You are on page 1of 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan risiko yang
dihadapi ibu-ibu selama kehamilan sampai dengan paska persalinan
yang dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi,
keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang kehamilan, kejadian
berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, tersedianya dan
penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan
prenatal dan obstetri. Tingginya angka kematian ibu menunjukkan
keadaan sosial ekonomi yang rendah dan fasilitas pelayanan kesehatan
termasuk pelayanan prenatal dan obstetri yang rendah pula. (Profil
kesehatan kabupaten klaten,2016)
Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi menurut data
Kementerian Kesehatan tahun 2016 tercatat 305 ibu meninggal per
100.000 orang. Tingginya angka kematian pada ibu di pengaruhi
status kesehatan dan gizi rendah. Sekitar 28,8% ibu hamil menderita
hipertensi, 32,9% obesitas, dan 37,1% menderita anemia
(Kementerian kesehatan,2016).
Angka kematian Ibu turun dari 4.999 tahun 2015 menjadi 4912
di tahun 2016 dan di tahun 2017 (semester I) sebanyak 1712 kasus
(Kementrian Kesehatan, 2017).
Jumlah kasus kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah pada
tahun 2015 sebanyak 619 kasus, mengalami penurunan cukup
signifikan dibandingkan jumlah kasus kematian ibu tahun 2014 yang
mencapai 711 kasus. Dengan demikian Angka kematian ibu Provinsi
Jawa Tengah juga mengalami penurunan dari 126,55 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2014 menjadi 111,16 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2015 (Profil kesehatan Jateng,2016).

1
Angka Kematian Ibu (AKI) di Jawa Tengah tahun 2016
menurun dari tahun sebelumnya. Jika tahun 2015 ada 619 kasus di
tahun 2016 turun menjadi 602 kasus. Upaya gerakan 5 NG yakni
“Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng’’ yang didukung pemerintah
kabupaten dan kota, juga mampu mendorong penurunan AKI dan
AKB.
Program itu, lanjutnya, merupakan gerakan gotong royong yang
memanfaatkan seluruh potensi masyarakat, mulai dari hulu hingga
1
hilir. Yaitu menggerakkan bidan desa dan kader PKK untuk
mengedukasi para perempuan sejak pra kehamilan, masa kehamilan,
persalinan, hingga pascapersalinan (Profil Kesehatan Jateng,2015).
AKI di Kabupaten Klaten pada bulan Januari – Juni 2016
tercatat sebanyak 10 kasus kematian ibu, sedangkan pada tahun 2015
di Kabupaten Klaten tercatat sebanyak 15 kasus kematian ibu. Angka
Kematian Bayi di Kabupaten Klaten pada bulan Januari – Juni 2016
tercatat 103 kasus sedangkan AKB di Kabupaten Klaten pada 2015
adalah 12,94/1.000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah, 2016).
Angka kematian bayi menggambarkan tingkat permasalahan
kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab
kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil,
tingkat keberhasilan program KIA dan KB serta kondisi lingkungan
sosial ekonomi. Apabila Angka Kematian Bayi di suatu wilayah
tinggi, berarti status kesehatan di wilayah tersebut rendah. Angka
Kematian Bayi di Provinsi Jawa Tengah tahun 2015 sebesar 10 per
1.000 kelahiran hidup. Terjadi penurunan tetapi tidak signifikan
dibandingkan AKB tahun 2014 yaitu 10,08 per 1.000 kelahiran hidup
kabupaten/kota dengan AKB terrendah adalah Jepara yaitu 6,35 per
1.000 kelahiran hidup, diikuti Cilacap 7,01 per 1.000 kelahiran hidup,
dan Demak 7,21 per 1.000 kelahiran hidup. Kabupaten/kota dengan
AKB tertinggi adalah Grobogan yaitu 17,38 per 1.000 kelahiran

2
hidup, diikuti Temanggung 16,79 per 1.000 kelahiran hidup, dan Kota
Magelang 15,63 per 1.000 kelahiran hidup (Profil kesehatan
Jateng,2016).
Sedangkan di Indonesia menurut Badan Pusat Statistik(BPS)
mencatat bahwa angka kematian bayi tahun 2016 mecapai 25,5 artinya
ada sekitar 25,5 kematian setiap 1.000 bayi yang lahir. Provinsi
dengan jumlah kematian bayi (AKB) terbanyak di indonesia yaitu
Sulawesi Barat yaitu 50 kematian bayi per 1000 kelahiran hidup,
selanjutnya Papua yaitu 46 kematian per kelahiran hidup. Penyebab
kematian bayi antara lain pneumonia, diare, malaria, campak hingga
kurang gizi (BPS,2016) .
Jumlah kasus kematian Bayi turun dari 33.278 di tahun 2015
menjadi 32.007 pada tahun 2016, dan di tahun 2017 di semester I
sebanyak 10.294 kasus.(Kementrian Kesehatan,2017).
Angka kematian bayi di Kabupaten Klaten pada tahun 2015
yaitu 12,94 per 1000 Kelahiran Hidup. Jumlah absolut kematian bayi
adalah 220 dari 17.002 Kelahiran Hidup. Dari 220 kematian bayi di
Kabupaten Klaten, sebanyak 121 kematian bayi berada pada rentan
umur 0 – 6 hari (perinatal), 34 kematian bayi berada pada rentan umur
7 – 28 hari (neonatal) dan 65 kematian bayi berada pada rentan 29 hari
– 11 bulan. Angka Kematian Bayi tertinggi ada di Kecamatan Ngawen
yaitu sejumlah 15 bayi (Profil kesehatan kabupaten klaten,2016).
Upaya untuk menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak
yaitu dengan asuhan berkesinambungan atau continuity of care.
Continuity of care merupakan asuhan yang diberikan seorang bidan
terhadap klien mulai dari masa Hamil, Persalinan, BBL, Nifas,
Neonatus hingga KB. Kejadian AKI dan AKB juga dapat ditekan
dengan memberikan asuhan berkesinambungan karena komplikasi
selama hamil sampai nifas dapat terdeteksi sedini mungkin
(Kemenkes,2015).

