Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
PENDAHULUAN
temurun. Akan tetapi hanya sedikit yang telah diteliti kandungan kimia dan
efek farmakologinya. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang zat
bentuk sediaan obat modern. Tumbuhan tersebut salah satunya adalah pegagan
masyarakat.
kira 2.500 m dari permukaan laut (Anonim, 2005). Pegagan embun dapat
diketahui terdapat dalam pegagan embun, antara lain minyak atsiri, kumarin,
salah satu senyawa flavonoida yang disebutkan sebagai salah satu kandungan
kimia yang terdapat dalam pegagan embun. Pada umumnya suatu tanaman
yang memiliki kandungan flavonoida memiliki lebih dari satu jenis senyawa
senyawa dengan cepat. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi
1. Apakah ada golongan flavonoida lain dalam herba pegagan embun selain
hiperin ?
KAJIAN PUSTAKA
2005).
dan tempat lain sampai setinggi kira-kira 2.500 m dari permukaan laut
berbentuk jantung dengan warna hijau muda. Bunga keluar dari ketiak
lonjong, tegak, bagian ujungnya seperti paruh, bila sudah masak berwarna
2.1.3 Kegunaan
batu empedu, batu dan infeksi saluran kencing, batuk dan sesak nafas,
(Anonim,2007).
2.2 Flavonoida
Flavonoida adalah senyawa fenol alam yang terdapat dalam hampir semua
berikatan dengan gula disebut aglikon. Di alam dikenal hampir lebih dari
500 aglikon dan kurang lebih 200 flavonoida (Mursyidi, 1990). Flavonoida
termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, nektar, bunga, buah buni, dan
juga dapat berkhasiat sebagai anti radang, zat ini terutama berguna dalam
(Robinson, 1995).
2.3 Penyarian
1. Cairan penyari
2. Ekstraksi
a. Infundasi
Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan
mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu sari yang
diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam.
b. Maserasi
dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan
dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat
c. Perkolasi
keadaan jenuh.
d. Penyarian berkesinambungan
diatas.
Metode ini dapat digunakan untuk pemisahan campuran baik dalam jumlah
sedikit maupun banyak. Pemilihan sistem pelarut yang tepat didapat dengan
perbedaan adsorpsi atau partisi oleh fase diam di bawah gerakan pelarut
sejumlah penjerap yang berbeda-beda dapat disaputkan pada pelat kaca atau
lebih besar disebabkan oleh sifat penjerap yang lebih padat bila disaputkan
pada pelat dan merupakan keuntungan bila kita menelaah senyawa labil.
antara titik awal dan pusat bercak yang dihasilkan senyawa, dan jarak ini
kemudian dibagi dengan jarak antara titik awal dan garis depan (yaitu jarak
yang ditempuh cairan pengembang). Bilangan ini selalu berupa pecahan dan
mm) sebagai pengganti lapisan penjerap yang tipis (0,10-0,25 mm). Pelat
preparatif yang dibuat oleh pabrik dapat dibeli. Kandungan yang sudah
dipisah dapat diperoleh kembali dengan cara mengerok penjerap di tempat
yang sesuai pada pelat yang telah dikembangkan, lalu serbuk dielusi dengan
sampai coklat, warna merah dan lembayung akan timbul mendadak pada
seperti larutan natrium hidroksida, asam sulfat pekat, besi (III) klorida,
(Markham,1998).
khalkon
tersulih
bebas
pada 3-
OH
perubahan
muru
biru muda
muda
Kuning redup Perubahan warna Flavonol yang mengandung 3-OH bebas dan
dan kuning, atau sedikit atau tanpa mempunyai atau tak mempunyai 5-OH bebas
jingga
Fluoresensi Jingga atau merah Auron yang mengandung 4’-OH bebas dan
kuning beberapa
jingg
redup atau
merah senduduk
jambu
atau
fluoresen
si
kuning
Tabel II. Reaksi warna beberapa golongan flavonoida (Venkataraman, 1962)
HCl
magenta
dipanaskan ungu
teroksidasi fluoresensi
coklat
menjadi coklat
antosianin
merah/coklat
Isoflavon Kuning Kuning Kuning
1. Spektroskopi Ultraviolet
atom, molekul atau ion, di daerah ultraviolet dan daerah sinar tampak.
1986).
Beberapa istilah dalam spektroskopi ultraviolet (Sastrohamidjojo, 2001):
a. Kromofor
Suatu gugus tak jenuh kovalen yang dapat menyerap radiasi dalam daerah- daerah
b. Auksokrom
Suatu gugus jenuh yang bila terikat pada kromofor mengubah panjang gelombang
langsung terikat pada kromofor, misal: -OCH3, -Cl, -OH dan NH2.
e. Efek hiperkromik
f. Efek hipokromik
Penurunan dalam intensitas serapan.
