You are on page 1of 16

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PANGAN

BERBAGAI MACAM PENGEMASAN PANGAN

OLEH:

AMALIA MAHARDHIKA

AMALIA MEGA ROSTINA

KIKI ANZASWARI

LILIH RETNO WIDIYANTI

SURYA ESTETIKA PUTRI

JURUSAN GIZI
POLTEKKES TANJUNGKARANG
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Produk hortikultura Indonesia sangat beragam mulai dari yang banyak
dijual dipasaran tradisional sampai buah-buahan yang jarang sekali ditemukan
dipasaran. Banyak produk yang masih segar ataupun yang sudah diolah di
ekspor keluar negeri, tetapi ditolak dengan alasan salah satunya adalah
penurunan kualitas yang dikirim sehingga dapat menyebabkan permintaan
pasar berkurang.
Pada dasarnya produk segar atau olahan pangan mudah mengalami
kerusakan .Untuk menghambat proses tersebut perlu adanya teknik dimana
dalam mengurangi proses terjadinya laju transpirasi. Cara yang paling efektif
untuk menurunkan laju respirasi adalah dengan menurunkan suhu produk
namun demikian beberapa cara tambahan dari cara pendinginan tersebut dapat
meningkatkan efektifitas penurunan laju respirasi. Cara tambahan selain
menurunkan suhu dilakukan pengemasan.
Dalam industri pangan pengemasan merupakan salah satu cara untuk
membantu melindungi bahan pangan dari kerusakan, melindungi bahan yang
ada di dalamnya dari pencemaran serta gangguan fisik seperti gesekan,
benturan dan getaran mikrobiologis selama pengangkutan, penyimpanan dan
pemasaran.
Pengemasan menjadi hal yang sangat penting karena akan memudahkan
dalam kegiatan transportasi dan penyimpanan. Teknologi pengemasan dan
pemilihan jenis bahan pengemas dirancang sedemikian rupa sehingga bahan
pangan dapat terhindar dari serangan serangga maupun mikrobia. Selain itu
juga dapat menghasilkan produk pangan yang memiliki daya simpan yang
relatif lebih lama dengan kandungan nilai nutrisi yang relatif masih baik.
Pengemasan juga dapat meningkatkan nilai tambah bahan yang dikemas
seperti bahan atau produk menjadi lebih menarik dan harga jualnya lebih
tinggi.
Pada dunia pemasaran persaingan merupakan hal yang lumrah dan wajar.
Maka dari itu berbagai usaha dilakukan dalam upaya memenangkan
persaingan ini. Salah satu diantaranya adalah membuat desain kemasan
produk yang menarik sehingga dapat mengundang konsumen untuk membeli
produk yang dipasarkan.
Desain kemasan belum begitu populer, karena pemahaman tentang
manfaatnya belum dirasakan. Disamping itu untuk usaha-usaha mikro dan
idustri kecil rumahan, kemasan masih dipandang hanya sebagai pembungkus
semata bukan sebagai media pemikat konsumen. Demikian juga kemasan
masih dianggap penyebab ongkos produksi tinggi.
Keberhasilan pemasaran suatu barang, tidak hanya ditentukan oleh mutu
barang serta usaha promosi yang dilakukan, tetapi juga dalam upaya yang
sama oleh mutu dan penampilan kemasan itu sendiri.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui cara-cara pengemasan.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa terampil menggunakan alat pengemas.
b. Mahasiswa terampil melakukan proses pengemasan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengemasan
Pengemasan merupakan salah satu cara dalam memberikan kondisi
yang tepat bagi bahan pangan untuk menunda proses kimia dalam jangka
waktu yang diinginkan (Buckle et al., 1987). Kerusakan yang disebabkan
oleh lingkungan dapat dikontrol dengan pengemasan. Kerusakan ini antara
lain absorbsi uap air dan gas, interaksi dengan oksigen dan kehilangan
serta penambahan citarasa yang tidak diinginkan. Kerusakan yang bersifat
alamiah dari produk tidak dapat dicegah dengan pengemasan, kerusakan
ini antara lain adalah kerusakan secara kimiawi (Jenie dan Fardiaz, 1989).
Menurut Muchtadi (2000), kerusakan kimiawi antara lain disebabkan
karena perubahan yang berkaitan dengan reaksi enzim, rekasi hidrolisis
dan reaksi pencoklatan non enzimatis yang menyebabkan perubahan
penampakan.
Pengemasan adalah suatu cara atau suatu perlakuan pengamanan
terhadap bahan atau produk agar bahan dan produk tersebut baik yang
belum maupun yang sudah mengalami pengolahan sampai ke tangan
konsumen dengan selamat. Di dalam pelaksanaan pengemasan terjadi
gabungan antara seni, ilmu dan teknologi penyiapan bahan, untuk
pengangkutan dan penjualan, karena pengemasan harus mampu
melindungi bahan yang akan dijual dan menjual bahan yang dilindungi.
Menurut Wills et al. (1981) kemasan yang memenuhi syarat untuk
pengemasan bahan pangan adalah yang mempunyai sifat :
1. Kuat untuk melindungi bahan selama penyimpanan, transportasi dan
penumpukan,
2. Tidak bereaksi dengan bahan yang dikemas,
3. Bentuk sesuai dengan cara penanganan dan pemasarannya,
4. Sifat permeabilitas film kemasan sesuai dengan laju kegiatan respirasi
bahan yang dikemas dan biaya kemasman sesuai dengan bahan yang
dikemas.
Pengemasan memiliki peranan penting dalam memeprttahankan
mutu suatu bahan dan proses pengemasan telah dianggap sebagai bagian
integral dari proses produksi.

