You are on page 1of 78

PENATALAKSANAAN ASUHAN GIZI

(CHOLECYSTITIS, DIABETES MELITUS, CARDIOVASCULAR


DISEASE (CVD) HIPERTENSI)

A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Tn S
2. No Medikal Record : 035-00-80
3. Ruang Rawat : Antasena II (c+1)
4. Tanggal Masuk RS : 6 Maret 2018
5. Tanggal Skrining : 6 Maret 2018
6. Tanggal Intervensi : 7 Maret 2018 s.d. 9 Maret 2018
7. DPJP : dr. Edi Supriyadi
8. Tanggal Lahir : 03 Desember 1974
9. Usia : 43 tahun
10. Jenis Kelamin : Laki-laki
11. Pekerjaan : Wiraswasta
12. Agama : Islam
13. Alamat : Kp. Bantarjaya RT 03/12 Ds. Bantarjaya Kec.
Rancebungur Kab. Bogor
14. Diagnosa Medis : Kolesititis, DM, Kardiovascular (CVD) Hipertensi
15. Terapi Diet : Diet DM 1900, Diet Jantung, Diet Rendah Garam
II, dan Diet Rendah Lemak

B. ASSESSMENT
1. Antropometri
a. Berat Badan = 74 kg
b. Tinggi Badan = 167 cm
c. BBI = TB – 100
= 167 – 100
= 67 kg

d. IMT/U =

=
= 26,61 kg/m2
e. Status gizi = overweight
Berdasarkan perhitungan indeks massa tubuh (IMT) didapatkan hasil 26,61
kg/m2 dengan ini status gizi Os dapat dikatakan obesitas (Kemenkes, 2013).
2. Biokimia
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Awal Laboratorium Tn. S di IGD Umum
Tanggal Jenis Hasil
Nilai Rujukan Ket
pemeriksaan Pemeriksaan laboratorium
Hematologi
Hemoglobin 12,1 g/dl 13 – 16 g/dl Rendah
Hematokrit 34 % 40 – 48 % Rendah
3
Leukosit 4,92 10 /uL 5 – 10 103/uL Rendah
Thrombosit 165 103/uL 150 – 400 103/uL Normal
Imunologi
1. Widal
O. ANTIGEN -
04 Maret
S. Typhosa Negatif Negative -
2018
S. Paratyphi A Negatif Negative -
S. Paratyphi B Negatif Negative -
S. Paratyphi C Negatif Negative -
H. ANTIGEN -
S. Typhosa Negatif Negative -
S. Paratyphi A Negatif Negative -
S. Paratyphi B Negatif Negative -
S. Paratyphi C Negatif Negative -
Hematologi
Hemoglobin 12,3 g/dl 13 – 16 g/dl Rendah
Hematokrit 34 % 40 – 48 % Rendah
Leukosit 5,9 103/uL 5 – 10 103/uL Normal
3 3
Thrombosit 132 10 /uL 150 – 400 10 /uL Rendah
05 Maret
Kimia Darah
2018
SGOT 95 U/L 10 – 35 U/L Tinggi
SGPT 106 U/L 10 – 36 U/L Tinggi
Ureum 18,9 10 – 50 mg/dL Normal
Creatinin 0,95 0,5 – 1,5 mg/dL Normal
Glukosa S 160 70 – 200 mg/dL Normal
Sumber : Data Rekam Medis Pasien Ruang Rawat Antasena II RS Dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor 2018

3. Klinis dan Fisik


a. Klinis
Tabel 2. Hasil Awal Pemeriksaan Klinis Tanggal 06 Maret 2018
Jam Jenis Hasil
Nilai Rujukan Keterangan
Pemeriksaan Pemeriksaan
09.00 Tekanan darah 150/90 mmHg 120/80 mmHg Tinggi
Nadi 88x/ menit 60-100x/menit Normal
Suhu 37,9 °C 36-37oc Normal
RR 20 / menit 20-30x/menit Normal
SaO2 -
15.00 Tekanan darah 160/90 mmHg 120/80 mmHg Tinggi
Nadi 108 / menit 60-100x/menit
Suhu 37,8 °C 36-37oc Normal
RR 20 / menit 20-30x/menit Normal
SaO2 94 %
Sumber : Data Rekam Medis Pasien Ruang Rawat Antasena II RS Dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor 2018
b. Fisik
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
Keluhan Demam, mual, muntah lebih dari 10x
Keadaan umum Sakit Sedang
Kesadaran Compos mentis
Sumber : Data Rekam Medis Pasien Ruang Rawat Antasena II RS Dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor 2018
Dari hasil pemeriksaan fisik pasien, keadaan pasien sakit sedang, dengan
keluhan demam, mual dan muntah.

Pemeriksaan penunjang : USG dan EKG

Tabel 4. Hasil USG

Kesan
Hepatomegali ringan dengan cholecystitis acalcalous minimal USG Pancrea, lien,
Ginjal, VU tampak normal
Sumber: Data Rekam Medis Pasien Ruang Rawat Antasena II RS Dr. H. Marzoeki
Mahdi Bogor 2018
4. Riwayat Personal
Pasien merupakan seorang kepala keluarga. Pasien bekerja sebagai
wiraswasta. Pasien tidak merokok. Pasien tinggal bersama istri dan orang tua.
Untuk biaya pengobatan pasien bergantung pada dana BPJS.
a. Interaksi obat
Tabel 5. Obat yang Dikonsumsi Pasien
Jenis obat Kegunaan Efek samping
Curcuma Membantu memelihara Efek samping dari obat
kesehatan fungsi hati, ini adalah mual ringan
memperbaiki nafsu dan iritasi lambung atau
makan, dan membantu nyeri ulu hati.
melancarkan buang air
besar.
Ondancetron Mencegah dan mengobati Sakit kepala dan pusing,
mual dan muntah akibat mudah mengantuk,
kemoterapi, radioterapi, kepanasan, pusing ketika
dan pascaoperasi. berdiri, mudah lelah,
konstipasi, sakit perut
Ranitidine Ranitidin HCl digunakan Efek samping Ranitidin
untuk pengobatan tukak HCl antara lain hepatitis,
lambung atau usus dan trombositopenia dan
keadaan hipersekresi leukopenia yang
yang patologis, misal terpulihkan, sakit kepala
sindrom Zollinger – dan pusing
Ellison
Cefhriaxone Dapat digunakan untuk Dapat menyebabkan
mengobati beberapa lelah, sariawan,. nyeri
kondisi akibat infeksi tenggorokan dan diare
bakteri dan mencegah
terjadinya bakteri
neforapid Obat insulin atau obat Dapat menyebabkan
injeksi untuk mengobati hipoglikemia, reaksi
penyakit diabetes melitus alergi seperti gatal dan
atau kencing manis. ruam pada kulit,
gangguan saluran
pencernaan dan
pernapasan, keringat
berlebih, dan penurunan
tekanan darah.
Futrolit Cairan yang digunakan
untuk membantu mengatasi
kebutuhan karbohidrat,
cairan dan elektrolit dalam
tubuh.
Sumber: Data Rekam Medis Pasien Ruang Rawat Antasena II RS Dr. H. Marzoeki
Mahdi Bogor 2018

5. Dietary History
a. Kualitatif
Pola makan pasien yaitu makan 3x sehari mulai dari makan pagi, makan
siang, dan makan malam. pasien gemar mengkonsumsi makan-makanan yang
digoreng dan disantan seminggu ± 3x. Selain itu pasien sering mengkonsumsi
suplemen berenergi seminggu 3x. Pasien kurang suka daging ayam. Pasien alergi
terhadap udang dan ikan laut.
Berikut ini adalah konsumsi pasien sehari sebelum masuk rumah sakit
(SMRS):
 Makan Pagi : nasi 2 centong, tahu goreng, sayur bayam, kopi
dengan gula 1 ½ sdm,
 Selingan :-
 Makan Siang : nasi 2 centong, sayur bobor bayam
 Selingan :-
 Makan Malam : pisang goreng, nasi 2 centong dan sayur sup

Tabel 6. Hasil Konsumsi Pasien Sebelum Masuk Rumah Sakit (SMRS)


Zat Gizi Asupan Kebutuhan % Asupan Keterangan
Enegi (kkal) 1550 kkal 1909,5 kkal 81,17 % Baik
Protein (gram) 32 gram 71,60 gram 44,69 % Kurang
Lemak (gram) 17 gram 53,04 gram 32,05 % Kurang
Karbohidrat (gram) 308 gram 286,42 gram 107 % Baik

b. Kuantitatif
Sudah 2 hari pasien mengalami penurunan nafsu makan karena mengalami
mual dan muntah. Riwayat makan kuantitatif pasien didapatkan dengan cara
melakukan recall 1x24 jam yaitu dengan mewawancarai pasien di rumah sakit
pada hari pertama pengamatan yaitu tanggal 06 Maret 2018. Kemudian hasil
recall tersebut dibandingkan dengan kebutuhan gizi pasien. Berikut ini adalah
recall 1x24 jam:
 Makan Pagi : bubur 4 sdm, tempe bumbu kecap 3 sdm, cah
wortel brokoli 2 sdm
 Selingan : biskuit DM
 Makan Siang : bubur 3 sdm, melon
 Selingan :-
 Makan Malam : bubur 3 sdm tempe ½ ptg
 Selingan : susu diabetasol habis
Tabel 7. Hasil Recall 1x24 jam
Zat Gizi Asupan Kebutuhan % Asupan Keterangan
Enegi (kkal) 759,36 kkal 1909,5 kkal 39,76 % Kurang
Protein (gram) 20,5 gram 71,60 gram 28,63 % Kurang
Lemak (gram) 16,25 gram 53,04 gram 30,63 % Kurang
Karbohidrat (gram) 138,5 gram 286,42 gram 48,35 % Kurang

6. Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Dahulu
Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien, diketahui bahwa pasien
memiliki riwayat penyakit Diabetes Melitus ± 3 tahun terakhir
b. Riwayat Penyakit Keluarga
Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien maupun pihak keluarga, ada
keluarga pasien yang memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus yaitu ibu
pasien.

C. DIAGNOSIS GIZI
a. Domain Asupan
N.I.2.1 Asupan Asupan oral tidak adekuat berkaitan dengan rasa mual dan
kurangnya nafsu makan ditandai dengan asupan pasien yang rendah dari
kebutuhan, yaitu asupan asupan reacall 1x24 jam dengan asupan energi 39,76 %,
protein 28,63 %, lemak 30,63 % karbohidrat 48,35 %.

N.I.4.2 Kelebihan asupan substansi bioaktif terkait dengan kegemaran minum


suplemen berenergi seminggu 3x ditandai dengan tekanan darah 150/80 mmHG.

b. Domain Klinis

N.C. 2.2 Perubahan nilai Laboratorium terkait gizi berkaitan dengan gangguan
fungsi organ kandung empedu dan insulin yang pengarah kepada perubahan
biokimia ditandai dengan SGOT 95 U/L SGPT 106 U/L dan Glukosa S 160
mg/dL.

N.C.3.2 Penurunan berat badan yang tidak diharapkan terkait dengan penyakit
yang diderita pasien ± 3 tahun yaitu diabetes melitus ditandai dengan penurunan
berat badan pasien lebih dari 10%.

c. Domain Perilaku

NB.1.7. Pemilihan makanan yang salah terkait dengan kurang terpaparnya


informasi yang akurat terkait gizi sebelumnya ditandai dengan suka
mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan makanan manis.

D. INTERVENSI GIZI
1) Tujuan
a. Tujuan Intervensi
 Memberikan makanan sesuai dengan kebutuhan pasien
 Membantu menormalkan nilai laboratorium (SGOT, SGPT, dan
Glukosa S)
 Membantu menormalkan tekanan darah
 Memberikan edukasi terkait gizi
b. Tujuan Diet
 Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal
dengan menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin, dengan
obat penurun glukosa oral dan aktivitas fisik.
 Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat
badan normal.
 Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja
jantung
 Mencegah atau menghilangkan penimbunan garam atau air.
 Membantu menurunkan tekanan darah pasien hingga normal
 Membatasi makanan yang menyebabkan kembung atau nyeri
abdomen
c. Syarat Diet
 Energi cukup sebesar 1909,5 kkal
 Protein cukup 15% dari total energi sebesar 71,60 gram
 Lemak cukup 25% dari total energi sebesar 53,04 gram
 Karbohidrat cukup 60% dari total energi sebesar 286,42 gram,
 Makanan yang diberikan mudah dicerna dan tidak menimbulkan
gas
 Asupan serat 25g/hari dengan mengutamakan serat larut air yang
terdapat di dalam sayur dan buah
 Garam rendah, 3 g/hari

2) Perhitungan Kebutuhan Gizi dengan menggunakan rumus


Konsensus PERKENI 2015

BMR Laki = 30 x Berat Badan Ideal (BBI)

= 30 x 67

= 2010 kkal

Energi = (BMR + F. Aktivitas) – F. Usia = ... + F. Stress

= .... +/- Faktor Koreksi Tubuh

= (2010 + 10% dari BMR)– 5% dari BMR =...+ 10% BMR

= ..... – 20% dari BMR

= (2010 + 201) – 100,5 = ... + 201

= (2211) – 100,5 = ... + 201


= 2110,5 + 201

= 2311,5 kkal – 402

= 1909,5 kkal

Protein = 15% x Energi / 4

= 15% x 1909,5 kkal / 4

= 286,42 / 4

= 71,60 gram

Lemak = 25% x Energi / 9

= 25% x 1909,5 / 9

= 477,37 / 9

= 53,04 gram

Karbohidrat = 60% x Energi / 4

= 60% x 1909,5 / 4

= 1145,7 / 4

= 286,42 gram

3) Preskripsi Diet
a. Jenis Diet : Diet DM 1900, Diet Jantung, Diet Rendah
Garam II dan Rendah Lemak
b. Route : Oral
c. Bentuk Makanan : Makanan Lunak (Tim)
d. Frekuensi Makanan : 3 x pemberian makanan utama dan 3 kali
selingan (1x selingan pagi, 1x selingan siang, 1x selingan malam)

