You are on page 1of 28

PENATALAKSANAAN ASUHAN GIZI

(CONGESTIVE HEART FAILURE(CHF), HIPERTENSI, HIPERTENSI


HEART DISEASE (HHD) ISCHEMIC HEART DISEASE (IHD)
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK))

A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Tn S
2. No Medikal Record : 033-34-95
3. Ruang Rawat : Gayatri B1
4. Tanggal Masuk RS : 19 Maret 2018
5. Tanggal Skrining : 20 Maret 2018
6. Tanggal Intervensi : 20 Maret 2018 s.d. 22 Maret 2018
7. Tanggal Lahir : 01 Januari 1940
8. Usia : 78 tahun
9. Jenis Kelamin : Laki-laki
10. Pekerjaan : Tidak bekerja
11. Agama : Islam
12. Alamat : Gn Batu, 66 rante, RT/ RW 01/07
13. Diagnosa Medis : Congestive Heart Failure (CHF), Hipertensi,
Hipertensi Heart Disease (HHD), Ischemic Heart Disease (IHD) Penyakit
Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
14. Terapi Diet : Diet Jantung dan Diet Rendah Garam

B. ASSESSMENT
1. Antropometri
a. Berat Badan = 59,31 kg
b. Tinggi Badan = 165 cm
c. BBI = TB – 100
= 165 – 100
= 65 kg
d. BB kering = BBA - Koreksi Penumpukan Cairan
= BBA – (20% BBA)
= 59,31 – (20% x 59,31)
= 59,31 – ( 11,86)
= 47,45 kg
𝐵𝐵
e. IMT/U = 𝑇𝐵2
47,45
= 1,652
47,45
= 2,72

= 17,44 kg/m2
f. Status gizi = Kurus
Berdasarkan perhitungan indeks massa tubuh (IMT) didapatkan hasil 17,44
kg/m2 dengan ini status gizi pasien dapat dikatakan kurus (Kemenkes, 2013).

2. Biokimia
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Awal Laboratorium Tn. S di IGD Umum
Tanggal Jenis Hasil
Nilai Rujukan Ket
pemeriksaan Pemeriksaan laboratorium
Hematologi
Hemoglobin 14,6 g/dl 13 – 16 g/dl Normal
Hematokrit 44 % 40 – 48 % Normal
Leukosit 3
8,37 10 /uL 5 – 10 103/uL Normal
Thrombosit 3
273 10 /uL 150 – 400 103/uL Normal
Kimia Darah
SGOT 48 U/L 10 – 35 U/L Tinggi
SGPT 26 U/L 10 – 36 U/L Normal
Albumin 3,9 g/dL 3,4 – 4,8 g/dL Normal
Ureum 28,3 mg/dL 10 – 50 mg/dL Normal
Creatinin 1,13 mg/dL 0,5 – 1,5 mg/dL Normal
Glukosa S 110 mg/dL 70 – 200 mg/dL Normal
17 Maret Elektrolit Na, K, Cl
2018 Elektrolit (pemr. Ion Na, K, Cl)
Natrium 139 mEq/L 132 – 147 mEq/L Normal
Kalium 3,0 mEq/L 3,3 – 5,4 mEq/L Normal
Chlorida 112 mEq/L 94 – 111 mEq/L Tinggi
Urine – Tinja
Urine rutin
Warna Kuning Kuning Normal
Kejernihan Jernih Jernih Normal
Berat jenis 1,015 1,005 – 1,030 Normal
pH 6,0 4,5 – 8,0 Normal
Protein Negatif Negatif - Normal
Glukosa Negatif Negatif - Normal
Ketone Negatif Negatif - Normal
Darah Negatif Negatif - Normal
Bilirubin Negatif Negatif - Normal
Urobilinogen Normal 3,2 – 16,0 umol/L Normal
Nitrit Negatif Negatif - Normal
Leukosit Esterase Negatif Negatif - Normal
Sedimen leukosit 1–2 `0 – 5/LPB Normal
Sedimen Eritrosit 0–1 `0 – 2/LPB Normal
Silinder Negatif Negatif - Normal
Sel Epitel Positif Negatif - Positif
Bakteri Negatif Negatif - Normal
Kristal Negatif Negatif - Normal
Sumber : Data Rekam Medis Pasien Ruang Rawat Gayatri RS Dr. H. Marzoeki
Mahdi Bogor 2018
Berdasarkan hasil tabel 1 pemeriksaan laboratorium pada tanggal 7 Maret
2018 nilai SGOT dan Chlorida pasien tinggi.

3. Klinis dan Fisik


a. Klinis
Tabel 2. Hasil Awal Pemeriksaan Klinis Tanggal 19 Maret 2018
Jam Jenis Hasil
Nilai Rujukan Keterangan
Pemeriksaan Pemeriksaan
09.30 Tekanan darah 150/100 mmHg 120/80 mmHg Tinggi
Nadi 96x/ menit 60-100x/menit Normal
Suhu 36 °C 36-37oc Normal
RR 24 / menit 20-30x/menit Normal
SaO2 97 %
15.00 Tekanan darah 124/77 mmHg 120/80 mmHg Normal
Nadi 77 / menit 60-100x/menit Normal
Suhu 36 °C 36-37oc Normal
RR 24 / menit 20-30x/menit Normal
SaO2 98 %
Sumber : Data Rekam Medis Pasien Ruang Rawat Antasena II RS Dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor 2018
b. Fisik
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
Keluhan Bengkak di wajah dan kaki ± 1 bulan,
sesak, BAK lancar
Keadaan umum Sakit Sedang
Kesadaran Compos mentis
Sumber : Data Rekam Medis Pasien Ruang Rawat Antasena II RS Dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor 2018
Dari hasil pemeriksaan fisik pasien, keadaan pasien sakit sedang, dengan
keluhan bengkak di wajah dan kaki ± 1 bulan, sesak, BAK lancar

