Professional Documents
Culture Documents
BAB I
DEFINISI
Latar Belakang
Kemajuan teknologi saat ini menuntut para pemberi pelayanan kesehatan agar
memberikan pelayanan yang bermutu. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan derajad
kesehatan masyarakat, peningkatan mutu kualitas layanan merupakan salah satu aspek yang
sangat penting.Rumah sakit sebagai salah satu penyedia pelayanan kesehatan yang mempunyai
fungsi rujukan harus dapat memberikan pelayanan yang profesional dan berkualitas. Sejalan
dengan upaya tersebut, agar tenaga kesehatan di rumah sakit dapat memberikan pelayanan prima
bagi pasiennya, maka diperlukan suatu pedoman atau panduan pelayanan kesehatan yang dapat
digunakan sebagai acuan dalam setiap tindakan yang dilakukan.
Salah satu pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah pelayanan anestesiologi dan terapi
intensif.Pelayanan kesehatan ini merupakan salah satu bagian dari pelayanan kesehatan yang
berkembang dengan cepat seiring dengan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
anestesia.Peningkatan kebutuhan anestesiologi dan terapi intensif ini tidak diimbangi dengan
jumlah dan distribusi dokter spesialis anestesiologi secara merata. Akibatnya tindakan anestesia
di rumah sakit dilakukan oleh perawat anestesi sehingga tanggung jawab terhadap pelayanan
anestesi menjadi tidak jelas.Oleh sebab itu, dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
anestesia di rumah sakit, perlu disusun Panduan Pelayanan Anestesi sebagai acuan bagi rumah
sakit untuk melaksanakan pelayanan anestesi sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan.
Pengertian
Tujuan
1
atau ancaman nyawa karena menjalani pembedahan, prosedur medis,
trauma atau penyakit lain.
3. Melakukan terapi intensif dan resusitasi jantung, paru, otak (bantuan
hidup dasar, lanjutan dan jangka panjang) pada kegawatan
mengancam nyawa dimanapun pasien berada (ruang gawat darurat,
kamar bedah, ruang pulih, ruang terapi intensif/ICU).
4. Menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa dan metabolisme
tubuh pasien yang mengalami gangguan atau ancaman nyawa karena
menjalani pembedahan, prosedur medis, trauma atau penyakit lain.
5. Menanggulangi masalah nyeri akut di rumah sakit (nyeri akibat
pembedahan, trauma, maupun nyeri persalinan).
6. Menanggulangi masalah nyeri kronik dan nyeri membandel (nyeri
kanker dan penyakit kronis).
7. Memberikan bantuan terapi inhalasi.
2
BAB II
RUANG LINGKUP
Pelayanan pra anestesia adalah penilaian untuk menentukan status medis pra anestesia
dan pemberian informasi serta persetujuan bagi pasien yang memperoleh tindakan
anestesia.
Pelayanan intra anestesia adalah pelayanan anestesia yang dilakukan selama tindakan
anestesi meliputi pemantauan fungsi vital pasien secara kontinyu.
Pelayanan pasca anestesia adalah pelayanan pada pasien pasca anestesia sampai pasien
pulih dari tindakan anestesia.
Pelayanan kritis adalah pelayanan yang diperuntukkan bagi pasien sakit kritis.
Pelayanan tindakan resusitasi adalah pelayanan resusitasi pada pasien yang berisiko
mengalami henti jantung meliputi bantuan hidup dasar, lanjut dan jangka panjang
Pelayanan anestesi regional adalah tindakan pemberian anestesi untuk memblok saraf
regional sehingga tercapai anestesia di lokasi operasi sesuai yang diharapkan
Pelayanan anestesi regional dalam obstetrik adalah tindakan pemberian anestesia regional
pada wanita dalam persalinan
Pelayanan anestesi rawat jalan adalah pelayanan anestesiologi yang dikhususkan kepada
perawatan pra operatif, intraoperatif dan pasca operatif pada pasien yang menjalani
prosedur pembedahan rawat jalan
Pelayanan penatalaksanaan nyeri adalah pelayanan penanggulangan nyeri terutama nyeri
akut, kronik dan kanker dengan prosedur intervensi
Pengelolaan akhir kehidupan adalah pelayanan tindakan penghentian atau penundaan
bantuan hidup
3
BAB III
TATA LAKSANA
I. Pengorganisasian
Dalam melaksanakan pelayanan anestesia di rumah sakit, melibatkan tim pengelola pelayanan
anestesiologi dan terapi intensif.
Dokter Anestesi
Tugas
1. Mengoordinasi kegiatan pelayanan anestesiologi dan terapi intensif sesuai dengan sumber
daya manusia, sarana,prasarana dan peralatan yang tersedia
2. Mengawasi pelaksanaan pelayanan anestesia setiap hari
3. Mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan pelayanan anestesia
4. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dan membuat laporan kegiatan berkala.
Tanggung jawab
4
3. Pelaksanaan program menjaga mutu pelayanan anestesia dan keselamatan pasien di
dalam rumah sakit.
Perawat anestesi/perawat
Tugas
Tanggung jawab
1. Perawat anestesi dan perawat bertanggung jawab langsung kepada dokter penanggung
jawab pelayanan anestesia;
2. Menjamin terlaksananya pelayanan/asuhan keperawatan anestesia di rumah sakit;
3. Pelaksanaan asuhan keperawatan anestesia sesuai standar
Obat-obatan anestetika adalah obat-obatan yang mempunyai khasiat sedasi atau hipnotis,
analgesia dan atau relaksasi otot-otot rangka yang digunakan untuk tindakan anestesia. Dalam
praktek anestesia, obat-obat annestetika dapat digolongkan menjadi :
6
Obat-obatan premedikasi:
7
Hipnotik pada hati Porphyria
pasien di ruang
terapi intensif
Ketamin Induksi anestesi Halusinasi, Pasien deengan penyakit
hidroklorida pada bedah mimpi buruk sistemik
sesar, anak- Spasme laring
anak balita Hipertensi dan
yang tidak takikardi
kooperatif, Meningkatkan
penderita asma jumlah
Obat anestesi perdarahan pada
pokok pada luka operasi
operasi di
daerah
superfisial,
berlangsung
singkat,
ekstirpasi tumor
kecil pada bibir
Analgesik
pasca
trauma/pasca
bedah
Propofol Induksi anestesi,
analgesik regional,
anestesi tunggal pada
prosedur singkat,
sedasi di unit intensif
Fentanil Analgesia umum,
induksi anestesi
Adalah obat-obatan anestesi yang berupa gas atau cairan mudah menguap yang diberikan
melalui pernafasan pasien. Secara umum ada 2 macam yaitu obat anestesi umum inhalasi yang
berupa cairan yang mudah menguap ( derivat halogen hidrokarbon : halotan, kloroform,
isoflurane, enfluran, dietil eter) dan obat anestesi umum inhalasi yang berupa gas (nitrous oksida,
siklopropan). Penggunaan kliniknya adalah sebagai komponen hipnotik dalam pemeliharaan
anestesia umum
8
4. Obat-obatan analgesia Lokal
Adalah suatu ikatan kimia yang mampu menghambay konduksi saraf perifer apabila obat
disuntikkan di daerah perjalanan serabut saraf dengan dosis tertentu tanpa menimbulkan
kerusakan permanen pada serabut saraf tersebut.
