You are on page 1of 32

CASE 2

Di susun guna memenuhi tugas mata kuliah

Keperawatan Keluarga

Dosen Pengampu : Ns. Chandra Tri Wahyudi,S.Kep, M.Kes

Disusun oleh :

Syaffira Putri Afifah 1610711002


Nedya Aanurianti 1610711003
Rustiani Ayu Anggraeni 1610711005
Astie Rina Awlia 1610711010
Ziya Daturrahmah 1610711013
Windi Kartika 1610711019

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAKARTA

2019

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga berasal dari asal usul kata yang dikemukakan oleh Ki Hajar
dewantara Adu & Nur (2001), bahwa keluarga berasal dari bahasa jawa yang
terbentuk dari dua kata yaitu kawula dan warga, kawula berati hambadan warga yang
dapat diartika menjadi anggota. Friedman (2010) menyatakan keluarga adalah dua
orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta
yang menidentifikasi diri sebagai bagian dari keluarga. Sedangkan menurut Depkes
(1988 dalam Sudiharto, 2014) bahwa keluarga adalah suatu unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul
dan tinggal satu atap dalam keadan saling ketergantungan.

Berdasarkan penjelasan mengenai pengertian keluarga diatas dapat


disimpulkan bahwa keluarga adalah suatu unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
dari dua orang atau lebih yang dibentuk karena adanya hubungan darah, perkawinan
atau adopsi, yang hidup dalam satu rumah tangga dan tiap-tiap anggota keluarga
berinteraksi satu sama lain dan berperan sesuai dengan perannya masing-masing.

Harmoko (2012) menyebutkan bahwa keluarga memiliki delapan tahap


perkembangan. Tahap perkembangan keluarga mempunyai tugas perkembangannya
masing-masing. Tahap keempat dari perkembangan keluarga adalah keluarga dengan
anak usia sekolah. Anak sendiri merupakan individu yang tumbuh dan berkembang
secara unik dan tidak dapat diulang setelah usianya bertambah (UU No.4 Tahun 1979
Tentang Kesejahteraan Anak). Pada tahap ini dinilai pada saat anak tertua memasuki
sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya
keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat
sibuk. Selain aktifitas sekolah, masing-masing akan memiliki aktifitas dan minat
sendiri-sendiri. Demikian pula orang tua yang mempunyai aktifitas berbeda dengan
anak (Harmoko, 2012).

Terdapat beberapa masalah kesehatan yang sering terjadi pada keluarga


dengan anak usia sekolah pada tahap perkembangan antara lain kesulitan belajar,
gangguan tingkah laku, perawatan gigi yang tidak adekuat, penganiayaan anak, dan

2
penyalahgunaan zat hingga penyakit menular / infeksi (Edelman & Mandle, 1986
dalam Setiadi 2014).

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja karakteristik dan tumbuh kembang anak usia sekolah?
2. Apa pengertian anak sekolah?
3. Apa saja trend dan isue keperawatan keluarga?
4. Bagaimana asuhan keperawatan keluarga berdasarkan teori?
5. Bagaimana pengkajian yang di lakukan terkait kasus?
6. Bagaimana asuhan keperawatan keluarga bedasarkan kasus?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui apa saja karakteristik dan tumbuh kembang anak usia sekolah.
2. Mengetahui apa pengertian anak sekolah.
3. Mengetahui apa saja trend dan isue keperawatan keluarga.
4. Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan keluarga berdasarkan teori.
5. Mengetahui bagaimana pengkajian yang di lakukan terkait kasus.
6. Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan keluarga bedasarkan kasus.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Karakteristik dan Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah


a. Karakterisitik Anak Sekolah

Karakteristik anak usia sekolah merupakan golongan yang mempunyai


karakteristik mulai mencoba mengembangkan kemandirian dan menentukan
batasan-batasan norma. Variasi individu mulai lebih mudah dikenali di sini seperti
pertumbuhan dan perkembangannya, pola aktivitas, kebutuhan zat gizi,
perkembangan kepribadian, serta asupan makanan (Yatim, 2005). Ada beberapa
karakteristik lain anak usia ini, yaitu anak banyak menghabiskan waktu di luar
rumah, aktivitas fisik anak semakin meningkat, dan pada usia sekolah anak akan
mencari jati dirinya.
Anak akan banyak berada di luar rumah untuk jangka waktu antara 4-5 jam.
Aktivitas fisik anak meningkat seperti pergi dan pulang sekolah, bermain dengan
teman, meningkatkan kebutuhan energi. Apabila anak tidak memperoleh energi
sesuai kebutuhannya maka akan terjadi pengambilan cadangan lemak untuk
memenuhi kebutuhan energi, sehingga anak menjadi lebih kurus dari sebelumnya
(Khomsan, 2010).

Pada usia sekolah dasar anak mencari jati diri dan akan sangat mudah
terpengaruh lingkungan, terutama teman sebaya yang pengaruhnya sangat kuat
seperti anak akan merubah perilaku dan kebiasaan temannya, termasuk perubahan
kebiasaan makan. Peranan orang tua sangat penting.Selama pertengahan tahun
masa kanak-kanak, dasar-dasar peran dewasa dalam pekerjaan, rekreasi, dan
interaksi sosial terbentuk. Negara-negara industri periode ini dimulai saat anak
mulai masuk sekolah dasar sekitar usia 6 tahun, pubertas sekitar usia 12 tahun
merupakan tanda akhir masa kanak-kanak menengah. Tugas perkembangan pada
masa anak usia sekolah berfokus pada kemampuan fisik, kognitif, dan psikososial
(Potter& Perry, 2005).

Sekolah atau pengalaman pendidikan memperluas dunia anak dan merupakan


transisi dari kehidupan yang secara relatif bebas bermain ke kehidupan belajar, dan
bekerja terstruktur.Sekolah dan rumah mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan.Hal ini membutuhkan penyesuaian dengan orang tua dan anak, anak
harus belajar menghadapi peraturan dan harapan yang dituntut oleh sekolah dan
teman sebaya.Orang tua harus membiarkan anak-anak membuat keputusan
menerima tanggung jawab dan belajar dari pengalaman kehidupan (Potter& Perry,
2005).

