You are on page 1of 13

PREPLANNING DAN PELAKSANAAN PROGRAM TERAPI BERMAIN

MEWARNAI DAN MENGGAMBAR UNTUK MENURUNKAN HSPITALISASI


ANAK DI RUANG ANAK LANTAI I RSUP DR. KARIADI SEMARANG

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Anak

Oleh:

AZIZAH

NIM. 22020117210029

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XXX

DEPARTEMEN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak usia prasekolah memiliki peluang besar untuk mengalami masalah


kesehatan jika dikaitkan dengan respon imun dan kekuatan pertahanan dirinya yang
belum optimal. Masalah kesehatan yang sering terjadi pada anak usia prasekolah
adalah infeksi saluran pernafasan, demam dan diare. Permasalahan kesehatan yang
terjadi pada anak usia prasekolah sering mengakibatkan anak harus menjalani rawat
inap atau hospitalisasi. Hospitalisasi merupakan suatu keadaan krisis yang membuat
anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan
ke rumah. Anak prasekolah yang sakit dan harus dirawat di rumah sakit dapat
mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan. Pengalaman yang tidak
menyenangkan pada anak prsekolah memunculkan berbagai respon terhadap
pengalaman hospitalisasi. Respon yang paling umum pada anak prasekolah yang
menjalani hospitalisasi adalah kecemasan.
Hospitalisasi pada anak merupakan proses karena suatu alasan yang
berencana atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani
terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali kerumah. Selama proses tersebut,
anak dapat mengalamai berbagai kejadian yang menunjukan pengalaman yang sangat
trauma dan penuh dengan stress. Hospitalisasi merupakan salah satu penyebab stress,
baik pada anak maupun keluarganya, terutama disebabkan oleh perpisahan dengan
keluarga, kehilangan kendali, perlukaan tubuh dan rasa nyeri (Nursalam,
Susiloningrum dan Utami, 2005).
Keadaan stres dampak dari hospitalisasi yang dialami oleh anak karena
menghadapi stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Reaksi anak pra sekolah
ketika mengalami perawatan di rumah sakit adalah dengan menunjukkan reaksi
perilaku seperti protes, putus asa dan regresi. Hal ini bisa dibuktikan dengan anak
tampak tidak aktif, sedih, tidak tertarik pada lingkungan, tidak komunikatif, mundur
ke perilaku sebelumnya (misalnya: menghisap ibu jari, mengompol dan lain-lain) dan
juga perilaku regresi seperti: ketergantungan, menarik diri dan ansietas (Wong, 2008).
Berdasarkan fenomena yang dilakukan oleh Apriesta, Jamariyah dan Sutrisno
(2012) anak yang dirawat di rumah sakit mengalami stress hospitalisasi yang
menyebabkan anak mengalami kecemasan dan trauma, padahal seharusnya tujuan
anak yang dirawat di rumah sakit adalah untuk menyembuhkan atau memperbaiki
status mental dan fisik sehingga anak dapat berkembang dalam keterbatasannya.

B. Tujuan
Tujuan dari terapi bermain mewarnai dan menggambar ini adalah untuk menurunkan
hospiralisasi anak pra sekolah di ruang anak lantai 1 RSUP Dr. Kariadi Semarang

C. Sasaran
Anak -anak usia prasekolah di ruang perawatan anak lantai 1 RSUP Dr. Kariadi
Semarang.
BAB II
DESKRIPSI KASUS

A. Karakteristik Sasaran
1. Kriteria inklusi terapi bermain
a. Anak usia prasekolah (3-6 tahun)
b. Anak tidak mengalami bedrest total
c. Anak tidak sedang dalam program transfusi
d. Anak dan keluarga bersedia mengikuti terapi bermain bernyanyi
2. Kriteria eksklusi terapi bermain
a. Pasien koma
b. Pasien kritis
c. Pasien gawat darurat
d. Pasien dengan sesak nafas kronis