Jenis obat anelgesia lokal antara lain derivat ester ( kokain, prokain ), derivat amide
(lidokain, prilokain, bupivacain dan etidokain)
Obat pelumpuh otot dibagi menjadi dua golongan yaitu non depolarisasi (atrakurium,
rokuronium, metokurin, depolarisasi (suksinilkolin).Golongan obat pelumpuh otot digunakan
dalam fasilitas intubasi endotrakea, membat relaksasi lapangan operasi, memudahkan nafas
kembali, menghilangkan spasme laring. Sedangkan antagonis obat pelumpuh otot golongan non
depolarisasi adalah neostigmin/prostigmin
Pelayanan anestesiologi dan terapi intensif mencakup tindakan anestesia (pra anestesia,
intra anestesia dan pasca anestesia) serta pelayanan lain sesuai bidang anestesiologi seperti
pelayanan kritis, gawat darurat, penatalaksanaan nyeri.
1. PraAnestesia
Evaluasi praanestesi
Merupakan langkah awa dari rangkaian tindakan anestesia yang akan dilakukan terhadap
pasien yang merencanakan untu menjalani tindakan operatif
Tujuan :
o Mengetahui status fisik pasien praoperatif
o Mengetaui dan menganalisa jenis operasi
o Memilih jenis/teknik operasi
o Meramalkan penyulit yang mungkin akan terjadi selama operasi
o Mempersiapkan obat/alat guna menanggulangi penyulit yang diramalkan
Waktu pelaksanaan evaluasi praanestesia
o Pada kasus operasi elektif evaluasi praanestesi dilakukan sebelum operasi,
evaluasi terakhir dilakukan di kamar persiapan ruang operasi untuk menentukan
status fisik ASA.
9
o Pada kasus bedah darurat, evaluasi dilakukan pada saat itu juga di ruang persiapan
kamar operasi
Konsultasi dan pemeriksaan oleh dokter spesialis anestesiologi atau dokter umum harus
dilakukan sebelum tindakan anestesia untuk memastikan bahwa pasien berada dalam
kondisi yang layak untuk prosedur anestesi.
Dokter spesialis anestesiologi atau dokter umum bertanggung jawab untuk menilai dan
menentukan status medis pasien pra-anestesia berdasarkan prosedur sebagai berikut:
Anamnesis dan pemeriksaan pasien
Anamnesis
Anamnesis dilakukan dengan pasien sendiri atau dengan yang lain
(keluarga dan pengantarnya) meliputi :
o Identitas pasien
o Anamnesis khusus yang berkaitan dengan penyakit bedah yang
mungkin menimbulkan gangguan fusngsi organ
o Anamnesis umum meliputi : riwayat penyakit sistemik yang
pernah atau sedang diderita, riwayat pemakaian obat yang telah
atau sedang digunakan penderita, riwayat operasi terdahulu,
kebiasaan buruk antara lain perokok, minuman keras, pemakai
obat—obatan terlarang, riwayat alergi terhadap suatu obat
Pemeriksaan fisik
o Pemeriksaan yang dilakukan adalah :
o Pemeriksaan status pasien : kesadaran, frekuensi nfas, tekanan
darah, suhu tubuh, berat dan tinggi untuk menilai status gizi
o Pemeriksaan fisik umum meliputi : Psikis, saraf, respirasi,
hemodinamik, penyakit darah, gastrointestinal, hepatobilier,
urogenital, metabolik, otot rangka, integumen
Pemeriksaan laboratorium, radiologi dan lainnya
o Pemeriksaan rutin : Ditujukan kepada pasien yang dipersiapkan
untuk operasi kecil dan sedang. Hal yang diperiksa dalah Hb, Ht,
erotrosit, leukosit dan hitung jenis, urin : pemeriksaan fisik,
kimiawi dan sedimen rutin
o Pemeriksaan khusus : Ditujukan kepada pasien yang dipersiapkan
untuk operasi besar dan pasien yang menderita penyakit sistemik
tertentu dengan indikasi tegas. Hal yang diperiksa adalah
pemeriksaan laboratorium lengkap (fungsi hati, ginjal, analisis gas
darah, elektrolit, hematologi, faal hemostatis sesuai dengan
indikasi).Pemeriksaan radiologi : foto toraks, IVP dan yang
lainnya sesuai indikasi, evaluasi kardiologi terutama untuk pasien
10
yang berumur diatas usia 35 tahun, pemeriksaan spirometri pada
penderia PPOM
Meminta dan/atau mempelajari hasil-hasil pemeriksaan dan konsultasi
yang diperlukan untuk melakukan anestesia.
o Konsultasi dapat dilakukan berencana atau darurat, pada kasus
elektif, koreksi hasil pemeriksaan dilakukan secara mandiri oleh
staf medis fungsional yang menangani pasien atau bersama-sama
dengan staf medis lain yang bertindak sebagai konsultan di bangsal
o Untuk kasus darurat, koreksi dilakukan bersama-sama di ruang
resusitasi IGD atau di ruang operasi sesuai dengan
kegawatdaruratan medis yang diderita pasien
Menentukan prognosis pasien perioperatif
Berdasarkan hasil evaluasi pra operatif tersebut maka dapat disimpulkan
status fisik pasien pra anestesi.
American Society of Anesthesiologist (ASA) membuat klasifikasi status
fisik praanestesi menjadi 5 kelas yaitu :
ASA I : Pasien penyakit bedah tanpa disertai penyakit sistemik
ASA II : Pasien penyakit bedah diserta penyakit sistemik ringan
sampai sedang
ASA III : Pasien penyakit bedah diserta penyakit sistemik ringan berat
yang disebabkan karena berbagai penyebab tetapi tidak
mengacam nyawa
ASA IV : Pasien penyakit bedah diserta penyakit sistemik berat yang
secara langsung mengancam kehidupannya
ASA V : Pasien penyakit bedah diserta penyakit sistemik berat yang
sudah tidak mungkin ditolong lagi, dioperasi ataupun tidak
dalam 24 jam pasien akan meninggal
Apabila tindakan pembedahannya dilakukan secara darurat dicantumkan
tanda E (Emergency) dibelakang angka misalnya ASA 1 E
Persiapan praanestesia
Adalah langkah lanjut dari hasil evaluasi pra operatif khususnya anestesi untuk
mempersiapkan pasien baik psikis maupun fisik pasien agar siap dan optimal
untuk menjalani prosedur anestesia dan diagnostik atau pembedahan yang
direncanakan.