Selama tahap primer (6-7 tahun) anak laki-laki dan perempuan bermain
bersama, bergantung pada siapa yang bersedia dan siapa yang tertarik. Sekitar usia
8 tahun, kelompok sosial dengan teman sebaya berjenis kelamin sama mulai

4
terbentuk. “Kelompok” ini menyatakan kemandirian mereka dari peran orang tua,
dan membuat kode atau bahasa rahasia dan perilaku mereka sendiri.Periode
seringkali mengarah pada masyarakat rahasia dimasa kanak-kanak. Persahabatan
adolesense (10-12 tahun) dikarakterisasi dengan memiliki sahabat dengan jenis
kelamin yang sama. Hubungan ini mungkin sementara, tetapi hubungan mereka
sangat erat dan tercipta diskusi yang menyangkut seluruh area kehidupannya
(Potter& Perry, 2005).

b. Tumbuh-Kembang Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun)

1. Pertumbuhan Fisik

Pertumbuhan selama periode ini rata-rata 3-3,5 kg dan 6cm atau 2,5
inchi pertahunnya. Lingkar kepala tumbuh hanya 2-3 cm selama periode ini,
menandakan pertumbuhan otak yang melambat karena proses mielinisasi
sudah sempurna pada usia 7tahun (Behrman, Kliegman, & Arvin, 2000).
Anak laki-laki usia 6 tahun, cenderung memiliki berat badan sekitar 21 kg,
kurang lebih 1 kg lebih berat daripada anak perempuan. Rata-rata kenaikan
berat badan anak usia sekolah 6 – 12 tahun kurang lebih sebesar 3,2 kg per
tahun. Periode ini, perbedaan individu pada kenaikan berat badan disebabkan
oleh faktor genetik dan lingkungan. Tinggi badan anak usia 6 tahun, baik laki-
laki maupun perempuan memiliki tinggi badan yang sama, yaitu kurang lebih
115 cm. Setelah usia 12 tahun, tinggi badan kurang lebih 150 cm (Kozier,
Erb, Berman, & Snyder, 2011).

2. Perkembangan Kognitif

Concrete operational (7 – 11 tahun).Menurut Piaget, usia 7–11 tahun


menandakan fase operasi konkret. Anak mengalami perubahan selama tahap
ini, dari interaksi egosentris menjadi interaksi kooperatif. Anak usia sekolah
juga mengembangkan peningkatan mengenai konsep yang berkaitan dengan
objek-objek tertentu, contohnya konservasi lingkungan atau pelestarian
margasatwa. Pada masa ini anak-anak mengembangkan pola pikir logis dari
pola pikir intuitif, sebagai contoh merekabelajar untuk mengurangi angka
ketika mencari jawaban dari suatu soal atau pertanyaan. Pada usia ini anak
juga belajar mengenai hubungan sebab akibat, contohnya mereka tahu bahwa
batu tidak akan mengapung sebab batu lebih berat daripada air (Piaget, J.,
1996; Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).

3. Perkembangan Moral

Menurut Kohlberg, beberapa anak usia sekolah masuk pada tahap I


tingkat pra-konvensional Kohlberg (Hukuman dan Kepatuhan), yaitu mereka
berupaya untuk menghindari hukuman, akan tetapi beberapa anak usia
sekolah berada pada tahap 2 (Instumental–Relativist orientation). Anak-anak

5
tersebut melakukan berbagai hal untuk menguntungkan diri mereka. (Kozier,
Erb, Berman, & Snyder, 2011).

4. Perkembangan Spiritual

Pada saat anak tidak dapat memahami peristiwa tertentu seperti


penciptaan dunia, mereka menggunakan khayalan untuk menjelaskannya.
Pada masa ini, anak usia sekolah dapat mengajukan banyak pertanyaan
menegnai Tuhan dan agama dan secara umummeyakini bahwa Tuhan itu baik
dan selalu ada untuk membantu. Sebelum memasuki pubertas, anak-anak
mulai menyadari bahwa doa mereka tidak selalu dikabulkan dan mereka
merasa kecewa karenanya. Beberapa anak menolak agama pada usia ini,
sedangkan sebagian yang lain terus menerimanya. Keputusan ini biasanya
sangat dipengaruhi oleh orang tua (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).

Tahap perkembangan spiritual menurut Fowler

Tahapan Usia Deskripsi

0 0-3 tahun Bayi tidak mampus


merumuskan konsep
(Tidak terdiferensiasi)
mengenai diri sendiri atau
lingkungan

1 4-6 tahun Suatu kombinasi gambaran


dan kepercayaan yang
(Intuitif – proyektif)
diberikan oleh oranglain
yang dipercaya, yang
digabungkan dengan
pengalaman dan imajinasi
diri sendiri

2 7-12 tahun Dunia fantasi dan khayalan


pribado; symbol-simbol
(Mitos-factual)
mengacu pada sesuatu yang
khusus; kisah-kisah dramatic
dan mitos digunakan untuk
menyampaikan maksud-
maksud spiritual.

6
5. Perkembangan Psikoseksual

Freud menggambarkan anak-anak kelompok usia sekolah (6–12 tahun)


masuk dalam tahapan fase laten. Selama fase ini, fokus perkembangan adalah
pada aktivitas fisik dan intelektual, sementara kecenderungan seksual seolah
ditekan (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).

Fase Laten (6-12 tahun) Selama periode laten, anak menggunakan


energy fisik dan psikologis yang merupakan media untuk mengkesplorasi
pengetahuan dan pengalamannya melalui aktivitas fisik maupun sosialnya.
Pada fase laten, anak perempuan lebih menyukai teman dengan jenis kelamin
perempuan, dan laki-laki dengan laki-laki. Pertanyaan anak tentang seks
semakin banyak dan bervariasi, mengarah pada sistemtem reproduksi.
Orangtua harus bijaksana dalam merespon pertanyaan-pertanyaan anak, yaitu
menjawabnya dengan jujur dan hangat. Luanya jawaban orangtua disesuaikan
dengan maturitas anak. anak mungkin dapat bertindak coba-coba dengan
teman sepermainan karena seringkali begitu penasaran dengan seks. Orangtua
sebainya waspada apabila anak tidak pernah bertanya mengenai seks. Peran
ibu dan ayah sangat penting dalam melakukan pendekatan dengan anak,
termasuk mempelajari apa yang sebenarnya sedang dipikirkan anak berkaitan
dengan seks.

