Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH:
MEDAN
2018
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar isi
Bab I : Pendahuluan
A.Latar Belakang
B.Tujuan
C.Rumusan Masalah
Bab II : Pembahasan
A.Definisi Adat/Kebudayaan
A.Kesimpulan
BAB IV :
Daftar Pustaka
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam pendidikan.
Dalam makalah ini dijelaskan juga tentang apa itu pengertian Agana serta di
jelaskan dengan jelas macam-macam budaya yang menyimpang dengan iman
agama kristen. Tidak hanya tentang sikap orang Kristen dalam menanggapi
agama.
Demi terjaganya esistensi dan kesucian nilai - nilai agama sekaligus memberi
pengertian, disini penulis hendak mengulas mengenai Apa itu Agama dan Apa itu
Budaya, yang tersusun berbentuk makalah dengan judul “Agama dan Budaya”.
Penulis berharap apa yang diulas, nanti dapat menjadi paduan pembaca dalam
mengaplikasikan serta dapat membandingkan antara Agama dan Budaya.
B.Tujuan
1.Dapat mengetahui definisi Agama
C.Rumusan Masalah
A.Definisi Adat/Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal
yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.Dalam bahasa Inggris, kebudayaan
disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau
mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani.
Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Budaya menurut Koentjaraningrat adalah keseluruhan sistem, gagasan,
tindakan dan hasil kerja manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik manusia dengan belajar. Jadi budaya diperoleh melalui belajar.
Tindakan-tindakan yang dipelajari antara lain cara makan, minum, berpakaian,
berbicara, bertani, bertukang, berrelasi dalam masyarakat adalah budaya. Tapi
kebudayaan tidak saja terdapat dalam soal teknis tapi dalam gagasan yang
terdapat dalam fikiran yang kemudian terwujud dalam seni, tatanan masyarakat,
ethos kerja dan pandangan hidup.
1. Sikap Radikal: Agama menentang Kebudayaan. Ini merupakan sikap radikal dan
ekslusif, menekankan pertantangan antara Agama dan Kebudayaan. Menurut
pandangan ini, semua sikon masyarakat berlawanan dengan keinginan dan
kehendak Agama. Oleh sebab itu, manusia harus memilih Agama atau
Kebudayaan, karena seseorang tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Dengan
demikian, semua praktek dalam unsur-unsur kebudayaan harus ditolak ketika
menjadi umat beragama.
2. Sikap Akomodasi: Agama Milik Kebudayaan. Sikap ini menunjukkan keselarasan
antara Agama dan kebudayaan.
3. Sikap Perpaduan: Agama di atas Kebudayaan. Sikap ini menunjukkan adanya
suatu keterikatan antara Agama dan kebudayaan. Hidup dan kehidupan manusia
harus terarah pada tujuan ilahi dan insani; manusia harus mempunyai dua tujuan
sekaligus.
4. Sikap Pambaharuan: Agama Memperbaharui Kebudayaan. Sikap ini
menunjukkan bahwa Agama harus memperbaharui masyarakat dan segala
sesuatu yang bertalian di dalamnya. Hal itu bukan bermakna memperbaiki dan
membuat pengertian kebudayaan yang baru; melainkan memperbaharui hasil
kebudayaan.
Ke dua nats di atas ini, tujuannya agar agar hari-hari hidup setiap umat
dapat bermakna dan bernilai. Tegasnya, menjadi orang yang paling sukses.
Kesuksesan yang akan kita capai tidak bergantung pada bukan berapa banyak
uang yang kita kumpulkan, atau berapa besar karya-karya yang akan kita capai.
Kesuksesan juga bukan terletak pada berapa banyak pekerjaan yang kita lakukan,
atau berapa tingginya posisi yang kita miliki. Kesuksesan kita diukur dari seberapa
jauh kita mengerti dan melakukan kehendak Tuhan. Kritis berpikir dan santun
berkarya tujuannya agar kita mengerti dan melakukan kehendak Tuhan.
Kita perlu terus belajar, terus menambah pengetahuan dan belajar dari
kegagalan atau keberhasilan, pada waktu sulit atau tenang, bahkan diharuskan
untuk belajar atas perubahan yang ada, bukan lihai atau licik, tapi cerdik. Jadi,
dalam mengkritisi zaman ini agar orang-orang percaya jangan hanyut terbawa
arus atau tergilas atau ketinggalan, tercecer, dalam perkembangan zaman. Para
pemimpin gereja harus membantu umatnya menyadari bahaya zaman ini dengan
melengkapi mereka melalui upaya perlengkapan iman yang terus bertumbuh
dewasa, agar mampu mengahadapi serigala zaman ini.