Pemeriksaan penunjang : Radiologi dan EKG

Tabel 4. Hasil Pemeriksaan USG

Kesan
Cor : Cardiomegali
Pulmo : Susp TB Paru
Effusi pleura duplex

4. Riwayat Personal
Pasien merupakan seorang kepala keluarga. Pasien tidak bekerja. Pasien
merokok aktif. Pasien tinggal bersama anak pertamanya. Untuk biaya pengobatan
pasien bergantung pada dana BPJS.
a. Interaksi obat
Tabel 5. Obat yang Dikonsumsi Pasien
Jenis obat Kegunaan Efek samping
Candesartan Menghambat penyempitan Efek samping dari obat ini
pembuluh darah akibat efek adalah batuk, sakit
dari suatu zat di dalam tenggorokan, pusing, sakit
tubuh kepala, vertigo, infeksi
laporan pernapasan.
Spironolactone Mengatasi penimbunan Sakit perut, diare, merasa
cairan atau edema, kelelahan, pusing dan sakit
gangguan ginjal, gagal kepala, keringat berlebihan.
jantung, hipertensi dan
penyakit hati
KSR (Kalium klorida) Mengatasi Efek sampingnya
kekurangan/penurunan menyebabkan mual dan
kadar kalium darah. muntah sehingga rendahnya
kepatuhan pengobatan
merupakan kendala utama
efektifitas obat

Ambroxol syrup Berfungsi untuk Efek samping dari obat ini


mengencerkan dahak, adalah gangguan pada
mengatasi gangguan sistem pencernaan seperti
pernapasan akibat produksi rasa mual, muntah dan nyeri
dahak yang berlebihan pada ulu hati, namun efek
kondisi seperti samping ini umunya
bronkiektasis dan emfisema tergolong ringan.
CPG 25 mg Kegunaan obat ini adalah Efek samping dari obat ini
untuk mencegah trombosit adalah sakit kepala, pusing,
saling menempel yang gangguan gastrointestinal,
beresiko membentuk dan hematologikal
gumpalan darah. Gumpalan
darah yang terbentuk di
pembuluh darah arteri dapat
memicu terjadinya
trombosis arteri, seperti
serangan jantung dan
stroke.

5. Dietary History
a. Kualitatif
Pola makan pasien yaitu makan 3x sehari mulai dari makan pagi, makan
siang, dan makan malam.Pasien gemar mengkonsumsi kopi saat setelah makan,
makan-makanan yang digoreng. Pasien tidak ada pantangan untuk makan, dan
pasien tidak ada alergi terhadap makanan.
Berikut ini adalah konsumsi pasien sehari sebelum masuk rumah sakit
(SMRS):
 Makan Pagi : kopi dengan gula 1 ½ sdm, nasi 2 sendok nasi,
sayur bayam, biskuit 2 keping
 Selingan :-
 Makan Siang : nasi 2 centong, sayur bobor bayam, telor mata
sapi,
 Selingan : kopi dengan gula 1 ½ sdm
 Makan Malam : nasi 1 ½ sendok nasi, sayur sup dan sate ayam 3
tusuk.
Tabel 6. Hasil Recall 1x24 jam Asupan pasien
Zat Gizi Asupan Kebutuhan % Asupan Keterangan
Enegi (kkal) 1536,25 kkal 1588,37 kkal 96% Cukup
Protein (gram) 40,7 gram 37,96 gram 107% Cukup
Lemak (gram) 17,5 gram 44,12 gram 39,66% Kurang
Karbohidrat (gram) 299,75 gram 260,09 gram 115% Lebih
b. Kuantitatif
Riwayat makan kuantitatif pasien didapatkan dengan cara melakukan
recall 1x24 jam yaitu dengan mewawancarai pasien di rumah sakit pada hari
pertama pengamatan yaitu tanggal 20 Maret 2018. Kemudian hasil recall tersebut
dibandingkan dengan kebutuhan gizi pasien. Berikut ini adalah recall 1x24 jam
asupan pasien:
 Makan Pagi : bubur habis, bistik daging, tempe mendoan, tumis
sayuran
 Selingan : puding coklat
 Makan Siang : bubur, tahu isi kukus, bening bayam, pepaya
 Selingan :-
 Makan Malam : bubur, teur puyuh kacang polong, oseng tempe,
tumis buncis jagung
Tabel 7. Hasil Recall 1x24 jam Asupan pasien
Zat Gizi Asupan Kebutuhan % Asupan Keterangan
Enegi (kkal) 1100 kkal 1588,37 kkal 69,25 % Kurang
Protein (gram) 41,25 gram 37,96 gram 108 % Baik
Lemak (gram) 28,25 gram 44,12 gram 64,02 % Kurang
Karbohidrat (gram) 165,75 gram 260,09 gram 64,21 % Kurang

6. Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Dahulu
Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien, diketahui bahwa pasien
memiliki riwayat penyakit Jantung.
b. Riwayat Penyakit Keluarga
Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien, diketahui bahwa keluarga
pasien tidak memiliki riwayat penyakit.
C. DIAGNOSIS GIZI
a. Domain Asupan

N.I.5.8.2 Kelebihan asupan karbohidrat berkaitan dengan rasa mual dan


kurangnya nafsu makan ditandai dengan asupan karbohidrat pasien yang tinggi
dari kebutuhan, yaitu asupan sebelum masuk rumah sakit dengan asupan
karbohidrat 115% .

b. Domain Klinis

N.C. 2.2 Perubahan nilai Laboratorium terkait gizi berkaitan dengan gangguan
fungsi organ jantung yang pengarah kepada perubahan biokimia ditandai dengan
SGOT 48 U/L.