2.2 Fungsi Pengemasan


Pengemasan disebut juga pembungkusan, pewadahan atau
pengepakan memegang peranan penting dalam pengawetan bahan hasil
pertanian. Pada umumnya pengemasan berfungsi untuk menempatkan
bahan atau hasil pengolahan atau hasil industri ada dalam bentuk-bentuk
yang memudahkan penyimpanan, pengangkutan dan distribusi ke
masyarakat pembeli. Fungsi pengemasan yang lainnya adalah:
1) Melindungi bahan terhadap kontaminasi dari luar, baik dari
mikroorganisme maupun kotoran-kotoran serta gigitan serangga
dan binatang pengerat.
2) Menghindarkan terjadinya penurunan atau peningkatan kadar air
bahan yang dikemas. Jadi bahan yang dikemas tersebut tidak boleh
berkurang kadar airnya karena merembes ke luar atau bertambah
kadar airnya karena menyerap uap air dari atmosfer.
3) Menghindarkan terjadinya penurunan kadar lemak bahan yang
dikemasnya seperti pada pengemasan mentega digunakan
pengemas yang tidak bisa ditembus lemak.
4) Mencegah masuknya bau dan gas-gas yang tidak diinginkan dan
mencegah keluarnya bau dan gas-gas yang diinginkan.
5) Melindungi bahan yang dikemas terhadap pengaruh sinar. Hal ini
terutama ditujukan untuk bahan pangan yang tidak tahan terhadap
sinar seperti minyak dikemas dalam pengemas yang tidak tembus
sinar.
6) Melindungi bahan dari bahaya pencemaran dan gangguan fisik
seperti : gesekan, benturan dan getaran.
7) Membantu konsumen untuk dapat melihat produk yang diinginkan.
Misalnya dengan digunakan pengemas yang transparan (tembus
pandang).
2.3 Pengemasan Makanan Secara Tradisional
Ragam kemasan makanan tradisional yang sering dijumpai seperti
kemasan dengan menggunakan daun pisang, kelobot jagung (pelepah daun
jagung), daun kelapa/enau (aren), daun jambu air dan daun jati.
 Daun
Digunakan secara luas, bersifat aman dan bio-degradable, yang
biasanya berupa daun pisang, daun jati, daun bambu, daun jagung
dan daun palem. Lebih aman digunakan dalam proses pemanasan
dibanding plastik.
 Gerabah
Digunakan sejak zaman dahulu, aman bagi bahan pangan asal tidak
mengandung timbal. Gerabah yang diglasir bersifat kedap air,
kedap udara, mampu menghambat mikrobia, dan bersifat dingin
sehingga cocok untuk mengemas bahan pangan seperti saus, madu,
anggur, minyak, curd/dadih dll.