17
Struktur flavonoida terdiri dari dua cincin aromatik dan ikatan rangkap
dan serapan sinar tampak (Gambar 4). Flavonoida merupakan senyawa yang
mempunyai struktur sebagian besar dengan pola flavon (Mabry dkk, 1970).
3'
2' 4'
8 B
1' O
7 2 5'
A C 6'
6 3
5 4
O Sistem konjugasi
Sistem konjugasi
Benzoil Cinnamoyl
elektronik tunggal mengandung garis yang tunggal dan terputus-putus. Garis ini
tidak akan terlihat jika serapan elektronik berhimpit pada sub tingkat putaran dan
elektronik dengan yang sesuai di dalam tingkat tereksitasi. Kekhasan dari pita
Pola spekrum flavonoida biasanya memberikan dua puncak pada rentang λ 240 –
285 nm (puncak I) dan λ 300 – 350 nm (puncak II). Panjang gelombang dan
sifat dan pola oksigenasi flavonoida. Ciri khas spektrum tersebut memberikan
dan isoflavon dengan kedudukan pita I dalam spektrum: khalkon, auron, dan
antosianin terdapat pada panjang gelombang yang relatif tinggi. Ciri ini tidak
(kekuatan lemah)
(kekuatan kuat)
270-280 465-560 Antosianin, antosianidin
karena senyawa ini tidak mempunyai sistem konjugasi cinnamoil dengan cincin B
– 270 nm dan puncak I pada λ 310 – 330 nm. Flavon dan dihidroflavonol
NaOMe pada senyawa menyebabkan gugus hidroksi pada inti aromatik akan
a. Efek hidroksilasi
batokromik yang nyata pada pita puncak I dan efek puncak serapan II. Bila gugus
5-OH tidak terdapat dalam flavonol dan flavon maka puncak tersebut mempunyai
panjang gelombang (λ) yang pendek dibanding gugus 5-OH pada posisi 3,5,4’
yang mempunyai sedikit atau tidak sama sekali efek pada spektrum UV.
Terjadi pada pola resapan flavon dan flavonol. Bila gugus 3,5 atau 4’-OH pada
flavon dan pergeseran hipsokromik pada puncak I, maka pergeseran itu terjadi 12-
gugus 5-OH. Efek asetilasi bila gugus OH fenolik diasetilasi maka efek dari gugus
digunakan untuk mendeteksi adanya gugus 7-OH bebas. Flavon dan flavonol
nm pada puncak serapan II dengan natrium asetat. Adanya natrium asetat dan
asam borat akan membentuk kompleks dengan gugus ortohidroksi pada semua
posisi kecuali pada atom C-5 dan C-6 (Mabry dkk, 1970).
Adanya alumunium klorida maka gugus OH pada C-3 dan C-5 flavon dan
Kompleks antara alumunium klorida dengan C4-keto dan atau 5-OH tetap stabil
dengan adanya asam. Adanya gugus ortohidroksi pada cincin B dapat diketahui
batokromik pada I.a dalam AlCl3 dan HCl dibandingkan denga pita I dalam
(Markham, 1988)
yang berdampingan
kekuatan tidak
menurun
l A
(penurunan
lambat; O-diOH
pada cincin B)
340 nm bebas
pada 4’ (auron)
+60-70 (kekuatan
oksigenasi pada 4’
(auron)
(kekuatan naik)
4’OH)
Antosian kecuali 3-
deoksiantosianin
22
(Markham, 1988)
Pita I Pita II
Isoflavon 6/8)
bertambahnya waktu
(Auron)
metanol), pergeseran
lebih o- di OH pada
atau 7,8)
nm atau
tanpa 5-OH)
AlCl3/HCl
tambah 30
sampai 40 nm
sampai 25 nm cincin B)
flavanon, dan nm
n, dihidroflavonol)
tambah 11
sampai 30 nm
sampai 38 nm OH)
dengan
nm 4-OH (Auron)
AlCl3/HCl
tambah 40
sampai 70 nm
4)
besar diOH
(3-deoksi antosianidin)
24
D. Keterangan Empiris
Dari ekstrak metanol herba pegagan embun dapat diidentifikasi jenis flavonoida
B. Definisi Operasional
Bahan-bahan kimia yang digunakan adalah bahan kimia yang berderajat pro
25
26
2. Bahan kimia untuk penyari : bahan yang digunakan adalah metanol dan
aquadest (lokal).