B. Analisa Kasus
Ruang anak lantai 1 RSUP dr. Kariadi Semarang merawat pasien anak usia
dia bawah 18 tahun. Di ruangan memiliki beberapa klien anak usia 3-6 tahun dengan
berbagai macam diagnosa medis. Anak-anak pada usia ini sangat rentan mengalami
hospitalisasi. Hal ini ditunjukkan dengan sering merengek, bosan, marah, dan
cenderung tidak kooperatif pada semua tindakan keperawatan. Salah satu cara
megatasi hospitalisasi pada anak yaitu dengan memberikan program terapi bermain
yaitu terapi bermain mewarnai dan menggambar. Harapannya setelah diberikan
terapi tersebut anak mulai dapat beradaptasi dengan situasi dan kondisi rumah sakit
serta tingkat kecemasannya juga dapat menurun.

C. Prinsip Bermain
Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan
kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir, yang dilakukan secara sukarela
dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar (Hurlock, 1978). Bermain adalah
tindakan atau kesibukan suka rela yang dilakukan dalam batas-batas tempat atau
wkatu, berdasarkan aturan-aturan yang mengikat tetapi diakui secara suka rela
dengan tujuan dalam diri sendiri disertai perasaan tegang dan senang (Mayke, 2005).
Sedangkan terapi bermain merupakan salah satu kegiatan untuk menghibur dan suatu
alat yang paling penting untuk penatalaksanaan stress karena reaksi hospitalisasi
dimana anak merasa stress, emosi dan rasa takut, dengan pemberian terapi bermain
anak dapat mengeluarkan rasa takut membantu beradaptasi dengan lingkungan dan
juga sebagai alat koping menghadapi stress (Wong, 2009).
Berdasarkan jenis aktivitas yang dilakukan, permainan dibagi menjadi dua
jenis, yaitu permainan aktif dan permainan pasif. Permainan aktif yaitu permainan
yang menyababkan anak mengeluarkan banyak energi akibat banyak aktivitas fisik
yang dilakukan. Macam-maam permainan aktif yaitu permainan bebas dan spontan,
permainan konstruktif, permainan peran, permainan pengumpulan benda-benda,
melakukan jelajah, dan permainan games atau olahraga. Sedangkan permainan pasif
yaitu permainan yang menyebabkan anak mengeluarkan sedikit energi akibat
aktivitas fisik yang sedikit. Permainan pasif bersifat hiburan, hal ini dikarenakan
anak memperoleh kesenangan bukan berdasarkan kegiatan yang dilakukan sendiri.
Macam-macam permainan pasif yaitu membaca, melihat komik, menonton film,
mendengarkan musik dan mendengarkan radio (Mayke, 2005).
Berdasarkan analisa fenomenologis yang disebut bermain memiliki beberapa
ciri-ciri. Diantaranya yaitu selalu bermain dengan sesuatu, terdapat interaksi atau
timbal balik, bersifat dinamis, lebih menekankan pada proses dari pada hasil akhir,
bebas memilih, dan berkualitas pura-pura atau memisahkan dari kehidupan nyata
sehari-hari.

D. Karakteristik Permainan
Terapi bermain yang diberikan pada anak usia 3 sampai 6 tahun lebih
berprinsip pada penekanan pengembangan bahasa, mengasah motorik halus dan
mengontrol emosi.
BAB III
METODOLOGI BERMAIN

