Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Kegagalan pemenuhan gizi pada 1000 HPK akan berdampak terjadinya retained
effect yaitu anak tidak dapat mencapai pertumbuhan optimal sesuai dengan usia.
Perkembangan dan pertumbuhan pada periode 1000 HPK di dibagi menjadi 3 jalur kritis
yaitu perkembangan otak, pertumbuhan fisik, serta perkembangan organ dan metabolik.
Perkembangan otak direpresentasikan dengan capaian kognitif dan pendidikan,
pertumbuhan fisik melalui tinggi badan, serta perkembangan organ dan metabolik
direpresentasikan dengan fungsi organ dan beberapa penyakit kronis.3 Hal ini
memperkuat hipotesis Barker yang menemukan bahwa berat badan lahir rendah
berhubungan dengan risiko hipertensi, stroke dan diabetes tipe 2.4
Kegagalan pemenuhan gizi pada periode ini akan bersifat permanen sehingga
tidak bisa lagi dikoreksi setelah usia 2 tahun. Tentunya secara tidak langsung akan
berdampak pada kualitas sumber daya manusia Indonesia masa depan. Oleh karena itu,
perhatian pada 1000 HPK merupakan hal utama untuk menyelesaikan permasalahan gizi
dan sumber daya manusia Indonesia saat ini. 2,3,4
Saat ini Indonesia masih dihadapkan pada beban ganda masalah gizi yaitu gizi
kurang dan gizi lebih. Data Riskesdas tahun 2013, menunjukkan angka stunting pada
balita 37,2%, ini meningkat dibandingkan tahun 2010 yaitu 35,6% dan tahun 2007 yaitu
36,8%. Prevalensi balita sangat kurus 5,3% dan balita kurus 6,8%. Prevalensi balita
gemuk 11,9% yang mengalami penurunan dari 2010 yaitu 14%. Prevalensi anemia pada
WUS yaitu kelompok usia 15-24 tahun (18,4%), kelompok umur 25-34 tahun (16,9%),
kelompok umur 35-44 tahun (18,3%). Pemberian ASI eksklusif pada tahun 2013 sebesar
38%.8,9 Namun angka prevalensi ini masih cukup tinggi dan harus segera diintervensi
untuk perbaikan kualitas hidup masyarakat Indonesia.
Tujuan
Begitu pentingnya 1000 HPK ini dalam menentukan kualitas sumber daya
manusia Indonesia masa depan, maka penerapan kebijakan yang sudah ditetapkan oleh
pemerintah adalah hal mutlak yang harus dilakukan oleh seluruh elemen bangsa. Untuk
itu, akan dilakukan analisis terhadap kebijakan gerakan nasional percepatan gizi dalam
rangka 1000 hari pertama kehidupan ini. Tujuannya adalah untuk melihat sejauh mana
kebijakan ini diimplementasikan serta sejauh mana sosialisasi tentang pentingnya 1000
HPK kepada masyarakat. Selain itu juga untuk melihat peran masing-masing pemangku
kepentingan dalam mensukseskan gerakan nasional percepatan perbaikan gizi dalam
rangka 1000 HPK. Kebijakan ini akan dikupas berdasarkan model analisis kebijakan Walt
& Gilson yang terdiri atas aspek konten, konteks, proses, dan kebijakan ini ditinjau dari
segi konten, konteks, proses dan aktor.5
Analisis Kebijakan
Dasar kebijakan 1000 HPK adalah Perpres No. 42 tahun 2013 tentang Gerakan
Nasional Percepatan Perbaikan Gizi. Upaya percepatan perbaikan gizi pada pasal ini
diprioritaskan pada penanganan 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK). Pada landasan
kebijakan ini dijelaskan mengenai upaya penggalangan partisipasi dan kepedulian
pemangku kepentingan secara terencana dan terkoordinir untuk percepatan perbaikan gizi
pada 1000 hari pertama kehidupan. Sehingga peran aktif dari masing-masing pemangku
kepentingan akan menjadi penentu keberhasilan kebijakan ini.