D. INTERVENSI GIZI
1) Tujuan
a. Tujuan Intervensi
 Memberikan makanan sesuai dengan kebutuhan pasien.
 Membantu menormalkan nilai laboratorium (SGOT)
 Membantu menormalkan tekanan darah
 Memberikan edukasi terkait gizi
b. Tujuan Diet
 Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja
jantung
 Mencegah atau menghilangkan penimbunan garam atau air
 Membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan
tubuh
 Membantu menurunkan tekanan darah pasien hingga normal
c. Syarat Diet
 Energi cukup sebesar 1588,37 kkal
 Protein cukup yaitu 0,8 g/kg BB sebesar 37,96 gram
 Lemak sedang 25% dari total energi sebesar 44,12 gram
 Karbohidrat cukup 65% dari total energi sebesar 260,09 gram
 Makanan yang diberikan mudah dicerna dan tidak menimbulkan
gas
 Garam rendah, 3 g/hari
 Vitamin dan mineral cukup. Hindari penggunaan suplemen kalium,
kalsium, dan magnesium jika tidak dibutuhkan.
 Serat cukup untuk menghindari konstipasi
2) Perhitungan Kebutuhan Gizi dengan menggunakan rumus Mifflin

BMR Laki = (10 x BBA) + (6,25 x TB) – (5 x usia) + 5

= (10 x 47,45) + (6,25 x 165) – (5 x 78) + 5

= (474,5) + 1031,25 – 390 + 5

= (1505,75 – 395)

= 1110,75

Kebutuhan = BMR x F.aktifitas x F.stress

= 1110,75 x 1,1 x 1,3

= 1588,37 kkaal

Protein = 0,8 x 47,45

= 37,96 gram

= 37,96 x 4

= 151,84 / 1588,37

= 9,5%

Lemak = 25% x Energi / 9

= 25% x 1588,37 / 9

= 397,09 / 9

= 44,12 gram

Karbohidrat = 65% x Energi / 4

= 65% x 1588,37 / 4

= 1040,38 / 4
= 258,11 gram

Kebutuhan cairan = 35 x BB

= 35 x 47,45

= 1660,7 ml

3) Preskripsi Diet
a. Jenis Diet : Diet Jantung, Diet Rendah Garam
b. Route : Oral
c. Bentuk Makanan : Makanan Lunak (bubur)
d. Frekuensi Makanan : 3 x pemberian makanan utama dan 2x
selingan

Tabel 8. Perencanaan Pemberian Makanan Sehari 100% dari Kebutuhan


Protein Lemak Karbohidrat
Waktu Makan Energi (kkal)
(gram) (gram) (gram)
Makan Pagi 30% 476,51 kkal 11,38 gram 13,23 gram 77,43 gram
Selingan pagi 10 % 158,837 kkal 3,79 gram 4,41 gram 25,81 gram
Makan Siang 25 % 397,09 kkal 9,49 gram 11,03 gram 64,52 gram
Selingan Sore 10% 158,837 kkal 3,79 gram 4,41 gram 25,81 gram
Makan Malam 25 % 397,09 kkal 9,49 gram 11,03 gram 64,52 gram
Total 1588,37 kkal 37,96 gram 44,12 gram 258,11 gram

Pemberian makan pasien diberikan 3x makan utama yaitu makan pagi,


makan siang dan makan malam serta 2x makan selingan, selingan pagi dan
selingan sore. Selingan diberikan untuk membantu memenuhi kebutuhan pasien
yang masih kurang. Berikut adalah pembagian makan pasien dalam sehari :

Tabel 9. Perencanaan Pemberian Makanan Sehari 100% dari Kebutuhan

Satuan Energi Protein lemak KH


Waktu Makan
Porsi (kkal) (gram) (gram) (gram)
Karbohidrat 3 525 12 - 120
Protein Hewani LS 2 150 14 10 -
Protein Nabati 2,5 187,5 12,5 7,5 17,5
Sayur 3 75 3 - 15
Buah 4 200 - - 48
Minyak 5 250 - 25 -
Gula 3 150 - - 36
Jumlah 1537,5 41,5 42,5 236,5
Persentase 96,7% 109% 96,3% 91,6%
E. PERENCANAAN EDUKASI DAN KONSELING GIZI

Edukasi dan konseling ini diberikan kepada pasien dan keluarga pasien yang
diberikan pada hari pertama dan ketiga intervensi, media edukasi yang digunakan
yaitu leaflet dengan materi Diet Jantung dan Diet Rendah Garam, berikut bentuk
dan konseling gizi yang dilakukan:

a. Materi : Diet Jantung dan Diet Rendah Garam,


b. Tujuan : Agar pasien melaksanakan diet makanan sesuai dengan
anjuran yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan dan dapat mengubah
sika dan perilaku makan pasien dan meningkatkan pengetahuan pasien dan
keluarga pasien
c. Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien
d. Waktu : 22 Maret 2018, durasi ±15 menit
e. Tempat : Ruang Gayatri B1
f. Metode : Diskusi dan tanya jawab
g. Media : Leaflet Diet Jantung dan Diet Rendah Garam,
h. Evaluasi : Evaluasi yang dilakukan adalah dengan menanyakan
kembali kepada pasien dan keluarga pasien mengenai materi yang
disampaikan.
F. RENCANA MONITORING

