You are on page 1of 35

http://www.youtube.com/watch?

v=_AXsFSMf4vI

Video APD (Alat Pelindung DIri)


http://keepvid.com/

http://keepvid.com/?url=http%3A%2F%2Fwww.youtube.com%2Fwatch
%3Fv%3D_AXsFSMf4vI

KEEPVID (DOWNLOAD STREAMING VIDEOS)

http://www.youtube.com/watch?v=_AXsFSMf4vI

Video APD (Alat Pelindung DIri)


http://www.youtube.com/watch?v=iE2w7hXCSWI
HAND WASHING (cuci tangan 7 langkah dan
bedah)

http://www.youtube.com/watch?v=38LEBQzgliw
Enam Langkah Cuci Tangan Menurut WHO

http://ppnisardjito.blogspot.com/2012/08/alat-pelindung-diri.html
lat Pelindung Diri Pada Perawat

Pengertian

Universal precation adalah tindalakan pengendalian infeksi sederhana yang digunakan oleh

seluruh petugas kesehatan, untuk semua pasien, setiap saat pada semua tempat, pelayanan dalam

rangka pengurangi resiko penyebaran infeksi (Nursalam dan Ninuk, 2007).

Menurut Nursalam dan Ninuk (2007), kwaspadaan universal perlu diterapkan dengan tujuan:

a. Mengendalikan infeksi secara konsisten.

b. Memastikan standar adekuat bagi mereka yang tidak terdiagnosa atau tidak terlihat seperti resiko.

c. Mengurangi resiko bagi petugas kesehatan dan pasien.

d. Asumsi bahwa resiko atau infeksi berbahaya.

Universal precautions saat ini dikenal dengan kewaspadaan standar, adapun kewaspadaan standar

tersebut dirancang untuk mengurangi resiko infeksi terinfeksi penyakit menular pada petugas kesehatan

baik dari sumber terinfeksi yang dketahui maupun yang tidak diketahui (Depkes, 2008).

Menurut Depkes (2008), rekomendasi kewanpadaan standar, terutama setelah terdiagnosis jenis

infeksinya, rekomendasi dikategorikan sebagai berikut:

a. Kategori IA

Sangat direkomendasikan untuk seluruh rumah sakit, telah didukung peneitian dan studi epidemiologi.
b. Kategori IB

Sangat direkomendasikan untuk seluruh rumah sakit dan telah ditinjau efektif oleh ahli dilapangan, dan

besar kesepakatan HICPAC (Hospital Infection Control Advisory Committee) sesuai dengan bukti rasional

walaupun mungkin sebelum dilaksanakan suatu studi scientific.

c. Kategori II

Dianjurkan untuk dilaksanakna dirumah sakit. Anjuran didukung studi klinis, dan epidemiologik, teori

rasional yang kuat, studi dilaksanakna dibeberapa rumah sakit.

d. Tidak direkomendasikan

Masalahnya beelum ada penyeesaiannya. Belum ada bukti ilmiah yang menendai atau belum ada

kesepakatan mengenai efikasinya.

Kewaspadaan standar untuk semua pasien.

Kategori I meliputi:

a. Kebersihan tangan/hand higiene

b. Alat pelindung diri (APD): sarung tangan, masker, google (kaca mata pelindung), face shield (pelidung

wajah), gaun.

c. Peralatan perawata pasien.

d. Pengendalian lingkungan.

e. Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen.

f. Kesehatan karyawan/pelindung petugas kesehatan.

g. Higiene respirasi/etika batuk.


h. Praktek menyuntik yang aman.

i. Lumbal pungsi.

2. Komponen kewaspadaan standar

a. Kebersihan tangan (mencuci tangan)

Mencuci tangan adalah proses secra mekanik melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan

dengan menggunakan sabun biasa dan air (Depkes, 2008)

Mencuci tangan harus dilakukan sebelum dan sesudah melakukan tidakan keperawatan

walaupun memakai sarung tangan dan alat pelindung diri lain. Tindakan ini penting untuk mengurangi

mikroorganisme yang ada di tangan sehngga penyebaran infeksi dapat dikurangi da lingkungan kerja

terjaga dari infeksi (Nursalam dan Ninuk, 2007).

Indikator mencuci tangan digunakan dan harus dilakukan untuk antisipasi terjadinya

perpindahan kuman melalui tangan yaitu:

1) Sebelum melakukan tindakan, misalnya saat akan memeriksa (kontak langsung dengan klien), saat akan

memakai sarung tangan bersih maupun steril, saat akan melakukan injeksi dan pemasangan infus.

2) Setelah mealukan tindakan, misalnya setela memeriksa pasien, setelah memegang alat bekas pakai dan

bahan yang terkontaminasi, setelah menyentuh selaput mukosa.

Menurut Nursalam dan Ninuk (2007), ada tiga car cuci tangan yang dilaksanakan sesuai

kebutuhan. Yaitu:

1) Cuci tangan higienik atau rutin yaitu mengurangi kotoran dan flora yang ada ditangan dengan

menggunakan sabun atau detergen.


2) Cuci tangan aseptik yaitu cuci tangan sebelum tindakan aseptik pada pasien dengan menggunakan

antiseptik.

3) Cuci tangan bedah yaitu sebelum melakukan tindakan bedah, cara aseptik dengan antiseptik dan sikat

steril.

Disamping cara diatas ada alternatif cuci tangan yaitu cuci tangan berbasis alkohol, menurut

Depkes cuci tangan alternatif hanya menggantikan cuci tangan higienis/rutin, tidak dapat menggantikan

cuci tangan bedah.

