You are on page 1of 11

PANDANGAN AGAMA KRISTEN TERHADAP BUDAYA

DISUSUN OLEH:

ULI VALEN H. SINAGA(181402057)


HELMUT SHARON PAKPAHAN(181402056)
DARIUS JASPER SIMAMORA(181402063)
RUTH CLAISTA PAULINA(181402075)
ALDRICH WILLIAM(181402074)
ERIC SAMUEL SIMBOLON(181402083)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


FAKULTAS ILMU KOMPUTER - TEKNOLOGI INFORMASI

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INFORMASI

MEDAN

2018
Daftar Isi
Kata Pengantar

Daftar isi

Bab I : Pendahuluan

A.Latar Belakang

B.Tujuan

C.Rumusan Masalah

Bab II : Pembahasan

A.Definisi Adat/Kebudayaan

B.Sikap terhadap hubungan antara agama dan kebudayaaan

C. Pandangan gereja terhadap adat

D.Sikap Kristen terhadap kebudayan

E.Kebudayaan dipandang dari sudut alkitab

F.Budaya yang harus di terapkan

Bab III : Penutup

A.Kesimpulan

BAB IV :

Daftar Pustaka

Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam pendidikan.

Makalah ini dibuat digunakan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan


oleh Dosen. Dengan makalah ini juga dapat di buat untuk bahan pembelajaran
atau pelengkap buku modul pelajaran agama Kristen dalam materi pembelajaran
tentang budaya dalam pandangan kristen.

Dalam makalah ini dijelaskan juga tentang apa itu pengertian Agana serta di
jelaskan dengan jelas macam-macam budaya yang menyimpang dengan iman
agama kristen. Tidak hanya tentang sikap orang Kristen dalam menanggapi
agama.

Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang penulis


miliki sangat kurang. Oleh kerena itu penulis harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Medan, Mei 2019


BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Dilihat dari segi Agama dan Budaya yang masing - masing memiliki keeratan satu
sama lain, sering kali banyak di salah artikan oleh orang - orang yang belum
memahami bagaimana menempatkan posisi Agama dan posisi Budaya pada suatu
kehidupan.

Penulis masih sering menyaksikan adanya segelintir masyarakat yang mencampur


adukkan nilai - nilai Agama dengan nilai-nilai Budaya yang padahal kedua hal
tersebut tentu saja tidak dapat seratus persen disamakan, bahkan mungkin
berlawanan.

Demi terjaganya esistensi dan kesucian nilai - nilai agama sekaligus memberi
pengertian, disini penulis hendak mengulas mengenai Apa itu Agama dan Apa itu
Budaya, yang tersusun berbentuk makalah dengan judul “Agama dan Budaya”.
Penulis berharap apa yang diulas, nanti dapat menjadi paduan pembaca dalam
mengaplikasikan serta dapat membandingkan antara Agama dan Budaya.

B.Tujuan
1.Dapat mengetahui definisi Agama

2.Dapat mengetahui definisi Budaya

3.Dapat memahami jenis jenis budaya yang menyimpang degan pandangan


agama Kristen

4.Dapat memahami budaya yang sesuai dengan pandangan Kristen

5.Dapat memahami sikap umat Kristen terhadap budaya yang menyimpang

C.Rumusan Masalah

1.Budaya yang sesuai dengan Iman Kristen

2.Sikap Umat Kristen terhadap budaya yang menyimpang


BAB II
PEMBAHASAN

A.Definisi Adat/Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal
yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.Dalam bahasa Inggris, kebudayaan
disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau
mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani.
Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Budaya menurut Koentjaraningrat adalah keseluruhan sistem, gagasan,
tindakan dan hasil kerja manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik manusia dengan belajar. Jadi budaya diperoleh melalui belajar.
Tindakan-tindakan yang dipelajari antara lain cara makan, minum, berpakaian,
berbicara, bertani, bertukang, berrelasi dalam masyarakat adalah budaya. Tapi
kebudayaan tidak saja terdapat dalam soal teknis tapi dalam gagasan yang
terdapat dalam fikiran yang kemudian terwujud dalam seni, tatanan masyarakat,
ethos kerja dan pandangan hidup.

Lebih tegas dikatakan Geertz , bahwa wahyu membentuk suatu struktur


psikologis dalam benak manusia yang membentuk pandangan hidupnya, yang
menjadi sarana individu atau kelompok individu yang mengarahkan tingkah laku
mereka. Tetapi juga wahyu bukan saja menghasilkan budaya immaterial, tetapi
juga dalam bentuk seni suara, ukiran, bangunan. Dapatlah disimpulkan bahwa
budaya yang digerakkan agama timbul dari proses interaksi manusia dengan kitab
yang diyakini sebagai hasil daya kreatif pemeluk suatu agama tapi dikondisikan
oleh konteks hidup pelakunya, yaitu faktor geografis, budaya dan beberapa
kondisi yang objektif.