D. Alat Penelitian
kertas saring, alat-alat gelas (pipet tetes, gelas ukur, Beaker glass, corong,
pengaduk).
spektroskopi UV-Vis (Genesys 6), vakum, pipa kapiler, lampu 365 nm,
seperangkat alat kromatografi kolom, alat-alat gelas (corong pisah, Beaker glass,
2. Pengumpulan bahan
Herba segar dari pegagan embun dikumpulkan pada bulan januari 2006 pada
dahulu untuk menghilangkan kotoran yang menempel seperti debu dan serangga.
Bagian herba juga dipisahkan dari bagian tanaman lain yang terikut saat
pengumpulan.
Herba pegagan embun dikeringkan tanpa dirajang terlebih dahulu karena herba
yang tipis.Pengeringan dilakukan dalam oven pada suhu 40ºC selama 5 jam.
Dikatakan kering jika herba pegagan embun sudah dapat hancur ketika diremas
dengan tangan.
digiling menjadi serbuk dengan campuran pelarut pertama yaitu metanol : air (9
jam, di tempat yang terlindung cahaya pada suhu kamar. Untuk pemisahan serbuk
pelarut metanol : air (1:1), dilakukan dengan cara yang sama seperti di atas.
b. Penempatan sampel
c. Pemisahan fraksi
vakum diperiksa dengan kromatografi lapis tipis. Fraksi ditotolkan pada lempeng
fase atas) hingga batas yang ditetapkan. Bercak dideteksi menggunakan uap
Dilakukan isolasi KLT preparatif dalam fase diam selulosa dan fase gerak BAW
(4:1:5 v/v, fase atas). Isolat ditotolkan berupa garis yang selanjutnya
dengan metanol kemudian disaring dengan kertas saring. Maka diperoleh isolat
dikembangkan menggunakan fase gerak BAW (4:1:5 v/v, fase atas) dan asam
asetat 15 %.
warna :
a. Natrium hidroksida 4% (larutan ini dibuat dengan melarutkan 4 g
NaOH dalam air bebas CO2 hingga 100 ml), 3 tetes larutan isolat flavonoida pada
droping plate ditambah dengan 1 tetes larutan natrium hidroksida, warna yang
terjadi dicatat.
30
flavonoida pada droping plate ditambah sedikit serbuk magnesium dan asam
droping plate ditambah dengan 1 tetes larutan asam sulfat pekat 98%, warna yang
terjadi dicatat.
violet
gelombang diperiksa lagi setelah 5 menit, kemudian cuplikan dibuang dan kuvet
yang telah dicuci diisi dengan larutan isolat persediaan.
tetes HCl.
31
rupa sehingga terdapat kira-kira 2 mm lapisan natrium asetat pada dasar kuvet.
absorbansi pada panjang gelombang 200 – 500 nm dilakukan dengan cara serbuk
Analisis hasil dilakukan terhadap data yang diperoleh dari kromatografi lapis tipis,
A. Determinasi Tanaman
penelitian ini dilakukan dengan cara mencocokkan keadaan tanaman dengan ciri-
ciri yang terdapat pada pustaka acuan (Backer dan Backhuizen van de Brink,
1963).
Tanaman yang digunakan dalam penelitian adalah tanaman pegagan embun yang
tersebut, maka tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah benar
Herba pegagan embun yang telah diambil kemudian dicuci dan dibersihkan
dengan air untuk memisahkan kotoran , tanah dan mikroba yang melekat pada
herba. Setelah itu, herba dikeringkan dalam oven pada suhu 40˚ C selama 5 jam.
33
34
Flavonoida merupakan polifenol yang memiliki sifat kimia fenol. Adanya gula
yang terikat pada aglikon akan meningkatkan polaritas, maka flavonoida cukup
larut dalam pelarut polar yaitu metanol. Adanya gula yang terikat pada flavonoida
cenderung menyebabkan flavonoida lebih mudah larut dalam air dan dengan
cairan penyari. Selain itu, maserasi dapat dikerjakan tanpa alat yang khusus dan
Cairan penyari menembus membran dan masuk ke dalam rongga sel herba
sehingga zat aktif herba terlarut karena terjadi perpindahan dari konsentrasi yang
lebih besar ke konsentrasi yang lebih kecil dari dalam sel ke cairan penyari.
dilakukan untuk menjaga perbedaan konsentrasi di dalam sel dan di luar sel
diam selulosa dan fase gerak BAW. Digunakan fase diam selulosa karena selulosa
ideal untuk memisahkan glikosida yang satu dari glikosida yang lain, glikosida
kurang polar (Markham,1988). Sedangkan dipilih fase gerak BAW karena BAW
bersifat non polar dan BAW bersifat polar sehingga sesuai untuk memisahkan
flavonoida dimana flavonoida akan lebih terikat dalam fase gerak Penggunaan
Jika fraksi yang dihasilkan sudah bening dan jika dilihat di bawah lampu UV
sudah tampak tidak ada bercak warna, maka proses pemisahan dapat dihentikan.
