You are on page 1of 3

APRESIASI PROSA FIKSI

Ronggeng Dukuh Paruk

Ahmad Tohari

Nama : Siti Ayu Masitoh


NIM : 2222180063
Kelas : 2B

Cerita dalam novel ronggeng dukuh Paruk ini pada mulanya kurang membuat
saya tertarik, karena banyaknya halam dalam novel ini. Tapi setelah saya
membacanya kurang lebih hampir tiga hari saya sedikit tertarik, Walaupun alur dalam
ceritanya membuat saya sedikit sulit memahami isi cerita dalam novel ini, tetapi saya
dibuat begitu penasaran karena bagi saya sendiri, novel ini menceritakan sejarah yang
tidak saya ketahui sebelumnya, kisah seorang perempuan yang menjadi sangat
penting dalam kehidupan di desanya, tetapi sekaligus prempuan yang menjadi
korban sosial dan kekuasan adat istiadat. Selain itu novel ini juga memiliki banyak
pesan moral yang bisa kita ambil hikmahnya dalam kehidupan sehari hari.

Novel ini menceritakan kisah seorang Perempuan yatim piatu yang menjadi
pahlawan sekaligus korban dari keadaan adat dan istiadat di desaanya ia bernama
serintil, ia menjadi penyemangat hidup bagi masyarakatnya karena ia sangat berbakat
dalam menari ronggeng, bakatnya dalam menari ini pertama kali dilihat oleh
kakeknya yaitu sakarya, melihat bakat cucunya ini sang kakek yang kemudian
menyerahkan serintil kepada dukun ronggeng yang bernama kartareja, dengan
harapan serintil mampu menjadi rongeng yang diakui oleh masyarakat. Rongeng itu
sendiri merupakan kesenian yang menjadi adat istiadat pada desa itu,desa dukuh
Paruk. Akan tetapi kesenian rongeng ini sempat punah, dan karena serintillah
kesenian ini hadir lagi di tengah masyarakat dukuh paruk.

Akan tetapi perannya sebagai rongeng ini pulalah yang membuat dia harus
terjebak dalam keadaan desa yang kental akan adat istiadat di dalamnya, dimana
untuk menjadi seorang ronggeng serintil harus menjalani beberapa proses upacara
tradisiona, yang pada akhirnya serintil harus menyerahkan keperwanannya kepada
siapapun laki-laki yang mampu memberinya imbalan paling mahal, proses upcara
trsdidionsl ini disebut buka bukak kelambu. Meskipun serintil sendri merasa takut
dan tidak siap, ia tidak mampu dan tidak berani untuk menolaknya.
Peran serintil sebagai rongeng ini pulalah yang membuat Rasus yang
mencintainya merasa tidak mampu untuk berbuat banyak. Dan memilih pergi
meninggalkan serintil di dukuh paruk, Rasus pergi menuju dawuun. Kepergian rasus
memiliki pengaruh banyak untuk kehidupannya. Rasus yang dulunya hanyalah
remaja dusun yang miskin telah menjadi tobang yang kemudian ia menjadi tentara
yang gagah dan berani. Dan karena hal itulah membuat rasus memperoleh
penghormatan dari masyaralat dukuh paruk, telebih lagi sejak keberhasilannya
menembak dua orang prampok yang hendak mencuri di rumah kartareja.

Setelah beberapa hari singgah di dukuh paruk Rasus sudah menikmati


kemanjaan dan keperawanan dari serintil. Akan tetapi hal itu tidak mengurungkan
niat Rasus untuk menajuhi serintil. Akhirnya Rasus memilih pergi meninggalkan
serintil yang masih tertidur pulas tanpa berpamitan. Kepergian Rasus yang tiba tiba
dan tampa berpamitan itulah yang membuat serintil dan hari harinya terlihat murung.
Para masyarakat meraka heran dengan perubahan sikap serintil, dan kebanyakan dari
mereka merasa tidak suka dengan perbuhan sikap dari serintil yang berubah murung
itu, karena bagi masyarakat dukuh paruk rongeng serintil ialah simbol kehidupan
dukuh paruk.

Setelah serintil sempat berhenti dari rongeng, namun ia akhirnya kembali


menari dalam acara pentas kesenian perayaan agustusan. Akan tetapi semua itu
dilakukan serintil bukan karna keinginannya untuk menari sebagai ronggeng lagi,
tetapi atas dasar paksaan dalam bentuk ancaman. Apalah daya serintil yang
menyadari bahwa dirinya hanyalah rakyat biasa yang tidak berhak menolak
kekuasaan.

Serintil tidak menyadari akibat yang lebih dari penampilannya di acara


agustusan yang terlihat berlibihan oleh orang PKI. Dan pada akhirnya pemberontakan
PKI itulah yang membuat serintil ikut terlibat di dalamnya, dimana pada saat itu
siapapun yang berdekatan dengan pki akan ditangkap,Termasuk serintil. Pada
akhirnya serintil di tahan dan mengalami kondisi kejiwaan yang tertekan. Setelah
melewati masa tahanan kehidupam malang yang menimpa serintil tidak berhenti
sampai disitu, serintil kembali mendapatkan tekanan dari lurah pacikan untuk
mematuhi pak bajus, yang kemudian pak bajus meminta serintil untuk menikah
dengannya, namun ternyata pak bajus bukanlah pria baik ia bersifat impoten yang
tega menawarkan serintil kepada pejabat proyek. Pada akhirnya serintilpun
mengalami sakit jiwa dan dibawanya oleh rasus ke Rumah sakit jiwa.
Salah satu pesan moral yang dapat kita ambil dari cerita pada novel ronggeng
dukuh paruk karya Ahmad Tohari ini ialah kita tidak boleh memaksakan kehendak
atas dasar kepentingan peribadi yang merugikan orang lain.

You might also like