Tempat persiapan pra anestesi :
o Poliklinik dan di rumah pasien (bila pasien rawat jalan)
Persiapan psikis :
11
Diberikan penjelasan kepada pasien dan atau keluarganya agar mengerti
perihal rencana anestesi dan pembedahan yang direncanakan sehingga
dengan demikian diharapkan pasien dan keluarganya bisa tenang
Persiapan fisik :
Diinformasikan kepada pasien agar melakukan :
Menghentikan kebiasaan seperti merokok, minuman keras da obat-
obatan tertentu minimal dua minggu sebelum anestesia atau
minimal dimulai sejak evaluasi pertama kali di poliklinik
Melepas segala macam protesis dan asesoris
Tidak mempergunakan kosmetik misalnya cat kuku atau cat bibir
Puasa dengan aturan sebagai berikut :
Usia Makanan padat susu Cairan jernih tanpa
formula/ASI partikel
< 6 bulan 4 jam 2 jam
6-36 bulan 6 jam 3 jam
> 36 bulan 8 jam 3 jam
Diharuskan agar pasien mengajak ikut serta salah satu keluarga
atau orang tuanya atau teman dekatnya untuk
menemani/menunggu selama/setelah mengikuti rangkaian
prosedur pembedahan dan pada saat kembali pulang untuk
menjaga kemungkinan penyulit yang tidak diinginkannya
Membuat surat persetujuan tindakan medik
Dibuat setelah pasien tiba di ruang penerimaan pasien rawat jalan
Pada pasien dewasa bila dibuat sendiri dengan menandatangani
lembaran formulir yang sudah tersedia pada bendel catatan medik
yang disaksikan oleh petugas yang ditunjuk untuk itu
Pada pasien bayi, anak-anak dan orang tua dibuat oleh salah satu
keluarganya yang menanggung dan juga disaksikan oleh petugas
yang ditunjuk
Mengganti pakaian yang dipakai dari rumah dengan pakaian
khusus kamar operasi
o Ruang Perawatan
Persiapan psikis
Berikan penjelasan kepada pasien dan atau keluarganya agar
megerti perihal reencana anestesi dan pembedahan yang
direncanakan sehingga pasien dan keluarganya bisa tenang
Berikan obat sedatif pada pasien yang menderita stres yang
berlebihan atau pada pasien tidak kooperatif misalnya pada pasien
pediatrik
12
Pemberian obat sedatif dapat dilakukan secara :
Oral : pada malam hari menjelang tidur pada pagi hari 60-
90 menit sebelum ke kamar operasi
Rektal (khusus untuk pasien pediatrik) pada pagi hari
sebelum ke kamar operasi
Persiapan fisik
Hentikan kebiasaan seperti merokok,minuman keras, dan obat-
obatan tertentu minimal dua minggu sebelum anestesia atau
minimal dimulai sejak evaluasi pertama kali di poliklinik
Tidak memakai protesis atau asesoris
Tidak menggunakan cat kuku atau cat bibir
Program puasa untuk pengosongan ambung, dapat dilakukan
sesuai dengan aturan diatas
Pasien dimandikan pagi hari menjelang ke kamar bedah, pakaian
diganti dengan pakaian khusus kamar
Membuat persetujuan tindakan medis
Pada pasien dewasa dan sadar bisa dibuat sendiri dengan
menandatangani lembaran formulir yang sudah tersedia pada
bendel catatan medik dan disaksikan oleh petugas
kesehatan.Apabila pasien anak atau bayi atau orang tua dan pasien
tidak sadar ditandatangani oleh salah satu keluarga yang
menangani dan juga disaksikan oleh petugas kesehatan.
o Ruang Persiapan di kamar operasi
Pasien diterima oleh petugas penerimaan di kamar operasi.
Di ruang persiapan dilakukan :
Evaluasi ulang status pasien dan catatan medis pasien serta
kelengkapannya
Konsultasi di tempat apabila diperlukan
Ganti pakaian dengan pakaian khusus kamar operasi
Memberi premedikasi
Memasang infus
Premedikasi
13
Pemasangan infus
Bertujuan untuk :
Secara umum bahwa pelayanan praanestesi yang dilakukan di rumah sakit adalah sebagai berikut
:
14
2. Pilihan jenis anestesia
Pertimbangan anestesia dan analgesia yang akan diberikan kepada pasien yang akan
menjalani pembedahan memperhatikan beberapa faktor yaitu :
Umur
Pasien bayi dan anak-anak adalah anestesi umum
Pasien dewasa diberikan anestesi umum atau regional tergantung jenis
operasi yang akan dilakukan
Pasien tua cenderung dipilih anestesi regional kecuali jika tindakan tidak
memungkinkan untuk anestesi regional
Jenis kelamin
Pasien wanita dipilihkan anestesi umum karena faktor emosional dan rasa
malu yang dominan
Pasien laki-laki dapat digunakan anestesi umum atau regional
Status fisik
Jenis Operasi
Analisis terhadap tindakan pembedahan atau operasi menghasilkan 4 pilihan
masalah yaitu :
Lokasi operasi : operasi di daerah kepala leher dipilih anestesi umum
dengan fasilitas intubasi pipa endotrakea untuk mempertahankan jalan
nafas, sedangkan operasi daerah abdominal ke bawah, anus dan
ekstremitas bawah dilakukan anestesi regional dengan blok spinal
Posisi operasi : misalnya pada posisi tengkurap harus dilakukan anestesi
umum dengan fasilitas intubasi ET dan nafas kendali
Manipulasi operasi misalnya pada operasi laparotomi dengan manipulasi
intra abdominal yang luas dengan segala risikonya, membutuhkan
relaksasi lapangan operasi optimal harus dilakukan anestesia umum
dengan fasilitas intubasi ET dan nafas kendali
Durasi operasi : misalnya pada operasi bedah saraf kraniotomi yang
berlangsung lama harus dilakukan anestesi umum dengan fasilitas
intubasi ET dan nafas kendali
Keterampilam operator dan alat yang dipakai
Keterampilan/kemampuan pelaksanan anestesi dan sarananya
Status rumah sakit
Permintaan pasien
Dalam praktek anestesi, ada tiga jenis anestesi – analgesia yang diberikan pada pasien yang akan
menjalani pembedahan yaitu :
Anestesi umum
Anestesi lokal
15
Anestesi regional
Anestesi Umum
Merupakan suatu keadaan tidak sadar yang bersifat sementara yang diikuti oleh
hilangnya rasa nyeri di seluruh tubuh akibat pemberian obat anestesi
Teknik anestesi umum : Anestesi umum inta vena, anestesi umum inhalasi, anestesi
imbang
Tehnik anestesi Definisi Obat anestesi
Anestesi umum Salah satu teknik anestesi umum yang Ketamin, Tiopenton,
intravena dilakukan dengan jalan menyuntikkan Propofol, Diazepam,
obat anestesi parenteral langsung ke Midazolam, Petidin,Morfin,
pembuluh vena Fentanil
Anestesi umum Merupakan salah satu teknik anestesi N2O, Halotan, Enfluran,
inhalasi umum yang dilakukan dengan jalan Isofluran, Sevofluran,
memberikan kombinasi obat anestesi Desfluran
inhalasi yang yang berupa gas atau
cairan yang mudah menguap melalui
alat/mesin anestesi langsung ke udara
inspirasi
Teknik anestesi umum inhalasi
meliputi: inhalasi sungkup muka
(face mask)
inhalasi pipa ET nafas spontan
inhalasi pipa ET nafas kendali
Anestesi Merupakan teknik anestesia dengan Kombinasi sediaan
imbang mempergunakan kombinasi obat-obatan hipnosis, analgesia dan
baik anestesia intravena maupun obat relaksasi otot
anestesi inhalasi atau kombinasi teknik
anestesi umum dengan analgesia
regional untuk mencapai trias anestesi
secara optimal dan berimbang
Anestesi lokal
Merupakan anestesia yang dilakukan dengan cara menyuntikkan obat anestesi lokal pada
daerah atau di sekitar lokasi pembedahan yang menyebabkan hambatan konduksi impuls
aferen yang beersifat temporer.Tindakan anestesi ini biasanya dilakukan oleh operator
sendiri.
