You are on page 1of 13

Asma Bronkial pada Anak

Elena Silvia Tara


102014177
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Kampus II, Jl. Terusan Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510
elenasilviat@gmail.com

Abstrak
Asma merupakan penyakit yang sering dijumpai pada anak. Kejadian asma meningkat baik di
negara maju maupun di negara berkembang termasuk Indonesia. Peningkatan ini diduga
berhubungan dengan meningkatnya industry dan pola hidup, sehingga tingkat polusi cukup
tinggi, meskipun hal ini masih perlu dibuktikan. Serangan asma adalah episode perburukan
yang progresif dari gejala-gejala batuk, sesak nafas, mengi, rasa dada tertekan atau berbagai
kombinasi dari gejala tersebut. Derajat serangan asma dapat dimulai dari serangan ringan
hingga serangan berat yang dapat mengancam nyawa. Upaya terbaik yang dapat dilakukan
untuk mengatasi penyakit asma adalah dengan cara menghindari faktor-faktor penyebabnya.
Kata kunci : asma, mengi, sesak nafas

Abstract
Asthma is a common disease in children. The incidence of asthma increased both in
developed countries and in developing countries , including Indonesia . This increase is
thought to be associated with increased industry and lifestyle , so that the pollution level is
high enough , although it remains to be seen . Asthma attacks are episodes of progressive
deterioration of the symptoms of cough , shortness of breath , wheezing , chest distress taste
or any combination of these symptoms . The degree of asthma attacks can range from mild to
severe bouts attacks that can be life threatening . Best efforts be undertaken to overcome
asthma is to avoid contributing factors

Keywords : asthma , wheezing , shortness of breath

PBL Blok 18 Skenario 9 Page 1


Pendahuluan

Asma merupakan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang berhubungan dengan
peningkatan kepekaan saluran napas sehingga memicu episode mengi berulang, sesak napas
dan batuk terutama pada malam atau dini hari. Gejala ini berhubungan dengan luas inflamasi,
menyebabkan obstruksi saluran napas yang bervariasi derajatnya dan bersifat reversibel
secara spontan maupun dengan pengobatan. Asma merupakan penyakit familier, diturunkan
secara poligenik dan multifaktorial. Telah ditemukan hubungan antara asma dan lokus
histokompatibilitas (HLA) dan tanda genetik pada molekul imunoglobulin E (IgE). Serangan
asma dapat berupa sesak nafas ekspiratori yang paroksismal, berulang-ulang dengan mengi
(wheezing) dan batuk yang disebabkan oleh konstriksi atau spasme otot bronkus, inflamasi
mukosa bronkus dan produksi lendir kental yang berlebihan. Gejala ini sering memburuk
selama tidur. Serangan asma adalah suatu perburukan akut dari gejala tersebut dan pada kasus
berat, serangan bisa mengancam jiwa sebab onset sering tiba-tiba dan tanpa peringatan.1

Skenario

Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun dibawa ibunya ke poliklinik RS karena sering
batuk sejak 3 bulan yang lalu. Batuk terutama terjadi pada malam hari dan tidak disertai
demam. Anak telah sering dibawah berobat ke puskesmas namun tidak banyak mengalami
perubahan. Seminggu terakhir, batuk pilek yang dialami anak semakin sering.

Anamnesis

Seorang anak dikatakan menderita serangan asma apabila didapatkan gejala batuk dan mengi
yang memburuk dengan progresif. Selain keluhan batuk dijumpai sesak napas dari ringan
sampai berat. Pada serangan asma gejala yang timbul bergantung pada derajat serangannya.
Pada serangan ringan, gejala yang timbul tidak terlalu berat. Pasien masih lancar berbicara
dan aktifitasnya tidak terganggu. Pada serangan sedang, gejala bertambah berat anak sulit
mengungkapkan kalimat. Pada serangan asma berat, gejala sesak dan sianosis dapat dijumpai
berbicaranya pun terputus-putus.
Oleh karena itu, anamnesis yang dipakai dalam kasus anak yang diduga mengalami asma
adalah dengan teknik alloanamnesis, yaitu menanyakan berbagai hal kepada orang tua si anak
yang dapat mendukung atau menyingkirkan berbagai kemungkinan yang ada pada akhirnya
akan membantu kita untuk menegakkan suatu diagnosis. Dalam alloanamnesis kita dapat
menanyakan hal-hal sebagai berikut :
- Apakah anak mendapat serangan mengi berulang ?