6. Perkembangan Psikososial

Industry versus inferiority (6-12 tahun) Anak akan belajar untuk


bekerjasama dengan bersaing dengan anak lainnya melalui kegiatan yang
dilakukan, baik dalam kegiatan akademik maupun dalam pergaulan melalui
permainan yang dilakukan bersama. Otonomi mulai berkembang pada anak di
fase ini, terutama awal usia 6 tahun dengan dukungan keluarga terdekat.
Perubahan fisik, emosi, dan sosial pada anak yang terjadi mempengaruhi
gambaran anak terhadap tubuhnya (body image). Interaksi sosial lebih luas
dengan teman, umpan balik berupa kritik dan evaluasi dari teman atau
lingkungannya mencerminkan penerimaan dari kelompok akan membantu
anak semakin mempunyai konsep diri yang positif. Perasaan sukses dicapai
anak dengan dilandasi adanya motivasi internal untuk beraktivitas yang
mempunyaitujuan. Kemampuan anak untuk berinteraksi sosial lebih luas
dengan teman dilingkungannya dapat memfasilitasi perkembangan perasaan
sukses (sense of industry). Perasaan tidak adekuat dan rasainferiority atau
rendah diri akan berkembang apabila anak terlalu mendapat tuntutan dari
lingkungannya dan anak tidak berhasil memenuhinya. Harga diri yang kurang
pada fase ini akan mempengaruhi tugas-tugas untuk fase remaja dan dewasa.
Pujian atau penguatan (reinforcement) dari orangtua atau orang dewasa
terhadap prestasi yang dicapainya menjadi begitu penting untuk menguatkan
perasaan berhasil dalam melakukan sesuatu.

7
B. Definisi Anak Sekolah
Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik lebih
kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua.
Banyak ahli menganggap masa ini sebagai masa tenang atau masa latent, di mana apa
yang telah terjadi dan dipupuk pada masa-masa sebelumnya akan berlangsung terus
untuk masa-masa selanjutnya (Gunarsa, 2006).
Menurut Wong (2008), anak sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang
artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap
mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua
mereka, teman sebaya, dan orang lainnya.Usia sekolah merupakan masa anak
memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada
kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu.

C. Trend dan Isue pada keperawatan keluarga


1. Isu Praktik:
a. Kesenjangan bermakna antara teori dan penelitian serta praktik klinis.
Kesenjangan antara pengetahuan yang ada dan
penerapan pengetahuan ini jelas merupakan masalah di semua
bidang dan spesialisasi di keperawatan, meskipun kesenjangan ini lebih
tinggi dikeperawatan keluarga. Keperawatan yang berpusat pada keluarga
juga masih dinyatakan ideal dibanding praktik yang umum dilakukan. Wright
dan Leahey mengatakan bahwa faktor terpenting yang menciptkan
kesenjangan ini adalah “ cara perawat menjabarkan konsep masalah
sehat dan sakit.
b. Kebutuhan untuk membuat perawatan keluarga menjadi lebih mudah
untuk di integrasikan dalam praktik.
Dalam beberapa tahun ini, terjadi restrukturisasi pelayanan
kesehatan besar-besaran, yang mencakup perkembangan pesat
sistem pengelolaan perawatan berupa sistem pemberian layanan
kesehatan yang kompleks, multi unit, dan multi level sedang dibentuk.
Sebagian dari restruturisasi ini juga termasuk kecenderungan
pasien dipulangkan dalam “keadaan kurang sehat dan lebih cepat” dan
pengurangan jumlah rumah sakit, pelayanan dan staf, serta
pertumbuhan pelayanan berbasis komunitas. Perubahan ini
menyebabkan peningkatan tekanan kerja dan kelebihan beban kerja
dalam profesi keperawatan. Waktu kerja perawat dengan klien
individu dan klien keluarga menjadi berkurang. Oleh karena itu,
mengembangkan cara yang bijak dan efektif untuk mengintegrasikan
keluarga ke dalam asuhan keperawatan merupakan kewajiban perawat
keluarga. Menurut Wright dan Leahey,mengatasi kebutuhan ini dengan
menyusun wawancara keluarga selama 15 menit atau kurang. Pencetusan
gagasan dan strategi penghematan waktu yang realistik guna
mempraktikan keperawatan keluarga adalah isu utama praktik dewasa ini

8
c. Peralihan kekuasaan dan kendali dari penyedia pelayanan kesehatan
kepada keluarga.
Berdasarkan pembincangan dengan perawat dan tulisan yang
disusun oleh perawat keluarga, terdapat kesepakatan umum bahwa
peralihan kekuasaan dan kendali dari penyedia pelayanan kesehatan ke
pasien atau keluarga perlu dilakukan. Kami percaya hal ini masih
menjadi sebuah isu penting pada pelayanan kesehatan saat ini. Menurut
Wright dan Leahey dalam Robinson, mengingatkan kita bahwa
terdapat kebutuhan akan kesetaraan yang lebih besar dalam hubungan
antara perawat dan keluarg, hubungan kolaboratif yang lebih baik, dan
pemahaman yang lebih baik akan keahlian keluarga. Perkembangan
penggunaan Internet dan email telah memberikan banyak keluarga
informasi yang dibutuhkan untuk belajar mengenai masalah kesehatan dan
pilihan terapi mereka. Gerakan konsumen telah memengaruhi pasien dan
keluarga untuk melihat diri mereka sebagai konsumen, yang membeli dan
mendaptkan layanan kesehatan seperti layanan lain yang mereka beli.
Dilihat dari kecenderungan ini, anggota keluarga sebaiknya diberikan
kebebasan untuk memutuskan apa yang baik bagi mereka dan apa
yang mereka lakukan demi kepentingan mereka sendiri.
d. Bagaimana bekerja lebih efektif dengan keluarga yang
kebudayaannya beragam.
Kemungkinan, isu ini lebih banyak mendapatkan perhatian dikalangan
penyedia pelayanan kesehatan, termasuk perawat, dibandingkan isu
lainnya pada saat ini. Kita tinggal di masyarakat yang beragam,yang
memiliki banyak cara untuk menerima dan merasakan dunia,
khusunya keadaan sehat dan sakit. Dalam pengertian yang lebuh luas, budaya
(termasuk etnisitas, latarbelakang agama, kelas sosial, afiliasi regional
dan politis, orientasi seksual, jenis kelamin, perbedaan generasi)
membentuk persepsi kita, nilai, kepercayaan, dan praktik.
e. Globalisasi keperawatan keluarga menyuguhkan kesempatan baru yang
menarik bagi perawat keluarga.
Dengan makin kecilnya dunia akibat proses yang dikenal sebagai
globalisasi, perawat keluarga disuguhkan dengan kesempatan baru dan
menarik utnuk belajar mengenai intervensi serta program yang telah
diterapkan oleh negara lain guna memberikan perawatan yang lebih
baik bagi keluarga.