Jenis Anestesia lokal Indikasi Obat
Analgesia topikal Tindakan endoskopi, kateterisasi Lidokain, Xilokain spray,
saluran kemih, analgesia lokal pasta/jelly, tetes mata
pada luka memar, cabut gigi, tetrakain
16
tindakan diagnostik pada mata
Analgesia lokal Luka terbuka, ekstirpasi tumor Prokain, Bupivacain
infiltrasi kecil,cabut gigi, rekonstruksi
kulit
Blok Lapangan Luka terbuka besar, ekstirpasi Prokain, Lidokain,
tumor, cabut gigi, amputasi jari, Bupivacain
sirkumsisi, rekonstruksi kulit,
suplemen analgesia lokal pada
laparotomi mini
Anestesi regional
Merupakan suatu tindakan analgesia yang dilakukan dengan cara menyuntikkan obat
anestesi lokal pada lokasi serat saraf yang menginervasi regio tertentu yang menyebabkan
hambatan konduksi impuls aferen yang bersifat temporer.
Jenis analgesia Indikasi Obat
regional
Blok saraf Operasi di daerah lengan bawah dan Prokain, Lidokain,
tangan, dilakukan blok pada nevus Bupivakain
radialis, medianus dan ulnaris
Operasi di daerah tungkai bawah,
dilakukan blok pada nervus
iskhiadikus atau femoralis atau biasa
juga pada nervus peronius,
sedangkan untuk kaki, dilakukan
pada nervus tibialis
Blok Pleksus Blok fleksus brakhialis interskaleni Prokain, Lidokain,
brakhialis Operasi daerah bahu Bupivakain
Operasi lengan atas
Blok fleksus brakhialis supraklavikula
Daerah ekstremitas atas kecuali bahu
Blok fleksus brakhialis aksiler
Operasi di daerah siku dan lengan
bawah
Blok Subarakhnoid Abdominal bawah dan inguinal, anorektal Lidokain,
dan genetalia eksterna, ekstremitas inferior bupivacain
Blok Epidural Blok epidural lumbal Lidokain,
Abdominal bawah dan inguinal, bupivacain
anorectal dan genetalia eksterna,
17
ekstremitas inferior
Blok epidural kaudal
Hanya untuk operasi di daerah
anorektal dan genetalia eksterna
Blok analgesia Operasi di daerah siku dan lengan bawah Lidokain,
regional intra vena Operasi di daerah lutut dan tungkai bawah bupivakain
Penilaian dilakukan setiap saat dan dicatat setiap 5 menit dalam lembar catatan anestesi
di rekam medis pasien
Jalan nafas
Tujuan : untuk mempertahankan keutuhan jalan nafas
Cara :
Jalan nafas selama anestesi baik dengan teknik sungkup maupun intubasi trakea dipantau
secara ketat dan kontinyu.Pada pola nafas spontan, pemantauan dilakukan melalui gejala
sebagai berikut : terdengar suara nafas patologis, gerakan kantong reservoir terhenti atau
menurun, tampak gerakan dada paradoksial. Pada nafas terkendali : tekanan inflasi terasa
berat, tekanan positif inspirasi meningkat
Oksigenasi
Tujuan : Untuk memastikan kadar zat asam di dalam udara/gas inspirasi dan di dalam
darah.Hal ini dilakukan terutama pada anestesi umum inhalasi.
18
Dilakukan dengan cara :
o Memeriksa kadar oksigen gas inspirasi dilakukan dengan mempergunakan alat
“pulse oxymeter” yang mempunyai alarm batas minimum dan maksimum
o Oksigenasi darah, diperiksa secara klinis dengan melihat warna darah luka operasi
dan permukaan mukosa, secara kualitatif dengan alat oksimeter denyut dan
pemeriksaan analisis gas darah
Ventilasi
Tujuan :
Untuk memantau keadekuatan ventilasi
Dilakukan dengan cara :
o Diagnostik fisik dilakukan secara kualitatif dengan mengawasi gerak naik
turunnya dada, gerak kembang kempisnya kantong reservoar atau auskultasi suara
nafas
o Memantau “ end tidal CO2” terutama pada operasi lama, misalnya bedah
kraniotomi
o Sistem alarm jika ventilasi dilakukan dengan alat bantu nafas mekanik, dianjurkan
dilengkapi alat pengaman (sistem alarm) yang mampu mengeluarkan sinyal/tanda
yang terdengar jika nilai ambang tekanan dilampaui
o Analisis gas darah untuk menilai tekanan parsial CO2.Pemantauan ini dilakukan
terutama pada kasus-kasus bedah saraf, bedah torak kardiovaskular dan kasus-
kasus lain yang berisiko tinggi
Sirkulasi
Tujuan :
Untuk memastikan fungsi sirkulasi pasien adekuat
Dilakukan dengan cara :
o Menghitung denyut nadi secara teratur dan sering dengan stetoskop prekordial
(pada bayi dan anak) atau secara manual pada orang dewasa
o Mengukur tekanan darah secara non invasif mempergunakan tensimeter air raksa,
diukur secara teratur dan sering
o Mengukur tekanan darah secara invasif, EKG dan disertai oksimeter denyut.
