You are on page 1of 5

PENGARUH POSISI NODUS TERHADAP INDUKSI TUNAS

KENTANG (Solanum tuberosum L.)


Influence of Nodes Position on Potato (Solanum tuberosum L.) Shoot Induction

Indah Tri Adela1, Rahma Yulia Fitri1, Hopi Putri Pertiwi1, Inne Fahdawenni Taqwa1, Felicia Selvirahma1,
Miftahul Jannah1, Ronauli F Simanjuntak1, Nur Ainun Hamzah1, Nurhamidiyah1
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas
Jalan Universitas Andalas, Limau Manis, Pauh, Kota Padang, Sumatera Barat 25163
Email : nurhamidiyah0101@gmail.com

ABSTRACT

Potato production is determined by the quality of seeds, one of which results in low potato seedlings, namely the
quality of seeds that are not good enough. Therefore, it is necessary to develop a more potential alternative
propagation technique, namely in vitro propagation. The purpose of this study was to find out the effect of the
number of books on potato shoot induction and find out the best type of treatment used to produce the best potato
shoot induction. This study aims to determine the effect of the number of nodes on the induction of potato shoots
(Solanum tuberosum L.). This research was conducted from February to April 2019 at the Tissue Culture
Laboratory of the Faculty of Agriculture, Universitas Andalas. Completely Randomized Design (CRD) was used as
an experimental design with 3 levels of number of nodes used, namely 1 node, 2 nodes, and 3 nodes. Each treatment
was repeated 8 times and obtained 24 experimental units, in one trial unit had 1 bottle of culture. In 1 bottle there is
1 explant. Placement of each treatment randomly. Murashige and Skoog (MS) media are used as basic media
without the use of growth regulators. Of the 48 explants that succeeded in growing into plantlets 6.

Keywords: Potato, meristematic tissues, in vitro, explants

PENDAHULUAN dilakukan melalui metode kultur meristem.