2.4 Pengemasan Makanan Modern


A. Kemasan Flexible
Kemas fleksibel adalah suatu bentuk kemasan yang bersifat
fleksibel yang dibentuk dari aluminium foil, film plastik, selopan, film
plastik berlapis logam aluminium (metalized film) dan kertas dibuat
satu lapis atau lebih dengan atau tanpa bahan thermoplastic maupun
bahan perekat lainnya sebagai pengikat ataupun pelapis konstruksi
kemasan dapat berbentuk lembaran, kantong, sachet maupun bentuk
lainnya. Bahan baku yang digunakan: Kombinasi dari berbagai
material tersebut, akan memberikan kemasan yang lebih sempurna dari
prosuk tersebut. Dapat disimpulkan bahwa bahan yang digunakan
adalah sebagai berikut:
- Bahan Utama : film plastik, selopan, aluminium foil, metalized
film, kertas dan sebagainya.
- Bahan Pengikat : perekat/adhesive dan extrusion dari bahan
Thermoplastic.
- Bahan Penolong : antara lain tinta dan solven
Bahan utama:
1) Kertas
Ada berbagai macam jenis kertas yang dikenal, dengan sifat
tertentu dan dengan aplikasi tertentu. Kertas dibagi dua dalam
klasifikasi yang luas, ialah cultural papers atau fine paper dan
industrial paper atau coarse papers.
o Cultural paper : antara lain printing paper, litho paper,
artpaper dan lain-lain.
o Industrial paper : antara lain kraft paper, manila paper,
glassine paper, grease-proof paper dan lain-lain.
Untuk keperluan kemas fleksible, selain menggunakan kertas
industri seperti kraft paper dan glassine paper juga digunakan cultural
paper, seperti litho paper dan art paper. Kraft paper, karena sifatnya yang
kuat, banyak digunakan dibidang kemas fleksible, terutama sebagai
shopping bag.
2) Aluminium Foil
Foil adalah tak berbau, tak ada rasa, tak berbahaya dan
hygienis, tak mudah membuat pertumbuhan bakteri dan jamur.
Karena harganya yang cukup mahal, maka aplikasi dari aluminium
foil sekarang ini banyak disaingi oleh metalized aluminium film.
Coating yang sangat tipis dari aluminium, yang dilaksanakan di
ruang vacuum, hasilnya adalah suatu produk yang ekonomis dan
kadang-kadang fungsinya dapat menyaingi aluminium foil, dalam
aplikasi kemas fleksibel dan memiliki proteksi yang cukup baik
terhadap cahaya, moisture dan oksigen.