Tabel 8. Perencanaan Pemberian Makanan Sehari 100% dari Kebutuhan

Energi Protein Lemak Karbohidrat


Waktu Makan
(kkal) (gram) (gram) (gram)
Makan Pagi 25% 477,37 kkal 17,9 gram 13,26 gram 71,60 gram
Selingan pagi 10% 190,95 kkal 7,16 gram 5,30 gram 28,64 gram
Makan Siang 25 % 477,37 kkal 17,9 gram 13,26 gram 71,60 gram
Selingan Sore 10% 190,95 kkal 7,16 gram 5,30 gram 28,64 gram
Makan Malam 20 % 381,9 kkal 14,32 gram 10,6 gram 57,28 gram
Selingan Malam 10% 190,95 kkal 7,16 gram 5,30 gram 28,64 gram
Total 1909,5 kkal 71,60 gram 53,04 gram 286,42 gram

Tabel 9. Perencanaan Pemberian Makanan Sehari 80% dari Kebutuhan

Energi Protein Lemak Karbohidrat


Waktu Makan
(kkal) (gram) (gram) (gram)
Makan Pagi 25% 381,9 kkal 14,32 gram 10,60 gram 57,28 gram
Selingan pagi 10% 152,76 kkal 5,72 gram 4,24 gram 22,91 gram
Makan Siang 25 % 381,9 kkal 14,32 gram 10,60 gram 57,28 gram
Selingan Sore 10% 152,76 kkal 5,72 gram 4,24 gram 22,91 gram
Makan Malam 20 % 305,52 kkal 11,44 gram 8,48 gram 45,82 gram
Selingan Malam 10% 152,76 kkal 5,72 gram 4,24 gram 22,91 gram
Total 1527,6 kkal 57,20 gram 42,43 gram 229,13 gram

Pemberian makan pasien diberikan 3x makan utama yaitu makan pagi,


makan siang dan makan malam serta 1x makan selingan, 1x ekstra buah pukul
15.00 dan 1x ekstra susu pukul 21.00 . Selingan diberikan untuk membantu
memenuhi kebutuhan pasien yang masih kurang. Berikut adalah pembagian
makan pasien dalam sehari :

Tabel 10. Perencanaan Pemberian Makanan Sehari 100% dari Kebutuhan

Satuan Energi Protein lemak KH


Waktu Makan
Porsi (kkal) (gram) (gram) (gram)
Karbohidrat 4,5 787,5 18 - 180
Protein Hewani RL 1 50 7 2 -
Protein Hewani LS 2 150 14 10 -
Protein Nabati 3 225 15 9 21
Sayur 2,5 62,5 2,5 - 12,5
Buah 3 150 - - 36
Minyak 5 250 - 25 -
Ekstra Buah 1 50 - - 12
Susu Diabetasol 1 250 10 8 39
Jumlah 1975 66,5 54 300,5
Persentase 103% 92,87% 101% 104%

Tabel 11. Perencanaan Pemberian Makanan Sehari 80% dari Kebutuhan


Satuan Energi Protein lemak KH
Waktu Makan
Porsi (kkal) (gram) (gram) (gram)
Karbohidrat 4 700 16 - 160
Protein Hewani RL 1 50 7 2 -
Protein Hewani LS 2 150 14 10 -
Protein Nabati 3 225 15 9 21
Sayur 2,5 62,5 2,5 - 12,5
Buah 3 150 - - 36
Minyak 5 250 - 25 -
Ekstra Buah 1 50 - - 12
Susu Diabetasol 1 250 10 8 39
Jumlah 1887,5 64,5 54 280,5
Persentase 98,84% 90% 101% 97%
Perencanaan menu sehari Tn. S diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien,
namun untuk membandingkan asupan makan pasien, dihitung secara bertahap
yakni dimulai dari 80% dari kebutuhan total, hal itu dikarenakan Tn. S nafsu
makannya kurang dan mengalami mual dan muntah setiap kali makan.
E. PERENCANAAN EDUKASI DAN KONSELING GIZI

Edukasi dan konseling ini diberikan kepada pasien dan keluarga pasien yang
diberikan pada hari pertama dan ketiga intervensi, media edukasi yang digunakan
yaitu leaflet dengan materi Diet DM 1900, Diet Jantung, Diet Rendah Garam II,
dan Diet Rendah Lemak. Berikut bentuk dan konseling gizi yang dilakukan:

a. Materi : Diet DM 1900, Diet Jantung, Diet Rendah Garam II, dan
Diet Rendah Lemak
b. Tujuan : Agar pasien melaksanakan diet makanan sesuai dengan
anjuran yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan dan dapat mengubah
sika dan perilaku makan pasien dan meningkatkan pengetahuan pasien dan
keluarga pasien
c. Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien
d. Waktu : 7 Maret 2018 dan 9 Maret 2018, durasi ±15 menit
e. Tempat : Ruang Antasena II kamar C+1
f. Metode : Diskusi dan tanya jawab
g. Media : Leaflet Diet DM dengan Komplikasi Jantung, Diet
Rendah Garam II, Diet Rendah Lemak dan Daftar bahan makanan
h. Evaluasi : Evaluasi yang dilakukan adalah dengan menanyakan
kembali kepada pasien dan keluarga pasien mengenai materi yang
disampaikan.

F. RENCANA MONITORING

Parameter yang akan yang akan di monitor dan di evaluasi pada pasien serta
target dari parameter yang telah ditentukan selama tiga hari intervensi pada
pasien, sebagai berikut:

Tabel 12. Parameter dan Target Monitoring dan Evaluasi Tn. S

Parameter Pelaksanaan Target


Asupan Selama intervensi Asupan pasien meningkat dan terpenuhi
(3 hari) sesuai dengan kebutuhan mulai dari
80% dari kebutuhan pasien
Biokimia Selama intervensi Nilai laboratorium SGOT, SGPT,
(3 hari) Glukosa S menjadi normal yaitu:
SGOT : 10 – 35 U/L
SGPT : 10 – 36 U/L
Glukosa S : 70 – 200 mg/dL
Klinis Selama intervensi Tanda – tanda vital pasien normal yaitu:
(3 hari) Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36-37 oc
Nadi : 60 – 100x/menit
RR :20 - 30x/menit

Fisik Selama intervensi Pusing, mual, muntah dan nafsu makan


(3 hari) membaik
Status Gizi Selama intervensi IMT menjadi normal, yaitu:
(3 hari) IMT : 18,5 – 24,9 kg/m2
Pengetahuan Selama intervensi Pasien dan keluarga mampu memahami
(3 hari) dan melaksanakan / menerapkan aturan
diet yang diberikan yaitu berupa diet
DM, diet jantung, diet rendah garam,
diet rendah lemak

G. MONITORING DAN EVALUASI


1. Monitoring Asupan
Monitoring asupan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana intervensi yang
diberikan dapat memenuhi kebutuhan gizi pasien, dengan asumsi semakin banyak
makanan yang dihabiskan dalam sehari maka intervensi yang diberikan dapat
dikatakan berhasil. Makanan yang dimakan oleh pasien dapat diketahui dengan
cara mengestimasi sisa makanan pasien setiap waktu makan dan juga melalui
wawancara recall 24 jam untuk mengetahui asupan makanan yang pasien makan
dari rumah sakit maupun luar rumah sakit. Berikut ini adalah asupan pasien di hari
pertama intervensi:

Tabel 13. Hasil Persentase Asupan Pasien Hari Pertama s.d Hari Ketiga (07
Maret 2018 – 09 Maret 2018)

Asupan RS
Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3
Kbthn
Zat Gizi 07 Maret 2018 08 Maret 2018 09 Maret 2018
(100%)
Total % dari Total % dari Total % dari
Asupan kebutuhan Asupan kebutuhan Asupan kebutuhan
Energi (kkal) 984,67 51,56% 1143,74 59,89% 1435,92 75% 1909,5
Protein (gr) 28,48 39,77% 43,62 60,92% 52,81 73,75% 71,60
Lemak (gr) 25,75 48,54% 26,5 49,96% 27,5 51,84% 53,04
Kh (gr) 159,68 55,75% 182,37 63,67% 247,68 86,47% 286,42
Data : data primer, 2018
Gambar 1. Persentase asupan pasien tiga hari intervensi berdasarkan kebutuhan
(100%) pasien

Berdasarkan grafik diatas pada hari pertama intervensi tanggal 07 Maret


2018 asupan energi pasien 51,56%, asupan protein 39,77%, asupan lemak
48,54%, dan asupan karbohidrat 55,75%. Pada hari pertama intervensi pasien
mengalami penurunan nafsu makan, pasien juga mengalami mual dan muntah
sehingga nilai berada di bawah 80% yaitu kurang (WNPG, 2004).
Pada hari kedua intervensi tanggal 08 Maret 2018 asupan energi,
karbohidrat, protein, dan lemak meningkat dibandingkan dengan asupan pada hari
pertama. Asupan energi 59,89%, protein 60,92%, lemak 49,96%, dan karbohidrat
63,67%. Asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat pada hari kedua, namun
masih kurang atau masih dibawah 80% (WNPG, 2004). Asupan pasien meningkat
dikarenakan bentuk makanan pasien dirubah dari bubur menjadi nasi tim untuk
menyesuaikan keadaan pasien yang mual dan muntah.
Pada hari ketiga asupan energi, protein, lemak, karbohidrat meningkat
dibandingkan dengan asupan pada hari kedua yaitu asupan energi 75%, protein
71,60%, lemak 53,04%. Namun asupan karbohidrat pada hari ketiga sudah cukup
baik yaitu 86,47% karena asupan tersebut sudah termasuk kedalam 80% (WNPG,
2004). Sehingga dapat disimpulkan secara keseluruhan asupan energi, protein dan
lemak pada hari ketiga masih kurang atau masih dibawah 80% (WNPG, 2004).
Sedangkan asupan karbohidrat pada hari ketiga sudah termasuk kedalam 80% atau
sudah cukup baik.

2. Monitoring Biokimia

Monitoring nilai laboratorium ini dilakukan untuk melihat apakah terjadi


perubahan atau tidak pada nilai laboratorium, dengan target nilai laboratorium
SGOT, SGPT, Glukosa S menjadi normal yaitu: SGOT : 10 – 35 U/L, SGPT: 10 –
36 U/L, Glukosa S : 70 – 200 mg/dL

Tabel 14. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tn. S Pada Intervensi Hari


Pertama s.d. Hari Ketiga Tanggal 07 Maret – 09 Maret 2018 di Ruang
Antasena II
Tanggal Jenis Hasil
Nilai Rujukan Ket.
pemeriksaan Pemeriksaan laboratorium
Hematologi
Hemoglobin 11,5 g/dl 13 – 16 g/dl Rendah
07 Maret 2018 Hematokrit 36 % 40 – 48 % Rendah
3 3
Leukosit 7,87 10 /uL 5 – 10 10 /uL Normal
3 3
Thrombosit 99 10 /uL 150 – 400 10 /uL Rendah

Tanggal Jenis Hasil


Nilai Rujukan Ket.
pemeriksaan Pemeriksaan laboratorium
Hematologi
Hemoglobin 11,9 g/dl 13 – 16 g/dl Rendah
Hematokrit 33 % 40 – 48 % Rendah
3 3
Leukosit 7,44 10 /uL 5 – 10 10 /uL Normal
08 Maret 2018
3 3
Thrombosit 94 10 /uL 150 – 400 10 /uL Rendah
Kimia Darah
SGOT 132 U/L 10 – 35 U/L Tinggi
SGPT 128 U/L 10 – 36 U/L Tinggi

Tanggal Jenis Hasil


Nilai Rujukan Ket.
pemeriksaan Pemeriksaan laboratorium
Hematologi
Hemoglobin 11,8 g/dl 13 – 16 g/dl Rendah
09 Maret 2018 Hematokrit 32 % 40 – 48 % Rendah
Leukosit 9,07 103/uL 5 – 10 103/uL Normal
Thrombosit 83 103/uL 150 – 400 103/uL Rendah
Sumber: Data Rekam Medis Pasien Ruang Rawat Antasena II RS Dr. H. Marzoeki
Mahdi Bogor 2018

Hasil pemeriksaan laboratorium pada hari pertama intervensi tanggal 07


Maret 2018, terdapat hasil pemeriksaan laboratorium yang rendah yaitu
hemoglobin 11,5 g/dl, hematokrit rendah yaitu 36%, serta trombosit yang rendah
yaitu 99 103/uL.

Hasil pemeriksaan laboratorium pada hari kedua intervensi tanggal 08 Maret


2018, terdapat hasil pemeriksaan laboratorium yang rendah yaitu hemoglobin 11,9
g/dl, hematokrit rendah yaitu 33%, leukosit normal dengan hasil 7,44 103/uL serta
trombosit yang rendah yaitu 94 103/uL. Pada hari kedua ini terjadi penurunan
trombosit dari 99 103/uL menjadi 94 103/uL. Lalu pada pemeriksaan kimia darah
yaitu SGOT dan SGPT memiliki nilai yag tinggi, SGOT 132 U/L dan SGPT 128
U/L nilai tersebut termasuk kedalam kategori tinggi.
Hasil pemeriksaan laboratorium pada hari ketiga intervensi tanggal 09
Maret 2018, terdapat hasil pemeriksaan laboratorium yaitu hemoglobin 11,8 g/dl,
hematokrit rendah yaitu 32%, leukosit normal dengan hasil 9,07 103/uL serta
trombosit yang rendah yaitu 83 103/uL. Pada hari ketiga ini terjadi penurunan
trombosit dari 94 103/uL menjadi 83 103/uL.

3. Monitoring Fisik/Klinis
a.Fisik

Pemeriksaan fisik terdiri dari pemeriksaan tanda-tanda vital dan keluhan


yang dirasakan pasien. Pemeriksaan tersebut dilakukan secara bertahap untuk
mengetahui perkembangan dari kondisi awal pasien. Hasil pemeriksaan fisik
pasien adalah sebagai berikut :

Tabel 15. Hasil Pemeriksaan Fisik


Kondisi

Jenis Keluhan Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3 (09


(07 Maret (08 Maret Maret 2018)
2018) 2018)
Mual + + +
Muntah + + +
Lemas + + +
Pusing + + +
Batuk - - -
Sesak nafas - - -
Nafsu makan menurun + + -
Diare - + -
Kembung - - -
Konstipasi - - -
Sumber : Data Primer, 2018
Berdasarkan tabel diatas, pada intervensi hari pertama tanggal 07 Maret
2018 pasien mengalami keluhan mual, muntah, lemas, pusing, dan nafsu makan
menurun. Pada intervensi hari kedua 08 Maret 2018 pasien mengalami keluhan
mual, muntah, lemas, pusing, pada hari ketiga intervensi ini pasien sudah tidak
mengalami diare, dan nafsu makan sudah mulai meningkat.Pada hari ketiga
intervensi tanggal 09 Maret 2018 pasien mengalami keluhan mual, muntah,
lemas, pusing, dan nafsu makan menurun disertai diare.

b. Klinis

Memonitoring keadaan fisik/klinis untuk memantau pasien selama


inervensi yaitu tiga hari intervensi pada tanggal 07 Maret 2018 sampai dengan 09
Maret 2018. Monitoring fisik/klinis dilakukan dengan melihat perubahan kondisi
fisik/klinisnya.