Kelebihan dari kultur meristem yaitu tanaman yang
dihasilkan identik dengan induknya dan bebas dari
Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) virus karena pembuluh xylem dan floem tidak
merupakan salah satu komoditas sayuran yang terdapat pada meristem. Penelitian kultur jaringan
banyak mendatangkan keuntungan bagi petani, untuk kentang telah banyak dilakukan.
mempunyai dampak baik dalam pemasaran dan Kultur meristem adalah kultur jaringan
ekspor, tidak mudah rusak seperti sayuran lain, tanaman dengan menggunakan eksplan berupa
dan merupakan sumber kalori, protein dan juga jaringan - jaringan meristematik (Gunawan 1988).
vitamin. Produksi kentang ditentukan oleh mutu Jaringan meristematik yang digunakan dapat berupa
benih, salah satu yang mengakibatkan rendahnya meristem pucuk terminal atau meristem tunas
bibit kentang yaitu mutu bibit yang kurang baik. aksilar. Pada tanaman kentang dapat diambil dari
Bibit kentang yang terinfeksi virus akan jaringan meristem tunas ujung, tunas ketiak
menurunkan mutu bibit dan akan berlanjut jika bibit maupun tunas umbi. Dalam kultur meristem ini
kentang bervirus terus dibudidayakan. Oleh karena perkembangan dari jaringan diarahkan untuk
itu, perlu dikembangkan teknik perbanyakan mendapatkan tanaman berkadar virus rendah atau
alternatif yang lebih potensial yaitu bebas virus. Metode kultur meristem dikembangkan
perbanyakan secara in vitro. untuk membebaskan/membersihkan dari satu atau
Kultur jaringan adalah suatu metode lebih jenis virus yang pelaksanaannya
untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti dikombinasikan dengan pemanasan, dan perlakuan
protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan dan kemoterapi.
organ, serta menumbuhkannya dalam kondisi
aseptik. Sehingga bagian-bagian tersebut dapat TUJUAN
memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi
tanaman lengkap kembali. Dalam bidang pertanian Mengetahui pengaruh jumlah buku terhadap
kultur jaringan memproduksi tanaman bebas virus induksi tunas kentang dan mengetahui jenis
dengan teknik kultur meristem. perlakuan yang paling tepat digunakan untuk hasil
Benih atau bibit kentang yang bermutu dapat induksi tunas kentang yang paling baik.
dihasilkan melalui teknik kultur in vitro.
Perbanyakan secara in vitro salah satunya dapat
1
BAHAN DAN METODE kemasaman diukur dengan pH meter. Agar-agar 6 g/
liter ditambahkan sebagai bahan pemadat, kemudian
Waktu dan Tempat media dipanasakan dan diaduk dengan menggunkan
Praktikum kultur jaringan mengenai Pengaruh hot plate dan magnetic stirrer sampai mendidih. Media
Posisi Nodus Terhadap Induksi Tunas Kentang MSO 1 liter dibagi 5 menjadi 200 ml diberi label A, B,
dilaksanakan pada bulan Februari 2019 sampai bulan C. kemudian masing masing media dituangkan ke
April 2019 di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas dalam botol kultur dengan volume 10 ml/botol. Botol
Pertanian Universitas Andalas. kultur ditutup dengan plastik, diikat dengan karet
gelang lalu di autoklaf dengan tekanan 15 Psi pada
Bahan dan Alat suhu 121 oC selama 15 menit. Setelah itu inkubasi
Bahan tanaman yang akan digunakan sebagai didalam ruang kultur.
sumber eksplan adalah planlet kentang varietas
granola. Media dasar yang digunakan untuk 3. Persiapan Ekplan dan Sterilisasi
memenuhi nutrisi eksplan adalah media MS Eksplan yang digunakan yaitu planlet tanaman
(Murashige and Skoog), Bactoagar dengan kentang yang telah tersedia di Laboratorium Kultur
konsentrasi 8 g/L media, sukrosa 30 g/L media, HCI Jaringan Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas
0,1 N dan NaOH 0,1 N. Untuk sterilisasi yang Andalas. Sterilisasi bahan dilakukan dengan
digunakan adalah detergen, Na-hipoklarit, alkohol menyemprot botol kultur dengan alkohol 96% sebelum
70%, alkohol 96 %, akuades steril. di masukan ke laminar air flow. Eksplan dilayangkan
diatas api bunsen kemudian ditanam. Setelah
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah penanaman selesai, botol ditutup dengan menggunakan
