permasalahan baru bagi kaum
Muhajirin, baik menyangkut ekonomi, sosial kemasyarakatan, dan juga kesehatan.
3

Mereka harus beradaptasi dengan lingkungan baru. Sementara itu, pada saat yang sama
mencari penghidupan, padahal kaum Muhajirin tidak memiliki modal. Demikian problem yang
dihadapi kaum Muhajirin di daerah baru.

Melihat kondisi kaum Muhajirin, dengan landasan kekuatan persaudaraan, maka kaum
Anshar tak membiarkan saudaranya dalam kesusahan. Kaum Anshar dengan pengorbanannya
secara total dan sepenuh hati membantu mengentaskan kesusahan yang dihadapi kaum
Muhajirin. Pengorbanan kaum Anshar yang mengagumkan ini diabadikan di dalam Al-Qur’an,
surat (Al-Hasyr/59 ayat 9.) yang artinya :

“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor)
sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) mencintai orang yang berhijrah
kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka
terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin) ; dan mereka mengutamakan
(orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa
yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.”

Rasulullah SAW kemudian mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dengan kaum Anshar.
Peristiwa ini, sebagaimana disebutkan dalam banyak riwayat terjadi pada tahun pertama
hijriyah: Sebagian ulama mengatakan tempat deklarasi persudaraan ini di rumah Anas bin Malik
dan sebagian yang lain mengatakan di masjid.

Rasulullah mempersaudarakan mereka dua-dua, satu dari Anshar dan satu dari Muhajirin. Ibnu
Sa’ad dengan sanad dari syaikhnya, Al-Waqidi menyebutkan, ketika Rasulullah SAW tiba di
Madinah, beliau mempersaudarakan antara sebagian kaum Muhajirin dengan sebagian lainnya,
dan mempersaudarakan antara kaum Anshar dengan kaum Muhajirin.
Rasulullah mempersaudarakan mereka dalam al-haq agar saling menolong dan saling mewarisi
setelah (saudaranya) wafat. Saat deklarasi itu, jumlah mereka 90 orang, terdiri dari 45 kaum
Anshar dan 45 kaum Muhajirin. Ada juga yang mengatakan 100, masing-masing 50 orang.

Imam Bukhari meriwayatkan dari lbnu ‘Abbas, ketika kaum Muhajirin baru tiba di Madinah, kaum
Muhajirin bisa mewarisi kaum Anshar karena persaudaraan yang telah dilakukan oleh Rasulullah,
sedangkan dzawil-arham (kerabat yang bukan ahli waris) tidak.
Di antara contoh praktis buah dari persaudaraan yang dilakukan Rasulullah yaitu kisah
‘Abdurrahman bin `Auf r.a. dengan Sa’ad bin Rabi. Sa’ad r.a. berkata kepada `Abdurrahman :
“Aku adalah kaum Anshar yang paling banyak harta. Aku akan membagi hartaku setengah
untukmu. Aku mempunyai dua istri, pilihlah di antara istriku yang kau inginkan, (dan) aku akan
menceraikannya untukmu. Jika selesai masa `iddahnya, engkau bisa menikahinya.” Mendengar
pernyataan saudaranya itu, ‘Abdurrahman ra menjawab: ” Semoga Allah memberkahimu,
keluargamu, dan hartamu. Aku tidak membutuhkan hal itu. Adakah pasar (di sekitar sini) tempat
berjual beli?” Lalu Sa’ad r.a. menunjukkan pasar Qainuqa’. Mulai saat itu, ‘Abdurrahman sering
pergi ke pasar untuk berniaga, sampai akhirnya ia berkecukupan dan tidak memerlukan lagi
bantuan dari saudaranya.

Sikap Abdurrahman bin ‘Auf r.a. terhadap tawaran saudaranya, yaitu Sa’ad bin Rabi’ merupakan
iffah atau menjaga harga diri dengan tidak meminta-minta. Tampak kesiapan mental kaum
Muhajirin untuk melakukan pekerjaan yang sanggup mereka lakukan. Persaudaraan tesebut
benar-benar diwujudkan oleh kaum muslimin dengan kesungguhan. Orang-orang Anshar sangat
besar perhatiannya terhadap saudara-sardaranya dari kalangan Muhajirin. Mereka sangat
mengasihi saudaranya, mengorbankan hartanya, bahkan lebih mementingkan saudaranya
walaupun mereka sendiri kesusahan (itsar). Sementara kaum Muhajirin menerima dengan
sewajarnya, tidak menjadikannya sebagai kesempatan yang berlebih-lebihan.

Tindakan mempersaudarakan ini sangat efektif dalam mengatasi problem kesenjangan


social antara kaum Muhajirin dan Anshar. Ukhuwah islamiyah di zaman modern ini penting
menjadi perhatian bersama. Jangan sampai gara2 materi kita bermusuhan dengan orang lain,
apalagi pada saat-saat sekarang di negeri kita, seperti masalah pilkada, pilpres yang sering kali
memperkeruh persaudaraan di masyarakat kita saat ini.