B.Sikap terhadap hubungan antara agama dan kebudayaaan

1. Sikap Radikal: Agama menentang Kebudayaan. Ini merupakan sikap radikal dan
ekslusif, menekankan pertantangan antara Agama dan Kebudayaan. Menurut
pandangan ini, semua sikon masyarakat berlawanan dengan keinginan dan
kehendak Agama. Oleh sebab itu, manusia harus memilih Agama atau
Kebudayaan, karena seseorang tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Dengan
demikian, semua praktek dalam unsur-unsur kebudayaan harus ditolak ketika
menjadi umat beragama.
2. Sikap Akomodasi: Agama Milik Kebudayaan. Sikap ini menunjukkan keselarasan
antara Agama dan kebudayaan.
3. Sikap Perpaduan: Agama di atas Kebudayaan. Sikap ini menunjukkan adanya
suatu keterikatan antara Agama dan kebudayaan. Hidup dan kehidupan manusia
harus terarah pada tujuan ilahi dan insani; manusia harus mempunyai dua tujuan
sekaligus.
4. Sikap Pambaharuan: Agama Memperbaharui Kebudayaan. Sikap ini
menunjukkan bahwa Agama harus memperbaharui masyarakat dan segala
sesuatu yang bertalian di dalamnya. Hal itu bukan bermakna memperbaiki dan
membuat pengertian kebudayaan yang baru; melainkan memperbaharui hasil
kebudayaan.

C.Pandangan Gereja Terhadap Adat


Gereja lebih khususnya Kristus, datang ke dunia ini dan mati di Golgota untuk
membaharui hidup dan kehidupan kita, baik itu sifat, kebiasaan (kebudayaan), jati
diri dan bahkan keberadaan kita sebagai bangsa yang telah jatuh kedalam
dosa. Adat istiadat nenek moyang adalah adat yang bertumbuh dengan hadirnya
gereja atau Kristus, karena itu adat istiadat harus diterangi oleh injil, sehingga
adat itu bisa dipakai oleh orang kristen dalam terang Kristus. Kehadiran gereja
harus mencampuri adat istiadat manusia, sehingga adat istiadat tersebut sudah
diterangi oleh Injil yaitu adat yang tidak terpisahkan dari Injil dan menjadikan
orang Batak Jadi keliru kalau ada anggapan bahwa orang Batak dewasa ini telah
menjadi Kristen yang sudah tidak layak lagi mengerjakan adat istiadat. Banyak
perubahan yang telah terjadi dalam adat Batak, tetapi perubahan tersebut masih
dalam koridor inti atau jiwa budaya asli, sebagai contoh adalah upacara
pernikahan. Dahulu pernikahan merupakan kebanggaan karena penonjolannya
adalah kemampuan finansial atau harta dari pihak Paranak, namun sekarang
upacara pernikahan adalah kebutuhan keluarga pihak Paranak maupun pihak
Parboru dan pihak pemuda-pemudi, sehingga upaya pernikahan bebannya
dirasakan oleh pihak Paranak dan Parboru.
Bagi yang mencintai adat Batak, hal ini menjadi tantangan, khususnya yang
memegang teguh tradisi, kebiasaan, dan adat. Harus diakui bahwa sekarang
seringkali timbul sikap yang tidak lagi respon terhadap segala macam adat,
budaya, dan kebiasaan-kebiasaan yang berhubungan dengan keluarga. Karena itu,
nilai adat istiadat Batak perlu diperkenalkan agar masyarakat sekarang, khususnya
generasi mendatang suku Batak mampu berperilaku sesuai dengan tuntutan adat
istiadat dan budaya yang dijunjung dengan pandangan Alkitab tentang adat itu
sendiri.
"Ornamen kebudayaan bukanlah masalah, menjadi masalah ketika adatnya
egosentris dan individualis. Itulah yang harus diubah, justru adat Batak harus
menunjukan persekutuan orang beriman." Inilah prinsip gereja yang harus
ditekankan secara maksimal. Gereja harus masuk dalam adat dan menerangi adat
dalam rangka Eklesia, menerangi kegelapan. Adat Batak adalah "jati diri" orang
Batak. Nilai-nilai dan praktek adat Batak mempunyai pengaruh yang positif
terhadap pembentukan identitas diri, pola diri, pola hidup dalam bekerja,
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh sebab itu, adat Batak yang
sekarang sedang berkembang perlu dilestarikan dengan mengembalikannya pada
nilai-nilai dasar adat yang telah disinari firman Allah.