1) Cuci tangan rutin

Menurut Depkes (2008), cuci tangan rutin atau membersihkan tagan dengan sabun dan air harus

dilakukan seperti dibawah:

a) Basahi tangan dengan air mengalir yang bersih.

b) Tuangkan sabun secukupnya, pilih sabun cair.

c) Ratakan dengan kedua telapak tangan.

d) Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya.

e) Gosok dengan kedua telapak tangan dan sela-sela jari.

f) Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saing mengunci.

g) Gosok ibu jari kir putaar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya.

h) Gosok dengan memutar ujung jari-jari di telapak tangan kiri dan sebaliknya.
i) Bilas kedua tangan dengan air mengalir.

j) Keringkan tangan dengan handuk sekali pakai atau tissue towel sampai benar-benar kering.

k) Gunakan handuk sekali pakai atau tissue towel untuk menutup kran.

Gambar 1

Cuci tangan dengan sabu dan air

2) cuci tangan alternatif/berbasis alkohol

hanya menggantikan cuci tangan higienis/rutin, tidak menggantikan cuci tangan bedah.

Dikerjakan hanya apabila tidak ada cuci tangan standar, misal tidak ada air mengalir (Depkes, 2008).

Menurut Tiedjen, dkk (2004), teknik untuk melakukan penggosokan tangan antiseptik adalah:
a) gunakanlah penggosok antiseptik secukupnya untk melumuri seluruh permukaan tangan dan jari jemari

(kira-kira satu sendok teh).

b) Gosokanlah larutan tersebut dengan cara menekan pada kedua belah tangan, khususnya diantara jari

jemari dan dibawah kuku hingga kering.

Penggosokan tangan antiseptik yang bersifat non-iritasi dapat dibuat dengan menambahkan baik

gliserin, propilen glikol atau sorbitol dengan alkohol (2 ml pada 100 ml dari 60-90% larutan etil atau

isopropil alkohol) (larson 1990; Pierce 1990) gunakan 5 ml (kira-kira satu sendok the penuh) untuk setiap

penggunaan dan lanjutkanlah penggosokan larutan itu diatas kedua tangan hingga kering.

3) Cuci tangan aseptik/antiseptik tangan

Cuci tangan aseptik pada dasarya sama dengan cuci tangan biasa yaitu dengan menggunakan air

mengalir dan sabun atau deterjen yang mengandung bahan antiseptik (klorheksidin, iodofor atau

triklosan) selain sabun biasa.

4) Cuci tangan bedah

Menurut Tiedjen dkk (2004), tujuan cuci tangan bedah adalah menghilangkan kotoran, debu dan

organisme secara mekanikal dan mengurangi flora tetap selama pembedahan.

Langkah-langkah cuci tangan bedah adalah:

a) Lepaskan cincin, jam tangan dan gelang.

b) Basahi kedua lengan bawah hingga siku, dengan sabun dan air bersih. (jika menggunakan sikat, sikat

harus bersih disterilisasi atau DDT sebelum digunakan kembali, jika digunakan spon harus dibunag

setelah digunakan).

c) Bersihkan kuku dengan pembersih kuku.


d) Bilaslah tangan dan lengan bawah dengan air.

e) Gunakan bahan antiseptik pada seluruh tangan dan lengan bawah sampai siku dan gosok tengan dan

lengan bawah dengan kuat selama sekurang-kurangnya 2 menit.

f) Angkat tangan lebih tinggi dari siku, bilas tangan dan lengan bawah seluruhnya dengan air bersih.

g) Tegakkan kedua tangan keatas dan jauhkan dari badan, jangan sentuh permukaan atau benda apapun

dan keringkan kedua tangan itu dengan lap bersih dan kering atau keringkan dengan diangin-anginkan.

h) Pakailah sarung tangan bedah yang steril atau DDT pada kedua tangan.

b. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Alat pelindung diri digunakan untuk melindungi kulit dan selaput lendir petugas dari resiko

pajanan darah, semua jenis cairan tubuh, sekret, ekskreta kulit yang tidah utuh dan selaput lendir

pasien. Jenis tindakan yang beresiko mencakup tindakan rutin, tindakan bedah tulang, otopsi

danperawatan gigi dimana menggunakan bor dengan kecepatan putar yang tinggi (Depkes, 2003).

Peralatan pelindung diri meliputi sarung tangan, masker/respirator, pelindng mata (perisai

muka, kacamata), kap, gaun, apron, da barang lainya (Tiedjen, 2004).

1) Sarung tangan

Melindungi tangan dari bahan infeksius dan mellindungi pasien dari mikroorganisme pada tangan

petugas. Alat ini merupakan pembatas fisik terpenting untuk mencegah penyebaran infeksi dan harus

selalu diganti untuk mecegah infeksi silang.

Menurut Tiedjen ada tiga jenis sarung tangan yaitu:

a) Sarung tangan bedah, dipaka sewaktu melakukan tindakan infasif atau pembedahan.
b) Sarung tangan pemeriksaan, dipakai untuk melindungi petugas kesehatan sewaktu malakukan

pemeriksaan atau pekerjaan rutin.

c) Sarung tangan rumah tangga, dipakai sewaktu memprose peralatan, menangani bahan-bahan

terkontaminasi, dan sewaktu membersihkan permukaan yang terkontaminasi.

Prosedur pemakaian sarung tangan:

2) Masker

Masker harus cukup besar untuk menutup hidung, muka bagian bawah, rahang dan semua rambut

muka. Masker dipakai untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau petugas

bedah bicara, batuk, atau bersin dan juga untuk mencegah cipratan darah atau cairan tubuh yang

terkontaminasi masik kedalam hidung atau mulut petugas kesehatan. Masker jika tidak terbuat dari

bahan tahan cairan, bagaimanapun juga tidak efektif dalam mencegah dengan baik.

3) Respirator

Masker jenis khusus, disebut respirator partikel, yang dianjurkan dalam situasi memfilter udara yang

tertarik nafas dianggap sangat penting (umpamanya, dalam perawatan orang dengan tuberculosis paru).

4) Pelindung mata

Melindungi staf kalau terjadi cipratan darah atau cairan tubuh lainya yang terkontaminasi dengan

melindungi mata. Pelindung mata termasuk pelindung plastik yan jernih. Kacamata pengaman,

pelindung muka. Kacamata yang dibuat dengan resep dokter atau kacamata dengan lensa normal juga

dapat dipakai.