PBL Blok 18 Skenario 9 Page 2


- Apakah anak mengalami gangguan batuk pada malam hari ?
- Apakah batuk atau mengi timbul sesudah aktifitas ?
- Apakah batuk atau mengi atau rasa berat di dada timbul sesudah paparan
allergen atau polutan ?
- Apakah keluhan membaik setelah diterapi obat asma ?

Pemeriksaan Fisik2

Sesak Napas (Dispnea)

Merupakan keluhan subjektif yang timbul bila ada perasaan tidak nyaman
gangguan/kesulitan lainnya saat bernapas yang tidak sebanding dengan tingkat
aktivitas.Serangan sesak napas akut yang berat merupakan kedaruratan medis karena
keadaanini menunjukkan adanya tension pneumothorax, asma, atau gagal jantung kiri akut.3,4

1. Inspeksi

 Ada/tidaknya lesi pada dada seperti spider naevi, scar, pelebaran vena-venasuperfisial
akibat bendungan vena dan sebagainya.

 Menentukan jenis napas seperti torakal (tumor abdomen, peritonitis),abdominal


(PPOK lanjut) dan kombinasi seperti torakoabdominal padawanita sehat dan pria
sehat abdominaltorakal. Perhatikan pasien apakahmenggunakan otot-otot bantu
pernapasan, kalau ada biasanya pada pasienRBC paru lanjut atau PPOK. Lihat apakah
ada paru yang tertinggal? Kalauada berarti ada gangguan di daerah paru yang
tertinggal.

 Warna tubuh, lihat adakah perubahan warna kulit seperti sianosis.

 Bentuk toraks antara lain; pectus excavatum (dada dan tulang sternum cekungke
dalam), pectus carinatum (dada dan tulang sterum menonjol ke depan),barrel chest
(diameter anteroposterior membesar) sedangkan posteriorperhatikan apakah
berbentuk kifosis atau skoliosis.

 Pola pernapasan pasien; normal (iramanya teratur silih berganti inspirasi


atauekspirasi) dan abnormal seperti takipnea (napas cepat dan dangkal),hiperventilasi
(napas cepat dan dalam), bradipnea (napas lambat) dansebagainya.

PBL Blok 18 Skenario 9 Page 3


2. Palpasi

- Palpasi statis

Dilakukan untuk pemeriksaan kelenjar getah bening (tempatpredileksi tumbuh tumor),


posisi mediastinum(menentukan trakea dan denyut apeks berada dalam posisi normal),
dan palpasi dengan jari kedaerah dada depan (untuk mengetahui ada tumor, nyeri tekan
padadinding dada, krepitasi akibat emfisema subkutis dan lain-lain). Padapneumotorak
ada pembengkakan dan krepitasi pada pada kulit tersebutsaat di palpasi.

- Palpasi dinamis yaitu :

 Pemeriksaan ekspansi paru yang normal adalah kedua sisi dadaharus sama-sama
terangkat dan mengembang selama inspirasimaksimal.
 Pemeriksaan vokal fremitus, meletakkan kedua telapak tangan pada permukaan
dinding dada lalu minta pasien menyebutkan 77 atau 99 dan rasakan getarannya.
Dilaporkan sebagai normal,melemah(hidrotorak, atelektasis) dan
mengeras(pneumonia, TBCaktif).
3.Perkusi

Melakukan pengetukan pada dada dengan jari dan mendengarkan bunyiketukan yaitu:
sonor(paru normal), hipersonor (pneumotorak, emfisema, bulayang besar), redup
(pneumonia, efusi pleura sedang), pekak(tumor paru,efusipleura masif) dan timpani
(lambung). Pengetukan bergantian secara zig-zag(kanan-kiri).