2. Beberapa Tren dan Issu dalam Keperawatan keluarga


a. Sumber daya tenaga kesehatan yang belum dapat bersaing secara global
serta belum adanya perawat keluarga secara khusus di negara kita.
b. Penghargaan dan reward yang dirasakan masih kurang bagi para tenaga
kesehatan.
c. Pelayanan kesehatan yang diberikan sebagian besar masih bersifat pasif.

9
d. Masih tingginya biaya pengobatan khususnya di sarana.
e. Sarana pelayanan kesehatan yang memiliki kualitas baik.
f. Pengetahuan dan keterampilan perawat yang masih perlu ditingkatkan.
g. Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat system ya
ng belum berkembang.
h. Pelayanan keperawatan keluarga yang belum berkembang meskipun telah
disusun pedoman pelayanan keluarga namun belum disosialisaikan secara
umum.
i. Geografis Indonesia yang sangat luas namun belum di tunjang dengan
fasilitas transportasiyang cukup.
j. Kerjasama program lintas sektoral belum memadai.
k. Model pelayanan belum mendukung peran aktif semua profesi.
l. Lahan praktek yang terbatas, sarana dan prasarana pendidikan juga
terbatas.
m. Rasio pengajar dan mahasiswa yang tidak seimbang.
n. Keterlibatan berbagai profesi selama menjalani pendidikan juga kurang.

3. Merokok
a. Pengertian Rokok

Rokok adalah lintingan atau gulungan tembakau yang digulung /


dibungkus dengan kertas, daun, atau kulit jagung, sebesar kelingking dengan
panjang 8-10 cm, biasanya dihisap seseorang setelah dibakar ujungnya.
Rokok merupakan pabrik bahan kimia berbahaya. Hanya dengan membakar
dan menghisap sebatang rokok saja, dapat diproduksi lebih dari 4000 jenis
bahan kimia. 400 diantaranya beracun dan 40 diantaranya bisa berakumulasi
dalam tubuh dan dapat menyebabkan kanker.

Rokok juga termasuk zat adiktif karena dapat menyebabkan adiksi


(ketagihan) dan dependensi (ketergantungan) bagi orang yang menghisapnya.
Dengan kata lain, rokok termasuk golongan NAPZA (Narkotika,
Psikotropika, Alkohol, dan Zat Adiktif).

b. Pengertian Perokok aktif

Perokok Aktif adalah seseorang yang dengan sengaja menghisap


lintingan atau gulungan tembakau yang dibungkus biasanya dengan kertas,
daun, dan kulit jagung. Secara langsung mereka juga menghirup asap rokok
yang mereka hembuskan dari mulut mereka. Tujuan mereka merokok pada
umumnya adalah untuk menghangatkan badan mereka dari suhu yang
dingin. Tapi seiring perjalanan waktu pemanfaatan rokok disalah artikan,

10
sekarang rokok dianggap sebagai suatu sarana untuk pembuktian jati diri
bahwa mereka yang merokok adalah ”keren”.

Ciri-ciri fisik seorang perokok :

1. Gigi kuning karena nikotin.


2. Kuku kotor karena nikotin.
3. Mata pedih.
4. Sering batuk – batuk.
5. Mulut dan nafas bau rokok.

c. Pengertian Perokok Pasif

Perokok Pasif adalah seseorang atau sekelompok orang yang


menghirup asap rokok orang lain. Telah terbukti bahwa perokok pasif
mengalami risiko gangguan kesehatan yang sama seperti perokok aktif,
yaitu orang yang menghirup asap rokoknya sendiri.

Adapun gejala awal yang dapat timbul pada perokok pasif :

1. Mata pedih
2. Hidung beringus
3. Tekak yang serak
4. Pening / pusing kepala

Apabila perokok pasif terus-menerus ”menekuni” kebiasaanya, maka akan


mempertinggi risiko gangguan kesehatan, seperti :

1. Kanker paru-paru,
2. Serangan jantung dan mati mendadak,
3. Bronchitis akut maupun kronis,
4. Emfisema,
5. Flu dan alergi, serta berbagai penyakit pada organ tubuh seperti yang
disebutkan di atas.