5) Tutup kepala/kap
Dipakai untuk menutup rambut dan kepala agar guguran kulit dan rambut tidak masuk dalam luka

sewaktu pembedahan. Kap harus dapat menutup semua rambut.

6) Gaun

Gaun penutup, dipakai untuk menutupi baju rumah. Gaun ini dipakai untuk melindungi pakaian petugas

pelayanan kesehatan.

Gaun bedah, petama kali digunakan untuk melindungi pasien dari mikroorganisme yang terdapat di

abdomen dan lengan dari staf perawatan kesehatan sewaktu pembedahan.

7) Apron

Terbuat dari bahan karet atau plastik sebagai suatu pembatas tahan air di bagian depan dari petugas

kesehatan.

8) Alas kaki

Dipakai untuk melindungi kaki dari perlukaan oleh benda tajam atau berat atau dari cairan yang

kebetulan jatuh atau menetes pada kaki.

ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

APD adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi
seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi
bahaya/kecelakaan kerja.
APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja apabila
usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak dapat dilakukan dengan baik.
Namun pemakaian APD bukanlah pengganti dari kedua usaha tersebut, namun
sebagai usaha akhir.

A. METODE PENENTUAN APD


- Melalui pengamatan operasi, proses, dan jenis material yang dipakai
- Telaah data-data kecelakaan dan penyakit
- Belajar dari pengalaman industri sejenis lainnya
- Bila ada perubahan proses, mesin, dan material
- Peraturan perundangan

B. APA KRITERIA APD

- Hazard telah diidentifikasi.


- APD yang dipakai sesuai dengan hazard yang dituju.
- Adanya bukti bahwa APD dipatuhi penggunaannya.

C. DASAR HUKUM

1. Undang-undang No.1 tahun 1970.

 Pasal 3 ayat (1) butir f: Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-


syarat untuk memberikan APD
 Pasal 9 ayat (1) butir c: Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan
pada tiap tenaga kerja baru tentang APD.
 Pasal 12 butir b: Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau
hak tenaga kerja untuk memakai APD.
 Pasal 14 butir c: Pengurus diwajibkan menyediakan APD secara cuma-Cuma
2. Permenakertrans No.Per.01/MEN/1981
 Pasal 4 ayat (3) menyebutkan kewajiban pengurus menyediakan alat
pelindung diri dan wajib bagi tenaga kerja untuk menggunakannya untuk
pencegahan penyakit akibat kerja.
3. Permenakertrans No.Per.03/MEN/1982
 Pasal 2 butir I menyebutkan memberikan nasehat mengenai perencanaan
dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi
serta penyelenggaraan makanan ditempat kerja
4. Permenakertrans No.Per.03/Men/1986
 Pasal 2 ayat (2) menyebutkan tenaga kerja yang mengelola Pestisida harus
memakai alat-alat pelindung diri yg berupa pakaian kerja, sepatu lars tinggi, sarung
tangan, kacamata pelindung atau pelindung muka dan pelindung pernafasan
D. JENIS APD:
1. Kepala : Helmet
2. Mata : Safety glosses, safety gogle
3. Wajah : Face shield, pelindung jari
4. Tangan : Safety gloves, pelindung jari
5. Kulit : Cream pelindung, skin cleaner
6. Kaki : Safety shoes
7. Pernapasan : Masker, Breathing apparatus
8. Telinga : Ear plug, Ear· APD untuk tugas khusus

Alat pelindung Diri (APD)