Parameter yang akan yang akan di monitor dan di evaluasi pada pasien serta
target dari parameter yang telah ditentukan selama tiga hari intervensi pada
pasien, sebagai berikut:

Tabel 10. Parameter dan Target Monitoring dan Evaluasi Tn. S

Parameter Pelaksanaan Target


Asupan Selama intervensi Asupan pasien meningkat dan terpenuhi
(3 hari) sesuai dengan kebutuhan pasien
Status Gizi Penimbangan berat Mempertahankan status gizi Os yang
badan pada awal baik/normal
Assesmen dan hari
terakhir intervensi
Asupan Cairan Selama intervensi Asupan cairan pasien sesuai dengan
(3 hari) kebutuhan pasien.
Urin Output Selama intervensi Tidak terjadi retensi cairan pada pasien
(3 hari) yang menyebabkan odema
Pengetahuan Selama intervensi Pasien dan keluarga mampu memahami
(3 hari) dan melaksanakan / menerapkan aturan
diet yang diberikan yaitu berupa diet,
diet jantung, diet rendah garam.

G. MONITORING DAN EVALUASI


a. Monitoring Asupan

Monitoring asupan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana intervensi


yang diberikan dapat memenuhi kebutuhan gizi pasien, dengan asumsi semakin
banyak makanan yang dihabiskan dalam sehari maka intervensi yang diberikan
dapat dikatakan berhasil. Makanan yang dimakan oleh pasien dapat diketahui
dengan cara mengestimasi sisa makanan pasien setiap waktu makan dan juga
melalui wawancara recall 24 jam untuk mengetahui asupan makanan yang pasien
makan dari luar rumah sakit. Berikut ini adalah asupan pasien di hari pertama
intervensi sampai dengan hari ketiga intervensi :

Tabel 11. Hasil Persentase Asupan Pasien Hari Pertama s.d Hari Ketiga (20
Maret 2018 – 22 Maret 2018)

Asupan RS
Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3
Kbthn
Zat Gizi 20 Maret 2018 21 Maret 2018 22 Maret 2018
(100%)
Total % dari Total % dari Total % dari
Asupan kebutuhan Asupan kebutuhan Asupan kebutuhan
Energi (kkal) 1180,62 74,32% 1385,93 87,25% 1408,75 88,69% 1588,37
Protein (gr) 36,22 95,42% 41,06 108% 40,75 107% 37,96
Lemak (gr) 15,62 35,40% 21,43 48,57% 37,5 84,99% 44,12
Kh (gr) 208,62 80,82% 251,18 97,31% 211,75 82,03% 258,11
Data : data primer, 2018
Asupan Pasien Selama 3 Hari Intervensi
120.00% 108%107%
95.42% 97.31%
100.00% 87.25% 84.99% 80.82% 82.03%
80.00% 74.32%
88.69%
60.00% 48.57%

40.00% 35.40%

20.00%

0.00%
Energi (kkal) Protein (gr) Lemak (gr) Karbohidrat (gr)

Hari ke 1 (20 Maret 2018) Hari ke 2 (21 Maret 2018) Hari ke 3 (22 Maret 2018)

Gambar 1. Hasil Persentase Asupan Pasien Hari Pertama s.d Hari Ketiga (20
Maret 2018 – 22 Maret 2018)

Selama intervensi pasien diberikan kebutuhan 100% sesuai dengan


kebutuhan pasien. Berdasarkan hasil persenatse asupan pasien selama tiga hari
intervensi, pada hari pertama intervensi tanggal 20 Maret 2018 pasien memiliki
nafsu makan yang baik sehingga didapatkan hasil asupan pasien dari rumah sakit
sebesar 74,32% dari total kebutuhan energi, 95,42% protein, 35,40% lemak, dan
80,82% karbohidrat. Sedangkan total asupan pasien dari luar rumah sakit tidak
ada, pasien tidak memakan makanan dari luar rumah sakit. Hari pertama
intervensi pasien diberikan satu snack untuk selingan, yaitu puding pada pukul
10.00 WIB. Asupan energi dan lemak pada hari pertama masih kurang atau masih
dibawah 80%, sedangkan asupan protein dan karbohidrat baik karena nilai diatas
80% (WNPG, 2004).

Pada hari kedua intervensi tanggal 21 Maret 2018 pasien masih memiliki
nafsu makan yang baik sehingga didapatkan hasil asupan pasien dari rumah sakit
sebesar 87,25% dari total kebutuhan energi, 108% protein, 48,57% lemak, dan
97,31% karbohidrat. Sedangkan total asupan pasien dari luar rumah sakit tidak
ada, pasien tidak memakan makanan dari luar rumah sakit. Hari kedua intervensi
pasien diberikan satu snack untuk selingan, yaitu bubur sumsum pada pukul 10.00
WIB. Asupan energi protein, dan karbohirat pada hari pertama masih baik, dan
masuk kedalam kategori diatas 80%, sedangkan asupan lemak masih kurang
karena nilai dibawah 80% (WNPG, 2004). Asupan lemak masih rendah
dikarenakan ada sebagian makanan yang tidak dihabiskan sehingga asupan
tersebut kurang dari kebutuhan.