D.Sikap Kristen terhadap kebudayan

Sikap umat Kristen menghadapi kebudayaan dapat digolongkan ke dalam lima


macam, yaitu:
(1) Antagonistis, yaitu sikap menentang dan menolak, atau sikap negatif terhadap
semua hasil dan penggunaan kebudayaan, sikap ini melihat pertentangan iman
dan kebudayaan yang tidak terdamaikan antara iman Kristen dan kebudayaan
dalam segala aspeknya;
(2) Akomodasi, adalah sikap yang sebaliknya dari antagonistis yaitu menyesuaikan
diri dengan kebudayaan yang ada. Agama kristen dikorbankan demi kepentingan
kebudayaan yang ada. Akomodasi demikian sering kita lihat dalam hubungan
dengan agama-agama animis dan adat istiadat sehingga terjadi sinkretisme yang
berbahaya. Sikap demikian terlihat misalnya dalam usaha untuk menganggap
bahwa ‘semua agama itu sama saja’ atau yang belakangan ini lebih dikenal
sebagai ‘semua agama menuju yang SATU’ (inklusivisme);
(3) Dominasi, biasa dilakukan dalam gereja RK dimana sesuai teologia Thomas
Aquinas yang menganggap bahwa ‘sekalipin manusia dalam dosa telah merosot
citra ilahinya karena kejatuhan dalam dosa’, pada dasarnya manusia tidak jatuh
total, melainkan masih memiliki kehendak bebas yang mandiri. Itulah sebabnya
dalam menghadapi kebudayaan kafir sekalipun, umat bisa melakukan akomodasi
secara penuh dan menjadikan kebudayaan kafir itu menjadi bagian iman, namun
kebudayaan itu disempurnakan dan disucikan oleh sakramen yang menjadi alat
anugerah ilahi;
(4) Dualisme, sikap ini mendua yang memisahkan agama dan budaya secara
dikotomis. Pada satu pihak terdapatlah dalam kehidupan manusia beriman
kepercayaan kepada pekerjaan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus, namun manusia
yang sama tetap berdiri di dalam kebudayaan kafir dan hidup di dalamnya. Peran
penebusan Tuhan Yesus yang mengubah hati manusia yang berdosa dan
mengubahnya menjadi kehidupan dalam iman tidak ada artinya dalam
menghadapi kebudayaan. Manusia beriman hidup dalam kedua suasana atau
lapangan baik agama maupun kebudayaan secara bersama-sama;
(5) Pengudusan, adalah yang tidak menolak secara total (antagonistis) namun juga
tidak menerima secara total (akomodasi), tetapi dengan sikap keyakinan yang
teguh bahwa kejatuhan manusia dalam dosa tidak menghilangkan kasih Allah atas
manusia melainkan menawarkan pengampunan dan kesembuhan bagi manusia
untuk memulai suatu kehidupan yang lebih baik dengan mengalami transformasi
kehidupan etika dan moral. Manusia melakukan dan menerima hasil kebudayaan
selama hasil-hasil itu memuliakan Allah, tidak menyembah berhala, dan
mengasihi sesama dan kemanusiaan. Sebaliknya, bila kebudayaan itu memenuhi
salah satu atau malah ketiga sikap budaya yang salah itu, umat beriman harus
menggunakan firman Tuhan untuk mengkuduskan kebudayaan itu sehingga
terjadi transformasi budaya ke arah ‘memuliakan Allah’, ‘tidak menyembah
berhala’, dan ‘mengasihi manusia dan kemanusiaan.’
Kelihatannya Alkitab lebih condong untuk mengajarkan umat Kristen agar
melakukan sikap ‘Pengudusan’ sebagai kesaksian iman Kristiani dalam kehidupan
berbudaya. Rasul Paulus memberikan peringatan agar: “Hati-hatilah, supaya
jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu
menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus.”
(Kol.2:8).

E.Kebudayaan Dipandang Dari Sudut Alkitab


Kebudayaan menurut Alkitab dapat dilihat dari beberapa aspeknya, yaitu: (1)
Allah memberikan manusia ‘tugas kebudayaan’ karena pada dasarnya ‘manusia
memiliki gambar seorang pencipta’ (Kej.1:26-27) dan manusia diberi TUGAS agar
‘menaklukkan dan memerintah bumi’ (Kej.1:28). Jadi, manusia menerima suatu
mandat dari Allah dan mandat itu adalah MANDAT kebudayaan. Lebih jelas lagi
disebutkan bahwa: “Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya
dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.” (Kej.2:15);
(2) Sesuai Mazmur 150 kita dapat melihat bahwa TUJUAN kebudayaan yang
utama adalah untuk ‘memuliakan dan mengasihi Allah, dan agar kebudayaan itu
digunakan untuk melayani dan mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri.’
Mandat budaya Sebagai panggilan suara kenabian yang mewartakan
kebenaran alkitab didalam memandang seluruh problematika kehidupan disegala
bidangbaik pendidikan ekonomi,sosial,hukum,kemasyarakat dll. Bila Alkitab
berbicara begitu positif mengenai kebudayaan, mengapa kebudayaan menjadi
suatu yang dipersoalkan? Apa yang menyebabkannya? Penyimpangan
kebudayaan terjadi misalnya dalam peristiwa ‘Menara Babel’ dimana tujuan
kebudayaan menyimpang diarahkan untuk penyembahan berhala dan
kebanggaan diri/kelompok (Kej.11). Tema dosa yang merusak tujuan kebudayaan
adalah ‘ingin menjadi seperti Allah’ (Kej.3:5) dan ‘mencari nama’ (Kej.11:4). Jadi
dosa telah menyimpangkan kebudayaan sehingga berpotensi bukan saja untuk
tidak memuliakan penciptanya, sebaliknya malah digunakan untuk alat
meninggikan diri dan menantang Allah.