Tabel 16. Hasil Pemeriksaan Fisik Pasien 07 Maret – 09 Maret 2018

Jenis Hasil
Tanggal Nilai Rujukan Keterangan
Pemeriksaan Pemeriksaan
Tekanan darah 150/90 mmHg 120/80 mmHg Tinggi
07 Maret
Nadi 88x/ menit 60-100x/menit Normal
2018
Suhu 37,9 °C 36-37oc Normal
08 Maret Tekanan darah 150/90 mmHg 120/80 mmHg Tinggi
2018
Nadi 90 x/ menit 60-100x/menit Tinggi
Suhu 37 °C 36-37oc Normal
09 Maret Tekanan darah 160/90 mmHg 120/80 mmHg Tinggi
2018
Nadi 111 x/ menit 60-100x/menit Tinggi
Suhu 37 °C 36-37oc Normal
Sumber: Data Rekam Medis Pasien Ruang Rawat Antasena II RS Dr. H. Marzoeki
Mahdi Bogor 2018

Pada hari pertama intervensi pada tanggal 07 Maret 2018 tekanan darah
pasien tinggi, yaitu 150/90 mmHg. Pemeriksaan nadi pada hari pertama intervensi
normal, yaitu 88x/menit. Pengamatan laju respirasi pasien hari pertama intervensi
normal, yaitu 20x/menit. Untuk suhu pasien pada hari pertama intervensi adalah
normal 37,9 ºC.
Pada hari kedua intervensi pada tanggal 08 Maret 2018 tekanan darah pasien
tinggi, yaitu 160/90 mmHg. Pemeriksaan nadi pada hari ketiga intervensi tinggi,
yaitu 111x/menit. Pengamatan laju respirasi pasien hari ketiga intervensi
20x/menit, yaitu normal. Untuk suhu pasien pada hari pertama intervensi adalah
37 °C yaitu normal.
Pada hari ketiga intervensi pada tanggal 09 Maret 2018 tekanan darah pasien
tinggi, yaitu 160/90 mmHg. Pemeriksaan nadi pada hari pertama intervensi tinggi,
yaitu 111x/menit. Pengamatan laju respirasi pasien hari pertama intervensi
normal, yaitu 20x/menit. Untuk suhu pasien pada hari pertama intervensi adalah
37 °C

4. Monitoring Status Gizi

Pasien tidak mengalami perubahan BB dari hari pertama tanggal 07 Maret


2018 sampai hari terakhir intervensi. Berat badan pasien pada hari pertama yaitu
74 kg dan pada hari terakhir pengamatan tanggal 09 Maret 2018 berat badan
pasien adalah 74 kg.

5. Monitoring Pengetahuan

Berdasarkan hasil monitoring pengetahuan didapatkan hasil yaitu pasien


selama diberikan edukasi gizi, pasien mengerti dan melaksanakan terapi diit yang
dilaksanakan. Selain itu pasien mengikuti saran untuk tidak makan makanan yang
berasal dari luar RS. Pada hari terakhir pasien diberikan edukasi untuk
mengkonsumsi sayur serta mengurangi makanan berlemak dan makanan manis.
Pasien diberikan penjelasan mengenai Diet DM dengan komplikasi jantung, diet
rendah garam, dan diet rendah lemak.
A. Tinjauan Pustaka
1. Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit atau kelainan metabolisme


yang disebabkan kurangnya produksi insulin. Semua sel dalam tubuh manusia
membutuhkan glukosa agar dapat berfungsi dengan normal dan kadar gula dalam
darah biasanya dikendalikan oleh hormon insulin. Jika tubuh kekurangan insulin
atau sel-sel tubuh menjadi resistan terhadap insulin, maka kadar gula darah akan
meningkt drastis akibat penumpukan.

Diabetes melitus terjadi jika tubuh tidak menghasilkan insulin yang cukup
untuk memepertahankan kadar gula darah yang normal atau jika sel tidak
memberikan respons yang tepat terhadap insulin. Insulin adalah hormon yang
dilepaskan oleh pankreas yang bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar
gula darah tetap normal. Insulin memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa
menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi.

Peningkatan kadar gula dalam darah setelah makan atau minum merangsang
pankreas untuk menghasilkan insulin, sehingga mencegah kenaikan kadar gula
darah yang lebih lanjut dan menyebabkan kadar gula darah menurun secara
perlahan.

Berdasarkan Perkeni tahun 2011 Diabetes Mellitus adalah penyakit gangguan


metabolisme yang bersifat kronis dengan karakteristik hiperglikemia. Berbagai
komplikasi dapat timbul akibat kadar gula darah yang tidak terkontrol, misalnya
neuropati, hipertensi, jantung koroner, retinopati, nefropati, dan gangren.

Diabetes Melitus tidak dapat disembuhkan tetapi kadar gula darah dapat
dikendalikan melalui diet, olah raga, dan obat-obatan. Untuk dapat mencegah
terjadinya komplikasi kronis, diperlukan pengendalian DM yang baik (Perkeni,
2011).
2. Etiologi Penyakit Diabetes Mellitus

Diabetes melitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu


kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar
glukosa darah diatas nilai normal (Kemenkes RI, 2013). Diabetes melitus
merupakan kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat tubuh mengalami
gangguan dalam mengontrol kadar gula darah. Gangguan tersebut dapat
disebabkan oleh sekresi hormon insulin tidak adekuat atau fungsi insulin
terganggu (resistensi insulin) atau justru gabungan dari keduanya (Wresniati,
2012).

3. Patofisiologi Penyakit Diabetes Mellitus

Pankreas adalah kelenjar penghasil insulin yang terletak di belakang


lambung. Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti pulau dalam
peta, sehingga disebut dengan pulau-pulau Langerhans pankreas. Pulau-pulau ini
berisi sel alpha yang menghasilkan hormon glukagon dan sel beta yang
menghasilkan hormon insulin. Kedua hormon ini bekerja secara berlawanan,
glukagon meningkatkan glukosa darah sedangkan insulin bekerja menurunkan
kadar glukosa darah (Schteingart, 2006).

Insulin yang dihasilkan oleh sel beta pankreas dapat diibaratkan sebagai anak
kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel. Dengan
bantuan GLUT 4 yang ada pada membran sel maka insulin dapat menghantarkan
glukosa masuk ke dalam sel. Kemudian di dalam sel tersebut glukosa di
metabolisasikan menjadi ATP atau tenaga. Jika insulin tidak ada atau berjumlah
sedikit, maka glukosa tidak akan masuk ke dalam sel dan akan terus berada di
aliran darah yang akan mengakibatkan keadaan hiperglikemia (Sugondo, 2009).

Pada DM tipe 2 jumlah insulin berkurang atau dapat normal, namun reseptor
di permukaan sel berkurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan lubang kunci
masuk pintu ke dalam sel. Meskipun anak kuncinya (insulin) cukup banyak,
namun karena jumlah lubangnya (reseptornya) berkurang maka jumlah glukosa
yang masuk ke dalam sel akan berkurang juga (resistensi insulin). Sementara
produksi glukosa oleh hati terus meningkat, kondisi ini menyebabkan kadar
glukosa meningkat (Schteingart, 2006).

4. Penyakit Jantung

Jantung merupakan salah satu organ tubuh yang penting. Jantung memiliki
ukuran sebesar kepala tangan orang dewasa yang berfungsi memompa dan
menyebarkan darah yang mengandung oksigen ke seluruh tubuh. Seseorang
mengalami penyakit jantung koroner jika aliran darah ke jantungnya terhambat
oleh lemak. Penimbunan lemak di dalam arteri jantung ini dikenal dengan istilah
aterosklerosis dan merupakan penyebab utama penyakit jantung koroner. Selain
dapat mengurangi suplai darah ke jantung, aterosklerosis juga dapat menyebabkan
terbentuknya trombosis atau pengumpulan darah.

Jika hal ini terjadi, maka aliran darah ke jantung akan terblokir sepenuhnya
dan serangan jantung pun akan terjadi. Penyakit jantung yang tidak ditangani akan
mengakibatkan komplikasi mematikan. Ketika tidak menerima suplai darah yang
cukup hingga terlalu lemah untuk memompa darah, kinerja jantung akan
menurun.

Cardiovascular Disease adalah nama untuk suatu kelompok penyakit yang


mengenai jantung dan pembuluh darah. Contoh dari penyakit jantung adalah
penyakit jantung koroner (CHD), stroke, trombosis dan gangguan pembuluh darah
perifer (PAD). CHD dan stroke, keduanya dapat disebabkan oleh penyumbatan
dalam pembuluh darah.

Kardiovskular ialah penyakit yang berhubungan dengan fungsi jantung


(cardiac) dan sisitem peredaran darah (Vaskular). Penyakit ini disebabkan karena
ada penyumbatan dan penyempitan pembuluh arteri kororner tersebut disebabkan
oleh penumpukan zat-zat lemak (kolesterol, trigliserida) di bawah lapisan
terdalam (endotelium) dari dinding pembuluh nadi (aterosklerosis). Satu faktor
yang paling berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya penimbunan zat lemak
ini adalah gaya hidup, khususnya pola makan. Selain lewat makanan, penyakit
jantung pun dapat disebabkan oleh keadaan jantung yang lemah sejak lahir
(inherited heart disorder).
Saat ini penyakit degeneratif dan kardiovaskuler sudah merupakan salah
satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Hasil Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 1972, 1986 dan 1992 menunjukkan peningkatan prevalensi
penyakit kardiovaskuler yang menyolok sebagai penyebab kematian dan sejak
tahun 1993 diduga sebagai penyebab kematian nomor satu. Penyakit tersebut
timbul karena berbagai faktor risiko seperti kebiasaan merokok, hipertensi,
disiplidemia, diabetes mellitus, obesitas, usia lanjut dan riwayat keluarga. Dari
faktor risiko diatas yang sangat erat kaitannya dengan gizi adalah hipertensi,
obesitas, disiplidemia dan diabetes mellitas.

5. Faktor – faktor Resiko Jantung

Faktor resiko adalah keadaan yang ada pada seseorang yang membuatnya
lebih beresiko (berpeluang) menderita penyakit dibandingkan dengan orang lain
yang ciri-cirinya sama, tetapi tidak memiliki keadaan itu.

Penyakit jantung koroner sangat berhubungan dengan faktor resiko. Bila


anda dapat mengendalikan faktor resiko tersebut, berarti anda memperbaiki
kualitas hidup anda dan memperkecil resiko kambuh atau memberatnya penyakit.

Mengontrol faktor risiko koroner termasuk berhenti merokok untuk anda


yang biasa merokok; mengontrol kadar kolesterol darah agar tidak melebihi nilai
normal; mengawasi tekanan darah agar tetap normal; bila menderita diabetes
diusahakan kadar gula tidak terlalu tinggi. Untuk yang kegemukan (obese) agar
menurunkan berat badannya sampai berat badan ideal.

B. Tata Laksana Diet DM dengan komplikasi jantung dan Diet rendah garam dan
rendah lemak
1. Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes Melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang mengalami peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan
hormon insulin secara absolut atau relatif. Pelaksanaan diet hendaknya disertai
dengan latihan jasmani dan perubahan perilaku tentang makanan.

2. Definisi Jantung
Penyakit Jantung terjadi akibat proses berkelanjutan, dimana jantung secara
berangsur kehilangan kemampuannya untuk melakukan fungsi secara normal.
Pada awal penyakit, jantung mampu mengkompensasi ketidakefesiensian
fungsinya dan mempertahankan sirkulasi darah normal melalui pembesaran dan
peningkatan denyut nadi (Compensated Heart Disease). Dalam keadaan tidak
terkompensasi (Decompensation Cordis), sirkulasi darah yang tidak normal
menyebabkan sesak napas (dyspnea), rasa lelah, dan rasa sakit di daerah jantung.

3. Definisi Diet Rendah Garam

Diet Rendah Garam adalah garam natrium seperti yang terdapat di dalam
garam dapur (NaCl), soda kue (NaHCO3) baking powder, natrium benzoat, dan
vetsin (monosodium glutamat). Natrium adalah kation utama dalam cairan
ekstraselular tubuh yang mempunyai fungsi menjaga keseimbangan cairan dan
asam basa tubuh, serta berperan dalam transmisi saraf dan kontraksi otot. Asupan
makanan sehari-hari umumnya mengandung lebih lebih banyak natrium daripada
yang dibutuhkan tubuh. Dalam keadaan normal, jumlah natrium yang dikeluarkan
tubuh melalui urin sama dengan jumlah yang dikonsumsi, sehingga terdapat
keseimbangan.