laminar air flow cabinet (LAFC), Hot plat magnetic lakban bening dan dibalut dengan plastik wrap.
stirer, timbangan analitik, labu ukur, oven,
erlenmeyer, gelas piala, batang pengaduk, botol 4. Pemeliharaan
kultur botol yang digunakan adalah botol asi ukuran Pemeliharaan dilakukan terhadap ruang kultur
100 mL, cawan petri, spatula, saringan, pinset, dengan menjaga kebersihan dan suhu ruangan 23 oC.
autoklaf, bunsen, kertas pH, tisu, plastik wrap, Botol kultur yang sudah berisi media dan eksplan
gunting, plastik bening, karet gelang, aluminium foil, disemprot dengan alkohol 96%, sedangkan eksplan
kertas HVS, kertas label, alat tulis dan kamera. serta media yang tekontaminasi segera dikeluarkan
dari ruangan, untuk meminimalisir penularan
Prosedur Penelitian
kontaminasi kepada botol kultur lainnya.
Penelitian diawali dengan metode ektrasi,
Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak
5. Pengamatan
lengkap (RAL) dengan 3 taraf posisi nodus yang
a. Waktu Mulai Bertunas (HST)
digunakan yaitu a) nodus 1, b) nodus 2, dan c) nodus
Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui hari
3. Setiap perlakuan diulang 8 kali dan didapatkan 24
pertama eksplan mulai bertunas dari berbagai
satuan percobaan, dalam satu satuan percobaan
perlakuan yang diberikan. Pengamatan ini dilakukan
memiliki 1 botol kultur, pada 1 botol kultur terdapat 1
setiap hari agar tidak terlewatkan masa pembentukan
eksplan. Penempatan masing-masing perlakuan secara
tunas.
acak.
1. Sterilisasi Alat b. Persentase Eksplan Tunas (%)
Tahap awal yang dilakukan adalah disiapkan Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui
botol kultur yang diperlukan Botol kultur yang telah kemampuan eksplan membentuk tunas dari berbagai
disediakan dicuci di air mengalir menggunakan sabun perlakuan, dilakukan dari hari pertama setelah tanam
untuk menghilangkan kontaminasi, kemudian hingga tidak ada lagi eksplan yang membentuk tunas.
direndam dengan menggunakan lanutan Na-hipoklorit,
1,25 % selama 24 jam setelah itu dibilas sampai bersih % Eksplan membentuk tunas =
dan dikeringkan selama 24 jam. Botol Kultur
kemudian distenilisasi dengan autoklaf pada tekanan x 100%
15 Psi dengan suhu 121 °C dan dipertahankan selama
30 menit setelah mencapai tekanan 15 Psi.
c. Tinggi Planlet
2. Pembuatan Media
Tinggi planlet diukur menggunakan penggaris dari
Media yang digunakan adalah digunakan adalah
luar botol, data dicatat setiap minggunya.
media MS. Total media yang akan dibuat sebanyak 1
liter. Cara pembuatan media MS dengan volume 1 liter d. Jumlah Tunas
adalah larutan stok dan vitamin sesuai dengan volume Jumlah tunas yang muncul dihitung dan data
larutan baku masing masing media, tambahkan sukrosa dicatat setiap minggunya.
30 g/liter, myoinositol 100 mg/liter masukan ke dalam
gelas piala ukuran 1 liter. Media dasar ditambah
picloram sesuai dengan perlakuan. Media dicukupkan
2
HASIL DAN PEMBAHASAN dari ZPT yang berada dalam eksplan (endogen) dengan
kandungan unsur hara yang diserap dari media tumbuh
Waktu Mulai Bertunas (HST) (eksogen). Bentuk keseimbangan yang terjadi akan
Hasil pengamatan diakhir penelitian (48 HST) menentukan arah dan bentuk pertumbuhan, sehingga
yang tertera pada Tabel 1. menunjukkan bahwa berbagai kombinasi konsentrasi auksin dan sitokinin
eksplan C memiliki rata-rata pertumbuhan tunas paling pada media perlakuan yang seimbang mampu
tinggi dibandingkan dengan perlakuan A dan B. Hal itu mendorong perkembangan kalus agar tetap hidup.
menunjukkan bahwa pertumbuhan eksplan pada Keberhasilan kultur jaringan dipengaruhi oleh
perlakuan C lebih cepat dengan rata-rata jumlah hari media kultur jaringan yang merupakan tempat tumbuh
lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan A dan B bagi eksplan. Media tersebut harus mengandung semua
yaitu 10,5a. zat yang diperlukan eksplan untuk menjamin
Salah satu indikasi eksplan yang sudah tumbuh pertumbuhan eksplan yang ditanam. Media dasar MS
yaitu munculnya akar atau daun baru pada ujung (Murashige dan Skoog) yang merupakan salah media