3. Membangun Solidaritas Eksternal (ukhuwah Insaniyah/ Piagam Madinah)


Piagam Madinah (Bahasa Arab: ‫صحیفةالمدینه‬, shahifatul madinah) juga dikenal dengan sebutan
Konstitusi Madinah, ialah sebuah dokumen yang disusun oleh Nabi Muhammad SAW, yang
merupakan suatu perjanjian formal antara dirinya dengan semua suku-suku dan kaum-kaum
penting di Yathrib (kemudian bernama Madinah) di tahun 622.
4

Dokumen tersebut disusun sejelas-jelasnya dengan tujuan utama untuk menghentikan


pertentangan sengit antara Bani ‘Aus dan Bani Khazraj di Madinah. Untuk itu dokumen tersebut
menetapkan sejumlah hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi kaum Muslim, kaum Yahudi, dan
komunitas-komunitas pagan di Madinah; sehingga membuat mereka menjadi suatu kesatuan
komunitas, yang dalam bahasa Arab disebut ummah.

Sebagaimana sudah diketahui, Islam tidak dapat dipisahkan dari politik. Batas antara ajaran
Islam dengan persoalan politik sangat tipis. Sebab ajaran Islam mengatur berbagai aspek
kehidupan manusia, termasuk persoalan politik dan masalah ketatanegaraan. Peristiwa hijrah
Nabi ke Yatsrib merupakan permulaan berdirinya pranata sosial politik dalam sejarah
perkembangan Islam. Kedudukan Nabi di Yatsrib bukan saja sebagai pemimpin agama, tetapi
juga kepala negara dan pemimpin pemerintahan. Kota Yatsrib dihuni oleh masyarakat yang
multi etnis dengan keyakinan agama yang beragam. Peta sosiologis masyarakat Madinah itu
secara garis besarnya terdiri atas :
1. Orang-orang muhajirin, kaum muslimin yang hijrah dari Makkah ke Madinah.
2. Kaum Anshar, yaitu orang-orang Islam pribumi Madinah.
3. Orang-orang Yahudi yang secara garis besarnya terdiri atas beberapa kelompok suku
seperti : Bani Qainuna, Bani Nadhir, dan Bani Quraizhah.
4. Pemeluk “tradisi nenek moyang”, yaitu penganut paganisme atau penyembah
berhala.
Pluralitas masyarakat Madinah tersebut tidak luput dari pengamatan Nabi. Beliau
menyadari, tanpa adanya acuan bersama yang mengatur pola hidup masyarakat yang
majemuk itu, konflik-konflik di antara berbagai golongan itu akan menjadi konflik terbuka dan
pada suatu saat akan mengancam persatuan dan kesatuan kota Madinah.

Hijrah Nabi ke Yatsrib disebabkan adanya permintaan para sesepuh Yatsrib dengan tujuan
supaya Nabi dapat menyatukan masyarakat yang berselisih dan menjadi pemimpin yang
diterima oleh semua golongan. Piagam ini disusun pada saat Beliau menjadi pemimpin
pemerintahan di kota Madinah. Sebagai seorang pemimpin, maka beliau merasa punya
tanggung jawab besar terhadap diri dan pengikutnya. Beliau tidak saja harus giat menyiarkan
agama Islam, tetapi juga sebagai seorang pemimpin tidak boleh membiarkan musuh-musuh dari
dalam dan dari luar mengganggu kehidupan masyarakat muslim. Pada tahap ini beliau
menghadapi tiga kesulitan utama :
1. Bahaya dari kalangan Quraisy dan kaum Musyrik lainnya di Jazirah Arab.
2. Kaum Yahudi yang tinggal di dalam dan di luar kota dan memiliki kekayaan dan
sumberdaya yang amat besar.
3. Perbedaan di antara sesama pendukungnya sendiri karena perbedaan lingkungan
hidup mereka.
Dan karena perbedaan lingkungan hidup, maka kaum muslimin Anshar dan Muhajirin mempunyai
latar belakang kultur dan pemikiran yang sangat berbeda. Hal ini masih di
tambah lagi dengan permusuhan sengit yang telah terjadi selama 120 tahun lebih antara dua
suku Anshar, yaitu Bani Aus dan Bani Khazraj. Sangat sulit bagi Nabi mengambil jalan tengah
untuk mempersatukan mereka dalam kehidupan religius dan politik secara damai.

Adapun Piagam Madinah itu mempunyai arti tersendiri bagi semua penduduk Madinah dari
masing-masing golongan yang berbeda. Bagi Nabi Muhammad, maka Ia diakui sebagai
pemimpin yang mempunyai kekuasaan politis. Bila terjadi sengketa di antara penduduk Madinah
maka keputusannya harus dikembalikan kepada keputusan Allah dan kebijaksanaan Rasul-Nya.
Pasal ini menetapkan wewenang pada Nabi untuk menengahi dan memutuskan segala
perbedaan pendapat dan permusuhan yang timbul di antara mereka.
Hal ini sesungguhnya telah lama diharapkan penduduk Madinah, khususnya golongan Arab,
sehingga kedatangan Nabi dapat mereka terima. Harapan ini tercermin di dalam Baitul Aqabah I
dan II yang mengakui Muhammad sebagai pemimpin mereka dan mengharapkan peranannya
di dalam mempersatukan Madinah.