11
BAB III
TINJAUAN KASUS

Latihan 2: Keluarga dengan Anak Sekolah


Perawat N mempunyai keluarga binaan yaitu keluarga Bp. O (40 th) dan Ibu A (28 th)
dengan anak, An.Dk (10 th) dan An. Ek (5 th). Berdasarkan hasil pengkajian pada keluarga
Bp O terdapat beberapa masalah kesehatan yang dialami, salah satunya adalah masalah
perilaku merokok pada An.Dk didukung oleh hasil pengkajian sebagai berikut. Keluarga
mengatakan tidak paham lebih jauh tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala perilaku
merokok; Ibu A dan Bp.O mengatakan anaknya pernah kedapatan merokok di warnet; Ibu A
mengatakan bahwa Bp.O juga merokok; An.Dk mengatakan bahwa ia kadang- kadang
merokok saat di warnet atau di rumah teman; An.Dk mengatakan bahwa ia merokok baru
beberapa bulan; An.Dk mengatakan tidak ada gejala yang merugikan akibat merokok; Ibu A
mengatakan tidak tahu cara melakukan perawatan di rumah terhadap masalah perilaku
merokok dalam keluarganya; Ibu A belum pernah mendiskusikan kepada Bp.O untuk juga
ikut memberikan contoh bagi anak-anaknya; Bp.O mengatakan tidak bias berhenti merokok
sehingga ia tidak ingin anaknya kecanduan rokok seperti dirinya; warna bibir merah gelap;
gigi kekuning-kuningan. Ibu A mengatakan berkomunikasi dengan anak-anak jika bertanya
tentang tugas di sekolah; Ibu A mengatakan jarang duduk bersama anak- anak untuk
mengobrol mengisi waktu luang; Ibu A mengatakan anak Dk dan Ek tidak dekat dengan
orangtuanya dan jarang berkomunikasi dan bercanda; Ibu mengatakan anak Dk dan Ek
pendiam, kalau ditanya lebih sering menjawab satu dua kata saja; Menurut Bp.O dan Ibu A
dari kecil anak Dk dan Ek memang jarang bicara; Bp.O dan Ibu A mengatakan jarang
berkomunikasi membicarakan hal-hal yang santai atau bersenda gurau; Menurut ibu A, anak
Dk di sekolah juga pendiam kata gurunya; Anak Dk dan Ek tampak pendiam, berbicara lebih
banyak dengan kata-kata pendek atau menganggukkan kepala; Anak Dk dan Ek kalau
berbicara jarang kontak mata, begitu juga dengan Ibu A; Anak Dk lebih mau berbicara jika
tidak di depan orangtuanya.Selain itu Anak EK terlihat sebelum makan tidak mencuci
tangannya, Anak Ek Terlihat perutnya buncit, Anak EK mengatakan nafsu makannya
berkurang dan terlihat anemis pada konjungtivanya.Anak EK mengatakan malas mencuci
tangan jika ingin makan dan mengatakan selama ini suka gatal dibagian anus anak EK.
DATA TAMBAHAN : Bp.O dan Ny.A lulusan SMA, An.Dk dan An.Ek masih duduk
dibangku SD dan TK. Bp.O bekerja sebagai pegawai swasta dengan penghasilan
4.500.000/bulan sedangkan Ny.A sebagai pegawai swasta dan berpenghasilan Rp.

12
3.000.000/bulan Jenis rumah (Permanen), Jenis bangunan (Beton), Luas bangunan (4×6 m2),
Luas pekarangan (tidak ada).

Status kepemilikan : milik sendiri

Kondisi ventilasi : cukup

Kondisi pekarangan : cukup

Kondisi lantai : cukup

Kebersihan rumah secara keseluruhan : kurang

A. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data Pengenalan Keluarga
No. Nama Jenis Kelamin Umur Hubungan Pendidikan Pekerjaan
1 Bp.O Laki-laki 40 Tahun Suami SMA Pegaai
Swasta
2 Ny.A Perempuan 28 Tahun Istri SMA Pegawai
swasta
3 An.Dk Laki-laki 10 Tahun Anak SD Pelajar
4 An.Ek Laki-laki 5 Tahun Anak TK Pelajar

Genogram :

1
2

Ket :
1. Bp.O
2. Ny.A
3. An.Dk
4. An.Ek 3 4

13
b. Tipe keluarga :
a) Jenis tipe keluarga : Nuclear Family
b) Masalah yang terjadi dengan tipe keluarga : kurangnya perhatian dan
pegetahuan mengenai pergaulan remaja serta komunikasi yang tidak lancar
dan kurang terbuka di dalam keluarga.
c. Suku Bangsa
a) Asal suku bangsa : Jawa Tengah
b) Budaya yang berhubungan dengan kesehatan : klien beranggapan merokok
atau tidak merokok pun tidak ada pengaruhnya terhdap kehidupannya. Dan
kebiasaan dari orangtua yang menjadi pusat percontohan.

d. Agama dan kepercayaan : klien beragama islam.

e. Riwayat dan Tahapan Pengembangan Keluarga


- Tahap Pengembangan Keluarga : keluarga dengan anak usia sekolah
Dengan tugas perkembangan anak usia sekolah:
 Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret.
 Sangat realistik, rasa ingin tahu dan ingin belajar.
 Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran khusus
sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus.
 Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk
menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini pada umumnya anak
menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya.
 Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat mengenai
prestasi sekolahnya.
 Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam permainan itu
mereka tidak terikat lagi dengan aturan permainan tradisional (yang sudah ada), mereka
membuat peraturan sendiri.

f. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : Tugas perkembangan yang


seharusnya dilalui oleh keluarga saat aini adalah membingbing dan melakukan
edukasi tentang merokok , bahaya merokok dan mengenai norma-norma kehidupan.
Serta memodifikasi cara komunikasi terbuka antara orang tua dan anak , serta
memperbaiki peran orang tua.

g. Data Lingkungan
Jenis rumah : Permanen

Jenis bangunan : Beton

14
Luas bangunan : 4×6 m2

Luas pekarangan :-

Status kepemilikan : milik sendiri

Kondisi ventilasi : cukup

Kondisi pekarangan : cukup

Kondisi lantai : cukup

Kebersihan rumah secara keseluruhan : kurang

h. Struktur Keluarga
 Struktur komunikasi : hubungan antara Bp.O dan Ny.A berjalan dengan baik akan
tetapi hubungan dengan anak-anaknya komunikasi kurang berjalan dengan baik.
 Struktur kekuatan: kekuatan dalam keluarga yang dapat digunakan untuk
meningkatkan derajat kesehatan adalah Bp.O cukup bijaksana untuk berhenti
merokok agar keluarga nya tidak ikut kecanduan seperti dirinya
 Struktur peran: Bp.O sebagai kepala keluarga, Ny.A sebagai ibu rumah tangga,
An.Dk sebagai anak dan An.Ek sebagai anak
 Berdasarkan garis keturunan: Patrilinear (keluarga sedarah yang terdiri dari
anak,saudara sedarah, dalam berbagai generasidimana hubungan itu menurut garis
keturunan ayah)
 Berdasarkan jenis perkawinan:Monogami (keluarga dimana terdapat seorang
suami dan istri.)