4. Definisi Diet Rendah Lemak

Diet ini diberikan kepada pasien dengan penyakit kandung empedu. Fungsi utama
kandung empedu adalah untuk mengkonsentrasikan dan menyimpan empedu yang
diproduksi oleh hati. Cairan empedu mengandung garam empedu dan kolesterol.
Empedu membantu pencernaan serta absorbsi lemak dan vitamin larut lemak
A,D,E,K, mineral besi, dan kalsium

5. Tujuan Diet Diabetes Melitus

Tujuan Diet Penyakit Diabetes Melitus adalah, membantu pasien memperbaiki


kebiasaan makan dan olahraga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih
baik, dengan cara:
 Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan
menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin (endgen atau
exogenous) dengan obat penurun glukosa oral dan aktivitas fisik.
 Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal
 Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan
normal.
 Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang menggunakan
insulin seperti hipoglikemia, komplikasi jangka pendek dan jangka lama
serta masalah yang berhubungan dengan latihan jasmani.
 Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang
optimal
6. Tujuan Diet Jantung

Tujuan Diet Penyakit Jantung adalah:

 Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja jantung


 Menurunkan berat badan bila ada gemuk
 Mencegah atau menghilangkan penimbunan garam atau air
7. Tujuan Diet Rendah Garam

Tujuan Diet Garam Rendah adalah membantu menghilangkan retensi garam


atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien
hipertensi

8. Tujuan Diet Rendah Lemak

Tujuan Diet Rendah Lemak pada penyakit kandung empedu ini adalah untuk
mencapai dan mepertahankan status gizi optimal dan memberi istirahat pada
kandung empedu, dengan cara:

 Menurunkan berat badan bila kegemukan, yang dilakukan secara bertahap


 Membatasi makanan yang menyebabkan kembung atau nyeri abomen
 Mengatasi malabsorbsi lemak.
9. Syarat Diet
 Energi cukup sebesar 2371,8 kkal
 Protein cukup 15% dari total energi sebesar 88,94 gram
 Lemak cukup 25% dari total energi sebesar 65,88 gram
 Karbohidrat cukup 60% dari total energi sebesar 355,77 gram
 Makanan yang diberikan mudah dicerna dan tidak menimbulkan gas
 Asupan serat 25g/hari dengan mengutamakan serat larut air yang terdapat
di dalam sayur dan buah
 Garam rendah, 3 g/hari
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pasien di diagnosa dokter mengalami Diabetes Melitus, Cardiovascular
Disease (CVD), Cholecystitis, Hipertensi.
2. Berdasarkan hasil perhitungan IMT pasien adalah 26,61 kg/m 2 , diketahui
pasien memiliki status gizi overweight.
3. Jenis diet yang diberikan adalah diet Diabetes Melitus 1900, Diet
Jantung, Diet Rendah Garam II, dan Diet Rendah Lemak.
4. Kebutuhan zat gizi pasien energi 1909,5 kkal, protein 71,60 gram, lemak
53,04 gram dan karbohidrat 286,42 gram. Intervensi yang diberikan
secara bertahap yaitu 80% dari total kebutuhan yaitu energi 1527,6 kkal,
protein57,20 gram, lemak 42,43 gram dan karbohidrat 229,13 gram.
5. Asupan makan pasien selama tiga hari intervensi cukup baik dan
mengalami peningkatan asupan energi 75%, protein 71,60%, lemak
53,04%, karbohidrat 86,47%.
6. Monitoring biokimia, hasil laboratorium pasien pada intervensi hari
terakhir hemoglobin (rendah) 11,8 g/dl, hematokrit (rendah) 32%, dan
trombosit (rendah) 83 103/uL
7. Monitoring klinis pasien, pasien pada hari ketiga intervensi pasien
mengalami mual, muntah, lemas dan pusing. Pada hari ketiga ini pasien
sudah mulai membaik nafsu makannya.
8. Monitoring status gizi pasien tidak mengalami perubahan BB dari hari
pertama sampai hari terakhir intervensi. Berat badan pada hari pertama
intervensi 74 kg dan berat badan pasien pada hari terakhir intervensi
adalah 74 kg.
9. Monitoring pengetahuan terlihat bahwa pasien dan keluarga paham
terhadap diet yang diberikan.

B. Saran
Keluarga pasien harus tetap memberikan motivasi dan semangat kepada
pasien agar pasien semangat untuk menjalankan diet yang diberikan. Membantu
pasien agar tetap patuh terhadap diet yang diberikan agar pasien mengurangi dan
atau tidak mengkonsumsi makanan dari luar rumah sakit. Membantu pasien dalam
pemilihan bahan makanan yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan agar pola
makan pasien menjadi lebih baik lagi dan lebih teratur.
Lampiran 1. Asupan Makan Pasien Hari Intervensi Pertama

Energi Karbohidrat
Menu P Protein (gr) Lemak (gr)
(kkal) (gr)
Pagi
Bubur ¼ 65,62 1,5 - 15
Tempe ½ 37,5 2,5 1,5 3,5
Sayur ¼ 6,25 0,25 - 1,25
Jumlah 109,37 4,25 1,5 19,75
Selingan pagi 1 250 10 8 39
Jumlah 250 10 8 39
Siang
Bubur ½ 131,25 3 - 30
Ayam ¾ 48,75 4,55 3,25 -
Tahu ½ 37,5 2,5 1,5 3,5
Buah 3 150 - - 36
Minyak 2 100 - 10 -
Jumlah 467,5 10,05 14,75 69,5
Selingan siang 1 50 - - 12
Jumlah 50 - - 12
Malam
Bubur 1/4 65,62 1,5 - 15
Tahu ½ 37,5 2,5 1,5 3,5
Sayur ¼ 4,68 0,18 - 0,93
Jumlah 107,8 4,18 1,5 19,43
Total 984,67 28,48 25,75 159,68
Kebutuhan 1909,5 71,60 53,04 286,42
Persentase 51,56% 39,77% 48,54% 55,75%
Lampiran 2. Asupan Makan Pasien Hari Intervensi Pertama

Energi Karbohidrat
Menu P Protein (gr) Lemak (gr)
(kkal) (gr)
Pagi
Nasi Tim ½ 131,25 3 - 30
Daging 1 50 7 2 -
Tempe ½ 37,5 2,5 1,5 3,5
Sayur ½ 12,5 0,5 - 2,5
Jumlah 231,25 13 3,5 36
Selingan pagi - 0 0 0 0
Jumlah 0 0 0 0
Siang
Nasi Tim ½ 131,25 3 - 30
Ayam ¼ 18,75 1,75 1,25 -
Tahu ¾ 56,25 3,75 2,25 5,25
Sayur 1 18,75 0,75 - 3,75
Buah 3 150 - - 36
Minyak 1 50 - 5 -
Jumlah 425 9,25 8,5 75
Selingan siang 1 50 - - 12
Jumlah 50 - - 12
Malam
Nasi Tim ¼ 65,62 1,5 - 15
Daging 75 7 5 -
Tahu ½ 37,5 2,5 1,5 3,5
Sayur ½ 9,37 0,37 - 1,87
Jumlah 187,49 11,37 6,5 20,37
Selingan 1 250 10 8 39
Jumlah 250 10 8 39
Total 1143,74 43,62 26,5 182,37
Kebutuhan 1909,5 71,60 53,04 286,42
Persentase 59,89% 60,92% 49,96% 63,67%

Lampiran 3. Asupan Makan Pasien Hari Intervensi Pertama

Energi Karbohidrat
Menu P Protein (gr) Lemak (gr)
(kkal) (gr)
Pagi
Nasi Tim ¾ 196,87 4,5 - 45
Daging 1 50 7 2 -
Tempe ¼ 18,75 1,25 0,75 1,75
Sayur ½ 12,5 0,5 - 2,5
Minyak ½ 25 - 2,5 -
Jumlah 303,12 13,25 5,25 49,25
Selingan pagi 1 250 10 8 39
Jumlah 250 10 8 39
Siang
Nasi Tim ½ 131,25 3 - 30
Ayam 1 50 7 2 -
Tahu 1 75 5 3 7
Sayur ¾ 18,75 0,75 - 3,75
Buah 3 150 - - 36
Jumlah 450 15,75 8 76,75
Selingan siang 1 50 - - 12
Jumlah 50 - - 12
Malam
Nasi Tim ¾ 196,87 4,5 - 45
Tahu ¾ 56,25 3,75 2,25 5,25
Sayur ¼ 4,68 0,56 - 0,93
Jumlah 257,8 8,81 2,25 51,18
Selingan 1 125 5 4 19,5
Jumlah 125 5 4 19,5
Total 1435,92 52,81 27,5 247,68
Kebutuhan 1909,5 71,60 53,04 286,42
Persentase 75% 73,75% 51,84% 86,47%
LEFLET DIET PENYAKIT DIABETES DENGAN KOMPLIKASI
PENYAKIT JANTUNG
Tanggal 07 Maret 2018
Makan Pagi Makan Pagi Sisa
Snack Tidak ada dokumentasi, sehingga
dilakukan recall makanan, berdasarkan
hasil recall, pasien menghabiskan snack
yang diberikan oleh RS
Makan Siang Makan Siang Sisa

Makan Malam Sisa Makan Siang

Tanggal 08 Maret 2018


Makan Pagi Sisa makan pagi

Snack

Tidak ada dokumentasi, sehingga


dilakukan recall makanan, berdasarkan
hasil recall, pasien menghabiskan snack
yang diberikan oleh RS

Makan Siang Sisa Makan Siang


Makan Malam Sisa Makan Malam
PENATALAKSANAAN ASUHAN GIZI
(CONGESTIVE HEART FAILURE(CHF), HIPERTENSI, HIPERTENSI
HEART DISEASE (HHD) ISCHEMIC HEART DISEASE (IHD)
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK))

H. IDENTITAS PASIEN
16. Nama : Tn S
17. No Medikal Record : 033-34-95
18. Ruang Rawat : Gayatri B1
19. Tanggal Masuk RS : 19 Maret 2018
20. Tanggal Skrining : 20 Maret 2018
21. Tanggal Intervensi : 20 Maret 2018 s.d. 22 Maret 2018
22. Tanggal Lahir : 01 Januari 1940
23. Usia : 78 tahun
24. Jenis Kelamin : Laki-laki
25. Pekerjaan : Tidak bekerja
26. Agama : Islam
27. Alamat : Gn Batu, 66 rante, RT/ RW 01/07
28. Diagnosa Medis : Congestive Heart Failure (CHF), Hipertensi,
Hipertensi Heart Disease (HHD), Ischemic Heart Disease (IHD) Penyakit
Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
29. Terapi Diet : Diet Jantung dan Diet Rendah Garam

I. ASSESSMENT
2. Antropometri
f. Berat Badan = 59,31 kg
g. Tinggi Badan = 165 cm
h. BBI = TB – 100
= 165 – 100
= 65 kg
i. BB kering = BBA - Koreksi Penumpukan Cairan
= BBA – (20% BBA)
= 59,31 – (20% x 59,31)
= 59,31 – ( 11,86)
= 47,45 kg
j. IMT/U =

= 17,44 kg/m2
k. Status gizi = Kurus
Berdasarkan perhitungan indeks massa tubuh (IMT) didapatkan hasil 17,44
kg/m2 dengan ini status gizi pasien dapat dikatakan kurus (Kemenkes, 2013).

2. Biokimia
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Awal Laboratorium Tn. S di IGD Umum
Tanggal Jenis Hasil
Nilai Rujukan Ket
pemeriksaan Pemeriksaan laboratorium
17 Maret Hematologi
2018 Hemoglobin 14,6 g/dl 13 – 16 g/dl Normal
Hematokrit 44 % 40 – 48 % Normal
Leukosit 8,37 103/uL 5 – 10 103/uL Normal
Thrombosit 273 103/uL 150 – 400 103/uL Normal
Kimia Darah
SGOT 48 U/L 10 – 35 U/L Tinggi
SGPT 26 U/L 10 – 36 U/L Normal
Albumin 3,9 g/dL 3,4 – 4,8 g/dL Normal
Ureum 28,3 mg/dL 10 – 50 mg/dL Normal
Creatinin 1,13 mg/dL 0,5 – 1,5 mg/dL Normal
Glukosa S 110 mg/dL 70 – 200 mg/dL Normal
Elektrolit Na, K, Cl
Elektrolit (pemr. Ion Na, K, Cl)
Natrium 139 mEq/L 132 – 147 mEq/L Normal
Kalium 3,0 mEq/L 3,3 – 5,4 mEq/L Normal
Chlorida 112 mEq/L 94 – 111 mEq/L Tinggi
Urine – Tinja
Urine rutin
Warna Kuning Kuning Normal
Kejernihan Jernih Jernih Normal
Berat jenis 1,015 1,005 – 1,030 Normal
pH 6,0 4,5 – 8,0 Normal
Protein Negatif Negatif - Normal
Glukosa Negatif Negatif - Normal
Ketone Negatif Negatif - Normal
Darah Negatif Negatif - Normal
Bilirubin Negatif Negatif - Normal
Urobilinogen Normal 3,2 – 16,0 umol/L Normal
Nitrit Negatif Negatif - Normal
Leukosit Esterase Negatif Negatif - Normal
Sedimen leukosit 1–2 `0 – 5/LPB Normal
Sedimen Eritrosit 0–1 `0 – 2/LPB Normal
Silinder Negatif Negatif - Normal
Sel Epitel Positif Negatif - Positif
Bakteri Negatif Negatif - Normal
Kristal Negatif Negatif - Normal
Sumber : Data Rekam Medis Pasien Ruang Rawat Gayatri RS Dr. H. Marzoeki
Mahdi Bogor 2018
Berdasarkan hasil tabel 1 pemeriksaan laboratorium pada tanggal 7 Maret
2018 nilai SGOT dan Chlorida pasien tinggi.

3. Klinis dan Fisik


a. Klinis
Tabel 2. Hasil Awal Pemeriksaan Klinis Tanggal 19 Maret 2018
Jam Jenis Hasil
Nilai Rujukan Keterangan
Pemeriksaan Pemeriksaan
09.30 Tekanan darah 150/100 mmHg 120/80 mmHg Tinggi
Nadi 96x/ menit 60-100x/menit Normal
o
Suhu 36 °C 36-37 c Normal
RR 24 / menit 20-30x/menit Normal
SaO2 97 %
15.00 Tekanan darah 124/77 mmHg 120/80 mmHg Normal
Nadi 77 / menit 60-100x/menit Normal
Suhu 36 °C 36-37oc Normal
RR 24 / menit 20-30x/menit Normal
SaO2 98 %
Sumber : Data Rekam Medis Pasien Ruang Rawat Antasena II RS Dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor 2018
b. Fisik
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
Keluhan Bengkak di wajah dan kaki ± 1 bulan,
sesak, BAK lancar
Keadaan umum Sakit Sedang
Kesadaran Compos mentis
Sumber : Data Rekam Medis Pasien Ruang Rawat Antasena II RS Dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor 2018
Dari hasil pemeriksaan fisik pasien, keadaan pasien sakit sedang, dengan
keluhan bengkak di wajah dan kaki ± 1 bulan, sesak, BAK lancar

Pemeriksaan penunjang : Radiologi dan EKG

Tabel 4. Hasil Pemeriksaan USG

Kesan
Cor : Cardiomegali
Pulmo : Susp TB Paru
Effusi pleura duplex

4. Riwayat Personal
Pasien merupakan seorang kepala keluarga. Pasien tidak bekerja. Pasien
merokok aktif. Pasien tinggal bersama anak pertamanya. Untuk biaya pengobatan
pasien bergantung pada dana BPJS.
a. Interaksi obat
Tabel 5. Obat yang Dikonsumsi Pasien
Jenis obat Kegunaan Efek samping
Candesartan Menghambat penyempitan Efek samping dari obat ini
pembuluh darah akibat efek adalah batuk, sakit
dari suatu zat di dalam tenggorokan, pusing, sakit
tubuh kepala, vertigo, infeksi
laporan pernapasan.
Spironolactone Mengatasi penimbunan Sakit perut, diare, merasa
cairan atau edema, kelelahan, pusing dan sakit
gangguan ginjal, gagal kepala, keringat berlebihan.
jantung, hipertensi dan
penyakit hati
KSR (Kalium klorida) Mengatasi Efek sampingnya
kekurangan/penurunan menyebabkan mual dan
kadar kalium darah. muntah sehingga rendahnya
kepatuhan pengobatan
merupakan kendala utama
efektifitas obat

Ambroxol syrup Berfungsi untuk Efek samping dari obat ini


mengencerkan dahak, adalah gangguan pada
mengatasi gangguan sistem pencernaan seperti
pernapasan akibat produksi rasa mual, muntah dan nyeri
dahak yang berlebihan pada ulu hati, namun efek
kondisi seperti samping ini umunya
bronkiektasis dan emfisema tergolong ringan.
CPG 25 mg Kegunaan obat ini adalah Efek samping dari obat ini
untuk mencegah trombosit adalah sakit kepala, pusing,
saling menempel yang gangguan gastrointestinal,
beresiko membentuk dan hematologikal
gumpalan darah. Gumpalan
darah yang terbentuk di
pembuluh darah arteri dapat
memicu terjadinya
trombosis arteri, seperti
serangan jantung dan
stroke.