Pemantauan ini dilakukan pada pasien risiko tinggi anestesia atau bedah ekstensif
dan dilakukan secara kontinyu selama tindakan berlangsung
o Produksi urin, ditampung dan diukur volumenya setiap jam terutama pada operasi
besar dan lama
o Mengukur tekanan vena sentral dengan kanulasi vena sentral untuk menilai aliran
darah balik ke jantung, hal ini dilakukan pada kasus risiko tinggi
Suhu tubuh
Tujuan : Untuk mempertahankan suhu tubuh
Cara :
19
Apabila dicurigai atau diperkirakan akan atau ada terjadi perubahan suhu tubuh, maka
suhu tubuh harus diukur secara kontinyu pada daerah sentral suhu tubuh melalui esofagus
atau rektum dengan termometer khusus yang dihubungkan dengan alat pantau yang
mampu menayangkkan secara kontinyu.
Secara umum selama pelayanan intra anestesi harus dilakukan hal-hal sebagai berikut :
Dokter spesialis anestesiologi dan tim pengelola harus tetap berada di kamar operasi
selama tindakan anestesia umum dan regional serta prosedur yang memerlukan tindakan
sedasi
Selama pemberian anestesia harus dilakukan pemantauan dan evaluasi secara kontinual
terhadap oksigenasi, ventilasi, sirkulasi, suhu dan perfusi jaringan, serta
didokumentasikan pada catatan anestesia.
Pengakhiran anestesia harus memperhatikan oksigenasi, ventilasi, sirkulasi, suhu dan
perfusi jaringan dalam keadaan stabil.
4. Pelayanan Pasca Anestesia
Pasca anestesi merupakan periode kritis yang segera dimulai setelah pembedahan dan
anestesia diakhiri sampai pasien pulih dari pengaruh anestesia
Berdasarkan masalah-masalah yang dijumpai pascca anestesi/bedah, maka pasien pasca
bedah/anestesi dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu :
Kelompok I :
o Pasien yang mempunyai risiko gagal nafas dan goncangan kardiovaskuler pasca
anestesi/bedah sehingga perlu nafas kendali pasca anestesi/bedah
o Pasien yang termasuk dalam kelompok ini langsung di rawat di unit terapi intensif
tanpa menunggu pemulihan di ruang pulih
Kelompok II :
o Sebagian besar pasien pasca anestesi/bedah masuk dalam kelompok ini
o Tujuan perawatan pasca anestesi/bedah adalah menjamin agar pasien secepatnya
mampu menjaga keadekuatan respirasinya
Kelompok III :
o Pasien yang menjalani operasi kecil, singkat dan rawat jalan
o Pasien pada kelompok ini bukan hanya fungsi respirasinya adekuat tetapi harus
bebas dari rasa mengantuk, ataksia, nyeri dan kelemahan otot, sehingga pasien
bisa kembali pulang
Pemindahan pasien dari kamar operasi
Pemindahan pasien dilaksanakan dengan hati-hati mengingat :
o Pasien yang belum sadar baik atau belum pulih dari pengaruh anestesia, posisi
kepala diatur sedemikian rupa agar kelapangan jalan nafas tetap adekuat sehingga
ventilasi terjamin
20
o Apabila dianggap perlu, pada pasien yang belum bernafas spontan diberikan
nafaas buatan
o Gerakan ada saat mmemindahkan pasien dapat menimbulkan atau menambah rasa
nyeri akibat tindakan pembedahan dan bisa terjadi dislokasi sendi
o Pada pasien yang sirkulasinya belum stabil bisa terjadi syok atau hipotensi
o Pasien yang dilakukan blok spinal, posisi penderita dibuat sedemikian rupa agar
aliran darah dari daerah tungkai ke proksimal lancar
o Yakinkan bahwa infus, pipa nasogastrik dan kateter urin tetap berfungsi dengan
baik atau tidak lepas
o Tidak perlu mendorong kereta tergesa-gesa, karena hal tersebut dapat
mengakibatkan :
Rasa nyeri dari daerah bekas lapangan operasi
Perubahan posisi kepala, sehingga dapat menimbulkan masalah ventilasi
Muntah atau regurgitasi
Kegoncangan sirkulasi
Serah terima pasien di ruang pulih
Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat serah terima :
Masalah-masalah tata laksana anestesia, penyulit selama anestesi/pembedahan,
pengobatan dan reaksi alergi yang mungkin terjadi
Tindakan pembedahan yang dikerjakan, penyulit-penyulit saat pembedahan
termasuk jumlah perdarahan
Jenis anestesi yang diberikan dan masalah-masalah yang terjadi, termasuk jumlah
cairan infus yang diberikan selama operasi, diuresis serta gambaran sirkulasi dan
respirasi
Posisi pasien di tempat tidur
Hal-hal lain yang perlu mendapat pengawasan khusus sesuai dengan
permasalahan yang terjadi selama anestesi/operasi
Apakah pasien perlu mendapat penanganan khusus di ruang terapi intensif (sesuai
dengan instruksi dokter)
Ruang Pulih
Adalah ruagan khusus pasca anestesi / bedah yang berada di kompleks kamar operasi
yang dilengkapi dengan tempat tidur khusus, alat pantau, alat/obat resusitasi, tenaga
terampil dalam bidang resusitasi dan gawat darurat serta disupervisi oleh dokter spesialis
anestesi dan spesialis bedah.
Tujuan perawatan pasca anestesi/bedah di ruang pulih :
Memantau secara kontinyu dan mengobati secara cepat dan tepat masalah
respirasi dan sirkulasi
Mempertahankan kestabilan sistem respirasi dan sirkulasi
Memantau perdarahan luka operasi
21
Mengatasi/mengobati masalah nyeri pasca bedah
Pasien yang tidak memerlukan perawatan pasca anestesi karena berbagai alasan antara
lain :
Pasien dengan analgesia lokal yang kondisinya normal
Pasien dengan risiko tinggi tertular infeksi sedangkan di ruang pulih tidak ada
rang isolasi
Pasien yang memerlukan terapi intensif
Pasien yang akan dilakukan tindakan khusus di ruangan (atas kesepakatann
dookter spesialis bedah dan spesialis anestesiologi)
Pemantauan dan penanggulangan kedaruratan medik
Kesadaran
Pemanjangan pemulihan kesadaran merupakan salah satu penyulit yang sering dihadapi
di ruag pulih. Banyak faktor yang terlibat dalam penyulit ini. Apabila hal ini terjadi maka
diusahakan memantau tanda vital yang lain dan mempertahankan fungsinya agar tetap
adekuat.Di samping itu pasien belum sadar tidak merasakan tekanan, jepita atau
rangsangan pada anggota gerak, mata atau pada kulitnya sehingga mudah mengalami
cedera.Oleh karena itu mata ditutup dengan plester atau kasa yang basah sehingga
terhindar dari cedera sekunder.Masalah gelisah dan berontak, seringkali mengganggu
suasanan ruang pulih bahkan bisa membahayakan dirinya sendiri.