(KLT)
lapis tipis merupakan metode yang umum dan cocok untuk memeriksa senyawa
Jumlah ekstrak yang ditotolkan menentukan kualitas pola flavonoida yang terjadi.
Jika ekstrak yang ditotolkan terlalu sedikit, bercak flavonoida yang terbentuk
setelah pengembangan akan sulit untuk dideteksi. Jika terlalu banyak, maka
Fraksi-fraksi dari hasil kromatografi kolom vakum diperiksa dengan KLT dengan
fase diam selulosa dan fase gerak BAW (4:1:5, fase atas). Hasil pemisahan fraksi
lampu UV 365 nm, yaitu bercak A yang berwarna ungu gelap dengan harga Rf
0,86 dan bercak B yang berwarna biru dengan harga Rf 0,76 (Lampiran 2). Reaksi
jelas (Gambar 5). Dari hasil penelitian, setelah diuapi dengan amonia maka
intensitas warna kuning menjadi jelas jika dilihat secara visible. Fraksi 3 – 12
tersebut yang didapat dari warna bercak dan nilai Rf pada kromatografi lapis tipis
dan dibandingkan dengan pustaka ada indikasi bahwa fraksi BAW ekstrak
OH OH
OH O
HO O HO O
+ NH3 -NH4 +
O O
OH
HO O
O-
Tabel VIII. Data kromatogram dari bercak fraksi herba pegagan embun
menggunakan fase diam selulosa dan fase gerak BAW (4:1:5 v/v, fase atas)
deteksi dengan sinar UV 365 nm sebelum dan sesudah diuapi amonia (Markham,
1988)
Warna Bercak
visible 365
0,76 Tidak
berwarna Kuning
Keuntungan lain yang didapat yaitu penghematan waktu dan biaya yang
diperlukan.
Pada kromatografi lapis tipis preparatif fraksi BAW (4:1:5 v/v, fase atas) ekstrak
dengan fase diam selulosa dan fase gerak BAW (4:1:5 v/v, fase atas). Penotolan
diulang beberapa kali agar bercak yang diperoleh lebih jelas. Pengembangan
dengan harga Rf dan warna yang sama dengan bercak yang dipilih pada
Pada penelitian, dipilih bercak yang berwarna ungu dengan harga Rf 0,86.
Hasil pengerokan dari kromatografi lapis tipis preparatif dari bercak tersebut
menggunakan dua macam fase gerak yang mempunyai kepolaran yang berbeda
yaitu BAW dan asam asetat, dimana asam asetat 15% bersifat lebih polar daripada
BAW.
Hasil pengembangan KLT multi eluen diperoleh bercak tunggal berwarna ungu
yang mengindikasikan bahwa isolat flavonoida sudah murni dan dapat diperiksa
Keterangan :
pengembang : 10 cm
40
Gambar 7 . Kromatogram pemeriksaan kemurnian isolat flavonoida
Keterangan :
pengembangan : Rf 0,93
Jarak pengembang : 10 cm
41
Gambar 8. Kromatogram pemeriksaan kemurnian isolat flavonoida
Keterangan :
pengembangan : Rf 0,55
Jarak pengembang : 10 cm
42
senyawa flavonoida. Uji ini memberi informasi berupa gambaran umum golongan
Warna ini timbul disebabkan oleh pembentukan garam dan terbentuknya struktur
Adanya gugus fenol pada flavonoida akan memberikan reaksi positif antara
flavonoida dengan pereaksi untuk fenol, seperti H2SO4 pekat. Reaksi ini tidak
spesifik dan harus diikuti dengan reaksi warna yang lain (Venkataraman, 1962;
Harborne, 1987).
dalam asam klorida dan menghasilkan warna kuning sampai merah untuk
Berdasarkan data dari reaksi warna yang diperoleh (Tabel IX), maka dapat
(Venkataraman, 1962).
Tabel IX. Reaksi warna isolat flavonoida herba pegagan embun
flavonoida
Flavon
1962)
43
dalam metanol yang diukur menghasilkan dua puncak serapan karena pada
benzoil
komponen penyerap benzoil merupakan puncak serapan untuk pita II. Pita I
tereksitasi sehingga akan menyerap sinar UV pada panjang gelombang yang lebih
besar.
