You are on page 1of 3

Demensia

No Dokumen :
SOP
No Revisi : 000
Tgl Terbit :
Halaman : 1/3
UPTD Kornelius Rodja, SKM
PUSKESMAS
LADJA NIP:196705111998031001
1. Pengertian Demensia merupakan sindrom akibat penyakit otak yang bersifat
kronik progresif, ditandai dengan kemunduran fungsi kognitif
multiple, termasuk dayaingat (memori), daya pikir, daya tangkap
(komprehensi), kemampuan belajar, orientasi, kalkulasi,
visuospasial, bahasa dan daya nilai.
2. Tujuan Sebagai acuan dalam penerapan langkah-langkah penatalaksanaan
Demensia dalam rangka perbaikan mutu dan kinerja di Puskesmas
Ladja.
3. Kebijakan SK Kepala Kepala UPTD Puskesmas Ladja nomor: tentang jenis-
jenis pelayanan.
4. Referensi
Buku Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer Edisi Revisi Tahun 2014
5. Prosedur 1. Alat:
 Termometer
 Pengukur waktu (jam / stopwatch)
 Sfigmanometer
 Stetoskop
 Rekam medis
 Alat tulis
2. Bahan:
 Haloperidol
6. Langkah - 1. Petugas menerima pasien.
langkah 2. Petugas melakukan anamnesa:
 Keluhan
 Gangguan daya ingat
 Mudah lupa terhadap kejadian yang baru dialami,
 Kesulitan mempelajari informasi baru.
 Diawali dengan sering lupa terhadap kegiatan rutin, lupa
terhadap benda-benda kecil, pada akhirnya lupa
mengingat nama sendiri atau keluarga.
 Faktor Risiko
 Usia> 60 tahun (usialanjut).
 Riwayat keluarga.
 Adanya penyakit Alzheimer, serebrovaskular (hipertensi,
penyakit jantung), atau diabetes mellitus.
3. Lakukan pemeriksaan tanda – tanda vital.
4. Lakukan pemeriksaan fisik pada pasien:
 Kesadaran sensorium baik.
 Penurunan dayaingat yang bersifat kronik dan progresif.
Gangguan fungsi otak terutama berupa gangguan fungsi
memori dan bahasa, seperti afasia, aphrasia, serta adanya
kemunduran fungsi kognitif eksekutif.
 Dilakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan adanya
gangguan neurologik atau penyakit sistemik
5. Penegakan diagnosis Demensia
Kriteria Diagnosis
 Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir
yang sampai mengganggu kegiatan harian seseorang
 Tidak ada gangguan kesadaran
 Gejala dan disabilitas sudah nyata untuk paling sedikit enam
bulan
6. Penatalaksanaan
 Non farmakologi
 Modifikasi faktor resiko yaitu kontrol penyakit fisik,
lakukan aktifitas fisik sederhana seperti senam otak,
stimulasi kognitif dengan permintaan, kuis, mengisi teka-
teki silang, bermain catur.
 Modifikasi lingkungan sekitar agar lebih nyaman dan
aman bagi pasien.
 Rencanakan aktivitas hidup sehari-hari (mandi, makan,
dan lain-lain) untuk mengoptimalkan aktivitas
independen, meningkatkan fungsi, membantu adaptasi
dan mengembangkan keterampilan, serta meminimalisasi
kebutuhan akan bantuan.
 Ajarkan kepada keluarga agar dapat membantu mengenal
barang milik pribadinya, mengenal waktu dengan
menggunakan jam besar, kalender harian, dapat
menyebutkan namanya dan anggota keluarga terdekat,
mengenal lingkungan sekitar, beri pujian jika dapat
menjawab dengan benar, bicara dengan kalimat sederhana
dan jelas (satu atau dua tahap saja), bila perlu gunakan
isyarat atau sentuhan lembut.
 Farmakologi
 Bila pasien berperilaku agresif, dapat diberikan
antipsikotik dosis rendah, seperti Haloperidol 0,5 – 1
mg/hari.
7. Petugas mencatat hasil anamnesa - tatalaksana di rekam medis
pasien.
7. Bagan alir -

8 Hal-hal Apabila pasien menunjukkan gejala agresifitas dan


yang perlu membahayakan dirinya atau orang lain.
diperhatikan
9. Unit  Loket
terkait  Poli umum
 Apotek
10. Dokumen  Rekam Medis
terkait  Resep
11. Rekaman -
historis
perubahan

You might also like