Pada hari ketiga intervensi tanggal 22 Maret 2018 pasien masih memiliki
nafsu makan yang baik sehingga didapatkan hasil asupan pasien dari rumah sakit
sebesar 88,69% dari total kebutuhan energi, 107% protein, 84,99% lemak, dan
82,03% karbohidrat. Sedangkan total asupan pasien dari luar rumah sakit tidak
ada, pasien tidak memakan makanan dari luar rumah sakit. Hari ketiga intervensi
pasien diberikan satu snack untuk selingan, yaitu bubur kacang hijau pada pukul
10.00 WIB. Asupan protein, dan karbohirat pada hari ketiga menurun
dibandingkan hari kedua, tetapi masuk kedalam kategori diatas 80%, sedangkan
asupan lemak dan energi meningkat dibandingkan pada hari kedua intervensi dan
masuk kedalam kategori baik diatas 80% (WNPG, 2004). Asupan protein dan
karbohidrat menurun dikarenakan ada sebagian makanan yang tidak dihabiskan.

b. Monitoring Status Gizi

Monitoring status gizi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana intervensi


yang diberikan dapat memenuhi meningkatkan atau mempertahankan status gizi
pasien. Monitoring ini dilakukan dengan cara penimbangan berat badan pada awal
Assesmen dan hari terakhir intervensi. Berdasarkan hasil intervensi didapatkan
hasil:

Tabel 12. Hasil Monitoring Status Gizi

Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3


Parameter
20 Maret 2018 21 Maret 2018 22 Maret 2018
Berat Badan 59,3 kg - 57 kg
Berat Badan Kering 47,45 kg - -
IMT 17,44 kg/m2 - 20,95 kg/m2
Status Gizi Kurus - Normal
Sumber: Data Primer, 2018
Berdasarkan tabel diatas hasil monitoring status gizi pada hari pertama
intervensi tanggal 20 Maret 2018 berat badan pasien 59,3 kg dengan odema yang
ada di kaki dan wajah, sehingga didapatkan hasil berat badan keringnya adalah
47,45 kg dan Indeks Masa Tubuh (IMT) pasien sebesar 17,44 kg/m 2. Pasien
memiliki status gizi kurus (Kemenkes, 2013).

Pada hari ketiga intervensi tanggal 22 Maret 2018 berat badan pasien turun
yaitu 57 kg, dikarenakan odema pada pasien sudah menuru. Pasien memiliki
status gizi normal ditandai dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) pasien 20,95 kg/m 2
(Kemenkes, 2013).

c. Monitoring Cairan

Monitoring cairan ini dilakukan untuk mengetahui asupan cairan yang


dibutuhkan pasien sesuai dengan keadaan pasien. Berdasarkan hasil monitoring
didapakan hasil asupan cairan:

Tabel 13. Hasil Monitoring Cairan

Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3


Parameter
20 Maret 2018 21 Maret 2018 22 Maret 2018
Asupan cairan 660 ml 600 650
Infus Tidak diinfus Tidak diinfus Tidak infus

Berdasarkan hasil monitoring asupan cairan, asupan cairan hari pertama


intervensi tanggal 20 Maret 2018 sebesar 660 ml, asupan cairan pada hari kedua
intervensi tanggal 21 Maret 2018 adalah 600 ml, dan pada hari terakhir intervensi
tanggal 22 Maret 2018 adalah 650 ml. Dalam satu hari pasien minum 3 gelas air
mineral pada saat setelah makan.

d. Monitoring Urin Output

Monitoring urin output ini dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak urin
yang dikeluarkan pasien pada saat intervensi. Berdasarkan hasil monitoring
didapakan hasil urin output:
Tabel 14. Hasil Monitoring Urin Output

Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3


Parameter
20 Maret 2018 21 Maret 2018 22 Maret 2018
Urin output 2000 ml/24 jam 3000 ml/24 jam 1500 ml/24 jam

Berdasarkan tabel diatas, urin yang dikeluarkan pasien pada hari pertama
intervensi tanggal 20 Maret 2018 adalah 2000 ml/24 jam atau 2 liter/24 jam. Pada
hari kedua intervensi tanggal 21 Maret 2018 adalah 3000 ml/24 jam atau 3 liter
/24 jam. Pada hari ketiga intervensi tanggal 22 Maret 2018 adalah 1500ml/24 jam.

e. Monitoring Pengetahuan

Pada hari ketiga intervensi tanggal 22 Maret 2018, pasien dan keluarga pasien
sudah mulai mengerti tentang Diet Jantung dan Diet Rendah Garam. Makanan
yang diberikan dari rumah sakit berusaha untuk dihabiskan. Pada hari ketiga
intervensi ini, pasien sudah tidak mengonsumsi makanan selain dari rumah sakit.
pasien dapat mematuhi anjuran diet yang diberikan. Selain itu pasien dan keluarga
sudah mengetahui makanan apa saja yang dianjurkan dan tidak dianjurkan sesuai
dengan penyakit yang diderita.
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)


Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) didefinsikan sebagai penyakit atau
gangguan paru yang memberikan kelainan ventilasi berupa ostruksi saluran
pernapasan yang bersifat progresif dan tidak sepenuhnya reversible.

PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis) adalah klasifikasi luas dari


gangguan, yang mencangkup bronkitis kronis, bronkiestasis, emfisema, dan asma.
PPOK merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat
aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-
paru(Brunner&Suddarth,2001).

Penyakit paru obstruktif kronis merupakan sejumlah gangguan yang


mempengaruhi pergerakan udara dari dalam dan ke luar paru. (Arif
Muttaqin,2008).