4. Auskultasi

Bunyi pernapasan terdengar pada hampir seluruh lapangan paru. Bunyi pernapasan
terdiri dari fase inspirasi diikuti dengan fase ekspirasi. Ada 4 macam bunyi pernapasan
abnormal, yaitu:

a. Bunyi pernapasan trakeal, adalah bunyi yang sangat kasar, keras dan dengan nada
tinggi yang terdengar pada bagian trakea ekstratoraks.
b. Bunyi pernapasan bronkial, adalah bunyi yang keras, dengan tinggi nada tinggi,
seperti udara mengalir melalui pipa. Komponen ekspirasinya lebih keras dan lebih
lama ketimbang komponen inspirasi.

PBL Blok 18 Skenario 9 Page 4


c. Bunyi pernapasan bronkovesikuler, adalah campuran bunyi bronkial dan bunyi
vesikuler. Komponen inspirasi dan ekspirasinya sama panjang.
d. Bunyi pernapasan vesikuler, adalah bunyi lemah dengan tinggi nada rendah yang
terdengar diatas kebanyakan lapangan paru. Komponen inspirasinya jauh lebih
panjang ketimbang komponen ekspirasi, yang jauh lebih lemah dan seringkali tidak
terdengar.

Pemeriksaan Penunjang

Pada serangan asma berat, pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah analisis gas darah
(AGD) dan foto rontgen thoraks proyeksi antero-posterior. Pada AGD dapat dijumpai adanya
peningkatan pCO2 dan rendahnya pO2 (hipoksemia). Pemeriksaan penunjang lain yang
diperlukan adalah uji fungsi paru bila kondisi memungkinkan. Pada pemeriksaan ini dapat
ditemukan adanya penurunan FEV 1 yang mencapai <70% nilai normal. Selain pemeriksaan
AGD, pemeriksaan igE dan eosinofil total dapat membantu penegakan diagnosis asma.
Peningkatan kadar igE dan eosinofil total umum dijumpai pada pasien asma. Untuk
memastikan diagnosis, dilakukan pemeriksaan uji provokasi dengan histamin atau metakolin.
Bila uji provokasi positif, maka diagnosis asma secara definitif dapat ditegakkan3

Diagnosis Kerja

Asma bronkial
Kelompok anak yang patut diduga asma adalah anak yang menunjukkan batuk dan atau
mengi yang timbul secara episodik, cenderung pada malam hari (nokturna), musiman, setelah
aktifitas fisik serta adanya riwayat asma atau atopi pada pasien atau keluarganya. Gejala yang
timbul lain biasanya berhubungan dengan beratnya derajat hiperaktifitas bronkus, seperti
penapasan yang cepat dan dangkal serta dengan ekspirasi yang memanjang, kecemasan
karena tubuh tidak mendapat oksigen yang cukup, peningkatan usaha bernapas, ditandai
dengan retraksi dada disertai dengan perburukan kondisi dan terlihat napas cuping hidung.
Diantara serangan asmatik, individu biasanya asimtomatik, akan tetapi dalam pemeriksaan
perubahan fungsi paru mungkin terlihat bahkan diantara serangan pada pasien yang memiliki
asma persisten. Sehubungan dengan kesulitan mendiagnosis asma pada anak kecil dan
bertambahnya umur khususnya diatas umur 3 tahun, diagnosis asma menjadi lebih definitif.
Untuk anak yang sudah besar (>6 tahun) pemeriksaan faal paru sebaiknya dilakukan. Uji
fungsi paru yang sederhana adalah peak flow meter atau yang lebih lengkap yaitu spirometer.