3
Pada dasarnya proses kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas
dan Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu kejadian yang
fisiologis/alamiah, namun dalam prosesnya dapat berkembang
menjadi masalah atau komplikasi setiap saat yang dapat
membahayakan jiwa ibu dan bayi (Marmi, 2011:11). Salah satu
persiapan menghadapi persalinan, ibu hamil perlu dilakukan
pelayanan antenatal secara berkesinambungan, seperti yang tertuang
di dalam pilar kedua Safe Motherhood. Tujuan utama pelayanan
antenatal adalah untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi
ibu maupun bayinya, dengan cara membina saling percaya dengan
ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa,
mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan, serta untuk
menjamin agar proses alamiah tetap berjalan normal selama
kehamilan (Marmi, 2011; 13).
Pelayanan antenatal yang dilakukan diupayakan memenuhi standar
kualitas, yaitu: penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan, pengukuran tekanan darah, pengukuran Lingkar Lengan Atas
(LILA), pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri), penentuan
status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid
sesuai status imunisasi, pemberian tablet tambah darah minimal 90
tablet selama kehamilan, penentuan presentasi janin dan denyut
jantung janin (DJJ), pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi
interpersonal dan konseling, termasuk keluarga berencana), pelayanan
tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb),
pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum
pernah dilakukan sebelumnya), serta tatalaksana kasus (Kemenkes RI,
2015:87).
Terkait dengan masih banyaknya Angka Kematian Ibu (AKI)
dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang terjadi di Kabupaten Klaten
maka penulis terdorong untuk memperoleh gambaran yang sesuai dan
jelas tentang pelayanan yang dilaksanakan dan mencoba menerapkan

4
serta mendukung program Pemerintah tentang ilmu Kebidanan secara
komprehensif pada seorang ibu dari mulai kehamilan, persalinan,
nifas, bayi baru lahir serta keluarga berencana (KB) yang telah
diperoleh dalam studi kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada
Ny. R Masa Hamil, Persalinan, Nifas, Neonatus dan Kontrasepsi di
BPM Siti Sujalmi,S.Tr.Keb. Socokongsi Jatinom Klaten.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas masalah yang dapat
dirumuskan adalah :
Bagaimanakah asuhan kebidanan berkesinambungan pada Ny. R
G3P2A0 di BPM Siti Sujalmi, S.Tr.Keb Socokongsi Jatinom Klaten?

C. Tujuan Penyusunan LTA


1. Tujuan Umum
Untuk menerapkan Asuhan Kebidanan berkesinambungan pada Ny.R
masa Kehamilan, Persalinan, Bayi Baru Lahir, Neonatus, Nifas dan
Kontrasepsi Di BPM Siti Sujalmi,S.Tr.Keb Socokongsi Jatinom
Klaten.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengumpulan data subyektif dan objektif pada ibu hamil,
bersalin, nifas dan pada bayinya di BPM Siti Sujalmi S.Tr.Keb
Socokongsi Jatinom Klaten.
b. Melakukan analisis data pada ibu hamil, bersalin, nifas dan pada
bayinya di BPM Siti Sujalmi S.Tr.Keb Socokongsi Jatinom Klaten.
c. Melakukan diagnosa dan atau masalah kebidanan pada ibu hamil,
bersalin, nifas dan pada bayinya di BPM Siti Sujalmi S.Tr.Keb
Socokongsi Jatinom Klaten.
d. Melakukan perencanaan Asuhan Kebidanan pada ibu hamil, bersalin,
nifas dan pada bayinya di BPM Siti Sujalmi S.Tr.Keb Socokongsi
Jatinom Klaten.

5
e. Melakukan implementasi/pelaksanaan Asuhan Kebidanan pada ibu
hamil, bersalin, nifas dan pada bayinya di BPM Siti Sujalmi S.Tr.Keb
Socokongsi Jatinom Klaten.
f. Melakukan evaluasi tindakan Asuhan Kebidanan pada ibu hamil,
bersalin, nifas dan pada bayinya di BPM Siti Sujalmi S.Tr.Keb
Socokongsi Jatinom Klaten.
g. Melakukan pencatatan Asuhan Kebidanan pada ibu hamil, bersalin,
nifas dan pada bayinya di BPM Siti Sujalmi S.Tr.Keb Socokongsi
Jatinom Klaten.
h. Melakukan dokumentasi Asuhan Kebidanan pada ibu hamil, bersalin,
nifas dan pada bayinya di BPM Siti Sujalmi S.Tr.Keb Socokongsi
Jatinom Klaten.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil Studi Kasus ini dapat sebagai pertimbangan referensi untuk
menambah wawasan serta masukan dalam pemberian Asuhan
Komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas BBL, Neonatus, dan
Kontrasepsi.
2. Manfaat Praktis
a. Institusi
Hasil Studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam
pemberian asuhan komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas, BBL,
Neonatus dan Kontrasepsi.
b. Manfaat bagi profesi bidan
Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif bagi profesi bidan dalam
pemberian asuhan komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas, BBL,
Neonatus dan Kontrasepsi.
c. Manfaat bagi klien dan masyarakat

6
Agar Klien maupun masyarakat dapat melakukan deteksi dini dari
penyulit yang mungkin timbul pada masa hamil, bersalin, nifas, BBL,
Neonatus dan Kontrasepsi.

You might also like