i. Fungsi Keluarga
 Fungsi afektif: Tn SD mengatakan kurang menjaga keharmonisan antar anggota
keluarga
 Fungsi sosialisasi: keluarga Bp.O dan Ny.A kurang berhubungan baik dengan
anggota keluarga dan sebaliknya
 Fungsi Perawatan Keluarga : Ibu A mengatakan tidak tahu cara melakukan
perawatan di Rumah terhadap masalah perilaku merokok dalam keluarganya

j. Koping Keluarga
Bp.O dan Ny.A mulai memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan kedua
anaknya dengan ikut memberikan contoh perilaku yang baik kepada mereka

15
k. Peran
1. Ayah:
a. Sebagai suami dari Ny.A
b. Sebagai Ayah dari An. Dk dan An. Ek
c. Sebagai pencari nafkah
d. Sebagai pelindung dan pendidik Istri dan anak-anaknya
2. Ibu:
a. Sebagai istri dari Bp. O
b. Sebagai Ibu dari An. Dk dan An. Ek
c. Mempunyai peran untuk mengurus rumah tangga
d. Membantu suami untuk mecari nafkah
3. Anak:
a. Sebagai pelajar

l. Tipe Keluarga
1. Rumah: Jenis rumah (Permanen), Jenis bangunan (Beton), Luas bangunan
(4×6 m2), Luas pekarangan (tidak ada)
2. Penghasilan:Jumlah Penghasilan Bp.O sean Ny.A besar Rp. 7.500.000/bulan
3.Kesejahteraan: termasuk ke dalam tipe keluarga Nucklear Inti Tradisional
karena krluarga tersebut dari sepasang suami istri dan seorang ank kandung dan
masuk kedalam kelompok sejahtera tahap 3 karena keluarga mampu memenuhi
kebutuhan dasar, kebutuhan pskologis, namun belum dapat memberikan
sumbangan atau bkontribusi maksimal kepada masyarakat

2. Analisa Data
No Analisa Data Masalah
1. DS : Perilaku Kesehatan
- Keluarga mengatakan Cenderung Beresiko
tidak paham lebih jauh pada keluarga Bp.O
tentang pengertian, khususnya An Dk
penyebab, tan ekda dan dengan masalah
gejala perilaku merokok perilaku Merokok

16
- Ibu A dan Bp.O
mengatakan anaknya
pernah kedapatan
merokok di warnet
- Ibu A mengatakan tidak
tahu cara melakukan
perawatan di rumah
terhadap masalah perilaku
merokok dalam
keluarganya
- Bp.O mengatakan ingin
berhenti merokok
sehingga ia tidak ingin
anaknya kecanduan rokok
seperti dirinya

DO :
- Anak EK terlihat sebelum
makan tidak mencuci
tangannya
- Anak Ek Terlihat perutnya
buncit
- Anak EK mengatakan
nafsu makannya
berkurang dan terlihat
anemis pada
konjungtivanya
- Anak EK mengatakan
malas mencuci tangan jika
ingin makan dan
mengatakan selama ini
suka gatal dibagian anus
anak EK.

17
2. DS : Ketidakefektifan
- Ibu mengatakan anak Dk Pemeliharaan
dan Ek pendiam, kalau Kesehatan pada
ditanya lebih sering Keluarga Bp.O
menjawab satu dua kata khususnya An. Dk dan
saja An. Ek dengan masalah
- Menurut Bp.O dan Ibu A Keterampilan
dari kecil anak Dk dan Ek Komunikasi yang Tidak
memang jarang bicara Efektif
- Bp.O dan Ibu A
mengatakan jarang
berkomunikasi
membicarakan hal-hal
yang santai atau bersenda
gurau
- Menurut ibu A, anak Dk
di sekolah juga pendiam
kata gurunya

- DO : Anak Dk dan Ek
tampak pendiam
- Berbicara lebih banyak
dengan kata-kata pendek
atau menganggukkan
kepala
- Anak Dk dan Ek kalau
berbicara jarang kontak
mata

3. DS : Ketidakefektifan
- Ibu A belum pernah Koping Keluarga pada

18
mendiskusikan kepada keluarga Bp. O
Bp.O untuk juga ikut khususnya Ny. A
memberikan contoh bagi dengan masalah
anak-anaknya sumber pemecahan
- Ibu A mengatakan jarang yang tidak adekuat.
duduk bersama anak- anak
untuk mengobrol mengisi
waktu luang
- Ibu A mengatakan anak
Dk dan Ek tidak dekat
dengan orangtuanya dan
jarang berkomunikasi dan
bercanda

DO :
- Anak Dk lebih mau
berbicara jika tidak di
depan orangtuanya

3. Skoring Masalah
a. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko pada keluarga Bp.O khususnya An
Dk dengan Merokok

No Kriteria Skor Bobo Perhitunga Pembenara


t n n
1 Sifat masalah : 3 1 3/3x1 = 1 - Karena An. Dk saat ini memiliki
Aktual kebiasaan merokok namun An.
Dk tidak menyadari masalahnya

19
2 Kemungkinan 1 2 1/2x2 = 1 - Keluarga Bp. O tidak memiliki
masalah pengetahuan yang cukup
dapa mengenai merokok dan keluarga
t diubah : Bp. O tidak berusaha mencari
sebagian informasi mengenai masalah
yang dihadapi. Namun, Bp.O
mendukung perubahan perilaku
dari An.Dk
3 Potensial 3 1 3/3 x 1 = 1 - masalah tidak dapat dicegah
masalah karena An. Dk mengatakan
untu merokok karena Bp.O dan Bp.O
tidak ingin merubah perilakunya
k dicegah:
tinggi
4 Menonjol 1 1 1/2x1 = ½ - An.Dk tidak pergi ke pelayanan
masalah: kesehatan untuk memeriksakan
masalah ada kesehatan. Karena An.Dk merasa
tapi tidak perlu masalah yang di hadapi bukan
segera merupakan masalah yang besar
ditangani
Jumla 3 1/2
h

Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Bp.O khususnya An. Dk dan An.Ek
dengan masalah keterampilan komunikasi tidak efektif