A. Judul Program Rekreasi


Terapi Bermain menggambar dan mewarnai
B. Deskripsi Program
Terapi bermain menggambar dan mewarnai merupakan suatu program terapi
bermain menggambar bentuk dan mewarnai bentuk tersebut. Program terapi ini
diterapkan khususnya bagi anak usia pra sekolah (3-6 tahun). Terapi bermain
bernyanyi merupakan salah satu bentuk permainan konstruktif. Terapi ini mampu
membantu anak untuk mengembangkan kreatifitas dan daya imajinasi. Di lingkungan
rumah sakit, terapi bermain origami dapat mengalihkan anak mengenai proses
hospitalisasi yang dialaminya. Anak bisa mengalihkan rasa cemas dan bosannya
dengan bermain bernyanyi.
C. Tujuan Program
1. Tujuan Umum
Program ini bertujuan untuk mengatasi masalah kecemasan dan kejenuhan
selama hospitalisasi anak
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengurangi kejenuhan pada anak yang mengalami hospitalisasi
b. Untuk mengurangi rasa takut anak dengan perawat maupun tenaga medis
lainnya
c. Untuk meningkatkan daya kreatifitas, imajinasi dan motorik halus anak
D. Ketrampilan yang Diperlukan
Permainan menggambar dan mewarnai dari penyuluh dibekali cara-cara mentuk
benda yang sederhana dan menarik dari tangan yang diberi cat sehingga mudah
ditirukan oleh anak-anak. Permainan ini bisa dimainakan secara individu ataupun
bersama-sama
E. Jenis Permainan
Jenis permainan konstruktif
F. Alat yang Diperlukan
1. Kertas
2. Cat air
3. Kuas
G. Waktu Pelaksanaan
Jumat, 13 April 2018 pukul 10.00-11.00 WIB
H. Sistematika Proses Terapi Bermain
No Waktu Tahap Penyajian
1. 5 menit Orientasi Memperkenalkan permainan
pada anak
2. 15 menit Pelaksanaan Menyiapkan alat permainan
Menjeaskan cara bermain
Memperlihatkan contoh gambar
bentuk origami
Membantu anak
mengimajinasikan bentuk yang
akan dibentuk
3. 10 menit Terminasi Memberikan apresiasi karya
yang dibuat klien
Menanyakan perasaan klien
setelah mengikuti terapi bermain

I. Hal-Hal yang Diwaspadai


1. Anak tidak dapat kooperatif dengan perawat dan tetap takut pada perawat.
2. Anak tiba-tiba menangis dan minta didampingi orang tua
3. Anak merasa bosan bahkan tidak menyukai terapi bermain mewarnai
4. Kondisi kesehatan anak tiba-tiba memburuk.

J. Antisipasi Meminimalkan Hambatan


1. Melakukan komunikasi terapeutik pada klien (menggunakan bahasa dan nada
bicara yang dapat diterima oleh anak kecil) agar perawat dan klien lebih akrab.
2. Melibatkan orangtua atau keluarga dalam program ini.
3. Menyiapkan hiburan atau mainan yang lain selama proses terapi bermain
berlangsung agar anak tidak bosan selama terapi berlangsung.
4. Memastikan sebelumnya (berkonsultasi dengan perawat ruangan) bahwa keadaan
umum dan kondisi anak cukup baik untuk mengikuti program terapi serta tidak
menghambat proses penyembuhan anak.

K. Pengorganisasian
1. Leader : Azizah
2. Observer dan dokumentasi : Mega estin, fahmi
3. Fasilitator : Azizah dan Mega
4. Peserta : An. T (usia pra sekolah -6 tahun)
5. Setting tempat

Keterangan:
: klien

: perawat leader

: perawat fasilitator, observer dan dokumentasi

: keluarga klien
L. Kriteria Evaluasi
1. Struktur
a. Mempersiapkan pre planning 1 hari sebelum hari pelaksanaan.
b. Kontrak waktu dan topik dengan pihak ruangan (CI) 1 hari sebelum hari
pelaksanaan.
c. Memilih dan menentukan klien yang akan dilibatkan dalam program terapi
bermain 1 hari sebelum hari pelaksanaan.
d. Kontrak waktu dengan klien atau keluarga klien 1 hari sebelum hari
pelaksanaan.
e. Mempersiapkan media 1 jam sebelum waktu pelaksanaan.
2. Proses
a. Anak menyambut dengan antusias.
b. Anak memperhatikan materi yang disampaikan.
c. Anak aktif memberi respon terhadap materi yang disampaikan perawat.
3. Hasil
a. Dalam waktu 30 menit, terapi ini dapat mengurangi masalah stress
hospitalisasi yang sering terjadi pada anak selama di rawat di rumah sakit.
b. Indikator
1) Anak mampu mengurangi rasa bosannya selama menjalaani perawatan
di rumah sakit dengan terapi bermain origami, ditandai dengan:
a) Anak terlihat lebih ceria
b) Anak lebih jarang menangis dan tidak rewel setelah mengikuti terapi
bermain.
2) Anak lebih kooperatif kepada perawat dan tenaga medis lain, ditandai
dengan :
a) Anak tidak takut lagi dengan perawat.
b) Anak tidak menangis saat didekati perawat.
BAB IV