Pendahuluan
 Pengguanaan APD (alat pelindung diri ) merupakan salah satu bagian dari
kewaspadaan standar
 Penggunaan APD perlu pengawasan , krn dengan penggunaan APD yg tdk tepat akan
menambah cost
Pengertian APD
Adl seperangkat alat yg digunakan oleh tenaga kerja utk melindungi seluruh / sebagian
tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/ kecelakaan kerja
Tujuan penggunaan APD
Melindungi kulit dan selaput lendir petugas dari resiko pajanan darah , semua jenis cairan tubuh
, sekret, ekskreta , kulit yang tidak utuh dan selaput lendir pasien
JENIS ALAT PELINDUNG DIRI
 TOPI
 SARUNG TANGAN
 MASKER
 KACA MATA/ PELINDUNG WAJAH
 BAJU KERJA / CELEMEK / SKORT
 SEPATU KARET / BOT
PENUTUP KEPALA|
Tujuan :
Mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas terhadap alat
–alat daerah steril dan juga sebaliknya untuk melindungi kepala / rambut petugas dari percikan
bahan bahan dari pasien
Manfaat penutup kepala
 Petugas
 terhindar dari paparan / percikan darah dan cairan tubuh
 Pasien
 Mencegah jatuhnya mikroorganisme dari rambut dan kulit petugas kepada pasien
Indikasi Pemakaian Tutup Kepala
 Tindakan operasi
 Tindakan invasif
 Tindakan intubasi
 Penghisapan lendir
Sarung tangan
Tujuan : Melindungi tangan dari kontak dengan darah , cairan tubuh, sekret, ekskreta,
mukosa, kulit yang tidak utuh, dan benda yang terkontaminasi
Jenis sarung tangan
 Sarung tangan bersih
 Sarung tangan steril
 Sarung tangan rumah tangga
Indikasi
Tindakan yang kontak atau yang diperkirakan akan terjadi kontak dengan darah , cairan tubuh ,
sekret, ekskreta , kulit yang tidak utuh , selaput lendir pasien dan benda yang terkontaminasi
MANFAAT PEMAKAIAN SARUNG TANGAN
 Petugas : Mencegah kontak tangan dengan darah , cairan tubuh, benda yang
terkontaminasi
 Pasien : Mencegah kontak mikroorganisme dari tangan petugas memakai sarung
tangan steril
Persiapan alat
 Sarung tangan steril
 Bengkok berisi larutan desinfektan
Tahap kerja
 Mencuci tangan
 mengambil sarung tangan
 Memasukkan jari jari tangan sesuai dgn jari jari sarung tangan
 Lakukan juga dengan tangan yang lain
 Melepas sarung tangan , kmd masukkan kedalam bengkok berisi larutan desinfekatan
 Mencuci tangan
Sikap
 Menjaga kesterilan sarung tangan
 Tidak menyentuh benda benda lain ( yang tidak steril )
Hal yang harus diperhatikan pd penggunaan sarung tangan
 Cuci tangan sebelum memakai dan sesudah melepaskan sarung tangan
 Gunakan sarung tangan berbeda utk setiap pasien
 Pahami tehnik memakai dan melepaskan sarung tangan
skort/ jas/ celemek
Tujuan :
Melindungi petugas dari kemungkinan genangan / percikan darah atau cairan tubuh lainnya
yang dpt mencemari baju petugas
Jenis
 Tidak kedap air
 Kedap air
 Steril
 Non steril
Persiapan
 Celemek
 Kantong cucian ( ember pakaian kotor )
TAHAP KERJA
1. Mencuci tangan
2. Memakai celemek / skort menutupi semua pakaian luar
3. Melepas skort dgn bagian dlm disebelah luar
4. Masukkan ke dlm kantong cucian / ember
5. Mencuci tangan
SIKAP
 Skort yang akan dipakai bersih dan tali/kancingnya lengkap
 Sesuai dengan ukuran
 tdk memakai skort diluar kamar pasien
 Mengganti skort yang basah
 menghindari kontaminasi
 Skort dipakai hanya satu kali
Memakai Masker
MANFAAT MASKER
 Petugas : mencegah membran mukosa petugas terkena kontak dgn percikan darah dan
cairan tubuh Pasien mencegah kontak droplet dari mulut dan hidung petugas yang
mengandung mikroorganisme saat bicara , batuk ,bersin
PERSIAPAN
 MASKER
 TEMPAT MASKER
 LARUTAN DESINFEKTAN
Tahapkerja
Memasang masker
 Memasang masker menutupi hidung dan mulut à mengikat tali talinya
 bagian atas lewat atas telinga ke blkg kpl
 bag bawah di belakang leher
Menanggalkan masker
 Menanggalkan masker dg melepaskan tali talinya
 Masker dilipat dgn kedua permukaan dalamnya bertemu
 Madker dimasukkan ke tempat khusus / direndam dg larutan desinfektan
Sikap
 Masker dipakai satu kali
 Jika sdh lembab harus digantià tdk efektif lagi
 Jangan menggantung masker di leher dan kmd dipakai lagi
 Tidak memakai masker ke luar dari lingkungan pasien
Sepatu pelindung
 Tujuan : Melindungi kaki petugas dari tumpahan / percikan darah , cairan tubuh lainnya
dan mencegah dari kemungkinan tudukan benda tajam / kejatuhan alat kesehatan
 Sepatu karet / plastik yg menutupi seluruh ujung dan telapak kaki
 Sepatu pelindung hrs digunakan selama didlm ruang operasi dan tidak boleh dipakai ke
luar
 Sandal , sepatu terbuka dan telanjang kaki tidak dianjurkan

Nunik Harwanti, 2009. PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI DALAM

MEMBERIKAN PERLINDUNGAN BAGI TENAGA KERJA DI INSTALASI

RAWAT INAP I RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA. Program Diploma III

Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Salah satu upaya dalam rangka pemberian perlindungan tenaga kerja terhadap

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di rumah sakit adalah dengan cara

memberikan Alat Pelindung Diri (APD). Pemberian Alat Pelindung Diri (APD)

kepada tenaga kerja, merupakan upaya terakhir apabila upaya rekayasa (engineering)

dan cara kerja yang aman (work practices) telah maksimum dilakukan.

Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana

pemakaian APD tersebut dalam memberikan perlindungan bagi tenaga kerja

mengingat adanya faktor bahaya yang terpapar di lingkungan kerja, khususnya di unit

penyakit dalam Instalasi Rawat Inap I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu untuk

mendapatkan gambaran yang sejelas-jelasnya tentang pemakaian APD dalam

memberikan perlindungan bagi tenaga kerja.

Penulisan ini didasarkan pada kerangka pemikiran yaitu adanya faktor bahaya

yang harus dikendalikan. Pengendalian tersebut antara lain dengan cara penggunaan
APD.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah tidak semua APD harus dipakai,

tergantung dari jenis pekerjaan dan tingkat resiko dalam melakukan pekerjaan.

Penggunaan APD merupakan usaha terakhir untuk mengurangi resiko secara

maksimal.

Kata Kunci : APD

Kepustakaan : 11, 1992 - 2008

5. Alat Pelindung Diri (APD)

Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan yang

digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari

kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap

kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Alat Pelindung Diri (APD) perlu sebelumnya dipilih secara hati-hati agar dapat

memenuhi beberapa ketentuan yang diperlukan, (BPP Semester V, 2008) yaitu :

a. Alat Pelindung Diri (APD) harus dapat memberikan perlindungan yang adekuat

terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya-bahaya yang dihadapi oleh tenaga

kerja.

b. Berat alatnya hendaknya seringan mungkin, dan alat tersebut tidak menyebabkan

rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.

c. Alat harus dapat dipakai secara fleksibel.

d. Bentuknya harus cukup menarik.


e. Alat pelindung tahan untuk pemakaian yang lama.

f. Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya, yang

dikarenakan bentuknya yang tidak tepat atau karena salah dalam penggunaanya.

g. Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada.

h. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan presepsi sensoris pemakainya.

i. Suku cadangnya mudah didapat guna mempermudah pemeliharaannya.