Penyebab gaduh gelisah pasca bedah adalah :
Pemakaian ketamin sebagai obat anestesi
Nyeri yang hebat
Hipoksia
Buli-buli yang penuh
Stres yang berlebihan pra bedah
Pasien anak-anak seringkali mengalami hal ini
Penanggulangannya disesuaikan dengan penyebabnya
Respirasi
Parameter respirasi yang harus dinilai pasca anestesi adalah :
Parameter Nilai Normal
Suara nafas paru = Sama pada kedua paru
Frekuensi nafas = 10-35 x/menit
Irama nafas = Teratur
Volume tidal = Minimal 4-5 ml/kg BB
Kapasitas vital = 20-40 ml/kg BB
Inspirasi paksa = - 40 cm H2O
PaO2 pada FiO2 30% = 100 mmHg
PaCO2 = 30-45 mmHg
22
Apabila dalam penilaian dijumpai tanda-tanda insufisiensi respirasi, segera dicari
penyebabnya sehingga dengan cepat dilakukan usaha untuk memulihkan
fungsinya.
Sumbatan jalan nafas
Pada pasien yang tidak sadar sangat mudah mengalami sumbatan nafas akibat :
jatuhnya lidah ke hipofaring, timbunan air liur/sekret, bekuan darah, gigi yang
lepas dan isi lambung akibat muntah atau regurgitasi
Sumbatan dapat terjadi pada daerah :
Supra laring : Lidah jatuh ke hipofaring, air liur, bekuan darah
dan isi lambung akibat muntah atau regurgitasi
Laring : Benda asing, spasme, edema dan kelumpuhan pita
suara
Infra laring : Trakeo-malasea, aspirasi benda asing dan spasme
bronkus
Usaha penanggulangannya disesuaikan dengan penyebabnya :
Tanpa alat Dengan alat
o Tiga langkah jalan nafas o Pipa oro/nasofaring
o Posisi miring stabil o Pipa orotrakea
o Sapuan pada rongga mulut o Alat isap
Atau jika diperlukan dapat dilakukan bronkoskopi atau trakeotomi
Depresi nafas
Depresi sentral : paling sering akibat efek obat opioat, disamping itu bisa juga
disebabkan oleh keadaan hipokapnea, hipotermia dan hipoperfusi
Depresi perifer : karena efek sisa pelumpuh otot, nyeri, distensi abdomen dan
rigiditas otot.
Usaha penanggulangannya disesuaikan dengan penyebabnya
Sirkulasi
Parameter hemodinamik yang perlu diperhatikan adalah :
Tekanan darah (hipertensi, hipotensi dan syok)
Tekanan darah normal berkisar (90/50-160/100)
Aldreta menilai perubahan tekanan darah pasca anastesia dengan kriteria sebagai
berikut :
o Perubahan sampai 20% dari nilai pra bedah = 2
o Perubahan antara 20-50% dari nilai pra bedah = 1
o Perubahan melebihi 50% dari nilai pra bedah = 0
Sebab-sebab hipertensi pasca bedah adalah : hipertensi yang diderita pra bedah,
nyeri, hipoksia dan hiperkarbia, penggunaan vasopresor dan kelebihan cairan
Sebab-sebab hpotensi/syok pasca bedah adalah perdarahan, defisit cairan, depreso
otot jantung dan dilatasi pembuluh darah yang berlebihan
23
Penanggulangannya disesuaikan dengan penyebabnya.
Denyut jantung
Denyut jantung normal berkisar 55-120x/menit dengan irama teratur
Sebab-sebab gangguan irama jantung :
o Takikardi, disebabkan oleh hipoksia, hipovolumia, akibat obat
simpatomimetik, demam dan nyeri.Penanganannya disesuaikan dengan
penyebabnya
o Bradikardi, disebabkan oleh blok subarakhnoid hipoksia (ada bayi) dan
refleks vagal
o Penanganannya disesuaikan dengan penyebab, umumnya diberikan sulfas
atropin
o Disritmia (diketahui dengan EKG), paling sering disebabkan karena
hipoksia
Penanggulannya adalah memperbaiki ventilasi dan oksigenasi. Apabila sangat
mengganggu dapat diberikan obat anti disritmia seperti lidokain.
Hal lain yang perlu mendapat perhatian pasca bedah yang termasuk dalam
sirkulasi adalah :
o Perdarahan dari luka operasi
Kemungkinan adanya perdarahan dari luka operasi, selalu harus
diperhatikan.Adaya perembesan darah dari luka operasi atau
bertambahnya jumlah darah dalam botol penampung drainase luka
operasi, perlu dipertimbangkan untuk tindakan eksplorasi kembali
o Bendungan di sebelah distal dari tempat bebat luka operasi bisa
menimbulkan udema dan nyeri di daerah tersebut.Bila hal ini terjadi, bebat
dilonggarkan
Fungsi ginjal dan saluran kencing
Perhatikan produksi urin, terutama pada pasien yang dicurigai risiko tinggi gagal
ginjal akut pasca bedah/anestesia.Pada keadaan normal produksi urin mencapai >
0,5 cc/KgBB/jam, bila terjadi oligouri atau anuri, segera dicari penyebabnya,
apakah pre renal, renal atau salurannya
Fungsi saluran cerna
Kemungkinan terjadi regurgitasi atau muntah pada periode pasca anestesia/bedah,
terutama pada kasus bedah akut, senantiasa harus diantisipasi.Untuk
mengantisipasi ini, pencegahan regurgitasi/muntah lebih penting artinya daripada
menangani kejadian tersebut.Akan tetapi bila terjadi penyulit seperti ini maka
tindakan yang cepat dan tepat sangat diperlukan untuk menguasai jalan nafas.
Aktifitas motorik
Pemulihan aktifitas motorik pada penggunaan obat pelumpuh otot, berhubungan
erat dengan fungsi respirasi.Bila masih ada efek pelumpuh otot, pasien
24
mengalami hipoventilasi dan aktivitas motorik yang lain juga belum kembali
normal
Suhu Tubuh
Penyulit hipotermi pasca bedah, tidak bisa dihindari terutama pada pasien
bayi/anak dan usia tua.