aksplan yang ditanam ataupun adanya pertambahan yang paling banyak digunakan dalam kultur jaringan.
panjang pada eksplan tersebut. Eksplan yang tumbuh Penggunaan media MS menjadi salah satu faktor
dengan baik dapat dijadikan sebagai bahan induksi memicu kalus untuk tumbuh dengan baik, selain itu
kembali atau dapat dijadikan planlet. dalam media MS yang digunakan juga ditambahkan
Pertumbuhan eksplan C lebih cepat dikarenakan vitamin yang mampu memenuhi kebutuhan unsur hara
letak nodus pada perlakuan C terdapat pada bagian untuk menunjang pertumbuhan kalus.
ujung yang merupakan bagian yang paling muda dan Perlakuan Jumlah Persentase (%)
sel nya masih aktif membelah. Berbeda dengan eksplan yang
perlakuan A dan B yang nodusnya terletak lebih ke bertunas
pangkal batang. Pada bagian ujuang eksplan nodus A1 2 100
sudah terlihat jelas sedangkan pada bagian pangkal A3 2 100
baik nodus maupun daun belum terlihat jelas. Nodus B1 2 100
merupakan bagian yang memiliki jaringan B7 2 100
meristematik yaitu jaringan yang aktif membelah, C1 2 100
sehingga dikarenakan nodusnya belum terlihat jelas C6 3 100
maka akan berpengaruh terhadap proses pembelahan Tabel 2. Persentase eksplan bertunas pada minggu ke-5
sel pada eksplan. Hal ini menyebabkan eksplan
tumbuh lebih lambat.
Meskipun pada prinsipnya semua jenis sel dapat Tinggi Planlet dan Jumlah Tunas
ditumbuhkan, tetapi sebaiknya dipilih bagian tanaman
yang masih muda dan mudah tumbuh yaitu bagian Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwasanya
meristem, seperti: daun muda, ujung akar, ujung planlet tertinggi diperoleh oleh perlakuan B (2 nodus)
batang, keping biji dan sebagainya. Bila menggunakan dengan tinggi planlet 1.12. Dalam pengamatan,
embrio bagian bji-biji yang lain sebagai eksplan, yang pengukuran dilakukan dengan cara mengukur tinggi
perlu diperhatikan adalah kemasakan embrio, waktu planlet dari luar botol dengan penggaris. Pada
imbibisi, temperatur dan dormansi. (Wattimena, G.A. parameter tinggi tanaman, eksplan tetap menunjukkan
2011). pertambahan tinggi walaupun tanpa penambahan ZPT.
Perlakuan Hari mulai bertunas Hal tersebut diduga bahwa meristem apikal
A 14a memiliki kandungan hormon endogen yang menunjang
B 12.75a pertumbuhan tinggi pada tunas. Seperti yang kita
C 10.50a ketahui bahwasanya tanaman memiliki hormone
Tabel 1. Waktu mulai bertunas auksin yang memiliki pengaruh terhadap pembentukan
dan pemanjangan sel. Mekanisme kerja auksin dalam
Persentase Eksplan Tunas mempengaruhi pemanjangan sel-sel tanaman adalah
dengan cara menginisiasi pemanjangan sel melalui
Persentase eksplan bertunas pada minggu ke-5 pelenturan dinding sel, auksin memacu protein tertentu
setelah tanam, perlakuan C6 merupakan eksplan yang ada di dalam membran plasma sel tumbuhan
dengan pertumbuhan terbaik. Dilihat dari tabel 2, untuk memompa H+ ke dinding sel. Ion H+
jumlah eksplan yang bertunas terbanyak yaitu mengaktifkan enzim tertentu sehingga memutuskan
perlakuan C6 yang memiliki 3 tunas dengan persentase beberapa ikatan silang hydrogen rantai molekul
pertumbuhan 100%. Perlakuan A2, A3, B1, B7, dan selulosa penyusun dinding sel. Sel tumbuhan kemudian
C1 memiliki jumlah tunas yang sama yaitu 2 tunas memanjang akibat air yang masuk secara osmosis.
dengan persentase 100%. Setelah pemanjangan ini, sel terus tumbuh dengan
Pembelahan sel-sel pada kalus dipacu oleh mensistensis kembali dinding sel. Begitu selanjutnya
vitamin yang ditambahkan pada media kultur. sehingga tunas pada bagian apikal akan memanjang
Pertumbuhan dan morfogenesis tanaman secara in (Salisbury & Ross, 1995).
vitro dikendalikan oleh keseimbangan dan interaksi
3
Pada tabel 3 didapati bahwa perlakuan- perlakuan UCAPAN TERIMAKASIH
yang digunakan memiliki notasi yang sama , artinya
penggunaan jumlah nodus tidak berpengaruh nyata Ucapan terima kasih serta penghargaan kami
terhadap tinggi plantet menurut uji DNMRT 5%. berikan kepada Dosen Pengampu mata kuliah Kultur
