You are on page 1of 2

Mahasiswa adalah seorang yang menuntut ilmu di sebuah perguruan tinggi atau setingkatnya,

yang tentunya berbeda dengan siswa. Mahasiswa memiliki tanggung jawab yang lebih besar,
tanggung jawab, identitas, dan kepedulian yang lebih kongkret daripada semasa siswa. Hal ini
tercermin dalam Tri dharma perguruan tinggi yang menyatakan mahasiswa itu harus melakukan
pendidikan, penelitian, dan yang terakhir pengabdian masyarakat. Mahasiswa dalam kehidupan
kampus sudah tentu setiap hari berkutat dengan proses pendidikan dan beberapa sudah biasa
dengan penelitian, setidaknya ketika skripsi seorang mahasiswa harus melakukan penelitian.
Akan tetapi untuk point yang ketiga jarang mahasiswa yang sadar akan tanggung jawabnya
terhadap pengabdian masyarakat. Berbicara tentang pengabdian masyarakat sebenarnya banyak
yang dapat dilakukan seperti bakti sosial, membantu sesama teman yang butuh bantuan,
membela kepentingan masyarakat umum atau masih banyak lagi yang lainnya.

Kegiatan-kegiatanseperti ini di dalam kehidupan kampus biasa disebut “advokasi”,advokasi


adalah sejumlah tindakan yang dirancang untuk menarik perhatian masyarakat pada suatu isu,
dan mengontrol para pengambil kebijakan untuk mencari solusinya. Advokasi itu juga berisi
aktifitas-aktifitas legal dan politis yang dapat mempengaruhi bentukdan praktik penerapan
hukum. Inisiatif untuk melakukan advokasi perlu diorganisir, digagas secara strategis, didukung
informasi,komunikasi, pendekatan, serta mobilisasi (MargaretSchuler, Human Rights Manual).

Advokasi indetik dengan kerja keras dan dapat menjadi sesuatu yang memberatkan pikiran kita.
Namun, advokasi memberika semangat untuk membelakebenaran dan melawan ketidakadilan
yang didapatkan di kampus.Walaupun begitu, sebenarnya apa arti dari advokasi itu
sendiri.Berdasarkan dalam kamus hukum, kata advokasi adalah kata kerja darikata benda
advocaat (belanda) yang berarti penasehat hukum, pembelaperkara atau pengacara. Advokasi
sendiri bisa diartikan sebagaiproses pembelaan suatu perkara dalam koridor hukum yang berlaku.
Adabeberapa jenis pembedaan advokasi, yaitu :

1. Advokasilitigasi – non litigasi (pengadilan – di luar pengadilan)

2. Advokasikasus – non kasus (kebijakan)

3. AdvokasiPengorganisasian – Legislasi ( Atas – bawah )

4. Advokasipemenuhan hak asasi,politik – ekonomi, sosial, budaya

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa advokasi lebih merupakan suatu usaha
sistematik dan terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan perubahan dengan
memberikan sokongan dan pembelaan terhadap kaum lemah. Advokasi sendiri meletakkan
korban kebijakan sebagai subjeknya, boleh menjadi alat siapa saja yang ingin memperjuangkan
perubahan kebijakan untuk tegaknya keadilan social,bermain dalam arena politik tanpa harus
menjadi politisi,membutuhkan daya cipta dan imajinasi yang tinggi,

Sehingga advokasi juga merupakan suatu proses komunikasi yang terencana untuk mendapat
dukungan dan keputusan sehingga masalah bisa dipecahkan. Advokasi sendiri merupakan suatu
ilmu dan seni. Walaupun merupakan suatu ilmu, advokasi sendiri dari sudut pandang keilmuan
tidak memiliki formula yang baku. Keberhasilan dalam beradvokasi dapatdiperoleh jika
direncanakan secara sistematis.

Dalam mengampu peran-peran advokat, seorang advokat tidak boleh bertindaksembarangan. Dia
harus memperhatikan hal-hal seperti bekerja secaraprofesional, membela kebenaran dan
keadilan, khususnya bagi kaum yangtertindas. Walaupun posisi kita hanya sebagai mahasiswa
bukan sebagaiadvokat. Namun, kita bisa menjadi seorang advokat di kampus.
Advokasi jika dikaitkan dalam skala masalah yang dihadapi bisa dikategorikan kepada 3 jenis
yaitu (1) Advokasi diri, yaitu advokasi yang dilakukan pada skala lokal dan bahkan sangat
pribadi (2) Advokasi kasus, yaitu advokasi yang dilakukan sebagai proses pendampingan
terhadap orangatau kelompok yang belum memiliki kemampuan membela dirinya dan
kelompoknya (3) Advokasi kelas, yaitu sebuah proses mendesakkan kebijakan publik atau
kepentingan satu kelompok masyarakat (dalam halini pelajar dan remaja) dengan tujuan akhir
terwujudnya perubahansistematik yang berujung pada lahirnya kebijakan yang melindungi atau
berubahnya legislasi yang dianggap tidak adil. Lalu bagaimana dengan advokasi yang dilakukan
di kampus, advokasi yang ada di kampus bisa dilakukan dengan cara mengadvokasikan biaya
spp yang dikira masih mahal untuk mahasiswa ataupun adanya ketidakadilan yang dilakukan
oleh pihak kampus kepada para mahasiswa, baik yang dirasakan oleh seluruh mahasiswa
maupun sebagian mahasiswa. Jika salah satu temanseperjuangan kita mendapatkan
ketidakadilan, maka kita wajib membelaagar kebenaran dan keadilan serta kesejahteraan dapat
dirasakan oleh seluruh mahasiswa.

Dalam dunia pendidikan, kita yang sudah membayar uang kuliah tentu memiliki hak untuk
menerima bahan kuliah yang sesuai dengan prosedur yangjelas. Selain itu, fasilitas yang
memadai juga harus didapatkan oleh mahasiwa, karena melihat dari ruang kuliah ada beberapa
fasilitas penunjang yang tidak memadai contohnya seperti yang ada , dimana ada sedikit
kerusakan pada LCD, lalu ada AC yang juga tidak menyala. Hal-hal yang seperti itulah yang
mengganggu proses perkuliahan dan mempengaruhi suasana perkuliahan. Selain itu,fasilitas
lainnya ada pada kamar mandi yang tidak ada lampunya dan keran air yang rusak.

Dari sekian permasalahan yang ada di kampus mungkin masalah UKT yang masih menjadi
perbincangan dan menjadi penolakan dari para mahasiswa.Kenapa UKT di tolak? Karena UKT
dinilai memberatkan mahasiswa serta besar UKT yang harus dibayarkan tiap semester dengan
jumlah yangsama. Biaya UKT jurusan ilmu kesejahteraan keluarga adalah 4,1 juta rupiah yang
harus dibayarkan tiap semester, jika 4,1 juta dikalikan dengan jumlah semester yang diambil
contohnya 8 semester totalnya adalah 32,8 juta rupiah. Biaya UKT seperti ini lebih mahal dari
biaya yang biasa, dimana pada hanya awal semester saja yang mahal dan seterusnya biaya kuliah
lebih murah. Hingga saat ini Biaya UKT masih menjadi prodan kontra didunia perkuliahan.

You might also like