You are on page 1of 4

TUGAS INDIVIDU

METODOLOGI PENELITIAN

The Seven-Step Process in The Hypothetico-Deductive Method


FISCAL SUSTAINABILITY AND SOLVENCY :
THEORY AND RECENT EXPERIENCE IN INDONESIA
Stephen V. Marks (2004)

Disusun Oleh:

Nama : Adetya Candra Yuwana Putra


No Daftar Hadir : 01
NPM : 1401180093
Kelas : 8-2 Program Studi D-IV Alih Program (Non Akt)

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN


BULAN FEBRUARI TAHUN 2019
Analisis 7 Langkah Proses Penelitian
(The Seven-Step Process in The Hypothetico-Deductive Method)
“Fiscal Sustainability and Solvency : Theory and Recent Experience in Indonesia”

1. Identify a broad problem area


Apakah pembuat kebijakan ekonomi Indonesia mampu menghindari kondisi-kondisi
tertentu yang dapat memicu krisis ekonomi baru dari sudut pandang kebersinambungan
fiskal dan kemampuannya dalam melunasi utang (solvensi) ?

2. Define the problem statement


Bagaimana menentukan faktor yang tepat untuk menyusun kebijakan fiskal yang
berkesinambungan dan mampu menjaga tingkat suku bunga dan tingkat pertumbuhan
ekonomi dengan menggunakan berbagai macam pendekatan dalam mengukur
kebersinambungan fiskal dalam periode 1991-2003.

3. Develope hypotheses
Hipotesis yang dibangun dalam penelitian ini adalah hasil dari kajian teoritis
pengembangan dari Blanchard (1990) dan Buiter (1995). Hipotesis yang dibangun dalam
penelitian ini sendiri berfokus pada :
a. Defisit riil atau hutang bersifat time series ;
b. Pendepatan dan pengeluaran pemerintah yang terintegrasi dan saling ketergantungan
memberikan bukti atas adanya kesinambungan fiskal dari kebijakan ekonomi yang
diambil.

4. Determine measures
a. Long-Run Fiscal Solvency
Ukuran ini digunakan untuk mengetahui apakah nilai surplus di masa yang akan
datang dapat menutupi deficit/utang yang diambil di masa kini dengan
mempertimbangkan nilai deficit yang akan diambil juga pada masa yang akan datang.
Hubungan ini dinyatakan dalam persamaan berikut :

b. Central Government Debt Dynamics


Ukuran ini digunakan untuk mengukur dinamika jangka pendek dari utang pemerintah.
Hubungan ini dinyatakan dalam persamaan berikut :
c. Indikator Kesinambungan Fiskal
Ukuran ini digunakan untuk menentukan konsep kesinambungan fiskal dalam term
umum dan mengetahui indikator yang paling sederhana dari kesinambungan fiskal.
Hubungan ini dinyatakan dalam persamaan berikut :

d. Indikator Kesenjangan Primer dan Solvesi Fiskal


Ukuran ini digunakan untuk mengidentifikasi hubungan antara indikator
kesinambungan fiskal dan batas fundamental solvensi bagi pemerintah. Hubungan ini
dinyatakan dalam persamaan berikut :

e. Kekuatan dan Kelemahan Indikator Kesinambungan Fiskal


Ukuran ini digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan indikator ukuran 1
sampai dengan 4. Ukuran ini bersifat analisis deskriptif yang pada intinya untuk
mendukung kesehatan perekonomian dalam jangka Panjang, peningkatan rasio deficit
terhadap PDB.

5. Data collection
Analisis dari data sekunder yang diperoleh dari International Financial Statistics, World
Bank, Government Finance Statistics Yearbook, Kementerian Keuangan, dan Bank
Indonesia. Adapun data yang dianalisis berfokus pada data utang domestic dan utang
asing yang dilakukan pemerintah, tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh bank
Indonesia, data PDB, data obligasi yang diterbitkan pemerintah, inflasi, dan data-data
kerangka makroekonomi lainnya.

6. Data analysis
Analisis yang dilakukan terhadap data dilakukan dengan menggunakan metode analisis
empiris (dengan membandingkan antara teori dan praktik yang terjadi di lapangan).
Analisis awal yang dilakukan adalah menentukan tingkat suku bunga yang paling tepat
untuk utang domestic. Setelah itu, dilakukan visualisasi hubungan antara tingkat suku
bunga Bank Indonesia, tingkat yields dari obligasi pemerintah dan inflasi.

7. Interpretation of data
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa :
 Pertumbuhan PDB riil hanya negatif pada tahun 1998. Pertumbuhan ini lebih tinggi
pada tahun 1997 dan 2000 daripada tahun sebelumnya sejak tahun 1996. Dalam
tahun-tahun ini tidak ada kesenjangan primer yang menunjukkan adanya masalah
signifikan.

 Demikian pula, tingkat inflasi PDB sangat tinggi pada tahun 1998, tetapi pada tahun
1997 dan 2000 mendekati atau lebih rendah dari pada tahun 1999 atau 2001. Pada
tahun 2002 dan 2003, tingkat inflasi melambat relatif terhadap tahun-tahun
sebelumnya.

 Suku bunga riil domestik relatif tinggi pada tahun 1997 dan 1999, tetapi jauh lebih
rendah pada tahun 1998 dan 2000. Suku bunga asing relatif stabil sepanjang seluruh
periode.

 Surplus utama pemerintah pusat lebih rendah sekitar 2% dari PDB selama dan setelah
krisis ekonomi, dari tahun 1997 hingga 1999, daripada sebelumnya, namun sejak itu
telah kembali ke kisaran historisnya.

 Indonesia telah sesuai dengan kriteria kesinambungan fiskal, kecuali pada 1997, 1998,
dan 2000, yaitu tahun ketika Rupiah terdepresiasi sangat parah.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tingkat nilai tukar merupakan faktor yang sangat
penting bagi kondisi fiskal di Indonesia sehingga dapat diambil dua kesimpulan utama,
yaitu :
1. Penyebab utama dari perubahan kesenjangan primer harus dapat
diidentifikasikan dengan jelas dan tepat sebagai sebuah indikator
kesinambungan fiskal dengan dasar fundamental yang tepat.
2. Apabila indikator kesenjangan primer menunjukan sebuah penurunan drastis
dalam jangka Panjang, itu memungkinkan sebagai indikator munculnya
permasalahan penting dalam kesinambungan fiskal.

You might also like