You are on page 1of 4

1.

Persiapan data, data yang digunakan sebagai berikut:


a. Data jenis tanah tahun 2014
b. Data penggunaan lahan tahun 2014
c. Data curah hujan tahun 2014
d. Data DEM ASTER
e. Data kelerengan (slope)
f. Data batas administrasi wilayah desa
2. Indikator parameter analisis spasial, parameter yang digunakan yaitu 4 parameter meliputi
kelerengan (slope), penggunaan lahan, jenis tanah/erodibilitas, dan curah hujan. Karakteristik
bencana longsor diperlihatkan pada tabel 1 sebagai berikut:

Table 1 Karaketeristik Parameter Pembuatan Peta Bencana Longsor

Kerawanan Longsor Bobot Skor


Parameter Kelas Parameter Kelas
Kelerengan >40% >40% 5 1
25 - 40% 25 - 40% 5 1
15-25% 15-25% 3 0.6
8-15% 8-15% 3 0.6
0-8% 0-8% 1 0.2
Penggunaan Hutan Hutan 1 0.2
Lahan
Sawah Sawah 2 0.4
Permukiman Permukiman 5 1
Tegalan Tegalan 3 0.6
Perkebunan Perkebunan 3 0.6
Jenis Aluvial Tinggi 5 1
Tanah/Erodibiltas
Litosol Mediteran Rendah 2 0.4
Regosol Tinggi 5 1
Latosol Rendah 1 0.2
Andosol Sedang 3 0.6
Kerawanan Longsor Bobot Skor
Parameter Kelas Parameter Kelas
Curah Hujan 3237 s.d 10054 Tinggi 5 1
(mm)

1857 s.d Sedang 3 0.6


3236(mm)
0-1856 (mm) Rendah 1 0.2

Penentuan pembobotan dan skore mengacu kepada perka BNPB menggunakan skala AHP
oleh Saaty dimana nilai bobot terbesar diberikan ditetapkan pada tugas ini yaitu 5 (lebih penting),
3 (sedikit lebih penting) dan 1 (sama). Untuk penentuan skore dihitung dari pembagian nilai bobot
setiap parameter dengan nilai maksimum bobot pada keseluruhan parameter.

3. Proses pengolahan diperlihatkan pada gambar 1 diagram alir pengolahan sebagai berikut:
4. Proses pengolahan dengan menggunakan arcgis dijelaskan sebagai berikut:
a. Melakukan pembuatan slope dari data DEM menggnakan Arctoolbox spatial analyst tools
 slope. Dihasilkan slope sebagai berikut:

b. Klasifikasi dan pembobotan sesuai dengan parameter yang telah ditetapkan pada tabel 1
pada informasi attribut masing-masing parameter. Proses tersebut dilakukan dengan
menggunakan fitur select by attribute pada atribut tabel data.
Misalnya akan dikelaskan dan pembobotan pada parameter penggunaan lahan untuk jenis
hutan. Maka dilakukan penambahan kolom bobot dan skore untuk pengisian nilai sesuai
indikator penilaiaan, selanjutnya select by attribute pada atribut feature penggunaan lahan,
misalnya untuk kelas “hutan” kemudian dilakukan pengisian attribute menggunakan fungsi
field calculator.

c. Overlay menggunakan spatial analyst tools union terhadap ke 4 parameter bencana. Hasil
proses overlay kemudian di klasifikasi kembali menggunakan metode quantile
menggunakan ArcGIS didapatkan 3 kelas ancama yaitu rendah, tinggi dan sedang.
d. Melakukan layouting untuk menghasilkan peta bencana longsor sebagai berikut:

You might also like