No Kriteria Skor Bobo Perhitunga Pembenara


t n n
1 Sifat masalah : 2 1 2/3x1 = 2/3 - An.Dk dan An. Ek tidak
Resiko menyadari masalah yang
dihadapinya namun Ny.A dan
Bp.O merasakan dampak dari
masalah yang dihadapi anaknya

2 Kemungkinan 1 2 1/2x2 = 1 - Keluarga Bp.O tidak mengetahui


masalah mengenai kemampuan
dapa komunikasi tidak efektif yang
t diubah : dihadapi An. Dk dan An. Ek,
sebagian namun Bp.O dan Ny. A
mendukung penyelesaian masalah
anaknya

20
3 Potensial 2 1 2/3 x 1 = - An. Dk dan An. Ek tidak berusaha
masalah 2/3 mencari pertolongan atas masalah
untu yang dihadapinya
k dicegah:
tinggi
4 Menonjol 1 1 1/2x1 = 1/2 - An. Dk dan An. Ek tidak merasa
masalah: masalah yang dihadapinya
masalah ada merupakan masalah berat karena
sudah terbiasa sejak kecil, namun
tapi tidak perlu Bp.O dan Ny. A merasakan
segera dampak dari masalah yang
ditangani dihadapinya

Jumla 2 5/6
h

Ketidakefektifan koping keluarga pada keluarga Bp.O khususnya Ny.A dengan sumber
pemecahan masalah tidak adekuat

No Kriteria Skor Bobo Perhitunga Pembenara


t n n
1 Sifat masalah : 2 1 2/3x1 = 2/3 - Ny. A tidak mengetahui masalah
Resiko yang dihadapinya namun Bp.O
merasakan dampak dari masalah
yang di hadapi Ny. A

2 Kemungkinan 2 2 2/2x2 = 2 - Ny. A tidak mengetahui


masalah mengenai masalah yang dihadapi
dapa
t diubah :
sebagian

3 Potensial 3 1 3/3 x 1 = 1 - Ny. A tidak mencari pertolongan


masalah untuk penyelesaian masalah.
untu
k dicegah:
tinggi
4 Menonjol 0 1 0/2x1 = 0 - Ny.A merasa masalah yang
masalah: dihadapinya bukan masalah yang
masalah tidak besar.
dirasakan

Jumla 3 2

21
h /
3

a. Prioritas Masalah :
1. Ketidakefektifan koping keluarga pada keluarga Bp.O khususnya
Ny.A dengan sumber pemecahan masalah tidak adekuat.
2. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko pada keluarga Bp.O
khususnya An Dk dengan Merokok
3. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Bp.O
khususnya An. Dk dan An.Ek dengan masalah keterampilan
komunikasi tidak efektif.

22
4. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga

No Diagnosa Tujuan Evaluasi Rencana


Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar pengkajian

1. Perilaku Anggota Setelah dilakukan Anggota Anggota 1. Keluarga


keluarga
Kesehatan keluarga tindakan keluarga mampu
mampu
Cenderung mampu keperawatan, mampu melakukan mengenal
hal-hal
Beresiko mengenal hal- diharapkan: memahami masalah
untuk
Berhubungan hal tentang 1. keluarga mampu dan mengerti mengontrol - Pengajaran :
bahaya dari
Dengan pengertian, mengenal masalah tentang individu
kebiasaan
Merokok penyebab, kesehatan pengertian, merokok - Pengajaran :
tanda dan -Pengetahuan penyebab, kelompok
gejala perilaku kesehatan tentang tanda dan - Pengajaran :
merokok bahaya merokok gejala perilaku proses
-Pengetahuan merokok penyakit
tentang proses Manajemen nutrisi
penyakit dari Konseling nutrisi
kebiasaan merokok 2. Keluarga mampu
-Perilaku memutuskan ,
peningkatan memperkuat atau
kesehatan untuk meningkatkan
mengurangi kognitif yang
kebiasaan merokok diinginkan atau
mengubah kognitif
2. Keluarga yang tidak
mampu diinginkan
memutuskan - Dukungan
tindakan dan membuat
keyakinan keluarga keputusan
untuk - Membangun
meningkatkan atau harapan
memperbaiki
kesehatan 3. Keluarga

23
- Keyakinan mampu
kesehatan memodif
- Berpartisip ikasi
asi dalam lingkung
memutuska an untuk
n perawatan mengem
kesehatan balikan
- Partisipasi fungsi
keluarga psikososi
dalam al dan
perawatan memfasil
profesional itasi
3. Keluarga perubaha
mempu merawat / n gaya
mampu - Bantuan
melaksanakan untuk
ADL berhenti
- Status merokok
kesehatan - Modifikasi
personal : perilaku
kesehatan lingkungan
fisik - Manajemn
- Kualitas lingkungan
hidup 4. Keluarga
akibat dari mampu
kebiasaan memanfa
merokok atkan
4.Keluarga mampu pelayana
memanfaatkan n
fasilitas pelayanan kesehata
kesehatan n
- Perilaku - Konsultasi
mencari - Rujukan

24
pelayanan - Bantuan
kesehatan sistem
- Partisipasi kesehatan
keluarga
dalam
pelayanan
keluarga
1. Keluarga
mampu
2. Setelah dilakukan Anggota
Ketidakefektifan Anggota Anggota mengenal
tindakan keluarga
Pemeliharaan keluarga keluarga masalah
keperawatan, mampu
Kesehatan mampu mampu - Pengajaran :
diharapkan: melakukan
Berhubungan mengenal hal- memahami individu
1. Keluarga hal-hal
Dengan hal dan mengerti - Pengajaran :
mampu untuk
Keterampilan meningkatkan tentang kelompok
memutuska mengevalua
Komunikasi keterampilan meningkatkan - Pengajaran :
n tindakan si
Tidak Efektif komunikasi keterampilan proses
dan keterampila
komunikasi penyakit
keyakinan n
2. Keluarga
keluarga komunikasi
mampu
untuk yang efektif
memutuskan
meningkatk
tindakan
an atau
keyakinan
memperbai
keluarga
ki
untuk
kesehatan
meningkatka
- Kepercayaa
n atau
n mengenai
memperbaik
kesehatan
i kesehatan
- Berpartisip
- Dukungan
asi dalam
pengasuhan
memutuska
- Dukungan
n perawatan
pengambilan