Obstruksi jalan napas yang menyebabkan reduksi aliran udara beragam


tergantung pada penyakit. Pada bronkitis kronis dan bronkiolitis, penumpukan
lendir dan sekresi yang sangat banyak menyumbat jalan napas. Pada emfisema,
obstruksi pada pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi akibat kerusakan
dinding alveoli yang disebabkan oleh hiperekstensi ruang udara dalam paru. Pada
asma, jalan napas bronkial menyempit dan membatasi jumlah udara yang
mengalir kedalam paru-paru. Sehingga menyebabkan gagal napas. Tipe-tipe gagal
napas terdiri dari tipe I disebut gagal nafas normokapnu hipoksemia atau
kegagalan oksigenasi ( PaO2 rendah dan PCO2 normal). Tipe II disebut gagal
nafas hiperkapnue hipoksemia atau kegagalan ventilasi (PaO2 rendah dan PCO2
Tinggi).

Obstruksi ini berkaitan dengan respon inflamasi abnormal paru terhadap


partikel asing atau gas yang berbahaya. Pada PPOK, bronkitis kronik dan
emfisema sering ditemukan bersama, meskipun keduanya memiliki proses yang
berbeda. Akan tetapi menurut PDPI 2010, bronkitis kronik dan emfisema tidak
dimasukkan definisi PPOK, karena bronkitis kronik merupakan diagnosis klinis,
sedangkan emfisema merupakan diagnosis patologi.
Bronkitis kronik merupakan suatu gangguan klinis yang ditandai oleh
pembentukan mukus yang meningkat dan bermanifestasi sebagai batuk kronik.
Emfisema merupakan suatu perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai
oleh pembesaran alveoulus dan duktus alveolaris serta destruksi dinding alveolar.

B. Patofisiologi PPOK
Hambatan aliran udara merupakan perubahan fisiologi utama pada PPOK
yangdiakibatkan oleh adanya perubahan yang khas pada saluran nafas bagian
proksimal, perifer, parenkim dan vaskularisasi paru yang dikarenakan adanya
suatu inflamasi yang kronik dan perubahan struktural pada paru. Terjadinya
peningkatan penebalan pada saluran nafas kecil dengan peningkatan formasi
folikel limfoid dan deposisi kolagen dalam dinding luar salurannafas
mengakibatkan restriksi pembukaan jalan nafas. Lumen saluran nafas kecil
berkurangakibat penebalan mukosa yang mengandung eksudat inflamasi, yang
meningkat sesuai beratsakit.

Dalam keadaan normal radikal bebas dan antioksidan berada dalam keadaan
seimbang.Apabila terjadi gangguan keseimbangan maka akan terjadi kerusakan di
paru. Radikal bebasmempunyai peranan besar menimbulkan kerusakan sel dan
menjadi dasar dari berbagai macam penyakit paru.

Pengaruh gas polutan dapat menyebabkan stress oksidan, selanjutnya akan


menyebabkanterjadinya peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid selanjutnya akan
menimbulkan kerusakan sel daninflamasi. Proses inflamasi akan mengaktifkan sel
makrofag alveolar, aktivasi sel tersebut akanmenyebabkan dilepaskannya faktor
kemotataktik neutrofil seperti interleukin 8 dan leukotrienB4,tumuor necrosis
factor (TNF),monocyte chemotactic peptide(MCP)-1 danreactive oxygen
species(ROS). Faktor-faktor tersebut akan merangsang neutrofil melepaskan
protease yang akanmerusak jaringan ikat parenkim paru sehingga timbul
kerusakan dinding alveolar danhipersekresi mukus. Rangsangan sel epitel akan
menyebabkan dilepaskannya limfosit CD8,selanjutnya terjadi kerusakan seperti
proses inflamasi. Pada keadaan normal terdapatkeseimbangan antara oksidan dan
antioksidan. Enzim NADPH yang ada dipermukaan makrofagdan neutrofil akan
mentransfer satu elektron ke molekul oksigen menjadi anion superoksidadengan
bantuan enzim superoksid dismutase. Zat hidrogen peroksida (H2O2) yang toksik
akandiubah menjadi OH dengan menerima elektron dari ion feri menjadi ion fero,
ion fero denganhalida akan diubah menjadi anion hipohalida (HOCl).

Pengaruh radikal bebas yang berasal dari polusi udara dapat menginduksi
batuk kronissehingga percabangan bronkus lebih mudah terinfeksi.Penurunan
fungsi paru terjadi sekunder setelah perubahan struktur saluran napas. Kerusakan
struktur berupa destruksi alveol yangmenuju ke arah emfisema karena produksi
radikal bebas yang berlebihan oleh leukosit dan polusidan asap rokok.

C. Diagnosis PPOK
1. Anamnesis

PPOK sudah dapat dicurigai pada hampir semua pasien berdasarkan tanda
dan gejala. Diagnosis lain seperti asma, TB paru, bronkiektasis, keganasan dan
penyakit paru kronik lainnya dapat dipisahkan. Anamnesis lebih lanjut dapat
menegakkan diagnosis.20

Gejala klinis yang biasa ditemukan pada penderita PPOK adalah sebagai
berikut.

a. Batuk kronik

Batuk kronik adalah batuk hilang timbul selama 3 bulan dalam 2 tahun
terakhir yang tidak hilang dengan pengobatan yang diberikan. Batuk dapat terjadi
sepanjang hari atau intermiten. Batuk kadang terjadi pada malam hari.

b. Berdahak kronik

Hal ini disebabkan karena peningkatan produksi sputum. Kadang kadang


pasien menyatakan hanya berdahak terus menerustanpa disertai batuk.
Karakterisktik batuk dan dahak kronik ini terjadi pada pagi hari ketika bangun
tidur.
c. Sesak napas