Beberapa penyebab hipotermi di kamar operasi :
o Suhu kamar operasi yang dingin
o Penggunaan desinfektan
o Cairan infus dan transfusi darah
o Cairan pencuci rongga-rongga pada daerah operasi
o Kondisi pasien (bayi dan orang tua)
o Penggunaan halothan sebagai obat anestesia
Usaha-usaha untuk menghangatkan kembali di ruang pulih adalah dengan cara :
o Pada bayi, segera dimasukkan ke inkubator
o Pasang selimut penghangat
o Lakukan penyinaran dengan lampu
o Diisamping hipotermi, keungkinan hipertermi harus diwaspadai terutama
yang menjurus pada hipertermia malignan
Beberapa hal yang dapat menimbulkan hipertermia :
o Septikemi terutama pada pasien yang menderita infeksi pra bedah
o Penggunaan obat-obatan seperti atropin, suksinil kolin dan halotan
Usaha penanggulangannya :
o Pasien didinginkan secara konduksi menggunakan es
o Infus dengan cairan infus dingin
o Oksigenasi adekuat
o Antibiotika bila diduga sepsis
o Bila dianggap perlu, rawat di Unit Terapi Intensif
Masalah nyeri
Trauma akibat luka operasi sudah pasti akan menimbulkan rasa nyeri.Hal ini
harus didasari sejak awal dan bila pasien mengeluh rasa nyeri atau ada tanda-
tanda pasien menderita nyeri, segera berikan analgetika.
Diagnosis nyeri ditegakkan melalui pemeriksaan klinis berdasarkan pengamatan
perubahan perangai, psikologis perubahan fisik antara lain pola nafas, denyut nadi
dan tekanan darah serta pemeriksaan laboratorium yaitu kadar gula darah.
Intensitas nyeri dinilai dengan “visual analog scale/VAS” dengan rentang nilai
dari 1-10 yang dibagi menjadi :
Nyeri ringan ada pada skala 1-3
Nyeri sedang ada pada skala 4-7
Nyeri berat ada pada skala 8-10
25
Penangguangan nyeri pasca bedah melalui pendekatan trimodal dengan analgesia
balans yaitu :
Menekan pada proses transduksi di daerah cedera menggunakan preparat
atau obat analgesia lokal atau analgetik non steroid atau anti prostaglandin
misalnya asam mefenamat, ketoprofen dan ketorolak
Menekan pada proses transmisi, menggunakan obat analgesia lokal
dengan teknik analgesia regional seperti misalnya blok interkostal dan
blok epidural
Menekan pada proses modulasi secara mempergunakan preparat narkotika
secara sistemik yang diberikan secara intermiten atau tetes kontinyu atau
diberikan secara regional melalui kateter epidural
Nyeri luka operasi laparotomi, menimbulkan pengaruh yang serius
terhadap fusngsi respirasi. Pengembangan diafragma ke arah rongga
abdomen akan menurun, menyebabkan kapasitas residu fungsional akan
menurun sehingga ventilasi alveolar berkurang.Pada pasien pasca
laparotomi tingggi yang insisinya mencapai prosesus sifoideus dilakukan
ventilasi mekanik selama 1x24 jam, selanjutnya pada saat yang sama
dipasang kateter epidural untuk mengendalikan nyeri mempergunakan
preparat opiat (morfin)
Posisi
Posisi pasien perlu diatur di tempat tidur ruang pulih
Hal ini perlu diperhatikan untuk mencegah kemungkinan :
Sumbatan jalan nafas, pada pasien belum sadar
Tertindihnya/terjepitnya satu bagian anggota tubuh
Terjadi dislokasi sendi-sendi anggota gerak
Hipotensi, pada pasien dengan analgesia regional
Gangguan kelancaran aliran infus
Posisi pasien diatur sedemikian rupa tergantung kebutuhan sehingga nyaman dan
aman bagi pasien, antar lain :
Posisi miring stabil pada pasien operasi tonsil
Ekstensi kepala, pada pasien yang belum sadar
Posisi terlentang dengan elevasi kedua tungkai dan bahu (kepala) pada
pasien blok spinal dan bedah otak
Posisi elevasi tungkai saja pada pasien syok
Pemantauan pasca anestesi dan kriteria pengeluaran
Mempergunakan skor Aldrete pasca anestesia di ruang pulih
Obyek Kriteria Nilai
Aktifitas Mampu menggerakkan empat 2
ekstremitas
26
Mampu menggerakkan dua ekstremitas 1
Tidak mampu menggerakkan ekstremitas 0
Respirasi Mampu nafas dan batuk 2
Sesak atau pernafasan terbatas 1
Henti nafas 0
Tekanan darah Berubah sampai 20% dari pra bedah 2
Berubah 20%-50% dari pra bedah 1
Berubah > 50% dari pra bedah 0
Kesadaran Sadar baik dan orientasi baik 2
Sadar setelah dipanggil 1
Tidak ada tanggapan terhadap rangsang 0
Warna kulit Kemerahan 2
Pucat agak suram 1
Sianosis 0
NILAI TOTAL
Hal-hal umum yang perlu diperhatikan dalam pelayanan pasca anestesi adalah :
Setiap pasien pasca tindakan anestesia harus dipindahkan ke ruang pulih (Unit Rawat
Pasca-anestesia/PACU) atau ekuivalennya kecuali atas perintah khusus dokter spesialis
anestesiologi atau dokter yang bertanggung jawab terhadap pasien tersebut, pasien juga
dapat dipindahkan langsung ke unit perawatan kritis (ICU/HCU).
Fasilitas, sarana dan peralatan ruang pulih harus memenuhi persyaratan yang berlaku
27
Sebagian besar pasien dapat ditatalaksana di ruang pulih, tetapi beberapa di antaranya
memerlukan perawatan di unit perawatan kritis (ICU/HCU).
Pemindahan pasien ke ruang pulih harus didampingi oleh dokter spesialis anestesiologi
atau anggota tim pengelola anestesia. Selama pemindahan, pasien harus dipantau/dinilai
secara kontinual dan diberikan bantuan sesuai dengan kondisi pasien.
Setelah tiba di ruang pulih dilakukan serah terima pasien kepada perawat ruang pulih dan
disertai laporan kondisi pasien.
Kondisi pasien di ruang pulih harus dinilai secara kontinual.
Tim pengelola anestesi bertanggung jawab atas pengeluaran pasien dari ruang pulih.