5. Dietary History
a. Kualitatif
Pola makan pasien yaitu makan 3x sehari mulai dari makan pagi, makan
siang, dan makan malam.Pasien gemar mengkonsumsi kopi saat setelah makan,
makan-makanan yang digoreng. Pasien tidak ada pantangan untuk makan, dan
pasien tidak ada alergi terhadap makanan.
Berikut ini adalah konsumsi pasien sehari sebelum masuk rumah sakit
(SMRS):
 Makan Pagi : kopi dengan gula 1 ½ sdm, nasi 2 sendok nasi,
sayur bayam, biskuit 2 keping
 Selingan :-
 Makan Siang : nasi 2 centong, sayur bobor bayam, telor mata
sapi,
 Selingan : kopi dengan gula 1 ½ sdm
 Makan Malam : nasi 1 ½ sendok nasi, sayur sup dan sate ayam 3
tusuk.
Tabel 6. Hasil Recall 1x24 jam Asupan pasien
Zat Gizi Asupan Kebutuhan % Asupan Keterangan
Enegi (kkal) 1536,25 kkal 1588,37 kkal 96% Cukup
Protein (gram) 40,7 gram 37,96 gram 107% Cukup
Lemak (gram) 17,5 gram 44,12 gram 39,66% Kurang
Karbohidrat (gram) 299,75 gram 260,09 gram 115% Lebih

b. Kuantitatif
Riwayat makan kuantitatif pasien didapatkan dengan cara melakukan
recall 1x24 jam yaitu dengan mewawancarai pasien di rumah sakit pada hari
pertama pengamatan yaitu tanggal 20 Maret 2018. Kemudian hasil recall tersebut
dibandingkan dengan kebutuhan gizi pasien. Berikut ini adalah recall 1x24 jam
asupan pasien:
 Makan Pagi : bubur habis, bistik daging, tempe mendoan, tumis
sayuran
 Selingan : puding coklat
 Makan Siang : bubur, tahu isi kukus, bening bayam, pepaya
 Selingan :-
 Makan Malam : bubur, teur puyuh kacang polong, oseng tempe,
tumis buncis jagung
Tabel 7. Hasil Recall 1x24 jam Asupan pasien
Zat Gizi Asupan Kebutuhan % Asupan Keterangan
Enegi (kkal) 1100 kkal 1588,37 kkal 69,25 % Kurang
Protein (gram) 41,25 gram 37,96 gram 108 % Baik
Lemak (gram) 28,25 gram 44,12 gram 64,02 % Kurang
Karbohidrat (gram) 165,75 gram 260,09 gram 64,21 % Kurang

6. Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Dahulu
Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien, diketahui bahwa pasien
memiliki riwayat penyakit Jantung.
b. Riwayat Penyakit Keluarga
Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien, diketahui bahwa keluarga
pasien tidak memiliki riwayat penyakit.
J. DIAGNOSIS GIZI
d. Domain Asupan

N.I.5.8.2 Kelebihan asupan karbohidrat berkaitan dengan rasa mual dan


kurangnya nafsu makan ditandai dengan asupan karbohidrat pasien yang tinggi
dari kebutuhan, yaitu asupan sebelum masuk rumah sakit dengan asupan
karbohidrat 115% .

e. Domain Klinis

N.C. 2.2 Perubahan nilai Laboratorium terkait gizi berkaitan dengan gangguan
fungsi organ jantung yang pengarah kepada perubahan biokimia ditandai dengan
SGOT 48 U/L.

K. INTERVENSI GIZI
1) Tujuan
a. Tujuan Intervensi
 Memberikan makanan sesuai dengan kebutuhan pasien.
 Membantu menormalkan nilai laboratorium (SGOT)
 Membantu menormalkan tekanan darah
 Memberikan edukasi terkait gizi
b. Tujuan Diet
 Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja
jantung
 Mencegah atau menghilangkan penimbunan garam atau air
 Membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan
tubuh
 Membantu menurunkan tekanan darah pasien hingga normal
c. Syarat Diet
 Energi cukup sebesar 1588,37 kkal
 Protein cukup yaitu 0,8 g/kg BB sebesar 37,96 gram
 Lemak sedang 25% dari total energi sebesar 44,12 gram
 Karbohidrat cukup 65% dari total energi sebesar 260,09 gram
 Makanan yang diberikan mudah dicerna dan tidak menimbulkan
gas
 Garam rendah, 3 g/hari
 Vitamin dan mineral cukup. Hindari penggunaan suplemen kalium,
kalsium, dan magnesium jika tidak dibutuhkan.
 Serat cukup untuk menghindari konstipasi
2) Perhitungan Kebutuhan Gizi dengan menggunakan rumus Mifflin
BMR Laki = (10 x BBA) + (6,25 x TB) – (5 x usia) + 5

= (10 x 47,45) + (6,25 x 165) – (5 x 78) + 5

= (474,5) + 1031,25 – 390 + 5

= (1505,75 – 395)

= 1110,75

Kebutuhan = BMR x F.aktifitas x F.stress

= 1110,75 x 1,1 x 1,3

= 1588,37 kkaal

Protein = 0,8 x 47,45

= 37,96 gram

= 37,96 x 4

= 151,84 / 1588,37

= 9,5%

Lemak = 25% x Energi / 9

= 25% x 1588,37 / 9

= 397,09 / 9

= 44,12 gram

Karbohidrat = 65% x Energi / 4

= 65% x 1588,37 / 4

= 1040,38 / 4

= 258,11 gram

Kebutuhan cairan = 35 x BB

= 35 x 47,45

= 1660,7 ml

3) Preskripsi Diet
a. Jenis Diet : Diet Jantung, Diet Rendah Garam
b. Route : Oral
c. Bentuk Makanan : Makanan Lunak (bubur)
d. Frekuensi Makanan : 3 x pemberian makanan utama dan 2x
selingan

Tabel 8. Perencanaan Pemberian Makanan Sehari 100% dari Kebutuhan


Protein Lemak Karbohidrat
Waktu Makan Energi (kkal)
(gram) (gram) (gram)
Makan Pagi 30% 476,51 kkal 11,38 gram 13,23 gram 77,43 gram
Selingan pagi 10 % 158,837 kkal 3,79 gram 4,41 gram 25,81 gram
Makan Siang 25 % 397,09 kkal 9,49 gram 11,03 gram 64,52 gram
Selingan Sore 10% 158,837 kkal 3,79 gram 4,41 gram 25,81 gram
Makan Malam 25 % 397,09 kkal 9,49 gram 11,03 gram 64,52 gram
Total 1588,37 kkal 37,96 gram 44,12 gram 258,11 gram

Pemberian makan pasien diberikan 3x makan utama yaitu makan pagi,


makan siang dan makan malam serta 2x makan selingan, selingan pagi dan
selingan sore. Selingan diberikan untuk membantu memenuhi kebutuhan pasien
yang masih kurang. Berikut adalah pembagian makan pasien dalam sehari :

Tabel 9. Perencanaan Pemberian Makanan Sehari 100% dari Kebutuhan

Satuan Energi Protein lemak KH


Waktu Makan
Porsi (kkal) (gram) (gram) (gram)
Karbohidrat 3 525 12 - 120
Protein Hewani LS 2 150 14 10 -
Protein Nabati 2,5 187,5 12,5 7,5 17,5
Sayur 3 75 3 - 15
Buah 4 200 - - 48
Minyak 5 250 - 25 -
Gula 3 150 - - 36
Jumlah 1537,5 41,5 42,5 236,5
Persentase 96,7% 109% 96,3% 91,6%

L. PERENCANAAN EDUKASI DAN KONSELING GIZI

Edukasi dan konseling ini diberikan kepada pasien dan keluarga pasien yang
diberikan pada hari pertama dan ketiga intervensi, media edukasi yang digunakan
yaitu leaflet dengan materi Diet Jantung dan Diet Rendah Garam, berikut bentuk
dan konseling gizi yang dilakukan:

i. Materi : Diet Jantung dan Diet Rendah Garam,


j. Tujuan : Agar pasien melaksanakan diet makanan sesuai dengan
anjuran yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan dan dapat mengubah
sika dan perilaku makan pasien dan meningkatkan pengetahuan pasien dan
keluarga pasien
k. Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien
l. Waktu : 22 Maret 2018, durasi ±15 menit
m. Tempat : Ruang Gayatri B1
n. Metode : Diskusi dan tanya jawab
o. Media : Leaflet Diet Jantung dan Diet Rendah Garam,
p. Evaluasi : Evaluasi yang dilakukan adalah dengan menanyakan
kembali kepada pasien dan keluarga pasien mengenai materi yang
disampaikan.
F. RENCANA MONITORING

Parameter yang akan yang akan di monitor dan di evaluasi pada pasien serta
target dari parameter yang telah ditentukan selama tiga hari intervensi pada
pasien, sebagai berikut:

Tabel 10. Parameter dan Target Monitoring dan Evaluasi Tn. S

Parameter Pelaksanaan Target


Asupan Selama intervensi Asupan pasien meningkat dan terpenuhi
(3 hari) sesuai dengan kebutuhan pasien
Status Gizi Penimbangan berat Mempertahankan status gizi Os yang
badan pada awal baik/normal
Assesmen dan hari
terakhir intervensi
Asupan Cairan Selama intervensi Asupan cairan pasien sesuai dengan
(3 hari) kebutuhan pasien.
Urin Output Selama intervensi Tidak terjadi retensi cairan pada pasien
(3 hari) yang menyebabkan odema
Pengetahuan Selama intervensi Pasien dan keluarga mampu memahami
(3 hari) dan melaksanakan / menerapkan aturan
diet yang diberikan yaitu berupa diet,
diet jantung, diet rendah garam.

G. MONITORING DAN EVALUASI


a. Monitoring Asupan

Monitoring asupan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana intervensi


yang diberikan dapat memenuhi kebutuhan gizi pasien, dengan asumsi semakin
banyak makanan yang dihabiskan dalam sehari maka intervensi yang diberikan
dapat dikatakan berhasil. Makanan yang dimakan oleh pasien dapat diketahui
dengan cara mengestimasi sisa makanan pasien setiap waktu makan dan juga
melalui wawancara recall 24 jam untuk mengetahui asupan makanan yang pasien
makan dari luar rumah sakit. Berikut ini adalah asupan pasien di hari pertama
intervensi sampai dengan hari ketiga intervensi :

Tabel 11. Hasil Persentase Asupan Pasien Hari Pertama s.d Hari Ketiga (20
Maret 2018 – 22 Maret 2018)

Asupan RS
Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3
Kbthn
Zat Gizi 20 Maret 2018 21 Maret 2018 22 Maret 2018
(100%)
Total % dari Total % dari Total % dari
Asupan kebutuhan Asupan kebutuhan Asupan kebutuhan
Energi (kkal) 1180,62 74,32% 1385,93 87,25% 1408,75 88,69% 1588,37
Protein (gr) 36,22 95,42% 41,06 108% 40,75 107% 37,96
Lemak (gr) 15,62 35,40% 21,43 48,57% 37,5 84,99% 44,12
Kh (gr) 208,62 80,82% 251,18 97,31% 211,75 82,03% 258,11
Data : data primer, 2018

Gambar 1. Hasil Persentase Asupan Pasien Hari Pertama s.d Hari Ketiga (20
Maret 2018 – 22 Maret 2018)

Selama intervensi pasien diberikan kebutuhan 100% sesuai dengan


kebutuhan pasien. Berdasarkan hasil persenatse asupan pasien selama tiga hari
intervensi, pada hari pertama intervensi tanggal 20 Maret 2018 pasien memiliki
nafsu makan yang baik sehingga didapatkan hasil asupan pasien dari rumah sakit
sebesar 74,32% dari total kebutuhan energi, 95,42% protein, 35,40% lemak, dan
80,82% karbohidrat. Sedangkan total asupan pasien dari luar rumah sakit tidak
ada, pasien tidak memakan makanan dari luar rumah sakit. Hari pertama
intervensi pasien diberikan satu snack untuk selingan, yaitu puding pada pukul
10.00 WIB. Asupan energi dan lemak pada hari pertama masih kurang atau masih
dibawah 80%, sedangkan asupan protein dan karbohidrat baik karena nilai diatas
80% (WNPG, 2004).

Pada hari kedua intervensi tanggal 21 Maret 2018 pasien masih memiliki
nafsu makan yang baik sehingga didapatkan hasil asupan pasien dari rumah sakit
sebesar 87,25% dari total kebutuhan energi, 108% protein, 48,57% lemak, dan
97,31% karbohidrat. Sedangkan total asupan pasien dari luar rumah sakit tidak
ada, pasien tidak memakan makanan dari luar rumah sakit. Hari kedua intervensi
pasien diberikan satu snack untuk selingan, yaitu bubur sumsum pada pukul 10.00
WIB. Asupan energi protein, dan karbohirat pada hari pertama masih baik, dan
masuk kedalam kategori diatas 80%, sedangkan asupan lemak masih kurang
karena nilai dibawah 80% (WNPG, 2004). Asupan lemak masih rendah
dikarenakan ada sebagian makanan yang tidak dihabiskan sehingga asupan
tersebut kurang dari kebutuhan.