Untuk mewujudkan 1000 HPK, juga perlu diturunkan Perpres no 42 tahun 2013
ini ke peraturan daerah sehingga kebijakan lebih rinci dan sesuai dengan kebutuhan serta
kondisi di daerah masing-masing. Selain itu, karena kebijakan ini merupakan komitmen
dari pemangku kepentingan maka dirasa perlu adanya rincian yang jelas mengenai peran
masing-masing dan hal spesifik lainnya yang mengatur masing-masing pemangku
kepentingan. Dengan aturan yang jelas diharapkan semua pemangku kepentingan
mengutamakan tujuan bersama dari pada kepentingan masing-masing kelompok.
Analisis konten
Perpres no. 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi
secara umum sudah jelas dalam memaparkan setiap komponen. Kebijakan ini terdiri dari
enam bab yaitu bab satu mengenai ketentuan umum, bab dua tentang tujuan, bab tiga
tentang strategi, sasaran, kegiatan, dan pelaksanaan, bab empat mengenai gugus tugas
gerakan nasional percepatan perbaikan gizi, bab lima mengenai pendanaan, ditutup bab
enam dengan ketentuan penutup.
Namun pada Perpres ini tidak dijabarkan bagaimana bentuk partisipasi konkrit
dan peran masing-masing sasaran dan pemangku kepentingan. Hal ini penting sekali
untuk dijabarkan dalam kebijakan atau aturan lain yang mendukung untuk menghindari
konflik kepentingan masing-masing komponen di kemudian hari.
Perpres No. 42 tahun 2013 merupakan sebuah gerakan nasional yang sasaran
utamanya adalah menyampaikan pentingnya 1000 HPK dalam upaya percepatan
perbaikan gizi di Indonesia kepada seluruh masyarakat, namun dari pasal 6 belum
tergambar jelas terobosan kegiatan yang baru. Kalau kita berbicara “gerakan” artinya
tindakan dengan jumlah massa yang besar yang sadar akan pentingnya 1000 HPK ini,
selanjutnya ada kata “percepatan” artinya proses mempercepat sesuatu. Namun dari
deskripsi kegiatan pada pasal 6 belum terlihat kegiatan yang berbeda dari program-
program yang sudah ada seperti kampanye, advokasi dan pelatihan. Padahal kegiatan ini
sudah bertahun-tahun digunakan dan ternyata kurang efektif. Sebaiknya ada terobosan
terbaru dalam menyampaikan pesan 1000 HPK ini sehingga sampai kepada masyarakat.
Analisis konteks
Jika ditinjau dari segi konteks, kebijakan ini belum mencakup semua pihak yang
seharusnya terlibat seperti konteks individu, keluarga, masyarakat dan peran tenaga
kesehatan dari rumah sakit dalam gerakan 1000 HPK. Dalam segi konteks, lingkungan
merupakan faktor yang berpengaruh penting dalam keberhasilan perbaikan gizi dalam
1000 HPK ini, terutama lingkungan keluarga. Keluarga menjadi lingkungan utama yang
akan menjamin tersedianya pangan yang cukup untuk anggota keluarga terutama ibu
hamil, ibu menyusui dan balita.
Selanjutnya adalah ketersediaan sarana kesehatan serta tenaga kesehatan juga
harus menjadi perhatian.11 Peran tenaga kesehatan di rumah sakit terutama rumah sakit
bersalin ataupun bidan sangat penting dalam mensosialisasikan pentingnya 1000 HPK
pada ibu hamil dan keluarganya. Karena saat ini masih banyak pihak yang seharusnya
menyampaikan informasi 1000 HPK justru tidak terlalu paham bahkan tidak tau sama
sekali tentang pentingnya 1000 HPK. Kasus nyata saat ini banyak bidan, dokter atau ahli
gizi yang dititipkan produk dari produsen susu formula yang selanjutnya menyampaikan
produk tersebut ke ibu hamil atau menyusui. Praktek seperti inilah yang harus diluruskan
agar tujuan 1000 HPK dapat tercapai.
Analisis proses
Kebijakan 1000 HPK merupakan bagian dari gerakan global dari Perserikatan
Bangsa Bangsa (PBB) dalam program Scaling Up Nutrition Movement (SUN Movement)
yang dilakukan di 42 negara. Indonesia adalah salah satu negara yang ikut berpartisipasi
dalam program SUN Movement ini yaitu pada bulan Desember 2011.