3) Film
Sifat tertentu dari film seperti keuletannya dapat diperoleh
memakai orientasi dan stretching. Film banyak digunakan, karena
sifat barrier dan daya tahan terhadap bahan kimia. Moisture atau
transimisi gas permeability adalah sifat yang utama yang menjadi
pertimbangan dalam aplikasi packaging. Dalam aplikasi tertentu
daya tahan minyak dan gemuk juga diperlukan beberapa produk
terutama food, membutuhkan pengendalian transimisi dari gas
oksigen dan karbondioksida.
Produk seperti kopi, teh, potato chip mempersyaratkan gas
barrier yang baik, sedang tomato segar, kubis dan lain-lain produk
yang memerlukan kegiatan pernapasan, mensyaratkan film yang
permeable yang bisa melepas gas karbondioksida ketika terjadi
proses pernafasan.
Daya tahan terhadap perembesan uap air dan permeable gas
dari suatu film dapat dikurangi dengan meningkatkan ketebalan
film tersebut, atau dengan cara coating dengan bahan lain, atau
dilaminasi dengan film lain atau foil.
Disamping sifat diatas, yang perlu diperhatikan juga adalah
dimensional stability, resisten terhadap sinar UV, heat seal range
flameability, machine ability, gloss dan transparansi. Dan
printability adalah penting dalam aplikasi packaging. Selopan
dalam bentuk nitro cellulose atau polymer coated dan coated
lainnya agak mudah dicetak. Sedang yang lain memerlukan
perlakuan khusus dalam proses printing. disebut juga polymer,
yang memiliki molekul yang panjang yang terkadang merupakan
gabungan dari monometer antar 1.000 sampai dengan 2.000 unit.
Proses polymerisasi bisa terjadi diatas seperti proses pada
pembuatan selopan. Sedang untuk film plastik disebut juga
polymer sintesa. Dalam proses ini molekul kecil, yang disebut
monometer bergabung bersama menjadi rantai panjang yang
kemudian disebut polymerisasi.
Lembaran film yang akan digunakan sebagai bahan
kemasan, diikat dengan jalan extrusion coating maupun laminasi.
Lapisan dibaut menjadi heat sealable, dapat disatukan dengan
bagian lain, kemudian ditutup dan terjadilah perlindungan terhadap
produk yang terdapat didalamnya.
Proses penutupan/pengemasan bisa dilaksanakan secara
manual, semi manual ataupun secara masinal. Film yang akan
digunakan pengikatannya dibantu melalui coating ataupun
laminasi.
Coating adalah proses untuk meningkatkan sifat proteksi
dari film yang digunakan terhadap uap air, gas dan lain-lain
sehingga bahan yang digunakan untuk coating bisa thermoplastic
ataupun bahan sintetis seperti laquer.
Proses pengikatan yang terjadi pada dua permukaan secara
bersama, memiliki dua prinsip mekanis yang berbeda. Bila
permukaan film agak porous, maka media cair akan mengadakan
penetrasi kepada substrat, dan terjadi pengisian oleh adhesive yang
bermolekul panjang. Terjadi ikatan fisik antara kedua material
tersebut. Cara ini disebut sebagai physical adhesive atau
mechanical adhesive. Bila permukaan dari film adalah rata, dan
permukaannya tidak dapat tembus, maka mekanisme pengikat agak
berlainan. Maka kekuatan pengikat tergantung dari molekul
adhesive dan biasanya disebut specific adhesive. Yang paling
popular dalam aplikasi kemasan adalah extrusion coating dan
hotmelt coating.
Extrusion proses adalah pengikatan thermoplastic material
selaras dalam keadaan cair keatas substrate. Dalam proses ini yang
banyak digunakan sebagai media adalah LDPE. Selain dengan
coating proses, pengikat dilaksanakan proses laminasi. Dikenal
adanya wet laminasi dan dry laminasi serta solven free process.
Dalam proses dry laminasi, maka bonding process
diaplikasikan pada lembaran film dan dikeringkan sebelum
disatukan melalui tekanan dan panas.
Yang perlu mendapat perhatian dalam proses pengikatan ini
adalah heat seal strength. Kekuatan seal tersebut, bisa terjadi
segera diikat selagi panas, atau bisa juga ditunggu beberapa saat
sampai produk tersebut dingin. Kekuatan seal yang terjadi pada
saat masih panas tersebut disebut hot tack. Hot Tack amat penting
bila pengisian terhadap produk yang agak berat, ataupun
pemakaian mesin pengisian yang vertical. Ikatan antara lapisan
dari multi layer film, kekuatannya disebut bonding strength.
4) Plastik
Penggunaan plastik dalam pengemasan sebenarnya sangat
terbatas tergantung dari jenis makanannya. elemahan plastik adalah
tidak tahan panas, tidak hermetis (plastik masih bisa ditembus
udara melalui pori-pori plastik), dan mudah terjadi pengembunan