PBL Blok 18 Skenario 9 Page 5


Uji provokasi bronkus dengan histamin, metakolin, gerak badan, udara kering dan dingin atau
dengan salin hipertonis sangat menunjang diagnosis4
Penyakit ini dapat diklasifikasikan dalam dua kategori
 Asma ekstrinsik atau alergik ditemukan pada sejumlah kecil pasien dewasa dan
disebabkan oleh alergen yang diketahui. Bentuk ini biasanya dimulai pada masa
kanak-kanak dengan keluarga yang mempunyai riwayat penyakit atopik termasuk
eksema, dermatitis dan asma. Asma alergik disebabkan oleh kepekaan individu
terhadap alergedalam bentuk serbuk sari yang dihirup, bulu halus binatang, spora
jamur, debu, serat kain atau yang lebih jarang terhadap makanan seperti susu atau
cokelat. Pajanan terhadap alergen, meskipun hanya dalam jumlah yang sangat kecil,
dapat mengakibatkan serangan asma
 Asma intrinsik atau idiopatik
Ditandai dengan sering tidak ditemukannya faktor-faktor pencetus yang jelas. Faktor
nonspesifik seperti flu biasa, latihan fisik atau emosi dapat memicu serangan asma.
Asma intrinsik lebih sering timbul sesudah usia 40 tahun dan serangan timbul sesudah
infeksi sinus hidung atau pada percabangan trakeobronkial. Makin lama serangan
makin hebat, sehingga akhirnya keadaan ini berlanjut menjadi bronkitis kronik dan
emfisema.5

Diagnosis Banding

Bronkitis
Bronkitis adalah suatu kondisi yang timbul bila dinding bagian dalam saluran
pernapasan utama terinfeksi dan meradang. Keadaan ini biasanya diikuti dengan infeksi
pernapasan seperti demam. Bronkitis terbagi menjadi dua yaitu bronkitis akut dan kronis.
Pada anak-anak umumnya yang terjadi adalah bronkitis akut yang disebabkan oleh infeksi
virus (90%). Alergi, cuaca, polusi udara dan infeksi saluran napas atas kronis dapat
memudahkan terjadinya bronkitis akut. Gejala dari bronkitis akut adalah batuk yang
menyebabkan sulit bernapas, umumnya diawali dengan batuk kering dan dalam beberapa hari
(2-3 hari) berubah menjadi batuk produktif dengan dahak dapat pula disertai mengi. Terdapat
demam yang tidak terlalu tinggi dan terdapat influenza dan kemudian dapat timbul ronkhi
basah kasar dan suara napas kasar. Penyakit ini bisa sembuh dengan sendirinya (1-2 minggu).
Penatalaksanaan penyakit ini hanya perlu suasana nyaman di rumah, beri banyak minum,
berikan obat yang supportif. Bila ada demam beri paracetamol atau jika ada dahak yang

PBL Blok 18 Skenario 9 Page 6


kental dan susah keluar maka berilah obat batuk pengencer dahak. Selain itu, faktor
lingkungan juga perlu yaitu alergi debu atau asap rokok dan polusi udara.5
Bronkiolitis

Bronkiolitis adalah suatu peradangan pada bronkiolus (saluran udara yang merupakan
percabangan dari saluran udara utama) yang biasanya disebabkan oleh infeksi virus.
Bronkiolitis biasanya menyerang anak-anak yang berumur dibawah 2 tahun. Penyebabnya
adalah RSV (respiratory syncytial virus). Virus lainnya yang menyebabkan influenza adalah
parainfluenza, influenza dan adenovirus. Virus ditularkan dari percikan ludah (droplet).
Gejala yang timbul pada bronkiolitis adalah batuk, wheezing (bunyi napas mengi), sesak
napas atau gangguan pernapasan, sianosis (warna kebiruan pada kulit karena kekurangan
oksigen) takipneu (napas cepat), napas cuping hidung, demam (pada bayi lebih muda jarang
terjadi). Setelah 1 minggu, biasanya infeksi akan mereda dan gangguan pernapaakan
membaik pada hari ketiga. Angka kematian kurang dari 1%. Masa paling kritis adalah 48-72
jam pertama. Jarang terjadi bronkiolitis ulang.6