Terutama pada saat melakukan aktivitas. Seringkali pasien sudah


mengalami adaptasi dengan sesak nafas yang bersifat progressif lambat sehingga
sesak ini tidak dikeluhkan. Selain gejala klinis, dalam anamnesis pasien juga perlu
ditanyakan riwayat pasien dan keluarga untuk mengetahui apakah ada faktor
resiko yang terlibat. Merokok merupakan faktor resiko utama untuk PPOK. Lebih
dari 80% kematian pada penyakit ini berkaitan dnegan merokok dan orang yang
merokok memiliki resiko yang lebih tinggi (12-13 kali) dari yang tidak merokok.
Resiko untuk perokok aktif sekitar 25%.20,22

Akan tetapi, faktor resiko lain juga berperan dalam peningkatan kasus
PPOK. Faktor resiko lain dapat antara lain paparan asap rokok pada perokok
pasif, paparan kronis polutan lingkungan atau pekerjaan, penyakit pernapasan
ketika masa kanak-kanak, riwayat PPOK pada keluarga dan defisiensi α1-
antitripsin.22

Dinyatakan PPOK (secara klinis) apabila sekurang-kurangnya pada


anamnesis ditemukan adanya riwayat pajanan faktor risiko disertai batuk kronik
dan berdahak dengan sesak nafas terutama pada saat melakukan aktivitas pada
seseorang yang berusia pertengahan atau yang lebih tua.23

D. Klasifikasi
1. Bronkitis Kronik

Bronkitis kronik adalah bentuk batuk kronis produktif yang berlangsung 3


bulan dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut. Sekresi yang menumpuk
dalam bronkioles mengganggu keefektifan pernapasan. polusi adalah penyebab
utama bronkitis kronis. Pasien dengan bronkitis kronik lebih rentan terhadap
kekambuhan infeksi saluran pernapasan bawah. Kisaran infeksi virus, bakteri,
mikoplasma yang luas dapat menyebabkan episode bronkitis akut. Eksaserbasi
bronkitis kronik hampir pasti terjadi selama musim dingin. Menghirup udara yang
dingin dapat menyebabkan bronkospasme bagi mereka yang rentan.
2. Emfisema Paru

Emfisema Paru adalah sebagai suatu distensi abnormal ruang udara di luar
bronkiolus terminal dengan kerusakan dinding alveoli. Kondisi ini merupakan
tahap akhir proses yang mengalami kemajuan dengan lambat selama beberapa
tahun. Pada kenyataannya, ketika pasien mengalami gejala, fungsi paru sering
sudah mengalami kerusakan yang ireversibel. Dibarengi dengan bronkitis
obstruksi kronik, kondisi ini merupakan penyebab utama kecacatan.

3. Bronkiektasis

Bronkiektasis adalah dilatasi bronki dan bronkiolus kronis yang mungkin


disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan obstruksi bronkus;
aspirasi benda asing, muntahan, atau benda-benda dari saluran pernapasan atas;
dan tekanan akibat tumor, pembuluh darah yang berdilatasi, dan persebaran nodus
limfe. Individu mungkin mempunyai predisposisi terhadap bronkiektasis sebagai
akibat infeksi pernapasan pada masa kanak-kanaknya, campak, influenza,
tuberkulosis, dan gangguan imunodefisiensi. Setelah pembedahan, bronkiektasis
dapat terjadi ketika pasien tidak mampu untuk batuk secara efektif, dengan akibat
lendir menyumbat bronkial dan mengarah pada atelektasis.

E. Etiologi

PPOK disebabkan oleh faktor lingkungan dan gaya hidup. Yang sebagian
besar bisa dicegah. Merokok diperkirakan menjadi penyebab timbulnya 80-90%
kasus PPOK.Laki-laki dengan usia antara 30-40 tahun paling banyak menderita
PPOK.Penyakit ini dikaitkan dengan faktor-faktor resiko yang terdapat pada
penderita antara lain:

1. Merokok sigaret yang 5. Jenis kelamin


berlangsung lama 6. Ras
2. Polusi udara 7. Defisiensi alfa-1 antitripsin
3. Infeksi paru berulang 8. Defisiensi anti oksidan
4. Umur
F. Tanda Dan Gejala

Perkembangan gejala-gejala yang merupakan ciri dari PPOK adalah


malfungsi kronis pada sistem pernafasan yang manifestasi awalnya berupa:

1. Sesak napas.
2. Batuk-batuk dan produksi dahak khusunya yang makin menjadi di saat
pagi hari.
3. Kehilangan berat badan yang cukup drastis.
4. Pasien mudah sekali merasa lelah dan secara fisik banyak yang tidak
mampu melakukan kegiatan sehari-hari.
5. Hilangnya nafsu makan karena produksi dahak yang makin melimpah.
6. Penurunan daya kekuatan tubuh
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pasien di diagnosa dokter mengalami Congestive Heart Failure (CHF),
Hipertensi, Hipertensi Heart Disease (HHD), Ischemic Heart Disease
(IHD) Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK).
2. Berdasarkan hasil perhitungan IMT pasien adalah 17,44 kg/m2 , diketahui
pasien memiliki status gizi kurus.
3. Jenis diet yang diberikan adalah Diet Jantung dan Diet Rendah Garam.
4. Kebutuhan zat gizi pasien energi 1110,5 kkal, protein 37,96 gram, lemak
44,12 gram dan karbohidrat 258,11 gram.
5. Asupan makan pasien selama tiga hari intervensi cukup baik dan
mengalami peningkatan pada hari terakhir intervensi asupan energi
88,69%, protein terjadi penurunan dari 108% menjadi 107%, lemak
84,99% dan karbohidrat 82,03%.
6. Monitoring status gizi pasien pada hari terakhir intervensi berat badan
pasien turun menjadi 57 kg dan odema mulai menurun. IMT pasien pada
hari terakhir intervensi adalah 20,95 yaitu normal.
7. Monitoring pengetahuan terlihat bahwa pasien dan keluarga paham
terhadap diet yang diberikan.