6. Pemilihan Alat Pelindung Diri (APD)

Pemakaian APD yang tidak tepat dapat mencelakakan tenaga kerja yang

memakainya, bahkan mungkin lebih membahayakan dibandingkan tanpa memakai

APD. Oleh karena itu agar dapat memilih APD yang tepat, maka perusahaan harus

mampu mengidentifikasi bahaya potensial yang ada, khususnya yang tidak dapat

dihilangkan ataupun dikendalikan.

a. Macam-macam Alat Pelindung Diri (APD)

Alat Pelindung Diri (APD) ada berbagai macam yang berguna untuk

melindungi seseorang dalam melakukan pekerjaan yang fungsinya untuk

mengisolasi tubuh tenaga kerja dari potensi bahaya di tempat kerja. Berdasarkan

fungsinya, ada beberapa macam APD yang digunakan oleh tenaga kerja, antara

lain (Tarwaka, 2008) :

1. Alat Pelindung Kepala (Headwear)

Alat pelindung kepala ini digunakan untuk mencegah dan melindungi

rambut terjerat oleh mesin yang berputar dan untuk melindungi kepala dari

bahaya terbentur benda tajam atau keras, bahaya kejatuhan benda atau

terpukul benda yang melayang, melindungi jatuhnya mikroorganisme,

percikan bahan kimia korosif, panas sinar matahari dll. Jenis alat pelindung

kepala antara lain:


a) Topi pelindung (Safety Helmets)

Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala dari benda-benda keras

yang terjatuh, benturan kepala, terjatuh dan terkena arus listrik. Topi pelindung harus tahan terhadap
pukulan, tidak mudah terbakar, tahan

terhadap perubahan iklim dan tidak dapat menghantarkan arus listrik. Topi

pelindung dapat terbuat dari plastik (Bakelite), serat gelas (fiberglass)

maupun metal.

b) Tutup kepala

Alat ini berfungsi untuk melindungi/mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit
kepala petugas terhadap alat alat/daerah steril dan percikan bahan-bahan dari pasien. Tutup kepala ini

biasanya terbuat dari kain katun. (PK3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, 2006)

c) Topi/Tudung

Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala dari api, uap-uap korosif, debu, dan kondisi cuaca buruk.
Tutup kepala ini biasanya terbuat dari

asbestos, kain tahan api/korosi, kulit dan kain tahan air.

2. Alat Pelindung Mata

Alat pelindung mata digunakan untuk melindungi mata dari percikan

bahan kimia korosif, debu dan partikel-partikel kecil yang melayang di udara,

gas atau uap yang dapat menyebabkan iritasi mata, radiasi gelombang

elegtromagnetik, panas radiasi sinar matahari, pukulan atau benturan benda

keras, dll. Jenis alat pelindung mata antara lain:

a) Kaca mata biasa (spectacle goggles)

Alat ini berfungsi untuk melindungi mata dari partikel-partikel kecil,

debu dan radiasi gelombang elegtromagnetik.

b) Goggles

Alat ini berfungsi untuk melindungi mata dari gas, debu, uap, dan

percikan larutan bahan kimia. Goggles biasanya terbuat dari plastik


transparan dengan lensa berlapis kobalt untuk melindungi bahaya radiasi

gelombang elegtromagnetik mengion.

3. Alat Pelindung Pernafasan (Respiratory Protection)

Alat pelindung pernafasan digunakan untuk melindungi pernafasan

dari resiko paparan gas, uap, debu, atau udara terkontaminasi atau beracun,

korosi atau yang bersifat rangsangan. Sebelum melakukan pemilihan terhadap

suatu alat pelindung pernafasan yang tepat, maka perlu mengetahui informasi

tentang potensi bahaya atau kadar kontaminan yang ada di lingkungan kerja.

Hal-hal yang perlu diketahui antara lain:

a) Bentuk kontaminan di udara, apakah gas, uap, kabut, fume, debu atau

kombinasi dari berbagai bentuk kontaminan tersebut.

b) Kadar kontaminan di udara lingkungan kerja.

c) Nilai ambang batas yang diperkenankan untuk masing-masing

kontaminan.

d) Reaksi fisiologis terhadap pekerja, seperti dapat menyebabkan iritasi mata

dan kulit.

e) Kadar oksigen di udara tempat kerja cukup tidak, dll.

Jenis alat pelindung pernafasan antara lain:

1) Masker

Alat ini digunakan untuk mengurangi paparan debu atau partikel partikel yang lebih besar masuk
kedalam saluran pernafasan

2) Respirator

Alat ini digunakan untuk melindungi pernafasan dari paparan debu,

kabut, uap logam, asap, dan gas-gas berbahaya. Jenis-jenis respirator ini

antara lain:

a. Chemical Respirator
Merupakan catridge respirator terkontaminasi gas dan uap dengan

tiksisitas rendah. Catridge ini berisi adsorban dan karbon aktif, arang dan

silicagel. Sedangkan canister digunakan untuk mengadsorbsi khlor dan

gas atau uap zat organik

b. Mechanical Filter Respirator

Alat pelindung ini berguna untuk menangkap partikel-partikel zat

padat, debu, kabut, uap logam dan asap. Respirator ini biasanya

dilengkapi dengan filter yang berfungsi untuk menangkap debu dan kabut

dengan kadar kontaminasi udara tidak terlalu tinggi atau partikel yang

tidak terlalu kecil. Filter pada respirator ini terbuat dari fiberglas atau wol dan serat sintetis yang dilapisi
dengan resin untuk memberi muatan pada

partikel

4. Alat Pelindung Tangan (Hand Protection)

Alat pelindung tangan digunakan untuk melindungi tangan dan bagian

lainnya dari benda tajam atau goresan, bahan kimia, benda panas dan dingin,

kontak dengan arus listrik. Jenis alat pelindung tangan antara lain:

1) Sarung tangan bersih

Sarung tangan bersih adalah sarung tangan yang di disinfeksi tingkat

tinggi, dan digunakan sebelum tindakan rutin pada kulit dan selaput lendir

misalnya tindakan medik pemeriksaan dalam, merawat luka terbuka. Sarung

tangan bersih dapat digunakan untuk tindakan bedah bila tidak ada sarung

tangan steril. (PK3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, 2006)