Etiologi

Secara umum faktor risiko asma dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :7
1. Faktor genetik : hiperreaktifitas, atopi atau riwayat alergi keluarga
2. Faktor lingkungan : alergen didalam ruangan (tungau, debu rumah, kucing dan
jamur), makanan (bahan penyedap, pengawet, pewarna makanan, makanan
laut), obat-obatan tertentu, ekspresi emosi yang berlebihan (terlalu senang atau
terlalu sedih), asap rokok (perokok aktif atau perokok pasif), polusi udara,
perubahan cuaca dan exercise induced asthma
Exercise induced asthma merupakan obstruksi jalan napas yang berhubungan
dengan exercised tanpa mempertimbangkan ada tidaknya asma bronkial.
Beberapa literatur menyebutnya sebagai exercised induced bronchospasme
(EIB). Exercised induced asthma harus dibedakan antara penderita asma
dengan atlit. Pada atlit saat latihan fisik, terjadi hiperventilasi karena
meningkatnya kebutuhan oksigen. Hiperventilasi ini menyebabkan saluran
napas berusaha lebih untuk menjaga kelembaban dan suhu udara yang masuk
ke dalam alveolus tetap optimal. Berikut adalah faktor-faktor pemicu
terjadinya asma :

PBL Blok 18 Skenario 9 Page 7


- Pemicu : allergen dalam ruangan seperti tungau, debu rumah, binatang berbulu
(anjing, kucing, tikus, kecoa), serta pajanan asap rokok
- Pemacu : rhinovirus, ozon, dan pemakaian beta 2 agonist
- Pencetus : infeksi viral saluran napas, aeroallergen seperti bulu-bulu binatang,
allergen dalam rumah, menangis, tertawa, hip
- Pencetus : infeksi viral saluran napas, aeroallergen seperti bulu-bulu binatang,
allergen dalam rumah, menangis, tertawa, hipventilasi akibat melakukan
olahraga yang berlebihan dan kondisi komorbid (rhinitis, sinusitis dan
gastroesofageal reflux disease atau GERD)
Epidemiologi

Prevalensi asma dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain jenis kelamin, umur pasien,
status atopi, faktor keturunan, serta faktor lingkungan. Prevalensinya asma sekarang sekitar
10-15%, semakin meningkat di masyarakat barat. Insidensi mengi tertinggi pada anak-anak
(satu dari tiga anak mengalami mengi dan satu dari tujuh anak sekolah terdiagnosis asma).
Asma pada anak-anak di Amerika Serikat dianggap sebagai penyebab tersering adanya
kunjungan ke instalasi gawat darurat, rawat inap dan tidak masuk sekolah. Pada masa kanak-
kanak ditemukan prevalensi anak laki berbanding anak perempuan 1,5:1, tetapi menjelang
dewasa perbandingan tersebut lebih kurang sama dan pada masa menopause perempuan lebih
banyak daripada laki-laki.8

Patofisiologi

Manisfestasi penyumbatan jalan napas pada asma disebabkan oleh bronkokonstriksi,


hipersekresi mukus, edema mukosa, infiltrasi seluler, dan deskuamasi sel epitel serta sel
radang. Berbagai rangsangan alergi dan rangsangan non spesifik, akan adanya jalan napas
yang hiper-reaktif, mencetuskan respon bronkokonstriksi dan radang. Rangsangan ini
meliputi allergen yang dihirup (tungau debu, tepung sari, sari kedelai, protein minyak jarak),
protein sayuran lainnya, infeksi virus, asap rokok, polutan udara, bau busuk, obat-obatan
(agen anti-radang nonsteroid, antagonis reseptor β, metabisulfit), udara dingin dan olahraga.