Sedangkan bagi umat Islam, khususnya kaum Muhajirin, Piagam Madinah semakin memantapkan
kedudukan mereka. Bersatunya penduduk Madinah di dalam suatu kesatuan politik membuat
keamanan mereka lebih terjamin dari gangguan kaum kafir Quraisy. Suasana yang lebih aman
membuat mereka lebih berkonsentrasi untuk mendakwahkan Islam. Terbukti Islam berkembang
subur di Madinah ini. Bagi penduduk Madinah pada umumnya, dengan adanya kesepakatan
piagam Madinah, menciptakan suasana baru yang menghilangkan atau memperkecil
pertentangan antar suku. Kebebasan beragama juga telah mendapatkan jaminan bagi semua
golongan. Yang lebih ditekankan adalah kerjasama dan persamaan hak dan kewajiban semua
golongan dalam kehidupan sosial politik di dalam mewujudkan pertahanan dan perdamaian.
5

Piagam Madinah ternyata mampu mengubah eksistensi orang-orang mukmin dan yang lainnya
dari sekedar kumpulan manusia menjadi masyarakat politik, yaitu suatu masyarakat yang memiliki
kedaulatan dan otoritas politik dalam wilayah Madinah sebagai tempat mereka hidup bersama,
bekerjasama dalam kebaikan atas dasar kesadaran sosial mereka, yang bebas dari pengaruh
dan penguasaan masyarakat lain dan mampu mewujudkan kehendak mereka sendiri.

BAROKALLOHU LI WALAKUM, FIL QURANIL ADHIM WANAFA’ANI WAIYYAKUM BIMA FIHI MINAL AYATI
WADZAKRIL HAKIM. AQULU QOULI HADA WASTAGHFIRULLOHIL ADHIM LI WALAKUM WALISAIRIL MUSLIMIN
WAL MUSLIMAT FASTAGHFIRUHU INNAHU HUWAL GHOFURURROHIM.

KHUTBAH KEDUA

ALHAMDULILLAHI ROBBIL ALAMIN. WASHOLATU WASSALAMU ALA ASYROFIL ANBIYA IWAL MURSALIN
WA ALA ALIHI WAASHHABIHI WAMAN TABI’AHUM BIIHSANI ILLA YAUMIDIN, AMMA BADU.

Hadirim rohima kumullhoh


Marilah kita sama-sama simpulkan dengan sederhana makna dari fungsi Masjid sebagai tempat
Mendekatkan kita untuk senantiasa beribadah sebagai makhluknya kepada Alloh SWT dan
Sebagai tempat untuk mendekatkan dan mempererat ukhuwah sesama umat, agar menjadikan
Negeri yang kita cintai memberikan kedamain dan Negara yang kita perjuangkan memberikan
kenyaman dalam berbangsa yang bersauda dinegara Republik Indonesia.

Untuk itu marilah kita senatia berdoa dengan selalu meminta perlindungan dari yang Maha
Kuasa, agar selalu diberikan kekuatan untuk selalu berusyukur dan bersabar. Marilah kita sama-
sama berharap akan pertolongan-Nya, semoga Allah Yang Maha Pemurah, sentiasa
menggolongkan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang mampu bersyukur dan bersabar.

Audzubillahiminasyaithonirojim…Bismilllahirrohmanirrohim….Alhamdulilahirrobbil alamin…
“Ya Tuhanku, anugerahilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu, yang telah Engkau
anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan
yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-
hamba-Mu yang soleh." (An-Naml: ayat 19)

ALLOHUMAGH FIRLANA DUNUBANA WA DUNUBA WALIDAINA WARHAMHUMA KAMA ROBBAYANA


SHIGORO.

ALLOHUMAGHFIR LIL MUSLIMINA WAL MUSLIMATI WALMUKMININA WAL MUKMINATI ALAHYA


IMINHUM WAL AMWAT INNAKA SAMI’UN QORIBUM MUJIBU DA’WAT WAQODIYAL HAJAT.

ROBBANAGH FIRLANA WAL IKHWANINALLADZINA SABAQUNA BIL IMAN WALA TAJA’AL FI QULUBINA
GHILALLADZINA AMANU. ROBBANA ROUFURROHIM
ROBBANA DHOLAMNA ANFUSANA WAILAM TAGHFIRLANA WATARHAMNA LANAKUNA MINAL
KHOSIRIN
ROBBAN ATINA FIDUNYA HASANAH…

IBADALLOHU INALLOHA YA’MURUKUM BIL ADLI WAL IHSAN WA ITA IDIL QURBA WAYANHA ANIL
FAHSYA IWAL MUNKAR WAL BAGH YA IDUKUM LA’ALAKUM TADAKARUN, FADKURULLOHAL ADHIM,
YADKURUKUM WA ASLAHU MIN FADLIHI YU’TIKUM WADZIKRULLOHIL AKBAR. WASALAMU ALAIKUM
WAR.WAB

You might also like