B. Pelayanan Kritis
1. Pelayanan pasien kondisi kritis diperlukan pada pasien dengan kegagalan organ yang
terjadi akibat komplikasi akut penyakitnya atau akibat sekuele dari regimen terapi yang
diberikan.
2. Pelayanan pasien kondisi kritis dilakukan oleh dokter spesialis anestesiologi atau dokter
lain yang memiliki kompetensi.
3. Seorang dokter spesialis anestesiologi atau dokter lain yang memiliki kompetensi harus
senantiasa siap untuk mengatasi setiap perubahan yang timbul sampai pasien tidak dalam
kondisi kritis lagi.
4. Penyakit kritis sangat kompleks atau pasien dengan komorbiditi perlu koordinasi yang
baik dalam penanganannya. Seorang dokter anestesiologi atau dokter lain yang memiliki
kompetensi diperlukan untuk menjadi koordinator yang bertanggung jawab secara
keseluruhan mengenai semua aspek penanganan pasien, komunikasi dengan pasien,
keluarga dan dokter lain.
5. Pada keadaan tertentu ketika segala upaya maksimal telah dilakukantetapi prognosis
pasien sangat buruk, maka dokter spesialis anestesiologi atau dokter lain yang memiliki
kompetensi harus melakukan pembicaraan kasus dengan dokter lain yang terkait
untukmembuat keputusan penghentian upaya terapi dengan mempertimbangkan manfaat
bagi pasien, faktor emosional keluarga pasien dan menjelaskannya kepada keluarga
pasien tentang sikap dan pilihan yang diambil
6. Semua kegiatan dan tindakan harus dicatat dalam catatan medis.
7. Karena tanggung jawabnya dan pelayanan kepada pasien dan keluarga yang memerlukan
energi pikiran dan waktu yang cukup banyak maka dokter spesialis anestesiologi atau
dokter lain yang memiliki kompetensi berhak mendapat imbalan yang seimbang dengan
energi dan waktu yang diberikannya.
8. Dokter spesialis anestesiologi atau dokter lain yang memiliki kompetensi berperan dalam
masalah etika untuk melakukan komunikasi dengan pasien dan keluarganya dalam
pertimbangan dan pengambilan keputusan tentang pengobatan dan hak pasien untuk
menentukan nasibnya terutama pada kondisi akhir kehidupan.
28
9. Dokter spesialis anestesiologi atau dokter lain yang memiliki kompetensi mempunyai
peran penting dalam manajemen unit terapi intensif, membuat kebijakan administratif,
kriteria pasien masuk dan keluar, menentukan standar prosedur operasional dan
pengembangan pelayanan intensif.
29
6. Pemantauan fungsi vital selama tindakan analgesia regional dilakukan sesuai standar
pemantauan anestesia.
7. Analgesia regional dapat dilanjutkan untuk penanggulangan nyeri pasca bedah atau nyeri
kronik.
8. Pemantauan di luar tindakan pembedahan/di luar kamar bedah dapat dilakukan oleh
dokter atau perawat anestesia/perawat yang mendapat pelatihan anestesia dibawah
supervisi dokter spesialis anestesiologi
30
dapat diobati. Pada nyeri kronis, nyeri berlangsung menetap dalam waktu tertentu dan
seringkali tidak responsif terhadap pengobatan.
2. Kelompok pasien di bawah ini merupakan pasien dengan kebutuhan khusus yang
memerlukan perhatian:
anak-anak.
pasien obstetrik.
pasien lanjut usia.
pasien dengan gangguan kognitif atau sensorik.
pasien yang sebelumnya sudah ada nyeri atau nyeri kronis.
pasien yang mempunyai risiko menderita nyeri kronis.
pasien dengan kanker atau HIV/AIDS.
pasien dengan ketergantungan pada opioid atau obat/bahan
lainnya.
3. Penanggulangan efektif nyeri akut dan kronis dilakukan berdasarkan standar prosedur
operasional penanggulangan nyeri akut dan kronis yang disusun mengacu pada standar
pelayanan kedokteran.
Mesin anestesi yang mempunyai antihipoksik device dengan circle system dengan O2 dan
N2O, dan udara tekan (air), dengan vaporizer untuk volatile agent
Set anestesia pediatrik
Nasopharingeal airway ukuran dewasa (semua ukuran), Oropharingeal airway,
Resusitasi
Konektor dari pipa oro dan nasotrakeal dengan mesin anesthesi
Pipa trakea oral/nasal dengan cuff (plain endotraeheal tube) no. 2 ½, 3, 3 ½, 4, 4 ½ , 5
Pipa trakea spiral no. 6 ½, 7,
Pipa orotrakea dengan cuff (cuff orotracheal tube) no. 6, 6 ½, 7, 7 ½,
Pipa nasotrakea dengan cuff no. 5 ½, 6, 6 ½, 7, 7 ½, 8, 8 ½, 9
Magill forceps ukuran dewasa
Magill forceps ukuran anak
Stetoskop
Tensimeter non invansif
Termometer
Infusion standard
Pulse oxymeter sederhana
EKG
Perlengkapan anastesia regional
Suction pump
Medicine Cabinet
Double bowel stand
Patient troley
Scrub –up
32
Medicine troley
Resuctation Set
Intubation Set
Oxygen concentrate
Monitor EKG
Tabung N2O
Examination Lamp
Mobile sphygmomanometer
Oxygen apparatus + flowmeter
Unit kantong terisi sendiri katup sungkup (segala macam ukuran)
Sungkup mu
Tourniquet
Alat inhalasi N2O dan O2
Troli Resusitasi bayi
Alat pompa infus
O2 + gas-gas medik
Stetokosp nadi
33
BAB IV
DOKUMENTASI
Pengendalian mutu
1. Evaluasi internal:
Rapat audit berupa pertemuan tim anestesia yang membahas permasalahan
layanan (termasuk informed consent, keluhan pasien, komplikasi tindakan,
efisiensi dan efektifitas layanan).
Audit medik dilakukan secara berkala untuk menilai kinerja keseluruhan
pelayanan anestesia oleh komite medik.
34
2. Evaluasi eksternal:
Lulus akreditasi rumah sakit
3. Evaluasi Standar Prosedur Operasional Pelayanan Anestesiologi dan Terapi intensif di
Rumah Sakit dilakukan secara berkala sesuai kebutuhan.
35
DAFTAR PUSTAKA
Instrumen Penilaian Standar Akreditasi Rumah Sakit (Edisi I), Komisi Akreditasi Rumah Sakit,
Tahun 2011
Gde Mangku, dr, Sp.An, Tjokorda Gde Agung,dr, Sp.An, 2010, Buku Ajar Ilmu Anestesia dan
Reanimasi,Indeks Jakarta, Jakarta
36