Patologi asma berat adalah bronkokonstriksi, hipertrofi otot polos bronkus, hipertrofi
kelenjar mukosa, edema mukosa, infiltrasi sel radang (eosinofil, neutrofil, basofil, makrofag)
dan deskuamasi. Tanda-tanda patognomonis adalah Kristal Charcot-Leyden (lisofosfolipase
membran eosinofil), spiral Cursch-mann (silinder mukosa bronkial), dan benda-benda Creola
(sel epitel terkelupas).6

PBL Blok 18 Skenario 9 Page 8


Mediator yang baru disintesis dan disimpan dilepaskan dari sel mast mukosa lokal
pasca-rangsangan nonspesifik atau pengikatan alergen terhadap imunoglobulin E (IgE)
terkait-sel mast spesifik. Mediator seperti histamin, leukotrien C4, D4, dan E4 serta faktor
pengaktif trombosit mencetuskan bronkokonstriksi, edema mukosa dan respon imun. Respon
imun awal menimbulkan bronkokonstriksi, dapat diobati dengan agonis reseptor-β2, dan
dapat dicegah dengan penstabil-sel mast (kromolin atau nedokromil). Respon hiper-responsif
jalan napas berkelanjutan dengan infiltrasi eosinofil dan neutrofil, dapat diobati dan dicegah
dengan steroid, dan dapat dicegah dengan kromolin atau nedokromil.

Penyumbatan paling berat adalah selama ekspirasi karena jalan napas intratoraks
biasanya menjadi lebih kecil selama ekspirasi. Walaupun penyumbatan jalan napas difus,
penyumbatan ini tidak seragam semua di seluruh paru. Atelektasis segmental atau
subsegmental dapat terjadi, memperburuk ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi.
Hiperinflasi menyebabkan penurunan kelenturan, dengan akibat kerja pernapasan bertambah.
Kenaikan tekanan transpulmoner, yang diperlukan untuk ekspirasi melalui jalan napas yang
tersumbat, dapat menyebabkan penyempitan lebih lanjut, atau penutupan dini (prematur)
beberapa jalan napas total selama ekspirasi, dengan demikian menaikkan risiko
pneumotoraks. Kenaikan tekanan intratoraks dapat mengganggu aliran balik vena dan
mengurangi curah jantung, yang kemungkinan tampak sebagai pulsus paradoksus.

Ketidakseimbangan ventilasi dengan perfusi, hipoventilasi alveolar, dan bertambahanya


kerja pernapasan menyebabkan perubahan pada gas-gas darah. Hiperventilasi beberapa
daerah paru pada mulanya mengkompensasi tekanan karbondioksida yang lebih tinggi dalam
darah yang memperfusidaerah yang terventilasi jelek. Namun, hiperventilasi ini tidak dapat
mengkompensasi hipoksemia saat bernapas dengan udara kamar karena ketidakmampuan
penderita menaikkan tekanan oksigen dan saturasi oksihemoglobin parsial. Progresivitas
penyumbatan jalan napas lebih lanjut menyebabkan hipoventilasi alveolar yang lebih banyak,
hiperkapnea dapat terjadi mendadak. Hipoksia mengganggu perubahan asam laktat menjadi
karbon dioksida dan air, menimbulkan asidosis metabolik. Hiperkapnea menaikkan asam
karbonat, yang berdisosiasi menjadi ion hidrogen dan ion karbonat, menimbulkan asidosis
respiratorik.

Hipoksia dan asidosis dapat menyebabkan vasokontriksi pulmonal, tetapi kor pulmonal
akibat dari hipertensi pulmonal yang bertahan bukan merupakan komplikasi asma yang
lazim. Hipoksia dan vasokontriksi dapat mencederai sel alveolar tipe II, mengurangi produksi

PBL Blok 18 Skenario 9 Page 9


surfaktan, yang normalnya menstabilkan alveoli. Dengan demikian proses ini dapat
memperburuk kecenderungan ke arah atelektasis.7

Penatalaksanaan9

Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan mempertahankan


kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.