Analisis aktor
a. masyarakat, khususnya remaja, ibu hamil, ibu menyusui, anak di bawah usia
dua tahun;
b. kader-kader masyarakat seperti Posyandu, Pemberdayaan Kesejahteraan
Keluarga, dan/atau kader-kader masyarakat yang sejenis;
c. perguruan tinggi, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan dan
keagamaan;
d. Pemerintah dan Pemerintah Daerah;
e. media massa;
f. dunia usaha; dan
g. lembaga swadaya masyarakat, dan mitra pembangunan internasional.
Fokus dari gerakan 1000 HPK adalah upaya bersama antara pemerintah dan
masyarakat melalui penggalangan partisipasi dan kepedulian pemangku kepentingan
secara terencana dan terkoordinasi untuk percepatan perbaikan gizi masyarakat.
Kegiatan ini melibatkan masyarakat, kader-kader masyarakat, perguruan tinggi,
organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan dan keagamaan, pemerintah dan
pemerintah daerah, media massa, dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat, dan mitra
pembangunan internasional. Namun keterlibatan dari masing-masing komponen tersebut
belum maksimal dalam upaya menyukseskan 1000 HPK.
Pentingnya 1000 HPK dalam menentukan kualitas generasi masa depan Indonesia
sehingga keterlibatan setiap komponen bangsa dalam gerakan 1000 HPK sangat
dibutuhkan untuk memastikan pesan 1000 HPK bisa lebih cepat sampai ke masyarakat.
Salah satu program implementasi yang dilakukan oleh adalah dengan pemilihan duta
1000 HPK yang bekerja sama dengan pihak industri. Program pelatihan duta 1000 HPK
memiliki target untuk mencetak 430 duta yang akan membina 3.500 bidan dan 10.000
kader posyandu. Targetnya 1 juta keluarga teredukasi dengan baik seputar pemberian
nutrisi pada anak.12
Upaya lain yang tidak kalah penting adalah melalui dunia pendidikan, materi 1000
HPK direkomendasikan sebagai mata kuliah wajib di perguruan tinggi terutama pada
rumpun ilmu kesehatan seperti kedokteran, keperawatan, kesehatan masyarakat dan
bidang ilmu lainnya. Ketika setiap lulusan memahami pentingnya 1000 HPK dalam
menentukan kualitas sumber daya diharapkan setelah lulus mereka mampu menerapkan
dan menyampaikan informasi ini nantinya di bidang pekerjaan mereka masing-masing.
Selain itu, dalam implementasi kebijakan 1000 HPK untuk cepat sampai
informasi ke masyarakat, perlu ada sosialisasi yang gencar melalui media massa seperti
iklan di telivisi, radio, media cetak, media sosial dan lain sebagainya. Saat ini dirasa
promosi gerakan 1000 HPK masih sangat minim bahkan cenderung tidak ada di media
massa. Selain itu, belum ada terobosan baru yang dilakukan untuk memperkenalkan ke
masyarakat tentang pentingnya 1000 HPK.
Kesimpulan
Kebijakan gerakan nasional percepatan perbaikan gizi dalam rangka 1000 hari
pertama kehidupan merupakan kebijakan yang sangat penting dalam peningkatakan
kualitas sumber daya manusia Indonesia serta dalam upaya mengurangi masalah
kesehatan yang ada di Indonesia. Akan tetapi perlu adanya penguatan kebijakan -
kebijakan pendukung, ditambahkan peran masing-masing pemangku kepentingan dalam
kebijakan ini serta dilakukan sosialisasi yang lebih gencar mengenai pentingnya 1000
HPK sehingga pesan yang diharapkan bisa sampai ke masyarakat.