2) Sarung tangan steril

Sarung tangan steril adalah sarung tangan yang disterilkan dan harus

digunakan pada tindakan bedah. Bila tidak tersedia sarung tangan steril baru

dapat digunakan sarung tangan yang didisinfeksi tingkat tinggi. (PK3 RSUP
Dr. Sardjito Yogyakarta, 2006)

3) Sarung tangan rumah tangga (gloves)

Sarung tangan jenis ini bergantung pada bahan-bahan yang digunakan:

a. Sarung tangan yang terbuat dari bahan asbes, katun, wool untuk

melindungi tangan dari api, panas, dan dingin.

b. Sarung tangan yang terbuat dari bahan kulit untuk melindungi tangan dari

listrik, panas, luka, dan lecet

c. Sarung tangan yang terbuat dari bahan yang dilapisi timbal (Pb) untuk

melindungi tangan dari radiasi elegtromagnetik dan radiasi pengion.

d. Sarung tangan yang terbuat dari bahan karet alami (sintetik) untuk

melindungi tangan dari kelembaban air, zat kimia.

e. Sarung tangan yang terbuat dari bahan poli vinyl chlorida (PVC) untuk

melindungi tangan dari zat kimia, asam kuat, dan dapat sebagai oksidator.

(PK3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, 2006)

5. Baju Pelindung (Body Potrection)

Baju pelindung digunakan untuk melindungi seluruh atau sebagian

tubuh dari percikan api, suhu panas atau dingin, cairan bahan kimia, dll. Jenis

baju pelindung antara lain:

1) Pakaian kerja

Pakaian kerja yang terbuat dari bahan-bahan yang bersifat isolasi

seperti bahan dari wool, katun, asbes, yang tahan terhadap panas

2) Celemek

Pelindung pakaian yang terbuat dari bahan-bahan yang bersifat kedap

terhadap cairan dan bahan-bahan kimia seperti bahan plastik atau karet.

3) Apron
Pelindung pakaian yang terbuat dari bahan timbal yang dapat

menyerap radiasi pengion

6. Alat Pelindung Kaki (Feet Protection)

Alat pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dan bagian

lainnya dari benda-benda keras, benda tajam, logam/kaca, larutan kimia,

benda panas, kontak dengan arus listrik. Jenis alat pelindung kaki (PK3 RSUP

Dr. Sardjito Yogyakarta, 2006) antara lain:

1) Sepatu steril

Sepatu khusus yang digunakan oleh petugas yang bekerja di ruang

bedah, laboratorium, ICU, ruang isolasi, ruang otopsi.

2) Sepatu kulit

Sepatu khusus yang digunakan oleh petugas pada pekerjaan yang

membutuhkan keamanan oleh benda-benda keras, panas dan berat, serta

kemungkinan tersandung, tergelincir, terjepit, panas, dingin.

3) Sepatu boot

Sepatu khusus yang digunakan oleh petugas pada pekerjaan yang

membutuhkan keamanan oleh zat kimia korosif, bahan-bahan yang dapat

menimbulkan dermatitis, dan listrik

7. Alat Pelindung Telinga (Ear Protection)

Alat pelindung telinga digunakan untuk mengurangi intensitas suara

yang masuk ke dalam telinga. Jenis alat pelindung telinga antara lain:

1) Sumbat telinga (Ear plug)

Ukuran dan bentuk saluran telinga tiap-tiap individu dan bahkan

untuk kedua telinga dari orang yang sama adalah bebeda. Untuk itu sumbat telinga (Ear plug) harus
dipilih sedemikian rupa sehingga sesuai dengan

ukuran dan bentuk saluran telinga pemakainya. Pada umumnya diameter


saluran telinga antara 5-11 mm dan liang telinga pada umumnya berbentuk

lonjong dan tidak lurus. sumbat telinga (Ear plug) dapat terbuat dari kapas,

plastik, karet alami dan bahan sintetis. Untuk Ear plug yang terbuat dari

kapas, spons, dan malam (wax) hanya dapat digunakan untuk sekali pakai

(Disposable). Sedangkan yang terbuat dari bahan karet plastik yang dicetak

dapat digunakan berulang kali (Non Disposable). Alat ini dapat mengurangi

suara sampai 20 dB.

2) Tutup telinga (Ear muff)

Alat pelindung tangan jenis ini terdiri dari dua buah tutup telinga dan

sebuah headband. Isi dari tutup telinga dapat berupa cairan atau busa yang

berfungsi untuk menyerap suara frekuensi tinggi. Pada pemakaian untuk

waktu yang cukup lama, efektivitas ear muff dapat menurun karena

bantalannya menjadi mengeras dan mengerut sebagai akibat reaksi dari

bantalan dengan minyak dan keringat pada permukaan kulit. Alat ini dapat

mengurang intensitas suara sampai 30 dB dan juga dapat melindungi bagian

luar telinga dari benturan benda keras atau percikan bahan kimia.

8. Sabuk Pengaman Keselamatan (Safety Belt)

Alat pelindung tangan digunakan untuk melindungi tubuh dari

kemungkinan terjatuh dari ketinggian, seperti pada pekerjaan mendaki,

memanjat dan pada pekerjaan konstruksi bangunan. 20

b. Syarat-syarat Alat Pelindung Diri (APD)

Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh APD agar dalam
pemakaiannya dapat memberikan perlindungan yang maksimal.

Menurut ILO (1989) dari beberapa kriteria dasar yang harus dipenuhi oleh

semua jenis peralatan pelindung, maka hanya dua yang terpenting yaitu:

1) Apapun sifat dan bahayanya, peralatan atau pakaian harus memberikan cukup

perlindungan terhadap bahaya tersebut.