Tujuan penatalaksanaan asma:


 Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma
 Mencegah eksaserbasi akut
 Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin
 Mengupayakan aktivitas normal termasuk exercise
 Menghindari efek samping obat
 Mencegah terjadi keterbatasan aliran udara (airflow limitation) ireversibel
 Mencegah kematian karena asma

Penatalaksanaan asma bertujuan untuk mengontrol penyakit, disebut sebagai asma terkontrol.
Asma terkontrol adalah kondisi stabil minimal dalam waktu satu bulan.

Medika Mentosa

Obat asma dapat dibagi dalam 2 kelompok besar yaitu obat pereda (reliever) dan obat
pengendali (controller). Obat pereda digunakan untuk meredakan serangan atau gejala asma
jika sedang timbul sedangkan obat pengendali yang disebut juga obat pencegah atau obat
profilaksis. Obat ini digunakan untuk mengatasi masalah dasar asma, yaitu inflamasi kronik
saluran napas
a. Obat-obat pereda (reliever)
 Bronkodilator
Short acting beta 2 agonist terbaik dan terpilih untuk terapi asma akut pada anak. Obat
ini menstimulasi reseptor beta 2 adrenergik menyebabkan perubahan ATP menjadi
cylic-AMP sehingga timbul relaksasi otot polos jalan napas yang menyebabkan
terjadinya bronkodilatasi
- Beta 2 agonist selektif

PBL Blok 18 Skenario 9 Page 10


Obat yang sering dipakai adalah salbutamol oral 0,1-0,15 mg/kgBB/kali,
setiap 6 jam, terbutalin oral 0,05-0,1 mg/kgBB/kali, setiap 6 jam, dosis
fenoterol 0,1 mg/kgBB/kali, setiap 6 jam. Efek samping pemberian obat ini
antara lain tremor otot skeletal, sakit kepala, agitasi, palpitasi dan takikardi
- Methyl xantin
Efek bronkodilatasi methyl xantin setara dengan beta 2 agonist, tapi karena
efek sampingnya lebih banyak dan batas keamanannya sempit, obat ini
diberikan pada serangan asma berat dengan kombinasi beta 2 agonist dan
antikolinergik. Methyl xantin cepat diarbsorpsi setelah pemberian oral, rectal
atau parenteral. Dosis aminofilin intravena inisial bergantung kepada usia :
1-6 bulan : 0,5 mg/kgBB/jam, 6-11 bulan : 1 mg/kgBB/jam, 1-9 tahun : 1,2-
1,5 mg/kgBB/jam, >10 tahun : 0,9 mg/kgBB/jam. Efek samping obat ini
adalah mual, muntah, sakit kepala, pada konsentrasi yang lebih tinggi dapat
timbul kejang, takikardi dan aritmia
 Antikolinergik
Obat yang digunakan adalah ipratropium bromide. Kombinasi dengan nebulisasi beta 2
agonist menghasilkan efek bronkodilatasi yang lebih baik. dosis anjuran 0,1 cc/kgBB,
nebulisasi tiap 4 jam. Obat ini dapat juga diberikan dalam larutan 0,025% dengan dosis :
untuk usia diatas 6 tahun 8-20 tetes. Usia kecil 6 tahun 4-10 tetes. Efek sampingnya
adalah kekeringan atau rasa tidak enak dimulut. Antikolinergik inhalasi tidak
direkomendasikan pada terapi asma jangka panjang pada anak
 Kortikosteroid
Kostikosteroid sistemik memerlukan waktu paling sedikit 4 jam untuk mencapai
perbaikan klinis, efek maksimum yang dicapai dalam waktu 12-24 jam. Preparat oral
yang di pakai adalah prednisone, prednisolon atau triamnisolon dengan dosis 1-2
mg/kgBB/hari diberikan 2-3 kali sehari selama 2-5 kali sehari. Metilprednisolon
merupakan pilihan utama karena kemampuan penetrasi ke jaringan paru lebih baik, efek
anti inflamasi lebih besar dan efek mineralokortikoid minimal. Dosis metilprednisolon
intravena yang dianjurkan adalah 1mg/kgBB setiap 4 sampai 6 jam

b. Obat-obat pengontrol asma

PBL Blok 18 Skenario 9 Page 11


Obat-obat asma pengontrol pada anak-anak termasuk inhalasi dan sistemik yaitu inhalasi
glukokortikoid, leukotrien modifiers, long acting inhaled beta 2 agonist, teofilin,
cromones dan long acting oral beta 2 agonist