44
Tabel X. Data spektrum dan pergeseran yang terjadi setelah diberi pereaksi –
pereaksi kimia
Puncak Pergeseran
Golongan Flavon
tersubstitusi
ortodihidroksi di B
Tidak menunjukkan
adanya 3-hidroksi di
AlCl3)
JIka dibandingkan
menampakkan adanya 5
dan 3 OH
serapan 345 nm pada pita I dan 260 nm pada pita II. Hal ini menunjukkan bahwa
isolat flavonoida hasil isolasi mengarah pada golongan flavon dan flavonol
MeOH + NaOH
Tabel XI. Perbandingan data spektrum isolat Flavonoida dengan Hiperin dalam
Pada penambahan NaOH dalam larutan ini didapat puncak serapan 395 nm pada
pita I dan 270 nm pada pita II. Pada pergeseran ini tidak terjadi dekomposisi, hal
ini tidak menunjukkan adanya gugus yang peka terhadap basa (Tabel X).
47
OH
OH
HO O
+ 3
NaOH - 3 Na+
-3 H2O
O-
O-
O- O
O
- O
-O O
O-
gugus hidroksil dan keton yang bertetangga dan membentuk kompleks tak tahan
asam dengan gugus o-dihidroksil, pereaksi ini dapat digunakan untuk mendeteksi
kedua gugus tersebut. Pada penambahan AlCl3 ke dalam isolat flavonoida dalam
metanol didapatkan puncak serapan 360 nm pada pita I dan 265 nm pada pita II.
MeOH + AlCl3
AlCl3 + HCl
1970)
Tabel XII. Perbandingan data spektrum isolat Flavonoida dengan Hiperin dalam
Adanya gugus 5-OH dan 3-OH dalam spektrum akan memperlihatkan pergeseran
AlCl3/HCl. Dari analisis yang diperoleh tidak mengindikasikan adanya 5-OH dan
Cl
OH O Al
OH O
OH O OH O
O O
OH
OH
OH O
Gambar 15. Reaksi antara Flavon dengan AlCl3/HCl (Mabry dkk, 1970)
dari golongan flavon dan flavonol. Keberadaan 7-OH bebas akan menyebabkan
adanya: 7-OH pada golongan flavon atau 7-OH pada golongan flavonol (Tabel
X).
52
MeOH + NaOAc
OH
OH
OH O + CH3 -C O
ONa - Na +
- CH3COOH
O
OH OH
OH OH
-O O O O
O O-
Gambar 18. Spektrum UV isolat flavonoida dalam MeOH dan NaOAc/ H3BO3
54
Gambar 19. Spektrum UV Hiperin dalam MeOH dan NaOAc/ H3BO3
(Mabry,dkk. 1970)
Tabel XIII. Perbandingan data spektrum isolat Flavonoida dengan Hiperin dalam
OH
OH
HO
CH3- C O
O +
ONa - Na
- CH3C OOH HO OH
O B-
OH
O-
HO O
HO O
OH OH
O B
+ - H2O
OH
Gambar 20. Reaksi antara Flavon dengan NaOAc/ H3BO3 Berdasarkan analisis
reaksi
warna (Tabel IX), dan analisis spektroskopi ultraviolet (Tabel X) maka isolat
OH
OH
HO O HO O
OH
O O
7,3’,4’ trihidroksi flavon 7,4’,5’ trihidroksi
flavon
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian yang dilakukan yaitu isolasi dan prakiraan struktur parsial herba
OH
OH
HO O HO O
OH
O O
flavon
B. Saran
56
57
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta.
http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=58-15k. diakses, 26
April 2006.
Jakarta.
Backer, C.A. dan Backhuizen Van de Brink Jr., R.C., 1963, Flora of Java,
Backer, C.A. dan Backhuizen Van de Brink Jr., R.C., 1963, Flora of Java,
Padmawinata dan Iwang Soediro, Edisi II, 2-28, 34-37, 47-49,69-103, Penerbit
ITB, Bandung.
Bandung.
Kaufman, Peter B., dkk., 1999, Natural Products from Plants, 22-23, CRC Press
Heidelberg – Berlin.
Surabaya.
Pelletier, S. W., Chokshi, H. P., Desai, H. K., 1986, Journal of Natural Products,
Robinson, T., 1995, The Constituen of Higher Plants, diterjemahkan oleh Kosasih
Yogyakarta.
Yogyakarta.
diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, edisi VII, 3-6, Penerbit ITB, Bandung.
Compound.
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
A A
R B B
Lampiran 2. Kromatogram pemeriksaan kandungan
Keterangan :
Sampel : Fraksi BAW (4:1:5 v/v, fase atas) ekstrak