Saran
a. Perlu adanya kerja sama yang baik antar masing-masing pemangku kebijakan agar
percepatan perbaikan gizi dapat terwujud serta perlu dilakukan penguatan ataupun
evaluasi pada kebijakan yang mendukung tercapainya indikator dalam kebijakan
1000 HPK ini.
b. Materi 1000 HPK perlu dimasukkan ke dalam kurikulum di perguruan tinggi
terutama pada rumpun ilmu kesehatan seperti kedokteran, keperawatan, ilmu
kesehatan masyarakat, kebidanan dan lainnya. Akan lebih baik jika bisa
diperkenalkan pada kurikulum SMA.
c. Perlu terobosan terbaru selain kegiatan-kegiatan yang biasa untuk menyampaikan
pesan 1000 HPK kepada masyarakat. Di dunia digital saat ini semua orang
terhubung dengan berbagai media social bahkan saat ini Indonesia merupakan
salah satu konsumen media sosial paling tinggi di dunia. Momentum ini
seharusnya bisa dimanfaatkan untuk mensosialisasikan tentang gerakan 1000
HPK. Banyak sekali contoh kasus di Indonesia ini yang bisa terbantu dengan
bantuan media sosial salah satunya yang menjadi trending topic beberapa tahun
lalu yaitu #koinuntukPRITA yang mampu mengerakkan jutaan orang untuk
membantu penyelesaian kasus ini. Harusnya cara seperti ini juga bisa digunakan
untuk sosialisasi 1000 HPK. Contohnya dengan mempromosikan dengan gerakan
#1000HPK di media social. Ketika ini gerakan ini bisa menjadi “trending topic”
maka akan banyak masyarakat yang tau tentang pentingnya 1000 HPK
menentukan masa depan setiap anak. Tujuan utama kegiatan ini adalah membuat
lebih banyak masyarakat tau mengenai 1000 HPK.
d. Terobosan baru untuk mensosialisasikan 1000 HPK ke masyarakat sebaiknya
tidak hanya bertumpu pada aksi yang dilakukan oleh pemerintah atau organisasi
tertentu saja. Pihak-pihak lain yang berhubungan diharapkan memiliki inisiatif
untuk berpartisipasi dalam memperkenalkan 1000 HPK kepada masyarakat salah
satunya adalah mahasiswa kesehatan atau para akademisi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Center For The Special Impact (ASB Community).2015. Opportunities to make a positive
impact in the first 1,000 days of a child’s life. diunduh tanggal 28 november 2015 dari
www.first1000days.ie>first_1000_days
2. Kementerian Kesehatan & Kementerian Sosial RI. Booklet aksi gizi : 1000 Hari Pertama
Kehidupan Penentu Ribuan Hari Berikutnya.
3. Achadi, Kusharisupeni, Atmarita & Untoro. 2012. Status Gizi Ibu Hamil dan Penyakit Tidak
Menular pada Dewasa. Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 4,
November 2012. Diunduh pada tanggal 1 Desember 2015
4. Barker DJP. Developmental origins of chronic disease. The Royal Society for Public Health.
Elsevier Ltd. 2011; 126 (3): 185-9. World Health Organization. Technical consultation to
5. Walt G, Gilson L. Reforming the health sector in developing countries: The central role of
policy analysis. J. Health Policy Plann.1994; 9 (4): 353-370.
6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 Tentang Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi
7. Kemenkokesra RI. Kerangka Kebijakan Percepatan Perbaikan Gizi dalam Rangka Seribu
Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1000 HPK)
10.Megan Ivankovich &Taroub Harb Faramand. 2015. Enhancing Nutrition and Food Security
during the First 1,000 Days through Gender-sensitive Social and Behavior Change a
Technical Resource Guide. USA
11. Sandra Fikawati, Ahmad Syafiq. 2010. Kajian Implementasi Dan Kebijakan Air Susu Ibu
Eksklusif Dan Inisiasi Menyusu Dini Di Indonesia. Makara, Kesehatan, Vol. 14, No. 1, Juni
2010: 17-24
12.http://m.detik.com/health/read/2015/10/09/071523/3040063/764/gerakan-1000-hari-
pertama-kehidupan-di-indonesia-dikritik
13.http://mca-indonesia.go.id/kabar-kami/kesehatan-gizi/sosialisasi-gerakan-nasional-
percepatan-perbaikan-gizi-pentingnya-intervensi-dalam-seribu-hari-pertama-kehidupan/