Keberhasilan dari suatu tunas kentang dapat dilihat Jaringan, Asisten Laboratorium Kultur Jaringan, serta
dari bagaimana pertumbuhan dan perkembangan teman-teman seperjuangan terkhususnya mata kuliah
bagian tunas tersebut seperti jumlah cabang, jumlah Kultur Jaringan kelas A dan teman-teman kelompok
tunas yang muncul, jumlah daun dan jumlah buku serta dua yang saling bekerja sama dan telah membantu
tinggi tunas. dalam pelaksanaan penelitian dan pembuatan artikel
Berdasarkan data pengamatan diatas dapat kita ilmiah ini.
lihat bahwa eksplan kentang dengan nodus ke 3 yaitu
C menghasilkan jumlah tunas paling banyak yaitu DAFTAR PUSTAKA
berjumlah 2.5 dibandingkan dengan yang lainnya
hanya memiliki 2 tunas saja. Seperti yang kita ketahui Al-Taleb, M. M., Hassawi, D. S., & Abu Romman, S.
bahwa pertumbuhan suatu eksplan dalam membentuk M. (2011). Production of virus free potato
tunas akan dipengaruhi oleh jenis hormon tambahan
plants using meristem culture from cultivars
yang diberikan atau pun oleh konsentrasi dari hormon
grown under Jordanian environment.
tambahan tersebut. Waktu kemunculan tunas biasanya
American-Eurasian J. Agric. & Environ. Sci.,
dipengaruhi oleh sitokinin yang berperan dalam
11(4), 467–472. Retrieved from
menginduksi tunas dan pembelahan sel. Menurut https://www.researchgate.net/publication/236
Yusnita (2003) bahwa penggunaan ZPT sitokinin dapat 972760_Production_of_Virus_Free_Potato_P
merangsang pertumbuhan tunas adventif. Menurut
lants_Using_Meristem_Culture_from_Cultiva
Sumiasri dan Priadi (2002) konsentrasi BAP yang
rs_Grown_under_Jordanian_Environment
optimal untuk memacu pertumbuhan tanaman
bervariasi dan tergantung pada jenis tanaman. Namun Bajaj, Y.P.S. 1981. Regeneration of plants from potato
untuk paramater waktu muncul tunas ini semua zat meristem freeze preserve for 24 months.
pengatur tumbuh pada semua konsentrasi tidak Euphytica. 30; 141 – 145.
berpengaruh secara nyata. Hal ini diduga karena
penambahan hormon eksogen berkorelasi negatif Gunawan. L.W. 1988. Teknik kultur jaringan
dengan hormon endogen yang ada dalam eksplan tumbuhan. Lab. Kultur Jaringan Tumbuhan .
batang. PAU. Bioteknologi IPB. Dir. Pend. Tinggi.
Perlakuan Tinggi Planlet Jumlah Tunas P&K.
A 1.05a 2tn
a
B 1.12 2 tn Salisbury, F. B., & Ross, C. W. (1995). Fisiologi
a
C 2.93 2.5 tn Tumbuhan Jilid 3. Bandung: ITB Press.
Tabel 3. Pengamatan Tinggi Planlet dan Jumlah Tunas
sampai minggu ke-5 Sugiono, C., & Hasbianto, A. 2014. Perkembangan
penggunaan teknik kultur jaringan pada
KESIMPULAN tanaman kentang (Solanum tuberosum L.). In
Prosiding Seminar Nasional “Inovasi
Dari 48 eksplan yang ditanam yang berhasil Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”
tumbuh menjadi planlet adalah 21 eksplan dengan Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 (pp. 435–443).
presentase yang membentuk tunas sebanyak 75%
eksplan yang mampu bertunas, untuk 25% dari eksplan Sumiarsi, N dan Priadi, D. 2002. Pengaruh Zat
tidak tumbuh dengan baik dan mengalami kontam Pengatur Tumbuh BAP terhadap
yang disebabkan oleh jamur. Planlet yang membentuk Pertumbuhan Stek batang Sungkai (Peronema
tunas mengalami pertumbuhan tinggi yang merupakan cunescens Jack) pada Media Cair. Jurnal
bentuk dari pertumbuhan tanaman karena adanya Alam, IX (2) : hal 32 – 37.
pembelahan sel-sel meristem yang menyebabkan
planlet tersebut bertambah tinggi disebabkan oleh Wattimena, G.A. 2000. Pengembangan Propagul
adanya pengaruh dari ZPT dan vitamin yang Kentang Bermutu dari Kultivar Unggul
terkandung didalam media. Dalam Mendukung Peningkatan Produksi
Terdapatnya perbedaan pertumbuhan tunas Kentang di Indonesia. Orasi ilmiah Guru
eksplan dikarenakan pertumbuhan suatu eksplan dalam Besar Tetap Ilmu Hortikultura Fakultas
membentuk tunas akan dipengaruhi oleh jenis hormon Pertanian IPB. Bogor. 86p.
tambahan yang diberikan atau pun oleh konsentrasi
Yusnita. 2003. Kultur jaringan: Cara Memperbanyak
dari hormon tambahan tersebut.
Tanaman Secara Efisien. Agro Media
Pustaka, Jakarta. 105 hlm.

4
5

You might also like