PELAKSANAAN BERMAIN

Mahasiswa keperawatan datang ke ruangan anak untuk memastikan kondisi klien


siap untuk dilakukan terapi bermain mewarnai gambar. Kondisi anak baik, dan anak saat
ditawari bermain menyetujiu.

Kemudian mahasiswa mengambil media yang akan digunakan yaitu, kertas cat air,
kuas dan pallet. Anak bermain di damping dengan ibu klien juga lalu klien mewarnai
tangan kien lalu menempelkan kekertas saat sudah selesai dan menambah warna pada
kertas tersebut sehingga membentuk hewan jerapah

Mahasiswa membantu anak mewarnai tangannya. Anak mulai mewarnai gambar


dengan pelan-pelan dan dibantu oleh ibunya. Setelah 5 menit mewarnai, anak F merasa
capek , kemudian meminta untuk bersandar (posisi semi fowler). Sambil tiduran klien
melanjutkan mewarnai gambar dibantu oleh ibunya.

Setelah 10 menit mewarnai, akhirnya gambar mobil tersebut selesai diwarnai secara
keseluruhan. Klien tampak senang, dan menuliskan namanya di kertas gambar tersebut.
Klien ingin gambarnya dipasang di majalah dinding ruangan rawat inap anak. Klien ingin
besok menggambar kembali. Terapi mewarnai gambar ini selesai pukul 14.15 menit.
BAB V

PENUTUP

Hospitalisasi pada anak yang sakit dan dirawat di Rumah Sakit adalah hal yang
wajar, karena anak mengalami stressor baru baik lingkungan, status kesehatannya
program terapi maupun berinteraksi dengan orang-orang baru. Namun hospitalisasi pada
anak dapat diminimalkan dengan terapi bermain. Karena dunia anak identik dengan dunia
bermain. Dengan bermain perhatian anak dapat teralihkan dan anak menjadi senang akan
lebih nyaman. Selain itu, terapi bermain dapat juga mengurangi efek samping dari
hospitalisasi dan pengobatan pasien seperti kecemasan sehingga dapat mempercepat
proses penyembuhan.
DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA

Pratiwia, E. S., & Deswitaa. (2013). Perbedaan Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai
Gambar dengan Bermain Puzzle Terhadap Kecemasan Anak Usia, 16–20.

Sarti. (2018). Penerapan Terapi Bermain Dengan Menggambar Dan Mewarnai Gambar
Untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan Anak Pra-Sekolah Di Ruang Melati Rsud
Dr. Soedirman Kebumen.

Sari, O. G. (2016). Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar Terhadap Tingkat


Kecemasan Anak Usia Prasekolah Yang Dihospitalisasi Di Rskia Pku
Muhammadiyah Kotagede Yogyakarta, 1–19.

Agustina, E., & Puspita, A. (2010). Pengaruh Pemberian Terapi Bermain Mewarnai
Gambar Terhadap Tingkat Kecemasan Anak Prasekolah yang Rawat Inap, 1(2),
36–43.

Gozali, D. I. (2015). Pengaruh Terapi Bermain : Mewarnai Gambar Terhadap


Penurunan Kecemasan Akibat Hospitalisasi Pada Anak Usia Toodler.

Wowiling, F. E., Abram, A. Y. I., & Babakal, A. (2016). Pengaruh Terapi Bermain
Mewarnai Gambar Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Pra Sekolah
Akibat Hospitalisasi.

You might also like