Komplikasi

Komplikasi yang paling sering ditimbulkan oleh penyakit ini adalah:5

 Status asmatikus adalah keadaan spasme bronkiolus berkepanjangan yang mengancam


jiwa yang tidak dapat dipulihkan dengan pengobatan dan dapat terjadi pada beberapa
individu..
 Atelektasis merupakan kondisi tidak berfungsinya paru-paru karena halangan
pada bronkus (jalur udara menuju paru-paru) atau pada bronkiolus (jalur udara yang lebih
kecil)
 Gagal napas adalah ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan tekanan parsial
normal O2 dan atau CO2 didalam darah.
 Pneumotoraks merupakan penumpukan dari udara yang bebas dalam dada diluar paru
yang menyebabkan paru untuk mengempis, dan yang terakhir adalah PPOK, yang
merupakan suatu penyakit obstruksi saluran nafas dan biasanya disebabkan infeksi
saluran nafas serta bronkospasme.

Prognosis

Sejalan dengan bertambahnya usia anak, sebagian besar anak akan mengalami
pebaikan. Asma mungkin berulang pada masa remaja dan dewasa. Oleh karena itu, sebaiknya
untuk mencegah daripada mengobati lagi seperti tidak merokok dan menghindari alergen
potensial di tempat bekerja.4

Pencegahan

Menghindari faktor alergen dan polusi udara dan memperbanyak asupan yang dapat
membantu mengurangi gejala-gejala asma, seperti sayur-sayuran, buah-buahan, dan makanan
yang kaya akan asam lemak omega-3. Olahraga teratur akan memperkuat paru-paru dan
meningkatkan kualitas kesehatan sehingga dapat mengurangi gejala asma.

PBL Blok 18 Skenario 9 Page 12


Kesimpulan

Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang anak tersebut menderita
asma bronkial. Asma bronkial merupakan inflamasi yang ditandai adanya mengi dan rasa
sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas. Penatalaksanaan asma terdiri dari
pemberian obat bronkodilator sebagai pereda yaitu beta 2 agonist seperti salbutamol dan
terbutalin.

Daftar Pustaka

1. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Ilmu kesehatan anak. Edisi ke-3. Jakarta:
Infomedika; 2007. h. 1203-1228.
2. Welsby PD. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta: EGC; 2009. h. 83-8.
3. Kowalaks JP, Welsh W. Buku pegangan uji diagnostik. Edisi ke-3. Jakarta: EGC;
2009.h.651-745.
4. Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu kesehatan anak. Edisi ke-15. Jakarta: EGC; 2013. h.
776-7.
5. Mitchell, Kumar, Abbas, Fausto BS. Dasar patologis penyakit. Edisi ke-7. Jakarta: EGC;
2006.h.435-7.
6. Sudoyo, AW dkk. Buku ajar llmu penyakit dalam. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006.h.245-50.
7. Isselbacher,dkk. Harrison prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Volume ke-4. Jakarta:
EGC; 2007.h.1577-82.
8. Djojodibroto D. Respirologi. Jakarta: EGC; 2009.h.111-2.
9. Diagnosis dan penatalaksanaan pada asma bronkial. Edisi juli 2016. Diunduh dari
http://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaktsanaan-pada-penyakit-
asma-bronkial.html. 10 Juli 2016.

PBL Blok 18 Skenario 9 Page 13

You might also like