2) Peralatan atau pakaian harus ringan dipakainya dan awet dan membuat rasa

kurang nyaman sekecil mungkin, tetapi memungkinkan mobilitas, penglihatan

dan sebagainya yang maksimum

7. Peraturan Perundangan

a. Kewajiban dalam penggunaan APD di tempat kerja yang mempunyai resiko

terhadap timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja telah diatur didalam

Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Pasal-pasal yang

mengatur tentang penggunaan APD antara lain:

Pasal 3 ayat 1 sub f, menyebutkan bahwa ”Dengan peraturan perundangan

ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk memberikan alat-alat pelindung

diri pada pekerja”.

Pasal 9 ayat 1 sub c, menyebutkan bahwa ”Pengurus diwajibkan

menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang, alat–alat

pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan”.

Pasal 12 sub b, menyebutkan bahwa ”Dengan peraturan perundangan

diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk, memakai alat-alat pelindung

diri yang diwajibkan”.

Pasal 14 sub c, menyebutkan bahwa ”Pengurus diwajibkan menyediakan

secara cuma-cuma, semua alat pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga kerja

yang berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang
memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang

diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli-ahli keselamatan kerja.

b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 1/MEN/1981 tentang

Kewajiban Melaporkan Penyakit Akibat Kerja.

Pasal 4 ayat 3 menyebutkan bahwa pengurus wajib menyediakan secara

cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan penggunaannya oleh

tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya untuk pencegahan penyakit

akibat kerja.

Pasal 5 ayat 2 menyebutkan bahwa tenaga kerja harus memakai alat-alat

perlindungan diri yang diwajibkan untuk pencegahan penyakit akibat kerja


A. ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

Alat pelindung diri merupakan suatu cara yang digunakan dalam


sebuah kegiatan salah satunya di rumah sakit. Paparan dan resiko bahaya
yang ada ditempat kerja tidak selalu dapat dihindari, sehingga APD perlu
digunakan bagi para pekerja.

Adapun pengertian alat pelindung diri menurut A.M Sugeng


Budianto, (2005) yang dimaksud alat pelindung diri adalah seperangkat
alat yang digunakan tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh
tubuhnya dari adanya potensi atau bahaya arau kecelakaan kerja.

Sedangkan Dr.Milos Nedved dan Dr. Soemanto, Imam Khasani


menyatakan, alat pelindung diri adalah alat yang mempunyai kemampuan
untuk melindungi seseeorang dalam pekerjaan yang fungsinya
mengisolasi tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja.
Definisi APD dalam HSE regulasi adalah semua peralatan yang melindungi pekerja selama bekerja
termasuk pakaian yang harus di pakai pada saat bekerja,pelindung kepala (helmet),sarung tangan
(gloves),pelindung mata (eye protection),pakaian yang bersifat reflektive,sepatu,pelindung pendegaran
(hearing protection) dan pelindung pernapasan (masker). (HSE,1992)

Penggunaan APD di tempat kerja di sesuaikan dengan pajanan bahaya yang di hadapi di area
kerja. Berikut adalah jenis bahaya dan APD yang diperlukan:

Tabel . Jenis bahaya dan APD yang diperlukan

No Tubuh Yang Bahaya APD


Dilindungi

1 Mata Percikan bahan kimia, debu, proyektil, gas, safety spectacles, goggles,
uap, radiasi faceshields, visors.

2 Kepala Kejatuhan benda, benturan, rambut tertarik Helmet


mesin

3 Sistem Debu, gas, uap, fume, kekurangan oksigen Respirator, masker, alat bantu
pernapasan pernapasan

4 Melindungi Panas berlebihan, tumpahan atau percikan Cover all, pakaian anti panas/api
badan bahan kimia

5 Tangan Panas, terpotong, bahan kimia, sengatan Sarung tangan, mitten, hand pad,
listrik sleeve

6 Kaki Tumpahan bahan kimia, tertimpa benda, Sepatu safety


sengatan listrik

B. KUALITAS DAN KUANTITAS ALAT PELINDUNG DIRI (APD)


Menurut A.M Sugeng Budianto dalam buku Bunga Rampai dan
Hiperkes dan KK (2005), APD yang baik adalah dapat melindungi tenaga
dari bahaya akibat kerja, kecuali bila tidak digunakan dengan sempurna.
Penggunaan yang tidak benar akan memberikan hal yang membahayakan
bagi tenaga kerja.

Menurut Suma`mur (1996) alat-alat pelindung diri yang digunakan


oleh pekerja harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Enak dipakai

2. Tidak menggangu kerja

3. Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya.

Bila dapat diterima oleh tenaga kerja, maka alat tersebut akan
digunakan secara rutin oleh tenaga kerja dan dapat dipastikan
mengurangi kecelakaan akibat kerja. Alat pelindung diri yang diterima
memiliki persyaratan sesuai dengan ukuran masing-masing tenaga kerja,
sehingga alat yang diinvestasikan sesuai dengan jumlah tenaga kerja.

C. BAHAN GAS, KIMIA, DAN BIOHAZARD BERBAHAYA

KELAS 1 : MUDAH MELEDAK

Semua bahan atau benda yang dapat menghasilkan efek ledakan, termasuk bahan yang dalam campuran
tertentu atau jika mengalami pemanasan, gesekan, tekanan dapat mengakibatkan peledakan. Contoh:
Amonium nitrate, Amonium perchlorate, amonium picrate, detonator untuk ammunisi,
diazodinitrophenol, dinitropenol, dynamite, bubuk mesiu, picric acid, (TNT, Nitro Glycerine, Amunisi,
bubuk untuk blasting)

KELAS 2 : GAS-GAS

Terdiri dari :

Gas yang mudah terbakar (acetelyne, LPG, Hydrogen, CO, ethylene, ethyl flouride, ethyl methyl ether,
butane, neopentane, propane, methane, methyl chlorodiline, thinner, bensin.
Gas bertekanan yang tidak mudah terbakar (oksigen, nitrogen, helium, argon, neon, nitrous oxide,
sulphur hexafolride)

Gas Beracun (chlorien, methil bromide, nitric oxide, ammonium-anhidrous, arsine, boron trichloride
carbonil sulfit, cyanogen, dll