F.Budaya Yang Harus di Terapkan


Banyak orang ingin sukses tapi tidak santun. Ada orang pintar karena tidak santun
maka sulit diterima keberadaannya. Ada pemimpin karena pribadinya tidak
santun maka kepemimpinannya juga sulit diterima kehadirannya. Dalam hal
hubungannya dengan iman Kristen aktifitas berkirir yang kritis itu dan dalam
upaya untuk berkarya, maka judul di atas erat kaitannya dalam kerangka untuk
mengerti dan melakukan kehendak Tuhan. Dalam kerangka itulahlah tiap orang
Kristen harus kritis dan berkarya. Oleh sebab itu judul tsb menarik untuk dibaca
bagi mereka yang hidupnya ingin sukses. Sebab berbicara tentang kata “kritis”
dan “karya”, adalah dua kata yang saling melengkapi. Misalnya, Firman Tuhan
berkata, “Sebab itu, janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu
mengerti kehendak Tuhan” (Efesus 5:17). Tetapi juga kita dituntut untuk berkarya.
Firman Tuhan berkata: “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan
segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kol.3:23).

Ke dua nats di atas ini, tujuannya agar agar hari-hari hidup setiap umat
dapat bermakna dan bernilai. Tegasnya, menjadi orang yang paling sukses.
Kesuksesan yang akan kita capai tidak bergantung pada bukan berapa banyak
uang yang kita kumpulkan, atau berapa besar karya-karya yang akan kita capai.
Kesuksesan juga bukan terletak pada berapa banyak pekerjaan yang kita lakukan,
atau berapa tingginya posisi yang kita miliki. Kesuksesan kita diukur dari seberapa
jauh kita mengerti dan melakukan kehendak Tuhan. Kritis berpikir dan santun
berkarya tujuannya agar kita mengerti dan melakukan kehendak Tuhan.
Kita perlu terus belajar, terus menambah pengetahuan dan belajar dari
kegagalan atau keberhasilan, pada waktu sulit atau tenang, bahkan diharuskan
untuk belajar atas perubahan yang ada, bukan lihai atau licik, tapi cerdik. Jadi,
dalam mengkritisi zaman ini agar orang-orang percaya jangan hanyut terbawa
arus atau tergilas atau ketinggalan, tercecer, dalam perkembangan zaman. Para
pemimpin gereja harus membantu umatnya menyadari bahaya zaman ini dengan
melengkapi mereka melalui upaya perlengkapan iman yang terus bertumbuh
dewasa, agar mampu mengahadapi serigala zaman ini.

Dengan demikian hidup beragama itu ialah berpikir dan berkarya


berdasarkan Kitab Suci atau Alkitab. Di dalam Firman tsb dijelaskan, manusia tidak
diciptakan Tuhan Allah seperti robotyang kemampuan berpikirnya sebatas yang
terprogram. Tetapi diciptakan dengan penuh kesadaran akan dirinya, alam dan
Tuhannya.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan Dan Saran

Menghilangkan adat atau kebudayaan sama dengan menghilangkan


identitasnya sendiri, tetapi menerima adat tanpa bersifat kritis bisa menjadi
penyembahanberhala.Ada kebudayaan yang harus ditolak, tetapi ada juga yang
dapat diterima karena tidak bertentangan dengan Alkitab, perlu di ingat apa yang
ada di dalam Alkitab juga tidak terlepas dari tradisi di zaman Alkitab
tersebut. Beriman bukan dengan mengharuskan kita tinggalkan apa yang ada di
dunia tetapi pakailah itu semua menjadi alat untuk memuji Tuhan sebab semua
berasal dariNya. Berbudaya bukan menjadikan kita meninggalkan Tuhan dan
sebaliknya tetapi segala budaya yang kurang baik perlu ditinggalkan karena salah
dan banyak hal baik perlu dilestarikan. Kemudian jangan membuat kesimpulan
kalau kita belum mengerti sebenarnya dua sisi yang dipermasalahkan dan hanya
memandang satu sisi saja.

You might also like