25
kesehatan keputusan
- Partisipasi
keluarga
dalam
perawatan 3. Keluarga
profesional mampu
2. Keluarga memanfaatk
mampu an
merawat pelayanan
keluarga kesehatan
- Perilaku - Konsultasi
kepatuhan : - Rujukan
diet yang di - Bantuan
anjurkan sistem
- Orientasi kesehatan
kesehatan
- Status 4. Keluarga
kesehatan mampu
personal memodifikas
3. Keluarga i lingkungan
mampu - Identifikasi
memanfaat resiko
kan fasilitas - Modifikasi
pelayanan perilaku
kesehatan
- Pengetahua
n tentang
sumber
sumber
kesehatan
- Perilaku
mencari
pelayanan

26
kesehatan
- Partisipasi
keluarga
dalam
pelayanan
keluarga

1. Keluarga
mampu
3. Setelah dilakukan
Ketidakefektifan Anggota Anggota Anggota memutuskan
tindakan
Koping keluarga keluarga keluarga : -
keperawatan,
Keluarga mampu mampu mampu Dukungan
diharapkan:
Berhubungan mengenal hal- memahami melakukan membuat
1. Keluarga
Dengan Sumber hal Sumber dan mengerti hal-hal keputusan
mampu
Pemecahan Pemecahan tentang untuk - Membangun
memutuska
Masalah Tidak Masalah yang Sumber mengevalua harapan
n untuk
Adekuat adekuat Pemecahan si Sumber - Dukungan
meningkatk
Masalah yang Pemecahan keluarga
an atau
adekuat Masalah /caregiver
memperbai
yang
ki
adekuat 2. Keluarga
kesehatan
mampu
- Berpatisipa
memodifikas
si dalam
i
memutuska
lingkungan:
n perawatan
- Mendengar
kesehatan
aktif
- Kesiapan
- Mediasi
caregiver
konflik
dalam
3. Keluarga
perawatan
mampu
dirumah
memanfaatk
- Kepercayaa
an fasilitas

27
n kesehatan pelayanan
- Partisipasi kesehatan:
keluarga - Konsultasi
dalam - Rujukan
perawatan - Mengunjung
professiona i fasilitas
l kesehatan

2. Keluarga
mampu
memodifika
si
linkungan :
- Komunikas
i
- Pengambila
n keputusan
- Proses
informasi
3. Keluarga
mampu
memanfaat
kan fasilitas
pelayanan
kesehatan:
- Pengetahua
n tentang
sumber-
sumber
kesehatan
- Perilaku
mencari
pelayanan

28
kesehatan
- Partisipasi
keluarga
dalam
perawatan
keluarga

29
Diagnosa Waktu Kegiatan / Implementasi Evaluasi
Keperawatan /Tempat Perawat Keluarga
1 Tempat : - Memberikan - Keluarga - S: Keluarga
Rumah edukasi tentang menyimak tentang mengatakan
keluarga pengertian, edukasi yang paham tentang
Bp.O penyebab, tanda diberikan apa yang
Pukul 10.00- dan gejala diedukasikan
sampai perilaku tentang
selesai merokok pengertian,
penyebab,
2
- Memberikan - Keluarga
tanda dan
edukasi untuk menyimak
gejala perilaku
mengenal hal- tentang
merokok
hal yang dapat edukasi
meningkatkan yang
- O: Keluarga
keterampilan diberikan
tampak pahan
komunikasi
dengan apa
yang
diedukasikan
- Keluarga
- Memberikan edukasi
3 diajarkan dan
bertanya
untuk mengenal hal-hal
yang dianjurkan
tentang
Sumber Pemecahan
tentang
sumber
Masalah yang adekuat
pengertian,
pemecahan
penyebab,
masalah
tanda dan
yang
gejala perilaku
adekuat
merokok

A: Masalah teratasi
sebagian

P: Lanjutkan intervensi

30
BAB V
PENUTUP

V.5.1 Kesimpulan
Metode dan pendekatan pengkajian komunitas terdiri dari dua yaitu: pengkajian fiedman dan
calgry. Pada pengkajian untuk asuhan keperawatan keluarga pada anak sudah sesuai antara teori
dan kasus hanya saja di teori tidak dijelaskan secara rinci.
Pada kasus yang terdapat di makalah ini mengangkat 3 diagnosa yang dilanjutkan dengan
analisa data, diagnosa keperawatan, prioritas masalah, intervensi, implementasi serta evaluasi.

V.5.2 Saran
Penulis menyarankan kepada pembaca agar makalah ini dapat dimengerti dan dipahami
dengan baik, sehingga kita dapat mengetahui tentangkonsep keperawatan kesehatan sekolah.
Agar dapat menjadi pedoman buat kita sebagai perawatkomunitas di pelayanan sekolah.

31
DAFTAR PUSTAKA

Freadman, M. M. (2013). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

Susanto, T. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta: TIM.

Zaidin Ali, S. M. (2010). Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

Sudiharto, S.kep.,M.kes. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan


Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC

Setiawati,Santun,Agus Citra Dermawan.2008.Penuntun Praktis Asuhan Keperawatan


Keluarga.Jakarta: Trans Info Media

Sariningsih, Endang. 2012. Merawat Gigi Anak Usia Dini. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.

Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastrointestinal dan


Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medik

Faridan K, dkk. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kecacingan pada sisa
Sekolah Dasar Negeri Cempaka 1 Kota Banjarbaru. (Online),
(http://ejournal.litbang.depkes.g o.id/index.php/buski/article /view/3229/3200)

https://dinkes.bantenprov.go.id/read/berita/488/PENGERTIAN-MEROKOK-DAN-
AKIBATNYA.html# .2017. diakses tgl 21 April 2019 pukul 15:00

Asuhan keperawatan keluarga Edisi ke-2


https://www.academia.edu/35973677/ASUHAN_KEPERAWATAN_KELUARGA
http://repository.ump.ac.id/3977/3/Reni%20BAB%20II.pdf

32

You might also like