Pada hari ketiga intervensi tanggal 22 Maret 2018 pasien masih memiliki
nafsu makan yang baik sehingga didapatkan hasil asupan pasien dari rumah sakit
sebesar 88,69% dari total kebutuhan energi, 107% protein, 84,99% lemak, dan
82,03% karbohidrat. Sedangkan total asupan pasien dari luar rumah sakit tidak
ada, pasien tidak memakan makanan dari luar rumah sakit. Hari ketiga intervensi
pasien diberikan satu snack untuk selingan, yaitu bubur kacang hijau pada pukul
10.00 WIB. Asupan protein, dan karbohirat pada hari ketiga menurun
dibandingkan hari kedua, tetapi masuk kedalam kategori diatas 80%, sedangkan
asupan lemak dan energi meningkat dibandingkan pada hari kedua intervensi dan
masuk kedalam kategori baik diatas 80% (WNPG, 2004). Asupan protein dan
karbohidrat menurun dikarenakan ada sebagian makanan yang tidak dihabiskan.
b. Monitoring Status Gizi

Monitoring status gizi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana intervensi


yang diberikan dapat memenuhi meningkatkan atau mempertahankan status gizi
pasien. Monitoring ini dilakukan dengan cara penimbangan berat badan pada awal
Assesmen dan hari terakhir intervensi. Berdasarkan hasil intervensi didapatkan
hasil:

Tabel 12. Hasil Monitoring Status Gizi

Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3


Parameter
20 Maret 2018 21 Maret 2018 22 Maret 2018
Berat Badan 59,3 kg - 57 kg
Berat Badan Kering 47,45 kg - -
IMT 17,44 kg/m2 - 20,95 kg/m2
Status Gizi Kurus - Normal
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel diatas hasil monitoring status gizi pada hari pertama
intervensi tanggal 20 Maret 2018 berat badan pasien 59,3 kg dengan odema yang
ada di kaki dan wajah, sehingga didapatkan hasil berat badan keringnya adalah
47,45 kg dan Indeks Masa Tubuh (IMT) pasien sebesar 17,44 kg/m 2. Pasien
memiliki status gizi kurus (Kemenkes, 2013).

Pada hari ketiga intervensi tanggal 22 Maret 2018 berat badan pasien turun
yaitu 57 kg, dikarenakan odema pada pasien sudah menuru. Pasien memiliki
status gizi normal ditandai dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) pasien 20,95 kg/m 2
(Kemenkes, 2013).

c. Monitoring Cairan

Monitoring cairan ini dilakukan untuk mengetahui asupan cairan yang


dibutuhkan pasien sesuai dengan keadaan pasien. Berdasarkan hasil monitoring
didapakan hasil asupan cairan:

Tabel 13. Hasil Monitoring Cairan

Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3


Parameter
20 Maret 2018 21 Maret 2018 22 Maret 2018
Asupan cairan 660 ml 600 650
Infus Tidak diinfus Tidak diinfus Tidak infus

Berdasarkan hasil monitoring asupan cairan, asupan cairan hari pertama


intervensi tanggal 20 Maret 2018 sebesar 660 ml, asupan cairan pada hari kedua
intervensi tanggal 21 Maret 2018 adalah 600 ml, dan pada hari terakhir intervensi
tanggal 22 Maret 2018 adalah 650 ml. Dalam satu hari pasien minum 3 gelas air
mineral pada saat setelah makan.

d. Monitoring Urin Output

Monitoring urin output ini dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak urin
yang dikeluarkan pasien pada saat intervensi. Berdasarkan hasil monitoring
didapakan hasil urin output:

Tabel 14. Hasil Monitoring Urin Output

Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3


Parameter
20 Maret 2018 21 Maret 2018 22 Maret 2018
Urin output 2000 ml/24 jam 3000 ml/24 jam 1500 ml/24 jam

Berdasarkan tabel diatas, urin yang dikeluarkan pasien pada hari pertama
intervensi tanggal 20 Maret 2018 adalah 2000 ml/24 jam atau 2 liter/24 jam. Pada
hari kedua intervensi tanggal 21 Maret 2018 adalah 3000 ml/24 jam atau 3 liter /
24 jam. Pada hari ketiga intervensi tanggal 22 Maret 2018 adalah 1500ml/24 jam.

e. Monitoring Pengetahuan

Pada hari ketiga intervensi tanggal 22 Maret 2018, pasien dan keluarga pasien
sudah mulai mengerti tentang Diet Jantung dan Diet Rendah Garam. Makanan
yang diberikan dari rumah sakit berusaha untuk dihabiskan. Pada hari ketiga
intervensi ini, pasien sudah tidak mengonsumsi makanan selain dari rumah sakit.
pasien dapat mematuhi anjuran diet yang diberikan. Selain itu pasien dan keluarga
sudah mengetahui makanan apa saja yang dianjurkan dan tidak dianjurkan sesuai
dengan penyakit yang diderita.
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) didefinsikan sebagai penyakit atau


gangguan paru yang memberikan kelainan ventilasi berupa ostruksi saluran
pernapasan yang bersifat progresif dan tidak sepenuhnya reversible.

PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis) adalah klasifikasi luas dari


gangguan, yang mencangkup bronkitis kronis, bronkiestasis, emfisema, dan asma.
PPOK merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat
aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-
paru(Brunner&Suddarth,2001).

Penyakit paru obstruktif kronis merupakan sejumlah gangguan yang


mempengaruhi pergerakan udara dari dalam dan ke luar paru. (Arif
Muttaqin,2008).

Obstruksi jalan napas yang menyebabkan reduksi aliran udara beragam


tergantung pada penyakit. Pada bronkitis kronis dan bronkiolitis, penumpukan
lendir dan sekresi yang sangat banyak menyumbat jalan napas. Pada emfisema,
obstruksi pada pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi akibat kerusakan
dinding alveoli yang disebabkan oleh hiperekstensi ruang udara dalam paru. Pada
asma, jalan napas bronkial menyempit dan membatasi jumlah udara yang
mengalir kedalam paru-paru. Sehingga menyebabkan gagal napas. Tipe-tipe gagal
napas terdiri dari tipe I disebut gagal nafas normokapnu hipoksemia atau
kegagalan oksigenasi ( PaO2 rendah dan PCO2 normal). Tipe II disebut gagal
nafas hiperkapnue hipoksemia atau kegagalan ventilasi (PaO2 rendah dan PCO2
Tinggi).

Obstruksi ini berkaitan dengan respon inflamasi abnormal paru terhadap


partikel asing atau gas yang berbahaya. Pada PPOK, bronkitis kronik dan
emfisema sering ditemukan bersama, meskipun keduanya memiliki proses yang
berbeda. Akan tetapi menurut PDPI 2010, bronkitis kronik dan emfisema tidak
dimasukkan definisi PPOK, karena bronkitis kronik merupakan diagnosis klinis,
sedangkan emfisema merupakan diagnosis patologi.

Bronkitis kronik merupakan suatu gangguan klinis yang ditandai oleh


pembentukan mukus yang meningkat dan bermanifestasi sebagai batuk kronik.
Emfisema merupakan suatu perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai oleh
pembesaran alveoulus dan duktus alveolaris serta destruksi dinding alveolar.

B. Patofisiologi PPOK

Hambatan aliran udara merupakan perubahan fisiologi utama pada PPOK


yangdiakibatkan oleh adanya perubahan yang khas pada saluran nafas bagian
proksimal, perifer, parenkim dan vaskularisasi paru yang dikarenakan adanya
suatu inflamasi yang kronik dan perubahan struktural pada paru. Terjadinya
peningkatan penebalan pada saluran nafas kecil dengan peningkatan formasi
folikel limfoid dan deposisi kolagen dalam dinding luar salurannafas
mengakibatkan restriksi pembukaan jalan nafas. Lumen saluran nafas kecil
berkurangakibat penebalan mukosa yang mengandung eksudat inflamasi, yang
meningkat sesuai beratsakit.

Dalam keadaan normal radikal bebas dan antioksidan berada dalam keadaan
seimbang.Apabila terjadi gangguan keseimbangan maka akan terjadi kerusakan di
paru. Radikal bebasmempunyai peranan besar menimbulkan kerusakan sel dan
menjadi dasar dari berbagai macam penyakit paru.

Pengaruh gas polutan dapat menyebabkan stress oksidan, selanjutnya akan


menyebabkanterjadinya peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid selanjutnya akan
menimbulkan kerusakan sel daninflamasi. Proses inflamasi akan mengaktifkan sel
makrofag alveolar, aktivasi sel tersebut akanmenyebabkan dilepaskannya faktor
kemotataktik neutrofil seperti interleukin 8 dan leukotrienB4,tumuor necrosis
factor (TNF),monocyte chemotactic peptide(MCP)-1 danreactive oxygen
species(ROS). Faktor-faktor tersebut akan merangsang neutrofil melepaskan
protease yang akanmerusak jaringan ikat parenkim paru sehingga timbul
kerusakan dinding alveolar danhipersekresi mukus. Rangsangan sel epitel akan
menyebabkan dilepaskannya limfosit CD8,selanjutnya terjadi kerusakan seperti
proses inflamasi. Pada keadaan normal terdapatkeseimbangan antara oksidan dan
antioksidan. Enzim NADPH yang ada dipermukaan makrofagdan neutrofil akan
mentransfer satu elektron ke molekul oksigen menjadi anion superoksidadengan
bantuan enzim superoksid dismutase. Zat hidrogen peroksida (H2O2) yang toksik
akandiubah menjadi OH dengan menerima elektron dari ion feri menjadi ion fero,
ion fero denganhalida akan diubah menjadi anion hipohalida (HOCl).

Pengaruh radikal bebas yang berasal dari polusi udara dapat menginduksi
batuk kronissehingga percabangan bronkus lebih mudah terinfeksi.Penurunan
fungsi paru terjadi sekunder setelah perubahan struktur saluran napas. Kerusakan
struktur berupa destruksi alveol yangmenuju ke arah emfisema karena produksi
radikal bebas yang berlebihan oleh leukosit dan polusidan asap rokok.

C. Diagnosis PPOK
1. Anamnesis

PPOK sudah dapat dicurigai pada hampir semua pasien berdasarkan tanda
dan gejala. Diagnosis lain seperti asma, TB paru, bronkiektasis, keganasan dan
penyakit paru kronik lainnya dapat dipisahkan. Anamnesis lebih lanjut dapat
menegakkan diagnosis.20

Gejala klinis yang biasa ditemukan pada penderita PPOK adalah sebagai
berikut.

a. Batuk kronik

Batuk kronik adalah batuk hilang timbul selama 3 bulan dalam 2 tahun
terakhir yang tidak hilang dengan pengobatan yang diberikan. Batuk dapat terjadi
sepanjang hari atau intermiten. Batuk kadang terjadi pada malam hari.

b. Berdahak kronik

Hal ini disebabkan karena peningkatan produksi sputum. Kadang kadang


pasien menyatakan hanya berdahak terus menerustanpa disertai batuk.
Karakterisktik batuk dan dahak kronik ini terjadi pada pagi hari ketika bangun
tidur.
c. Sesak napas

Terutama pada saat melakukan aktivitas. Seringkali pasien sudah mengalami


adaptasi dengan sesak nafas yang bersifat progressif lambat sehingga sesak ini
tidak dikeluhkan. Selain gejala klinis, dalam anamnesis pasien juga perlu
ditanyakan riwayat pasien dan keluarga untuk mengetahui apakah ada faktor
resiko yang terlibat. Merokok merupakan faktor resiko utama untuk PPOK. Lebih
dari 80% kematian pada penyakit ini berkaitan dnegan merokok dan orang yang
merokok memiliki resiko yang lebih tinggi (12-13 kali) dari yang tidak merokok.
Resiko untuk perokok aktif sekitar 25%.20,22

Akan tetapi, faktor resiko lain juga berperan dalam peningkatan kasus
PPOK. Faktor resiko lain dapat antara lain paparan asap rokok pada perokok
pasif, paparan kronis polutan lingkungan atau pekerjaan, penyakit pernapasan
ketika masa kanak-kanak, riwayat PPOK pada keluarga dan defisiensi α1-
antitripsin.22

Dinyatakan PPOK (secara klinis) apabila sekurang-kurangnya pada


anamnesis ditemukan adanya riwayat pajanan faktor risiko disertai batuk kronik
dan berdahak dengan sesak nafas terutama pada saat melakukan aktivitas pada
seseorang yang berusia pertengahan atau yang lebih tua.23

D. Klasifikasi
1. Bronkitis Kronik

Bronkitis kronik adalah bentuk batuk kronis produktif yang berlangsung 3


bulan dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut. Sekresi yang menumpuk
dalam bronkioles mengganggu keefektifan pernapasan. polusi adalah penyebab
utama bronkitis kronis. Pasien dengan bronkitis kronik lebih rentan terhadap
kekambuhan infeksi saluran pernapasan bawah. Kisaran infeksi virus, bakteri,
mikoplasma yang luas dapat menyebabkan episode bronkitis akut. Eksaserbasi
bronkitis kronik hampir pasti terjadi selama musim dingin. Menghirup udara yang
dingin dapat menyebabkan bronkospasme bagi mereka yang rentan.

2. Emfisema Paru

Emfisema Paru adalah sebagai suatu distensi abnormal ruang udara di luar
bronkiolus terminal dengan kerusakan dinding alveoli. Kondisi ini merupakan
tahap akhir proses yang mengalami kemajuan dengan lambat selama beberapa
tahun. Pada kenyataannya, ketika pasien mengalami gejala, fungsi paru sering
sudah mengalami kerusakan yang ireversibel. Dibarengi dengan bronkitis
obstruksi kronik, kondisi ini merupakan penyebab utama kecacatan.