uap air didalam kemasan ketika suhu turun.
Jenis plastik yang digunakan dalam pengemasan antara
lain: polietilen, cellophan, polivinilklorida (PVC), polivinil
dienaklorida (PVDC), polipropilen, poliester, poliamida, dan
polietilentereptalat (PET).
o Polietilen: adalah jenis plastik yang harganya paling murah
dan memiliki beberapa varian antara lain : Low Density
Polyetilene (LDPE), High Density Polyetilene (HDPE), dan
Polietelentereptalat (PET). Polietilen memiliki sifat kuat
bergantung variannya, transparan, dan dapat direkatkan
dengan panas sehingga mudah dibuat kantong plastik.
o Cellophan : sebenarnya terbuat dari serat selulosa yang
disulfatasi. Cellophan dapat dipergunakan untuk
membungkus sayuran, daging, dan beberapa jenis roti.
Cellophan yang dilapisi nitroselulosa mempunyai sifat yang
tahan terhadap uap air, fleksibel, dan mudah direkatkan
dengan pemanasan. Cellophan yang dilapisi PVDC tahan
terhadap uap air dan kedap oksigen sehingga baik untuk
mengemas makanan yang mengandung minyak atau lemak.
o Polivinilklorida (PVC) : jenis plastik yang kuat, namun
memiliki kelemahan yaitu dapat berkerut (Shrinkable) dan
sering digunakan untuk mengemas daging atau keju.
o Polivinildienaklorida (PVDC) : jenis plastik yang kuat,
tahan terhadap uap air dan transmisi udara. Sering
dugunakan dalam pengemasan keju dan buah-buahan yang
dikeringkan.
2.5 Pengemasan Buah dan Sayur
Setelah panen fungsi physologi seperti pernafasan pada buah dan
sayuran masih terus berlangsung. Salah satu cara untuk preservasi produk
tersebut, adalah controlled atmosphere (CAJ) preservation method.
Dengan cara ini, gas yang ada di lingkungan produk dapat dikontrol pada
temperatur rendah, kurangi kadar O2 dan ditambah CO2, untuk
mengendalikan pernafasan dan mempertahankan kualitas dari produk
tersebut untuk jangka waktu yang lama.
Bila buah dikemas dalam kantong polyethylene, komposisi udara
didalam kemasan akan mengubah pernafasan yang berlebihan, buah
berkerut dan nilai buah tersebut sebagai produk akan menurun. Bila kadar
O2 meningkat, maka warna buah berubah, dan bila kadar CO2 meningkat
maka rasa akan berubah.
Low density polyethylene film dengan ketebalan kurang dari 20
micron agak lumayan untuk pengemasan sayuran, karena permeability
yang tinggi terhadap gas dan uap air. Namun demikian sulit diaplikasikan,
film tersebut agak rapuh dan mudah sobek.
Menurut penelitian high density polyethylene dengan ketebalan 10
micron sudah memberikan hasil yang memuaskan dalam pengemasan
buah jeruk. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut dalam aplikasi
pengemasan buah dan sayuran sebagai metode CA, dengan menggunakan
film LDPE maupun HDPE dihadapkan humidity yang cukup tinggi di
Indonesia.
2.6 Pengemasan Gelas
Gelas merupakan suatu produk anorganik yang dibuat melalui
proses fusi yang dilanjutkan dengan pendinginan. Bahan yang biasa
digunakan adalah silikat, kapur, dan soda. Setelah melewati titik fusi,
campuran tersebut kemudian didinginkan. Gelas bersifat rigid. Namun,
sifat tersebut tidak disebabkan karena proses kristalisasi. Proses kristalisasi
tidak terjadi karena atom-atomnya tersebar secara amorphous acak. Hal ini
berbeda dengan kristalisasi yang persebaran atom-atomnya kompak dan
teratur.
Pengisian bahan pangan ke dalam botol dolakukan dalam kondisi
panas. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kondisi vakum pada head
spacenya. Setelah filing, masih bisa dilakukan sterilisasi karena botol kaca
meiliki sifat ketahanan yang tinggi terhadap suhu sterilisasi. Wadah gelas
dapat dikenakan sterilisasi dan pasteurisasi in-bottle, baik untuk pengisian
produk panas ataupun dingin. Tidak akan masalah sehubungan kondisi
volume headspace dan kejutan panas yang akan dibuat. Pada prakteknya,
hot-fill, produk diisikan pada 85oC dan selanjutnya didinginkan yang akan
membutuhkan headspace minimum 5%.
Kondisi vakum di sini penting karena bahan pangan tersebut
memiliki kemungkinan untuk ditumbuhi yeast. Kondisi vakum
diharapkan dapat menghambat pertumbuhan spora yeast yang tahan
terhadap pasteurisasi maupun sterilisasi.
Tutup yang digunakan dalam produk ini bisa berupa logam yang
berbentuk crown. Model penutupannya secara vakum. Kondisi vakum ini
sangat diperlukan karena produk kecap merupakan produk yang
nutriously, yang kaya akan protein sehingga mudah dimanfaatkan