B. Saran
Keluarga pasien harus tetap memberikan motivasi dan semangat kepada
pasien agar pasien semangat untuk menjalankan diet yang diberikan. Membantu
pasien agar tetap patuh terhadap diet yang diberikan agar pasien mengurangi dan
atau tidak mengkonsumsi makanan dari luar rumah sakit. Membantu pasien dalam
pemilihan bahan makanan yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan agar pola
makan pasien menjadi lebih baik lagi dan lebih teratur.
Lampiran 1. Asupan Makan Pasien Hari Intervensi Pertama

Energi Karbohidrat
Menu P Protein (gr) Lemak (gr)
(kkal) (gr)
Pagi
Bubur 1 175 4 - 40
Daging 1 75 7 5 -
Tempe 1 75 5 3 7
Sayur 1 25 1 - 5
Jumlah 350 17 8 52
Selingan pagi 1 50 - - 12
Jumlah 50 - - 12
Siang
Bubur ¾ 131,25 3 - 30
Ayam ½ 37,5 3,5 2,5 -
Tahu ¾ 56,25 3,75 2,25 5,25
Sayur ¾ 21,25 0,85 - 4,25
Buah 4 200 - - 48
Jumlah 446,25 11,1 4,75 87,5
Malam
Bubur 1 175 4 - 40
Daging ½ 18,75 1,75 1,25 -
Tahu ½ 28,125 1,87 1,12 2,62
Sayur ½ 12,5 0,5 - 2,5
Gula 1 50 - - 12
Minyak 1 50 - 5 -
Jumlah 334,37 8,12 2,87 57,125
Total 1180,62 36,22 15,62 208,62
Kebutuhan 1588,37 37,96 44,12 258,11
Persentase 74,32% 95,41% 35,40% 80,82%
Lampiran 2. Asupan Makan Pasien Hari Intervensi Pertama

Energi Karbohidrat
Menu P Protein (gr) Lemak (gr)
(kkal) (gr)
Pagi
Bubur 1 175 4 - 40
Ayam 1 75 7 5 -
Jumlah 250 11 5 40
Tepung beras ¼ 175 4 - 40
gula 1 50 - - 12
Jumlah 225 4 - 52
Siang
Bubur 1 175 4 - 40
Daging 1 75 7 5 -
Tahu ¾ 56,25 3,75 2,25 5,25
Sayur 1 25 1 - 5
Buah 4 200 - - 48
Jumlah 531,25 14,75 7,25 98,25
Malam
Bubur 1 175 4 - 40
Daging ½ 37,5 3,5 2,5 -
Tahu ¾ 42,18 2,81 1,68 3,93
Sayur 1 25 1 - 5
Gula 1 50 - - 12
Minyak 1 50 - 5 -
Jumlah 379,68 11,31 9,18 60,93
Total 1385,93 41,06 21,43 251,18
Kebutuhan 1588,37 37,96 44,12 258,11
Persentase 87,25% 108% 48,57% 97,31%
Lampiran 3. Asupan Makan Pasien Hari Intervensi Pertama

Energi Karbohidrat
Menu P Protein (gr) Lemak (gr)
(kkal) (gr)
Pagi
Nasi tim 1 175 4 - 40
Daging 1 50 7 2 -
Tempe 1 75 5 3 7
Sayur 1 25 1 - 5
Minyak 1 50 - 5 -
Jumlah 400 17 13 52
1 50 - - 12
Selingan pagi
1 75 0 5 -
Jumlah 125 0 5 12
Siang
Nasi Tim 1 175 4 - 40
Ayam ½ 37,5 3,5 2,5 -
Tahu ¾ 56,25 3,75 2,25 5,25
Sayur ¾ 21,25 0,85 - 4,25
Buah 4 200 - - 48
Jumlah 490 11,5 4,75 97,5
Malam
Nasi Tim 1 175 4 - 40
Daging ½ 37,5 3,5 2,5 -
Tempe ¾ 56,25 3,75 2,25 5,25
Sayur 1 25 1 - 5
Minyak 2 100 - 10 -
Jumlah 393,75 12,25 14,5 50,25
Total 1408,75 40,75 37,5 211,75
Kebutuhan 1588,37 37,96 44,12 258,11
Persentase 88,69 107% 84,9 82,03
Tanggal Sebelum Dimakan Sisa
21 Maret Makan pagi Makan pagi
2018

Snack Snack

Tidak terdokumentasi, tetapi


dilakukan recall makanan,
berdasarkan wawancara pasien,
snacak yang diberikan RS dimakan
hingga habis

Makan Siang Makan Siang

makan malam Makan malam


20 Maret Makan Pagi Makan Pagi
2018

Snack Snack

Tidak terdokumentasi, tetapi


dilakukan recall makanan,
berdasarkan wawancara pasien,
snacak yang diberikan RS dimakan
hingga habis

Makan Siang Sisa Makan Siang

22 Maret 2018 Makan Pagi Sisa Makan Pagi


LEAFLET DIET PENYAKIT JANTUNG

You might also like