KELAS 3 : CAIRAN YANG MUDAH MENYALA (FLAMMABLE GAS)

Cairan yang mudah menyala bila kontak dengan sumber penyalaan

Cairan yang mempunyai titik penyalaan kurang dari 61 0 C

Uap dari bahan yang termasuk kelas ini dapat mengakibatkan pingsan bahkan kematian

Contoh: petrol, acetone, benzene, butanol, chlorobenzene, 2 chloropropene ethanol, carbon disuliphide,
di-iso-propylane

KELAS 4: PADATAN YANG MUDAH MENYALA (FLAMMABLE SOLIDS)

Bahan padat yang mudah menyala (flammable solids)

Bahan padat yang mudah menyala bila kontak dengan sumber penyalaan dari luar seperti percikan api
atau api. Bahan ini siap menyala jika mengalami gesekan

Contoh: sulpur, pospor, picric acid, magnesium, alumunium powder, calcium resinate, celluloid,
dinitrophenol, hexamine.

Bahan Padat yang Mudah Terbakar secara spontan (spontaneously Combustible Substances)

Bahan padat kelas ini dalam keadaan biasa mempunyai kemampuan yang besar untuk terbakar secara
spontan. Beberapa jenis mempunyai kemungkinan besar untuk menyala sendiri ketika lembab atau
kontak dengan udara lembab juga dapat menghasilkan gas beracun ketika terbakar
Contoh: carbon, charcoal-non-activated, carbon black, alumunium alkyls, phosphorus

Bahan yang berbahaya ketika basah (Dangerous when wet)

Padatan atau cairan yang dapat menghasilkan gas mudah terbakar ketika kontak dengan air

Bahan ini juga meningkatkan gas beracun ketika kontak dengan kelembaban, air atau asam

Contoh :calcium carbide, potassium phosphide, potassium, maneb, magnesium hydride, calcium
manganese silicon, boron trifluoride dimethyl etherate, barium, aluminium hydride.

KELAS 5 : BAHAN BEROKSIDASI (OXIDIZING AGENT)

Bahan yang bersifat mengoksidasi

Bahan ini dapat menimbukan api ketika kontak dengan material yang mudah terbakar dan dapat
menimbulkan peledakan.

Contoh: calcium hypochlorite, sodium peroxide, ammonium dichromate, ammonium perchlorate,


chromium nitrate, copper chlorate, ferric nitrate, potassium bromate, tetranitromethane, zinc
permanganate

Organic peroxides

Dapat membantu pembakaran dari material yang mudah terbakar. Jika terpapar panas atau api pada
waktu yang lama dapat mengakibatkan peledakan. Jika bereaksi dengan material yang lain efeknya akan
lebih berbahaya. Dekomposisi dari bahan ini dapat menghasilkan racun dan gas yang mudah terbakar

Contoh : benzol peroxides, methyl ethyl ketone peroxide, dicetyl perdicarbonate, peracetic acid.

KELAS 6 : BAHAN BERACUN ATAU MENGAKIBATKAN INFEKSI


Poisonous (Toxic) Substances

Bahan yang dapat menyebabkan kematian atau cidera pada manusia jika tertelan, terhirup atau kontak
dengan kulit

Contoh : cyanohydrin, calcium cyanide, carbon tetrachloride, dinitrobenzenes, epichlorohydrin mercuric


nitrate, dll

Harmful (Toxic) Substances

Bahan yang dapat membahayakan pada manusia jika tertelan, terhirup atau kontak dengan kulit

Contoh: acrylamide, 2-amino-5-diethylamino pentane, amonium fluorosilicate, chloroanisidines dll

Bahan yang dapat mengakibatkan infeksi

Bahan yang mengandung organisme penyebab penyakit

Contoh : tisue dari pasien, tempat pengembang biakan virus, bakteri, tumbuhan atau hewan

KELAS 7 : BAHAN YANG BERADIASI

Bahan yang mengandung material atau combinasi dari material yang dapat memancarkan radiasi secara
spontan

Contoh : uranium, 90Co, tritium, 32P, 35S, 125I, 14C


DAFTAR PUSTAKA

http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/4s1kedokteran/207311061/BAB-2.pdf

http://www.ekologi.litbang.depkes.go.id/data/vol%205/Dian_1.pdf

Diposkan 29th May 2012 oleh ARIF HIDAYATULLAH

ABSTRAK

Rumah sakit adalah institusi pelayanan masyarakat yang bergerak di bidang


pelayanan jasa kesehatan dengan penggunaan peralatan tekhnologi tinggi,
bahan – bahan, dan obat – obatan berbahaya bagi kesehatan untuk tindakan
diagnostik. Oleh karena itu, terpaparnya tenaga kesehatan di rumah sakit
terhadap bahan – bahan berbahaya dan bibit penyakit mempunyai resiko
tinggi terhadap status kesehatan tenaga kesehatan.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang
pemakaian alat pelindung diri (APD) pada tenaga perawat di Rumah Sakit
Umum Pusat (RSUP) DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan penyajian
data yang bersifat deskriptif dengan menggunakan kuesioner melalui
observasi yang dilakukan di ruang perawatan Lontara I, II, III dan IV dengan
pengambilan sampel secara purposive sample dengan jumlah 40 tenaga
perawat untuk memperoleh data mengenai pengetahuan, ketersediaan dan
pemakaian APD bagi tenaga perawat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 40 responden tenaga perawat
yang tingkat pengetahuan tentang APD yang dikategorikan baik sebanyak 21
orang dan dikategorikan cukup sebanyak 19 orang, ketersediaan APD dari
pihak rumah sakit dikategorikan tidak tersedia secara lengkap, dan
pemakaian APD sebanyak 17 orang dikategorikan memakai, sedangkan tidak
memakai sebanyak 23 orang.
Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan perawat
dikategorikan baik, namun masih ada tenaga perawat yang tidak memakai
APD dan APD tidak tersedia secara lengkap.

You might also like