mikrobia untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangannya. Vakum
dapat diciptakan dengan menghembuskan uap pada headspace. Model
penutupan seperti ini mudah dan cepat sehingga biaya produksi dapat
ditekan.
2.7 Pengemasan Kaleng
a. Penggunaan
Pemilihan bentuk kemasan kaleng tentunya berhubungan dengan
biaya, penampilan fisik dan kompatibilitas dengan isi produk. Sebagai
gambaran, harga bahan logamnya saja mencapai 50-70% dari total biaya
wadah. Oleh karena itu, pemilihan bentuk ataupun desain kemasannya
harus dapat ditentukan secara pasti sehingga dapat tercapai keseimbangan
antara biaya yang dibutuhkan dengan keamanan yang dapat didapatkan
dari kemasan untuk produk yang bersangkutan.
Penggunaan kemasan kaleng untuk produk bahan pangan sangat
penting. Hal ini berkaitan dengan nilai ekonomis produk tersebut yang
relatif tinggi sehingga diperlukan kemasan yang dapat memproteknya
secara bagus. Ada beberapa fungsi dari penggunaan kemasan kaleng pada
produk bahan pangan. Di antaranya adalah:
 Melindungi produk dari kerusakan fisik dan mekanis. Sifat ini
terutama didapatkan dari bahan baja sebagai penyusunnya. Baja
yang digunakan merupakan baja rendah karbon(biasanya
diproduksi sebagai plat hitam). Kemudian, dikonversikan menjadi
tinplate atau tin-free steel (TFS) untuk wadah dan manufaktur
penutup.Tinplate dibuat dengan coating elektrolic plat hitam black
plate dengan lapisan tipis timah. Timah dilapiskan pada kedua sisi
plat dengan ketebalan yang tepat internal untuk produk dikemas
dan lingkungan eksternal.
 Melindungi produk dari kontaminasi udara luar. Kontaminasi ini
dapat menyebabkan kerusakan pada produk. Kondisi seperti ini
sangat penting dalam perlindungan produk bahan pangan karena
beberapa alasan. Di antaranya yaitu:
o Produk bahan pangan bernutrisi tinggi sehingga mudah
ditumbuhi mikrobia perusak. Ketika kontak dengan udara
luar terjadi maka hal pertama yang dapat ditebak adalah
terserapnya uap air sehngga Ka dalam bahan meningkat.
Penigkatan Ka ini sangat merugikan karena Ka semula
yang rendah(akibat dari tinginya kadar gula sukrosa yang
ada) meningkat dan memudahkan pertumbuhan mikrobia
perusak.
o Produk dituntut memiliki higienitas yang tinggi. Kemasan
kaleng mampu memenuhinya karena (salah satunya) dapat
tahan terhadap suhu sterilisasi.
o Bahan pangan yang telah mengalami fortifikasi
membutuhkan proteksi ekstra karena adanya beberapa
bahan fortifikan yang sensitif terhadap cahaya, panas, dan
O2. Kemasan kaleng diharapkan dapat berfungsi sebagai
protektor dari beberapa ahl di atas.
b. Pengisian
Pengisian (filling) produk bahan pangan ke dalam kemasan kaleng
harus dilakukan di dalam ruang aseptis. Kondisi aseptis dibutuhkan
untuk mencegah adanya kontaminasi dari luar. Di dalam pengisian,
penting untuk menyediakan headspace yang cukup karena dapat
mempengaruhi tingkat vacuum akhir (oksigen sisa mempengaruhi
korosi internal dan kualitas produk), dan juga meminimalisasikan
tekanan internal pada tutup kaleng selama pengolahan panas dan
pendinginan.
Penutupan kemasan kaleng bahan pangan menggunakan tipe
penutupan double seam. Seam dibentuk dalam dua operasi, dari
pembengkokan ujung/bibir kaleng dan pinggiran badan kaleng.

2.8 Penyimpanan Makanan


2.9
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Jenis Daya simpan produk
No Produk kemasan/ Gambar Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke
alasan 0 2 4 6
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

4.2 pembahasan
DAFTAR PUSTAKA

Buckle KA, RA Edward , GH Fleet, M Wooton. 1987. Ilmu Pangan. Terjemahan:


Hari Purnomo dan Adiono. UI Press, Jakarta
Dwiari, S.R., Asadayanti, D.D, Nurhayati, Sofoyaningsih, M, Yudhiarti, S, dan
Yoga, I. 2008.Teknologi Pangan Jilid 2. Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan. Jakarta
Syarief, R. S. Santausa dan S. Isyana. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan.
Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sacharow, S., and R.C. Griffin. 1978. Food Packaging. AVI Publ. Inc., Westport.
Kartasapoetra, A.G. 1989. Teknologi Penanganan Pasca Panen . Jakarta: Penerbit
Bina Aksara.
Syarief, Rizal. 1991. Teknologi Penyimpanan Pangan . Jakarta: Penerbit ARCAN
Winarno, F.G; Srikandi Fardiaz; Dedi Fardiaz. 1980. Pengantar Teknologi
Pangan

You might also like