3. Bronkiektasis

Bronkiektasis adalah dilatasi bronki dan bronkiolus kronis yang mungkin


disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan obstruksi bronkus;
aspirasi benda asing, muntahan, atau benda-benda dari saluran pernapasan atas;
dan tekanan akibat tumor, pembuluh darah yang berdilatasi, dan persebaran nodus
limfe. Individu mungkin mempunyai predisposisi terhadap bronkiektasis sebagai
akibat infeksi pernapasan pada masa kanak-kanaknya, campak, influenza,
tuberkulosis, dan gangguan imunodefisiensi. Setelah pembedahan, bronkiektasis
dapat terjadi ketika pasien tidak mampu untuk batuk secara efektif, dengan akibat
lendir menyumbat bronkial dan mengarah pada atelektasis.

E. Etiologi

PPOK disebabkan oleh faktor lingkungan dan gaya hidup. Yang sebagian
besar bisa dicegah. Merokok diperkirakan menjadi penyebab timbulnya 80-90%
kasus PPOK.Laki-laki dengan usia antara 30-40 tahun paling banyak menderita
PPOK.Penyakit ini dikaitkan dengan faktor-faktor resiko yang terdapat pada
penderita antara lain:

1. Merokok sigaret yang 3. Infeksi paru berulang


4. Umur
berlangsung lama
5. Jenis kelamin
2. Polusi udara
6. Ras
7. Defisiensi alfa-1 antitripsin
8. Defisiensi anti oksidan
F. Tanda Dan Gejala

Perkembangan gejala-gejala yang merupakan ciri dari PPOK adalah


malfungsi kronis pada sistem pernafasan yang manifestasi awalnya berupa:

1. Sesak napas.
2. Batuk-batuk dan produksi dahak khusunya yang makin menjadi di saat
pagi hari.
3. Kehilangan berat badan yang cukup drastis.
4. Pasien mudah sekali merasa lelah dan secara fisik banyak yang tidak
mampu melakukan kegiatan sehari-hari.
5. Hilangnya nafsu makan karena produksi dahak yang makin melimpah.
6. Penurunan daya kekuatan tubuh
PENUTUP
B. Kesimpulan
10. Pasien di diagnosa dokter mengalami Congestive Heart Failure (CHF),
Hipertensi, Hipertensi Heart Disease (HHD), Ischemic Heart Disease
(IHD) Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK).
11. Berdasarkan hasil perhitungan IMT pasien adalah 17,44 kg/m 2 , diketahui
pasien memiliki status gizi kurus.
12. Jenis diet yang diberikan adalah Diet Jantung dan Diet Rendah Garam.
13. Kebutuhan zat gizi pasien energi 1110,5 kkal, protein 37,96 gram, lemak
44,12 gram dan karbohidrat 258,11 gram.
14. Asupan makan pasien selama tiga hari intervensi cukup baik dan
mengalami peningkatan pada hari terakhir intervensi asupan energi
88,69%, protein terjadi penurunan dari 108% menjadi 107%, lemak
84,99% dan karbohidrat 82,03%.
15. Monitoring status gizi pasien pada hari terakhir intervensi berat badan
pasien turun menjadi 57 kg dan odema mulai menurun. IMT pasien pada
hari terakhir intervensi adalah 20,95 yaitu normal.
16. Monitoring pengetahuan terlihat bahwa pasien dan keluarga paham
terhadap diet yang diberikan.

C. Saran
Keluarga pasien harus tetap memberikan motivasi dan semangat kepada
pasien agar pasien semangat untuk menjalankan diet yang diberikan. Membantu
pasien agar tetap patuh terhadap diet yang diberikan agar pasien mengurangi dan
atau tidak mengkonsumsi makanan dari luar rumah sakit. Membantu pasien dalam
pemilihan bahan makanan yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan agar pola
makan pasien menjadi lebih baik lagi dan lebih teratur.
Lampiran 1. Asupan Makan Pasien Hari Intervensi Pertama

Energi Karbohidrat
Menu P Protein (gr) Lemak (gr)
(kkal) (gr)
Pagi
Bubur 1 175 4 - 40
Daging 1 75 7 5 -
Tempe 1 75 5 3 7
Sayur 1 25 1 - 5
Jumlah 350 17 8 52
Selingan pagi 1 50 - - 12
Jumlah 50 - - 12
Siang
Bubur ¾ 131,25 3 - 30
Ayam ½ 37,5 3,5 2,5 -
Tahu ¾ 56,25 3,75 2,25 5,25
Sayur ¾ 21,25 0,85 - 4,25
Buah 4 200 - - 48
Jumlah 446,25 11,1 4,75 87,5
Malam
Bubur 1 175 4 - 40
Daging ½ 18,75 1,75 1,25 -
Tahu ½ 28,125 1,87 1,12 2,62
Sayur ½ 12,5 0,5 - 2,5
Gula 1 50 - - 12
Minyak 1 50 - 5 -
Jumlah 334,37 8,12 2,87 57,125
Total 1180,62 36,22 15,62 208,62
Kebutuhan 1588,37 37,96 44,12 258,11
Persentase 74,32% 95,41% 35,40% 80,82%
Lampiran 2. Asupan Makan Pasien Hari Intervensi Pertama

Energi Karbohidrat
Menu P Protein (gr) Lemak (gr)
(kkal) (gr)
Pagi
Bubur 1 175 4 - 40
Ayam 1 75 7 5 -
Jumlah 250 11 5 40
Tepung beras ¼ 175 4 - 40
gula 1 50 - - 12
Jumlah 225 4 - 52
Siang
Bubur 1 175 4 - 40
Daging 1 75 7 5 -
Tahu ¾ 56,25 3,75 2,25 5,25
Sayur 1 25 1 - 5
Buah 4 200 - - 48
Jumlah 531,25 14,75 7,25 98,25
Malam
Bubur 1 175 4 - 40
Daging ½ 37,5 3,5 2,5 -
Tahu ¾ 42,18 2,81 1,68 3,93
Sayur 1 25 1 - 5
Gula 1 50 - - 12
Minyak 1 50 - 5 -
Jumlah 379,68 11,31 9,18 60,93
Total 1385,93 41,06 21,43 251,18
Kebutuhan 1588,37 37,96 44,12 258,11
Persentase 87,25% 108% 48,57% 97,31%
Lampiran 3. Asupan Makan Pasien Hari Intervensi Pertama

Energi Karbohidrat
Menu P Protein (gr) Lemak (gr)
(kkal) (gr)
Pagi
Nasi tim 1 175 4 - 40
Daging 1 50 7 2 -
Tempe 1 75 5 3 7
Sayur 1 25 1 - 5
Minyak 1 50 - 5 -
Jumlah 400 17 13 52
1 50 - - 12
Selingan pagi
1 75 0 5 -
Jumlah 125 0 5 12
Siang
Nasi Tim 1 175 4 - 40
Ayam ½ 37,5 3,5 2,5 -
Tahu ¾ 56,25 3,75 2,25 5,25
Sayur ¾ 21,25 0,85 - 4,25
Buah 4 200 - - 48
Jumlah 490 11,5 4,75 97,5
Malam
Nasi Tim 1 175 4 - 40
Daging ½ 37,5 3,5 2,5 -
Tempe ¾ 56,25 3,75 2,25 5,25
Sayur 1 25 1 - 5
Minyak 2 100 - 10 -
Jumlah 393,75 12,25 14,5 50,25
Total 1408,75 40,75 37,5 211,75
Kebutuhan 1588,37 37,96 44,12 258,11
Persentase 88,69 107% 84,9 82,03
Tanggal Sebelum Dimakan Sisa
21 Maret 2018 Makan pagi Makan pagi

Snack Snack

Tidak terdokumentasi, tetapi


dilakukan recall makanan,
berdasarkan wawancara pasien,
snacak yang diberikan RS dimakan
hingga habis

Makan Siang Makan Siang

makan malam Makan malam


20 Maret 2018 Makan Pagi Makan Pagi

Snack Snack

Tidak terdokumentasi, tetapi


dilakukan recall makanan,
berdasarkan wawancara pasien,
snacak yang diberikan RS dimakan
hingga habis
Makan Siang Sisa Makan Siang

22 Maret 2018 Makan Pagi Sisa Makan Pagi

LEAFLET DIET PENYAKIT JANTUNG


PENATALAKSANAAN ASUHAN GIZI ANAK
(BRONKOPNEUMONIA)

M. IDENTITAS PASIEN
30. Nama : An. A
31. No Medikal Record : 03-53-428
32. Ruang Rawat : Parikesit 7
33. Tanggal Masuk RS : 19 Maret 2018
34. Tanggal Skrining : 20 Maret 2018
35. Tanggal Intervensi : 20 Maret 2018 s.d. 22 Maret 2018
36. Tanggal Lahir : 04 Maret 2016
37. Usia : 2 tahun
38. Jenis Kelamin : Perempuan
39. Pekerjaan : Tidak bekerja
40. Agama : Islam
41. Alamat : Perum. Bumi Cilebur Permai Damai, Blok B1 No3
RT 002/018 Sukaraja
42. Diagnosa Medis : Bronkopneumonia
43. Terapi Diet : Makanan Lunak Diet Energi Tinggi Protein tinggi

N. ASSESSMENT
3. Antropometri
Perhitungan antropometri menggunakan pengukuran langsung dengan
menimbang berat badan dengan timbangan injak dan tinggi badan dengan meteran
dan di dapat data sebagai berikut:

l. Berat Badan = 11,5 kg


m. Panjang Badan = 85 cm
n. BBI = 2 x (usia tahun) + 8
=2x(2)+8
= 4+8
= 12 kg
o. IMT/U =

= 15,92 kg/m2
p. BB/PB Ideal = 11,2 kg
q. IMT/U = 17,73 kg/m2 (Normal)
r. Status Gizi = Normal ( Z score)
Berdasarkan hasil pengukuran BB dan PB yang dibandingkan dengan
Standar WHO Antropometri BB/PB didapatkan hasil status gizi normal yakni Z
score dimana BB ideal menurut BB/PB yakni 11,2 kg.

3. Biokimia
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Awal Laboratorium An. A

Tanggal Jenis Hasil


Nilai Rujukan Ket.
pemeriksaan Pemeriksaan laboratorium
Hematologi
Hemoglobin 16,3 g/dl 13 – 16 g/dl Tinggi
19 Maret 2018 Hematokrit 53 % 40 – 48 % Tinggi
Leukosit 1,72 103/uL 5 – 10 103/uL Rendah
Thrombosit 212 103/uL 150 – 400 103/uL Normal
Sumber : Data Rekam Medis Pasien Ruang Psikiatri RS Marzoeki Mahdi Bogor
tahun 2018
Berdasarkan hasil pemeriksaan laoratorium awal hemoglobin dan
hematokrit tinggi sedangkan leuokosit rendah.
4. Klinis dan Fisik
a. Klinis
Memonitoring keadaan fisik/klinis untuk memantau pasien selama
inervensi yaitu tiga hari intervensi pada tanggal 20 Maret 2018 sampai dengan 22
Maret 2018. Monitoring fisik/klinis dilakukan dengan melihat perubahan kondisi
fisik/klinisnya.

Tabel 2. Hasil Awal Pemeriksaan Klinis Tanggal 19 Maret 2018


Jam Jenis Hasil
Nilai Rujukan Keterangan
Pemeriksaan Pemeriksaan
09.00 Nadi 110x/ menit 80-120x/menit Normal
o
Suhu 36,5 °C 36-37 c Normal
RR 24 / menit 20-30x/menit Normal
Sumber : Data Rekam Medis Pasien Ruang Rawat Antasena II RS Dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor 2018
Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis diperoleh bahwa dari pemeriksaan
suhu tubuh termasuk kategori normal yakni sebesar 36,5 °C
b. Fisik
Pemeriksaan fisik terdiri dari pemeriksaan tanda-tanda vital dan keluhan
yang dirasakan pasien. Pemeriksaan tersebut dilakukan secara bertahap untuk
mengetahui perkembangan dari kondisi awal pasien. Hasil pemeriksaan fisik
pasien adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
Keluhan Demam 4 hari, batuk, pilek
Keadaan umum Sakit Sedang
Kesadaran Compos mentis
Sumber : Data Rekam Medis Pasien Ruang Rawat Antasena II RS Dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor 2018
Dari hasil pemeriksaan fisik keadaan umum pasien sakit sedang disertai
demam 4 hari, batuk dan pilek dan kesadaran Compos mentis.

5. Riwayat Personal
Pasien merupakan anak pertama. Ayah pasien bekerja sebagai wiraswasta.
Sedangkan ibunya sebagai ibu rumah tangga. Pasien kini berusia 2 tahun. Untuk
biaya pengobatan pasien bergantung pada dana BPJS.
a. Interaksi obat
Tabel 4. Obat yang Dikonsumsi Pasien
Jenis Obat Kegunaan Efek Samping
Paracetamol Obat penurun panas
(analgesik) dan dapat
digunakan sebagai obat
penghilang rasa sakit dari
segala jenis seperti sakit
kepala, sakit gigi, nyeri
pasca operasi, nyeri
sehubungan dengan pilek.
Ambroxol batuk lendir menebal Efek gastrointestinal ringan,
penyakit saluran pernafasan Kegelisahan, Sakit kepala,
dingin gejala alergi bersin Sakit tenggorokan,
gatal mata Penglihatan.
Asering infusion Untuk perawatan darah dan Efek sampingny adalah
kehilangan cairan, tingkat sakit perut atau
kalsium yang rendah, pembengkakan, sensasi
hipokalsemia. kesemutan, sensasi terbakar,
mual dan hitam tinja
Nebu NaCL Fungsi dari nebu NaCl ini Dapat mengakibatkan iritasi
adalah untuk mengencerkan pada saluran pernapasan.
dahak
Sumber : Data Rekam Medis Pasien Ruang Rawat Antasena II RS Dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor 2018
7. Dietary History
a. Kualitatif
Pola makan pasien yaitu makan 3x sehari mulai dari makan pagi, makan
siang, dan makan malam. pasien gemar mengkonsumsi jajanan anak-anak dan
minuman berasa.
Berikut ini adalah konsumsi pasien sehari sebelum masuk rumah sakit
(SMRS):
 Makan Pagi : bubur ayam, roti
 Selingan :-
 Makan Siang : nasi 1 centong, sayur sup
 Selingan :-
 Makan Malam : susu formula
Tabel 5. Hasil Konsumsi Pasien Sebelum Masuk Rumah Sakit (SMRS)
Zat Gizi Asupan Kebutuhan % Asupan Keterangan
Enegi (kkal) 446,75 845,65 52,82% Kurang
Protein (gram) 14,33 28,75 49,84% Kurang
Lemak (gram) 7 23,49 29,79 Kurang
Karbohidrat (gram) 78,33 131,05 59,77 Kurang

b. Kuantitatif
Sudah 2 hari pasien mengalami penurunan nafsu makan karena mengalami
sesak nafas. Riwayat makan kuantitatif pasien didapatkan dengan cara melakukan
recall 1x24 jam yaitu dengan mewawancarai pasien di rumah sakit pada hari
pertama pengamatan yaitu tanggal 20 Maret 2018. Kemudian hasil recall tersebut
dibandingkan dengan kebutuhan gizi pasien. Berikut ini adalah recall 1x24 jam:
 Makan Pagi : bubur ayam 4 sdm,
 Selingan : bubur sumsum
 Makan Malam : bubur, sayur sup, tahu goreng
Tabel 6. Hasil Recall 1x24 jam
Zat Gizi Asupan Kebutuhan % Asupan Keterangan
Enegi (kkal) 712,5 845,65 84,25% Baik
Protein (gram) 10 28,75 34,78% Kurang
Lemak (gram) 7,5 23,49 31,92% Kurang
Karbohidrat (gram) 50,5 131,05 38,15% Kurang

8. Riwayat Penyakit
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien, diketahui bahwa pasien tidak
memiliki riwayat penyakit.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien maupun pihak keluarga, tidak
ada riwayat penyakit keluarga.

O. DIAGNOSIS GIZI
f. Domain Asupan
N.I.2.1 Asupan Asupan oral tidak adekuat berkaitan dengan sesak nafas ditandai
dengan asupan pasien yang rendah dari kebutuhan, yaitu asupan asupan reacall
1x24 jam dengan protein 34,78 %, lemak 31,92 % karbohidrat 38,15 %.

g. Domain Perilaku

NB.1.5. Gangguan pola makan berkaitan dengan orang tua kurang terpaparnya
informasi terkait dengan penyediaan makanan dan zat gizi ditandai dengan suka
mengkonsumsi makanan jajanan dan minuman berasa.
P. INTERVENSI GIZI
1) Tujuan
a. Tujuan Intervensi
 Memberikan makanan sesuai dengan kebutuhan pasien
 Memberikan edukasi terkait gizi
b. Tujuan Diet
 Mencapai dan mempertahankan status gizi normal.
 Menambah berat badan hingga mencapai berat badan normal.
 Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk
mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh.
c. Syarat Diet
 Energi cukup sebesar 845,65 kkal
 Protein cukup 13% dari total energi sebesar 28,75 gram
 Lemak cukup 25% dari total energi sebesar 23,4 gram
 Karbohidrat cukup 62% dari total energi sebesar 131,07 gram,
 Makanan yang diberikan dalam bentuk mudah cerna yaitu makanan
lunak.

2) Perhitungan Kebutuhan Gizi dengan menggunakan rumus


WHO/FAO/UNU
BMR perempuan = 61 x BBA – 51
= 61 x 11,5 – 51
= 650,5
Kebutuhan pasien = 650,5 x F.stress
= 650,5 x 1,3
= 845,65 kkal
Protein = 2,5 x BBA
= 2,5 x 11,5
= 28,75 (13%)
Lemak = 25% x 845,65
= 211,4/9
= 23,49 gram
Karbohidrat = 62% x 845,65
= 524,30/4
= 131,06 gram
3) Preskripsi Diet
a. Jenis Diet : Diet TKTP
b. Route : Oral
c. Bentuk Makanan : Makanan Lunak (bubur)
d. Frekuensi Makanan : 3 x pemberian makanan utama dan 1 kali
selingan

Tabel 7. Perencanaan Pemberian Makanan Sehari 100% dari Kebutuhan

Energi Protein Lemak Karbohidrat


Waktu Makan
(kkal) (gram) (gram) (gram)
Makan Pagi 30% 253,69 8,625 7,047 39,31
Selingan pagi 20% 169,13 5,75 4,698 26,212
Makan Siang 25 % 211,41 7,18 5,87 32,76
Makan Malam 25 % 211,41 7,18 5,87 32,76
Total 845,65 28,75 23,49 131,06

Pemberian makan pasien diberikan 3x makan utama yaitu makan pagi, makan
siang dan makan malam serta 1x makan selingan. Selingan diberikan untuk
membantu memenuhi kebutuhan pasien yang masih kurang. Berikut adalah
pembagian makan pasien dalam sehari :

Tabel 8. Perencanaan Pemberian Makanan Sehari 100% dari Kebutuhan

Satuan Energi Protein lemak


Waktu Makan KH (gram)
Porsi (kkal) (gram) (gram)
Karbohidrat 1½ 262,5 6 - 60
Protein Hewani LS 2 150 14 10 -
Protein Nabati 1 75 5 3 7
Sayur 1½ 37,5 1,5 - 7,5
Buah 2 100 - - 24
Minyak 1 50 - 5 -
susu 1 114,8 2,7 4,6 12,4
Gula 2 100 - - 24
Jumlah 889,8 29,2 22,6 134,9
Persentase 105 % 101% 96,2% 102%

Q. PERENCANAAN EDUKASI DAN KONSELING GIZI


Edukasi dan konseling ini diberikan kepada keluarga pasien yang diberikan
pada hari ketiga intervensi, media edukasi yang digunakan yaitu leaflet dengan
materi Diet Tinggi Energi Tinggi Protein. Berikut bentuk dan konseling gizi yang
dilakukan:

q. Materi : Diet Tinggi Energi Tinggi Protein


r. Tujuan : Agar pasien melaksanakan diet makanan sesuai dengan
anjuran yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan dan dapat mengubah
sikap dan perilaku makan pasien dan meningkatkan pengetahuan dan
keluarga pasien
s. Sasaran : Keluarga Pasien
t. Waktu : 22 Maret 2018, durasi ±15 menit
u. Tempat : Ruang Parikesit 7
v. Metode : Diskusi dan tanya jawab
w. Media : Leaflet Diet Tinggi Energi Tinggi Protein dan Daftar
bahan makanan
x. Evaluasi : Evaluasi yang dilakukan adalah dengan menanyakan
kembali kepada pasien dan keluarga pasien mengenai materi yang
disampaikan.

R. RENCANA MONITORING

Parameter yang akan yang akan di monitor dan di evaluasi pada pasien serta
target dari parameter yang telah ditentukan selama tiga hari intervensi pada
pasien, sebagai berikut:

Tabel 9. Parameter dan Target Monitoring dan Evaluasi Tn. S

Parameter Pelaksanaan Target


Asupan Selama intervensi Asupan pasien meningkat dan terpenuhi
(3 hari) sesuai dengan kebutuhan pasien
Status Gizi Selama intervensi Mempertahankan status gizi normal
(3 hari) yaitu Z score berada di antara -2 sd s.d 2
sd
Pengetahuan Selama intervensi Pasien dan keluarga mampu memahami
(3 hari) dan melaksanakan / menerapkan aturan
diet yang diberikan yaitu berupa diet
DM, diet jantung, diet rendah garam,
diet rendah lemak

S. MONITORING DAN EVALUASI


1. Monitoring Asupan

Monitoring asupan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana intervensi yang


diberikan dapat memenuhi kebutuhan gizi pasien, dengan asumsi semakin banyak
makanan yang dihabiskan dalam sehari maka intervensi yang diberikan dapat
dikatakan berhasil. Makanan yang dimakan oleh pasien dapat diketahui dengan
cara mengestimasi sisa makanan pasien setiap waktu makan dan juga melalui
wawancara recall 24 jam untuk mengetahui asupan makanan yang pasien makan
dari rumah sakit maupun luar rumah sakit. Berikut ini adalah asupan pasien di hari
pertama intervensi:

Tabel 10. Hasil Persentase Asupan Pasien Hari Pertama s.d Hari Ketiga (20
Maret 2018 – 22 Maret 2018)

Asupan RS
Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3
Kbthn
Zat Gizi 07 Maret 2018 08 Maret 2018 09 Maret 2018
(100%)
Total % dari Total % dari Total % dari
Asupan kebutuhan Asupan kebutuhan Asupan kebutuhan
Energi (kkal) 628,12 74,27% 624,97 73,90% 699,98 82% 845,65
Protein (gr) 19,86 69,07% 19,36 67,33% 20,11 69,94% 28,75
Lemak (gr) 20,12 85,65% 14,86 74,33% 19,99 85% 23,49
Kh (gr) 87,1 66,46% 99,36 75,81% 112,87 86,12% 131,05
Gambar 1. Asupn Pasien Selama Tiga Hari Intervensi

Berdasarkan grafik diatas pada hari pertama intervensi tanggal 20 Maret 2018
asupan energi pasien 74,27%, asupan protein 69,07%, asupan lemak 85,65%, dan
asupan karbohidrat 66,46%. Pada hari pertama intervensi asupan lemak cukup
karena nilai berada diatas 80% (WNPG, 2004). Sedangkan untung energi protein
dan karbohidrat masih dibawah 80% yaitu kurang (WNPG,2004).
Pada hari kedua intervensi tanggal 21 Maret 2018 asupan energi,
karbohidrat, protein, dan lemak meningkat dibandingkan dengan asupan pada hari
pertama. Asupan energi 73,90%, protein 67,33%, lemak 74,33%, dan karbohidrat
75,81%.namun asupan protein menurun dibandingkan pada hari kedua. Asupan
energi, protein, lemak dan karbohidrat pada hari kedua, namun masih kurang atau
masih dibawah 80% (WNPG, 2004).
Pada hari ketiga asupan energi, protein, lemak, karbohidrat meningkat
dibandingkan dengan asupan pada hari kedua yaitu asupan energi 82%, protein
69,94%, lemak 85%, karbohidrat 86,12% pada hari ketiga intervensi ini asupan
pasien baik, hanya saja asupan lemak masih di bawah 80% (WNPG, 2004).
Sehingga dapat disimpulkan secara keseluruhan asupan energi, protein dan lemak
pada hari ketiga sudah baik atau diatas 80%, hanya saja lemak masih dibawah
80% (WNPG, 2004).
2. Monitoring Status Gizi

Pasien mengalami perubahan BB dari hari pertama tanggal 20 Maret 2018


sampai hari terakhir intervensi. Berat badan pasien pada hari pertama yaitu 11,5
kg dan pada hari terakhir pengamatan tanggal 22 Maret 2018 berat badan pasien
adalah 12 kg.

3. Monitoring Pengetahuan

Berdasarkan hasil monitoring pengetahuan didapatkan hasil yaitu orang tua


pasien selama diberikan edukasi gizi mengerti dan melaksanakan terapi diit yang
dilaksanakan. Selain itu orang tua pasien mengikuti saran untuk tidak memberi
makan makanan yang berasal dari luar RS. Pada hari terakhir orang tua pasien
diberikan edukasi untuk mengkonsumsi sayur serta memberikan makan yang
memiliki nilai protein tinggi. Orang tua pasien diberikan penjelasan mengenai
Diet TKTP.
PENUTUP
C. Kesimpulan
17. Pasien di diagnosa dokter mengalami Diabetes Melitus, Cardiovascular
Disease (CVD), Cholecystitis, Hipertensi.
18. Berdasarkan hasil perhitungan IMT pasien adalah 26,61 kg/m 2 , diketahui
pasien memiliki status gizi overweight.
19. Jenis diet yang diberikan adalah diet Tinggi Energi Tinggi Protein
20. Kebutuhan zat gizi pasien energi 845,65 kkal, protein 28,75 gram, lemak
23,49 gram dan karbohidrat 131,06 gram.
21. Asupan makan pasien selama tiga hari intervensi cukup baik dan
mengalami peningkatan asupan energi 82%, protein 69,94%, lemak 85%,
karbohidrat 86,12%
22. Monitoring status gizi pasien tidak mengalami perubahan BB dari hari
pertama sampai hari terakhir intervensi. Berat badan pada hari pertama
intervensi 74 kg dan berat badan pasien pada hari terakhir intervensi
adalah 74 kg.
23. Monitoring pengetahuan terlihat bahwa pasien dan keluarga paham
terhadap diet yang diberikan.

D. Saran
Keluarga pasien harus tetap memberikan motivasi dan semangat kepada
pasien agar pasien semangat untuk menjalankan diet yang diberikan. Membantu
pasien agar tetap patuh terhadap diet yang diberikan agar pasien mengurangi dan
atau tidak mengkonsumsi makanan dari luar rumah sakit. Membantu pasien dalam
pemilihan bahan makanan yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan agar pola
makan pasien menjadi lebih baik lagi dan lebih teratur.
Lampiran 1. Asupan Makan Pasien Hari Intervensi Pertama

Energi Karbohidrat
Menu P Protein (gr) Lemak (gr)
(kkal) (gr)
Pagi
Bubur ½ 43,75 1 - 10
Ayam 1 75 7 5 -
Tempe ¾ 14,06 0,93 0,56 1,3
Sayur ½ 6,25 0,25 - 1,25
Jumlah 139,06 9,18 5,56 12,55
Selingan pagi 1 50 - - 12
Siang
Bubur ½ 87,5 2 - 20
Ayam ½ 18,75 1,75 1,25 -
Tahu ¾ 37,5 2,5 1,5 3,5
Sayur 1 12,5 0,5 - 2,5
Buah 1 100 - - 24
Minyak 1 50 - 5 -
Jumlah 282,81 5,18 6,81 47,8
Malam
Bubur ½ 43,74 1 - 10
Daging ½ 18,75 1,75 1,25 -
Tahu ½ 37,5 2,5 1,5 3,5
Sayur ½ 6,25 0,25 - 1,25
Jumlah 156,25 5,5 7,75 14,75
Total 628,12 19,86 20,12 87,1
Kebutuhan 845,65 28,75 23,49 131,06
Persentase 74,27% 69,07% 85,65% 66,46%
Tanggal Sebelum Dimakan Sisa
20 Makan pagi Makan pagi
Maret
2018

Snack Snack

Tidak terdokumentasi, tetapi


dilakukan recall makanan,
berdasarkan wawancara pasien,
snacak yang diberikan RS dimakan
hingga habis

Makan Siang Makan Siang

makan malam Makan malam

21Maret Makan Pagi Makan Pagi


2018
Snack Snack

Tidak terdokumentasi, tetapi


dilakukan recall makanan,
berdasarkan wawancara pasien,
snacak yang diberikan RS dimakan
hingga habis
Makan Siang Sisa Makan Siang

Makan Malam Sisa Makan Malam


LEAFLET

You might also like